BAB III IMPLEMENTASI PENENTUAN BATAS LAUT KABUPATEN SELAYAR
|
|
- Suparman Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III IMPLEMENTASI PENENTUAN BATAS LAUT KABUPATEN SELAYAR Pada dasarnya pekerjaan penetapan batas wilayah di laut akan mencakup dua kegiatan utama, yaitu penetapan batas wilayah laut secara kartometrik di peta dan penetapan batas laut melalui survei di lapangan (Abidin, 2001). Pada bab ini akan dijelaskan tahap-tahap dari pekerjaan penetapan batas wilayah laut kabupaten Selayar secara kartometrik. 3.1 Penyiapan Peta Dasar Pemilihan peta dasar dalam hal ini akan menentukan tingkat ketelitian yang akan dicapai. Salah satu parameter dalam mempertimbangkan tingkat ketelitian yang ingin dicapai ialah skala peta. Dalam penentuan batas wilayah laut daerah ini, peta dasar yang akan digunakan sebaiknya adalah peta dasar dengan skala besar yang tersedia. Dalam tugas akhir ini, peta dasar yang digunakan adalah peta rupa bumi provinsi Sulawesi Selatan sengan skala 1 : yang diperoleh dari Bakosurtanal. Karena skala petanya yang kecil, maka garis pantai di peta dianggap sama dengan garis pantai pada surut terendah (garis air rendah). 3.2 Penentuan Titik Awal dan Garis Dasar Sesuai dengan ketentuan, bahwa batas laut kabupaten ditentukan berdasarkan batas laut provinsi, maka pertama-tama dilakukan pemberian titik-titik awal pada peta yang dilakukan di sepanjang garis pantai pada Provinsi Sulawesi Selatan dan selanjutnya ditentukan titik-titik awal untuk Kabupaten Selayar di mana titik-titik awal tersebut dapat dikatakan mewakili batas paling terluar dari daerah Provinsi Sulawesi Selatan serta Kabupaten Selayar. Titik-titik awal tersebut digunakan sebagai rencana awal untuk penarikan garis dasar. 26
2 Penentuan garis dasar dilakukan untuk menentukan jenis garis dasar yang digunakan sebagai acuan penarikan batas laut. Seperti dalam Permendagri No.1/2006, definisi garis dasar adalah garis yang menghubungkan dua titik awal dan terdiri dari garis dasar lurus dan garis dasar normal. Garis dasar lurus adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik awal berdekatan dan berjarak tidak lebih dari 12 mil laut, sedangkan garis dasar normal adalah garis antara dua titik awal yang berhimpit dengan garis pantai. Untuk penentuan garis dasar pada tugas akhir ini, dilakukan tiga alternatif pemilihan garis dasar yang dapat diterapkan, yaitu : a. Garis Dasar Normal Hal ini berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 yang mendefinisikan satu macam garis dasar saja yaitu garis dasar normal. Garis dasar normal yang diplot di peta adalah berhimpit dengan garis pantai di peta, maka titik awal ada di sepanjang garis pantai. b. Kombinasi Garis Dasar Normal dan Garis Dasar Lurus Untuk garis dasar lurus, dibutuhkan titik awal-titik awal yang terletak di setiap ujung dan pangkal tiap segmen garis dasar lurus tersebut. Maka untuk alternatif ini dibutuhkan banyak plotting titik-titik awal sebagai langkah awal sebelum menarik garis dasar lurus. Dan apabila tidak memungkinkan ditarik garis dasar lurus, maka dapat menggunakan garis dasar normal. c. Interpretasi Tentang Garis Dasar kepulauan UNCLOS 1982 Dalam pasal 4 ayat 2 UU No.32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Yang dimaksud dengan cakupan wilayah dalam ketentuan ini, khusus untuk daerah yang berupa kepulauan atau gugusan pulau-pulau dalam penentuan wilayah didasarkan atas prinsip negara kepulauan yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah. Berdasar Undang-Undang tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa penggunaan garis dasar kepulauan juga dapat diterapkan terhadap daerah yang juga merupakan daerah kepulauan. Dalam pelaksanaan tugas akhir ini, Pertama dilakukan dahulu penentuan garis dasar untuk wilayah provinsi Sulawesi Selatan. Pada gambar 3.1 diperlihatkan kombinasi garis dasar normal dan garis dasar lurus untuk keseluruhan provinsi Sulawesi Selatan. 27
3 Gambar 3.1 Kombinasi Garis Dasar Normal dan Lurus di Sulawesi Selatan Setelah dilakukan penarikan garis dasar lurus dan kombinasi garis dasar normal untuk provinsi Sulawesi Selatan, maka kemudian ditentukan kombinasi garis dasar lurus dan normal untuk kabupaten Selayar dan juga kombinasi garis dasar lurus dan normal untuk kabupaten Bulukumba (karena terdapat pertampalan wilayah laut antara kabupaten Bulukumba dan Selayar). Untuk penentuan kombinasi garis dasar lurus dan normal kabupaten Selayar, maka garis dasarnya adalah sama dengan garis dasar untuk provinsi Sulawesi Selatan. Namun ada penambahan, yaitu beberapa segmen garis dasar yang menghubungkan Pulau Pasitanete dan Pulau Selayar yang berada pada laut pedalaman dari provinsi Sulawesi Selatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Ilustrasi dari hal tersebut dapat dilihat pada gambar
