A. PELATIHAN LOGO KONSELING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. PELATIHAN LOGO KONSELING"

Transkripsi

1 A. PELATIHAN LOGO KONSELING Panduan pelatihan model logo konseling merupakan teknik pelaksanaan program intervensi logo konseling untuk memperbaiki permasalahan perkembangan dan dimensi low spiritual self-esteem klien. Panduan pelatihan model logo konseling meliputi pelaksanaan layanan dan pelaksanaan sesi-sesi program intervensi logo konseling. 1. Pelaksanaan Layanan Program Intervensi Logo Konseling Pelaksanaan layanan program intervensi logo konseling terdiri dari tujuh sesi, yang meliputi nama kegiatan dan tujuannya sebagai berikut: a. Sesi satu, nama kegiatannya adalah adakah yang salah dengan aku? Tujuan agar klien dapat menyingkapkan masalah low spiritual self-esteem yang mereka alami. b. Sesi dua, nama kegiatannya adalah aku adalah aku. Tujuan agar klien mengembangkan kekuatan untuk mengelola kelemahan. c. Sesi tiga, nama kegiatannya adalah bereksperimen dengan situasi. Tujuan agar klien memiliki kehendak bebas untuk menyikapi situasi yang dihadapinya. d. Sesi empat, nama kegiatannya adalah transendensi diri. Tujuan agar klien dapat memanfaatkan sumber daya batin yang memberdayakan kapasitas kehendak klien untuk makna. e. Sesi lima, nama kegiatannya adalah nilai-nilai sikap. Tujuan agar klien dapat mengubah penderitaan dan rasa bersalah. f. Sesi enam, nama kegiatannya adalah integritas diri. Tujuan agar klien dapat mengakses kemampuan dan kepercayaan dirinya. g. Sesi tujuh, nama kegiatannya adalah realisasi makna. Tujuan agar klien menemukan makna hidup dibalik kontrol emosi terhadap penderitaan yang dihadapinya. 1

2 2 2. Pelaksanaan Sesi-Sesi Intervensi Logo Konseling Pelaksanaan layanan program intervensi logo konseling terdiri atas sesi satu sampai sesi tujuh, meliputi nama kegiatan, tujuan, teknik, aktivitas, stimulasi, personalisasi, tujuan teknik dan sasaran pencapaian media serta evaluasi keberhasilan untuk setiap sesi, dideskripsikan sebagai berikut. Sesi 1 Nama Kegiatan : Adakah yang salah dengan aku? Tujuan : Klien dapat menyingkapkan masalah low spiritual selfesteem yang mereka alami. Teknik : Self-exploration. Waktu : 60 menit Aktivitas/stimulasi/ : 1. Konselor bersama klien melakukan komitmen perilaku secara tertulis menyangkut kesediaan konseli mengikuti keseluruhan sesi intervensi konseling. 2. Konselor meminta klien mengidentifikasi pikiran-pikiran, perasaan dan perilaku tidak rasional yang menyebabkan konseli mengalami low spiritual self-esteem dalam bentuk outwork task. 3. Konselor menjelaskan tentang konsep self-esteem dan karakteristik healthy spiritual self-esteem. 4. Konselor menjelaskan tentang konsep low spiritual selfesteem dan karakteristik low spiritual self-esteem. 5. Konselor menjelaskan tentang konsep dan teknik eksplorasi diri sebagai penjelajahan masalah klien mengatasi low spiritual self-esteem. 6. Proses Konseling

3 3 Materi Layanan : 1. KOMITMEN PERILAKU Yang berkomitmen dibawah ini: Nama :.. Tempat / Tanggal Lahir :... Status : Nikah / Belum Dengan ini menyatakan: 1. Bersedia mengikuti keseluruhan sesi intervensi konseling 2. Bersedia menceriterakan latar belakang kehidupan yang berhubungan dengan Area permasalahan low spiritual self-esteem. 3. Bersedia mengungkapkan faktor penyebab menjadi korban trafficking perempuan dengan permasalahan low spiritual self-esteem. 4. Bersedia share tentang indikator permasalahan low spiritual self-esteem yang dialaminya. 5. Bersedia mencari solusi bersama konselor untuk berbagai hambatan selama intervensi konseling berlangsung. 6. Bersedia membuka diri untuk berubah dan memperbaiki diri melalui intervensi konseling. 7. Bersedia menemukan makna dan tujuan hidup serta penghargaan atas dirinya, sebagai tujuan akhir proses intervensi konseling. Komitmen ini saya lakukan secara sadar dengan tulus, jujur dan benar. Ttd ( Nama Konseli.) 2. Outwork task untuk klien Identivikasi Perasaan 1. Apakah anda merasa diri anda berharga? Dalam hal apa? 2. Pernahkah anda merasa tidak berguna? Dalam hal apa? 3. Apakah anda mempunyai kemampuan? Seperti apa kemampuan anda itu? 4. Apakah anda merasa dicintai? 5. Pernahkah tidak dicintai oleh seseorang? 6. Apa tujuan hidup anda?

4 4 7. Apakah anda puas dengan seluruh hidup anda? Seperti apa kepuasan anda itu? 8. Pernah merasa tidak bahagia? Seperti apa ketidakbahagia anda? Identivikasi Pikiran Apa kata-kata yang Anda gunakan untuk menggambarkan diri anda? Berharga? Ya / tidak Berkompoten? Ya / tidak Dicintai? Ya / tidak Realistis? Ya / tidak Identivikasi Perilaku Apakah deskripsi Anda tentang diri Anda umumnya positif atau negatif? Penampilan fisik anda! Positip / negatip Kemampuan diri anda! Positip / negatip Perasaan diri anda! Positip / negatip Identivikasi Nilai Diri Apa nilai yang Anda tempatkan pada diri sendiri atau aspek-aspek diri? Bahagia? Ya / tidak Senang? Ya / tidak Sukacita? Ya / tidak Penuh damai? Ya / tidak 3. Konsep Self-Esteem dan Karakteristik Healthy Self-Esteem Menuut Lim et al. (2005, Modul 1:1), self-esteem memandang dan berpikir tentang diri kita sendiri. Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk tidak hanya menyadari diri kita sendiri tetapi juga untuk menempatkan nilai atau ukuran yang layak untuk diri kita atau aspek-aspek diri. Jadi, harga diri biasanya mengacu pada bagaimana kita memandang dan berpikir tentang diri sendiri dan nilai yang kita tempatkan pada diri kita sebagai pribadi. Self-esteem adalah persepsi tentang citra diri seseorang yang dikembangkan dari waktu ke waktu. Itu berarti bahwa citra diri seseorang sangat bergantung pada hubungan keluarga maupun lingkungan yang turut mencitrakan diri seseorang (Eating

5 5 Disorders, 2006:1). Hubungan keluarga selama masa kanak-kanak diyakini memainkan peran penting dalam perkembangannya. Orang tua dapat menumbuhkan self-esteem dengan mengekspresikan kasih sayang dan dukungan bagi anak serta dengan membantu anak menetapkan tujuan yang realistis untuk membangun suatu persepsi tentang citra diri anak. Self-esteem menggambarkan suatu penilaian positip maupun negatip berdasarkan nilai-nilai, keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri. Self-esteem mencerminkan evaluasi secara keseluruhan seseorang atau penilaian dari dirinya sendiri (Queensland University, 2008:1). Self-esteem adalah cara individu memandang dirinya dan menempatkan nilai pada dirinya sendiri. Self-esteem mendekripsikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya tentang dirinya sendiri (Answer, 2012:2). Menurut Plummer (Ganly, 2009:1, 2) healthy self-esteem adalah perpaduan pikiran dan perasaan sebagai kompetensi diri untuk menjalani hidup sehat. Kompetensi diri tersebut dibangun berdasarkan tujuh komponen harga diri sebagai karakteristik hidup sehat yaitu: (1) pengetahuan diri untuk memahami apa dan siapa saya, (2) diri dan orang lain untuk memahami bagaimana saya berinteraksi, mengungkapkan diri dengan dan dalam perspektif orang lain, (3) penerimaan diri untuk mengetahui dan menerima kekuatan dan kelemahan saya, (4) kemandirian untuk management, memotivasi dan menguasai diri, (5) ekspresi diri untuk mengembangkan komunkasi yang produktif, jati diri dan gaya hidup yang konstruktif, (6) kepercayaan diri berhubungan dengan kemampuan untuk menciptakan idea, karya, membuat keputusan dan kemampuan untuk mengatasi masalah, (7) kesadaran diri adalah pemberdayaan untuk suatu perubahan sikap dan perilaku sehat. Heinz (2006:1, 2) memahami healthy self-esteem sebagai pola hidup dalam kebaikan, mencintai diri dan orang lain, tidak menghakimi, bahagia serta berpengharapan. Pola hidup tersebut memiliki 7 karakteristik harga diri sehat yaitu:

