BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PINRANG PROVINSI SULAWESI SELATAN POKJA AMPL KABUPATEN PINRANG. Disiapkan oleh:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PINRANG PROVINSI SULAWESI SELATAN POKJA AMPL KABUPATEN PINRANG. Disiapkan oleh:"

Transkripsi

1 PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 0 KABUPATEN PINRANG PROVINSI SULAWESI SELATAN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN PINRANG

2 Kata Pengantar Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pinrang disusun dengan maksud menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Pinrang, yang kemudian dipetakan. Pemetaan sanitasi merupakan gambaran awal (kondisi eksisting) dan rencana dilakukannya zonazona sanitasi ditingkat Kabupaten. Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan langsung dengan kesehatan, pola hidup masyarakat, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan seharihari, sehingga sanitasi telah menjadi salah satu aspek pembangunan yang menjadi prioritas. Pemerintah Kabupaten Pinrang akan berkomitmen untuk menunjang Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah Nasional (RPJMN) T ahun 0004 yang difokuskan pada Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dalam pencapaian Millennium Development Goals (MDGs). Tujuan disusunnya Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pinrang adalah Memberikan Panduan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Pinrang dalam manejemen kegiatan sanitasi dan Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Dengan demikian penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pinrang dapat memberikan gambaran untuk mengidentifikasi Permasalahan dalam Perencanaan pembangunan yang terkait Sanitasi.

3 DAFTAR ISI Bab : Pendahuluan.. Latar Belakang.... Landasan Gerak.. Maksud dan Tujuan.4 Metodologi....5 Dasar Hukum dan kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain. Bab : Gambaran Umum Wilayah.. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. Demografi. Keuangan dan Prekonomian Daerah...4 Tata Ruang Wilayah...5 Sosial dan Budaya...6 Kelembagaan Pemerintah Daerah. Bab : Profil sanitasi wilayah. Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan promosi Higiene.... Tatanan Rumah tangga.. Tatanan Sekolah... Pengelolaan Air limbah Domestik.. Kelembagaan... Sistem dan Cakupan Pelayanan... Kesadaran Masyarakat dan PMJK...4 Pemetaan Media..5 Partisipasi Dunia Usaha..6 Pendanaan dan pembiayaan....7 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak.. Pengelolaan Persampahan.... Kelembagaan.. Sistem dan Cakupan Pelayanan.. Kesadaran Masyarakat dan PMJK...4 Pemetaan Media....5 Partisipasi Dunia Usaha....6 Pendanaan dan Pembiayaan..7 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak

4 .4 Pengelolaan Drainase Lingkungan...4. Kelembagaan...4. Sistem dan Cakupan Pelayanan..4. Kesadaran Masyarakat dan PMJK Pemetaan Media.4.5 Partisipasi Dunia Usaha Pendanaan dan Pembiayaan..4.7 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi.5. Pengelolaan Air Bersih...5. Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga.5. Pengelolaan Limbah Medis Bab 4: Program Pengembangan Sanitasi saat Ini dan yang Direncanakan. 4. Prilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene. 4. Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik. 4. Peningkatan Pengelolaan Persampahan. 4.4 Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan. 4.5 Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi.. Bab 5: Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi.. 5. Area Beresiko Sanitasi.. 5. Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini

5 DAFTAR TABEL.. Tabel Administrasi Kabupaten Pinrang... Tabel Ketinggian Wilayah Kab. Pinrang... Tabel Keadaan Wilayah berdasarkan Kelerengan di Kab. Pinran..4. Tabel Jenis Tanah...5. Tabel Banyaknya Curah Hujan.6 Tabel DAS Kab Pinrang.7. Tabel Luas Lahan Menurut Penggunaannya..8. Tabel Jumlah, Distribusi dan Kepadatan di Kab. Pinrang Tabel Struktur Penduduk Menurut Usia..0. Tabel Pertumbuhan Penduduk.. Tabel Jumlah Penduduk Kab. Pinrang Lima Tahun Terakhir.... Tabel Proyeksi Jumlah Kepadatan Penduduk Kab. Pinrang Lima Tahun Mendatang.. Tabel Ringkasan Realisasi APBD 4 Tahun Terakhir...4. Tabel Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per Penduduk..5.Tabel Data Fiskal Kab. Pinrang 5 Tahun Terakhir.6. Tabel Data Perekonomian Umum Daerah Tabel Pola Ruang Wilaya.8. Table Tabel Fasilitas Pendidikan yang tersedia.9. Table Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan..0. Tabel Jumlah Rumah per Kecamatan.. Tabel Rekapitulasi Kondisi Fasilitasi Sanitasi Sekolah.. Tabel Kondisi Sarana Sanitasi di Sekolah... Tabel Peningkatan Kepentingan di dalam Pembangunan Air Limbah Domestik..4. Tabel Peraturan Air Limbah Domestik.5. Tabel Sistem sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik.6. Tabel Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah yang ada di Kab. Pinrang Tabel Perkiraan Pembuangan Air Limbah..8. Tabel Pengelolaan Sarana Jamban Keluarga dan MCK...9. Tabel Kondisi Saran MCK.0. Tabel Daftar Proyek Layanan Air Limbah BM.... Tabel Kegiatan Komunikasi Pengelolaan Air Limbah... Tabel Media Komunikasi Pengolahan Air Limbah

6 .. Kerjasama yang terkait Sanitasi...4. Tabel Daftar Mitra Potensi Air Limbah...5. Tabel Penyediaan Layanan Air Limbah Domestik...6. Tabel Ringkasan Pendapatan dan Belanja dari Sub Sektor Air Limbah.7. Tabel Realisasi Anggaran Pengelolaan Air Limbah..8. Tabel Realisasi Anggaran Pengelolaan Air Limbah per SKPD.9. Tabel Permasalahan mendesak Sub. Sektor Tabel Personil Persampahan... Tabel Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan.. Tabel Peta Peraturan Persampahan.. Tabel Jumlah Penduduk dan KK untuk Pelayanan Persampahan kota Pinran..4. Tabel Jumlah Sarana Dan Prasarana Persampahan Tahun Tabel Jadwal Pengangkutan Sampah per Kelurahan...6. Tabel Lanjutan Table...7. Tabel Jadwal Pengangkutan Sampah oleh Amrol.8. Tabel Jenis Retribusi Sampah...9. Tabel Jumlah Retribusi Sampah Tahun 0.0. Tabel Pengelolaan Persampahan Tk, Desa/Kelurahan.... Tabel Pengelolaan Persampahan Tk. Kabupaten/Kota... Tabel Daftar Program/Proyek Layanan Persampahan yang Berbasis Masyarakat.. Tabel Kegiatan Komunikasi Pengelolaan Sampah..4. Tabel Media Komunikasi Pengelolaan Sampah...5. Tabel Kerjasama Pengelolaan Sampah Tabel Daftar Mitra Potensial Pengelolaan Sampah..7.Tabel Penyediaan Layanana Pengelolaan Persampahan...8. Tabel Ringkasan Pendapatan & Belanja dari sub Sektor Pengelolaan Sampah.9 Tabel Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan Pengelolaan Drainase Lingkungan..40. Tabel Peta Peraturan Drainase...4. Tabel Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungann...4. Tabel Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase...4. Tabel Kondisi Genangan/Banjir di Kab. Pinrang Tabel Kondisi Saluran Drainase..45. Tabel Kondisi Saluran Drainase Lingkungan tingkat Kecamatan..46 Tabel Daftar Program Layanan Drainase yang berbasis Masyarakat Tabel Kegiatan Komunikasi Drainase Lingkungan..48 Tabel Media Komunikasi

7 .49. Tabel Kerja sama ynag terkait Sanit Tabel Daftar Mitra Potensial untuk Pengelolaan Sanitasi Drainase Lingkungan...5. Tabel Penyediaan Layanan Drainase Lingkungan..5. Tabel Ringkasan Pendapatan & Belanja dari sub Sektor Pengelolaan Drainase Lingkungan...5. Tabel Permasalahan Mendesak di sub Sektor Drainase Tabel Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih...55 Tabel Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga TabelPengelolaan Limbah Medis Tabel Rencana Program dan Kegiatan PHBS 4.. Tabel Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene yang sedang berjalan 4.. Tabel Rencana Program & Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik tahun Tabel Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik tahun Tabel rencana Program & Kegiatan Pengelolaan Persampahan tahun Tabel Kegiatan Pegelolaan Persampahan yang sedang berjalan Tabel Rencana Program & Kegiatan Pengelolaan Drainase Lingkungan Tabel Kegiatan Pengelolaan Drainase Lingkungan yang sedang berjalan tahun Tabel Rencana Program & Kegiatan tahun Tabel Kegiatan Sanitasi sub. Sektor yang lain tahun Table Analisa Penetapan Area Beresiko. 5.. Tabel Rencana Program dan Kegiatan PHBS dan Promosi Higenie tahun DAFTAR PETA. Peta Orientasi Kab Pinrang.. Peta Administrasi Kab. Pinrang... Peta DAS.4 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kab. Pinrang.5 Peta Rencana Pola Ruang.. Peta Layanan Air Limbah Domestik... Peta Lokasi TPSS dan TPA.. Peta Kondisi Banjir dan Drainase Lingkungan..4 Peta Jaringan Pipa PDAM.5 Peta Cakupan Layanan Air Bersih Kab. Pinrang. 5. Peta Area Beresiko Kab. Pinrang

8 DAFTAR GAMBAR. Gambar Kendaraan operasional Penyedot Tinja. Gambar Diagram Perilaku Sistem Pengelolaan Limbah Tinja.. Gambar Diagram Perilaku Sistem Pengelolaan Limbah Non Tinja...4 Gambar Sarana BAB.5 Gambar Diagram Sistem Pengelolaan Limbah On Site.6 Gambar Diagram Sistem Pengelolaan Limbah Of Site..7 Gambar Perilaku Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga dan Drainase...9 Gambar Kelembagaan Persampahan..0 Gambar Diagram Sistem Pengelolaan Persampahan. Gambar Pengelolaan Sampah Secara Komunal R.. Gambar Kendaraan Operasional Persampahan. Gambar Pola pengangkutan Truk Sampah.4 Gambar TPS Pada Kawasan Permukiman.5 Gambar Pola Kontainer Angkutan I..6 Gambar Pola Kontainer Angkutan II..7 Gambar Pola Kontainer Angkutan III.8 Gambar Perilaku Pengelolaan SampahTidak Sehat..9 Gambar Wadah Pemilahan Sampah Skala Individu.0 Gambar Wadah Pemilahan Sampah Skala Lingkungan... Gambar Kelembagaan Pengelolaan Drainase... Gambar Diagram Sistem Sanitasi Drainase Lingkungan.. Gambar Pengelolaan Drainase Lingkungan....4 Gambar Struktur organisasi PDAM.. 5. Gambar Posisi Sanitasi Sub Sektor Drainase Lingkungan.. 5. Gambar Posisi Sanitasi Sub Sektor Air Limbah.. 5. Gambar Posisi Sanitasi Sub Sektor Persampahan 5.4 Gambar Posisi Sanitasi Sub Sektor PHBS

9 DAFTAR GRAFIK.. Pertumbuhan Penduduk.. Praktek CTPS Lima Waktu Penting... Penggunaan Sabun Lima Waktu Penting.. Kepemilikan Jamban dan Cara BAB.4. Waktu Pengosongan Septick Tank.5. Kualitas Tangki Septick.6. Pelaku Pengosongan Tinja dari Tangki Septick.7. Layanan Pengangkutan Sampah..8. Cara Pembuangan Sampah Rumah Tangga..9. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

10 PENDAHULUAN Bab Pendahuluan. LATAR BELAKANG Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJ PN) tahun Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah dan implementasi terhadap implementasi Program Nasional tersebut telah pula ditetapkan pada Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun yang difokuskan pada Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Sanitasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan layanan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan, yang selanjutnya telah dilakukan pengembangan kebijakan, perencanaan serta penganggaran. Kegiatan pembangunan sektor sanitasi di Indonesia saat ini telah menjadi usaha bersama yang terkoordinir pada semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM, sektor swasta dan didukung oleh Donor. Pada tingkat Nasional, koordinasi kebijakan dilakukan oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) yang merupakan usur dari lintas Departemen dan terdiri dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Keuangan, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Perindustrian dan Kementrian Lingkungan Hidup. Sebagai perwujudan komitmen yang tinggi untuk pembangunan sektor sanitasi lokal dan penyediaan layanan sanitasi yang semakin baik di daerah perkotaan, Pemerintah telah menyiapkan bantuan teknis kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Disamping hal tersebut, Pemerintah Pusat telah mendukung dan mendorong Pemerintah Daerah untuk dapat menyusun suatu perencanaan pembangunan sanitasi yang komprehensif dan terkoordinasi, serta terencana untuk seluruh wilayah perkotaan dengan prioritas yang terukur, tanggap kebutuhan, berdasarkan kondisi actual dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan kota. Sebagai bagian dari pembangunan sanitasi Nasional, Pemerintah Kabupaten Pinrang pada tahun 0, melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) telah mengikuti rangkaian kegiatan serta mengambil langkahlangkah strategis dalam Program Nasional Percepatan Pembangaun Sanitasi Permukiman tersebut. Upaya ini telah menempatkan Kabupaten Pinrang sebagai salah satu Kabupaten di Indonesia yang telah ditetapkan pada tahun 0 guna melakukan penyusunan Buku Putih Pembangunan Sanitasi dan penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan langsung dengan kesehatan, pola hidup masyarakat, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan seharihari, sehingga sanitasi telah menjadi salah satu aspek pembangunan yang menjadi prioritas dan diperhatikan. Walaupun demikian, masih sering dijumpai bahwa aspekaspek pembangunan sanitasi yang meliputi pengelolaan limbah cair, pengelolaan persampahan, pengelolaan drainase dan penyediaan air bersih serta yang tidak kalah pentingnya adalah mendorong masyarakat untuk dapat melaksanakan Pola Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) masih berjalan sendiri dan belum terintegrasi dengan baik. Untuk hal tersebut, melalui Buku Putih Pembangunan Sanitasi Kabupeten Pinrang, Pemerintah Kabupaten Pinrang telah mencoba mengidentifikasi permasalahanpermasalahan sektor sanitasi, merumuskan perencanaan dan penganggaran serta langkahlangkah strategis pendanaan dan pelaksanaan dalam percepatan pembangunan sanitasi Kabupaten Pinrang yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Pokja AMPL) dengan melibatkan seluruh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait dan masyarakat serta pemangku kepentigan lainnya.

11 PENDAHULUAN. LANDASAN GERAK... Definisi Sanitasi Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan. Pembangunan sektor sanitasi di beberapa daerah di Indonesia, seringkali kurang menjadi prioritas dibanding sektor lainnya. Tidak memadainya pembangunan sektor sanitasi akan berdampak pada penurunan kualitas kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan pada umumnya. Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan (TTPS, 00).Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (008), secara umum sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yg baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat.sedangkan pengertian yang lebih teknis dari sanitasi adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan air limbah), drainase dan sampah (Bappenas, 00).... Ruang Lingkup Ruang lingkup kajian sanitasi terbagi dalam 4 (empat) subsektor, yaitu: ) Air Limbah; ) Persampahan; ) Drainase; 4) PHBS yakni:. Air limbah ( sewage) merupakan air dan cairan yang merupakan sisa dari kegiatan manusia di rumah tangga/limbah domestik dan commercial buildy (kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan) atau industri. Pengolahan air limbah dibedakan berdasarkan sumbernya, yaitu : a. Black water adalah air limbah rumah tangga yang bersumber dari toilet atau kakus; b. Grey water adalah air limbah rumah tangga non kakus yang berupa buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.. Pengolahan persampahan adalah pengolahan sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat yang meliputi kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang berupa pengurangan dan penanganan sampah (pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir) yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).. Pengolahan drainase adalah optimalisasi prasarana drainase yang berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air yaitu sumber air permukaan tanah yang berupa sungai, danau, laut dan dibawah permukaan tanah berupa air tanah di dalam tanah atau bangunan. 4. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membukajalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkanpengetahuan, sikap dan perilaku, melalui Pendampingan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masingmasing, dan masyarakat/dapat menerapkan caracara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Wilayah kajian Buku Putih sanitasi Kab. Pinrang menyediakan data dasar mengenai kondisi obyektif Sanitasi dan Air Minum di Kabupaten Pinrang, termasuk permasalahan serta kebutuhan sanitasi dasar dan air minum, sehingga dokumen ini nantinya dapat diposisikan sebagai acuan yang bersifat strategis dalam perencanaan pembangunan sanitasi.... Kajian Visi Misi Kab. Pinrang Sebagaimana diketahui bahwa Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Pinrang adalah: Visi : Terwujudnya Masyarakat Pinrang Yang Maju, Dinamis, dan Mandiri Dengan Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Yang Berwawasan Lingkungan Misi : Secara Garis Besar Misi Kab. Pinrang di formulasikan ke dalam (tiga) kluster rumusan yakni: Bidang Pemerintan. Mengoptimalkan Fungsi Kelembagaan Pemerintahan Dan Mendorong Terciptanya Sinergi Antar Instansi Guna Meningkatkan Efektifitas Kinerja Birokrasi Dalam Memfasilitasi Pelaksanaan Program Pembangunan Yang Selaras Dengan Dinamika Perkembangan Masyarakat Dan Kelayakan Potensi

12 PENDAHULUAN. Memaksimalkan Tanggung Jawab, Membenahi Sistem Tata Kelola Jasa Pelayanan Publik Dan Distribusi Kewenangan Institusi Pemerintah Daerah Di Setiap Jenjang/Tingkatan Pemerintahan Dalam Proses Perencanaan, Pelaksanaan Dan Pengawasan Program Pembangunan Secara Transparan Dan Akuntabel. Mengembangkan Kompetensi Dan Profesionalisme SDM Aparatur Pemerintahan Dalam Rangka Peningkatan Mutu Kinerja Aparatur Yang Mampu Mengelola Program Pembangunan Berorientasi Pelayanan Publik 4. Menyelaraskan Program Pembangunan Daerah Dengan Program Regional Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan Prinsip Koneksitas Dan Sinergi Kebijakan Bidang Pembangunan. Meningkatkan Daya Jangkau Dan Mutu Infrastruktur Transportasi Untuk Membuka Isolasi Daerah, Memperlancar Arus Barang Dan Jasa, Serta Mendukung Moblitas Masyarakat Dan Kelangsungan Pembangunan Pusat Pusat Pembangunan Sumber Daya Perekonomian Daerah Yang Berbasis Masyarakat. Merevitalisasi Jasa Layanan Teknis Dan Penyediaan Prasarana Yang Memadai Untuk Mendukung Pembangunan Sumber Daya Ekonomi Masyarakat. Meningkatkan Produktivitas Serta Nilai Tambah Produk Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Dan Perikanan/Kelautan Dengan Mengedepankan Penerapan Teknologi Dan Manajemen Yang Tepat Yang Berdampak Pada Peningkatan Pendapatan Masyarakat 4. Memantapkan Mata Rantai Dan Mekanisme Produksi Huli Hilir Dalam Pengelolaan Sumber Daya Perekonomian Masyarakat Dengan Mendorong Terciptanya Iklim Yang Mendukung Dan Memiliki Daya Tarik Bagi Tumbuhnya Investasi Dan Pengembangan Dunia Usaha 5. Menumbuh Kembangkan Usaha Kecil/Menengah Non Pertanian Melalui Pembinaan Dan Pendampingan Intensif Serta Penerapan Prinsip Prinsip Kewirausahaan Sebagai Upaya Penyediaan Kesempatan Kerja Serta Jaminan Kepastian Usaha Bagi Masyarakat 6. Mengoptimalkan Pengembangan Dan Pengelolaan Sumber Sumber PAD Sesuai Dengan PerundangUndagngan Yang Berlaku Untuk Pencapaian Pertumbuhan Ekonomi Daerah Sebesar Minimal 5 % RataRata Pertahun 7. Meningkatkan Akses Masyarakat, Khususnya Masyarakat Yang Kurang Mampu Terhadap Layanan Pendidikan Berkualitas Dari Semua Jenjang Pendidikan SD, SLTP, Dan SLTA Seiring Dengan Peningkatan Mutu Dan Kesejahteraan Guru 8. Meningkatkan Akses Masyarakat Terhadap Layanan Kesehatan Yang Memenuhi Standar Kualitas Pelayanan Kesehatan, Utamanya Bagi Kelompok Masyarakat Yang Yang Kurang Mampu 9. Meningkatkan Keseimbangan Fungsi Spasial Dalam Berbagai Program Pembangunan Termasuk Didalamnya Peningkatan Kualitas Lingkungan Pemukiman Dan Optimalisasi Pemanfaatan Ruang, Lahan, Serta Keseimbangan Ekosistem Linkungan Hidup Bidang Kemasyarakatan. Mengupayakan Tumbuhnya NilaiNilai Solidaritas Sosial Serta Menjadikan NilaiNilai Agama Sebagai Nilai Utama Dalam Penciptaan Moralitas Dan Akhlak Masyarakat Sehingga Tercipta Tatanan Masyarakat Pinrang Yang Rukun, Saling Menghormati, Aman Dan Damai. Meningkatkan Pemahaman, Kesadaran Dan Ketaatan Terhadap Hukum Dan HAM Bagi Semua Lapisan Masyarakat Dan Menghormati Serta Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum. Penciptaan Alam Keterbukaan Diberbagai Bidang Pekerjaan Dan Menumbuhkan Iklim Demokrasi, Menumbuh Kembangkan Gairah Partisipasi Masyarakat Dalam Setiap Tahapan Pembangunan, Serta Dalam Setiap Aktivitas Publik. 4. Mendukung Peran LembagaLembaga Keagamaan, LembagaLembaga Sosial (LSM/LPSM), LembagaLembaga Kemasyarakatan Dan Organisasi Kepemudaan Dalam Kegiatan Pembangunan Yang Sesuai Dengan PrinsipPrinsip Kemitraan Dan Partisipasi Publik. Dalam Rangka Mendukung Visi dan Misi Kab. Pinrang terkhusus dalam pembangunan Lingkungan maka Buku Putih Sanitasi ini disusun untuk memotret kondisi eksisting sanitasi eksisting kabupaten Pinrang yang menjadi data acuan untuk membuat strategi pembangunan sanitasi kedepan.

13 PENDAHULUAN 4. MAKSUD DAN TUJUAN.. Maksud Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pinrang disusun dengan maksud menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Pinrang, yang kemudian dipetakan. Pemetaan sanitasi merupakan gambaran awal (kondisi eksisting) dan rencana dilakukannya zonazona sanitasi ditingkat Kabupaten/kota... Tujuan Tujuan disusunnya Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pinrang adalah memberikan panduan kebijakan Pemerintah Kabupaten Pinrang dalam menejemen kegiatan sanitasi.. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala kota yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kabupaten Pinrang. Pada masa mendatang penerapan strategi serta pelaksanaanya dilakukan dengan rencana tindak atau aksi dilapangan. Kemitraan dari berbagai pihak, baik masyarakat (NGO dan NGS lokal), level kota maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini. Sanitasi di Indonesia memerlukan perhatian khusus, sehingga peningkatan kepedulian dan penggalakan hidup bersih dan sehat untuk merubah kebiasaan buruk masyarakat dalam bidang sanitasi tidak terlepas dari program ini. Kegiatankegiatan studi pasar untuk mengetahui permintaan juga dilakukan. Monitoring dan evaluasi tidak bisa ditinggalkan dalam implementasi program sehingga strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu diolah dengan matang. Manfaat pengalaman nasional dalam kerangka pemberdayaan nasional adalah: memperdalam pengkajian sektor sanitasi, mengembangkan kapasitas pembuat kebijakan dan stakeholders, memperkuat kebijakan dan kerangka peraturan, mengembangkan kerangka kelembagaan pada tingkat nasional, mengembangkan dan menyebarluaskan strategi atau rencana tindak serta pedoman bagi pemerintah daerah..4 METODOLOGI Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih secara menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini.. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data Data yang diperlukan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi ini secara umum meliputi data primer dan data sekunder. a. Data Primer, adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya.pada kegiatan ini data primer pada dasarnya dikumpulkan untuk mendukung data sekunder dengan melakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), Survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survay keuangan, survay priority setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan gender. Pengumpulan data primer dilakukan melalui: Teknik wawancara dengan narasumber yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/ kantor terkait untuk klarifikasi datadata, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat. Teknik angket dengan alat kuesioner Observasi, dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap obyek yang diteliti. b. Data Sekunder, adalah data data yang diperoleh dari instansi terkait dalam kegiatan.teknik pengumpulan data sekunder dengan studi dokumenter yaitu mempelajari arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masingmasing dinas/ kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta.. Pengumpulan Data Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen dipergunakan tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di masa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini.

