Sumber: Suara Karya Online, 2010 Tabel 1.1 Jumlah Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah (jiwa) Tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sumber: Suara Karya Online, 2010 Tabel 1.1 Jumlah Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah (jiwa) Tahun"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah ketenagakerjaan yang menjadi isu penting hampir di seluruh provinsi di Indonesia adalah masalah pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka tidak dapat dianggap remeh karena hingga saat ini masalah tersebut belum juga dapat diatasi secara tuntas. Jumlah penduduk yang terus bertambah merupakan salah satu faktor pemicu meningkatnya angka pengangguran. Peningkatan jumlah penduduk berakibat pada pertambahan jumlah angkatan kerja yang tidak diikuti oleh perluasan kesempatan kerja yang signifikan telah mengakibatkan jumlah pengangguran terbuka meningkat dari tahun ke tahun, tidak terkecuali di Provinsi Jawa Tengah. Paling tidak hal itu tampak dari berita di Koran Suara Karya (2010) sebagaimana dapat dilihat pada box di bawah ini. Sumber: Suara Karya Online, 2010 Tabel 1.1 Jumlah Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah (jiwa) Tahun Tahun Jumlah Pengangguran Terbuka (jiwa) Sumber: BPS (dalam Sakernas),

2 Pengangguran erat kaitannya dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan seharusnya semakin luas kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang bersangkutan sehingga angka pengangguran menurun. Pendidikan merupakan bentuk investasi jangka panjang manusia. Orang dengan pendidikan tinggi diasumsikan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang tinggi pula. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka peluangnya untuk melamar pekerjaan di suatu lapangan usaha semakin besar. Hal ini disebabkan tuntutan perusahaan yang menginginkan tenaga kerja dengan kualitas yang tinggi. Kualitas tenaga kerja ini umumnya dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan. Sementara itu kesempatan kerja dan jumlah serta kualitas orang yang digunakan dalam pekerjaan mempunyai fungsi yang menentukan dalam pembangunan. Ini bukan hanya karena tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan, akan tetapi juga karena pekerjaan merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat (Suroto, 1992). Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan yang baik diharapkan mampu menciptakan kualitas sumberdaya manusia yang baik pula. Namun dalam kenyataannya ada kecenderungan bahwa ada hubungan yang positif antara pendidikan dengan tingkat pengangguran, semakin tinggi pendidikan semakin meningkat pula angka pengangguran terdidik (Sutomo, 1999 dalam Rizky, 2012). Beberapa studi menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab pengangguran tenaga kerja terdidik dapat dikatakan hampir sama di setiap negara, diantaranya adalah krisis ekonomi, struktur lapangan kerja tidak seimbang, kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang, dan jumlah angkatan kerja yang lebih besar dibandingkan dengan kesempatan kerja (Sriyanti, 2009 dalam Rizky, 2012). Gambar 1.1 Pengangguran Terdidik menurut Provinsi di Pulau Jawa Tahun Sumber: BPS (dalam Sakernas), 2011

3 Gambar 1.1 menunjukkan bahwa di seluruh provinsi di Jawa, pengangguran terdidik (SLTA ke atas) merupakan persoalan yang serius. Angkatan kerja dengan tingkat pendidikan terakhir SLTA ke atas justru banyak yang menganggur dibandingkan tamatan SD dan SLTP. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kenyataannya tingginya tingkat pendidikan memiliki kecenderungan yang positif dengan tingginya tingkat pengangguran. Tingginya tingkat pendidikan tidak lagi menjamin bahwa seseorang dapat dengan mudah terserap dalam pasar kerja. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi di Pulau Jawa yang memiliki jumlah penganggur terdidik paling banyak ketiga setelah Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur. Artinya, pengangguran terdidik menjadi permasalahan yang serius di Provinsi Jawa Tengah. Pengangguran terdidik merupakan hasil dari investasi pendidikan yang tidak terserap dalam pasar tenaga kerja. Tingginya angka penganggur terdidik ini pada akhirnya akan menghambat pengaruh investasi sumberdaya manusia terhadap pertumbuhan ekonomi (Utami, 2011 dalam Rizky, 2012). Penganggur yang sebagian besar penduduk usia produktif akan menjadi beban pembangunan karena belum dapat berpenghasilan sendiri. Akibatnya, biaya hidup sehari-hari masih dibebankan pada orang tua. Hal ini menyebabkan meningkatnya pengeluaran keuangan tetapi pendapatan tidak bertambah sehingga laju pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat. Gambar 1.2 PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun Sumber: BPS, 2011

4 Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari PDRB harga konstan. Nilai PDRB harga konstan di Provinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan yang relatif stabil dari tahun 2005 hingga tahun 2009 (lihat gambar 1.2). PDRB ditentukan dari akumulasi pendapatan menurut jenis lapangan usaha. Kondisi perekonomian Provinsi Jawa Tengah yang terus mengalami peningkatan nyatanya masih tetap membuat angka pengangguran terdidik di Jawa Tengah tetap tinggi. Menurut Suroto (1992), secara makro tidak ada pertentangan atau tidak ada hubungan negatif antara jumlah kesempatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula kesempatan kerja. Kesempatan kerja tersebut merupakan peluang bagi angkatan kerja untuk masuk ke pasar kerja, sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Bank Indonesia Palembang (2006) dalam laporan perkembangan ekonomi dan perbankan Sumatera Selatan mengatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Artinya, semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka semakin rendah tingkat pengangguran sesuai dengan teori Okun. Berdasarkan teori Okun, jumlah pengangguran di sebuah negara berbanding terbalik dengan tingkat pertumbuhan ekonominya. Berbagai penelitian yang mengkaji hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat pengangguran justru mendapati hasil yang bertentangan dengan Okun s law. Dharendra (2006) mengatakan bahwa Okun s law hanya mendasarkan pada hubungan peningkatan jumlah pengangguran sebagai fungsi dari tingkat pertumbuhan ekonomi. Okun s law cenderung mengabaikan pertumbuhan jumlah angkatan kerja di sebuah negara. Nasalina Widiastuti (2011) dalam penelitiannya berjudul Analisis Kewilayahan Pengangguran Terbuka dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Tahun menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berhubungan dengan pengangguran terbuka. Hubungan memperlihatkan arah positif yang menandakan bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka angka pengangguran terbuka akan semakin meningkat. Hasil ini sekaligus memberikan gambaran bahwa dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi semata tidak dapat menurunkan pengangguran terbuka. Pertumbuhan ekonomi hanya merupakan salah satu parameter dari pembangunan 4