6 6 (1) pilihan untuk belajar, mengendalikan diri, percaya diri, management hidup dan masa depan, (2) evaluasi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, (3) ketegasan untuk memiliki kepribadian yang kuat, (4) memaafkan untuk memahami orang lain dan optimis untuk masa depan yang lebih baik, (5) mengendalikan diri untuk memperlakukan diri dan orang lain dengan baik dan benar, (6) bersyukur untuk karunia, talenta, berkat, setiap kesempatan suka maupun duka dengan hati yang penuh cinta dan damai, (7) penerimaan diri untuk kebaikan dan tekad, mencapai kesuksesan dan hidup sehat. Barb (2012:1, 2) memaparkan delapan karakteristik healthy self-esteem sebagai berikut: (1) hidup secara sadar sesuai suara hati, (2) belajar dari kesalahan untuk memperbaiki dan mengembangkan diri, (3) mendengarkan pendapat dari sudut pandang orang lain sebagai penghargaan terhadap diri dan orang lain, (4) Merawat dan menjaga keseimbangan fisik, emosional, mental dan spiritual, (5) menghormati perbedaan orang lain bahwa mereka mempunyai hak untuk berbeda dan layak dihormati, (6) mengambil tanggung jawab atas kelalaian, kegagalan dan kesalahan dalam kehidupan sendiri, (7) Mampu berbicara dan bertindak dari keyakinan diri sebagai pengembangan kualitas hidup, (8) memiliki arah dan tujuan hidup yang jelas. Branden (1990:6, 7, 15) menjelaskan bahwa healthy self-esteem terintegrasi dalam aspek self-efficacy sebagai kemampuan pribadi dan self-respect sebagai nilai pribadi. Self-efficacy berhubungan dengan keyakinan kemampuan berpikir untuk mengatasi tantangan hidup yang menggambarkan tingkat rasionalitas seseorang, sedangkan self-respect berhubungan dengan kepercayaan nilai diri bahwa setiap orang layak bahagia yang menggambarkan tingkat integritas seseorang. Tingkat rasionalitas dan integritas seseorang menggambarkan reputasi dirinya. Membahas self-esteem menurut Branden berarti berbicara tentang reputasi kita dengan diri kita sendiri. Reputasi diri dibangun dalam enam pilar harga diri sebagai karakteristik healthy spiritual self-esteem sekaligus menurut Branden Blog (2008:14-15)

7 7 menggambarkan perkembangan spiritual seseorang sebagai berikut: 1) hidup secara sadar berhubungan dengan pengetahuann dan nilai diri 2) penerimaan diri berhubungan dengan komitmen terhadap kekuatan dan kekurangan diri 3) tanggung jawab diri berhubungan dengan komitmen terhadap keberhasilan maupun kegagalan 4) ketegasan diri berhubungan dengan spiritualitas yang lebih terkait dengan keterbukaan diri 5) tujuan hidup berhubungan dengan pengembangkan disiplin spiritual diri; 6) integritas diri berhubungan dengan keutuhan dalam sikap dan perasaan secara tulus, jujur dan benar. 4. Konsep dan Karakteristik Low Self-Esteem Psycholog Amerika Serikat Abraham Maslow (Answer, 2012:13) mendeskrepsikan ada dua macam kebutuhan esteem yaitu kebutuhan untuk rasa hormat dari orang lain dan kebutuhan untuk menghormati diri sendiri. Sedangkan self-esteem mengacu pada bagaimana individu memandang dan berpikir tentang dirinya, dan nilai yang ditempatkan pada dirinya sendiri sebagai pribadi. Rasa hormat dari orang lain melahirkan pengakuan, penerimaan, kedudukan dan penghargaan. Tanpa pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut, Maslow katakan seseorang akan mengalami low self-esteem dengan karakteristik yang berbeda-beda seperti; merasa kehilangan semangat hidup, pesimis, citra diri buruk, menyalahkan diri, rendah diri dan lain-lain. Lim et al. (2005, Module 1:2) memahami Low self-esteem sebagai keyakinan negatif yang menempatkan nilai negatif secara umum pada diri sendiri. Low selfesteem bisa menjadi masalah dalam dirinya sendiri dan menjadi faktor risiko untuk masalah lain seperti depresi, bunuh diri, memiliki pikiran negatif yang terus-menerus, gangguan makan, dan fobia sosial. Suasana hati yang sering berfluktuasi dengan harapan kosong, merasa diri tidak berharga, hampa karena pernah mengalai hal-hal buruk yang sama di masa lalu, maka hal ini dapat menempatkan individu pada risiko mengalami stress, kecemaan, ketakutan dan depresi lagi. Dengan demikian, low self-

8 8 esteem adalah memiliki pandangan negatif tentang diri sendiri, merasa bersalah dan tidak berharga, selalu mengingat dan memikirkan kritik sementara mengabaikan dan melupakan pujian. Menurut Sorensen (2012:4), Low self-esteem sebenarnya merupakan gangguan berpikir, pandangan individu yang menganggap diri sebagai tidak memadai, tidak dapat diterima, tidak layak dicintai, dan atau tidak kompeten dalam pemikiran yang menembus setiap aspek kehidupan seseorang. Low self-esteem dapat dipahami sebagai pandangan irasional yang terdistorsi diri dan mempengaruhi asumsi orang tersebut, interpretasi, persepsi, kesimpulan & keyakinan tentang dirinya sendiri serta yang lain. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang menjadi sangat kritis terhadap diri dan orang lain dan atau menggunakan penilaian buruk dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian low self-esteem adalah memiliki pendapat negatif tentang diri sendiri, menilai atau mengevaluasi diri sendiri negatif, dan menempatkan nilai negatif secara umum pada diri sendiri sebagai pribadi. Pada intinya, individu dengan low self-esteem biasanya memiliki, keyakinan negatif yang mendalam tentang diri mereka sendiri dan orang lain. Tyrrell (2011:1, 2) melihat low self-esteem dari cara individu memperlakukan dirinya secara buruk karena merasa jelek, bodoh dari kebanyakan orang lain. Individu selalu menahan diri untuk melakukan hal-hal yang benar dan baik bagi dirinya sendiri karena selalu merasa tidak layak dan pantas untuk melakukannya. Dengan demikian low self-esteem adalah persepsi yang salah tentang diri sendiri dengan selalu menggeneralisasi semua orang, situasi, peristiwa, tempat, sifat atau karakter apapun memandangnya buruk. Individu selalu memperbesar kegagalan dan kesalahan pribadi dan meminimalkan keberhasilan dan kekuatan pribadinya. Individu cenderung tidak jujur dan tidak mau mengakui kemampuan, potensi diri, dan nilai yang imilikinya. Low self-esteem adalah kebiasaan memperlakukan diri sendiri tidak layak, karena percaya bahwa dirinya tidak cukup baik dalam pandangan orang lain.