4 Gambar 3.2 Penentuan Garis Dasar Lurus Kabupaten Selayar di sekitar perbatasan dengan kabupaten bulukumba Hasil dari kombinasi garis dasar lurus dan normal untuk Kabupaten Selayar secara lengkap dapat dilihat pada gambar 3.3. Gambar 3.3 Kombinasi Garis Dasar Normal dan Lurus di Kabupaten Selayar 29
5 Seperti halnya untuk penarikan garis dasar lurus, maka dilakukan dahulu penentuan garis dasar kepulauan untuk wilayah provinsi Sulawesi Selatan. Untuk penentuan garis dasar kepulauan kabupaten Selayar, maka garis dasarnya adalah sama dengan garis dasar untuk provinsi Sulawesi Selatan tersebut. Namun ada penambahan, yaitu beberapa segmen garis dasar kepulauan yang berada pada laut pedalaman dari provinsi Sulawesi Selatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Ilustrasi dari hal tersebut dapat dilihat pada gambar 3.4 Gambar 3.4. Penentuan Garis Dasar Kepulauan Kabupaten Selayar 3.3 Penarikan Garis Batas Daerah Penarikan garis batas dalam hal ini dilakukan dengan berasumsi bahwa setiap provinsi dapat mengklaim wilayah maritimnya secara penuh yaitu 12 mil laut dan kabupaten dapat mengklaim wilayah maritimnya secara penuh yaitu sejauh 4 mil laut. Dari hasil penarikan garis batas untuk penentuan luas wilayah Kabupaten Selayar, maka akan terdapat pertampalan wilayah laut antara kabupaten Selayar dengan kabupaten 30
6 Bulukumba di sebelah utara, dimana kedua kabupaten ini saling berhadapan. Ilustrasi dari area pertampalan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.4 dan 3.5 Gambar 3.5 Area Pertampalan Batas Laut antara Kabupaten Selayar dan Kabupaten Bulukumba Dengan Penggunaan Garis Dasar Normal Gambar 3.6 Area Pertampalan Batas Laut antara Kabupaten Selayar dan Kabupaten Bulukumba Dengan Penggunaan Kombinasi Garis Dasar Normal dan Garis Dasar Lurus. 31
7 Dari kasus tersebut, maka penarikan garis batas wilayah dilakukan berdasarkan prinsip garis tengah. Selanjutnya akan dijelaskan proses penarikan garis tengah tersebut secara grafis Prosedur Penarikan Garis Tengah pada Penerapan Garis Dasar Normal Ditetapkan terlebih dahulu titik-titik awal pada masing-masing kabupaten, yaitu titik A1, A2, dan A3 untuk kabupaten Bulukumba, dan titik B1, B2, dan B3 untuk kabupaten Selayar. Titik awal penarikan garis tengah adalah titik TM 1, yaitu berupa titik perpotongan garis-garis batas laut kedua kabupaten. Dengan demikian, titik A1 dan B1 merupakan pasangan titik awal kendali pertama yang akan ditarik garis tengahnya. Dari titik A1 dan B1, dibuat garis bisektor (yang membagi menjadi dua bagian yang sama besar) yang tegak lurus terhadap garis maya yang menghubungkan kedua titik awal tersebut. Penentuan pasangan titik awal selanjutnya, maka terdapat 2 pilihan kemungkinan, yaitu pasangan A1-B2 dan pasangan A2-B1. Untuk menentukan pasangan mana yang digunakan untuk menarik garis tengah berikutnya, dilakukan pemeriksaan titik mana yang lebih dahulu menghasilkan titik ekuidistan terhadap tiga titik awal kendali. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menarik garis tengah dari pasangan-pasangan titik tadi. Karena jarak titik TM 1 lebih dekat ke garis bisektor A2-B1, maka diputuskan bahwa pasangan titik awal kendali berikutnya adalah A2-B1. Perpotongan garis bisektor A1-B1 dan A2-B1 adalah titik belok jaringan garis tengah, TM 2, yang mempunyai jarak yang sama dari titik A1, A2, dan B1. Penentuan titik awal kendali berikutnya adalah antara pasangan titik A2-B2 dan A3-B1. Karena jarak titik TM 2 lebih dekat ke garis bisektor A2-B2, maka ditetapkan pasangan titik A2-B2 sebagai pasangan titik awal kendali berikutnya. Perpotongan garis bisektor A2- B1 dan A2-B2 adalah titik belok berikutnya, TM 3, yang sama jaraknya dari titik A2, B2, dan B1. Penentuan titik awal kendali berikutnya adalah antara pasangan titik A2-B3 dan A3-B2. Karena jarak titik TM 3 lebih dekat ke garis bisektor A3-B2, maka ditetapkan pasangan titik A3-B2 sebagai pasangan titik awal kendali berikutnya. 32
8 Perpotongan garis bisektor A2- B2 dan A3-B2 adalah titik belok berikutnya, TM 4, yang sama jaraknya dari titik A3, B2, dan A2. Garis bisektor A3-B2,dipotongkan dengan garis bisektor dari pasangan titik awal A3-B3,. Titik perpotongan tersebut merupakan titik TM 5 yang sama jarak terhadap titik A3, B3, dan B2. Garis bisektor A3-B3 tersebut diteruskan sampai ke titik akhir jaringan garis tengah area pertampalan tersebut, yaitu titik TM 6. Maka, jaringan garis tengah yang didapatkan adalah TM 1, TM 2, TM 3, TM 4, TM 5, TM 6. Adapun ilustrasi dari prosedur penarikan garis tengah tersebut dapat dilihat pada gambar 3.6 dan 3.7. Gambar 3.7 Titik Awal pertampalan dan Garis Bisektor Pertampalan Kabupaten Selayar dan Bulukumba. 33