5 ekonomi secara luas. Masih terdapat parameter-parameter lain yang mempengaruhi pembangunan ekonomi khususnya di Indonesia, seperti pemerataan pendapatan dan transformasi kesempatan kerja. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1985 dalam Sudarmono, 2006). Laju pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Artinya, pertumbuhan ekonomi menjadi faktor penting yang digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan ekonomi suatu negara. Tujuan dari pembangunan ekonomi antara lain meningkatkan pendapatan per kapita dan menciptakan kesempatan kerja. Pembangunan ekonomi harus mampu mengurangi jumlah pengangguran yang terdapat di negara-negara berkembang. Hal ini dapat tercapai apabila kesempatan kerja lebih cepat berkembang daripada pertambahan tenaga kerja (Sukirno, 1985 dalam Sudarmono, 2006). Ahli ekonomi yaitu Fisher dan Clark (Sukirno, 1985 dalam Sudarmono, 2006) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita suatu negara, maka semakin kecil peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja. Akan tetapi sebaliknya, sektor industri semakin penting peranannya dalam menampung tenaga kerja. Transformasi kesempatan kerja dari pertanian ke industri menjadi faktor penting dalam proses analisis pembangunan ekonomi. Faktor lain yang penting dalam analisis pembangunan ekonomi adalah distribusi pendapatan. Sukirno (dalam Sudarmono, 2006) berpendapat bahwa dalam analisis mengenai pembangunan ekonomi, gambaran penting yang perlu diperoleh mengenai keadaan distribusi pendapatan adalah hubungan antara pembangunan ekonomi dengan perubahan distribusi pendapatan itu sendiri. Dengan demikian pemerataan pembangunan menjadi faktor penting yang diperlukan dalam analisis pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah yang meningkat tidak diikuti dengan penurunan angka pengangguran terdidik yang signifikan. Hal ini bertentangan dengan teori Okun yang menyatakan bahwa jumlah pengangguran di sebuah negara berbanding terbalik dengan tingkat pertumbuhan ekonominya. 5

6 Artinya, ada faktor lain dalam pembangunan ekonomi yang berpengaruh terhadap upaya penurunan angka pengangguran di Jawa Tengah selain pertumbuhan ekonomi. Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 6 kota dan 29 kabupaten. Jumlah penganggur terdidik, pertumbuhan ekonomi, dan pemerataan pendapatan ditiaptiap kabupaten / kota berbeda-beda, bahkan keadaannya cenderung timpang atau tidak merata. Ketimpangan ini dapat dilihat dari indeks Gini yang berbeda-beda tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Adanya ketimpangan ini memunculkan suatu pertanyaan besar yaitu bagaimana peran pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota dalam mengelola masalah pembangunan ekonomi dan ketenagakerjaan. Pembangunan ekonomi dipengaruhi pula oleh adanya transformasi kesempatan kerja yaitu pergeseran kesempatan kerja dari sektor lapangan usaha yang satu ke sektor yang lain. Bagaimana pengaruh transformasi kesempatan kerja terhadap kondisi pengangguran di Provinsi Jawa Tengah? Permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam latar belakang dapat dirumuskan selanjutnya dalam permasalahan penelitian. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Tengah dapat dibagi ke dalam 3 permasalahan utama. Pertama, beberapa penelitian terkait hubungan pertumbuhan ekonomi dan pengangguran menyimpulkan bahwa hubungan keduanya adalah positif. Penelitian ini mencoba untuk meninjau kembali secara lebih spesifik hubungan antara pembangunan ekonomi dengan pengangguran melalui beberapa parameter lain selain pertumbuhan ekonomi, yaitu pemerataan pendapatan dan transformasi kesempatan kerja. Kedua parameter dalam pembangunan ekonomi seperti pemerataan pendapatan dan transformasi kesempatan kerja diharapkan memiliki kepekaan yang lebih sensitif terhadap analisis hubungannya dengan pengangguran terdidik. Dengan demikian dapat diketahui solusi yang tepat untuk menekan angka pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Tengah. Kedua, adanya permasalahan ketimpangan pendapatan antarkabupaten / kota di Jawa Tengah khususnya pasca otonomi daerah. 6

7 Ketimpangan pendapatan dilihat dari indeks Gini yang besarannya berbeda-beda tiap kabupaten/kota. Daerah kota cenderung memiliki indeks Gini yang tinggi sedangkan daerah kabupaten yang belum berkembang memiliki indeks Gini yang relatif rendah. Hal ini akan menimbulkan gap/kesenjangan pendapatan ekonomi antar kota/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ketiga, adanya transformasi kesempatan kerja yang mengakibatkan pergeseran kesempatan kerja dari sektor satu ke sektor lain. Adanya pergeseran kesempatan kerja baik pertanian, industri, atau jasa akan berpengaruh pada jumlah angkatan kerja terdidik yang terserap dalam pasar kerja. Dari ketiga sektor tersebut, sektor manakah yang memiliki pengaruh paling besar dalam upaya penekanan jumlah pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan ketiga permasalahan penelitian tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi pembangunan ekonomi ditinjau dari 3 indikator yaitu laju pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, dan transformasi kesempatan kerja sektor industri, serta kondisi pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Tengah tahun ? 2. Apakah terjadi pengelompokkan (clustering) wilayah berdasarkan kondisi pembangunan ekonomi dan pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Tengah? 3. Bagaimana hubungan antara kinerja pembangunan ekonomi dengan angka pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Tengah selama periode ? 1.3 Tujuan Penelitian a. Mengetahui kondisi pembangunan ekonomi ditinjau dari 3 indikator yaitu laju pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, dan transformasi kesempatan kerja sektor industri, serta pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Tengah tahun secara keruangan. b. Menganalisis pola spasial yang akan terbentuk antara pembangunan ekonomi dengan pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Tengah. c. Mengetahui hubungan antara kinerja pembangunan ekonomi dengan angka pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Tengah selama periode