14 PENDAHULUAN 5.5 DASAR HUKUM DAN KAITANNYA DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAIN Didalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pinrang berpijak pada beberapa peraturan perundangundangan yang berlaku di tingkat nasional atau pusat, propinsi maupun daerah. Program Pengembangan Sanitasi Indonesia di Kabupaten Pinrang didasarkan pada aturanaturan dan produk hukum yang meliputi: A. UndangUndang. UndangUndang Republik Indonesia Nomor Tahun 966 Tentang Hygiene;. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 99 Tentang Perumahan dan Pemukiman;. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 99 Tentang Penataan Ruang; 4. UndangUndang Republik Indonesia Nomor Tahun 997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 004 Tentang Sumber Daya Air; 6. UndangUndang Republik Indonesia Nomor Tahun 004 Tentang Pemerintah Daerah; 7. UndangUndang Republik Indonesia Nomor Tahun 004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah; 8. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 00505; 9. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 008 Tentang Pengelolaan Sampah; 0. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 009 Tentang Pengesahan Stockholm Convention On Persisten Organic Pollutants. B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Tahun 98 Tentang Pengaturan Air;. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 0 Tahun 990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air;. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 99 Tentang Sungai; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 00 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Thn 996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. C. Peraturan Presiden Republik Indonesia Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panang Menengah Nasional (RPJM) Tahun ; D. Keputusan Presiden Republik Indonesia. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 0 Tahun 000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor Tahun 00 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air;. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 00 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor Tahun 00 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air; 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 000 Tentang Koordinasi Penataan Ruang. E. Keputusan Menteri. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5/MENLH/7/995 Tentang Program Kali Bersih;. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 00 Tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL;. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor Tahun 00 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

15 PENDAHULUAN 6 4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Tahun 007 Tentang Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan atau Kegiatan yang Tidak Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tentang Pedoman Pelaksanaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup; 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 05/Menkes/Per/X/004 Tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). F. Petunjuk Teknis. Petunjuk Teknis Nomor KDT Ped I. Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan;. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet. I. Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah;. Petunjuk Teknis Nomor KDT 6.7 Pet B. Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur Resapan; 4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 6.78 Pet I. Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih; 5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 6.78 Pet I. Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan; 6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 6.78 Pet I. Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik; 7. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pan I. Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan; 8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 6.78 Pet D. Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman; 9. Petunjuk Teknis Nomor KDT 6.78 Pet D. Petunjuk Teknis Tata Cara Penoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus; 0. Petunjuk Teknis Nomor KDT 07.4 Man P. Manual Teknis Saluran Irigasi;. Petunjuk Teknis Nomor KDT 07.4 Man P. Manual Teknis MCK. G. Peraturan Daerah. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomr 0 Tahun 00 tentang Pengelolaan Pembangunan Partisipatip Kabupaten Pinrang.. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Pinrang.. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 8 Tahun 008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Pemerintah Kabupaten Pinrang; sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor Tahun 0 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 8 Tahun 008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Pemerintah Kabupaten Pinrang. 4. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 0 Tahun 0 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 0..6 Sistematika Dokumen Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pinrang ini berisikan kajian dan pemetaan sanitasi Kabupaten Pinrang Tahun 0, dan merupakan gambaran awal dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK). Selanjutnya, informasi yang dimuat adalah merupakan data tahun 00 dan datadata pada tahun sebelumnya, selain itu, dilengkapi pula hasil kajian kelembagaan serta hasil survei penilaian resiko kesehatan lingkungan/ EHRA.

16 PENDAHULUAN 7 Sesuai dengan format standar dalam Buku Putih, maka didalamnya dibahas sebagai berikut : Bab : Pendahuluan Berisikan kondisi terkini pembangunan sanitasi yang telah dilakukan, hasil yang telah diperoleh, dan menggambarkan mekanisme perencanaan serta pelaksanaan pembangunan sanitasi selama ini yang telah dilakukan berdasarkan pemanfaatan sumber daya yang telah dimanfaatkan. Bab : Bab : Bab 4 : Bab 5 : Gambaran Umum Wilayah Menggambarkan kondisi fisik Kabupaten Pinrang, letak geografi, topografi dan kondisi geohidrologi dengan batasbatas administrasinya; jumlah penduduk dengan kepadatan, sebarannya; sarana prasarana pendidikan; sarana prasarana kesehatan; kondisi sosial masyarakat; kondisi ekonomi dan perekonomian masyarakat; visi dan misi Kabupaten Pinrang ; institusi dan organisasi Pemda; dan arah pengembangan pembangunan Kabupaten Pinrang serta rencana tata ruang dan wilayah kota. Profile Sanitasi Wilayah Berisikan kondisi riil secara umum kesehatan lingkungan Kabupaten Pinrang, kesehatan dan pola hidup masyarakat, kuantitas dan kualitas air yang dapat diakses masyarakat, pembuangan limbah cair rumah tangga, pembuangan limbah padat/sampah, saluran drainase lingkungan, pencemaran udara, pembuangan limbah industri dan limbah medis. Program Sanitasi Saat ini dan Yang di Rencanakan Menjelaskan mengenai Rencana Pengembangan dan Pembangunan Sektor Sanitasi yang sedang dan akan dijalankan, berdasarkan Perencanaan Pembangunan yang saat ini masih berjalan (RPJMD) Kabupaten Pinrang yang ada, meliputi Visi dan Misi sanitasi, Strategi Penanganan Sanitasi Kabupaten Pinrang, Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair, Sampah, Saluran Drainase Lingkungan, Rencana Pembangunan Penyediaan Air Minum, dan Rencana Peningkatan Kampanye PHBS Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Beisikan hasil kesepakatan Pokja Sanitasi Kabupaten Pinrang berdasarkan kajian, analisis, obervasi dan survei lapangan serta merupakan indikasi dan opsiopsi yang dapat diambil dalam menyusun SSK (Strategi Sanitasi Kota), yang diambil dari kompilasi dan analisis data sekunder serta analisis data primer di area berisiko tinggi.

17 GAMBARAN UMUM WILAYAH 8 Bab Gambaran Umum Wilayah. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik.. Geografis Kabupaten Pinrang merupakan wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang secara geografis terletak pada koordinat antara º9 sampai 4º0 0 Lintang Selatan dan 9º6 0 sampai 9º47 0 Bujur Timur. Daerah ini berada pada ketinggian meter dari permukaan laut. Kabupaten Pinrang berada ± 80 Km dari Kota Makassar, dengan memiliki luas ±.96,77 Km, terdiri dari tiga dimensi kewilayahan meliputi dataran rendah, laut dan dataran tinggi. Kabupaten Pinrang secara administratif pemerintahan terdiri dari (dua belas) Kecamatan, 9 Kelurahan dan 65 Desa yang meliputi 96 Lingkungan dan 8 Dusun. Sebagian besar dari wilayah kecamatan merupakan daerah pesisir yang memiliki luas.457,9 Km atau 74,7% dari luas keseluruhan Wilayah Kabupaten Pinrang dengan panjang garis pantai ± 0 Km. Adapun batas wilayah Kabupaten Pinrang sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Sidrap. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar serta Kabupaten Polewali Mandar. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Parepare.

18 GAMBARAN UMUM WILAYAH 9 Peta. PETA ORIENTASI KAB.PINRANG Sumber : RTRW Kab.Pinrang 00

19 GAMBARAN UMUM WILAYAH 0.. Administratif Gambaran administrasi pemerintahan di Kabupaten Pinrang disajikan pada Tabel dan Gambar berikut ini: Tabel. Tabel Administratif Kabupaten Pinrang No Kecamatan Ibukota Kec Suppa Majenang Mattiro Sompe Langnga Lanrisang Lanrisang Mattiro Bulu Manarang Watang Sawitto Sawitto Paleteang Lalleng Bata Tiroang Mattiro Deceng Patampanua Teppo Cempa Cempa Duampanua Lampa Batulappa Kassa Lembang Taddokong Jumlah Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka, 00 Luas Wilayah Jumlah Kelurahan Jumlah Desa Ha % Thd Total ,78 4,94,7 6,75,0,90,96 6,98 4,60 4,88 8,0 7,7 00,00 Pemerintah Kabupaten Pinrang terdiri dari Kecamatan dengan 04 Desa/Kelurahan terdiri dari 9 kelurahan dan 65 Desa. Kecamatan Duampanua dan Lembang merupakan kecamatan dengan jumlah Kelurahan dan Desa terbanyak dengan rincian : Lembang : Kelurahan Desa Duampanua : 5 Kelurahan 9 Desa Sedangkan Kecamatan yang jumlah desa/kelurahan terkecil yaitu Kecamatan Tiroang dan Batulappa dengan rincian : Tiroang : 5 Kelurahan Batulappa : 4 Desa dan Kelurahan

20 GAMBARAN UMUM WILAYAH Peta. PETA ADMINISTRASI KABUPATEN PINRANG Sumber : RTRW Kab.Pinrang 00

21 GAMBARAN UMUM WILAYAH.. Kondisi Fisik Wilayah A. Kondisi Topografi dan Kelerengan Kondisi topografi Kabupaten Pinrang memiliki rentang yang cukup lebar, mulai dari dataran dengan ketinggian 0 m di atas permukaan laut hingga dataran yang memiliki ketinggian di atas 000 m di atas permukaan laut (dpl). Dataran yang terletak pada ketinggian 000 m di atas permukaan laut sebagian besar terletak di bagian tengah hingga utara Kabupaten Pinrang terutama pada daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Toraja. Klasifikasi ketinggian/ topografi di Kabupaten Pinrang dapat dikelompokkan sebagai berikut: Ketinggian 0 00 m dpl Wilayah yang termasuk ke dalam daerah ketinggian ini sebagian besar terletak di wilayah pesisir yang meliputi beberapa wilayah Kecamatan yakni Kecamatan Mattiro Sompe, Lanrisang, Watang Sawtito, Tiroang, Patampanua dan Kecamatan Cempa Ketinggian m dpl Wilayah yang termasuk ke dalam daerah dengan ketinggian ini meliputi beberapa wilayah Kecamatan yakni Kecamatan Suppa, Mattiro Bulu, dan Kecamatan Paleteang. Ketinggian m dpl Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini sebagian kecil wilayah meliputi Kecamatan Duampanua. Ketinggian di atas 000 m dpl Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini terdiri dari sebagian Kecamatan Lembang dan Batulappa. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel berikut ini : Tabel. Ketinggian Wilayah Kabupaten Pinrang No Kecamatan Ketinggian Dari Permukaan Laut (M Dpl) Suppa 65 Mattiro Sompe Lanrisang 4 4 Mattiro Bulu 8 5 Watang Sawitto Paleteang Tiroang 8 Patampanua 86 9 Cempa 8 0 Duampanua 965 Batulappa Lembang 908 Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka, 00 Kondisi topografi Kabupaten Pinrang juga dapat dikelompokkan berdasarkan kemiringan lereng yang terdiri dari:. Kemiringan 0 % Wilayah ini memiliki lahan yang relatif datar yang sebagian besar terletak di kawasan pesisir meliputi wilayah Kecamatan Mattiro Sompe, Lanrisang, Watang Sawito, Tiroang, Patampanua dan Kecamatan Cempa.. Kemiringan 8 % Wilayah ini memiliki permukaan datar yang relatif bergelombang. Wilayah yang memiliki karakteristik topografi demikian terdiri dari Kecamatan, Suppa, Mattiro Bulu, Batulappa dan Kecamatan Paleteang.. Kemiringan 8 45 % Wilayah ini memiliki permukaan yang bergelombang sampai agak curam. Wilayah yang memiliki karakteristik topografi seperti ini adalah Wilayah Kecamatan Duampanua. 4. Kemiringan > 45 % Wilayah ini memiliki permukaan curam yang bergununggunung. Wilayah yang memiliki karakteristik topografi ini meliputi wilayahwilayah kaki pegunungan seperti Kecamatan Lembang.

22 GAMBARAN UMUM WILAYAH Kondisi Topografi Wilayah Kabupaten Pinrang bervariasi dari kondisi datar hingga berbukit. Keadaan wilayah berdasarkan kelerengan disajikan pada tabel berikut ini. Tabel. Keadaan Wilayah Berdasarkan Kelerengan di Kabupaten Pinrang No Kriteria Luas (Ha) Presentase (%) Datar 0 Landai 5 Berbukit 5 40 > 40 Berbukit Jumlah Sumber : Hasil Survey Tahun , 5.696, , 8, 5,6 5, 00,00 4 Lereng B. Kondisi Geologi Geologi wilayah Kabupaten Pinrang dari hasil pengamatan dan kompilasi Peta Geologi Kabupaten Pinrang, maka susunan lapisan batuan dapat diuraikan sebagai berikut:. Endapan alluvium dan sungai, Endapan alluvium dan sungai mempunyai ketebalan antara 0050 meter, terdiri dari atas lempung, lanau, pasir dan kerikil. Pada umumnya endapan lapisan ini mempunyai kelulusan air yang bervariasi dan kecil hingga tinggi. Potensi air tanah dangkal cukup besar tetapi sebagian wilayah kualitasnya kurang baik. Muka air tanah dangkal,50 meter.. Batuan gunung api tersusun atas breksi dengan komponen bersusun trakht dan andesit, tufa batu apung, batu pasir terfaan, konglomerat dan breki terfaan, ketebalannya berkisar 500 meter, penyebarannya dibagian utara Kota Pinrang, Sekitar Bulu Lemo, Bulu Pakoro sedangkan dibagian selatan sekitar Bulu Manarang, Bulu Paleteang, Bulu Lasako (berbatasan dengan Parepare). Kearah Bunging terdapat batu gamping terumbu yang umumnya relative sama dengan batuan gunung api.. Batuan aliran lava, Batuan aliran lava bersusun trakhit abuabu muda hingga putih, bekekar tiang, penyebarannya kearah daerah Kabupaten Pinrang, yaitu sekitar Kecamatan Lembang dan Kecamatan Duampanua. 4. Batuan konglomerat (Formasi Walanae), Batuan ini terletak dibagian Timur Laut Pinrang, sekitar Malimpung sampai kewilayah Kabupaten Sidrap, satua batuan ini terdiri atas konglomerat, sedikit batu pasir glakonit dan serpih dan membentuk morfologi bergelombang dan tebalnya kirakira hingga 400meter. 5. Batuan lava bersusun basol hingga andesit, Satuan batuan ini berbentuk lava bantal, breksi andesit piroksin dan andesit trakhit. Tebalnya 50 hingga 00 meter dengan penyebaran sekitar Bulu Tirasa dan Pakoro. 6. Batu pasir, Satuan batuan ini bersusun andesit, batu lanau, konglomerat dan breksi. Struktur sesar diperkirakan terdapat pada batuan aliran lava dan batu pasir bersusun andesit, berupa sesar normal. C. Kondisi Jenis Tanah Jenis tanah yang terdapat di tiap kecamatan dalam wilayah Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

23 GAMBARAN UMUM WILAYAH 4 Tabel.4 Jenis Tanah di Wilayah Kabupaten Pinrang No Kecamatan Jenis Tanah Suppa Mattiro Sompe Lanrisang Mattiro Bulu Watang Sawitto Paleteang Aluvial Kelabu; Grumosol Kelabu; Aluvial Hidromorf; Regosol Kelabu. Aluvial Hidromorf; Aluvial Kelabu Kekuningan; Aluvial Kelabu Olif Grumosol Kelabu; Regosol Kelabu; Grumosol Kelabu; Brown Forest Soil Aluvial Kelabu; Aluvial Hidromorf; Aluvial Kelabu Olif; Regosol Kelabu. Regosol Coklat Kelabuan; Aluvial Kelabu Olif; Aluvial Kelabu Kekuningan; Regosol Kelabu Kekuningan. 7 Tiroang Regosol Kelabu; Brown Forest Soil; 8 Patampanua Aluvial Kelabu Kekuningan; Aluvial Hidromorf; Regosol Kelabu Kekuningan; Fodsolik Coklat; Aluvial Kelabu Olif; Brown Forest Soil; Fodsolik Coklat Kekuningan 9 Cempa Aluvial Kelabu Kekuningan; Aluvial Hidromorf; Aluvial Kelabu Olif 0 Duampanua Fodsolik Coklat Kekuningan; Aluvial Kelabu Kekuningan; Fodsolik Coklat; Aluvial Kelabu Olif; Aluvial Hidromorf. Batulappa Fodsolik Coklat; Fodsolik Coklat Kekuningan. Lembang Brown Forest Soil Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka, 00 D. Kondisi Klimatologi Klasifikasi iklim menurut SmithFerguson, tipe iklim Wilayah Kabupaten Pinrang termasuk tipe A dan B dengan curah hujan terjadi pada bulan Desember hingga Juni dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai Desember. Kriteria tipe iklim menurut OldemanSyarifuddin bulan basah di Kabupaten Pinrang tercatat 7 9 bulan, bulan lembab bulan dan bulan kering 4 bulan. Tipe iklim menurut klasifikasi Oldeman Syarifuddin adalah iklim B dan C. Curah hujan tahunan berkisar antara 07 mm sampai 90 mm, Evaporasi ratarata tahunan di Kabupaten Pinrang berkisar antara 5,5 mm/hari sampai 8,7 mm/hari. Suhu ratarata normal antara 7 C dengan kelembaban udara 8% 85%. Berdasarkan data dari Dinas PU Pengairan kabupaten Pinrang, ratarata curah hujan di Kabupaten Pinrang pada tahun 00 sebesar 77,4 mm/bulan. Curah hujan terendah terjadi pada bulan September yakni sebesar 80 Mm, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober yakni sebesar 698 Mm. Banyaknya curah hujan tiap bulan di wilayah Kabupaten Pinrang sejak tahun 004 sampai 00 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel.5 Banyaknya Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Pinrang BULAN Tahun Januari 5 0 Pebruari 9 46 Maret April 5 08 Mei Juni 6 6 Juli 5 70 Agustus September 7 Oktober 5 4 Nopember Desember 8 7 RataRata Per Bulan,7 97,9 Sumber : Dinas PU Pengairan Kabupaten Pinrang , , , , ,5

24 GAMBARAN UMUM WILAYAH 5 E. Kondisi Hidrologi Di Kabupaten Pinrang, terdapat dua sungai besar yaitu sungai Mamasa dan Sungai Saddang, dimana sungai Mamasa sebenarnya masih merupakan anak sungai Saddang. Saat ini sungai Mamasa dimanfaatkan untuk keperluan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru yang berlokasi di Desa Ulu Saddang, Kecamatan Lembang. PLTA yang ada ini selain untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten Pinrang, juga untuk memenuhi kebutuhan listrik di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan Sungai Saddang dimanfaatkan untuk pengairan pertanian dengan cakupan pelayanan selain Kabupaten Pinrang juga melayani Kabupaten Sidrap. Tabel.6 Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Pinrang No Nama DAS Luas (Ha) Aggalacangnge.65,4 Bungi 4.7,8 Galanggalang 9.56,58 4 Kariango 9.7,8 5 Massila 8.68,69 6 Saddang 95.80,58 7 Sibo 9.55,6 Sumber : RTRW Kab. Pinrang Debit (M/dtk) 4,77 50,6 90,6

25 GAMBARAN UMUM WILAYAH 6 Peta. PETA DAERAH ALIRAN SUNGAI KABUPATEN PINRANG Sumber : RTRW Kab. Pinrang

26 GAMBARAN UMUM WILAYAH 7 F. Pemanfaatan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Pinrang didominasi oleh penggunaan lahan jenis Hutan Negara yaitu sebesar 58.5 Ha, atau sebesar 9,8%. Kabupaten Pinrang juga memiliki potensi di bidang pertanian yang ditunjukkan oleh besarnya area persawanan dan perkebunan sebesar 60,954 Ha atau,07%. Area bangunan dan halaman di Kabupaten Pinrang ini memiliki luas 5.07 Ha atau sebesar,57 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel.7 Luas Lahan Menurut Penggunaanya di Kabupaten Pinrang Tahun 00 Pinrang No Penggunaan Lahan Luas (ha) % Perkebunan.77 6, Sawah ,86 Tegalan/Kebun dan Ladang 5.855,8 4 Bangunan/Halaman 5.07,57 5 Kolam/ Lebat dan empang.400 0,7 6 Tambak. 6,8 7 Padang Rumput 6.960,55 8 Tanaman Kayu.9 6,59 9 Hutan Negara ,8 0 Lahan yang belum diusahakan 65 0, Belum Teridentifikasi.58 5,90 Jumlah Sumber : Pinrang dalam Angka Tahun 00. Demografi A. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Pinrang pada akhir Tahun 00 berjumlah 5.67 jiwa yang terditribusi pada kecamatan, dengan tingkat persebaran yang tidak merata pada setiap kecamatan. Distribusi jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Watang Sawitto dengan jumlah sebesar jiwa atau sekitar 4,4 % dari jumlah penduduk kabupaten, sedangkan distribusi penduduk terkecil adalah Kecamatan Batulappa dengan jumlah penduduk kurang lebih jiwa atau sekitar,7% dari jumlah penduduk Kabupaten Pinrang, secara rinci diuraikan pada tabel.