9 Gambar 3.8 Garis Sama Jarak (Ekuidistan) dan Jaringan Garis Tengah Setelah dilakukan penarikan garis tengah di daerah pertampalan antara 2 kabupaten tersebut, maka akan didapatkan garis batas daerah untuk keseluruhan wilayah kabupaten Selayar. Gambar 3.9 Garis Batas Daerah Kabupaten Selayar untuk Penerapan Garis Dasar Normal 34
10 3.3.2 Prosedur Penarikan Garis Tengah pada Penerapan Kombinasi Garis Dasar Normal dan Lurus. Ditetapkan terlebih dahulu titik-titik awal pada masing-masing kabupaten, yaitu titik A1, A2, dan A3 untuk kabupaten Bulukumba, dan titik B1, B2, dan B3 untuk kabupaten Selayar. Titik awal penarikan garis tengah adalah titik TM 1, yaitu berupa titik perpotongan garis-garis batas laut kedua kabupaten. Dengan demikian, titik A1 dan B1 merupakan pasangan titik awal kendali pertama yang akan ditarik garis tengahnya. Dari titik A1 dan B1, dibuat garis bisektor (yang membagi menjadi dua bagian yang sama besar) yang tegak lurus terhadap garis maya yang menghubungkan kedua titik awal tersebut. Penentuan pasangan titik awal selanjutnya, maka terdapat 2 pilihan kemungkinan, yaitu pasangan A1-B2 dan pasangan A2-B1. Untuk menentukan pasangan mana yang digunakan untuk menarik garis tengah berikutnya, dilakukan pemeriksaan titik mana yang lebih dahulu menghasilkan titik ekuidistan terhadap tiga titik awal kendali. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menarik garis tengah dari pasangan-pasangan titik tadi. Karena jarak titik TM 1 lebih dekat ke garis bisektor A2-B1, maka diputuskan bahwa pasangan titik awal kendali berikutnya adalah A2-B1. Perpotongan garis bisektor A1-B1 dan A2-B1 adalah titik belok jaringan garis tengah, TM 2, yang mempunyai jarak yang sama dari titik A1, A2, dan B1. Penentuan titik awal kendali berikutnya adalah antara pasangan titik A2-B2 dan A3-B1. Karena jarak titik TM 2 lebih dekat ke garis bisektor A2-B2, maka ditetapkan pasangan titik A2-B2 sebagai pasangan titik awal kendali berikutnya. Perpotongan garis bisektor A2- B1 dan A2-B2 adalah titik belok berikutnya, TM 3, yang sama jaraknya dari titik A2, B2, dan B1. Penentuan titik awal kendali berikutnya adalah antara pasangan titik A2-B3 dan A3-B2. Karena jarak titik TM 3 lebih dekat ke garis bisektor A3-B2, maka ditetapkan pasangan titik A3-B2 sebagai pasangan titik awal kendali berikutnya. Perpotongan garis bisektor A2- B2 dan A3-B2 adalah titik belok berikutnya, TM 4, yang sama jaraknya dari titik A3, B2, dan A2. 35
11 Garis bisektor A3-B2 dipotongkan dengan garis bisektor dari pasangan titik awal A3- B3,. Titik perpotongan tersebut merupakan titik TM 5 yang sama jarak terhadap titik A3, B3, dan B2. Garis bisektor A3-B3 tersebut diteruskan sampai ke titik akhir jaringan garis tengah area pertampalan tersebut, yaitu titik TM 6. Maka, jaringan garis tengah yang didapatkan adalah TM 1, TM 2, TM 3, TM 4, TM 5, TM 6. Garis sama jarak dan jaringan garis tengah untuk penerapan kombinasi garis dasar normal dan lurus dapat dilihat pada gambar 3.9, dan garis batas daerah Kabupaten Selayar yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 3.10 Gambar 3.10 Garis Sama Jarak (Ekuidistan) dan Jaringan Garis Tengah untuk penerapan kombinasi garis dasar normal dan lurus 36
12 Gambar 3.11 Garis Batas Daerah Kabupaten Selayar untuk Penerapan Kombinasi Garis Dasar Lurus dan Garis Dasar Normal Sedangkan untuk penarikan garis batas daerah Kabupaten Selayar dengan penerapan Garis Dasar Kepulauan dapat dilihat pada gambar Gambar Garis Batas Daerah Kabupaten Selayar untuk Penerapan Garis Dasar Kepulauan 37
13 Dalam penentuan garis batas kabupaten Selayar berdasarkan penerapan garis dasar kepulauan tersebut, maka daerah laut Selayar yang bertampalan dengan laut kabupaten Bulukumba diselesaikan dengan prinsip ekuidistan untuk penerapan kombinasi garis dasar lurus dan normal seperti yang dijelaskan sebelumnya. 3.4 Penentuan Luas Wilayah Langkah selanjutnya setelah dilakukan penarikan garis batas daerah dan didapatkan titik titik batas adalah penentuan luas wilayah. Penentuan luas wilayah dilakukan dengan metode numeris. Ilustrasi dari perhitungan luas dengan metode numeris dapat dilihat pada gambar D (Xd, Yd) C (Xc, Yc) A (Xa, Ya) B (Xb, Yb) Gambar Ilustrasi perhitungan luas dengan metode numeris Persamaan dalam penghitungan luas diatas : 2 L = [(Xa.Yb) + (Xb.Yc) + (Xc.Yd) + (Xd.Ya)] [(Ya.Xb) + (Yb.Xc) + (Yc.Xd) + (Yd.Xa)] Atau secara umum dapat dituliskan dalam bentuk rumus: 2 L = Σ X i. Y j - Σ Y i X j Dimana i = titik batas, dan j = titik batas setelah titik i (titik batas berikutnya) 38