9 9 Theravive (2011:2) low self-esteem merupakan gejolak emosi berupa kecemasan, selalu menonjolkan yang negatif, tidak bisa menerima pujian, terlalu khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan, tidak percaya pada pendapat sendiri, terus tertekan, suka menarik diri, tidak mampu untuk menghadapi tantangan, selalu berhenti dan mengundurkan diri, perfeksionisme berlebihan. Low self-esteem sering terlihat dalam kondisi serius seperti depresi, anoreksia, masalah tubuh dismorfik, perilaku anti-sosial, dan kekerasan. Dengan itu, low self-esteem adalah pola pikir yang terus-menerus dihantui dengan perasaan tidak berharga, dan merasa benar-benar tidak berdaya melakukan apa saja untuk kehidupan yang lebih baik. Individu sering merasa kalah untuk berpikir bahwa ia bisa mengubah orang lain menjadi baik apalagi dirinya sendiri, maka kepribadiannya didorong ke dalam dan bukan ke luar. Mental Health Centre (2012: 3) mengkategorikan masalah low self esteem dalam tiga karakteristik yaitu: (1) penipu (the imposter), yaitu karakteristik orang dengan gaya hidup mewah tetapi hidup dengan ketakutan bahwa dia akan ketahuan; (2) pemberontak (the rebel), yaitu karakteristik orang dengan gaya hidup suka menyalahkan orang lain berlebihan, melanggar peraturan atau hukum, atau menentang otoritas; (3) korban (the victim) bertindak tak berdaya dan tidak mampu mengatasi stres, depresi, trauma, kecemasan, ketakutan dan semacamnya karena perlakuan kekerasan fisik, psikis maupun seksual dan lain sebagainya. Queensland University (2008: 3, 4) menggolongkan masalah low self esteem dalam lima karakteristik yaitu: (1) kegelisahan untuk suatu kesimpulan negatif tentang dirinya. Orang dengan karakteristik seperti ini, biasanya gelisah untuk reaksi buruk tentang dirinya; (2) standard hidup yang tidak terjangkau. Orang dengan karakteristik seperti ini, biasanya tidak bisa menerima keadaan dirinya, karena mempunyai standard pola hidup tinggi, tetapi kondisi ekonomi rendah; (3) berpikir hitam dan putih. Orang dengan karakteristik seperti ini, pola hidupnya tidak semuanya baik tetapi tidak semuanya juga buruk, dan biasanya ada ditengah-tengah kedua pola hidup tersebut; (4) diskualifikasi positif. Orang dengan karakteristik

10 10 seperti ini, biasanya tidak menginginkan orang lain mengetahui jati dirinya. Hal ini juga bisa menyangkut pengalaman-pengalaman bisnis yang sukses untuk diceriterakan kepada orang lain; (5) kehilangan perspektif (losing perspective). Orang dengan karakteristik seperti ini, biasanya menilai dirinya hanya dari satu aspek saja. Saya tidak berguna, saya tidak berharga hanya karena jeratan ekonomi, terjebak trafficking perempuan. Orang yang menjadi korban trafficking perempuan biasanya merasa kehilangan harga diri, dengan mengganggap dirinya kotor, tidak layak, tidak berguna, dan lain sebagainya. 5. Konsep dan Teknik Self-Exploration Teknik self-exploration (eksplorasi diri) adalah penjelajahan masalah klien mengatasi low self-esteem. Maksudnya mengeksplorasi hubungan, kebiasaan, pola berpikir, perasaan, perilaku, pilihan, dan pengalaman yang mungkin menjadi sumber low self esteem. Teknik ini menyangkut eksplorasi diri, dapat dilakukan melalui proses reframing thought, emotional dan behaviour, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta mengembangkan kesadaran diri dan penerimaan diri (Center for Healing & Change, 2012: 1). Dalam konteks penjelajahan masalah klien mengatasi low self-esteem proses eksplorasi yang dipergunakan adalah reframing thought of low self-esteem, reframing emotional of low self-esteem, reframing behaviour of low selfesteem dan reframing of healthy self-esteem. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien. Sasarannya adalah klien mencapai keyakinan diri seimbang. Steven (2012: 9) eksplorasi diri berhubungan dengan suara hati untuk mengontrol pikiran positif atau negatif, perasaan, tindakan, atau peristiwa. Arahan untuk konseling Langkah pertama: Suara hati memberikan sensasi yang berbeda antara, pikiran, emosi, dan tindakan yang terjadi dalam kesadaran diri. Saat mencoba menutup mata

11 11 anda dan dengan "suara hati" anda mencoba mengamati semua sensasi tubuh anda, emosi anda, dan pikiran anda. Cobalah hanya mengamati tanpa mengendalikan atau menghakiminya. Terutama memperhatikan urutan dan pola peristiwa internal. Saat anda merasa emosi,selama tahap eksplorasi diri berusaha untuk tidak mengubahnya. Mengamati hubungan antara emosi dan pikiran anda. Langkah kedua: Fokus pada situasi saat terjadi masalah, untuk membantu konseli menemukan penyebab masalah mereka. Berdiam diri, tanpa bicara. Pikirkan tentang saat-saat ketika anda mengalami masalah. Carilah urutan peristiwa. Kapan masalah mulai dan apa kondisi saat itu? Bagaimana perasaan anda saat itu? Bayangkan kalau masalah itu terjadi sekarang apa perasaan yang anda alami sekarang? Perasaan apa saja yang anda rasakan sekarang? Apa yang menyebabkan anda mengalami perasaan yang demikian? Apa yang dapat anda lakukan agar dapat keluar dari perasaan tersebut?

12 12 6. Proses Konseling TAHAP AWAL TAHAP EKSPLORASI DIRI TAHAP AKHIR a. Konselor mengarahkan klien, tidak perlu memandang diri secara negatif dan mengkritik diri sendiri, karena dibalik kekurangan dirimu, anda punya kelebihan. b. Konselor meyakinkan klien, bahwa anda dapat menerima sesuatu yang anda benci sebagai kenyataan dirimu. c. Menutup mata anda dan dengan "suara hati" anda mencoba mengamati semua sensasi tubuh anda, emosi anda, dan pikiran anda (lampu dimatikan, instrument lagu yang syahdu) a. Coba memperhatikan urutan peristiwa dan masalah yang anda alami. b. Saat anda merasa emosi pada tahap eksplorasi diri berusaha untuk tidak mengubah hubungan antara emosi dan pikiran anda. c. Bayangkan kalau masalah itu terjadi sekarang, perasaan apa saja yang anda rasakan sekarang? d. Apa saja yang menyebabkan anda mengalami perasaan yang demikian? Itulah kelemahan anda. e. Apa yang dapat anda lakukan agar dapat keluar dari perasaan tersebut? Itulah kekuatan anda. a. Anda berpotensi mendapatkan kontrol dalam situasi yang paling sulit. b. Anda bisa mengendalikan pikiran anda, tindakan, dan perasaan. c. Anda bertanggung jawab atas pikiran, tindakan, dan perasaan anda. d. Anda bertanggung jawab untuk dirinya sendiri dan memilih bagaimana menangani masalah anda. TUJUAN TEKNIK DAN SASARAN PENCAPAIAN a. Tujuannya adalah mengidentifikasi dan kelemahan klien. kekuatan b. Sasarannya adalah mengembangkan kesadaran diri klien. MEDIA a. Kertas kerja komitmen perilaku dan outwork task. b. Instrumen lagu yang syahdu EVALUASI Keberhasilan sesi ini terpantau dari kemampuan klien mengidentifikasi pikiranpikiran, perasaan dan perilaku sehat dan yang tidak rasional yang menyebabkan konseli mengalami low self-esteem.

13 13 Sesi 2 Nama Kegiatan : Aku adalah aku Tujuan : Klien mengembangkan kekuatan untuk mengelola kelemahan. Teknik : Self-acceptance Waktu : 60 menit Aktivitas/stimulasi/ : 1. Konselor meminta klien mengidentifikasi kekuatan yang dapat menjadi kelemahan, kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan klien melalui outwork task. 2. Konselor menjelaskan tentang konsep dan teknik selfacceptance sebagai penerimaan diri klien mengatasi masalah low spiritual self-esteem yang dialaminya. 3. Proses Konseling Materi Layanan : 1. Outwork task untuk klien Strengths and weaknes chart, strength chart, dan weaknes chart. Menurut Chuch (2011a:10, 11) kekuatan yang dimiliki setiap individu harus selalu dikontrol agar tidak berubah menjadi kelemahan. Beberapa kekuatan yang bisa menjadi kelemahan setiap individu. Jawablah pertanyaan dalam chart sebagai berikut. a. Nomor 1 10 tentang kekuatan yang bisa menjadi kelemahan, kalau ya atau tidak mengapa? Jelaskan secara singkat alasannya. b. Nomor tentang kekuatan yang anda miliki, kalau ya atau tidak, jelaskan secara singkat dalam hal apa.