8 1.4 Tinjauan Pustaka Pendidikan dan Pengangguran Terdidik Kesempatan untuk memperoleh pekerjaan lebih terbuka bagi mereka yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi. Dengan kata lain, kesempatan kerja bagi lulusan pendidikan tinggi lebih terbuka, sehingga secara teoritis tingkat pengangguran dari kelompok ini cenderung lebih kecil daripada kelompok yang berpendidikan lebih rendah (Harbison, 1967:31 dalam Mirfani, 1999). Namun demikian, kesempatan kerja itu akan menyempit dengan meningkatnya jumlah lulusan dari tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Keyfitz, 1986:7 dalam Mirfani, 1999). Investasi pada pendidikan pada umumnya dilakukan sejak usia anak-anak sampai usia muda karena beberapa alasan. Alasan pertama yaitu biaya pendidikan. Semakin bertambahnya usia maka biaya yang diperlukan semakin besar. Alasan kedua yaitu biaya atau ongkos sosial-psikologis, misalnya opportunity cost. Opportunity cost adalah pendapatan yang diperkirakan diperoleh bila mereka bekerja tetapi tidak diperoleh karena mereka masuk sekolah. Opportunity cost akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia mereka. Alasan ketiga yaitu waktu untuk menikmati perolehan keuntungan dari investasi di sekolah akan pendek bila sekolah dilakukan pada usia tua. Dengan demikian usia kanak-kanak sampai dengan usia muda merupakan usia yang paling tepat untuk investasi di sekolah. Keberhasilan penduduk usia muda dalam menyelesaikan pendidikan sampai tingkat tertinggi belum tentu menjadi jaminan mereka segera mendapatkan pekerjaan. Menurut Sirageldin dan Li (1983, dalam Mirfani 1999), terdapat empat faktor yang menentukan penyerapan lulusan sekolah ke dalam lapangan kerja. Pertama, faktor angkatan kerja yang meliputi rasio antara mereka yang masuk dengan mereka yang keluar dari angkatan kerja. Kedua, kebutuhan spesifik menyangkut jumlah dan karakteristik (termasuk jurusan dan tingkat pendidikan) yang dibutuhkan oleh sektor-sektor produksi. Ketiga, faktor simulasi pendidikan yang menyediakan lulusan untuk jenjang-jenjang pekerjaan menurut tingkat pendidikannya. Besaran dan mutu serta karakteristik lulusan sekolah akan 8

9 menentukan besaran dan mutu penyediaan tenaga kerja oleh sistem pendidikan yang ada. Keempat, faktor kebijakan terhadap tenaga kerja yang menentukan penempatan lulusan sekolah atau tenaga kerja pada pada matriks sektor, jabatan, wilayah maupun penyebaran geografinya. Menurut Becker (1964, dalam Mirfani, 1999), pasar tenaga kerja tersegmentasi berdasarkan tingkat pendidikan. Ini berarti bahwa mereka yang terdidik lebih cepat terserap ke dalam lapangan pekerjaan daripada mereka yang kurang terdidik. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang negatif antara tingkat pendidikan dan tingkat pengangguran. Kenyataannya, menurut Blaug (1973, dalam Mirfani, 1999), dapat terjadi hal yang sebaliknya jika jumlah kelompok terdidik itu bukan hal yang langka lagi. Pengangguran kelompok terdidik menjadi lebih kentara terutama apabila kelompok tersebut terdiri dari kelompok usia muda dan baru keluar dari sekolahnya serta mencari kerja untuk pertama kalinya Klasifikasi Wilayah Kuncoro (1996) mengemukakan bahwa alat analisis tipologi daerah digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi daerah pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah kajian dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu: Kuadran I Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income). Daerah ini merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata kabupaten/kota di Indonesia. Kuadran II Daerah maju tapi tertekan (high income but low growth). Daerah ini merupakan daerah yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota di Indonesia. 9

10 Kuadran III Daerah berkembang cepat (high growth but low income). Daerah ini merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi tingkat pendapatan per kapitanya lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota di Indonesia. Kuadran IV Daerah relatif tertinggal (low growth and low income). Daerah ini merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota di Indonesia. Tabel 1.2 Klasifikasi Wilayah menurut Tipologi Klassen Keterangan: r : rata-rata pertumbuhan ekonomi y : rata-rata PDRB per kapita r1 : pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota yang diamati (1) y1 : PDRB per kapita kabupaten/kota yang diamati (1) Sumber: Kuncoro, 1996 Penelitian ini menggunakan tipologi Klassen dalam pembagian wilayah Provinsi Jawa Tengah. Namun demikian, variabel yang digunakan bukanlah PDRB perkapita dan pertumbuhan ekonomi. Variabel yang digunakan adalah: Tabel 1.3 Klasifikasi Wilayah menurut Tipologi Klassen dengan variabel KPE dan APT Kinerja Pembangunan Ekonomi (y) y1 > y y1 < y Angka Pengangguran Terdidik (r) r1 < r Maju dan tumbuh cepat Berkembang cepat r1 > r Maju tapi tertekan Relatif tertinggal 10