14 Hasil dari perhitungan diatas bisa negatif ataupun positif. Yang harus kita lakukan berikutnya adalah memutlakannya apabila hasil perhitungan diatas merupakan bilangan negatif. Contoh diatas adalah contoh sederhana apabila daerah yang ingin diketahui luasnya hanya memiliki 4 koordinat. Kita bisa melakukan perhitungan serupa tetapi dengan formula yang lebih panjang apabila ternyata daerah yang ingin diketahui luasnya lebih kompleks bentuknya (memiliki banyak koordinat). Hasil dari perhitungan luas tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2 Model Penerapan Garis Luas Daratan Luas Lautan Luas Perbandingan Dasar Keseluruhan Luas Lautan dan Daratan Garis Dasar Normal , , ,836 1,48 : 1 Kombinasi Garis Dasar , , ,819 1,49 : 1 Normal dan Lurus Garis Dasar Kepulauan , , ,526 3,50 : 1 Tabel 3.1. Hasil Luas Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Model Penerapan Garis Dasar Luas Daratan Luas Lautan Luas Keseluruhan Perbandingan Luas Lautan dan Daratan Garis Dasar Normal 1.196, , ,971 7,40 : 1 Kombinasi Garis Dasar 1.196, , ,737 8,57 : 1 Normal dan Lurus Garis Dasar Kepulauan 1.196, , ,930 17,61 : 1 Tabel 3.2. Hasil Luas Wilayah Kabupaten Selayar 39
15 3.5 Penyajian Peta Batas Selanjutnya, setelah didapatkan garis batas daerah, sebagai produk akhir dari Penentuan Batas Laut Kabupaten Selayar ini, maka disajikan dalam bentuk Peta Batas Daerah. Dalam tugas akhir ini, batas laut daerah Kabupaten Selayar ditentukan dalam tiga versi, yaitu berdasarkan UU No.32/2004, Permendagri No.1/2006 dan implementasi UNCLOS 1982 tentang penggunaan garis dasar kepulauan. Peta hasil penarikan batas laut dalam tiga versi tersebut dapat dilihat pada halaman lampiran. 40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut merupakan bagian tidak terpisahkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena laut merupakan perekat persatuan dari ribuan kepulauan nusantara yang
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH
BAB II DASAR TEORI PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH Dalam kegiatan penetapan dan penegasan batas (delimitasi) terdapat tiga mendasar, yaitu: pendefinisian, delineasi, dan demarkasi batas. Hubungan ketiganya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH
BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 18 menetapkan bahwa wilayah daerah provinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh
Lebih terperinciBAB III TAHAPAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS KEWENANGAN WILAYAH LAUT DAERAH
BAB III TAHAPAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS KEWENANGAN WILAYAH LAUT DAERAH Dalam kajian penentuan batas kewenangan wilayah laut Provinsi Nusa Tenggara Barat menggunakan dua prinsip yaitu, pertama mengacu
Lebih terperinciBAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH
BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH 2.1 Dasar Hukum Penetapan Batas Laut Daerah Agar pelaksanaan penetapan batas laut berhasil dilakukan dengan baik, maka kegiatan tersebut harus mengacu kepada peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah merupakan awal pelaksanaan konsep otonomi daerah, sebagai wujud proses desentralisasi dalam
Lebih terperinciBAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK
BAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah penetapan batas laut yang lebih tepatnya Zona Ekonomi
Lebih terperinciBAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER
BAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER III.1 Peta Dasar Peta yang digunakan untuk menentukan garis batas adalah peta
Lebih terperinciBAB III PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA - FILIPINA DI LAUT SULAWESI. Tabel 3.1 Tahapan Penetapan Batas Laut
BAB III PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA - FILIPINA DI LAUT SULAWESI Kegiatan penetapan batas laut antara dua negara terdiri dari beberapa tahapan.kegiatan penetapan batas beserta dengan
Lebih terperinciBAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, pekerjaan penetapan dan penegasan batas daerah di laut akan mencakup dua kegiatan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. IV.1.1 Perbandingan Antara Peta Garis Dasar Normal dengan Peta Generalisasi Pemendagri 1/2006
BAB IV ANALISIS IV.1 Perbandingan Peta IV.1.1 Perbandingan Antara Peta Garis Dasar Normal dengan Peta Generalisasi Pemendagri 1/2006 Berikut ini ditampilkan perbandingan antara peta garis dasar normal