14 14 c. Nomor tentang kelemahan yang anda miliki, kalau ya atau tidak, jelaskan secara singkat dalam hal apa. No Kekuatan & Kelemahan Ya Tidak Mengapa? 1 Terlalu percaya diri, kita berhenti belajar. 2 Terlalu khawatir tentang masalah pribadi, kita menjadi buta terhadap masalah-masalah lain. 3 Ketegasan adalah suatu kekuatan, tetapi tidak ketika anda gagal untuk mempertimbangkan sudut pandang lain. 4 Bertindak positif, namun bertindak gegabah dapat menyebabkan kejatuhan. 5 Disiplin diri, dapat membawa anda untuk mengharapkan terlalu banyak dari orang lain. 6 Ketelitian yang tinggi, tetapi bisa berubah menjadi perfeksionis. 7 Diplomasi, tetapi tidak ketika anda mengizinkan orang lain untuk mengambil keuntungan dari anda. 8 Antusiasme, bisa terlalu kuat. 9 Pendukung, tetapi tidak ketika anda mengiyakan

15 15 semua keinginan orang lain. 10 Terlalu sabar, jadi pesimis No Kekuatan Ya Tidak Dalam Hal Apa? 11 Iman & keyakinan 12 Gembira dengan kehidupan 13 Hidup dengan berani 14 Bergaul dengan orang lain 15 Disiplin diri 16 Optimis untuk mengembangkan diri 17 Cinta dan kasih sayang 18 Tanggung jawab No Kelemahan Ya Tidak Dalam Hal Apa? 19 Cemburu dan iri hati 20 Kemarahan dan kebencian 21 Kurang bersyukur dan berterima kasih 22 Sombong 23 Mudah tertipu dan dipengaruhi orang lain 24 Kurang nyaman dan tidak aman 25 Suka menyalahkan dan mengkritik diri sendiri

16 16 27 Merasa diri tidak berguna dan tidak berharga 28 Merasa diri kotor dan tidak layak 29 Merasa gagal dan tidak punya harapan hidup 30 Bosan dan cepat jenuh 2. Konsep dan Teknik Self-Acceptance Penerimaan diri berarti menerima keberadaan diri, penampilan fisik, kepribadian, emosi, pengalaman menyakitkan, sensasi menyenangkan, reaksi, keterampilan, bakat, kekuatan bersama dengan kelemahan dan penderitaan. Penerimaan diri tidak berarti menerima nasib dan hidup apa adanya, tetapi sadar dan mengakui perilaku, kebiasaan, dan kepribadian, dan tidak takut untuk mengenali kekurangan dirinya adalah langkah pertama untuk penerimaan diri (Sasson, 2012:1). Mengenali diri sendiri memberi kemungkinan untuk melihat apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kehidupan diri sendiri. Memahami karakter dan kebiasaan, berhenti membandingkan diri dan prestasi dengan orang lain, mengakui kebiasaan baik dan buruk dapat meringankan perasaan ketidakpuasan, kebencian kemarahan, atau ketidakbahagiaan (Sasson, 2012:1). Jadi yang dimaksud dengan penerimaan diri adalah menerima kekurangan dan prestasi sebagai kekuatan untuk mengatasi masalah hidup. Memiliki kesalahan dan momen sukses dalam hidup didapatkan melalui kehidupan bahagia dan damai mengharuskan individu untuk memahami keseimbangan positif dan negatif. Arahan untuk konseling a. Membuat Perdamaian dengan Diri Sendiri Tidak perlu memandang secara negatif dan mengkritik diri sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk menghapus kritik internal dan mengumpulkan ide-ide baru tentang kesadaran dan cinta untuk rileks, tenang, dan mengintegrasikan semua tingkat

17 17 keberadaan diri. Dengan memiliki cinta, hidup itu indah dan damai, penuh sukacita dan kasih. b. Lihat dalam Cermin Buatlah langkah berani untuk memiliki kemurahan hati tulus untuk hidup. Luangkan waktu sejenak untuk melihat ke dalam cermin, menegaskan seberapa baik, mengagumi dan menghargai hidup anda. Lihatlah semua yang anda miliki - berwujud maupun tidak berwujud dan merasa bersyukur atas kehidupan fisik anda. Hidup anda mungkin tidak semua baik, tetapi tentu tidak semua buruk juga. Rasakan betapa indahnya itu hanya mungkin merasa mereda pada diri sendiri, meskipun anda tidak sempurna. Biarkan diri anda untuk menjadi jelas bahwa itu adalah rasa percaya diri dan penerimaan diri bahwa anda benar-benar ingin hidup layak dan lebih baik. c. Live In The Now Adalah harapan untuk mencapai tujuan anda. Merasakan kegembiraan mengisi hidup anda saat anda membayangkan memiliki apa yang anda inginkan. Hal ini diperlukan untuk membawa sukacita anda ke dalam saat sekarang dan kehidupan anda saat ini. Tanyakan pada diri anda bagaimana anda dapat membawa lebih banyak makna atau kepenuhan ke dalam hidup anda hari ini. Apa tindakan praktis yang bisa anda lakukan yang akan membuat hari ini lebih baik? d. Menerima kelebihan dan kekurangan diri Bagi kebanyakan orang, menerima kekuatan dan kelemahan mereka saat ini adalah hal terakhir yang mereka ingin pertimbangkan. Bagaimana bisa anda menerima sesuatu yang anda ingin ubah atau sesuatu yang anda benci? Anda tidak ingin menerima diri anda sekarang. Sebaliknya, anda ingin mengubah diri atau melarikan diri dari anda. Hanya dengan membiarkan diri anda untuk menerima kenyataan anda kemudian menciptakan sesuatu yang baru. Bertanya pada diri sendiri, "Apa perasaan dalam diri anda yang telah menciptakan situasi ini?" Tujuannya adalah menemukan harmoni kehidupan, menciptakan kesempatan untuk tahu lebih banyak tentang kekurangan dan kelebihan dirimu.

18 18 e. Katakan sesuatu sampai hal itu terwujud Semua manusia memiliki kelemahan yang dirasakan atau ketidaksempurnaan, dan sering membenci serta menyalahkan dirinya. Untuk membentuk hubungan yang lebih baik berbicaralah, ceritakan hal-hal baik, katakan padanya bahwa anda melakukan pekerjaan yang baik. Artinya, mengatakan dan melakukan perilaku yang anda ingin wujudkan sampai hal itu menjadi kenyataan. Anda bisa mengatakan, "Meskipun saya tidak suka hidup saya dalam kondisi saat ini, saya tetap memilih untuk mengembangkan hubungan baru dengan diri saya sendiri." f. Perlakukan hidup seperti yang diinginkan Ketika anda menghargai hidup, anda dapat bekerja dalam kemitraan dengan kelebihan yang anda miliki, sebagai lawan untuk memerangi kekurangan anda. Belajar untuk mencintai dalam penerimaan diri anda sendiri. Anda pantas mendapatkan apa yang anda minta, dan anda berhak untuk tahu dan menghargai siapa anda. Mengambil kesempatan dan mulai bermain di bumi ini sementara anda berada dalam dunia anda. Sebagai contoh: 1) Libatkan diri anda dalam kegiatan yang mengangkat anda ke atas. Lepaskan apa yang menarik anda ke bawah. 2) Mencari pengalaman dimana anda merasa lebih baik. 3) Fokus mata anda pada apa yang optimistis lebih pada apa yang pesimis. 4) Tertawa sehingga air mata deras datang dari mata anda. 5) Mari dan bernyanyi dengan meninggalkan beban anda sambil mendengarkan lagu favorit anda. 6) Katakan pada diri anda hal yang paling indah. 7) Bermain ayunan di taman bermain. 8) Bersihkan lemari anda dan menyingkirkan setiap pakaian yang tidak cocok bagi anda. 9) Kenakan pakaian yang anda merasa nyaman

19 19 10) Mengembangkan kemitraan dengan hal-hal atau kegiatan-kegiatan yang anda suka. Ketika anda mulai menerima diri sendiri apa adanya sekarang, anda memulai hidup baru dengan kemungkinan-kemungkinan baru. Dengan mengembangkan penerimaan diri anda memberdayakan diri Anda untuk mencapai tujuan anda dan menjalani kehidupan, lebih kaya dan lebih berharga.