27 GAMBARAN UMUM WILAYAH 8 Tabel.8 Jumlah, Distribusi dan Kepadatan di Kabupaten Pinrang Tahun 00 No Kecamatan Suppa Mattiro Sompe Lanrisang Mattiro Bulu Watang Sawitto Paleteang Tiroang Patampanua Cempa Duampanua Batulappa Lembang Jumlah Penduduk 00 Distribusi Perkecamatan (%) Luas wilayah (km) Kepadatan penduduk 00 (jiwa/km) ,7 7,79 5,5 7,7 4,4 0,8 5,89 9,09 4,87,40,7 0,87 74,0 96,99 7,0,49 58,97 7,9 77,7 6,85 90,0 9,86 58,99 7, ,77 80 Kab. Pinrang 5.67 Sumber : Pinrang dalam Angka Tahun 00 B. Penduduk Menurut Struktur Usia Kajian tentang struktur penduduk menurut usia dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pada setiap kelompok umur tertentu, terutama kelompok umur yang berkaitan dengan usia sekolah, usia kerja, dan usia produktif atau usia angkatan kerja. Pengelompokan penduduk menurut umur di Kabupaten Pinrang pada tahun 008 dibagi atas kelompok utama, yaitu : Usia Balita (04) tahun : 4.64 jiwa Usia Sekolah (59) : jiwa Usia Angkatan kerja (054) : jiwa Secara rinci struktur penduduk menurut usia diuraikan pada tabel berikut. Tabel.9 Struktur Penduduk Menurut Usia di Kabupaten Pinrang Tahun 00 Jumlah Penduduk (Jiwa) Porsentase No Struktur Usia Jumlah (Jiwa) (%) Lakilaki Perempuan , , , , , , , , , , , , , ,9 Jumlah ,00 Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka Tahun 00

28 GAMBARAN UMUM WILAYAH 9 C. Pertumbuhan Penduduk Data jumlah penduduk Kabupaten Pinrang 5 tahun terakhir menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 006 sebanyak.9 jiwa, sedangkan pada tahun 00 mencapai 5.67 jiwa. Hal tersebut memperlihatkan adanya pertambahan jumlah penduduk sekitar jiwa selama kurun waktu 5 tahun terakhir, dengan ratarata pertumbuhan.5 % pertahun. Indeks pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Pinrang pada setiap kecamatan selama waktu tahun 006 hingga 00, diuraikan pada tabel dan Grafik berikut. Tabel.0 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pinrang Tahun Ratarata Pertumbuha n (%),9 0,8,7,6 4,05 4,66,07 0,95 0,8 0,47 0,5 0, ,50 Tahun Pertumbuhan No Kecamatan Suppa Mattiro Sompe Lanrisang Mattiro Bulu Watang Sawitto Paleteang Tiroang Patampanua Cempa Duampanua Batulappa Lembang Jumlah (Jiwa) Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka Tahun 00 Grafik. Pertumbuhan Penduduk Kab. Pinrang Tahun Jumlah Jiwa

29 GAMBARAN UMUM WILAYAH 0 D. Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Data pertumbuhan jumlah penduduk 5 (lima) tahun terakhir dapat menjadi acuan kecenderungan pertumbuhan penduduk pada masa yang akan datang, setidaknya jika diasumsikan tidak terjadi kondisi insidentil yang mungkin akan sangat mempengaruhi kuantitas penduduk secara signifikan. Kecenderungan pertumbuhan penduduk selama 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan trend linier sehingga dengan menggunakan perangkat matematis, maka jumlah dan kepadatan penduduk dapat diproyeksikan. Rumus Ratarata Tingkat Pertumbuhan Penduduk; r = + ((Po Pt)/Pt)(/t ) r Po Pt t = Ratarata tingkat pertumbuhan penduduk = Jumlah Penduduk Sekarang = Jumlah penduduk tahun sebelumnya = Jumlah tahun sebelumnya Rumus proyeksi jumlah Penduduk; Pn = P0. ( + r)n Pn po r n = Proyeksi Jumlah Penduduk tahun berikutnya = Jumlah penduduk Sekarang = Ratarata tingkat pertumbuhan penduduk = Jumlah Tahun Proyeksi Hasil proyeksi disajikan dalam tabel berikut ini :

30 GAMBARAN UMUM WILAYAH Tabel. Jumlah Penduduk Kebupaten Pinrang 5 (lima) Tahun Terakhir N o JUMLAH PENDUDUK Kecamatan JUMLAH KEPALA KELUARGA TINGKAT PERTUMBUHAN PENDUDUK Suppa ,%,55%,5%,9% Mattiro Sompe ,74%,%,09% 0,8% Lanrisang ,78% 0,95% 0,7%,7% 4 Mattiro Bulu ,47% 0,0% 0,6%,6% 5 Watang Sawitto ,9%,7% 0,87% 4,05% 6 Paleteang ,0%,% 0,94% 4,66% 7 Tiroang ,% 0,% 0,4%,07% 8 Patampanua ,08%,00% 0,87% 0,95% 9 Cempa ,4% 0,7% 0,5% 0,8% 0 Duampanua ,9%,7%,5% 0,47% Batulappa ,07% 0,05% 0,9% 0,5% Lembang ,8% 0,57% 0,54% 0,06% ,7%,0% 0,9%,50% Kab. Pinrang Sumber: Pinrang Dalam Angka (BPS)

31 GAMBARAN UMUM WILAYAH Tabel. Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Pinrang 5 (lima) Tahun Mendatang LUAS WILAYAH (Km) Suppa , Mattiro Sompe , Lanrisang , Mattiro Bulu , Watang Sawitto , Paleteang , Tiroang , Patampanua , Cempa , Duampanua , Batulappa , Lembang , , PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK No Kecamatan Kab. Pinrang Sumber: Hasil Perhitungan Proyeksi Penduduk PROYEKSI KEPADATAN PENDUDUK (Km/Jiwa)

32 GAMBARAN UMUM WILAYAH. Keuangan dan Perekonomian Daerah Tabel. Ringkasan Realisasi APBD 4 Tahun terakhir No. (a) A B Anggaran (b) Pendapatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan (Transfer) Lainlain Pendapatan yang sah Jumlah Pendapatan Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah Belanja Surplus/Defisit Anggaran 007 (c) 008 (d) 009 (e) 00 (f) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 ( ,77) , , ,00 ( ,00) , , , ,96 Sumber: Bappeda Pinrang Tabel.4 Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per penduduk 4 Tahun Terakhir No. (a) Subsektor / SKPD (b) A B C.. D E Air Limbah Dinas PU Badan Lingkungan Hidup RSU Lasinrang Persampahan Dinas KPK Drainase Dinas PU Bappeda Aspek PHBS Dinas Kesehatan Total Belanja Modal Sanitasi dari APBD (A s/d D) Total Belanja Modal Sanitasi dari APBD Murni (Bukan Pendamping) Total Belanja APBD Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total (F:G00%) Jumlah Penduduk Belanja Modal Sanitasi per Penduduk (E : I) F G H I J 008 (c) 009 (d) 00 (e) 0 (f) , ,07%,7% 0,7% 0,6% Sumber: Bappeda Pinrang (diolah Pokja AMPL)

33 GAMBARAN UMUM WILAYAH 4 Tabel.5 Data Mengenai Ruang Fiskal Kabupaten Pinrang 5 Tahun Terakhir Tahun Sumber : Indeks Kemampuan Fiskal/Ruang Fiskal Daerah (IRFD) 0,765 (Sedang) Tidak ada data 0,79 (Sedang) 0,4490 (Rendah) 0,4540 (Rendah) 0,5407 (Rendah) Tabel.6 Data Perekonomian Umum Daerah 4 Tahun terakhir No. (a) Deskripsi 006 (b) (c) PDRB harga konstan (struktur.685, perekonomian) (milyar Rp.) Pendapatan Perkapita Propinsi (Rp.) Upah Minimum Regional 67,00 Kabupaten (Rp.) 4 Inflasi (%) 6,6 5 Pertumbuhan Ekonomi (%) 4, Sumber : Bappeda Pinrang (Diolah pokja AMPL) 007 (d) 008 (e) 009 (f) 00 (g).046,88.77,0 4.49, , ,00 700, ,000,000,000 5,9 5,4 Tdk ada data 6,7,05 7,65 5,9 6,.4 Tata Ruang Wilayah.4. Rencana Pusat Layanan Kabupaten Pinrang Secara fungsional pola pembagian pusatpusat kecamatan di seluruh Kabupaten Pinrang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kegiatan yang dibedakan menjadi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Identifikasi kawasan perkotaan dan perdesaan tersebut dimaksudkan untuk menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan jenis kegiatankegiatan yang akan dikembangkan ke depan pada kawasan pusatpusat kegiatan skala kecamatan. Penetapan sistem perkotaan di Kabupaten Pinrang dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek, seperti ) Kebijakan pengembangan sistem perkotaan nasional dan regional, ) kondisi eksisting sistem perkotaan wilayah Kabupaten Pinrang yang ada saat ini, ) sistem jaringan prasarana wilayah yang ada yang melayani pergerakan antar intra dan inter wilayah, dan 4) interaksi fungsional antar pusatpusat kegiatan dengan daerah tetangga. Untuk itu dalam penetapan sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Pinrang akan mengintegrasikan sistem perkotaan nasional dan sistem perkotaan provinsi sebagai satu kesatuan sistem perkotaan nasional dan regional. Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Pinrang terdiri atas:. Pusat Kegiatan Lokal (PKL);. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Uraian masingmasing komponen sistem perkotaan atau pusatpusat pelayanan wilayah/kawasan/ lingkungan dalam wilayah Kabupaten Pinrang tersebut adalah sebagai berikut:

34 GAMBARAN UMUM WILAYAH a. 5 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) memiliki skup/cakupan pelayanan meliputi keseluruhan wilayah Kabupaten Pinrang. Kawasan yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di wilayah Kabupaten Pinrang adalah Kawasan Perkotaan Pinrang. Penetapan Kawasan Perkotaan Pinrang sebagai PKL merupakan kebijakan Provinsi Sulawesi Selatan sebagaimana yang tertuang dalam RTRW Provinsi Sulawesi Selatan tahun Kondisi eksisting Kawasan Perkotaan Pinrang ini memang telah berkembang menjadi pusat pelayanan wilayah Kabupaten Pinrang dalam aspek sosial ekonomi dan sosial budaya, pemerintahan, serta menjadi lokasi pemusatan permukiman wilayah. Kawasan Perkotaan Pinrang yang ditetapkan menjadi pusat pelayanan wilayah Kabupaten Pinrang atau PKL secara administratif akan meliputi sebagian wilayah Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Paleteang dan Kecamatan Tiroang. Kawasan Perkotaan Pinrang sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang memiliki cakupan pelayanan wilayah Kabupaten Pinrang terakses oleh sistem jaringan jalan arteri primer sebagai jalan lintas Barat Sulawesi mulai dari Kawasan Perkotaan Mamminasata (PKN) perbatasan Provinsi Sulawesi Barat. PKL Pinrang juga direncanakan memiliki interkoneksi dengan beberapa simpul transportasi yang berskala pelayanan internasional dan nasional yang berada di sekitar wilayah Kabupaten Pinrang melalui jaringan prasarana transportasi laut dan darat. Simpul transportasi tersebut yakni Pelabuhan Laut Nasional ParePare. b. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan perkotaan atau pusat permukiman yang memiliki skup/cakupan pelayanan skala kecamatan atau beberapa kecamatan. Dimana secara administratif wilayah Kabupaten Pinrang terdiri dari dari (dua belas) wilayah kecamatan termasuk Kecamatan Watang Sawitto yang menjadi kawasan ibukota kabupaten. Dimana orientasi beberapa ibukota kecamatan memperlihatkan kecenderungan efektifitas cakupan pelayanan ke wilayahwilayah sekitarnya sehingga memiliki potensi sebagai pendorong percepatan pengembangan kawasan tersebut, dan sebagai instrumen pemerataan pembangunan wilayah melalui pengembangan kutubkutub pelayanan sub wilayah sebagai lokomotif pertumbuhan wilayah secara keseluruhan. Guna lebih cepat tumbuh dan berkembang sesuai dengan fungsi dan perannya sebagai pusat pertumbuhan kawasan/ pusat pelayanan kawasan, maka beberapa ibukota kecamatan tersebut diluar diluar cakupan pelayanan PKL ditetapkan masingmasing sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yang terdiri dari:. Kawasan Perkotaan Lampa dengan skup/cakupan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Duampanua.. Kawasan Perkotaan Tadokkong dengan skup/cakupan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Lembang.. Kawasan Perkotaan Kassa dengan skup/cakupan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Batulappa. 4. Kawasan Perkotaan Teppo dengan skup/cakupan pelayanan meliputi Kecamatan Patampanua. 5. Kawasan Perkotaan Alitta dengan skup/cakupan pelayanan meliputi Kecamatan Mattiro Bulu. 6. Kawasan Perkotaan Watang Suppa dengan skup/cakupan pelayanan meliputi Kecamatan Suppa. c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Selanjutnya dengan mencermati beberapa hal terkait upaya optimalisasi dan percepatan perwujudan pengembangan struktur tata ruang wilayah Kabupaten Pinrang yang saling terkait satu sama lain dalam sebuah sistem jaringan prasarana, baik dalam konstelasi internal maupun eksternal wilayah, terutama dalam mengembangkan keunggulan kompetitif (competitive advantages) kawasan perbatasan antar kabupaten, maupun desadesa

35 GAMBARAN UMUM WILAYAH 6 yang dianggap relatif memiliki aksesibilitas yang rendah dengan PKL dan PPK, maka pengembangan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di wilayah Kabupaten Pinrang direncanakan terdiri atas:. Lembang Mesakada di Kecamatan Lembang dengan cakupan pelayanan beberapa desa sekitarnya juga desadesa diperbatasan dalam wilayah kabupaten tetangga (Kabupaten Tana Toraja).. Desa Basseang di Kecamatan Lembang dengan cakupan pelayanan beberapa desa sekitarnya juga desadesa diperbatasan dalam wilayah kabupaten tetangga (Kabupaten Enrekang).. Salisali di Kecamatan Lembang dengan cakupan pelayanan termasuk beberapa desa sekitarnya juga desadesa diperbatasan dalam wilayah kabupaten tetangga. 4. Bungi di Kecamatan Duampanua dengan cakupan pelayanan termasuk beberapa desa sekitarnya yang relatif memiliki aksesibilitas rendah dengan PPK Lampa. 5. Langnga di Kecamatan Mattiro Sompe dengan cakupan pelayanan termasuk beberapa desa sekitarnya. 6. Wae Tuoe di Kecamatan Lanrisang dengan cakupan pelayanan termasuk beberapa desa sekitarnya. 7. Lero di Kecamatan Suppa dengan cakupan pelayanan termasuk beberapa desa sekitarnya. 8. Tadang Palie di Kecamatan Cempa dengan cakupan pelayanan termasuk beberapa desa sekitarnya.

36 GAMBARAN UMUM WILAYAH 7 PETA.4 PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN PINRANG Sumber : RTRW Kab.Pinrang 00

37 GAMBARAN UMUM WILAYAH 8.4. Rencana Pola Ruang Kabupaten Pinrang Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pinrang merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Pinrang yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pinrang berfungsi : a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah Kabupaten Pinrang. b. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang. c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun, dan d. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah Kabupaten Pinrang. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pinrang dirumuskan dengan kriteria : a. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya. b. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sulawesi Selatan beserta rencana rincinya. c. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di wilayah Kabupaten Pinrang. d. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan. Tabel.7 Pola Ruang Wilayah Kab. Pinrang Jenis Kawasan Pengembangan Wilayah Kec. Batulappa, Lembang, Kawasan Konservasi Hutan Lindung Patampanua, Duampanua Suppa,Duampanua,Lembang,Mt.Bulu. Hutan Produksi Terbatas Batulappa. Kawasan Budidaya Hutan Hutan Kota Wt.Sawitto, paleteang Lembang, Duampanua, Batulappa, Suppa, Wt Sawitto, Peleteang, Pertanian Tiroang, Cempa, Mt Sompe, Mt Bulu, Lanrisang, Patampanua Lembang, Duampanua, Batulappa, Suppa, Wt Sawitto, Peleteang, Perkebunan Tiroang, Cempa, Mt Sompe, Mt Bulu, Lanrisang, Patampanua Suppa, Lanrisang, Duampanua, Perikanan Mt.Sompe, Cempa Lembang, Duampanua, Batulappa, Peternakan Suppa, Tiroang, Cempa, Mt Sompe, Kawasan budidaya Mt Bulu, Lanrisang, Patampanua Patampanua, Suppa, Batulappa, Pertambangan Lembang dan Paleteang Industri Suppa, Mattiro Bulu Wt,Sawitto, Suppa, Duampanua, Pariwisata Lanrisang, Paleteang, Mt.Sompe, Mt.Bulu. Lembang, Duampanua, Batulappa, Suppa, Wt Sawitto, Peleteang, Kawasan Permukiman Tiroang, Cempa, Mt Sompe, Mt Bulu, Lanrisang, Patampanua Sumber : RTRW Kab.Pinrang 00

38 GAMBARAN UMUM WILAYAH 9 PETA.5 PETA RENCANA POLA RUANG KABUPATEN PINRANG Sumber : RTRW Kab.Pinrang 00

39 GAMBARAN UMUM WILAYAH 0.5 Sosial dan Budaya Tabel.8 Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kab. Pinrang Jumlah Sarana Pendidikan No Kecamatan Agama Umum Suppa Mattiro Sompe Lanrisang Mattiro Bulu Watang Sawitto Paleteang Tiroang Patampanua Cempa Duampanua Batulappa Lembang Sumber : Kabupaten Pinrang SD SLTP SMA Dalam Angka Tahun 00 SMK 4 4 MI MTs 4 4 MA Tabel.9 Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan Tahun 00 No Kecamatan Suppa Mattiro Sompe Lanrisang Mattiro Bulu 4 Watang Sawitto 5 Paleteang 6 7 Tiroang 8 Patampanua 9 Cempa 0 Duampanua Batulappa Lembang Sumber : BKKBD Kab. Pinrang Jumlah Keluarga Miskin

40 GAMBARAN UMUM WILAYAH Tabel.0 Jumlah Rumah Per Kecamatan Tahun 00 No Kecamatan Jumlah Rumah Suppa 7.08 Mattiro Sompe Lanrisang 4.48 Mattiro Bulu Watang Sawitto Paleteang Tiroang Patampanua Cempa Duampanua Batulappa.990 Lembang 8.4 Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka Tahun 00

41 GAMBARAN UMUM WILAYAH.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah

42 Bab Profil Sanitasi Wilayah. Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi demografi dan epidemilogi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan social budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau factor keturunan, tetapi perlu memperhatikan factor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 0 5 % terhadap derajat kesehatan. Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidask sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatukondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membukajalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkanpengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masingmasing, dan masyarakat/dapat menerapkan caracara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. PHBS bertujuan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha berperan serta aktif mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pada dasarnya PHBS berada di lima tatanan yakni: yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat Umum.. Bila dalam tatanan rumah tangga baik maka PHBS dalam semua tatanan akan baik pula, baik dalam lingkungan sekitar maupun terhadap lingkungan yang lebih luas. Dan untuk menjamin kontinuitas dan peningkatan kualitas PHBS jangka panjang diperlukan dukungan dan atau pembinaan/pengenalan pada lingkungan sekolah. Sebagai sarana pembelajaran, sekolah memiliki peranan strategis untuk memperkenalkan PHBS kepada anak didik tentang bagaimana menciptakan suasana kehidupan bermasyarakat yang bersih dan sehat, yaitu yang dimulai dari individu, rumah tangga, kelompok, dan lingkungan... Tatanan Rumah Tangga PHBS pada tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Ada 4 (empat) faktor utama yang berpengaruh kepada kesehatan seseorang adalah faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor lingkungan dan faktor perilaku. Dari ke empat faktor tersebut, pada umumnya faktor perilaku adalah faktor yang paling berpengaruh pada sehat atau sakitnya seseorang. Seseorang bisa menjadi sakit apabila dia mempunyai perilaku yang tidak sehat. Sebaliknya seseorang bisa mempunyai kesehatan yang prima, jika ia mempunyai perilaku yang sehat.

43 4 Banyak penyakit ditimbulkan akibat perilaku yang tidak sehat. Apabila kebiasaankebiasaan yang tidak sehat tersebut dapat dihindari maka kita bisa terhindar dari berbagai macam penyakit, sedangkan kebiasaankebiasaan sehat akan memberikan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit. Dengan melakukan kebiasaankebiasaan hidup yang sehat, tubuh kita akan menjadi sehat. Melalui berbagai program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diharapkan agar masingmasing jajaran organisasi, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, dapat mewujudkan masyarakat yang sadar akan pentingnya perilaku hidup sehat bagi kesehatan dirinya, keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Salah satunya melalui dukungan program Program Percepatan Pembangunan Sanitasi dan Permukiman (PPSP). Tatanan PHSB Rumah Tangga di Kabupaten Pinrang dapat dilihat dalam (dua) sisi, yaitu () tananan rumah tangga di daerah perkotaan, dan () tananan rumah tangga di daerah perdesaan. Umumnya pola atau tatanan PHBS rumah tangga di daerah perkotaan lebih baik dibanding di daerah perdesaan, kondisi ini juga berlaku di kabupaten Pinrang. Cermin PHBS di kabupaten Pinrang dapat dilihat dari 0 indikator, yaitu: Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Menggunakan air bersih, Menggunakan jamban sehat, Memberantas jentik di rumah, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, Memberi bayi ASI Eksklusif, Menimbang bayi dan balita, Makan sayur dan buah setiap hari, Melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan Tidak merokok di dalam rumah. Kaitannya dengan fokus program PPSP, pembahasan PHBS dalam Buku Putih sanitasi Kabupaten Pinrang dibatasi pada (tiga) indikator prilaku hidup bersih dan sehat, yaitu :. Prilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,. Prilaku menggunakan air bersih, dan. Prilaku BAB atau menggunakan jamban sehat,. Prilaku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun Dari hasil wawancara perilaku responden dalam pelaksanaan CTPS pada lima waktu penting dapat disimpulkan dalam grafik berikut. Hasilnya cukup menyedihkan buat Kabupaten Pinrang karena hanya sekitar 7,5% yang benar benar melakukan CTPS di lima waktu penting tersebut, sedangkan sebagian besar yakni 9,65% tidak melakukan kegiatan CTPS pada lima waktu penting. Grafik. Praktek CTPS pada lima waktu penting 7,5% Ya 9,65% Tidak Sumber : Hasil Survey EHRA, 0

44 5 Secara garis besar gambaran kegiatan PHBS di masyarakat Kabupaten Pinrang masih sangat rendah, hanya 7,5 % yang melakukan gerakan CTPS, sisanya 9,65, % masih belum melakukan CTPS pada lima waktu penting yang diharapkan..dari 7,5 % masyarakat yang melakukan CTPS terurai persentase pada lima waktu penting sebagai berikut : Grafik. Penggunaan sabun pada lima waktu penting Sumber : Hasil Survey EHRA, 0. Pembuangan Air Limbah Domestik a. Jumlah kepemilikan jamban dan Buang Air Besar (BAB) Praktik buang air besar dapat menjadi salah satu faktor risiko bagi tecemarnya lingkungan termasuk sumber air, khususnya bila praktik BAB itu dilakukan ditempat yang tidak memadai. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka seperti di sungai/ danau/laut/ saluran drainase/kebun, tetapi bisa juga termasuk sarana jamban yang nyaman di rumah tetapi memakai tangki septik tetapi tidak memenuhi syarat, sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya karena tidak kedap air, maka risiko cemaran patogen akan tetap tinggi. Pada bagian ini akan diuraikan fasilitas sanitasi di tingkat rumah tangga beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi difokuskan pada fasilitas buang air besar (BAB) yang mencakup jenis yang tersedia, penggunanya, pemeliharaannya, dan kondisinya. Untuk jenis jamban yang disurvey, studi EHRA membaginya ke dalam beberapa jenis, yakni kloset jongkok leher angsa, kloset duduk leher angsa, plengsengan, cemplung. Untuk dua kategori pertama, detail opsinya memiliki banyak persamaan,yakni terkait dengan penyaluran tinja manusia. Pada grafik dibawah ini tergambar seberapa banyak masyarakat yang membuang BAB nya ke jamban pribadi, dan yang ke sarana pembuangan lainnya. Grafik. Kepemilikan Jamban dan cara BAB yang dilakukan masyarakat Kabupaten Pinrang Sumber : Hasil Survey EHRA, 0