Lebih terperinciPengaruh Perubahan UU 32/2004 Menjadi UU 23/2014 Terhadap Luas Wilayah Bagi Hasil Kelautan Terminal Teluk Lamong antara
A393 Pengaruh Perubahan UU 32/2004 Menjadi UU 23/2014 Terhadap Luas Wilayah Bagi Hasil Kelautan Terminal Teluk Lamong antara, dan Melisa Ayuningtyas, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. 4.1Analisis Peta Dasar yang Digunakan
BAB IV ANALISIS Setelah dilakukan penarikan garis batas ZEE Indonesia - Filipina di Laut Sulawesi berdasarkan prinsip ekuidistan dan prinsip proporsionalitas, maka dapat dilakukan proses analisis sebagai
Lebih terperinciPENENTUAN BATAS LAUT DAN LUAS WILAYAH KABUPATEN SELAYAR, SULAWESI SELATAN
PENENTUAN BATAS LAUT DAN LUAS WILAYAH KABUPATEN SELAYAR, SULAWESI SELATAN TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Oleh Agus Irwansyah 15103007 PROGRAM STUDI TEKNIK
Lebih terperinciPendekatan Aspek Hukum, Geomorfologi, dan Teknik Dalam Penentuan Batas Wilayah Laut Daerah
Pendekatan Aspek Hukum, Geomorfologi, dan Teknik Dalam Penentuan Batas Wilayah Laut Daerah Heryoso Setiyono, Ibnu Pratikto, Hariyadi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP Semarang Abstrak UU No 32
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Juli 2017
ANALISIS PENGARUH PEMILIHAN PETA DASAR TERHADAP PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT SECARA KARTOMETRIS (Studi Kasus : Kabupaten Sumenep, Jawa Timur) Ajeng Kartika Nugraheni Syafitri, Moehammad Awaluddin,
Lebih terperinciBAB III PENENTUAN GARIS BATAS MARITIM INDONESIA SINGAPURA PADA SEGMEN TIMUR MENGGUNAKAN PRINSIP EKUIDISTAN
BAB III PENENTUAN GARIS BATAS MARITIM INDONESIA SINGAPURA PADA SEGMEN TIMUR MENGGUNAKAN PRINSIP EKUIDISTAN Garis batas maritim antara Indonesia dengan Singapura sebelumnya telah disepakati khususnya pada
Lebih terperinciBAB III IMPLEMENTASI ASPEK GEOLOGI DALAM PENENTUAN BATAS LANDAS KONTINEN
BAB III IMPLEMENTASI ASPEK GEOLOGI DALAM PENENTUAN BATAS LANDAS KONTINEN 3.1 Klasifikasi Teknis Batas Landas Kontinen Menurut UNCLOS 1982, batas Landas Kontinen suatu negara pantai dibagi berdasarkan posisi
Lebih terperinciBAB III REALISASI DELINEASI BATAS LAUT
BAB III REALISASI DELINEASI BATAS LAUT Dalam penentuan batas laut, setiap negara pantai diberikan wewenang oleh PBB untuk menentukan batas lautnya masing-masing dengan menjalankan pedoman yang terkandung
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS Analisis Terhadap Jaring Kontrol Geodesi
BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Kandungan Informasi Geospasial Dasar (Kelautan) Bagian berikut akan menjelaskan tentang analisis penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar Kelautan yang telah diatur
Lebih terperincixvii MARITIM-YL DAFTAR ISI
xvii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vii SAMBUTAN... x UCAPAN TERIMA KASIH... xiii DAFTAR ISI... xvii DAFTAR GAMBAR... xxii BAB 1 DELIMITASI BATAS MARITIM: SEBUAH PENGANTAR... 1 BAB 2 MENGENAL DELIMITASI
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI II.1 Kewenangan Daerah di Wilayah Laut
BAB II DASAR TEORI II.1 Kewenangan Daerah di Wilayah Laut Ada dua peraturan yang dijadikan rujukan dalam penulisan Tugas Akhir ini, yaitu UU No.32 Tahun 2004 yang menerangkan tentang Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis Terhadap Penentuan Datum, Titik Dasar dan Garis Pangkal
BAB IV ANALISIS Setelah dilakukan kajian mengenai batas maritim antara Indonesia dengan Singapura pada segmen Timur, maka dapat dilakukan proses analisis dengan hasil sebagai berikut ini : 4.1 Analisis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga, yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga,
Lebih terperinciILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI
ILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI Oleh: Andri Oktriansyah JURUSAN SURVEI DAN PEMETAAN UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2017 1. Penentuan Posisi Penentuan posisi titik dikelompokkan dalam dua
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu :
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu : 1. Perairan Pedalaman (Internal Waters)
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut
BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu : 1. Perairan Pedalaman (Internal Waters)
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2017
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GARIS PANTAI TERHADAP BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT PROVINSI JAWA TIMUR DAN PROVINSI BALI DI SELAT BALI Muhammad Maulana M.A., Moehammad Awaluddin, Fauzi Janu A. *) Program
Lebih terperinciPenentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