11 Keterangan: r : rata-rata Angka Pertumbuhan Terdidik (APT) Provinsi Jawa Tengah y : rata-rata Kinerja Pembangunan Ekonomi (KPE) Provinsi Jawa Tengah r1 : APT kabupaten/kota yang diamati (1) y1 : KPE kabupaten/kota yang diamati (1) Selain tipologi Klassen, penelitian ini juga menggunakan metode overlay antara peta KPE dengan peta APT di Provinsi Jawa Tengah Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi mempunyai 3 sifat penting yaitu: - suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus; - usaha untuk meningkatkan tingkat pendapatan per kapita; - kenaikan pendapatan per kapita harus terus berlangsung dalam jangka panjang. (Sukirno, 1985) Pertumbuhan ekonomi tidak identik dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, setidaknya melampaui negara-negara maju pada tahap awal pembangunan mereka, memang dapat dicapai namun diikuti dengan adanya masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan di pedesaan, distribusi pendapatan yang timpang, dan ketidakseimbangan struktural (Sjahrir, 1986 dalam Kuncoro, 2004). Hal inilah yang memperkuat keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan tetapi tidak mencukupi bagi proses pembangunan (Kuncoro, 2004). Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan ekonomi berdimensi lebih luas dari sekedar peningkatan pertumbuhan ekonomi. Suparmoko (2000) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu alat untuk mengukur kemajuan dibidang perekonomian yang mampu memberikan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi penduduk suatu daerah yang bersangkutan, dengan salah satu parameter pertumbuhan ekonomi berupa 11

12 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah nilai seluruh produk dan jasa yang diproduksi di wilayah tersebut tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari wilayah tersebut atau tidak. Pendapatan yang timbul oleh adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik. Sedangkan yang dimaksud dengan wilayah domestik atau region adalah meliputi wilayah yang berada di dalam wilayah geografis region tersebut (BPS Provinsi Lampung, 2012). PDRB dibedakan menjadi PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku (at current price) memberikan petunjuk tentang kontribusi atau pangsa dari masing-masing sektor dalam struktur perekonomian daerah. Berdasarkan besarnya kontribusi masing-masing sektor akan dapat pula dijadikan dasar untuk menyusun prioritas kebijakan pembangunan daerah. Indikator yang sangat penting dari pendapatan regional menurut harga yang berlaku adalah pendapatan perkapita (percapita income). Sedangkan perubahan PDRB atas dasar harga konstan (constant price) memberikan gambaran mengenai besarnya pertumbuhan ekonomi suatu region (daerah) secara riil. Artinya pertumbuhan ekonomi tersebut tidak terpengaruh oleh masalah perubahan harga atau inflasi yang terjadi atas barang dan jasa yang diproduksi (BPS Provinsi Lampung, 2012) Kesempatan Kerja Kesempatan kerja merupakan lapangan usaha dan lowongan kerja yang tercipta untuk diisi melalui suatu kegiatan ekonomi (produksi). Kesempatan kerja mencakup lapangan usaha yang sudah diisi dan semua lowongan pekerjaan yang belum diisi. Lowongan kerja mengandung arti adanya kesempatan untuk diisi dan inilah yang disebut kebutuhan tenaga kerja (Nasalina, 2011). Menurut Suroto (1992), secara makro tidak ada pertentangan atau tidak ada hubungan negatif antara perluasan kesempatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi. Suroto (1992) menjelaskan dengan rumus aljabar bahwa Y = N x Q. Simbol Y mewakili pendapatan masyarakat (PDB), N adalah jumlah orang yang bekerja, dan Q adalah pendapatan rata-rata setiap orang yang bekerja setiap tahun atau produktivitas 12

13 kerja. Dari rumus tersebut dapat dilihat bahwa makin besar jumlah orang yang bekerja, maka jumlah pendapatan akan semakin besar dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan tidak ada pertentangan antara jumlah orang yang bekerja dengan besar PDB. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula kesempatan kerja. Kesempatan kerja tersebut merupakan peluang bagi angkatan kerja untuk masuk ke pasar kerja, sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Bank Indonesia Palembang (2006) dalam laporan perkembangan ekonomi dan perbankan Sumatera Selatan mengatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Artinya, semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka semakin rendah tingkat pengangguran Indeks Gini dan Ketimpangan Pembangunan Indeks Gini adalah persamaan ukuran ketimpangan dan dapat berbeda-beda dari nol (persamaan sempurna) sampai satu (ketimpangan yang sempurna). Indeks Gini bernilai antara 0 sampai dengan 1. Jadi indeks Gini yang rendah mengindikasikan bahwa distribusi pendapatan semakin merata, sebaliknya semakin besar indeks Gini mengindikasikan distribusi yang semakin timpang. Secara ekstrim diartikan bahwa indeks Gini sebesar 0 berarti terdapat kemerataan sempurna (setiap orang memperoleh pendapatan yang sama persis) dan indeks Gini sebesar 1 menunjukkan ketidak-merataan sempurna (di mana satu orang memiliki/menguasai seluruh pendapatan totalnya, sementara lainnya tidak memperoleh pendapatan sama sekali) (Todaro, 1983). Kuznets (1955, dalam Todaro, 1983) telah mengemukakan bahwa pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap-tahap berikutnya hal itu akan membaik. Observasi inilah yang dikenal dengan hipotesis U-Terbalik Kuznets. 13