20 20 3. Prosers Konseling TAHAP AWAL a. Konselor mengarahkan klien, tidak perlu memandang diri secara negatif dan mengkritik diri sendiri, karena dibalik kekurangan dirimu, anda punya kelebihan. b. Konselor meyakinkan klien, bahwa anda dapat menerima sesuatu yang anda benci sebagai kenyataan dirimu. TAHAP PENERIMAAN DIRI a. Konselor memberi kesempatan klien untuk tahu lebih banyak tentang kekurangan dan kelebihan dirinya. b. Menempatkan sebuah cermin dalam ukuran besar didepan klien. Konselor meminta klien untuk melihat ke dalam cermin, coba mengungkapkan perasaanmu tentang kekurangan dan kelebihan dirimu. c. Konselor meminta klien mengenali kelemahan diri dan mengelolahnya sebagai kekuatan dan penerimaan diri terhadap masalah yang dihadapinya TAHAP AKHIR a. Terus bertanya pada diri sendiri, "Apa yang paling saya takuti?" Apa hal terburuk yang bisa terjadi?" Pertanyaanpertanyaan ini dapat membantu anda membuka misteri yang mungkin menghantui anda selama bertahun-tahun. b. Ketakutan mendorong banyak kecemasan, depresi, dan kemarahan. Menemukan, menghadapi, dan mengatasi ketakutan terburuk akan memecahkan masalah anda. c. Ketika anda akhirnya menghadapi ketakutan ini, bisa membebaskan anda keluar dari keterpurukan ini dan punya keberanian bahwa hidup ini layak diperjuangkan. TUJUAN TEKNIK DAN SASARAN PENCAPAIAN MEDIA a. Tujuannya adalah klien a. Daftar 1 tentang Kekuatan dapat mengembangkan dan kelemahan keyakinan inti seimbang b. Daftar 2 tentang kekuatan b. Sasarannya adalah c. Daftar 3 tentang kelemahan penerimaan diri klien. d. Cermin EVALUASI Keberhasilan sesi ini terpantau dari kemampuan klien menerima kekurangan dan prestasi sebagai kekuatan dan penerimaan diri terhadap masalah yang dihadapinya.

21 21 Sesi 3 Nama Kegiatan : Bereksperimen dengan situasi Tujuan : Klien memiliki kehendak bebas untuk mengambil jarak dan sikap (self-detachment) terhadap gejala-gejala dan masalahmasalah yang berhubungan dengan asumsi negatif. Teknik : Intensi paradoksikal Waktu : 60 menit Aktivitas/stimulasi Personalisasi : 1. Konselor meminta klien mengidentifikasi anggapan yang salah, perilaku negatif terhadap dirinya dan orang lain, serta mengikatkan diri pada perspektif baru yang perlu dikembangkan, melalui outwork task. 2. Konselor menjelaskan tentang konsep dan teknik intensi Paradoksikal. 3. Proses konseling. Materi layanan : 1. Outwork task untuk konseli a. Identifikasi Bias Harapan Anda Apakah anda korban kekerasan fisik, psikis dan seksual dari masalah yang anda alami? (ya / tidak). Apakah anda mengalami trauma dengan peristiwa tersebut? (ya / tidak). Apakah anda merasa kosong, hampa dan hilang harapan karena preseden buruk tersebut? (ya / tidak). Apakah perasaan tidak berguna selalu menghantui hidup anda? (ya / tidak). Apakah takut gagal adalah hal terburuk yang akan terjadi atas anda? (ya / tidak). Apakah anda kehilangan kesempatan bermain, belajar dan bekerja? (ya / tidak). Apakah anda gagal menjadi tulang punggung keluarga? (ya / tidak). Apakah anda tidak mengharapkan sesuatu dari hidup ini lagi? (ya / tidak).

22 22 b. Identifikasi Perilaku Anda yang Tidak Membantu Apakah anda sering menghindari tempat, orang, atau pikiran yang mengingatkan pada preseden buruk? (ya / tidak). Apakah anda sering merokok, alkohol, penyalahgunaan zat dan obat-obatan terlarang sebagai tindakan menyelamatkan diri dari masa lalu yang buruk? (ya / tidak). Apakah anda sadar bahwa merokok, alkohol, penyalahgunaan zat dan obat-obatan terlarang bukanlah jalan keluar dari masa lalu yang buruk? (ya / tidak). ). Bukankah hal tersebut hanya merusak hidup dan masa depan anda? (ya / tidak). Apakah anda pernah berpikir untuk bunuh diri, sebagai bentuk pelarian dari masalah? (ya / tidak). c. Mengembangkan Harapan Realistis Apakah anda sadar dan menerima kenyataan bahwa anda pernah menjadi korban kekerasan fisik, psikis dan seksual dari masalah yang anda alami? Apakah anda merasakan ada hikmat dengan peristiwa tersebut? Apakah ada makna yang anda temukan melalui preseden buruk tersebut? Apakah anda berharga dan berguna setelah anda diterima oleh keluarga dan teman? Apakah bersama keluarga dan teman adalah hal yang terindah dalam hidup anda? Apakah harapan anda memiliki tujuan hidup tercapai, apabila mendapat kesempatan bermain, belajar dan bekerja? Apakah anda optimis menjadi tulang punggung keluarga yang sukses? Apakah hidup yang anda jalani sungguh bermakna bagi anda dan keluarga? d. Identifikasi Perilaku yang Membantu Apakah anda menyukai tempat, orang, atau pikiran yang mengingatkan pada preseden buruk, setelah anda memaafkan orang-orang yang menyebabkan anda jatuh dalam masalah? Yakinkah anda bahwa tanpa merokok, alkohol, penyalahgunaan zat dan obat-obatan terlarang, anda tetap optimis memperjuangkan dan melanjutkan hidup ini? Bukankah dengan berperan sebagai istri/suami pendamping suami/istri dan orang tua bagi anak-anak anda berharga bagi mereka? Yakinkah anda memiliki harapan masa depan bersama keluarga?

23 23 Apakah bersama keluarga, anda mengembangkan harapan realistis, untuk mencapai tujuan dan menemukan makna hidup? 2. Konsep dan Teknik Intensi Paradoksikal Teknik intensi paradoksikal menurut Frankl (1985a:145) dibangun berdasarkan kemampuan manusia untuk menjauhkan diri dan mengambil jarak (selfdetachment) terhadap keinginan dan ketakutan yang berlebihan. Tujuan teknik ini adalah untuk membantu klien membuat jarak antara dirinya dengan gejala dari masalah yang dialaminya, dengan kata lain mengambil jarak atas symptom (gejala). Klien dibantu untuk menyadari bahwa mereka tidak identik dengan ketakutan masa lalunya, obsesi, rendah diri, rasa tidak aman, depresi, kecanduan, penyakit fisik, atau ledakan emosional. Klien didorong untuk melihat bahwa mereka bukanlah korban yang tak berdaya secara biologis, psikologis, dan sosial, tetapi punya power yang dapat mengambil jarak dan sikap terhadap keadaan mereka. Teknik ini sangat individual, dan dapat dilakukan dengan cara (a) menjelaskan keberadaan klien tentang kebebasan dan tanggung jawab; (b) menjelaskan faktor negatif dan positif keadaan klien; (c) menjelaskan apa yang ada di masa lalu dan apa yang mungkin dapat dicapai klien dimasa depan; (d) menjelaskan apa yang menjadi tanggungjawab dan tidak menjadi tanggungjawab klien. Tujuan dari teknik ini adalah membantu klien untuk tidak menghindari rasa takut, tetapi menghadapinya dengan humor yang merupakan salah satu sumber daya spirit manusia. Teknik ini juga memungkinkan klien mengadopsi sikap baru, untuk memobilisasi dan memanfaatkan kapasitas manusia secara eksklusif dengan menertawakan dirinya sendiri, sebagai upaya mengatasi sendiri penyakitnya, yang mungkin mengarah pada kesembuhan (Wong, 2007:7). Selain itu, klien dapat mengembangkan harapan realistis. Dengan demikian, kapasitas untuk melakukan self-detachment dimungkinkan hanya karena setiap individu memiliki kehendak bebas, dalam pengertian bahwa setiap individu tidak bebas dari situasi dan kondisi, tetapi ia bebas menentukan sikapnya atau menyikapi situasi dan kondisi tersebut.