G199 Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Rainhard S Simatupang 1), Khomsin 2) Jurusan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Sejarah Perundingan Batas Maritim Indonesia Singapura
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah Perundingan Batas Maritim Indonesia Singapura Seperti yang telah kita ketahui, permasalahan batas maritim untuk Indonesia dengan Singapura sudah pernah disinggung dan disepakati
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Posisi Foot Of Slope (FOS) Titik Pangkal N (m) E (m) FOS N (m) E (m) Jarak (M)
BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Posisi Foot Of Slope (FOS) Keberadaan FOS merupakan dasar penarikan titik-titik ketebalan sedimen 1 %, artinya titik-titik FOS inilah yang menjadi titik awal (start) dalam
Lebih terperinciAbstrak. Ria Widiastuty 1, Khomsin 1, Teguh Fayakun 2, Eko Artanto 2 1 Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, 60111
Alternatif Peta Batas Laut Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2012 (Studi Kasus: Perbatasan Antara Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik) ALTERNATIF PETA BATAS LAUT DAERAH BERDASARKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara pantai yang secara hukum internasional diakui sebagai negara kepulauan yang 80% wilayahnya adalah wilayah lautan (Patmasari dkk, 2008). Hal
Lebih terperinciPENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com
PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com www. Khodijahismail.com POKOK BAHASAN Kontrak Perkuliahan dan RPKPS (Ch 01) Terminologi Ilmu dan Teknologi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENEGASAN BATAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENEGASAN BATAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penentuan batas daerah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENEGASAN BATAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENEGASAN BATAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penentuan batas daerah
Lebih terperinciPEMETAAN SPASIAL JALUR PENANGKAPAN IKAN DI WPP-NRI 713 DAN WPP-NRI 716 DALAM RANGKA PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pemetaan Spasial Jalur Penangkapan Ikan...Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (Suhelmi, I.R. et al.) ABSTRAK PEMETAAN SPASIAL JALUR PENANGKAPAN IKAN DI WPP-NRI 713 DAN WPP-NRI 716 DALAM RANGKA PENGELOLAAN
Lebih terperinciBAB III BATAS DAERAH DAN NEGARA
BAB III BATAS DAERAH DAN NEGARA III.1. Tujuan Penentuan Batas Wilayah negara baik itu darat maupun laut serta ruang diatasnya merupakan salah satu unsur utama dari suatu negara. Tujuan kegiatan penentuan
Lebih terperinciI. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 9. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan Aspek Geospasial dalam Metode Delimitasi Batas Maritim
I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 9 A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan Aspek Geospasial dalam Metode Delimitasi Batas Maritim B.POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN: Aspek Geospasial dalam
Lebih terperinciAbstrak PENDAHULUAN.
PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH ANTARA PROVINSI JAWA TIMUR DAN PROVINSI BALI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH
Lebih terperinciKAJIAN KEPEMILIKAN SUMBER DAYA ALAM NON HAYATI DALAM WILAYAH 12 MIL LAUT (STUDI KASUS : Pulau Pagerungan Besar dan Kecil, Kabupaten Sumenep) Abstrak
KAJIAN KEPEMILIKAN SUMBER DAYA ALAM NON HAYATI DALAM WILAYAH MIL LAUT (STUDI KASUS : Pulau Pagerungan Besar dan Kecil, Kabupaten Sumenep) Resdian Prima Noviawan, M Taufik Program Studi Teknik Geomatika,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (Juni, 2013) ISSN: ( Print)
Kajian Landas Kontinen Ekstensi Batas Maritim Perairan Barat Laut Sumatra Aldea Noor Alina 1) dan Yuwono 2) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Batimetri Selat Sunda Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka suatu kedalaman dan garis-garis yang mewakili
Lebih terperinciPENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terbentang memanjang dari Sabang hingga Merauke dan dari Pulau Miangas di ujung Sulawesi Utara sampai ke Pulau Dana di selatan
Lebih terperinciURGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)
URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI Oleh: Nanin Trianawati Sugito*) Abstrak Daerah (propinsi, kabupaten, dan kota) mempunyai wewenang yang relatif
Lebih terperinci1.Sebagai kerangka Horizontal pada daerah pengukuran 2.Kontrol Jarak dan Sudut 3.Basik titik untuk pengukuran selanjutnya 4.