14 Williamson (1965, dalam Kuncoro, 2004) meneliti hubungan antara disparitas regional dan tingkat pembangunan ekonomi dengan menggunakan data ekonomi yang sudah maju dan ekonomi yang sedang berkembang. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa selama tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan pembangunan terkonsentrasi di daerah - daerah tertentu. Pada tahap selanjutnya yang lebih matang, keseimbangan antar daerah mulai tampak dan disparitas berkurang dengan signifikan. Strategi alokasi anggaran harus mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus menjadi alat mengurangi kesenjangan / ketimpangan regional (Majidi: 1997:1, dalam Kuncoro, 2004). Proses akumulasi dan mobilisasi sumber-sumber, berupa akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja, dan sumberdaya alam yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan pemicu laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adanya heterogenitas dan beragam karakteristik suatu wilayah menyebabkan kecenderungan terjadinya ketimpangan antardaerah dan antarsektor ekonomi suatu daerah. Bertitik tolak dari kenyataan itu, Ardani (1992:3, dalam Kuncoro, 2004) mengemukakan bahwa kesenjangan / ketimpangan antardaerah merupakan konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri. Menurut Myrdal (dalam Kuncoro 2004), perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antardaerah yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang merugikan (backwash effects) mendominasi pengaruh yang menguntungkan (spread effects) terhadap pertumbuhan daerah, dalam hal ini mengakibatkan proses ketidakseimbangan. Pelaku-pelaku yang mempunyai kekuatan di pasar secara normal akan cenderung meningkat bukannya menurun, sehingga mengakibatkan ketimpangan antar daerah (Arsyard, 1999 dalam Kuncoro, 2004) Transformasi Struktur Kesempatan Kerja Industrialisasi telah mengakibatkan terjadinya transformasi kesempatan kerja di Indonesia. Pola pertumbuhan ekonomi secara sektoral di Indonesia agaknya sejalan dengan kecenderungan proses transformasi kesempatan kerja 14

15 yang terjadi di berbagai negara, yaitu terjadi penurunan kontribusi sektor pertanian (sering disebut sektor primer), sementara sektor sekunder dan tersier cenderung meningkat (Kuncoro, 2004). Teori Perubahan Struktural yang dikemukakan Todaro (dalam Kuncoro 2004), merupakan teori yang menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang, yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern dan sangat didominasi oleh sektor industri dan jasa. Sementara Chenery dalam analisis teori Pattern of Development memfokuskan terhadap perubahan kesempatan kerja dalam tahapan proses perubahan ekonomi, industri dan struktur institusi dari perekonomian negara sedang berkembang, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonominya. Penelitian yang dilakukan Hollis Chenery tentang transformasi struktural produksi menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita, perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang semula mengandalkan sektor pertanian menuju ke sektor industri (Kuncoro, 2004). 1.5 Penelitian Sebelumnya Penelitian Komalik, dkk (1984) yang berjudul Prospek Kesempatan Kerja di Jawa Tengah bertitik tolak dari permasalahan mendasar yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan angkatan kerja maka semakin besar proporsi penganggur terdidik. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai profil perekonomian, pendidikan sebagai sistem untuk dapat menghasilkan persediaan tenaga kerja terdidik, dan keadaan kebutuhan tenaga kerja dalam 10 tahun terakhir yakni 1980 sampai Menurut para peneliti, terjadinya pengangguran tenaga kerja terdidik diakibatkan oleh 3 hal antara lain: ketimpangan struktural antara persediaan dan kebutuhan tenaga kerja, program pendidikan profesional dan kejuruan yang regulasi, serta kecenderungan terjadinya penguatan persepsi tentang status kredensial pendidikan untuk bekerja. Komalik dan para peneliti lainnya menggunakan analsisis deskriptif data sekunder 15

16 terkait keadaan pendidikan di Indonesia sebagai sistem persediaan tenaga kerja dalam kaitannya dengan sistem pelatihan kerja, kualifikasi lulusan, dan faktorfaktor internal lainnya. Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini yaitu pengangguran tenaga kerja terdidik disebut sebagai gejala pengangguran struktural. Gejala ini terjadi akibat ketimpangan antara struktur kesempatan kerja dan struktur angkatan kerja menurut pendidikan. Penelitian Sutarno dan Mudrajad Kuncoro (2003) yang berjudul Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas bertujuan untuk mengklasifikasikan kecamatan berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita, menghitung ketimpangan antarkecamatan, dan membuktikan hipotesis Kuznets tentang U-terbalik apakah berlaku di Kabupaten Banyumas. Alat dan metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tipologi Klassen, indeks ketimpangan Williamson, indeks ketimpangan entropy Theil, tren, dan korelasi Pearson. Hasil dan kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian tersebut adalah bahwa Kabupaten Banyumas berdasarkan pertumbuhan dan pendapatan per kapita dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu daerah/kecamatan cepat maju dan cepat tumbuh, kecamatan yang maju tapi tertekan, kecamatan/daerah yang berkembang cepat dan kecamatan/ daerah tertinggal. Pada periode pengamatan terjadi kecenderungan peningkatan ketimpangan. Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh Pramono Hariadi, Arintoko, dan Icuk Rangga Bawono (2006) yang berjudul Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Tujuan penelitian Pramono, dkk adalah mengetahui ketimpangan distribusi pendapatan di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah dengan menggunakan indeks Gini. Hasil yang ditemui sama dengan penelitian Sutarno dan Mudrajad Kuncoro (2003) yaitu terjadi kecenderungan kenaikan ketimpangan distribusi pendapatan antar rumah tangga di Kabupaten Banyumas. Penelitian Mulyanto Sudarmono (2006) yang berjudul Analisis Transformasi Struktural, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar Daerah di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah bersumber dari pergeseran peran sektor pertanian digantikan dengan sektor industri yang nampak dari pergeseran 16