45 6 Dari hasil studi EHRA di Kabupaten Pinrang, melalui survey yang dilakukan dan hasil pengamatan langsung ke lokasi survey diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki jamban pribadi sebanyak 8 %, sedangkan yang lainnya terbagi dalam beberapa tempat BAB. Dari 0 % responden yang tidak mempunyai jamban pribadi, mereka melakukan BAB di sungai/pantai/laut sebanyak 9 %, yang menumpang di WC keluarga/tetangga sebanyak 4 %, yang melakukan BAB di kebun/pekarangan sebanyak %, yang ke lubang galian sebanyak %, dan masih ada yang BAB ke selokan/parit sebesar 0. %, menggunakan WC helikopter sebesar 0. % dan yang BAB memakai fasilitas umum MCK / WC umum sebesar %. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa belum semua masyarakat di Kabupaten Pinrang melaksakan SBS yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Pinrang, karena SBS merupakan indikator keberhasilan perbaikan sanitasi masyarakat. Selama ini sudah ada beberapa kegiatan untuk mempercepat SBS yaitu dengan kegiatan yang didanai program PAMSIMAS. Dari 55 desa yang mendapatkan sentuhan PAMSIMAS (dari 04 keseluruhan desa/kelurahan), baru ada 5 desa yang desanya 00 % SBS (stop buang air besar sembarangan), jadi masyarakatnya sudah tidak sembarangan melakukan buang air besarnya. Jumlah ini sungguh masih sangat sedikit hanya sekitar % dari 04 desa yang ada di Kabupaten Pinrang. Salah satu pemicu kegiatan ini adalah ketidak mampuan atau ketidak pedulian masyarakat untuk memiliki jamban pribadi. Dan masih ada yang memang tidak bisa merubah perilakunya, karena tidak biasa BAB kalau tidak terendam di air (sungai/laut). Disinilah peran petugas kesehatan atau kader Posyandu dan tokoh masyarakat maupun tokoh agama yang ada di desa untuk memberikan pengetahuan tentang perilaku yang sehat untuk BAB tidak di sembarang tempat. Salah satu penunjang utama terlaksananya SBS yaitu Keberadaan MCK ( % masyarakat memanfaatkan sarana ini) masih merupakan pilihan di wilayah tertentu yang masyarakatnya enggan membuat sendiri jamban pribadi, biasanya karena alasan ekonomi, ataupun karena mereka adalah pendatang yang menyewa saja rumah yang ditinggalinya. Namun yang perlu diperhatikan adalah perawatan dan kebersihan WC/MCK umum biasanya dalam kondisi yang kotor sesuai pengamatan yang dilakukan. Hasil survey EHRA menunjukkan, bahwa tingkat kepemilikan jamban bagi rumah tangga penduduk di kabupaten Pinrang yaitu 8, %. Prilaku BAB ke sungai/pantai/laut masih ada yaitu 9 %, bahkan masih ditemukan prilaku BAB ke kebun/pekarangan ( %), Jamban umum ( %), dan ke lubang galian ( %) dan lainnya (4 %). b. Sistem Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja, dan Lumpur Tinja Sistem pembuangan air kotor/limbah tinja atau lumpur tinja menunjukkan, bahwa dari seluruh rumah tangga yang disurvey maka sebagian besar rumah tangga penduduk memiliki jenis closed jongkok/leher angsa (80,6%), cemplung %, closed duduk siram leher angsa,8 %, sedangkan yang tidak punya closed 6,6%. Kemana saja kebiasaan penduduk membuang limbah tinja, 80,9 % menyatakan memiliki lobang septik tank (lobang resapan), 0,9 %, ke sungai/pantai 0,%, ke kebun 0,%, cubluk/lobang tanah 0,9 %, pipa sewer 0,7%, sedangkan 5,9 % menjawab tidak tahu atau tidak jelas. Usia lobang septik tank yang dimiliki penduduk sebagian besar sudah relatif lama, dapat digambarkan bahwa,4 % lobang septik tank yang dimiliki penduduk sudah berusia 50 tahun,dan 5 tahun 4,0 %, 0,4% sudah berusia di atas 0 tahun, hanya sebagian kecil saya yang relatif baru. Yang lebih memprihatinkan lagi sebagian besar (88,5%) responden menyatakan bahwa lubang septik tank yang dimiliki sangat jarang dikosongkan. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh kapasitas lobang septik tank yang dimiliki cukup besar, dan jika penuh biasanya dipindahkan ke lokasi sekitar persil setempat. Faktor lain adalah tingkat kesadaran/kepedulian kurang dan minimnnya layanan penyedotan tinja. Layanan pengangkutan tinja yang ada di kabupaten Pinrang hanya ada unit dibawah pengelolaan Dinas KPK.

46 7 Grafik.4 Waktu Pengosongan Septick Tank Kabupaten Pinrang 88,5% 0,9% 4,0%,4%,8% 0,4% 0 bulan 5 tahun Lebih dari Lebih dari yang lalu yang lalu 50 tahun 0 tahun yang lalu Tidak pernah Tidak tahu Sumber : Hasil Survey EHRA, 0 Dengan memanfaatkan sejumlah indikator lain, studi EHRA menemukan sejumlah pengamatan yang berbeda dari jawaban responden. Berikut adalah prosesnya. Yang pertama kali ditanyakan pada responden adalah sudah berapa lama tangki septik itu dibangun. Rata rata responden menjawab adalah mereka yang membangunnya lebih dari lima tahun lalu (antara 5 sampai 0 tahun). Secara teoritis, tangki septik perlu dikuras secara rutin dalam jangka waktu tertentu. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah tangki septik pernah disedot/dikosongkan.siapa yang melakukan pengosongan, dibuang dimana hasil pengosongan tinja tersebut. Pencemaran tangki septik pada lingkungan bukan hanya terjadi bila bangunan tangki septik tidak kedap alias merembes keluar, namun bisa juga karena tinja dari tangki septik dibuang serampangan. Studi EHRA yang dilakukan menelusuri isu ini melalui sejumlah pertanyaan seperti yang sudah diuraikan diatas. Hasilnya dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik.5 Kualitas Tangki septik 49% Suspek aman 5% Tidak aman Sumber : Hasil Survey EHRA, 0

47 8 Kualitas tangki septik dilihat dan dihitung berdasarkan jawaban pertanyaan responden dari beberpa point diatas. Seperti sudah berapa lama tangki septik dibuat dan kapan terakhir dikuras/dikosongkan, dimana dibuang hasil pengosongannya dan siapa yang melakukan pengosongan bak tinjanya. Dari hasil survey dapat diketahui bahwa bangunan septic tank rata rata berkisar sampai 0 tahun, ada sebanyak 6 % dari jumlah responden yang disurvey, dan dilihat dari pemakaiannya tergolong masih baru dan rata rata belum dikuras karena masih belum penuh, tersurvey sebanyak 4,9 % dari responden yang punya tangki septik belum pernah mengurasnya. Sedangkan hanya 5 % dari yang memiliki tangki septik sudah pernah mengurasnya. Untuk pengosongan tinja pada tangki septik berdasarkan survey yang sudah dilakukan didapatkan hasil seperti yang tergambar pada grafik dibawah ini. Grafik.6 Pelaku pengosongan tinja dari tangki septik. 40,0 5,0 0,0 5,0 0,0 5,0 0,0 5,0,0 Series Layanan sedot tinja,7 Membayar tukang,7 Dikosongka n sendiri 9,7 Tidak tahu 4,9 Sumber : Hasil Survey EHRA, 0.. Tatanan Sekolah PHBS pada tatanan institusi pendidikan (sekolah) adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan. Dari sampel yang diambil dibeberapa sekolah di Kota Pinrang, diperoleh gambaran tentang prilaku PHBS dan layanan sanitasi pada tatanan sekolah, sebagai berikut : Sumber Air Bersih, 5% sekolah yang dijadikan sampel belum memiliki layanan air bersih baik yang bersumber dari PDAM, dengan kondisi layanan rendah, dimana ratarata kontinyuitas persediaan air %. Sekitar % sekolah menggunakan sumber air dari pompa tangan atau pompa listrik, umumnya sekolah masih menggunakan sumur gali dengan ratarata persediaan air cukup (8%). Untuk memenuhi kebutuhan layanan Buang Air Besar (BAB) atau Buang Air Kecil (BAK), dari 06 sekolah yang disurvey ratarata sekolah sudah memiliki kamar mandi/wc, ratarata setiap sekolah memiliki kamar mandi/wc (gabung). Umumnya belum ada pemisahan yang jelas untuk lakilaki dan perempuan, permasalahan pokoknya adalah tingkat pemeliharaan kamar mandi/wc yang ada masih sangat kurang, masalah kebersihan kurang diperhatikan. Fasilitas cuci tangan tampaknya tergolong kurang baik, meski setiap sekolah hanya menyediakan unit, itupun ratarata hanya diperuntukan bagi Guru/pegawai sekolah. Ratarata juga menyediakan sabun, meski dari pengamatan langsung yang dilakukan masih diragukan. Tingkat pemeliharaan tempat cuci tangan yang ada rata

48 9 rata masih kurang. Kesadaran dari pimpinan sekolah atau petugas kebersihan tampaknya masih kurang, meskipun ratarata sekolah mempunyai petugas kebersihan namun fasilitas sanitasi kurang diperhatikan. Di beberapa sekolah murid juga diberi tanggung jawab untuk memebersihkan sarana sanitasi dan lingkungan sekolah. Untuk meningkatkan kualitas PHBS di sekolahsekolah, kata kuncinya bahwa Kepala Sekolah memiliki peran kunci bagi kwalitas layanan sanitasi dan PHBS di sekolahnya. Pimpinan sekolah dan guru pada prinsipnya memamahi pentingnya PHBS namun tingkat kepedulian yang menjadi akar permasalahan, sehingga sosialisasi menjadi salah satu prioritas dalam meningkatkan kesadaran PHBS di sekolahsekolah. Kaderkader sanitarian atau pihak terkait lainnya dilingkunganpemerintah menjadi unsur kunci sebagai motivator peningkatan PHBS. Dari aspek pengelolaan sampah, sekitar 56% sekolah pernah mendapat penyuluhan tentang sistem pengelolaan sampah atau tentang PHBS. Mata pelajaran terkait dengan PHBS (Penjaskes) umumnya diajarkan pada sekolah yang disurvey. Untuk meningkatkan layanan PHBS 00% sekolah tidak pernah mendapatkan dana peningkatan PHBS. Dalam hal pengelolaan sampah masih sebatas mengumpulkan saja, belum ada upaya pemilahan apalagi pengolahan sampah sehingga menjadi barang bernilai, kecuali pengumpulan yang dilakukan oleh pengepul (pengumpul barang rongsokan). Hanya % ( sekolah dari 90 survey) saja sekolah yang telah mempraktekan upaya pemilahan sampah, seperti SMPN 9 dan SMPN 0 Tiroang dan SMA Negeri Cempa. Pembuangan air kotor umumnya dilakukan di kamar mandi/wc. Pengosongan septiktank hampir tidak dilakukan pada semua sekolah, jika septiktank penuh biasanya cukup memindahkan ke lokasi lain di sekitar persil sekolah, kapasitas septiktank umumnya juga cukup besar ratarata di atas 5 m setiap septiktank. Teknologi pembuatan lobang septiktank cukup sederhana yaitu melalui lobang resapan yang dilapisi dengan pasangan bata merah. Tingkat kebersihan sekolah dinyatakan kurang bersih yaitu hampir 8%, hanya 7% sekolah yang dinyatakan bersih, baik dari aspek pengelolaan air limbah, sampah, drainase dan penyediaan air bersih.

49 40 Tabel. Rekapitulasi Kondisi fasilitas Sanitasi di Sekolah/Pesantren di Kota Pinrang Tingkat : SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK (toilet dan tempat cuci tangan) Nama Sekolah KECAMATAN TIROANG SDN 88 Tiroang SDN 89 Tiroang SDN 90 Tiroang SDN 9 Tiroang SDN 9 Tiroang SDN 7 Tiroang SDN 88 Tiroang SDN 6 Tiroang SDN 55 Tiroang SDN 56 Tiroang SDN 90 Tiroang SMPN Tiroang SMPN 9 Tiroang SMPN 0 Tiroang SMPN 4Tiroang SMAN Pinrang KECAMATAN PATAMPANUA SDN 8 Patampanua SDN 8 Patampanua SDN 59 Patampanua SDN 94 Patampanua SMPN Patampanua SDN 5 Patampanua SDN 9 Patampanua SDN 5 Patampanua SDN 557 Patampanua SDN 7 Patampanua KECAMATAN SUPPA SMPN SDN 68 SDN 98 Suppa SMAN Suppa KECAMATAN MATTIRO BULU SMP Mattiro Bulu Jumlah Siswa Jumlah Guru L P S PDAM K T Sumber Air Bersih SPT S K T Jml Toilet/WC S SGL K T Guru L P Jml Tempat Kencing Guru L P Fas. Cuci Tangan Y T Persediaan Sabun Y T Siapa yang membersihkan Toilet Siswa Guru Pesuruh L P L P L P L P

50 4 SDN 78 SDN 80 SDN 0 SDN 7 SDN 80 SDN 9 SDN 79 KECAMATAN WATANG SAWITTO SMAN Pinrang SMP PINRANG SMP MA ARIF SDN 87 SDN 6 SDN PINRANG SDN PINRANG SLB PINRANG SDN MUHAMMADIYAH KECAMATAN LANRISANG SDN 6 Pinrang SMPN Lanrisang SMPN Lanrisang SDN 70 Lanrisang SDN 78 Lanrisang MIN Lerang KECAMATAN LEMBANG SDN 70 Tuppu SDN 00 Lembang SDN 86 T. Riawa SDI Ma had Pao SD Inpres Pem. Mariri SD Inpres Arra SDN 0 Bone KECAMATAN CEMPA SMAN Cempa SMP Negeri Cempa SDN 6 Cempa SDN Cempa KECAMATAN DUAMPANUA SD Inpres Kamp. Baru SD Inpres BatuBatu SD. Inpres Tantu MTS DDI Sokang SMPN DP

51 4 SMPN 4 DP SMPN 6 DP KECAMATAN MATTIRO SOMPE SDN 5 Langnga SDN 5 Langnga SDN 54 Pallameang SDN 55 Sekkang SDN 57 Labolong SDN 64 Lisse SDN 66 Cappakala KECAMATAN MT. SOMPE SDN 5 Langnga SDN 5 Langnga SDN 54 Pallameang SDN 55 Sekkang SDN 57 Labolong SDN 64 Lisse SDN 66 Cappakala SD Inpres Beru SD Inpres Labolong SDN 64 Patobong SDN 9 Langnga SDN 77 Labolong SDN 9 Tosulo SDN 06 Pallameang SDN 07 Ammani SDN MT. Sompe SDN 8 Manisawa KECAMATAN BATU LAPPA SDN 67 Tarokko SDN 98 Bamba SD Inpres Bacukiki MTS DDI Bilajeng SD Inpres Baruppu SD 9 Bila SD Inpres Libukang SD 4 Batulappa SD 5 Bulisu SD 5 Loka SD Inpres Kampung Baru Sumber : Pokja AMPL dan UPTD Dikpora Kecamatan

52 4 Tabel. Kondisi Sarana Sanitasi di Sekolah (Tingkat Sekolah:SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (Pengelolaan sampah dan pengetahuan higiene) Apakah pengetahuan ttg higiene dan Apakah ada dana utk sanitasi diberikan Ya, saat Nama Sekolah pertemuan / penyuluhan tertentu pelajaran PenJas di kotor Kapan tangki Kondisi Dari septik higiene kamar dikosongkan sekolah Baik air bersih / sanitasi / Ya, saat mata Tempat buangan air Cara Pengelolaan Sampah Tidak pend. Higiene Dikumpulkan pernah kelas Ya Tidak Dipisahkan Dibuat kompos Dari toilet mandi Kecamatan Tiroang SDN 88 Tiroang SDN 89 Tiroang Baik SDN 90 Tiroang Bagus SDN 9 Tiroang Bagus SDN 9 Tiroang cukup SDN 7 Tiroang cukup SDN 88 Tiroang cukup SDN 6 Tiroang Baik SDN 55 Tiroang Baik SDN 56 Tiroang Baik SDN 90 Tiroang Baik SMPN Tiroang Cukup SMPN 9 Tiroang Cukup SMPN 0 Tiroang baik SMPN 4Tiroang baik SMAN Pinrang baik Patampanua SDN 8 Patampanua

53 44 SDN 8 Patampanua SDN 59 Patampanua SDN 94 Patampanua SMPN Patampanua SDN 5 Patampanua SDN 9 Patampanua SDN 5 Patampanua SDN 557 Patampanua SDN 7 Patampanua Suppa SMPN SDN 68 SDN 98 Suppa SMAN Suppa SMP Mattiro Bulu SDN 7 Mattiro Bulu SDN 76 SDN 77 Sdn 78 Mattiro Bulu SDN 79 SDN 80 SDN 8 SDN 0 SDN 7 SDN 80 SDN 9 SDN 79 SMAN Pinrang SMP PINRANG Watang Sawitto SMP MA ARIF

54 45 SDN 87 SDN 6 SDN PINRANG SDN PINRANG SLB PINRANG SDN MUHAMMADIYAH Lanrisang SMPN Lanrisang SMPN Lanrisang SDN 70 Lanrisang SDN 78 Lanrisang MIN Lerang Kecamatan Lembang SDN 70 Tuppu SDN 00 Lembang SDN 86 T. Riawa SDI Ma had Pao SD Inpres Pem. Mariri SD Inpres Arra SDN 0 Bone SMAN Cempa SMP Negeri Cempa SDN 6 Cempa SDN Cempa SD Inpres Kamp. Baru SD Inpres BatuBatu SD. Inpres Tantu MTS DDI Sokang SMPN DP SMPN 4 DP Kecamatan Cempa Kecamatan Duampanua

55 46 SMPN 6 DP Kecamatan Mt. Sompe SDN 5 Langnga SDN 5 Langnga SDN 54 Pallameang SDN 55 Sekkang SDN 57 Labolong SDN 64 Lisse SDN 66 Cappakala SD Inpres Beru SD Inpres Labolong SDN 64 Patobong SDN 9 Langnga SDN 77 Labolong SDN 9 Tosulo SDN 06 Pallameang SDN 07 Ammani SDN MT. Sompe SDN 8 Manisawa SDN 67 Tarokko SDN 98 Bamba SD Inpres Bacukiki Kecamatan Batu Lappa MTS DDI Bilajeng SD Inpres Baruppu SD 9 Bila SD Inpres Libukang SD 4 Batulappa baik SD 5 Bulisu SD 5 Loka SD Inpres Kampung Baru Sumber : Pokja AMPL dan UPTD Dikpora Kecamatan

56 47. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK Limbah merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kumankuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Limbah domestik atau sering juga disebut limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ; Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah. Tidak mengotori permukaan tanah. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 0 m. Permasalahan umum pengelolaan air limbah di Indonesia bahwa hanya sebagian kecil penduduk di Indonesia dilayani oleh sistem pengumpul air limbah. Untuk melayani seluruh penduduk harus dibangun sistem dengan biaya yang sangat mahal. Kota yang memiliki sistem pengumpul di Indonesia hingga saat ini hanya Bandung, Medan, Cirebon, Surakarta, Yogya, dan Jakarta. Kota lainnya termasuk Pinrang masih menggunakan sistem individu, yang bilamana tidak dikelola dengan benar dapat mencemari lingkungan. Sistem pengumpul air hujan biasanya dibangun bersamaan pembangunan jalan. Sampai saat ini masih banyak Kota menangani drainase dengan paradigma lama yaitu mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (runoff) secepatcepatnya ke penerima air/badan air terdekat. Penanganan masih bersifat teknis belum pempertimbangkan faktor lingkungan, sosialekonomi dan budaya, serta kesehatan lingkungan. Dalam pengelolaan air limbah dikenal ada (dua) sistem pengelolaan, yaitu on site system dan off site system. Kedua system pengelolaan ini memiliki kelebihan dan kekuangan, yaitu: On Site System Keuntungan : Menggunakan teknologi sederhana. Memerlukan biaya yang rendah. Masyarakat dan tiaptiap keluarga dapat menyediakan sendiri. Pengoperasian dan pemeliharaan oleh masyarakat. Manfaat dapat dirasakan secara langsung. Kerugian : Tidak dapat diterapkan pada setiap daerah, misalkan sifat permeabilitas tanah, tingkat kepadatan, dan lainlain. Fungsi terbatas hanya dari buangan kotoran manusia, tidak melayani air limbah kamar mandi dan air bekas cucian. Operasi dan pemeliharaan sulit dilaksanakan. Off Site System Keuntungan : Menyediakan pelayanan yang terbaik. Sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi. Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari. Memiliki masa guna lebih lama. Dapat menampung semua Limbah. Kerugian : Memerlukan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan yang tinggi. Menggunakan teknologi tinggi. Tidak dapat dilakukan oleh perseorangan. Manfaat secara penuh diperoleh setelah selesai jangka panjang. Waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan. Perlu pengelolaan, operasional, dan pemeliharaan yang baik.

57 48.. Kelembagaan Dilihat tupoksi SKPD yang ada di Kabupaten Pinrang, SKPD yang menangani air limbah adalah Dinas Pekerjaan Umum, Bidang Cipta Karya sub bidang Penanganan Air Bersih dan Sub bidang Penataan & Pembangunan Lingkungan, yaitu berada dalam satu sub bidang dengan penanganan Drainase dan air bersih. Diluar SKPD tersebut umumnya penanganan masih bersifat internal. Perangkat peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan air limbah belum ada, sehingga kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan air limbah belum memiliki legalitas yang kuat. Ditingkat masyarakat dan dunia usaha belum ada upaya yang konsen terhadap sistem pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi standar pelayanan penyehatan lingkungan, baik di dalam prilaku seharihari maupun dalam sistem kelembagaan. Dengan kedudukan kelembagaan yang masih lemah baik ditingkat masyarakat, dunia usaha dan pemerintah maka perencanaan, program atau upaya pencapaian target pengelolaan air limbah belum ada langkahlangkah konkrit, sehingga otomatis perangkat peraturan terkait pengelolaan air limbah di tingkat daerah belum tersedia.