Pengukuran Poligon Sudut 1.Sebagai kerangka Horizontal pada daerah pengukuran 2.Kontrol Jarak dan Sudut 3.Basik titik untuk pengukuran selanjutnya 4.Memudahkan dalam perhitungan dan ploting peta Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar di dunia yang didominasi oleh dua per tiga wilayah perairan laut dari keseluruhan wilayah. Sebagai Negara Kepulauan,
Lebih terperinciDepartemen Teknik Geomatika, FTSLK-ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia Abstrak
ANALISA PENENTUAN BATAS LAUT ANTARA PROVINSI DKI JAKARTA DAN PROVINSI BANTEN BERDASARKAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014 (Studi Kasus : 22 Pulau di Kepulauan Seribu) Yuwono 1, Deasy Rosyida Rahmayunita 2 1,2 Departemen
Lebih terperinciIMPLEMENTASI BATAS WILAYAH dan KEPULAUAN TERLUAR INDONESIA terhadap KEDAULATAN NKRI
IMPLEMENTASI BATAS WILAYAH dan KEPULAUAN TERLUAR INDONESIA terhadap KEDAULATAN NKRI Dr. Sri Handoyo dan Ir. Tri Patmasari, M.Si Pusat Pemetaan Batas Wilayah BAKOSURTANAL Disampaikan pada Dialog Publik
Lebih terperinciKEMUNGKINAN LUAS LAUT SEBAGAI BAGIAN DARI LUAS WILAYAH DALAM PERHITUNGAN DAU 1)
KEMUNGKINAN LUAS LAUT SEBAGAI BAGIAN DARI LUAS WILAYAH DALAM PERHITUNGAN DAU 1) Oleh Dr. Ir. Sobar Sutisna, M.Surv.Sc. 2) Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Koordinasi Survei Dan Pemetaan Nasional
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial
BAB II DASAR TEORI 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial Dalam konteks aktivitas, ruang lingkup pekerjaan ilmu geodesi umumnya mencakup tahapan pengumpulan data, pengolahan dan manipulasi data,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Republik Demokratik Timor-Leste (RDTL) pernah menjadi dari bangsa Portugis (Portugal) selama 450 tahun dan Negara Republik Indonesia (RI) selama 24 tahun. Pada awalnya
Lebih terperinciPengertian Pasang Surut
Pengertian Pasang Surut Pasang surut adalah fluktuasi (gerakan naik turunnya) muka air laut secara berirama karena adanya gaya tarik benda-benda di lagit, terutama bulan dan matahari terhadap massa air
Lebih terperinciKajian Landas Kontinen Ekstensi Batas Maritim Perairan Barat Laut Sumatra
Kajian Landas Kontinen Ekstensi Batas Maritim Perairan Barat Laut Sumatra Aldea Noor Alina 3509 100 005 Dengan bimbingan Ir. Yuwono MS. Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat internasional, pasti tidak lepas dari masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum internasional yang sering muncul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pantai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pantai adalah daerah tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah, sedangkan pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat
Lebih terperinciMATERI : RUAS GARIS BERARAH (KELOMPOK V / VI.D) SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA STKIP PGRI LUBUKLINGGAU
MTERI : RUS GRIS ERRH (KELOMOK V / VI.) isusun Oleh: 1. MEILI 2. MEII 3. ROHELI 4. RUI HR 5. TRI YULITIK 6. SILM JR SEKOLH TINGGI KEGURUN N ILMUENIIKN ERSTUN GURU REULIK INONESI STKI GRI LUUKLINGGU RUS
Lebih terperinciI. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia
I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5 A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia B.POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN: Konsep Negara kepulauan Evolusi
Lebih terperinciAmbalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2
Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2 Di awal tahun 2005, bangsa ini gempar oleh satu kata Ambalat. Media massa memberitakan kekisruhan yang terjadi di Laut Sulawesi perihal sengketa
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciDiferensial Vektor. (Pertemuan II) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
TKS 4007 Matematika III Diferensial Vektor (Pertemuan II) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Definisi Secara Grafis : Dari gambar di samping, ada sebuah anak panah yang berawal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan berlakunya Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982 yang diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 maka salah satu prioritas utama bagi
Lebih terperinciANALISIS ALTERNATIF BATAS WILAYAH LAUT KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN KENDAL
ANALISIS ALTERNATIF BATAS WILAYAH LAUT KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN KENDAL Anggi Tiarasani, L.M Sabri, ST, MT *, Moehammad Awaluddin, ST, MT * Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik, Unversitas Diponegoro
Lebih terperinciBab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
Bab II TEORI DASAR 2.1 Batas Daerah A. Konsep Batas Daerah batas daerah adalah garis pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan daerah lain. Batas daerah administrasi adalah wilayah
Lebih terperinciI. BAB I PENDAHULUAN
I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.506 pulau dengan dua pertiga diantaranya merupakan wilayah lautan. Berdasarkan UNCLOS (United
Lebih terperinciPERTEMUAN IV SURVEI HIDROGRAFI. Survei dan Pemetaan Universitas IGM Palembang
PERTEMUAN IV SURVEI HIDROGRAFI Survei dan Pemetaan Universitas IGM Palembang Konfigurasi Survei Hidrografi 1. Penentuan posisi (1) dan penggunaan sistem referensi (7) 2. Pengukuran kedalaman (pemeruman)
Lebih terperinciFONDASI TELAPAK TERPISAH (TUNGGAL)
FONDASI TELAPAK TERPISAH (TUNGGAL) Analisis fondasi telapak tunggal simetris. Macam beban yang bekerja pada struktur digolongkan menjadi beban mati, beban hidup, beban angin, beban gempa dsb. Kombinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia memiliki batas maritim dengan 10 negara, yaitu: Malaysia, Singapura, Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia, Timor Leste, India, Vietnam dan Thailand.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pengukuran merupakan penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran atau dapat dikatakan juga bahwa pengukuran adalah
Lebih terperinciMENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI
e FIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER 10 September 2016 www.msp-lawoffice.com MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI Kajian terhadap Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/