24 24 Marshall (2009:59) mengatakan bahwa intensi paradoksikal dapat juga digunakan untuk masalah klien dengan gangguan kecemasan. Untuk penanganan masalah kecemasan, menurut Marshall perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: Pertama, harus ada konfirmasi bahwa kecemasan klien tidak terkait dengan beberapa penyakit lain, seperti hasil dari endogen, hipotiroidisme depresi, diabetes, penyakit infeksi, atau penyakit lain yang memerlukan penanganan secara langsung. Kedua, self-detachment dapat dilakukan dengan tujuan membantu klien untuk bersantai, dan penataan dirinya secara relaksasi. Inti dari self-detachment juga memperbaiki dan mengatasi keadaan dan gejala-gejala yang menakutkan. Prinsip ini sejalan dengan teknik "diagnostik alternatif" dari Lukas (Marshall, 2009:50), yang menggabungkan gejala-gejala dan kecemasan yang berhubungan dengan sumber daya dan pengalaman-pengalaman positif. Ketiga, metode tersebut bertujuan mengidentifikasi gejala-gejala kepanikan dan sumber daya, potensi, kekuatan yang dimiliki klien untuk meningkatkan efektivitas dan mengembangkan harapan realistis, serta rasa percaya diri dalam menangani kecemasan. Arahan untuk konseling Intensi paradoksikal dapat digunakan sebagai teknik untuk melakukan konfrontasi terhadap bias harapan yang dialami korban trafficking perempuan. Teknik tersebut bertujuan mengembangkan harapan yang realistis. Intensi paradoksikal pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi yang dialami para korban dan lingkungannya. Dengan teknik ini, konselor mengupayakan agar para korban yang mengalami bias harapan dapat mengembangkan harapan yang realistis. Untuk mencapai tujuan tersebut para korban juga dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang positif dalam rangka mengubah perilaku dan meningkatkan kualitas hidup positif, serta bereksperimen dengan bias harapan untuk mengembangkan keyakinan diri dan mengembangkan harapan yang realistis.

25 25 3. Proses Konseling TAHAP AWAL a. Konselor menjelaskan keberadaan klien tentang kebebasan dan tanggung jawab b. Konselor menjelaskan faktor negatif dan positif keadaan klien. c. Konselor menjelaskan apa yang ada di masa lalu dan apa yang mungkin dapat dicapai konseli dimasa depan. d. Konselor menjelaskan apa yang menjadi tanggungjawab dan tidak menjadi tanggungjawab klien. TAHAP PENGAMBILAN SIKAP DAN JARAK a. Konselor menyadarkan klien untuk menerima kenyataan bahwa anda pernah menjadi korban kekerasan dari jaringan trafficking perempuan. b. Konselor meyakinkan klien, bahwa ada makna yang anda temukan melalui preseden buruk tersebut. c. Konselor mengarahkan klien untuk menyukai tempat, orang, atau pikiran yang mengingatkan pada preseden buruk. d. Konselor meyakinkan klien bahwa ia punya kebebasan berperan dan bertanggung jawab sebagai istri/suami pendamping suami/istri dan orang tua bagi anak-anak. TAHAP AKHIR a. Yakinlah bahwa anda berharga bagi mereka. b. Pastikan bahwa anda memiliki harapan masa depan bersama keluarga. c. Bersama keluarga, anda bisa mengembangkan harapan realistis, untuk mencapai tujuan dan menemukan makna hidupmu. d. Ternyata anda berharga dibalik semua situasi yang anda alami saat ini. TUJUAN TEKNIK DAN SASARAN PENCAPAIAN a. Tujuannya adalah klien dapat mengembangkan asumsi berpikir positif. b. Sasarannya adalah ketegasan diri klien. MEDIA Bereksperimen dengan situasi. EVALUASI Sesi ini berhasil apabila ketegasan klien memisahkan dirinya dengan berbagai fenomena masalah dapat mengembangkan asumsi berpikir positif.

26 26 Sesi 4 Nama Kegiatan : Transendensi diri Tujuan : Klien dapat memanfaatkan sumber daya batin yang memberdayakan kapasitas kehendak klien untuk makna Teknik : De-refleksi Waktu : 60 menit Aktivitas/stimulasi : 1. Konselor meminta klien mengidentifikasi kualitas perilaku hidup positif dalam pencapaian tujuan hidupnya melalui jurnal kegiatan. 2. Klien diajak menonton bersama film menggunakan kekuatan menantang jiwanya kondisi saat itu dan bergerak ke arah kegiatan positif, tujuannya adalah membantu klien mengatasi dirinya sendiri dan bergerak ke arah nilai-nilai kreatif dan pengalaman yang positip. 3. Konselor menjelaskan konsep dateknik derefleksi dengan memanfaatkan kemampuan transendensi diri (selftranscendence) yang dimiliki klien. 4. Proses konseling Materi Layanan : 1. Outwork task untuk konseli Jurnal kegiatan positif anda setiap hari (1) Untuk setiap hari dalam seminggu, memikirkan satu kegiatan sebagai kualitas perilaku positif anda. (2) Tulis hari dan tanggal, apa yang anda lakukan pada siang hari, dan kualitas positif perilaku/tindakan apa yang anda tunjukkan.

27 27 Tanggal/Hari Apa yang anda buat di siang hari Duduk di tepi sungai Kualitas positifnya apa? Untuk mengagumi Keindahan alam 2. Slide film tentang Brought to you Transendensi diri sebagai kekuatan pada model logo konseling mampu memenuhi kebutuhan penanganan yang diperlukan pada tingkat tujuan hidup yaitu klien harus mengembangkan seperangkat nilai keikatan diri (self commitment), melakukan berbagai kegiatan nyata yang lebih terarah guna mencapai makna dan tujuan hidupnya. Tujuan hidup mencerminkan figur klien yang mempunyai harkat dan martabat unuk mencapai makna hidup dan penghargaan atas dirinya. Nilai-nilai itu terlihat pada saat para korban menonton slide film tentang Brought to you yang mengkisahkan seorang Kenny Easterday yang buntung kedua tangannya tetapi bisa melakukan aktivitas menikah dan punya anak, merawat anaknya sendiri, menyetir mobil, olah raga fitness, dan banyak hal yang dapat dilakukan sama seperti seorang yang normal. Komitmen bahwa klien bisa melakukan lebih dari yang dilakukan Kenny Easterday, terlihat dari pola perilaku dan skill yang diminati klien.

28 28 3. Konsep dan Teknik De-refleksi De-reflection dalam pemikiran Frankl (2010:2, 3) diindikasikan pada kasus hyperreflection (terlalu fokus pada pengamatan-diri). Ketika seseorang terlalu egois, perhatian diambil dari fokus diri dan diarahkan ke arah fokus pada orang lain untuk mencintai atau nilai untuk merespon. Klien yang dalam krisis sangat egois, karena penderitaannya terlihat dalam konteks esensi spiritual dari orang yang "di belakang" masalah. Makna dalam situasi ini memberi isyarat klien keluar dari masalah. Situasi ini dilihat sebagai tantangan dan undangan untuk mengubah penderitaan manusia menjadi prestasi manusia. Salah satu tema sentral dari logoterapi adalah transendensidiri sebagai inti dari keberadaan manusia. Melalui dereflection klien melampaui dirinya untuk fokus pada makna dan nilai. Frankl menjelaskan bahwa dereflection efektif karena klien memanfaatkan sumber daya batinnya, khususnya kemampuannya untuk transendensi-diri. Dengan transendensi-diri, klien dapat menjangkau keluar, dan benar-benar mencapai dunia, menghadapi makhluk lain untuk memenuhi dan menemukan makna. Dengan demikian transendensi-diri adalah sumber daya batin yang memberdayakan kapasitas kehendak klien untuk makna. Menurut Wong (2007:8) melalui de-reflection klien diminta untuk mengarahkan perhatiannya jauh dari masalah dengan aspek yang lebih positif dari kehidupannya. Klien dibantu untuk membuat jarak dengan gejala-gejala yang dialaminya, bahwa klien tidak identik dengan ketakutan, masa lalu, obsesi, rendah diri, rasa tidak aman, depresi, kecanduan, penyakit fisik, atau ledakan emosional. Kemudian klien diajak menggunakan kekuatan menantang jiwanya melampaui kondisi saat itu dan bergerak ke arah kegiatan positif. Kegiatan tersebut akan mengurangi gejala dengan membenamkan diri dalam pekerjaan atau dengan memilih sikap yang benar, sehingga klien tidak hanya mengatasi kondisi eksternal tetapi juga kondisi dalam dirinya sendiri. Tujuannya adalah membantu klien mengatasi dirinya sendiri dan bergerak ke arah nilai-nilai kreatif dan pengalaman yang positip.