58 49 Tabel. Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan Air Limbah Domestik FUNGSI Perencanaan Menyusun Target Pengelolaan Air Limbah domestik skala kabupaten Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Pengadaan Sarana Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik Membangun sarana pengumpulan dan pengelolaan awal (tangki septik) Menyediakan sarana pengangkutan dan tangki septik ke IPLT (truk Tinja) Membangun jaringan dan saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL Pengelolaan Menyediakan layanan pengelolaan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan penarikan retribusi pengelolaan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan Penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB Pengaturan dan Pembinaan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kabupaten Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Swasta Masyarakat Kab. Sumber : Dinas KPK Kabupaten Pinrang, dan Dinas terkait Keterangan : = Ada = belum ada

59 50 Tabel.4 Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Pinrang Peraturan Air Limbah Domestik Target Capaian Pelayanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di hunian umum Keawajiban dan sanksi bagi Industri rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di tempat usaha Keawajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di tempat umum Kewajiban pengelolaan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Retribusi pengelolaan air limbah domestik Tata cara perizinan untuk kegiatan pembangunan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran Ketersediaan Ada Tdk Ada Efektif dilaksanakan Pelaksanaan Belum efektif dilaksanakan Tidak efektif dilaksanakan Keterangan Sumber : Dinas KPK Kabupaten Pinrang, dan Dinas terkait Keterangan : = Ada = belum ada.. Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Pinrang belum berjalan efektif sebagaimana diharapkan baik diprakarsai oleh pemerintah, dunia usaha ataupun masyarakat. Usaha penyedotan tinja hanya ada unit dengan kapasitas m untuk sekali angkut, dengan domisili di Kecamatan Watang sawitto dan Kecamatan Paleteang, kota Pinrang. Dari pihak Pemerintah daerah sendiri menyediakan unit mobil pengangkut tinja/air limbah dengan kapasitas 5 m, itupun hanya untuk melayani wilayah kota Pinrang dan belum berjalan efektif. Faktor utama adalah masih rendahnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan air limbah. Sarana pengakutan yang ada kurang dimanfaatkan secara optimal untuk mengangkut air limbah ke pembuangan akhir. Demikian juga prasarana pendukung pengelolaan air limbah seperti IPLT dan IPAL belum tersedia. Sehingga hampir semua rumah tangga, dunia usaha maupun jasajasa, khususnya kota Pinrang sistem pengelolaan air limbahnya dilakukan melalui on site system, kondisi seperti ini juga hampir semua daerah perdesaan, tingkat kepedulian masyarakat dalam pengelolaan air limbah masih jauh diharapkan. Salah satu indikatornya adalah

60 5 rendahnya tingkat kepemilikan jamban, dimana menurut data sekunder baru mencapai 70,% dan hasil survey EHRA bahkan mencapai 8%. Tingkat layanan dan pemeliharaan jamban juga rendah. Pengelolaan air limbah domestik non tinja (jenis buangan mandi, cuci) belum ada kelembagaan atau unit usaha tertentu yang berminat, umumnya sistem pembuangan limbah non tinja ini dialirkan melalui lobang resapan yang disalurkan melalui saluran pipa (tertutup) atau saluran terbuka, masih banyak ditemui masyarakat membuang air limbah non tinja ke sungai atau saluran drainase terdekat. Pengelolaan limbah non tinja untuk rumah tangga dengan konstruksi rumah panggung umumnya dialirkan langsung dikolong rumah dapur yang pada umumnya tidak memiliki lobang resapan. Gambar. Kendaraan Operasional Penyedot Tinja Dinas KPK Kab. Pinrang

61 5 Gambar. Diagram Prilaku Sistem Pengelolaan Limbah Tinja Di Kabupaten Pinrang Saat ini Catatan: Pengangkutan ke Pembuangan akhir belum berjalan efektif Gambar. Diagram Prilaku Sistem Pengelolaan Limbah Non Tinja Di Kabupaten Pinrang Saat ini Air Limbah Domestik Non Tinja (mandi, Cuci) Non Perpipaan/ Saluran Terbuka Perpipaan Lobang Resapan Saluran Sekunder Saluran Drainase

62 5 Peta. Peta Layanan Air Limbah Domistik Kabupaten Pinrang Sumber: Data Sekunder (diolah Pokja AMPL

63 54 Tabel.5 Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten Pinrang Input User Interface Gray Water (Mandi, Cuci) Kamar Mandi/ Tempat Cuci Black Water Jamban/WC/toil et Penampungan Awal Pengaliran Pengolaha n Akhir Lobang Penampung Pipa tertutup Saluran terbuka Belum ada (Belum ada IPAL) Tangki Septik Cubluk Plengseran Pipa tertutup Pembua ngan Akhir Primer Nama Aliran IPLT TPA Sumber : Dinas KPK Pinrang Kabupaten Pinrang, 0 Tabel.6 Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah yang ada di Kabupaten Pinrang Kelompok Fungsi User Interface Penampungan Awal Pembuangan/Daur Ulang Teknologi yang digunakan WC campuran Jenis Data Sekunder RT Perkiraan Sumber Data BPS 00 Tangki Septik RT BPS 00 Unit Dinas KPK TPA Sumber : Dinas PU Kabupaten Pinrang, 0

64 55 Tabel.7 Perkiraan Pembuangan Air Limbah di Kabupaten Pinrang No. Uraian Jumlah Timbunan Tinja/Black Water Jumlah KK Kab.Pinrang Pengguna Tangki Septic dan Umum (76%) Standar Timbunan Tinja/Gram/Org/hr Jumlah Timbunan Tinja pemilik jamban Jumlah Timbunan Seluruhnya. Jumlah Timbunan Grey Water Standar Timbunan org/hr Jumlah timbunan (m). Jumlah Tinja Terangkut a. Mobil Tinja milik pemerintah Jumlah mobil tinja (unit) Kapasitas tangki (m) Jumlah rit/ hari b. Mobil Tinja milik swasta Jumlah mobil tinja (unit) Kapasitas tangki (m) Jumlah rit/ hari 4. Kapasitas IPLT Dibangun (tahun) Umur pakai (tahun) Kapasitas terpasang (m) Kapasitas terpakai (m) 5. Kapasitas IPAL Dibangun (tahun) Umur pakai (tahun) Kapasitas terpasang (m) Kapasitas terpakaii (m) Sumber : Hasil Analisis Pokja AMPL, 0 Jumlah/Volume Keterangan kk kk gr,45 m 4,8 m 7 kg 8.594,64 m m / hari Data BPS 00 Data BPS 00 Dinas KPK 0 Unit 0 m/hari Belum Ada

65 56 Gambar.4 Sarana (BAB) Kamar mandi/jamban Rumah Tangga Jamban Rumah Tangga Pedesaan MANDI, CUCI, BAB DI SUNGAI kamar mandi/jamban Rumah Tangga BAB di SUNGAI Idealnya pengelolaan air limbah dengan on site system dilakukan melalui proses penampungan, dilanjutkan dengan pengangkutan dengan mobil tinja/limbah dengan pengelolaan lumpur tinja/air limbah ke IPLT atau IPAL, sementara prasarana IPAL sampai saat ini belum tersedia. Sistem pengelolaan air limbah domestik dengan on site system yang ideal yang direkomendasikan untuk kabupaten Pinrang ke depan diharapkan seperti terlibat pada Gambar berikut.

66 57 Gambar.5 Diagram Sistem Pengelolaan Limbah On Site. Sedangkan sistem pengelolaan air limbah dengan off site system (terpusat) yang diharapkan untuk Kabupaten Pinrang ke depannya idealnya seperti terlihat pada diagram berikut. Gambar.6 Diagram Sistem Pengelolaan Limbah off site.

67 58... Kesadaran Masyarakat dan PMJK Peran serta masyarakat, gender dan kemiskinan dalam penanganan air limbah di Kabupaten Pinrang secara umum dapat kelompokkan, sebagai berikut: a. Kelompok pertama, kelompok masyarakat yang belum memiliki kesadaran atau kepedulian dalam pengelolaan air limbah. Kelompok ini masih menjadi mayoritas di kabupaten Pinrang, terdiri atas kelompok masyarakat miskin, pendidikan rendah, bahkan hingga pada kelompok masyarakat menengah. b. Kelompok kedua, kelompok masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kesadaran terhadap pengelolaan limbah, namun belum memiliki kepedulian penuh terhadap pengelolaan air limbah. Kelompok ini umumnya berada pada tatanan masyarakat kelas menengah, berpendidikan, namun belum memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pengelolaan air limbah atau PHBS pada umumnya. c. Kelompok ketiga, adalah kelompok masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kesadaran serta kepedulian tinggi terhadap pengelolaan air limbah. Mayoritas kelompok ini ada pada tatanan masyarakat kelas menengah ke atas, dan termasuk kelompok minoritas baik di perkotaan maupun perdesaan. Secara keseluruhan peran serta atau tingkat kepedulian masyarakat, jender dan kemiskinan dalam penanganan air limbah domestik di Kabupaten Pinrang masih rendah, hal ini dapat dilihat dari tingkat kepemilikan jamban/msk, tingkat pemeliharaan jamban/mck maupun dukungan dari programprogram sanitasi belum menyentuh secara signifikan dalam merubah prilaku masyarakat secara keseluruhan. Programprogram yang berbasis masyarakat seperti dibawah kelola program PLAN International di kabupaten Pinrang sudah berjalan sejak tahun 008, program ini cukup membantu dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang hidup bersih dan sehat, khususnya PHBS, namun keterbatasan anggaran dan sumber anggaran (donor) lain sejenis tentunya belum mampu menyentuh secara signifikan dalam meningkatkan PHBS di kabupaten Pinrang. Bantuan sarana dan prasarana yang ada belum mampu dikelola dengan baik ditingkat masyarakat, tingkat pemeliharaan rendah, termasuk di sekolahsekolah. Disamping itu program PLAN International banyak menyentuh sektor air bersih dan pemberdayaan masyarakat, sentuhansentuhan subsektor air limbah, termasuk pengelolaan sampah dan drainase sangat kecil. Gambar.7 Prilaku Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga dan drainase

68 59 Tabel.8 Pengelolaan Sarana Jamban Keluarga dan MCK oleh Masyarakat Kecamatan RT RW Jumlah Pddk Miskin (KK) Suppa Mattiro Sompe 55 4 Lanrisang 9 6 Mattiro Bulu 07 5 Watang Sawitto 6 Paleteang 54 8 Tiroang 8 4 Patampanua 50 Cempa 69 8 Duampanua 46 6 Batulappa 9 95 Lembang Sumber: Diolah Pokja AMPL Tahun 0 Jamban Keluarga (Rumah) Dikelola RT Jumlah MCK Dikelola Dikelola RW CBO Dikelola Lainnya Tahun MCK dibangun Dikelola RT Jumlah Sanimas Dikelola Dikelola RW CBO Dikelola Lainnya Tahun Sanimas dibangun

69 60 Tabel.9 Kondisi Sarana MCK Kecamatan Lokasi MCK RT RW MCK L P Jumlah Pemakai PDAM SPT S K T S K T S K T Suppa Mattiro Sompe Lanrisang Mattiro Bulu Watang Sawitto Paleteang Tiroang Patampanua Cempa Duampanua Batulappa Lembang Sumber: Diolah Pokja AMPL Tahun 0 (Belum ada data) SGL Jml Toilet/wc Jml Kmr Mandi Fas. Cuci Tangan L P L P Y T Y T Ada Biaya Pemakaian MCK Y T Persediaan Sabun Tempat Buangan Air Kotor Tangki Septik Cubluk Kapan Tangki Septik Dikosongk an

70 6 Tabel.0 Daftar Program/Proyek Layanan Air Limbah Yang Berbasis Masyarakat Tahun 0080 No Nama Program/Proyek/Layan an Pemeliharaan Rutin Instalasi Pengolahan Air Limbah Pembangunan Saluran Limbah Rum ah Tangga di 4 Kecamatan Pemeliharaan Rutin Instalasi Pengolahan Air Limbah SLBM Pembbangunan IPAL Komunal di Kecamatan Kondisi Sarana Saat ini Fungsi Tidak Rusak Fungsi Pelaksan aan Tahun Mulai RSU Lasinrang 00 Dinas PU 00 RSU Lasinrang 0 Dinas PU 0 Aspek PMJK PM JDR MBR Sumber: Bappeda Kabupaten Pinrang Keterangan : PM : Pemberdayaan Masyarakat JDR : Jender MBR : Masyarakat berpenghasilan rendah..4 Pemetaan Media Media memiliki peran strategis dalam mendorong perubahan prilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta higienis, termasuk di antaranya dalam merubah prilaku masyarakat dalam pengelolaan air limbah. Mengingat masih lemahnya kelembagaan pengelolaan air limbah atau sanitasi pada umumnya maka upaya promosi dan sosialisasi yang secara khusus mengenai pengelolaan air limbah belum berkembang baik, kecuali oleh lembaga non pemerintah seperti melalui program PLAN International ada kerjasama kampanye sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) lewat radio lokal yang diselenggarakan tahun ini (0). Melalui program PLAN Internastional kampanyekampanye atau sosialisasi PHBS atau sanitasi melalui media cetak setiap tahun selama program berjalan sudah ada, baik secara langsung (kontrak kerjasama) ataupun melalui pemberitaan. Kerjasama sosialisasi khusus pengelolaan air limbah melalui media secara umum jarang dilakukan, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Sejauh ini sejumlah media yang ada belum dimanfaatkan secara optimal dalam sosialisasi PHBS atau sanitasi pada umumnya, lebihlebih sosialisasi tentang pengelolaan air limbah. Promosi/sosialisasi PHBS atau sanitasi biasanya dilakukan secara temporer berdasarkan kebutuhan program SKPD terkait, antara lain melalui brosur, lifleet, spanduk atau melalui pemberitaan di korankoran lokal dan regional, tetapi khusus masalah air limbah hampir tidak mengemuka. Tabel. Kegiatan Komunikasi yang ada di Kabupaten Pinrang : Pengelolaan Air Limbah No. Kegiatan Tahun. Deklarasi Pembentukan POKJA AMPL Kab. Pinrang Feb0 Dinas Pelaksana Bappeda kab. Pinrang Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran SKPD, Camat, Kepala Desa, Masyarakat Pesan Kunci Don t Stop for Caring Sanitasi Pembelajaran Peningkatan Hidup Bersih dan sehat Sumber: Kajian Pokja dari berbagai sumber. 0

71 6 Tabel. Media Komunikasi yang ada di Kabupaten Pinrang : Pengelolaan Air Limbah No. Nama Media A.. B.. Media Elektronik Belum Ada Media Cetak Pare Pos Jenis Acara Terkait Air Limbah Isu yang Diangkat Liputan Berita terkait PHBS, Sanitasi dan Air Bersih Peningkatan layanan sanitasi, air bersih, atau PHBS Pesan Kunci Pendapat Media Bersih adalah sehat Sumber : Pokja AMPL /berbagai sumber Tabel. Kerjasama yang terkait Sanitasi : Air Limbah No.. Kegiatan Belum ada Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Bentuk Kerjasama Tabel.4 Daftar Mitra Potensial : Air Limbah No... Nama Mitra Belum ada Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama..5 Partisipasi Dunia Usaha Sejauh ini belum banyak keterlibatan pihak swasta dalam mendukung masyarakat dan pemerintah kabupaten Pinrang dalam pengelolaan air limbah, kondisi ini hampir sama dengan layanan sanitasi lainnya, seperti pengelolaan sampah dan drainase. Kondisi ini sedikit banyak dipengaruhi oleh lemahnya kelembagaan sanitasi yang ada di kabupaten Pinrang, yang berimbas kepada lemahnya dukungan program dan penganggaran peningkatan pengelolaan air limbah, disamping rendahnya tingkat kepedulian masyarakat dan dunia usaha itu sendiri. Tabel.5 Penyedia Layanan Air Limbah Domestik Yang Ada Di Kabupaten Pinrang No.. Nama Provider Tidak ada Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan Pengelolaan Air..6 Pendanaan dan Pembiayaan Lemahnya dukungan dalam pengelolaan air limbah dapat dilihat dari dukungan pendanaan dan pembiayaan khususnya dari pemerintah di sub sektor air limbah. Data dalam tahun terakhir memperlihatkan alokasi anggaran untuk pembangunan sektor air limbah terkonsentrasi pada pembangunan MCK dan MCK plus dan septik komunal (BSK) yaitu dengan kisaran Rp (00) hingga tertinggi Rp (0). Ratarata tambahan anggaran pertahunnya adalah Rp dengan tingkat pertumbuhan,84 %. Meski terjadi pertumbuhan positif, namun alokasi anggaran ini masih jauh diharapkan dibanding kebutuhan dan

72 6 kondisi layanan sanitasi air limbah di kabupaten Pinrang, dan sebagian besar anggaran yang ada dialokasikan di kota Pinrang (kecamatan Watang Sawitto dan Paleteang). Alokasi terbesar dari anggaran yang ada adalah untuk pembangunan Septic Komunal dan sisanya untuk pembangunan MCK/MCK Plus dan Pemeliharaan. Semua sumberdana berasal dari APBN. Sejauh ini (sejak tahun 00) belum ada dukungan anggaran dari APBD Kabupaten maupun APBD Provinsi. 00% sumber anggaran yang ada dibawah tanggungjawab Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya. Kondisi layanan sanitasi air limbah pada setiap SKPD sendiri menunjukkan, bahwa pemeliharaan kamar mandi/jamban SKPD ratarata kurang baik. Sistem pengelolaan air limbah persil SKPD tidak jauh beda dengan pengelolaan air limbah rumah tangga yaitu menggunakan on site system. Tabel.6 Ringkasan Pendapatan dan Belanja Dari Subsektor Air Limbah Domestik Tahun 0 Realisasi anggaran (Rp) No... Belanja : Pertum buhan (%),84 Pembangunan MCK/MCK Plus Pembangunan IPAL/Pemeliharan Retribusi : , ,9 Sub Sektor Ratarata 0 0 Sumber : Pokja AMPL Kab. Pinrang, 0 Tabel.7 Realisasi Anggaran Pengelolaan Air Limbah Di Kabupaten Pinrang Tahun 0090 No Sub Sektor Anggaran APBN Anggaran APBD Prov. Anggaran APBD Kab Anggaran Swasta , , , Sumber : Bappeda Kab. Pinrang, 0 Tabel.8 Realisasi Anggaran Pengelolaan Air Limbah Per SKPD Di Kabupaten Pinrang Tahun 0090 No SKPD Bappeda Dinas PU Dinas Kesehatan Badan Lingkungan Hidup RSU Lasinrang Dinas KPK ,000, Sumber : Bappeda Kab. Pinrang, 0..7 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Beberapa isu pokok yang mengemuka terkait sistem sanitasi pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Pinrang, adalah :. Bahwa sesungguhnya pertumbuhan penduduk akan terus bertambah, tambahan penduduk sudah tentu akan membawa dampak dalam segala lini kehidupan masyarakat. Dampak positif adalah dengan pertumbuhan penduduk proses produksi diharapkan akan semakin meningkat guna memenuhi kebutuhan penduduk itu sendiri, pola prilaku akan semakin berkembang dan beragam. Dampak negatifnya bahwa

73 64 dengan pertumbuhan penduduk akan membawa konsekwensi terhadap munculnya beranekaragam pola prilaku individu atau kelompok yang tidak menguntungkan baik secara ekonomi maupun sosialbudaya dan lebihlebih dari aspek kesehatan lingkungan, termasuk dalam PHBS.. Bahwa sebagian besar pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Pinrang menggunakan on site system, meskipun juga belum memenuhi harapan. Sistem kelembagaan sanitasi masih lemah, baik dilingkungan masyarakat itu sendiri, pemerintah maupun swasta. Kondisi ini menuntut adanya peningkatan kapasitas layanan pengelolaan air limbah persil khususnya dari Pemerintah daerah setempat, terutama dalam meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, sehingga tatanan pengelolaan air limbah domestik memenuhi harapan.. Bahwa untuk meningkatkan layanan dan pengelolaan air limbah terpusat (off site system) memerlukan kerja keras dari pemerintah khususnya pemerintah kabupaten, sistem layanan air limbah terpusat (off site system) di daerah ini belum berkembang yaitu mulai dari hulu (rumah tangga) hingga ke hilir (pembuangan/pengolahan akhir), sehingga diperlukan perencanaan pengelolaan air limbah yang komprehensif dan terpadu agar kabupaten Pinrang memiliki acuan yang jelas dalam meningkatkan layanan pengelolaan air limbah. 4. Disadari bahwa kwalitas hidup lingkungan permukiman atau hunian dapat tercermin dari tingkat kepemilikan jamban, sistem pengelolaan sanitasi air limbah, belum lagi memperhitungkan kepemilikan dan atau pemeliharaan jamban. Diperlukan perencanaan dan program yang bersifat jangka panjang dan terpadu sebagai landasan pokok dalam pengelolaan air limbah atau sistem sanitasi, sehingga kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat semakin meningkat. 5. Untuk mendorong peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat maka dukungan pemerintah, dunia usaha, masyarakat, media komunikasi menempati posisi strategis baik sebagai obyek maupun subyek pembangunan sanitasi. Untuk itu diperlukan sistem kelembagaan yang kuat dibawah koordinasi Dinas Teknis Pemerintah Kabupaten yang melibatkan semua komponen masyarakat, dunia usaha, lembaga pendidikan, LSM, media, dll. Dari pembahasan terdahulu, dapat diperoleh beberapa permasalahan mendesak tentang sistem pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Pinrang, sebagai berikut:. Bahwa tatanan pola hidup bersih dan sehat belum berkembang secara merata pada hampir semua lini kehidupan bermasyarakat, dukungan kelembagaan sanitasi dalam semua tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara belum tertata dengan baik. Sistem kelembagaan yang lemah ini membawa konsekwensi luas terhadap PHBS dan kwalitas lingkungan hunian dan permukiman penduduk.. Bahwa hampir semua pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Pinrang baik di daerahdaerah perdesaan maupun perkotaan adalah menggunakan on site system dengan tingkat teknologi sederhana, sementara pengelolaan dengan off site system (terpusat) masih belum berkembang, sistem jaringan belum terstruktur dengan baik, di antaranya pembuangan akhir dialirkan ke sungai atau saluran drainase terdekat. Sarana IPAL atau IPLT belum tersedia.. Kondisi di atas tentunya membawa pengaruh besar di dalam menempatkan pengelolaan air limbah tidak memenuhi standar/pedoman sistem pengelolaan air limbah baik melalui on site system, lebihlebih pada off site system. 4. Tingkat kepemilikan jamban yakni hanya 8%, namun kondisi fisik jamban umumnya masih dibawah standar, ini terutama terjadi pada tatanan rumah tangga miskin bahkan pada tatanan masyarakat menengah. Tingkat pendidikan penduduk tidak menjamin bahwa suatu rumah tangga memiliki kwalitas jamban sehat atau memiliki sistem sanitasi pengelolaan air limbah yang baik, sehingga yang paling menentukan adalah tingkat kepedulian. 5. Belum ada kelembagaan yang kuat di dalam mengatur tatanan sistem pengelolaan air limbah atau sistem sanitasi, baik dilingkungan Pemerintah, masyarakat, maupun swasta. 6. Keterlibatan pihak swasta sejauh ini hampir tidak kelihatan guna mendukung peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat dan layanan pengelolaan limbah.

74 65 7. Kerjasama dengan dunia usaha, unsurunsur media sejauh ini belum berkembang, belum ada upayaupaya promosi, publikasi dan sosialisasi yang betulbetul menyentuh pada peningkatan kepedulian masyarakat. 8. Sistem kelembagaan yang lemah, kepedulian masyarakat, dunia usaha dan pemerintah yang lemah maka dukungan pendanaan dan pembiayaan dalam meningkatkan layanan sanitasi air limbah juga masih jauh diharapkan. Tabel.9 Permasalahan Mendesak di Sub Sektor Pembuangan Limbah Di Kabupaten Pinrang No... Uraian On Site System User Interface (closet) Pengumpulan/Penampungan Pengangkutan IPLT Off Site System User Interface (closet) Pengumpulan/Penampungan Perrpipaan IPAL Isu Strategis dan Permasalahan Non Teknis C D E A B Teknis Sumber : Dinas PU Kab. Pinrang, 0 Keterangan : layanan = kurang/belum ada; = baik ; = sangat baik A= B= C= D= E= Kebijakan daerah dan Kelembagaan Keuangan Komunikasi Partisipasi Dunia Usaha Partisipasi Masyarakat dan PMJK = = Sistem Konstruksi. PENGELOLAAN PERSAMPAHAN.. Kelembagaan Pengelolaan kegiatan persampahan di Kabupaten Pinrang, khususnya pada kawasan perkotaan saat ini diselenggarakan dan dilaksanakan oleh Dinas KPK Kabupaten Pinrang, dengan lokasi kantor di Jalan Jampue Kelurahan Maccorawalie Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Untuk menunjang tugas pokok penyelenggaran penyediaan infrastruktur fisik bagi masyarakat, termasuk di dalamnya adalah pelayanan dalam sistem persampahan perkotaan, Dinas Pekerjaan KPK Kabupaten Pinrang didukung oleh tim dan personil yang mempunyai beberapa tugas dan fungsi. Prilaku pengelolaan sampah menurut survey EHRA tahun 0, masih menggambarkan suatu prilaku yang masih kurang baik. 79 % responden menyatakan sampah yang tidak terangkut oleh petugas kebersihan,masih terdapat serakan/tumpukan sampah di sekitar lingkungan hunian mereka, akibatkan serangan lalat, tikus, nyamuk, kucing, anjing serta bau busuk tidak terhindarkan. Sumbatan saluran drainase dan anakanak bemain di sekitar serakan/tumpukan sampah juga tidak tehindarkan. Untuk persampahan rumah tangga, dalam studi EHRA menelusuri sejumlah aspek yang mencakup) cara pengelolaan sampah utama di rumah tangga, ) frekuensi pengakutan sampah, ) ketepatan waktu pengangkutan sampah dan 4) pengolahan setempat. Grafik berikut ini menggambarkan layanan pengangkutan sampah di Kabupaten Pinrang. Bisa dilihat bahwa sebagian sampah masyarakat tidak ada layanan pengangkutan sampahnya (79 %), sedangkan yang dapat pelayanan angkutan sampah ( %).