17 sumbangannya terhadap PDRB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya transformasi struktural dan ketimpangan antar daerah di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain analisis sumbangan sektor, Location Quotient, Shift Share, Model Rasio Pertumbuhan, Overlay, indeks Wiliamson dan indeks Entropi Theil, serta analisis korelasi Pearson. Hasilnya yaitu Transformasi struktural hanya terjadi di Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal. Kota Salatiga sektor unggulannya bangunan, pengangkutan, komunikasi, dan jasa. Kab.Demak sektor unggulannya pertanian dan jasa. Kab.Kendal sektor unggulannya pertanian dan industri pengolahan. Kota Semarang sektor unggulannya pengangkutan, komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Kab. Grobogan dan Kab. Semarang merupakan daerah yang tidak memiliki sektor unggulan kompetitif. Ketimpangan yang terjadi di Wilayah pembangunan I Jawa Tengah semakin membesar atau semakin tidak merata. Hipotesis Kuznets berlaku di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah artinya terjadinya kenaikkan pertumbuhan ekonomi disertai dengan naiknya ketimpangan. Penelitian Nasalina Widiastuti (2011) yang berjudul Analisis Kewilayahan Pengangguran Terbuka dan Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah Tahun berlatar belakang dari adanya pertumbuhan ekonomi yang tidak merata yang kemudian menciptakan pengangguran terbuka. Tujuan penelitian ini antara lain mengetahui karakteristik angkatan kerja, kesempatan kerja, dan pengangguran terbuka menurut klasifikasi wilayah di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007, 2008, dan 2009, serta mengetahui hubungan antara pengangguran terbuka dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Tahun Hasil yang didapatkan yaitu pertumbuhan ekonomi tidak berhubungan dengan pengangguran terbuka, sebab pertumbuhan ekonomi diukur dari sektoral lapangan usaha sedangkan pengangguran terbuka diukur dari jumlah total kesempatan kerja yang tidak terisi di lapangan usaha. 17

18 Tabel 1.4 Penelitian Sebelumnya No. Nama Peneliti Judul Penelitian 1. Komalik, dkk. Prospek (Pusat Penelitian Kesempatan Kependudukan Kerja di Jawa UGM, Seri Tengah Laporan No.42, ) 2. Sutarno dan Mudrajad Kuncoro (Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8 No. 2, Desember 2003 Hal: ) Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas, Tujuan Metode Penelitian Hasil dan Kesimpulan Memberikan gambaran mengenai profil perekonomian, pendidikan sebagai sistem untuk dapat menghasilkan persediaan tenaga kerja terdidik, dan keadaan kebutuhan tenaga kerja dalam 10 tahun terakhir. Mengidentifikasi pengaruh pertumbuhan ekonomi dan mengetahui ketimpangannya antarkecamatan di Kabupaten Banyumas. Analsisis deskriptif data sekunder terkait keadaan pendidikan di Indonesia sebagai sistem persediaan tenaga kerja dalam kaitannya dengan sistem pelatihan kerja, kualifikasi lulusan, dan faktor-faktor internal lainnya. Analisis kewilayahan tipologi Klassen berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan atau produk domestik regional bruto per kapita daerah Indeks ketimpangan Williamson dan indeks entropi Theil Hipotesis Kuznets Pengangguran tenaga kerja terdidik disebut sebagai gejala pengangguran struktural. Gejala ini terjadi akibat ketimpangan antara struktur kesempatan kerja dan struktur angkatan kerja menurut pendidikan. Berdasarkan tipologi Klassen, Kabupaten Banyumas dapat diklasifikasikan berdasarkan pertumbuhan dan pendapatan per kapita menjadi empat kelompok yaitu daerah/kecamatan cepat maju dan cepat tumbuh, kecamatan yang maju tapi tertekan, kecamatan/daerah yang berkembang cepat dan kecamatan/ daerah tertinggal. Pada periode pengamatan terjadi kecenderungan peningkatan ketimpangan. 18

19 3. Pramono Hariadi, Arintoko, dan Icuk Rangga Bawono (Jurnal Ekonomi Pembangunan Hal: 61 70) 4. Mulyanto Sudarmono (Tesis, 2006) Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah Analisis Transformasi Struktural, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar Daerah di Wilayah Pembangunan I Jateng Mengetahui ketimpangan distribusi pendapatan di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah Menganalisis transformasi struktural yang terjadi di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah Menganalisis sektor sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah Menganalisis ketimpangan antar daerah yang terjadi di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah Pengambilan sampel dengan kuesioner dengan unit analisis rumah tangga untuk mengetahui pendapatan per kapita Perhitungan indeks Gini Sumbangan sektor terhadap PDRB Location Quotient Shift share Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Analisis overlay Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil Korelasi Terjadi kecenderungan kenaikan ketimpangan distribusi pendapatan antar rumah tangga di Kabupaten Banyumas. Transformasi struktural hanya terjadi di Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal. Kota Salatiga sektor unggulannya bangunan, pengangkutan, komunikasi, dan jasa. Kab.Demak sektor unggulannya pertanian dan jasa. Kab.Kendal sektor unggulannya pertanian dan industri pengolahan. Kota Semarang sektor unggulannya pengangkutan, komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Kab. Grobogan dan Kab. Semarang merupakan daerah yang tidak memiliki sektor unggulan kompetitif. Ketimpangan yang terjadi di Wilayah pembangunan I Jawa Tengah semakin membesar atau semakin tidak merata. Hipotesis Kuznets berlaku di Wilayah 19

20 Menganalisis hubungan antara ketimpangan antar daerah dengan pertumbuhan ekonomi di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah Mengetahui karakteristik angkatan kerja, kesempatan kerja, dan pengangguran terbuka menurut klasifikasi wilayah di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007, 2008, dan 2009 Mengetahui hubungan antara pengangguran terbuka dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Tahun Pembangunan I Jawa Tengah artinya terjadinya kenaikkan pertumbuhan ekonomi disertai dengan naiknya ketimpangan. 5. Nasalina Widiastuti (Skripsi, 2011) Analisis Kewilayahan Pengangguran Terbuka dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Tahun Analisis deskriptif data pengangguran terbuka dari Sakernas dan data PDRB Klasifikasi wilayah menggunakan tipologi Klassen Pertumbuhan ekonomi tidak berhubungan dengan pengangguran terbuka, sebab pertumbuhan ekonomi diukur dari sektoral lapangan usaha sedangkan pengangguran terbuka diukur dari jumlah total kesempatan kerja yang tidak terisi di lapangan usaha. 20

21 1.6 Kerangka Pemikiran Provinsi Jawa Tengah menurut kabupaten / kota tahun Kinerja pembangunan ekonomi Indikator pembangunan ekonomi Pertumbuhan ekonomi Pemerataan pendapatan Transformasi kesempatan kerja Laju pertumbuhan PDRB konstan Indeks Gini Transformasi struktur kesempatan kerja sektor industri Skoring dan overlay Angkatan kerja menurut pendidikan terakhir yang ditamatkan Peta pembangunan ekonomi Pengangguran terdidik (SLTA ke atas) di Jawa Tengah tahun Overlay Peta pengangguran terdidik Klasifikasi wilayah Hubungan antara kinerja pembangunan ekonomi dengan pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Tengah tahun

22 1.7 Hipotesis Hipotesis mengenai hubungan antara pembangunan ekonomi, yang terdiri dari 3 indikator yaitu pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan (indeks Gini), dan transformasi kesempatan kerja (penyerapan tenaga kerja semua sektor, sektor pertanian, sektor industri, dan sektor jasa), dengan pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Tengah tahun dapat dirinci sebagai berikut: a. Indeks Gini dengan angka pengangguran terdidik berkorelasi positif, semakin tinggi indeks Gini maka semakin tinggi angka pengangguran terdidik, dan sebaliknya, semakin rendah indeks Gini maka semakin rendah angka pengangguran terdidik; b. Transformasi struktur kesempatan kerja dengan angka pengangguran terdidik berkorelasi negatif, semakin tinggi transformasi struktur kesempatan kerja maka semakin rendah angka pengangguran terdidik, dan sebaliknya, semakin rendah transformasi struktur kesempatan kerja maka semakin tinggi angka pengangguran terdidik; c. Kinerja pembangunan ekonomi dengan angka pengangguran terdidik berkorelasi negatif, semakin tinggi kinerja pembangunan ekonomi maka semakin rendah angka pengangguran terdidik, dan sebaliknya, semakin rendah kinerja pembangunan ekonomi maka semakin tinggi angka pengangguran terdidik. 22

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada periode

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya perekonomian dunia pada era globalisasi seperti saat ini memacu setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya saing. Salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses yang menyebabkan pendapatan penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang menimbulkan ketimpangan dalam pembangunan (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya makin kaya sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional,

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional, BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membahas tentang laju pertumbuhan ekonomi, struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional, serta hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah pembangunan ekonomi bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara satu dengan negara lain.

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR PROPINSI SUMATERA TAHUN

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR PROPINSI SUMATERA TAHUN ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR PROPINSI SUMATERA TAHUN 2011-2015 Putri Suryani Sebayang Jurusan Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Email : putrisby76@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi menurut Meier adalah suatu proses di mana pendapatan per kapita suatu negara meningkat selama kurun waktu yang panjang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah tersebut yang paling besar adalah masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai

Lebih terperinci

trffi ,K;sryiqrb Ngi.M v,w TESIS 0r7 PERTI.]MBUHAN DAhI KETIMPA}IGAN PEMBA}IGUNA}I EKONOMI AhTTAR KOTA/KABUPATEN DALAM PROVINSI DKI JAI{ARTA

trffi ,K;sryiqrb Ngi.M v,w TESIS 0r7 PERTI.]MBUHAN DAhI KETIMPA}IGAN PEMBA}IGUNA}I EKONOMI AhTTAR KOTA/KABUPATEN DALAM PROVINSI DKI JAI{ARTA PERTI.]MBUHAN DAhI KETIMPA}IGAN PEMBA}IGUNA}I EKONOMI AhTTAR KOTA/KABUPATEN DALAM PROVINSI DKI JAI{ARTA TESIS Oleh: JOKO PRAYITNO 07?06 0r7,K;sryiqrb trffi F* Ngi.M v,w PROGR.AM PASCASAR"IA}IA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan misi pembangunan daerah Provinsi Riau yang tertera dalam dokumen RPJP Provinsi Riau tahun 2005-2025, Mewujudkan keseimbangan pembangunan antarwilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses yang terintgrasi dan komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses yang terintgrasi dan komprehensif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintgrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Di samping mengandalkan pertumbuhan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada mulanya pembangunan selalu diidentikkan dengan upaya peningkatan pendapatan per kapita atau populer disebut sebagai strategi pertumbuhan ekonomi (Kuncoro, 2010:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KINERJA PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN PENGANGGURAN TERDIDIK DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

HUBUNGAN ANTARA KINERJA PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN PENGANGGURAN TERDIDIK DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN HUBUNGAN ANTARA KINERJA PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN PENGANGGURAN TERDIDIK DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2005-2010 Benedicta Anin Puspa Listyawati anin_benedicta@yahoo.com Sukamdi kamdi_cpps@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupaka ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa diberlakukannya Otonomi Daerah, untuk pelaksanaannya siap atau tidak siap setiap pemerintah di daerah Kabupaten/Kota harus melaksanakannya, sehingga konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah tidaklah terpisahkan dari pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama negara berkembang. Pembangunan ekonomi dicapai diantar anya dengan melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ekonomi yang ada di Pulau Jawa. Selain mengetahui struktur juga untuk

BAB III METODE PENELITIAN. ekonomi yang ada di Pulau Jawa. Selain mengetahui struktur juga untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui sektor unggulan dan struktur ekonomi yang ada pada seluruh provinsi di Pulau Jawa, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu menunjukkan ketidak berhasilan dan adanya disparitas maupun terjadinya kesenjangan pendapatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada penilaian kualtias pertumbuhan ekonomi kawasan Subosukowonosraten. Data diambil secara tahunan pada setiap

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota setiap daerah dituntut untuk mampu melakukan rentang kendali dalam satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang ingin dijadikan kenyataan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi dan hubungan antara ketimpangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi dan hubungan antara ketimpangan. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan, pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya

Lebih terperinci

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera Tiur Roida Simbolon Ilmu Ekonomi Regional, Fakultas Ekonomi Pascasarjana Unimed, Medan e-mail :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua 42 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di empat Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Gresik, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Bojonegoro.