Lebih terperinciSURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang
SURVEI HIDROGRAFI Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Tahapan Perencanaan Survey Bathymetri Pengukuran bathimetri dilakukan berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 76 United Nation Convention on the Law Of the Sea (UNCLOS) tahun 1982, Indonesia sebagai negara pantai mempunyai kesempatan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA DI LAUT NATUNA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciGambar 3.1. Rencana jalur survei tahap I [Tim Navigasi Survei LKI, 2009]
BAB III REALISASI DAN HASIL SURVEI 3.1 Rencana dan Pelaksanaan Survei Survei dilakukan selama dua tahap, yaitu tahap I adalah survei batimetri untuk menentukan Foot Of Slope (FOS) dengan menggunakan kapal
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1252, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Wilayah Batas Daerah. Penegasan. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia
BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia Unsur yang ditampilkan pada Peta Laut Teritorial Indonesia, meliputi : unsur garis pantai, unsur garis pangkal, unsur
Lebih terperinciKL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN
Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 1 PENDAHULUAN Bab PENDAHULUAN Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 1
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: 1. bahwa berdasarkan kenyataan sejarah dan cara pandang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. IV. 1. Analisis Pemilihan Titik Dasar Untuk Optimalisasi
BAB IV ANALISIS Setelah dilakukan delineasi secara grafik yaitu dengan metode lingkaran dan secara numerik yaitu dengan metode SPG I untuk jarak dekat, menengah dan jarak jauh di wilayah Pulau Nias, maka
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-undang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012. B.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan
34 BAB III METODOLOGI 3.1 Persiapan Tahap persiapan adalah kegiatan sebelum memulai mengumpulkan data. Pada tahap persiapan ini menyusun rangkaian atau kerangka kegiatan yang akan dilakukan dengan tujuan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 61-1998 diubah: PP 37-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 72, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciASPEK TEKNIS PEMBATASAN WILAYAH LAUT DALAM UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 1999
ASPEK TEKNIS PEMBATASAN WILAYAH LAUT DALAM UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 1999 Danar Guruh Pratomo Program Studi Teknik Geodesi, FTSP-ITS guruh@geodesy.its.ac.id Abstrak Lahirnya UU No.22/1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.62/MEN/2011 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.62/MEN/2011 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciMetode Titik Kontrol Horisontal 3.1. Metode Survei Klasik Gambar. Jaring Triangulasi
3. Metode Titik Kontrol Horisontal Dalam pekerjaan survei hidrografi di lapangan, survei topografi juga perlu dilakukan untuk menentukan kerangka kawasan pantai secara geografis. Dimana survey topografi
Lebih terperinciASPEK-ASPEK GEODETIK DALAM HUKUM LAUT
Aspek-aspek Geodetik... ASPEK-ASPEK GEODETIK DALAM HUKUM LAUT Joko Hartadi Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta email: jokohartadi@upnyk.ac.id
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
18 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Informasi keberadaan kaki lereng kontinen bersifat penting karena akan menentukan wilayah yang dapat diklaim sebagai batas landas kontinen diluar 200 mil laut. oleh karena itu,
Lebih terperinciSISTEM KOORDINAT. Berikut ini kita akan mempelajari bagaimana menentukan sistem koordinat dibidang dan diruang.
1 KEGIATAN BELAJAR 1 SISTEM KOORDINAT Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 ini, mahasiswa diharapkan mampu menggambarkan dan membedakan sebuah titik yang terletak di bidang dan Berikut ini kita akan
Lebih terperinciTujuan Khusus. Tujuan Umum
Tujuan Umum Tujuan Khusus Mahasiswa memahami arti Kerangka Kontrol Horizontal (KKH) Mahasiswa memahami cara pengukuran, cara menghitung, cara koreksi dari suatu pengukuran polygon baik polygon sistem terbuka
Lebih terperinciGambar 2. Zona Batas Maritim [AUSLIG, 2004]
ASPEK GEODETIK DALAM HUKUM LAUT (Studi Kasus : Batas Maritim Indonesia dengan Negara Tetangga) Oleh : Ratih Destarina I. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara kepulauan yang berbatasan dengan sepuluh Negara
Lebih terperinciBAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV
BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV 3.1. Persiapan Sebelum kegiatan survei berlangsung, dilakukan persiapan terlebih dahulu untuk mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan survei
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka kebijakan penetapan batas desa sebagai
Lebih terperinciDELINEASI LANDAS KONTINEN EKSTENSI DI LUAR 200 MIL LAUT MELALUI PENARIKAN GARIS HEDBERG DARI KAKI LERENG INVESTIGATOR RIDGE
Delineasi Landas Kontinen... DELINEASI LANDAS KONTINEN EKSTENSI DI LUAR 200 MIL LAUT MELALUI PENARIKAN GARIS HEDBERG DARI KAKI LERENG INVESTIGATOR RIDGE Khomsin 1), Muammar Khadafi Ashar 1), Arif Rahman
Lebih terperinciI. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 6
I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 6 A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan Peta laut, Basepoint (Titik Pangkal), dan Baseline (Garis Pangkal) untuk delimiasi batas maritim. B.POKOK BAHASAN/SUB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur pulau-pulau yang tersebar luas dalam jumlah lebih dari 13.000 pulau besar dan pulau kecil, dengan garis pantai
Lebih terperinciHome : tedyagungc.wordpress.com
Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SINGAPURA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang RI merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia. Berada diantara benua Asia dan Australia dan dua Samudera Hindia dan Pasifik. RI dikelilingi oleh lautan
Lebih terperinci