75 66 Grafik..7 Layanan Pengangkutan Sampah Diangkut Tukang Sampah % Tdk Diangkut Tukang Sampah 79% Sumber : Hasil Survey EHRA, 0 Dari hasil survey yang dilakukan pada ke lima klaster di Kabupaten Pinrang, ada beberapa cara utama masyarakat membuang sampah di rumah tangga yang diidentifikasi melalui jawaban responden dan dikategorikan antara lain ) Dikumpulkan di rumah lalu diangkut keluar oleh pihak lain, )Dikumpulkan di luar rumah/ di tempat bersama lalu diangkut oleh pihak lain, )Dibuang di halaman/ pekarangan rumah, dan 4) Dibuang ke sungai/selokan.saluran drainase. Di antara berbagai cara di atas, caracara yang berada dibawah kategori dan atau yang mendapat layanan pengangkutan merupakan caracara yang dianggap paling rendah risikonya bagi kesehatan manusia. Beberapa literatur memang menyebutkan bahwa cara pembuangan sampah di lobang sampah khusus, baik di halaman atau di luar rumah, merupakan cara yang aman pula. Tetapi untuk ibu kota kabupaten di mana banyak rumah tangga memiliki keterbatasan dalam hal lahan, cara itu tetap dapat menimbulkan risiko kesehatan.meski telah mendapat layanan pengangkutan sampah, sebuah rumah tangga tidak dapat dikatakan memiliki risiko kesehatan yang rendah. Aspek lain dalam persampahan yang perlu dilihat adalah frekuensi dan ketepatan pengangkutan. Meski menerima pelayanan, risiko terhadap kesehatan tetap tinggi bila frekuensi pengangkutan sampah lebih dari satu minggu sekali.ketepatan pengangkutan sampah menggambarkan apakah seberapa konsisten ketetapan/ kesepakatan tentang frekuensi pengangkutan berlaku di masyarakat. Mengingat pentingnya pengolahan di tingkat rumah tangga, yakni dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan ulang sampah, misalnya sebagai kompos. Dengan latar belakang semacam ini, EHRA kemudian memasukan pertanyaanpertanyaan yang terkait dengan kegiatan pemilhan sampah di tingkat rumah tangga dan pengamatan yang tertuju pada kegiatan pengomposan. Di Kabupaten Pinrang, utamanya di perkantoran memang sudah diwajibkan untuk memilah sampah sampah keseharian sehingga bisa menghasilkan kompos seperti yang diharapkan, untuk kondisi rumah tangga perkotaan khususnya di ibu kota Kabupaten sudah juga dilaksanakan pemilahan sampah rumah tangga. Hal penting lainnya yang diamati pada pengelolaan sampah rumah tangga dilakukan dengan mengamati tempat penyimpanan sampah di rumah tangga. Wadah yang mengandung risiko kecil adalah wadah yang permanen atau paling tidak terlindungi dari capaian binatang. Bak permanen atau keranjang dapat dikategorikan sebagai wadah yang relatif terlindungi dibandingkan dengan kantong plastik yang sangat rentan. Cara pembuangan sampah yang dilakukan rumah tangga di Kabupaten Pinrang sudah cukup beragam.

76 67 Dari 79% masyarakat yang tidak mendapatkan layanan pengangkutan sampah, cara pembuangan sampah yang paling umum dilakukan rumah tangga di Kabupaten Pinrang dapat dilihat dari grafik berikut ini Grafik,.8 Cara pembuangan sampah rumah tangga Dibuang ke lahan kosong/kebun/hut an dan dibiarkan membusuk Dibiarkan saja 7% sampai membusuk 0% Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 4% Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah % Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang % Lainlain 0% Dibuang ke sungai/kali/laut 4% Dikumpulkan dan dibuang ke TPS 9% Dibakar 5% Sumber : Hasil Survey EHRA, 0 Dari hasil survey ini dapat disimpulkan bahwa pengolahan sampah rumah tangga masih memerlukan perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Pinrang. Perlunya dilakukan sosialisasi pengolahan sampah yang benar dan pembuangan sampah yang tidak beresiko terhadap kesehatan lingkungan. Demikian pula perlunya disampaikan pemilahan sampah yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat sehingga masyarakat tau memanfaakan atau mendaur ulang sampahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi rumah tangga dan tidak mencemari lingkungan. Berikut ini adalah grafik mengenai seberapa banyak masyarakat Pinrang melakukan pemilahan sampahnya.

77 68 Grafik.9 Pengelolaan sampah rumah tangga Ya, diolah 5% Tidak diolah 95% Sumber : Hasil Survey EHRA, 0 Terkait dengan sampah, studi EHRA menjumpai sangat sedikit rumah tangga yang melakukan pemisahan sampah atau pembuatan kompos. Seperti terbaca pada grafik diatas, hanya sekitar 5 % rumah tangga terlihat melakukan pemisahan sampah.sementara, hanya sekitar % rumah terlihat membuat kompos dari sampah mereka. Itupun masyarakat yang tinggal di ibu kota kabupaten dan yang sudah tau caranya membuat pupuk kompos dari pemilahan sampah mereka.untuk daerah perkotaan, dalam hal ini ibu kota Kabupaten, kegiatan pemilahan sampah memang sudah tersosialisasikan dengan baik, hal ini tampak dengan keterlibatan BUMN yang ada di Kabupaten Pinrang, dan juga kantor kantor di lingkup Pemkab Pinrang yang sudah menerapkan penyediaan dua tempat sampah yang dipisahkan yaitu sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik) yang disimpan dilingkungan kantor, dan di siapkan di sepanjang jalan jalan di ibu kota kabupaten. Demikian pula di sebagian besar masyarakat sudah memiliki dua tempat sampah yang berbeda. Memang sebagian besar masyarakat Pinrang (95 %) dari hasil survey menunjukkan bahwa mereka belujm melakukan pemisahan sampah rumah tangganya, dari grafik diatas dapat dilihat bahwa perbedaan cara pemilahan sampah rumah tangga per klaster sebagian besar tidak melakukan pemilahan, rata rata diatas 95 % bahkan di klaster, seluruh responden tidak melakukan pemilahan sampahnya. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat belum memahami arti pentingnya memilah sampah organik dan anorganik. Dengan demikian perlu lebih banyak disosialisasikan pentingnya pemilahan sampah yang bisa dimanfaatkan, juga untuk menghindari pencemaran lingkungan akibat pembuangan sampah yang tidak terpisah. Dalam pelayanan kegiatan persampahan, personil yang bekerja dan menjadi bagian dari tim terdiri atas beberapa tugas, antara lain adalah : () Tukang sapu jalan, ()Petugas motor sampah tiga roda, () Petugas truk sampah (sopir dan pengangkut sampah), (4) Petugas truck armroll, dan (5) Petugas TPA.

78 69 Tabel.0 Personil Persampahan No. Jenis Petugas Tukang Sapu. Petugas Motor Sampah Roda 8. Petugas Truck Sampah Petugas Truck Armroll Petugas TPA 4 Pengontrol Kebersihan Kota 6. Jumlah (orang) 44 Keterangan Masingmasing tukang sapu dibekali dengan unit gerobak sampah. orang pengendara dan orang awak motor Satu truck sampah terdiri atas orang sopir dan awak truck orang petugas bertugas mencatat data sampah yang masuk. Sumber: Dinas KPK Kabupaten Pinrang, 0 Tabel. Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan FUNGSI Perencanaan Menyusun Target Pengelolaan Sampah skala kabupaten Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target Pengadaan Sarana Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Membangun sarana pengumpulan dari sumber sampah ke TPS Membangun sarana penampungan sampah (TPS) Membangun saranapengangkutan sampah dari TPS ke TPA Membangun sarana TPA Pengelolaan Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Mengelola sampah di TPA Melakukan pemilahan sampah Melakukan penarikan retribusi sampah Memberikan izin pengelolaan sampah Pengaturan dan Pembinaan Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kab. Swasta Masyarakat

79 70 Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Monitoring dan Evalusi Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persamapahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan Sumber : Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Pinrang, dan Dinas terkait Keterangan : = Ada = Tidak ada Tabel. Peta Peraturan Persampahan Kabupaten Pinrang Peraturan Ketersediaan Ada Tdk Ada Air Limbah Domestik Target Capaian Pelayanan Pengelolaan persampahan kab/kota Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam pemberdayaan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediaan tempat sampah di hunian rumah dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor/unit usaha di kawasan komersial/fasilitas sosial/fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah dari TPS ke TPA Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Retribusi pengelolaan sampah atau kebersihan Pelaksanaan Efektif Belum dilaksanakan efektif dilaksanaka n Tidak efektif dilaksanak an Keteranga n Sumber: Dinas KPK Kab. Pinrang, 0 Keterangan : = Ada = Tidak ada

80 7 Gambar.9 Kelembagaan Pengelolaan Persampahan.. Sistem dan Cakupan Pelayanan Dalam memaksimalkan pelayanan pengelolaan persampahan perkotaan di Kabupaten Pinrang, dibutuhkan arahan yang tepat, bukan hanya pada kebutuhan akan pendanaan tetapi juga adalah bagaimana pengelolaan kegiatan pelayanan yang terdiri atas beberapa kegiatan utama, antara lain adalah pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Sistem pengelolaan sampah yang ideal setidaknya seperti yang terlihat pada gambar berikut ini. Gambar.0 Diagram Sistem Pengelolaan Persampahan

81 7 Sementara sistem pengumpulan dan pengelolaan sampah yang baik/ideal adalah adanya prilaku pemilahan secara selektif terhadap material sampah yang akan dibuang atau dikelola, seperti terlihat pada Gambar berikut. Gambar. Pengelolaan Sampah Komunal R Pelayanan persampahan di Kabupaten Pinrang saat ini mencakup wilayah perkotaan saja, yang berada di dua wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Watang Sawitto dan Kecamatan Paleteang. Pada dua kecamatan ini, tidak semua terlayani oleh kegiatan persampahan, karena terkait dengan keberadaan aksesibilitas, prasarana dan sarana yang belum cukup serta keberadaan beberapa wilayah tersebut yang tidak termasuk dalam bagian wilayah kota. Hingga saat ini cakupan wilayah pelayanan kegiatan persampahan baru melayani (sebelas) kelurahan saja. Untuk Kecamatan Watang Sawitto terdiri atas 6 (enam) kelurahan, sedangkan untuk Kecamatan Paleteang terdiri atas 5 (lima) kelurahan saja. Wilayah pelayanan persampahan ini digambarkan pada tabel..

82 7 Tabel. Jumlah Penduduk & KK Untuk Pelayanan Persampahan di Kota Pinrang Tahun No Wilayah Pelayanan Kecamatan Watang Sawitto. Kel. Sawitto Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga 0 Ket Kel. Jaya. Kel. Penrang 4. Kel. Maccorawalie Kel. Bentengge Kel. Salo Jumlah Ket Kecamatan Paleteang. Kel. Laleng Bata Kel. Temmasarangnge Kel. Pacongang Kel. Macinnae Benteng Sawitto Jumlah Sumber: Dinas KPK Kab. Pinrang, 0 Dari seluruh Kepala Keluarga (KK) yang ada di wilayah pelayanan, tidak semua terlayani oleh pelayanan persampahan. Maksudnya disini adalah, walaupun masingmasing RT memproduksi sampah (sampah rumah tangga) setiap harinya, hanya sebagian RT saja yang dilayani, biasanya pada ruas jalan yang dekat/bisa dijangkau dan dilalui oleh truk sampah saja. Akibatnya adalah masih ada sebagian besar RT yang tidak terangkut sampahnya setiap hari. RT yang tidak terangkut sampahnya oleh truck sampah ini biasanya akan membuang sampahnya pada beberapa kontainer yang disediakan, gerobak sampah serta tempat sampah yang disediakan di tepi jalan. Jumlah KKyang terlayani oleh pelayanan persampahan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Aktivitas masyarakat Pinrang yang cukup tinggi saat ini, terutama di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Watang Sawitto dan Kecamatan Paleteang, membawa pengaruh tersendiri terhadap volume sampah yang di hasilkan, termasuk jenis sampahnya sendiri. Berdasarkan data yang ada, ratarata volume sampah yang di hasilkan setiap hari adalah 50 m/hari, dan volume yang besar ini yang harus di angkut oleh 4 unit truk pengangkut sampah dan unit truck armroll. Pelayanan persampahan di Kota Pinrang saat ini didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana yang kondisinya masih kurang layak, hal ini dikarenakan usia kendaraan yang sudah tua, ditambah lagi dengan jumlahnya yang sedikit, sehingga dalam pelaksanaan operasionalnya memiliki beban yang lebih berat, sehingga memberikan pengaruh pada keadaan dan kondisinya. Jumlah sarana dan prasarana persampahan di Kota Pinrang saat ini terdiri atas unit gerobak sampah, 9 unit motor sampah, unit truck sampah serta 4 unit truck armroll, yang kesemuannya beroperasi untuk kawasan perkotaan dengan ritasi yang berbedabeda.

83 74 Data jumlah dan kondisi sarana dan prasana persampahan untuk mendukung pelayanan di Kota Pinrang ini dapat dilihat pada tabel. Tabel.4 Jumlah Sarana dan Prasarana Persampahan Tahun 0 No Jenis Alat Angkut Jml Kapasitas per Rit Unit (m). Gerobak Sampah,0. Motor Sampah 9,0 4. Truck Sampah 5,0 4. Truck Armroll 4 5,0 4 Sumber: Dinas KPK Kabupaten Pinrang, 0 Ket Beberapa sarana dan prasarana pendukung kegiatan pelayanan persampahan di Kota Pinrang dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar. Kendaraan Operasional Persampahan Truck Sampah Truck Amrol Truck Sampah Motor Sampah Jumlah truk sampah yang melayani pengangkutan sampah setiap harinya sebanyak 7 (tujuh) unit, dengan jumlah wilayah pelayanan adalah (sebelas) kelurahan. Setiap hari, satu unit truk sampah melayani dua kelurahan, dengan volume sampah yang diangkut adalah sebanyak 5 m setiap sekali angkut dan pelayanan pengangkutannya dilakukan sebanyak empat kali dalam sehari untuk setiap satu truk sampah. Jadi secara keseluruhan, total volume sampah yang diangkut satu truk sampah adalah 0 m sampah. Untuk kelurahan yang dilayani oleh truk sampah, jadwal pengangkutannya tidak dilakukan setiap hari, hal ini terjadi karena keberadaan truk sampah yang hanya berjumlah (sebelas) unit. Akibatnya adalah, sampah yang sehari tidak terangkut, akan menumpuk dan menyebabkan volumenya menjadi dua kali lipat. Lamanya proses pengangkutan, karena kondisi wilayah pelayanan yang cukup luas, juga dikarenakan jarak tempuh menuju TPA menghabiskan waktu sekitar 0 menit, sehingga kesemuanya berdampak pada banyak trip yang harus dilakukan oleh truk sampah, yaitu ratarata sebanyak 4 kali sehari. Jadwal pengangkutan sampah oleh truck sampah pada wilayah pelayanan dapat dilihat pada tabel. berikut ini.

84 75 Tabel.5 Jadwal Pengangkutan Sampah Perkelurahan JADWAL Truck Truck Truck Truck Truck Truck Truck SENIN DD. 90 N Penrang DD 907 N Sawitto, DD 905 N Jaya DD 90 N Sawitto DD 98 N Bentengnge DD 8004 N Jaya DD 900 N Macinnae SELASA Pacongang Laleng bata Sawitto Corawalie Sawitto Corawali Pacongang RABU corawali Tammassarange Jaya Jaya Pacongang Jaya Corawali KAMIS Pinrang Sawitto, Sawitto Sawitto Bentenge Corawali Macinnae JUM'AT Pacongang Laleng bata Jaya Corawalie Sawitto Jaya Pacongang SABTU Corawali Tammassarange Sawitto Jaya Pacongang Corawali Corawali Sumber: Dinas KPK Kabupaten Pinrang, 0 Tabel.6 Lanjutan Jadwal Pengangkutan Sampah Perkelurahan JADWAL HARI SENIN SELASA RABU KAMIS JUM'AT SABTU Truck Truck Truck Truck DD 80 N Pinrang Sawitto Pinrang Sawitto Pinrang Sawitto DD 800 N Pinrang Pacongang Pinrang Pacongang Pinrang Pacongang DD 800 N Maccorawalie Jaya Maccorawalie Jaya Maccorawalie Jaya DD 804 N Laleng Bata Laleng Bata Laleng Bata Laleng Bata Laleng Bata Laleng Bata Sumber: Dinas KPK Kabupaten Pinrang, 0 Sistem pengangkutan sampah dengan truck sampah dalam melayani kegiatan persampahan di Kota Pinrang saat ini adalah dilakukan dengan cara sebagai berikut : Truck sampah mengambil sampah yang telah diletakkan oleh penduduk di depan jalan yang dilalui oleh truck. Setelah penuh sampah di bawa ke TPA. Demikian seterusnya sampai sampah semuannya terangkut.

85 76 Gambar. Pola Pengangkutan Truck Sampah di Kota Pinrang Sampah yang telah dipilah oleh penduduk pada masingmasing wilayah pelayanan, selanjutnya dilakukan proses pengumpulan. Proses ini dilakukan dengan kegiatan pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah dalam hal ini adalah wilayah pelayanan (RT, RW atau Kelurahan) yang ada di Kota Pinrang untuk kemudian di bawa ke tempat pembuangan sementara (kontainer/tps). Beberapa jenis tempat pengumpulan sampah di Kota Pinrang tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar.4 TPS Pada Kawasan Pemukiman Selain diangkut oleh truck sampah, pengangkutan sampah pada beberapa lokasi dalam kota, juga dilakukan dengan truck armroll, dengan jadwal pengangkutan sampah oleh truck armroll pada wilayah pelayanan dapat dilihat pada tabel.5 berikut ini.

86 77 Tabel.7 Jadwal Pengangkutan Sampah oleh Armrol NO. NOPOL DD 900 N LOKASI CONTAINER Pasar Kecamatan Duampanua Kecamatan Lanrisang Kecamatan Mattiro Bulu KETERANGAN Sampah diangkut setiap hari. DD 900 N Pengangkutan dilaksanakan tiga kali dalam seminggu. DD 907 N Terminal Asrama BTN Kantor Bupati Kantor Polres BTN PEPABRI Kantorkantor Pasar sentral Kabupaten Pinrang 4 DD 900 N Pengangkutan dilaksanakan tiga kali dalam seminggu Pengangkutan dilakukan setiap Malam. Sumber: Dinas KPK Kabupaten Pinrang, 0 Pada proses ini, truck armroll mengangkut sampah pada kontainer yang diletakkan pada masingmasing wilayah (kelurahan). Hal yang sama juga dilakukan oleh trukc sampah terhadap sampah yang diletakkan di pinggir jalan di masingmasing rumah penduduk. Sistem pengangkutan ini dilakukan dengan pengaturan ritasi, yaitu mengangkut sampah tidak sekaligus dalam sekali pengangkutan, karena volume truk yang tidak cukup besar menampung sampah yang ada. Pengangkutan ini dilakukan dalam hanya dalam dua kali jalan, karena adanya armada truck yang memadai. Pada masingmasing wilayah pelayanan (kelurahan), truck sampah dan truck armroll hanya mengangkut sampah pada satu kelurahan saja. Secara detail arahan sistem pengangkutan sampah dengan armroll dalam melayani kegiatan persampahan di Kota Pinrang dilakukan dengan tiga cara yaitu sebagai berikut :. Sistem pengosongan kontainer angkat, dengan proses pengangkutan sebagai berikut : Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula. Menuju kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula. Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

87 78 Gambar.5 Pola Kontainer Angkat. Sistem pengosongan kontainer angkat, dengan proses pengangkutan sebagai berikut : Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA. Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi kedua untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA. Demikian sterusnya sampai rit terakhir. Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju lokasi kontainer pertama, kemudian kendaraan tanpa kontainer menuju pool. Gambar.6 Pola Kontainer Angkat. Sistem pengosongan kontainer angkat, dengan proses pengangkutan sebagai berikut : Kendaraan dari poll dengan membawa kontainer kososng menuju lokasi kontainer isi untuk mengganti atau mengambil dan langsung membawanya ke TPA. Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kontainer isi berikutnya. Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

88 79 Gambar.7 Pola Kontainer Angkat Volume sampah yang cukup besar ini, oleh truck pengangkut akan di timbun dan di buang di TPA, dengan besar timbulan sampah yang ditangani per tahun hanya sepertiga dari keseluruhan timbulan, yaitu ± m/tahun, dari jumlah total timbulan sampah sebesar m/tahun. Selanjutnya sampah yang diangkut oleh truck sampah dan truck armroll dari wilayah pelayanan dibawa ke TPA Malimpung untuk dilakukan dilakukan pengolahan selanjutanya dengan proses pemadatan. Besarnya volume sampah yang di hasilkan, serta banyaknya timbunan sampah yang ada di TPA Malimpung, pengolahannya dilakukan dengan cara pemadatan dan control landfill saja. Pada waktuwaktu tertentu, untuk mengurangi volume sampah, beberapa jenis sampah dipilah kemudian dilakukan penumpukan untuk di bakar. Tempat pembuangan akhir sampah untuk wilayah Kabupaten Pinrang lokasinya berada di Desa Malimpung Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang dengan jarak dari pusat kota ± 0 km, dengan luas lahan 5,40 Ha. Dari luas keseluruhan luas lahan yang ada, lahan yang terpakai untuk tempat pembungan sampah baru mencapai Ha. Berdasarkan rencana yang dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Pinrang pada awal pembuatannya, umur TPA direncanakan penggunaannya sampai 0 tahun. Hingga saat ini, TPA Malimpung sendiri telah digunakan selama tahun. Gambar.8 Prilaku Pengelolaan Sampah Tidak Sehat

89 80 Peta. Daerah Layanan Sampah Kabupaten Pinrang Sumber: Dinas KPK Kab. Pinrang

90 8.. Kesadaran Masyarakat dan PMJK Masyarakat sebagai obyek utama dari kegiatan pelayanan persampahan, pada sisi lain juga mempunyai peran yang cukup penting, yang sangat dibutuhkan sebagai feadback dalam memaksimalkan pelayanan yang diwujudkan dalam bentuk kesadaran dan kerjasama yang baik dalam kegiatan pengelolaan sampah perkotan. Sampah yang dihasilkan oleh penduduk setiap harinya di Kota Pinrang, sebelum dibuang atau dibawa ke tempat pembuangan juga telah ada yang merintis dengan lakukan pemilahan terlebih dahulu. Pemilahan ini merupakan suatu kegiatan dengan pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai jenis, jumlah dan atau sifat sampah tersebut, meskipun belum menyentuh sebagian besar masyarakat kota. Pemilahan ini dilakukan sendiri oleh masingmasing rumah tangga tertentu yang memiliki kesadaran penuh tentang pengelolaan sampah, yaitu dengan memisahkan antara sampah organik dan sampah an organik kemudian menggunakan wadah yang ramah lingkungan, dengan pembedaan warna. Jika menggunakan wadah plastik, maka bahan dasarnya ramah lingkungan dalam artian bisa terurai oleh bakteri, kemudian diperjelas lagi dengan pembedaan warna. Pemilahan dengan menggunakan tempat sampah sederhanapun diupayakan oleh pemerintah kabupaten, akan tetapi pelaksanaannya belum seluruhnya sesuai harapan, yaitu engan memilah antara sampah organik dengan an organik, dengan wadah yang adapun dibedakan warnanya. Seperti pada gambar berikut ini. Gambar.9 Wadah Pemilahan Sampah Skala Individu Gambar.0 Wadah Pemilahan Sampah Skala Lingkungan

91 8 Melalui penyediaan sarana pengumpul sampah tersebut diharapkan sampah yang telah dipilah yang diletakkan di halaman/depan rumah, ditempat yang bisa dijangkau oleh kendaran operasional persampahan, atau sampah tersebut langsung di bawa ke kontainer sampah pada masingmasing kelurahan untuk kemudian di angkut ke TPA. Selain melalui kegiatan pemilahan sampah, kerjasama dan keterlibatan langsung yang dilakukan oleh masyarakat Kota Pinrang saat ini adalah melalui pembayaran retribusi sampah di 9 (sembilan) kelurahan dan desa yang ada di Kecamatan Pinrang dan Woja, yang dilalui oleh truck sampah dan petugas penyapu jalan. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 00 tentang Retribusi Kebersihan di Kabupaten Pinrang, terdapat pembagian/klasifikasi jenis retribusi yang harus dibayar oleh masyarakat, berdasarkan jenis bangunan dan kegiatan usaha yang dilakukan. Kebijakan ini cukup efektif meskipun pelaksanaannya ditingkat masyarakat belum optimal. Berikut pembagian/klasifikasi jenis retribusi persampahan di Kota Pinrang. Tabel.8 Jenis Retribusi Sampah No Jenis Kegiatan.. Rumah tinggal Rumah susun perpintu dan dan rmh sangat sederhana Hotel/Penginapan Restorant/Rumah Makan/cafe Toko lt dan Toko dan Rumah Kediaman Kios Bengkel Kecil Bengkel Besar Gedung serbaguna Rumah Sakit umum type C Perkantoran / dinas, badan, Kecamatan/kelurahan/desa Kantor swasta sedang (bank, telkom, PLN) Besar Retribusi (Rp/bulan).500,.500, Keterangan ,0.000,5.000,0.000,0.000,5.000,50.000,5.000,50.000,00.000,5.000,00.000, Sumber: Dinas KPK Kab. Pinrang, 0 Mulai tahun 0, Pemerintah Kabupaten Pinrang telah melakukan revisi terhadap perda tersebut, dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 0 tentang Retribusi Kebersihan, dimana terjadi perubahan besar retribusi yang harus dibayarkan oleh masyarakat berdasarkan jenis bangunan dan kegiatan yang dilakukannya. Berikut adalah tabel retribusi sampah berdasarkan peraturan daerah terbaru.