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BERDASARKAN PENDEKATAN SHIFT SHARE DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE TAHUN 1980 2009 Oleh : JEFFRI MINTON GULTOM NBP. 07 151

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari 14 (empat belas) kabupaten/kota (Gambar 3.1) dengan menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah bersama dengan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia

Lebih terperinci

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTARA KECAMATAN DI KOTA AMBON Analysis of the Development Imbalance between Districts in Ambon City

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTARA KECAMATAN DI KOTA AMBON Analysis of the Development Imbalance between Districts in Ambon City Jurnal Barekeng Vol. 8 No. 2 Hal. 41 45 (2014) ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTARA KECAMATAN DI KOTA AMBON Analysis of the Development Imbalance between Districts in Ambon City JEFRI TIPKA Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dharmawan (2016) dalam penelitiannya tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengembangan Sektor Potensial Di Kabupaten Pasuruan Tahun 2008-2012 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi. Menurut Todaro (2011) pembangunan bukan hanya tentang gejala ekonomi, melaikan dalam pengertian yang sebenarnya pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN 2008-2011 Hakim Muttaqim Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

*) Bekerja di BPS Provinsi Kalimantan Tngah

*) Bekerja di BPS Provinsi Kalimantan Tngah TINJAUAN KINERJA EKONOMI REGIONAL: STUDI EMPIRIS : PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 2003 2007 OLEH : ERNAWATI PASARIBU, S.Si, ME *) Latar Belakang Kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan selama ini dalam prakteknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia, pelaksanaan otonomi daerah telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari 2001. Dalam UU No 22 tahun 1999 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Indeks Williamson b. Shift Share. a. PDRB b. PDRB Perkapita c. Jumlah Penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Indeks Williamson b. Shift Share. a. PDRB b. PDRB Perkapita c. Jumlah Penduduk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan suatu penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai acuan penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk menganalisis pengembangan potensi ekonomi lokal daerah tertinggal sebagai upaya mengatasi disparitas pendapatan di Provinsi

Lebih terperinci

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi. Oleh : Etik Umiyati.SE.

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi. Oleh : Etik Umiyati.SE. Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.5 April 2012 Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN 22-212) Alfiana Mauliddiyah Abstract The Purpose of economic development in Batu city basically are to realize the prosperous

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN DAN DISPARITAS ANTAR DAERAH PADA ERA OTONOMI DAERAH. Adrian Sutawijaya Universitas Terbuka.

ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN DAN DISPARITAS ANTAR DAERAH PADA ERA OTONOMI DAERAH. Adrian Sutawijaya Universitas Terbuka. 1 ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN DAN DISPARITAS ANTAR DAERAH PADA ERA OTONOMI DAERAH Adrian Sutawijaya Universitas Terbuka adrian@ut.ac.id ABSTRAK Semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perbaikan kualitas segenap bidang kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga paradigma kebijakan pembangunan nasional sebaiknya diintegrasikan dengan strategi pembangunan

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA Etik Umiyati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, makmur dan berkeadilan. Kebijaksanaan pembangunan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR DAERAH DI PROVINSI RIAU

PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR DAERAH DI PROVINSI RIAU PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR DAERAH DI PROVINSI RIAU Caska*) dan RM. Riadi**) Abstract: This research aimed to know disparity of economic growing in Riau Province between Regency.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/ KOTA DI ACEH,

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/ KOTA DI ACEH, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/ KOTA DI ACEH, 2005-2014 1 ECONOMIC GROWTH AND INCOME DISPARITIES OF DISTRICT/ CITY IN ACEH, 2005-2014 Ervina Yunita 2 Email : vina_mat04@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada suatu wilayah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai dengan pemerataan pada tiap-tiap

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN 2008-2011 INCOME DISPARITY ANALYSIS AMONG DISTRICTS IN ACEH PROVINCE USING INDEX

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian dengan menitikberatkan permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai obyek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu semua wilayah menetapkan target

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

CVw = 3. Analisis penentuan subsektor unggulan perekonomian daerah, dengan teknik analisis Location Quotient ( LQ ).

CVw = 3. Analisis penentuan subsektor unggulan perekonomian daerah, dengan teknik analisis Location Quotient ( LQ ). 1 Analisis Kinerja Perekonomian Propinsi Jambi 2009 ( Kab. Batang Hari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tebo, Kota Jambi, Kota Sungai Penuh ) Oleh : Bhian Rangga Prodi Geografi FKIP UNS A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kesenjangan Berdasarkan data PDRB per kapita, diketahui bahwa nilai PDRB per kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor penentu perubahan struktur ekonomi,deskripsi kegiatan ekonomi serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BABV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai

BABV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai BABV METODE PENELITIAN 5.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber data. Sumber data yang digunakan adalah dari Biro Pusat Statistik (BPS) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan wilayah memiliki konsep yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan perannya dalam menata kehidupan masyarakat dalam aspek sosial, ekonomi, budaya, pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi Indonesia telah berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berlangsung secara terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Lebih terperinci