29 29 Dengan de-reflection, para korban memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimilikinya. Para korban memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada kualitas perilaku positif dan bermanfaat (Frankl Institute, 2011). Para korban pertama-tama dibantu untuk menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan. Ini merupakan suatu jenis daya penarik terhadap nilai-nilai para korban yang terpendam. Ketika nilai-nilai tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri para korban trafficking perempuan. Arahan untuk Konseling a. Daftar Hal-Hal Positif yang Anda Miliki Hal ini sebagai langkah pertama untuk mengubah cara anda memperlakukan diri sendiri adalah untuk pertama mengamati bagaimana hidup anda saat ini. Untuk membantu anda membuat daftar kualitas perilaku positif anda, tanyakan diri sendiri pertanyaan berikut ini. Apa yang anda suka tentang anda? Apa saja perilaku positif yang anda miliki? Apa saja prestasi anda? Ada berapa tantangan yang telah anda kalahkan? Ada berapa keterampilan atau bakat yang anda miliki? Apa yang orang lain katakan dan mereka suka tentang anda? Konselor membantu klien menjelaskan hal-hal yang anda suka pada orang lain bahwa anda juga memiliki kesamaan dengan mereka? Bagaimana seseorang yang peduli pada anda menggambarkan tentang anda? Apa yang anda anggap tentang hidup bahagia? Apa sifat baik yang anda miliki?

30 30 b. Melakukan Kegiatan-kegiatan yang Berhubungan dengan Transendensi Diri Transendensi diri berhubungan dengan kemampuan klien mengabaikan fenomena masalah yang dialaminya dan melampauinya untuk melakukan suatu perhubungan dengan orang lain. Berhubungan dengan orang lain, dapat dilakukan melalui sharing pengalaman, peristiwa-peristiwa yang dapat menyelamatkan dari keterpurukan, menonton slide film tentang pengalaman orang-orang yang terpuruk, dari keluarga miskin dan kurang beruntung, cacat tubuh, tetapi menjadi orang sukses dengan integritas dan kompetensi diri yang baik. Transendensi diri sebagai kekuatan pada pengembangan model logo konseling membuktikan bahwa klien mempunyai kemampuan mengembangkan harapan realistik dengan sasaran pencapaian adalah tujuan hidup positif. Hal tersebut memungkinkan klien untuk meningkatkan harapan realistik dan mengembangkan seperangkat nilai keikatan diri (self commitment), dengan indikatornya adalah melakukan berbagai kegiatan nyata yang lebih terarah, memperbaiki bias harapan klien tentang dirinya yang terburuk, kritik diri dan masa depan suram, dengan cara menyikapi situasi dengan pikiran terbuka, mencoba hal-hal baru, mengabaikan opini negatif yang membuat klien cemas, gelisah dan tidak pasti, atau meragukan diri sendiri dan kemampuan mereka, untuk menemukan nilai-nilai hidup dibalik opini tersebut. Ada nila-nilai yang sangat berharga sehubungan dengan harapan dan tujuan hidup klien, yaitu sebagai tulang punggung keluarga, sebagai orang tua yang melahirkan, merawat dan membesarkan anak-anak, suami/istri pendamping istri/suami yang setia dalam suka dan duka, guna mencapai makna dan tujuan hidupnya. Tujuan hidup mencerminkan figur klien yang mempunyai harkat dan martabat untuk mencapai makna hidup dan penghargaan atas dirinya. Pemaknaan hidup yang berhasil dihayati klien dengan memaknai penderitaan tersebut, merupakan suatu proses pencapaian tujuan hidup dan penghargaan atas diri klien.

31 31 4. Proses Konseling TAHAP AWAL TAHAP TRANSENDENSI a. Konselor membantu klien untuk menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan, melalui tahapan konseling sebagai berikut. b. Apa yang anda suka tentang diri anda? c. Apa saja perilaku positif yang anda miliki? d. Apa saja prestasi anda? e. Ada berapa tantangan yang telah anda kalahkan? f. Ada berapa keterampilan atau bakat yang anda miliki? g. Apa saja yang orang lain katakan dan mereka suka tentang anda? h. Konselor membantu konseli menjelaskan halhal yang konseli suka pada orang lain bahwa klien juga memiliki kesamaan mereka. dengan DIRI a. Konselor membantu klien memanfaatkan kemampuan transendensi diri (selftranscendence) yang dimilikinya untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada kualitas perilaku hidup positif, melalui tahapan konseling sebagai berikut. b. Jika seseorang berbagi cerita tentang masalahnya yang identik bahkan lebih berat dari yang anda alami. Apa yang anda kagumi di dalamnya? c. Ternyata orang itu sukses dalam karir dan pekerjaannya. Apakah anda juga mau sepeti orang tersebut,keluar dari keterpurukan, kejar cita-cita dan menjadi orang yang sukses? Apa yang akan anda lakukan? Sukses dan karir bagaimana yang anda inginkan? TAHAP AKHIR a. Konselor sharing dengan klien tentang cerita dalam film tadi, sebagai daya penarik terhadap nilai-nilai klien yang terpendam. Ketika nilai-nilai tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri klien. b. Klien dapat menjangkau keluar, dan benar-benar mencapai dunia, menghadapi makhluk lain untuk memenuhi dan menemukan makna hidupnya. c. Klien dapat mempergunakan sumber daya batin yang memberdayakan kapasitas kehendaknya untuk melakukan transformasi nilai dan modifikasi sikap melalui sharing pengalaman, peristiwa-peristiwa yang dapat menyelamatkan dari keterpurukan, menonton slide film tentang pengalaman orang-orang yang terpuruk, dari keluarga miskin dan kurang beruntung, cacat tubuh, tetapi menjadi orang sukses dengan integritas dan kompetensi diri yang baik. TUJUAN TEKNIK DAN SASARAN PENCAPAIAN a. Tujuannya adalah klien dapat mengembangkan harapan realistik b. Sasarannya adalah MEDIA Jurnal kegiatan untuk kualitas perilaku positif EVALUASI Sesi ini berhasil apabila klien berhasil menggunakan kekuatan menantang

32 32 pencapaian tujuan hidup jiwanya melampaui kondisi saat itu dan bergerak ke arah kegiatan-kegiatan positif.

33 Sesi 5 Nama Kegiatan : Nilai-nilai sikap Tujuan : Klien dapat mengubah penderitaan dan rasa bersalah. Teknik : Modifikasi sikap Waktu : 60 menit Aktivitas/stimulasi : 1. Konselor meminta klien mengidentifikasi, mengkonfrontasi dan menyeimbangkan evaluasi diri negatif yang dimilikinya melalui outwork task. 2. Konselor menjelaskan konsep dan teknik modifikasi sikap sebagai tanggung jawab pribadi klien mengubah penderitaan dan rasa bersalah. 3. Proses konseling Materi Layanan : 1. Outwork Task untuk Konseli a. Identifikasi evaluasi diri negatif 1) Apakah anda terjebak dalam masalah? Apakah anda mengalami pelecehan dan kekerasan secara fisik, psikis dan seksual? Apakah anda diteror, ditekan dan diancam? Apakah anda diisolasi dan disekap? 2) Setelah situasi tersebut, apakah anda merasa diri anda kotor? Apakah anda merasa tidak berguna dan tidak berharga lagi dimata orang lain? Apakah anda terus menyalahkan diri dan mengkritik diri anda sendiri? b. Konfrontasi evaluasi diri negatif 1) Apakah anda berusaha untuk tidak lagi terjebak dalam masalah? Apakah anda mau memaafkan orang-orang yang pernah melakukan pelecehan dan kekerasan secara fisik, psikis dan seksual terhadap anda?. Apakah anda yakin bahwa hidup ini jauh lebih penting dan harus diperjuangkan sekalipun anda 1

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama   TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK A. Pendahuluan Pekerjaan konselor kelompok sudah dimulai jauh sebelum pertemuan kelompok yang pertama kali.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan hidup merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu. Ketidakmampuan manusia dalam mencapai makna

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 179 LAMPIRAN 180 181 A. Pedoman Wawancara NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 1. Perkenalan dan Rapport 2. Riwayat Penyakit 3. Dampak penyakit terhadap kehidupan secara keseluruhan 4. Aspek Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

SMA NEGERI 1 SANDEN Alamat. JL. Ngentak, Murtigading, Sanden, Bantul, 55763

SMA NEGERI 1 SANDEN Alamat. JL. Ngentak, Murtigading, Sanden, Bantul, 55763 PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL SMA NEGERI 1 SANDEN Alamat. JL. Ngentak, Murtigading, Sanden, Bantul, 55763 RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL SEMESTER I TAHUN 2016 1. Topik : Membangun pertemanan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP PELAYANAN 1

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP PELAYANAN 1 PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP PELAYANAN 1 A. Pengertian Konsep Diri Siapakah Aku? Pertanyaan ini menggambarkan bagaimana cara seseorang memahmi dan menilai dirinya, yang berarti orang tersebut sedang membuat

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga. BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP II. 1. Pendekatan Psikologi Setiap kejadian, apalagi yang menggoncangkan kehidupan akan secara spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran) A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Asal Sekolah Kelas : Nissa (Nama Samaran) : 18 tahun : Perempuan : Islam : Siswa : SMA Negeri 1 Sanden : XII Semester : 1 Alamat B. Deskripsi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak belajar tentang banyak hal, sejak lahir ke dunia ini. Anak belajar untuk mendapatkan perhatian, memuaskan keinginannya, maupun mendapatkan respon yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks dimana individu baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah seperti perubahan fisik, perubahan emosi,

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Memaafkan 1. Definisi Pengalaman Memaafkan Memaafkan merupakan sebuah konsep dimana terdapat pelaku dan korban yang berada dalam sebuah konflik dan sedang berusaha

Lebih terperinci

MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI. dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa

MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI. dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa STRESS Segala kejadian (masa lalu/ masa datang) yang menimbulkan perasaan tidak enak

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah pecandu narkoba di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah mengungkap 807 kasus narkoba

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat kita simak dari liputan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 116 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Permainan Dialog untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MI Ma arif NU Pucang Sidoarjo Dalam bahasan

Lebih terperinci

Permainan Menentukan Pola Dasar Prilaku Keuangan Anda

Permainan Menentukan Pola Dasar Prilaku Keuangan Anda Permainan Menentukan Pola Dasar Prilaku Keuangan Anda Centanglah kata-kata sifat yang menurut Anda berhubungan dengan prilaku keuangan Anda sebanyak-banyaknya. Ini hanyalah permainan jadi bersenang-senanglah!,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan laporan penelitian yang menguraikan pokok bahasan tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian, pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. KONSEP DASAR Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagianbagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,

Lebih terperinci

Kalender Doa Januari 2016

Kalender Doa Januari 2016 Kalender Doa Januari 2016 Berdoa Bagi Wanita Cacat Berabad abad beberapa masyarakat percaya bahwa wanita cacat karena kutukan. Bahkan yang lain percaya bahwa bayi yang lahir cacat bukanlah manusia. Para

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

Strategi dan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan!

Strategi dan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan! Membangun : & Strategi dan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan! Bagian I Teori Kesuksesan dan Kekayaan Percaya Bahwa Anda Akan Kaya dan Sukses Percaya Anda akan sukses, maka sukseslah Anda. Berpikir positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Diciptakan dengan istimewa serta sempurna. Dengan memiliki akal pikiran dan hati yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas. 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab berikut dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan dan pertanyaan penelitian, tujuan peneltian dan manfaat penelitian. A. Latar

Lebih terperinci

Perubahan Untuk Diri sendiri dan mereka yang dipimpin

Perubahan Untuk Diri sendiri dan mereka yang dipimpin 4 Perubahan Untuk Diri sendiri dan mereka yang dipimpin Seorang pemimpin tidak dengan otomatis akan menjadi seorang pemimpin yang melayani. Pemimpin yang melayani perlu terus menerus melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penerimaan diri 2.1.1 Definisi Penerimaan Diri Ellis (dalam Richard et al., 201) konsep penerimaan diri disebut Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya

Lebih terperinci

KITAB AYUB PERTANYAAN DISKUSI

KITAB AYUB PERTANYAAN DISKUSI KITAB AYUB PERTANYAAN DISKUSI Pasal 1 Betapa mudah memuji dan mengikut Tuhan pada kondisi yang baik. Bagaimana kita bisa ingat untuk tetap setia bahkan dalam kondisi buruk sekalipun? Pasal 2 Pernahkah

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) A. PENGERTIAN Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang terus-menerus dimana seorang individu tidak melihat ada alternative

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Blue Print Kuisioner. Dukungan Sosial

LAMPIRAN 1. Blue Print Kuisioner. Dukungan Sosial LAMPIRAN 1 Blue Print Kuisioner Dukungan Sosial Variabel Aspek Indikator Favorable Unfavorable Dukungan Sosial Emotional esteem support or Menerima perhatian dari keluarga Menerima perhatian dari teman/kerabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Emotional Eating 2.1.1 Definisi Emotional Eating Menurut Arnow (1995) emotional eating adalah keinginan untuk makan ketika timbul perasaan emosional seperti frustrasi, cemas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian motivasi Walgito (2004), mendefinisikan motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. Menurut Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab BAE~ I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakaog Masalah Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab kematian nomor tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya kehidupan dewasa ini disemaraki oleh banyaknya kegagalan dalam membina rumah tangga yang utuh. Seringkali banyak keluarga memilih untuk berpisah dari hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Citra merupakan image yang diberikan seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN. HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamanya berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan, namun ternyata ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

Reality Therapy. William Glasser

Reality Therapy. William Glasser Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wellbeing merupakan kondisi saat individu bisa mengetahui dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, dan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase yang ditandai dengan meninggalkan rumah dan menjadi orang dewasa yang hidup sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang selalu ingin dicapai oleh semua orang. Baik yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka ingin dirinya

Lebih terperinci

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional 15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional Saat ini kecerdasan emosional tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejak munculnya karya Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Why

Lebih terperinci

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.

Lebih terperinci

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi layanan kesehatan telah lama dibicarakan, baik di Negara maju maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan yang semakin responsiv

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996). Mahasiswa yang dimaksud adalah individu yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KLEPTOMANIA DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM. Dalam kehidupan, yang namanya masalah besar maupun kecil harus di

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KLEPTOMANIA DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM. Dalam kehidupan, yang namanya masalah besar maupun kecil harus di BAB IV ANALISIS PENANGANAN KLEPTOMANIA DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM Dalam kehidupan, yang namanya masalah besar maupun kecil harus di selesaikan, sebab setiap permasalahan akan berdampak pada psikis

Lebih terperinci

Saya berharap bahwa dengan Paket CD ini anda mendapatkan sesuatu yang mudah dalem meningkatkan kecerdasan anda.

Saya berharap bahwa dengan Paket CD ini anda mendapatkan sesuatu yang mudah dalem meningkatkan kecerdasan anda. Paket CD Brain Booster-Kecerdasan, Konsentrasi, Daya Ingat dan Kreativitas ini adalah Produk Best Seller, anda dapat memilih audio sesuai dengan kebutuhan anda dalam meningkatkan kemampuan otak. Ada 5

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Pengertian Pemaafan Pemaafan sebagai kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh tidak acuh terhadap orang lain yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

Lebih terperinci

IDENTITAS RESPONDEN. Umur :.

IDENTITAS RESPONDEN. Umur :. LAMPIRAN 76 IDENTITAS RESPONDEN Isilah identitas Anda dengan lengkap pada kolom yang telah disediakan untuk nama diperbolehkan menggunakan inisial/disingkat. Nama :. Umur :. A. Petunjuk Pengisian Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

Work-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya

Work-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya Work-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya Era globalisasi menuntut seseorang untuk berevolusi menjadi workaholic. Banyak pekerja di negara maju atau di kota-kota besar harus bertahan

Lebih terperinci

juga kelebihan yang dimiliki

juga kelebihan yang dimiliki 47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian

Lebih terperinci