92 8 Tabel.9 Jumlah Retribusi Sampah Tahun 0 No Jenis Kegiatan.. Rumah Tinggal Rumah susun perpintu dan dan rmh sangat sederhana Hotel/Penginapan Restorant/Rumah Makan/cafe Toko lt dan Kios Penjualan/los/warung Toko lt dan Toko dengan Rumah Kediaman (ruko) Bengkel kecil Bengkel Besar Gedung serbaguna Rumah Sakit umum type C Perkantoran / dinas, badan, Kecamatan/kelurahan/desa Kantor swasta sedang (bank, telkom, PLN) Besar Retribusi (Rp/bulan).500,.500, Keterangan ,0.000,5.000,.000,5.000,0.000,5.000,50.000,5.000,50.000,00.000,5.000,00.000, bulan bulan bulan hari bulan Bulan Bulan Bulan bulan bulan bulan Bulan bulan bulan bulan Sumber: Dinas KPK Kabupaten Pinrang, 0 Untuk mendukung dan memperlancar kegiatan penarikan retribusi pada masyarakat yang terlayani oleh petugas sampah (truck sampah dan penyapu jalan) maka dalam perencanaannya retribusi tersebut di tagih oleh melalui rekening PLN masyarakat. Pengelolaan sampah dilingkungan masyarakat, baik ditingkat desa/kelurahan, kecamatan, dan kabupaten dapat dijelaskan bahwa prilaku pemilahan sampah mulai dari hunian, TPS hingga ke TPA belum berkembang sebagaimana diharapkan, meskipun upaya sosialisasi dan dukungan penyediaan sarana dari SKPD terkait kait telah dilakukan. Pengangkutan sampah dari hunian ke TPS hingga ke TPA sudah dilakukan khususnya di perkotaan, sementara di perdesaan belum dilakukan. Pengolahan sampah di daerah perdesaan umumnya dilakukan dihunian masingmasing, biasanya melalui pembakaran. Berikut ini ditampilkan gambaran tentang perkembangan prilaku pengelolaan sampah secara umum dilakukan di kota Pinrang. Tabel.0 Pengelolaan Persampahan di Tingkat Desa/Kelurahan/Kecamatan No Jenis Kegiatan. Pengumpulan Sampah dari Rumah Pemilahan Sampah di TPS Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan Sampah ke TPA Pemilahan Sampah ke TPA Para Penyapu Jalan Dikelola Oleh Masyarakat Lurah/Desa/Kec. Swasta Keterangan X X Sumber: Dinas KPK Kabupaten Pinrang, 0 Keterangan : + = ada X = tidak ada

93 84 Tabel. Pengelolaan Persampahan di Tingkat Kabupaten/Kota No Jenis Kegiatan Dikelola Oleh Masyarakat Sektor Formal Pemkab/Pem kot Pengumpulan Sampah dari Rumah Pemilahan Sampah di TPS Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan Sampah ke TPA Pemilahan Sampah ke TPA Para Penyapu Jalan X X Swasta Sumber: Dinas KPK Kabupaten Pinrang, 0 Keterangan : + = ada = tidak ada Dukungan program/proyek berbasis masyarakat seperti program dana Hibah, LSM, dunia usaha sejauh ini belum ada di kabupaten Pinrang, yang ada baru sebatas program pemerintah daerah sebagaimana diuraikan di atas. Tabel. Daftar Program/Proyek Layanan Persampahan yang Berbasis Masyarakat Kondisi Sarana Saat ini Aspek PMJK No. Sub Sektor Nama Program/Proy ek/layanan Pelaksa naan Tahun Mulai Fungsi Tidak Fungsi Rusak PM JDR MBR Tidak ada Catatan: data tidak tersedia...4 Pemetaan Media Sebagai bagian dari proses pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat pada kawasan perkotaan, maka untuk menunjang dan mendukung optimalisasi kegiatan pengelolaan persampahan, Pemerintah Kabupaten Pinrang melalui Dinas KPK Kabupaten Pinrang yang bertanggung jawab dan bertugas dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan persampahan telah melakukan kerjasama dengan beberapa media informasi yaitu media cetak (koran) dan radio. Kerjasama ini baru dilakukan sebatas kebutuhan program/proyek, yaitu sosialisasi dalam bentuk kegiatan dan pelayanan yang diberikan oleh para petugas kebersihan, jumlah retribusi serta beritaberita terkait lainnya. Media cetak (koran) yang bekerja sama dengan Dinas KPK Kabupaten Pinrang beberapa tahun terakhir adalah Koran Pare Pos dan Sedangkan untuk media radio, yang pernah mempunyai kerja sama adalah Radio Susia FM yang berada di Kota Pinrang. Tabel. Kegiatan Komunikasi di Kabupaten Pinrang : Pengelolaan Sampah No. Kegiatan. Sosialisasi Tahun 0 Dinas Pelaksana Dinas KPK Tujuan Kegiatan Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sampah Khalayak Sasaran masyarakat Pesan Kunci Pengelolaan sampah yang baik dan benar Pembelajaran Tumbuhnya kesadaran dan kepedulian Sumber: Dinas KPK Kab. Pinrang

94 85 Tabel.4 Media Komunikasi yang ada di Kabupaten Pinrang : Pengelolaan Sampah No. Nama Media A.. Media Elektronik Radio FM B.. Media Cetak Pare Pos Jenis Acara Terkait Air Limbah Isu yang Diangkat Pesan Kunci Pendapat Media Tidak Ada, hanya acaraacara umum dan berita daerah Umum Umum Umum Sumber : Dishub Infokom & Humas Setda Pinrang Tabel.5 Kerjasama yang terkait Sanitasi : Pengelolaan Persampahan No.. Kegiatan Sosialisasi Jenis Kegiatan Sanitasi Sosialisasi pengelolaan sampah Mitra Kerjasama Kerjama sama dengan bagian HUKUM Bentuk Kerjasama Kemitraan Sumber: Dinas KPK Kabupaten Pinrang, 0 Tabel.6 Daftar Mitra Potensial untuk Pengelolaan Sanitasi : Pengelolaan Persampahan No.. Nama Mitra Belum Ada Jenis Kegiatan Sanitasi I Bentuk Kerjasama Sumber: Dinas KPK Kab. Pinrang, 0..5 Partisipasi Dunia Usaha Dalam pengelolaan kegiatan pelayanan persampahan, selayaknya selain menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, dalam hal ini adalah Pemerintah Kabupaten Pinrang khususnya Dinas KPK juga bisa dikelola melalui kegiatan kemitraan dengan dunia usaha. Sampah yang dihasilkan setiap harinya, yang terdiri atas sampah organik dan anorganik, sebelum di bawa ke tempat pemrosesan akhir, seharusnya bisa dipilah terlebih dahulu untuk kemudian di olah kembali sebagai bagian dari proses daur ulang. Dan kegiatan ini bisa melibatkan dunia usaha, karena memiliki prospek bisnis yang cukup menjanjikan. Saat ini, di Kabupaten Pinrang program kemitraan antara Pemerintah Kabupaten dengan dunia usaha belum ada. Tetapi, embrio awal dari proses kemitraan ini telah dilakukan oleh para petugas truck sampah, dimana para petugas tersebut, ketika mengumpulkan sampah untuk di angkut ke atas truck telah melakukan pemilahan terlebih dahulu terhadap sampah yang ada. Para petugas mengumpulkan sampah jenis sampah plastik seperti botol air mineral, botol kaca, kardus bekas dan besibesi rongsokan yang kemudian dijual ke pengepul yang siap menampung barangbarang bekas tersebut.

95 86 Peluang ini telah dimanfaatkan secara individu oleh para petugas, yang seharusnya bisa menjadi potensi awal dalam membina kemitraan dengan dunia usaha dalam pengelolaan persampahan, yang pada akhirnya nanti tidak hanya dalam hal pemilahan barangbarang bekas saja, tetapi juga bisa dalam hal pengembangan kegiatan pengomposan, penyediaan armada kendaraan serta pengelolaan persanpahan di TPA. Pengepul sebenarnya termasuk kelompok usaha yang cukup memberi andil, meskipun berorientasi bisnis. Tabel.7 Penyedia Layanan Pengelolaan Persampahan yang ada Di Kabupaten Pinrang No. Nama Provider Belum Ada Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan Catatan : Dinas KPK Kab. Pinrang, 0..6 Pendanaan dan Pembiayaan Dari segi pengelolaan kegiatan kebersihan dilaksanakan dalam beberapa bentuk pekerjaan, mulai dari sistim pengumpulan sampah, pengangkutan hingga pengelolaan di tempat pembuangan akhir. Dengan pembiayaan dan pendanaannya dalam lima tahun terakhir, anggaran yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Pinrang untuk kegiatan pengelolaan kebersihan juga mengalami perubahan yang sangat signifikan di setiap tahunnya. Pendanaan kegiatan persampahan di Kabupaten Pinrang terlihat dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 008 jumlah anggaran untuk kegiatan pengelolaan kebersihan adalah Rp. 80,000,000. Pada tahun 009 mengalami peningkatan menjadi Rp , Kemudian tahun berikutnya, yaitu tahun 00 Rp. 50,990,000, Serta pada tahun 0 sebesar Rp ,.Untuk jumlah pendaaan bagi kegiatan pengelolaan kegiatan kebersihan di Kabupaten Pinrang dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel.5 berikut ini. Tabel.8 Ringkasan Pendapatan dan Belanja dari Sub Sektor Pengelolaan Persampahan No Tahun Ratarata Belanja (Rp) 80,000,000,00,000,000,50,990,000,,000,000,0,747,500, Retribusi (Rp),876,500,.67,50,5,65,000,90,74,000, Sumber : Dinas KPK Kab. Pinrang Tahun0

96 87..7 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Secara khusus isu strategis dan permasalahan pengelolaan persampahan di Kota Pinrang saat ini adalah sebagai berikut : Kapasitas Pengelolaan Sampah. Hal ini berkaitan dengan bertambah besarnya timbulan sampah setiap tahunnya yang tidak diikuti dengan ketersediaan prasarana dan sarana yang memadai. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan konsumsi masyarakat secara umum berdampak pada perubahan komposisi dan karakteristik sampah yang dihasilkan. Rendahnya kualitas dan tingkat pelayanan pengelolaan persampahan yang disebabkan keterbatasan sarana dan prasarana, yang berimbas pada akses pelayanan bagi masyarakat yang kurang maksimal, seperti pola pengangkutan, proses pengolahan dan pengelolaan TPA. Kemampuan kelembagaan yang ada saat ini hanya dikelola dan dilaksanakan oleh Dinas KPK Kabupaten Pinrang. Kemampuan pembiayaan terhadap pengelolaan persampahan masih cukup rendah, hal ini terlihat dari jumlah pendanaan yang disediakan setiap tahunnya masih di bawah 5 % dari total anggaran APBD. Hal ini karena kegiatan persampahan tidak termasuk program perioritas. Peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasata dalam bentuk pengelolaan persampahan berbasis masyarakat (community base) masih belum dilaksanakan secara optimal, sehingga berimbas pada tidak terolahnya potensi sampah yang ada. Tidak adanya investasi dunia usaha/swasta dalam pengelolaan persampahan saat ini. Peraturan perundangan dan lemahnya penegakan hukum dalam kegiatan pengelolaan kebersihan kawasan perkotaan, dimana Peraturan Daerah yang dikeluarkan hanya mengatur jumlah dan besarnya retribusi yang harus dibayarkan oleh masyarakat, tanpa adanya aturan dan ketentuan teknis dalam kegiatan kebersihan kota. Pokokpokok permasalahan pengelolaan persampahan dikabupaten Pinrang, sebagai berikut : Persoalan persampahan perkotaan saat ini cukup menyita perhatian, tidak hanya oleh pemerintah saja, tetapi juga oleh seluruh komponan masyarakat sebagai pemberi andil dalam produksi sampah. Hal ini tidak lepas dari dampak yang ditimbulkan oleh sampah itu sendiri yang membutuhkan pengelolaan yang komprehensif, menyeluruh, bersinergi dan sustainable. Pengumpulan dan pembuangan sampah perkotaan sejak dahulu dianggap merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Seiring perkembangan kawasan perkotaan yang cukup pesat, lonjakan jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan aktifitas masyarakat yang semakin kompleks serta aktifitas sosial lainnya, menimbulkan pergeseran pola pikir bahwa masyarakat juga mempunyai tanggung jawab besar dan memiliki peranan penting serta terkoordinasi untuk membentuk dan membuat suatu sistem penanganan sampah yang efisien dan efektif. Saat ini dibeberapa kota, termasuk di Kota Pinrang, pengelolaan persampahan hanya menjadi prioritas kedua. Tenaga ahli yang masih kurang, perencanaan dan fungsi pengawasan yang sangat lemah serta pendanaan yang tidak proporsional membuat pengelolaan persampahan sangat memprihatinkan dan kurang efisien. Pengumpulan yang tidak memadai, dimulai pada tingkat individu masyarakat, rumah tangga, sampai wilayah terkecil, kemudian penanganan akhir dari semua produksi sampah yang ada masih kurang benar dan tidak maksimal, baik sampah perkotaan maupun jenis sampah lainnya bisa mengancam kesehatan masyarakat, mengurangi keindahan dan kenyamanan kawasan perkotaan serta menurunkan derajad kebersihan lingkungan perkotaan. Salah satu masalah utama yang menjadi penghambat dalam pengelolaan persampahan di wilayah perkotaan adalah biaya operasional yang tinggi, yang diperparah lagi oleh produktivitas yang rendah mengakibatkan beban keuangan yang berat pada pemerintah daerah. Situasi ini, akan semakin diperburuk lagi oleh kurang efektifnya kebijakan dan strategi secara nasional untuk jangka pendek dan panjang dalam pengelolaan persampahan. Sebagai imbas dari kurang memadainya sarana dan prsarana pendukung kegiatan pengelolaan persampahan, yaitu keterbatasan jumlah truk pengangkut sampah, yaitu hanya (sebelas) truk yang melayani kelurahan, mengakibatkan tidak maksimalnya pelayanan setiap harinya. Tidak hanya berimbas pada lamanya proses pengangkutan saja, tetapi juga mengakibatkan kurang maksimalnya sampah yang terangkut.

97 88 Dari segi pengolahan sampah di TPA Malimpung, tumpukan sampah dari truk pengangkut sangat tidak teratur dan tidak merata disemua tempat. Hal ini disebabkan banyaknya tumpukan sampah sehingga akses masuk sangat untuk sulit dilalui. Kondisi ini memerlukan alat untuk memindahkan, menggali dan menimbun tumpukan sampah, sehingga memudahkan akses masuk truk pengangkut sampah. Disisi lain, karena jadwal pengangkutan yang bergilir dengan berselang satu hari untuk setiap kelurahan, berakibat pada meningkatnya volume sampah kali lipat dari yang seharusnya. Karena sampah yang tidak terangkut hari ini, akan menambah jumlah volume sampah yang harus diangkut esok harinya. Dampak lain yang ditimbulkan adalah, komposisi dan model pengakutan sampah yang melebihi kapasitas truk sampah, yang kadang mengakibatkan tumpukan sampah yang melebihi kapasitas bak truk hingga sering kali sampah tercecer dijalan. Jika terjadi kondisi yang tidak diharapkan, seperti pohon tumbang, pemangkasan pohon pinggir jalan, angin puting beliung yang menimbulkan tumpukan sampah yang banyak, maka sampah yang ditinggalkan tidak akan langsung di angkut, karena harus menunggu selesainya pengangkutan pada masingmasing kelurahan sesuai jadwal yang sudah tersusun. Tumpukan sampah tersebut baru diangkut pagi harinya atau bahkan beberapa hari kemudian. Melihat keberpihakan anggaran yang bersumber dari APBD II terhadap kegiatan pengelolaan persampahan yang cukup minim, maka sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja pelayanan, mengingat kebutuhan sarana dan prasarana penunjang yang tidak bisa terpenuhi karena jumlah pendanaan yang kurang..4 Pengelolaan Drainase Lingkungan Fungsi saluran drainase lingkungan adalah : Mengeringkan bagian wilayah kota/lingkungan dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif. Mengalirkan air permukaan kebadan air penerima terdekat secepatnya. Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air). Berdasarkan fungsi pelayanan, sistem drainase lingkungan dibagi menjadi tiga bagian pokok yaitu: a. Sistem drainase lokal Yang termasuk dalam sitem drainase lokal adalah sistem saluran awal yang melayani suatu kawasan permukiman tertentu seperti kompleks permukiman, areal pasar, perkantoran, areal industry dan komersial. Sistim ini melayani area kurang dari 0 ha. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat, pengembang atau instansi lainya. Sistem drainase utama Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran drainase primer, sekunder, dan tersier beserta bangunan kelengkapannya yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat. Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab pemerintah kota. b. Pengendalian banjir (Flood Control) Adalah sungai yang melintasi wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air sungai, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Pengelolaan pengendalian banjir merupakan tanggung jawab Dinas PU

98 89 Berdasarkan fisiknya, sistim drainase terdiri atas saluran primer, sekunder, dan tersier. a. Sistem saluran primer Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder. Dimensi saluran ini relatif besar. Akhir saluran primer adalah badan pemerima air. b. Sistem saluran sekunder Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran primer. Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan. c. Sistem saluran tersier Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal. Berdasarkan cara kerjanya, sistem saluran drainase lingkungan dibagi atas tiga bagian, yaitu : a. Sistem Drainase Gravitasi Sistem saluran drainase yang mengandalkan ketinggian tempat. b. Sistem Drainase Pompa Sistem pengaliran drainase yang mengandalkan pemompaan. c. Sistem Drainase Kombinasi Merupakan kombinasi sistem gravitasi dan pemompaan..4. Kelembagaan Penanganan pengelolaan saluran drainase lingkungan di kabupaten Pinrang merupakan tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta karya. Pemeliharaan pada prinsipnya diserahkan kepada masyarakat setempat, namun realitas dilapangan porsi terbesar tetap saja menjadi tanggung jawab penuh dari pemerintah daerah. Kelembagaan ditingkat masyarakat hanya bersifat temporer, termasuk ditingkat desa/kelurahan ataupun kecamatan. Dengan fungsi kelembagaan yang masih lemah maka perencanaan program maupun target yang ingin dicapai belum berjalan efektif, perangkat peraturan terkait pengelolaan drianase belum tersedia, hal ini terkait dengan dukungan dana (APBD Kab/Provinsi ataupuan APBN) yang masih sangat minim. Demikian juga dukungan dari dunia usaha belum berkembang sebagaimana diharapkan.

99 90 Tabel.9 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan FUNGSI PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kab. Swasta Masyarakat Perencanaan Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target X X Pengadaan Sarana Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan Pengelolaan Membersihkan saluran drainase lingkungan Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB Pengaturan dan Pembinaan Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan Sumber : Dinas PU Kab.. Pinrang, 0 Keterangan : = Ada = Tidak ada

100 9 Tabel.40 Peta Peraturan Drainase Kabupaten Pinrang Ketersediaan Ada Tdk Ada Peraturan Air Limbah Domestik Target Capaian Pelayanan Pengelolaan Drainase Lingkungan kab/kota saat ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan drainse lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan drainse lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Sumber : Dinas PU Kab. Pinrang, 0 Efektif dilaksanakan Pelaksanaan Belum efektif dilaksanakan Tidak efektif dilaksanakan Keterangan Gambar. Kelembagaan Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan

101 9.4. Sistem dan Cakupan Pelayanan Dilihat dari fungsi layanan drainase lingkungan, sistem dan cakupan pelayanan drainase lingkungan di kabupaten Pinrang belum memenuhi haparan. Pada lingkup wilayah kota (Kota Pinrang), perencanaan dan penyusunan program pada prinsipnya sudah mengacu kepada fungsi layanan drainase, yaitu dari saluran persil/tersier, sekunder dan primer, akan tetapi implementasi di lapangan tidak berkembang sebagaimana diharapkan, sistem pengaliran drainase belum berfungsi secara optimal, yaitu dari saluran persil/tersier ke saluran sekunder hingga ke saluran primer. Pada lingkup wilayah perdesaan sistem saluran drainase lingkungan belum terencana dengan baik, namun untu tahun 0 pemerintah Kabupaten Pinrang sementara menyusun Master Plan Darinase untuk Wilayah di Pedesaan di dua Kecamatan. Hal lain bahwa kepeduliaan masyarakat dalam perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan drainase lingkungan masih sangat rendah, tidak jarang ditemui saluran drainase yang ada bersifat multi fungsi, di antaranya sebagai tempat pembuangan sampah dan air limbah. Kondisi ini memacing terjadinya genangan dan banjir dibeberapa tempat khususnya pada lingkungan permukiman dataran rendah dan padat, utamanya di kota Pinrang. Secara fungsional, sistem saluran drainase lingkungan yang memenuhi standar setidaknya bersumber dari produk input (utamanya air hujan) ditambah dari user interface, diteruskan pada proses pengumpulan/penampungan atau pengolahan awal, pengakutan/pengaliran, pengolahan akhir terpusat (semi) dan pendauran ulang atau pembuangan akhir. Gambar. Diagram Sistem Sanitasi : Drainase Lingkungan. Kondisi dilapangan secara umum menunjukkan, bahwa sistem pengaliran drainase lingkungan di kabupaten Pinrang (perkotaan dan perdesaan) banyak dipengaruhi oleh daya tampung sungai atau saluran drainase yang tidak mampu menampung luapan air hujan (curah hujan tinggi), disamping dipengaruhi dataran rendah, permukiman padat, pengalihan atau tidak berfungsinya sistem saluran yanga ada, dan prilaku buang sampah yang tidak tepat.

102 9 Tabel.4 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan Di Kabupaten Pinrang Input Air Hujan User Interface Penampungan Awal Talang Saluran Persil/ Tersier Pengaliran Saluran Tersier Saluran Sekunder Pengolahan Akhir Pembuangan/ daur Ulang Belum ada IPAL Sungai Nama Aliran Meliputi 7 DAS di kecamatan. Untuk Kota Pinrang meliputi : Sungai Ulutedong Pembuang Salo Pembuangan Ammasangang Pembuangang Jalan Jampu Sumber : Dinas PU Kab. Pinrang, 0 Sejak tahun 008 sampai dengan Tahun 0 realisasi pembangunan fisik saluran drainase lingkungan cukup tinggi. Pada tahun berjalan (0) alokasi anggaran untuk pembangunan saluran drainase mencapai Rp Rp dimana. Pada tahun 0 alokasi anggaran untuk pembangunan drainase diharapkan akan mengalami peningkatan, dimana jika mengacu kepada RPIJM kabupaten Pinrang mencapai Rp,08 Milyar, yaitu meliputi untuk kegiatan perencanaan dan pembangunan fisik. Tabel.4 Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase yang ada di Kabupaten Pinrang Kelompok Fungsi Saluran Tersier Saluran Sekunder Saluran Primer Teknologi yang digunakan Sederhana Semi Teknis Sederhana semi Teknis Alam/Sederhana Jenis Data Sekunder Panjang Saluran Perkiraan (km) Sumber Data Tidak ada data Dinas PU Panjang Saluran Tidak Ada data Dinas PU Panjang Saluran Tidak ada Data Dinas PU Jumlah Sumber : Dinas PU Kab. Pinrang, 0

103 94 Tabel.4 Kondisi Genangan/Banjir Di Kabupaten Pinrang (Data 0) No. Kecamatan/Desa/Kelurahan Luas (km) Tinggi (cm) 0 Lama Genangan (jam) Frekwensi Genangan (per tahun) Ratarata 5 kali per tahun. Perkotaan : Kelurahan Sawitto,Jaya,Penrang,Bentengnge,Macco rawalie,salo,siparappe,sipatokkong,lbat a,bs,macinnae,mamminasae,temmasara ngge,pacongang,marawi,tiroang,mt.dec eng,fakkie,tadokkong,betteng,data,bitto eng,lampa,pekkabata,tatae,cempa,tep po,benteng,maccirinna,tonyamang,lang a,pallameang,lanrisang,manarang, Padaidi,Tellumpanua, Wt.Suppa.Wt.Kassa 4,6. Perdesaan : Lero,U.Labuang,Wiringtasi,Tasiwalie,Mari tangngae,wt.pulu,polewali,lotang Salo, Lerang,Samaulu,Mallongilongi,Ammasangang,Barang Palie,Waetuo,Massulowalie,Mattombong, Patobong,Samaenre,MattongengTongeng,SiwolongPolong, Mattiro Tasi, Makkawaru,Alitta,Pananrang,Padaelo,Pa akkalawa,bunga,marannu,tapporang,kas sa,batulappa,kaseralau,paria,kaliang,kat omporang,kaballangan,massewae,maron eng, Bungi,Buttusawe,Tadangpalie,Salipolo,Si kkuale,mattunrutunru,tanratuo,mangki,mt.ade,leppanga n,pincara,padangloang,malimpung,sipatu o,binangan Karaeng,Sabbangparu,Pakeng,Rajang,Le tta,kariango,ulusaddang,benteng Paremba, SaliSali,Suppirang,Lembang Mesakada, Basseang. 77, Ratarata kali per tahun (Curah Hujan Tinggi) Sumber : Dinas PU Kab. Pinrang, 0

104 95 Tabel.44 Kondisi Saluran Drainase Di Kabupaten Pinrang Tahun 0 No. A.... B. Saluran Per Kecamatan Saluran Primer Saluran Sekunder... C. Saluran Tersier... Sumber : Panjang (km) Dimensi RataRata (m) Luas Catchmen Area (km) Tingkat Layanan (%) Konstruksi (%) Kondisi (%) Perman en Tanah Baik Buruk Tinggi Lebar Tidak ada data yang tersedia

105 96 Peta. Kondisi Banjir dan Drainase Lingkungan Saat ini Sumber: Masterplan Dainase

106 97.4. Kesadaran Masyarakat dan PMJK Kepedulian masyarakat tentang pentingnya drainase bagi penyehatan lingkungan permukiman di kabupaten Pinrang masih rendah, hal ini tercermin dari kondisi riil dilapangan, dimana kepemilikan prasarana dan tingkat pengelolaan saluran drainase lingkungan masih jauh diharapkan. pada lingkup perdesaan, sistem prasarana saluran drainase belum memenuhi harapan, sebagian besar lingkungan permukiman desa sudah memiliki saluran sekunder dan ratarata berada pada sisi kirikanan jalan utama, namun sistem pengalirannya ratarata belum terstruktur atau tidak terencana dengan baik. Sebagian besar desa tidak memiliki saluran tersier, sistem penyaluran air hujan dialirkan dari talang/atap rumah ke persil, lalu ke saluran tersier, sekunder hingga ke saluran akhir (sungai, laut), tidak jarang ditemui sistem pembuangan akhirnya tidak jelas, tidak ada koneksi yang terpadu antara sistem saluran tersier ke saluran sekunder, dari saluran sekunder ke saluran primer, sistem pengolahan akhir (IPAL) belum tersedia. Kondisi saluran drainase di lingkungan permukiman desa sebagian besar berupa saluran sederhana atau maksimal semi permanen. Gambar. Pengelolaan Drainase Lingkungan Di lingkungan perkotaan, sekitar 0% lingkungan sudah memiliki sistem saluran yang terstruktur (persilsekunderprimer), meskipun belum menjangkau seluruh lingkungan permukiman, baik di kotakota kecil maupun kota Pinrang, sistem saluran sekunder ratarata sudah tersedia, namun belum didukung dengan sistem pengaliran yang baik yaitu dari saluran tersier ke sekunder hingga ke saluran primer. Sistem saluran persil/tersier tidak terencana atau tidak terimplementasikan secara utuh, demikian juga sistem saluran primer. Di beberapa bagian wilayah kota yang topografinya lebih rendah dari saluran sekunder, sistem pengalirannya mengalami hambatan, sehingga ketika curah hujan tinggi maka kejadian genangan tidak terhindarkan. Pada tabel berikut ditampilkan kondisi umum pengelolaan saluran drainase di kabupaten Pinrang, tidak tersedia data secara kwantitatif, namun secara umum dapat dinyatakan bahwa sistem pengaliran pada saluran drainase yang ada sebagian besar kurang berfungsi sempurna baik di perdesaan maupun perkotaan, pemeliharaan rutin baik oleh pemerintah atau masyarakat belum berjalan dengan baik. Drainase sekunder yang bersifat permanen umumnya dibangun oleh pemerintah kabupaten, saluran semi permanen dan sederhana dibangun dan dikelola oleh pemerintah desa dan masyarakat, sedangkan untuk saluran persil ratarata dikelola masyarakat. Sementara keterlibatan swasta belum ada.

107 98 Tabel.45 Kondisi Saluran Drainase Lingkungan di Tingkat Kecamatan/Desa/Kelurahan No. Kecamatan Jumlah RW Wt. Sawitto Paleteang Tiroang Suppa Lanrisang Mt. Bulu Mt. Sompe Cempa Patampanua Duampanua Lembang Batulappa RT Kondisi Drainase Saat ini Lancar Mampet /Tidak lancar Pembersihan Drainase Tidak Rutin Rutin Pengelola Pemerint ah Desa/ Lurah Masy Swast a Sumber : Dinas PU Kab,Pinrang 0 Program/proyek yang berbasis masyarakat pada dasarnya sudah ada, terutama pada tatanan pengelolaan drainase persil dan sebagian saluran sekunder (khususnya di lingkungan permukiman desa). Belum tersedia data rinci tentang program/proyek pembangunan drainase baik perkotaan maupun perdesaan. Belum ada sistem kelembagaan atau pemisahan yang jelas tentang peran jender dan masyarakat miskin dalam pengelolaan drainase lingkungan. Tabel.46 Daftar Program/Proyek Layanan Drainase Yang Berbasis Masyarakat No. Sub Sektor Drainase Pemb.WC Pemb,WC Pemb.WC Keterangan : PM JDR MBR Nama Program/Pro yek/layanan PNPM PNPM PNPM PNPM Pelaks anaan Tahun Mulai Masyar akat Kondisi Sarana Saat ini Fung Tidak Rusa si Fungsi k Ya Ya Ya Ya Aspek PMJK PM JDR MBR Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya : Pemberdayaan Masyarakat : Jender : Masyarakat berpenghasilan rendah

108 Pemetaan Media Tidak jauh beda dengan masalah sanitasi lainnya, bahwa kerjasama dengan unsur media dalam promosi dan pubilikasi tentang pengelolaan drainase lingkungan belum berjalan efektif, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Kerjasama biasanya dilakukan secara temporer sesuai kebutuhan program/proyek khususnya dari pemerintah. Sejauh ini belum ada kerjasama yang bersifat rutin, beberapa media lokal dan nasional belum dimanfaatkan secara optimal untuk kampanye pengelolaan sanitasi, lebihlebih menyangkut pengelolaan drainase lingkungan termasuk juga air limbah. Potensipotensi lembagalembaga swadaya masyarakat dan dunia usaha dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan layanan sanitasi dan kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sistem sanitasi, khususnya pengelolaan drainase lingkungan. Tabel.47 Kegiatan Komunikasi di Kabupaten Pinrang : Drainase Lingkungan No. Kegiatan. Tahun Tidak ada Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran Catatan : belum ada kerjasama kegiatan komunikasi terkait pengelolaan drainase lingkungan. Tabel.48 Media Komunikasi yang ada di Kabupaten Pinrang: Pengelolaan Sampah No. Nama Media A.. Media Elektronik Radio Susia FM B. Media Cetak Jenis Acara Terkait Air Limbah Isu yang Diangkat Pesan Kunci Pendapat Media Tidak Ada, hanya acaraacara umum dan berita daerah Tidak Ada, hanya acaraacara umum dan berita daerah Umum Umum. Catatan : Dinas Perhubungan & Infokom, Humas Setda Kab. Pinrang Tabel.49 Kerjasama yang terkait Sanitasi : Drainase Lingkungan No. Kegiatan Belum ada Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Bentuk Kerjasam,a.. Catatan : kerjasama pengelolaan drainase lingkungan belum ada Tabel.50 Daftar Mitra Potensial untuk Pengelolaan Sanitasi Drainase Lingkungan No.. Nama Mitra Tidak ada Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama Sumber : Dinas PU Kab Pinrang, 0

109 Partisipasi Dunia Usaha Dukungan dunia usaha dalam pengelolaan drainase lingkungan di kabupaten Pinrang, khususnya drainase sekunder dan primer sejauh ini belum ada. Dukungan kelembagaan yang belum kuat merupakan salah satu indikator yang paling bepengaruh, disamping upaya promosi/publikasi dalam rangka menjaring dukungan semua unsur dalam meningkatkan kepedulian dan kesadaran tentang pengelolaan drainase. Tabel.5 Penyedia Layanan Drainase Lingkungan Yang Ada Di Kabupaten Pinrang No.. Nama Provider Tidak ada. Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan Kelembagaan yang belum kuat, kepedulian yang rendah dalam pengelolaan drainase berpengaruh langsung terhadap dukungan anggaran untuk meningkatkan pelayanan drainase. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa alokasi anggaran untuk pembangunan drainase lingkungan di kabupaten Pinrang sangat kecil, perencanaan program pada tahun 0 tertuang dalam RPIJM kabupaten Pinrang, namun belum ada upaya pencapaian target yang jelas tentang kepastian alokasi anggaran sesuai rencana program. Kondisi di atas menempatkan bahwa pendapatan yang bersumber dari pengelolaan drainase belum berjalan. Realisasi pembangunan drainase di kabupaten Pinrang ada sejak tahun 008 dengan sumber anggaran APBD Kabupaten, dengan total anggaran Rp tersebar di kecamatan, dan alokasi anggaran tahun 0 dengan total anggaran sebesar Rp dengan sumber anggaran APBD Kabupaten, tersebar di kecamatan ini terlihat mengalami penurunan sebesar 0,% dibanding 5 tahun yg lalu. Tabel.5 Ringkasan Pendapatan dan Belanja dari Sub Sektor Pengelolaan Drainase Lingkungan No. Sub Sektor/SKPD A. Belanja Drainase Pembangunan Drainase: B. Retribusi Drainase Lingkungan Ratarata Pertumb uhan (%) 0, Sumber : Dinas PU Kabupaten Pinrang, Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Beberapa isu pokok terkait pengelolaan drainase lingkungan di kabupaten Pinrang, dikemukakan sebagai berikut : Bahwa pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan didukung oleh berbagai prilaku yang beragam dalam kehidupan bermasyarakat membawa dampak terhadap pertumbuhan perumahan/permukiman dengan berbagai aktivitasnya, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positifnya bahwa bertambahnya jumlah penduduk diharapkan proses produksi bagi peningkatan kesejahteraan dan perbaikan lingkungan perumahan/permukiman akan semakin baik, namun dampak negatif tentunya tidak dapat dihindari bahwa pertumbuhan penduduk dengan munculnya berbagai prilaku hidup yang tidak bersahabat dengan lingkungan akan menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat pula dengan kesehatan lingkungan itu sendiri, baik dilingkungan permukiman maupun alam sekitarnya. Bahwa tatanan kelembagaan yang lemah membawa pengaruh besar terhadap tingkat layanan drainase atau sistem sanitasi pada umumnya, sementara kebutuhan masyarakat atas lingkungan yang bersih dan sehat

110 0 merupakan hal mendasar yang harus dipenuhi. Untuk itu diperlukan suatu tatanan kelembagaan yang tegas dan kuat dalam penyediaan prasarana drainase maupun dalam pemeliharaannya, sehingga tercipta lingkungan kehidupan perumahan dan permukiman yang layak huni. Bahwa untuk merangsang peningkatan pola hidup yang bersih dan sehat, diperlukan dukungan penyediaan prasarana drainase lingkungan yang memadai dan terstruktur, dukungan prasarana drainase lingkungan yang baik merupakan cermin bagi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat pula. Bahwa lingkungan permukiman yang memiliki drainase yang baik dan terstruktur tidak menjamin bagi terwujudkan lingkungan bersih dan sehat, diperlukan prilaku atau pola hidup yang baik dan tertata ditingkat masyarakat, peran serta seluruh lapiran masyarakat, pemerintah dan dunia usaha sangat diharapkan untuk mendukung bagi terpenuhinya prasarana drainase yang sesuai dengan harapan, prasarana drainase lingkungan adalah merupakan milik bersama yang harus dibangun dan dipelihara sebagai pencerminan dari adanya peningkatakan kesadaran atau kepedulian di dalam pengelolaan drainase lingkungan masingmasing. Bahwa untuk mendorong peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sistem sanitasi drainase lingkungan, maka peran media komunikasi sangat diperlukan guna mendukung kegiatan publikasi dan sosialisasi pengelolaan drainase, yaitu dalam kerangka peningkatan kapabilitas kelembagaan sistem sanitasi, sistem dan cakupan layanan, dan peningkatan kesadaran seluruh komponen masyarakat dan dunia usaha. Permasalahan yang dihadapi di dalam pengelolaan sistem sanitasi drainase lingkungan di kabupaten Pinrang menunjukkan bahwa : Sistem kelembagaan pengelolaan drainase lingkungan di kabupaten Pinrang masih sangat lemah, yang ditunjukan oleh lemahnya penyusunan perencanaan, program/target dan penganggaran yang berujung pada terbatasnya penyediaan prasarana drainase, rendah sistem dan cakupan layanan sistem drainase, lemahnya kekuatan publikasi dan sosialisasi, dan rendahnya kesadaran masyarakat, dunia usaha maupun pemerintah dalam pengelolaan drainase. Pelayanan drainase belum menjangkau seluruh lingkungan permukiman baik di daerah perdesaan maupun perkotaan, sistem drainase lingkungan belum tertata dan dikelola dengan baik, belum terstruktur atau belum ada sistem pengaliran yang baik dan terstruktur, kondisi fisik drainase yang tidak layak, sebagian besar saluran drainase yang ada belum permanen. Kesadaran masyarakat maupun jender dan kemiskinan dalam pengelolaan drainase masih sangat rendah, terlihat dari rendahnya tingkat pemeliharaan dan rasa mimiliki atas prasarana yang ada dan rendahnya layanan drainase lingkungan. Dukungan media komunikasi khususnya media lokasl dalam pubilikasi dan sosialisasi sistem sanitasi drainase lingkungan masih sangat rendah, dukungan atau kerjasama pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dengan media komunikasi lokal masih rendah.

111 0 Tabel.5 Permasalahan Mendesak di Sub Sektor Drainase di Kabupaten Pinrang No. Uraian. Sistem kelembagaan pengelolaan drainase lingkungan masih sangat lemah. Pelayanan drainase belum menjangkau seluruh lingkungan permukiman baik di daerah perdesaan maupun perkotaan Kesadaran masyarakat maupun jender dan kemiskinan dalam pengelolaan drainase masih sangat rendah Dukungan media komunikasi khususnya media lokasl dalam pubilikasi dan sosialisasi sistem sanitasi drainase lingkungan masih sangat rendah.. 4. Isu Strategis dan Permasalahan Non Teknis Teknis a b c d e Keterangan : = kurang; = baik ; = sangat baik A= B= C= D= E= Kebijakan daerah dan Kelembagaan Keuangan Komunikasi Partisipasi Dunia Usaha Partisipasi Masyarakat dan PMJK = Sistem = Konstruksi

112 0.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi.5. Pengelolaan Air Bersih. Sistem Penyediaan Untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan air bersih, PDAM Kabupaten Pinrang memanfaatkan sumber air sebagai sumber air baku, yaitu Saluran Induk Sawitto untuk melayani kebutuhan air baku untuk melayani kebutuhan air bersih di unit pelayanan,jumlah kapasitas produksi terpasang seluruhnya adalah 5 liter/detik, dengan sistem pengaliran secara gravitasi dan sebagian melalui pompanisasi. Sistem pompanisasi dengan kapasitas 50 liter/detik. Seluruh kapasitas produksi yang ada telah tersalurkan seluruhnya, sehingga dengan kapasitas produksi yang ada sudah pasti tidak memenuhi kebutuhan konsumen. Walaupun saat ini sudah diupayakan pembagian kapasitas sumber terhadap daerah pelayanan yang diperhitungkan kekurangan suplay air, namun karena secara umum kebutuhan air melebihi kapasitas produksi, maka PDAM Pinrang tidak mempu memenuhi kebutuhan pelanggan, Kota Pinrang merupakan wilayah yang mengalami kekurangan supplay air bersih terbesar. Kwalitas sumber air baku pada dasarnya relatif baik namun dengan kapasitas produksi yang terbatas belum mampu memenuhi kebutuhan secara maksimal, sementara pertumbuhan pelanggan semakin meningkat. Peta.4 Jaringan Pipa PDAM

113 04 Peta.5 Cakupan Layanan Air Bersih Kabupaten Pinrang

1.1 LATAR BELAKANG Buku Putih Pembangunan Sanitasi Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK).

1.1 LATAR BELAKANG Buku Putih Pembangunan Sanitasi Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). PENDAHULUAN 1 Bab - 1 Pendahuluan 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia.

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik

2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik GAMBARAN UMUM WILAYAH 1 Bab - 2 Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Kabupaten Pinrang merupakan wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang secara geografis

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Geografis

2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Geografis GAMBARAN UMUM WILAYAH 1 Bab - 2 Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Kabupaten Pinrang merupakan wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang secara geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S anitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR. Penyusunan Revisi RTRW Kabupaten Pinrang Tahun I - 1

LAPORAN AKHIR. Penyusunan Revisi RTRW Kabupaten Pinrang Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (hasil amandemen UU 22 tahun 1999) memberikan kewenangan kepada Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013 Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kurangnya sikap kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Untuk mengembangkan layanan sanitasi Kabupaten/Kota memang tidak mudah mengingat permasalahan yang terjadi sangat komplek, dibutuhkan waktu yang lama, belum lagi persoalan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Deklarasi pembangunan milenium berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia yang mengarah kepada peningkatan kualitas hidup, dan dituangkan dalam tujuan-tujuan Millenium

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Selama ini pembangunan di sektor sanitasi dan pengelolaannya kurang mendapatkan perhatian dan prioritas di berbagai daerah di Indonesia, dimana baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Sukoharjo adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Tahun berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi awal yang memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di dalam kehidupan masyarakat sangatlah dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, budaya dan faktor lainnya.

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 1.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

Bab. 1 Pendahuluan Latar Belakang

Bab. 1 Pendahuluan Latar Belakang Bab. 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sanitasi merupakan suatu kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan sanitasi suatu masyarakat, dapat menjadi gambaran tingkat kehidupannya. Bila

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan urusan wajib Pemerintah Kabupaten/, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka persiapan implementasi pembangunan sanitasi, di tahap awal diperlukan perencanaan yang baik dan berkualitas. Melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai

BAB PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu tantangan Pemerintah Daerah yang paling signifikan karena berhubungan langsung dengan pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB II PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan. Kondisi sanitasi yang tidak memadai akan berdampak buruk terhadap

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA Provinsi Jawa Tengah Disiapkan oleh: POKJA PPSP KOTA SALATIGA 1 Kata Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2 KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2 Tabel 2.1 Luas daerah dan pembagian daerah administrasi Tabel 2.2 Jumlah Penduduk perkecamatan dan rata-rata kepadatannya Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Percepatan Pembangunan Sanitasi 18 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari penyusunan Sanitasi Kabupaten Pinrang yang memaparkan mengenai tujuan, sasaran dan strategi

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PACITAN BAB I. PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PACITAN BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan di Kabupaten Pacitan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Sanitasi Kabupaten Sinjai adalah Kondisi sanitasi yang ingin diwujudkan di kabupaten Sinjai sampai tahun 2017 yang merupakan bagian dari Visi

Lebih terperinci

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Pendahuluan 1 BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Selama ini pembangunan di sektor sanitasi dan pengelolannya kurang mendapatkan perhatian dan prioritas di berbagai daerah di Indonesia, dimana baru 51

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perilaku hidup bersih dan sehat setiap masyarakat adalah cermin kualitas hidup manusia. Sudah merupakan keharusan dan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang S. Bab I. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo 1

PENDAHULUAN Latar Belakang S. Bab I. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo 1 PENDAHULUAN Bab I 1.1. Latar Belakang S Sektor sanitasi sudah selayaknya merupakan prioritas peningkatan pelayanan publik mengingat sebagian besar penduduk Indonesia belum dapat menikmati sarana sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang I - 1

1.1. Latar Belakang I - 1 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan. Kondisi sanitasi yang tidak memadai akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO 4.1. TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN 4.1.1. Sub Sektor Air Limbah Mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan prasarana

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 2011 Daftar Isi Bagian 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perilaku hidup bersih dan sehat setiap masyarakat adalah cermin kualitas hidup manusia. Sudah merupakan keharusan dan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Dari hasil analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap sub-sektor sanitasi maka telah dirumuskan tentang tujuan, sasaran dan strategi. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Tana Toraja dalam rangka mencapai visi dan

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi yang mencakupi bidang air limbah, persampahan dan drainase merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci