Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode Evanescent Wave Coupling

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode Evanescent Wave Coupling"

Transkripsi

1 Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode Evanescent Wave Coupling Steward Augusto 1, Purnomo Sidi Priambodo 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok, Indonesia steward.augusto@ui.ac.id, pspriambodo@ee.ui.ac.id Abstrak Kemampuan membawa informasi dengan kecepatan tinggi serta bentuk silindris yang berukuran kecil dan fleksibel menjadi alasan meningkatnya penggunaan serat optik. Kelebihan-kelebihan dari media transmisi cahaya ini memungkinkannya dikembangkan untuk aplikasi di bidang lain. Aplikasi serat optik yang telah banyak dilakukan penelitian adalah aplikasi serat optik sebagai sensor. Penelitian serat optik sebagai sensor ini terus berlanjut terutama dalam bidang kesehatan, di mana diinginkan sebuah alat yang dapat memberikan peringatan jika terdapat suatu jenis bakteri pada ruang lingkup tertentu, yang disebut biosensor. Penelitian diawali dengan melakukan pendeteksian untuk larutan sederhana yang terus dilanjutkan hingga mencapai tingkat bakteri. Beberapa konfigurasi biosensor telah diteliti, antara lain: metode surface plasmon resonance dengan prinsip coupling menggunakan prisma ataupun diffractive optics dengan menggunakan prinsip grating coupler. Sedangkan pada penelitian ini dirancang sebuah konfigurasi untuk prototipe biosensor menggunakan dua buah serat optik berjenis multimode berbasis pada metode evanescent wave coupling yang telah mampu mendeteksi keberadaan suatu larutan. Konfigurasi sensor ini dirancang dengan mengupas sebagian cladding pada ujung serat optik pertama sebagai media transmisi cahaya sumber, dan mendekatkan core (tanpa cladding) serat optik kedua sedemikian rupa sehingga proses evanescent wave coupling terjadi. Daerah persinggungan kedua inti serat optik ini menjadi sensing area. Jika ada suatu senyawa dengan indeks bias tertentu menempel pada sensing area ini, akan menyebabkan perubahan daya output yang diukur. Prinsip kerja seperti inilah yang menjadi dasar pendeteksi adanya suatu unsur di daerah sekitar biosensor serat optik tersebut diletakkan. Fiber Optic Biosensor Prototype Design Based on Evanescent Wave Coupling Method Abstract Having an ability to transmit information with high speed and a small, flexible, cylindrical shape make fiber optic is often used. Its advantages allowed the development of its application in various field. An application of fiber optics which is mostly done research is the application of fiber optic as a sensor. This research keeps continuing, especially in medical field to obtain a device which is able to give alerts if there is a bacterial colony in a particular area. This device is usually called a biosensor. Research was firstly started by detecting some simple solution, then it continues with an advanced development reaching the bacterial level. Some configurations have been set in these researches, such as: surface plasmons resonance method using a prism coupling principle, or diffractive optics method with a grating coupler principle. In this research, a prototype of biosensor using two multimode fiber optics based on evanescent wave coupling method has been designed and it can detect the existence of some solution. The configuration is designed by removing some cladding on first fiber which is used to transmit the source light and juxtaposing another un-cladded core of the second fiber such that evanescent wave coupling process happened. The intersection area between these fiber optics is the sensing area. If there is a substance with a certain refractive index attach to this sensing area, it will lead to the changes in the measured output power. This principle underlies the detection some substances around the areas where the biosensor is placed. Keywords: Fiber Optic, Refractive Index, Biosensor, Overlapping Coupling Area, Evanescent Wave Coupling.

2 PENDAHULUAN Sekitar akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an, laser ditemukan dan memotivasi para peneliti untuk mempelajari kemampuan dari serat optik sebagai media transmisi cahaya (laser) untuk bidang komunikasi, sensing, dan berbagai aplikasi lainnya. Pemakaian serat optik menjadi sangat berguna di berbagai bidang, hal ini disebabkan karena kelebihankelebihan serat optik sebagai media transmisi dibanding jenis kabel lainnya, antara lain [1] : ukuran yang kecil, ringan, kekebalan akan electromagnetic interference (EMI), bersifat pasif, memiliki tingkat atenuasi yang rendah, dapat digunakan pada suhu tinggi, dan memiliki sensitivitas yang tinggi. Waktu dan tuntutan zaman yang semakin berkembang membuat serat optik telah banyak dikembangkan melalui penelitian-penelitian terutama untuk aplikasi sebagai sensor [2]. Penelitan mengenai biosensor ini sendiri telah dimulai cukup lama, yaitu sekitar tahun 1916 terdapat laporan pertama mengenai protein dengan melihat penyerapan suatu enzim pada arang aktif. Tetapi penelitian penggunaan serat optik sebagai biosensor baru dimulai 50 tahun setelahnya sampai pada tahun 1975, Lubbers dan Opitz telah mendeskripsikan sebuah sensor serat optik untuk mengukur karbondioksida ataupun oksigen. Penelitian sensor menggunakan serat optik ini terus berlanjut untuk berbagai unsur dan keperluan lain, seperti pengukuran ph suatu zat, sensor untuk glukosa, dan juga sensor untuk mikroba. Melihat bahwa serat optik telah menjadi media transmisi data yang banyak digunakan karena kelebihan kelebihannya dibanding media transmisi lain, keberadaan sensor menggunakan serat optik ini menjadi kebutuhan yang cukup penting saat ini. Contoh kasus, kebocoran suatu bahan pada sebuah pabrik tentu akan menimbulkan kerugian. Sebuah ruangan yang steril dan bebas dari segala macam bakteri negatif tentu diperlukan, terutama untuk ruangan-ruangan kesehatan ataupun ruang pertemuan untuk rapat-rapat penting. Dengan dasar itulah maka penulis bermaksud untuk merealisasikan suatu Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode Evanescent Wave Coupling. Pembuatan alat ini memiliki tujuan akhir untuk dapat mendeteksi suatu zat/unsur kimia, bahkan suatu kumpulan bakteri tertentu di daerah sekitar tempat alat ini diletakkan. Prinsip kerja dasar dari alat ini yaitu dengan menggunakan prinsip transfer daya dengan metode evanescent wave coupling, jika ada senyawa lain dengan nilai indeks bias yang lebih tinggi dari udara menempel atau berada di sekitar konfigurasi coupling serat optik, maka hal

3 tersebut akan memengaruhi nilai coupling daya keluaran pada ujung serat optik. Dengan perubahan (peningkatan/penurunan) daya output ini, maka dapat terdeteksilah suatu senyawa yang menempel tersebut. Diharapkan dengan diketahuinya keberadaan senyawa itu, dampakdampak negatif yang mungkin timbul dapat dicegah dengan segera. TINJAUAN TEORITIS A. Serat Optik Serat optik merupakan salah satu media transmisi cahaya, berupa suatu material dielektrik yang terbuat dari gelas atau plastik yang mempunyai dimensi yang sangat kecil, transparan, dan fleksibel, yang kemudian dilindungi oleh lapisan-lapisan pelindung luar. Secara umum, serat optik terdiri dari beberapa lapisan: inti (core), kulit (cladding), serat penguat (strengthening fiber) dan pelindung (jacket). Penampang sebuah serat optik ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 1 Serat Optik B. Serat Optik sebagai Sensor Perkembangan serat optik memiliki peranan penting di berbagai bidang, terutama bidang telekomunikasi dan medis. Sensor serat optik memiliki beberapa kelebihan dibanding sensor pada umumnya, seperti: 1. Mudah untuk diintegrasikan kedalam berbagai variasi struktur karena memiliki ukuran yang kecil dan bentuk silindris 2. Tidak menghantarkan arus listrik 3. Memiliki kekebalan terhadap gangguan gelombang elektromagnetik dan gelombang radio 4. Sensitivitas tinggi 5. Tahan terhadap suhu tinggi

4 C. Intensity-type Fiber Optic Sensors Using Evanescent Wave Coupling Salah satu aplikasi dari sensor serat optik adalah chemical atau biological sensor. Di mana tujuan dari sensor ini adalah mendeteksi keberadaan suatu senyawa kimia atau sekumpulan bakteri pada daerah sekitar sensor tersebut diletakan. Konfigurasi chemical/biological sensor yang digunakan pada penulisan ini adalah Intensity-type Fiber Optic Sensors Using Evanescent Wave Coupling. Fenomena gelombang evanescent berawal dari fakta bahwa saat cahaya merambat melalui serat optik, tidak keseluruhan cahaya tersebut terkurung pada daerah inti serat optik, namun menjangkau ke daerah cladding di sekitarnya. Bagian gelombang cahaya di daerah sekitar cladding inilah yang disebut sebagai gelombang evanescent. Intensitas coupling antara kedua serat optik pada konfigurasi ini merupakan fungsi dari jarak antara inti kedua serat optik tersebut. Semakin dekat jarak antara kedua core, maka semakin besar intensitas coupling yang terjadi. Gambar 2 berikut menunjukkan konfigurasi dari sebuah sensor serat optik yang berbasis pada konsep evanescent wave coupling. Gambar 2 Konfigurasi Sensor Serat Optik yang Berbasis pada Konsep Evanescent Wave Coupling Cahaya ditransmisikan melalui serat optik pertama, yang merambat hingga mencapai daerah di mana inti serat optik kedua diletakkan dengan inti serat optik pertama sedemikian rupa sehingga bagian dari gelombang evanescent serat optik pertama masuk ke dalam daerah jangkauan serat optik kedua. Dengan demikian, terjadilah proses coupling gelombang evanescent. Ketika ditambahkan suatu larutan atau sekumpulan bakteri dengan nilai indeks

5 refraksi tertentu pada daerah antara kedua serat optik tersebut, hal ini akan menyebabkan perubahan selisih antara indeks refraksi inti serat optik dengan indeks refraksi medium sekitarnya. Perubahan ini berdampak pada perubahan bentuk dari gelombang evanescent. Semakin besar selisih antara indeks refraksi inti serat optik dengan indeks refraksi medium di sekitarnya, menyebabkan bentuk gelombang evanescent yang dihasilkan akan menyempit dan memiliki puncak yang tinggi. Sebaliknya, semakin kecil selisih antara indeks refraksi inti serat optik dengan indeks refraksi medium di sekitarnya, menyebabkan bentuk gelombang evanescent yang dihasilkan akan melebar dan lebih landai. Berikut ilustrasi dari fenomena tersebut: Gambar 3 Ilustrasi Bentuk Gelombang Evanescent D. Coupling antara Dua Waveguides Jika dua buah waveguides memiliki jarak yang cukup dekat sehinga kedua medan mereka saling tumpang tindih (overlap), cahaya dapat di-coupling dari satu waveguide ke waveguide yang lain. Berikut merupakan ilustrasi dari proses coupling antara dua waveguides: Gambar 4 Ilustrasi Proses Coupling Antara Dua Waveguides Perambatan daya cahaya untuk proses coupling ini terjadi secara berkesinambungan. Setelah 100% daya pada waveguide 1 berpindah (coupled) ke waveguide 2, dan jika masih terdapat persinggungan antara kedua waveguide, maka akan terjadi proses coupling daya kembali dari waveguide 2 ke waveguide 1, begitu seterusnya. Proses peng-coupling-an daya

6 tersebut (dengan asumsi tidak terdapat phase mismatch pada waveguide yang digunakan) dapat dilihat pada ilustrasi berikut: Gambar 5 Ilustrasi Proses Coupling Daya 2 Buah Waveguides Dengan asumsi bahwa terdapat 100% daya pada waveguide 1, maka daya yang di-coupling ke waveguide 2 dapat diperoleh dengan:!!! =!! sin!!"!!! di mana L disebut juga overlapping coupling area dari kedua waveguide, P 1 merupakan daya masukan, dan! adalah panjang gelombang cahaya yang digunakan, sedangkan Δ! merupakan perbedaan indeks bias antara kedua medium. (1) Δ! =!!!! (2) L a Dari persamaan (1), maka dapat dan dicari Jarak Antar nilai Serat L (overlapping Optik (a) coupling area) untuk nilai transfer daya yang dikehendaki, yaitu:! =!!!! sin!!!!!! (3) Sebagai contoh, overlapping area yang dibutuhkan untuk meng-coupling 100% daya dari waveguide 1 ke waveguide 2 dapat dicari dengan persamaan: RANCANGAN DAN PERCOBAAN Gambar 6 Overlapping Coupling Area (L)!!""% =!!!! (4)

7 Telah dibahas sebelumnya bahwa konfigurasi dari sensor serat optik yang digunakan pada penelitian ini adalah sensor serat optik dengan konsep evanescent wave coupling. Berikut adalah gambaran dari konfigurasi percobaan yang dilakukan: Gambar 7 Ilustrasi Konfigurasi Percobaan Gambar 8 Konfigurasi Percobaan dengan Alat Dari konfigurasi tersebut, dilakukan proses pengukuran dan pengambilan data untuk nilai daya keluaran laser pada titik-titik berikut: Tanpa melewati serat optik Setelah melewati serat optik pertama Setelah melewati serat optik kedua dengan metode coupling o Variasi Overlapping Coupling Area L 2 cm L 1 cm L 5 mm o Variasi Larutan Sampel 5 gr gula pasir + 40 ml air (larutan gula 12,5%) 10 gr gula pasir + 40 ml air (larutan gula 25%) 15 gr gula pasir + 40 ml air (larutan gula 37,5%)

8 berbeda: Berikut merupakan tabel data nilai indeks bias dari beberapa persentase larutan yang Tabel 1 Nilai Indeks Bias Larutan Gula Dari nilai persentase larutan, dengan mengacu pada Tabel 1 di atas, didapatkan nilai indeks bias dari masing-masing larutan gula yang digunakan, yaitu: Larutan gula dengan persentase 12,5% memiliki nilai indeks bias 1,352 Larutan gula dengan persentase 25% memiliki nilai indeks bias 1,371 Larutan gula dengan persentase 37,5% memiliki nilai indeks bias 1,395 Serat optik yang digunakan pada penelitian ini memiliki spesifikasi sebagai berikut: Step-Index Multimode Panjang serat optik : 1 m Diameter inti : 50 µm Diameter cladding : 125 µm Numerical Aperture : 0,22 Indeks bias inti : 1,475 Indeks bias cladding : 1,458 Pig-tail, ujung satu dengan konektor FC, ujung lain tanpa konektor

9 Penggunaan serat optik berjenis multimode bertujuan untuk mempermudah proses terjadinya coupling karena memiliki diameter core yang relatif lebih besar dibanding jenis singlemode, sehingga sesuai untuk aplikasi sebagai sensor yang menggunakan prinsip coupling. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Percobaan Dari percobaan yang dilakukan dengan konfigurasi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, didapatkan beberapa hasil berikut: Pengukuran Daya Laser Tanpa Melewati Serat Optik Dari pengukuran yang dilakukan didapatkan nilai daya laser HeNe yang digunakan sebesar 1,820 mw. Pengukuran Daya Laser Setelah Melewati Serat Optik Pertama Pengaturan (adjustment) dilakukan pada serat optik pertama sehingga ujung dengan konektor dalam kondisi yang benar-benar saling berhadapan dengan laser. Pengukuran dilakukan setelah didapatkan daya keluaran tertinggi. Didapatkan angka yang terbaca pada optical power meter untuk pengukuran ini adalah sebesar 1,816 mw. Pengukuran Daya Laser Setelah Melewati Serat Optik Kedua Pengukuran dan pengambilan data untuk daya keluaran serat optik kedua dilakukan pada 2 kondisi, yaitu pada kondisi terang (lampu ruangan dinyalakan) dan kondisi gelap (lampu ruangan dimatikan). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan beberapa hasil pengukuran awal yang hanya menghasilkan output cahaya dengan intensitas yang sangat kecil, sehingga tidak terbaca nilai keluaran pada alat ukur. Karena itu, pada pengukuran ini, pengambilan data dilakukan dengan mengambil gambar (foto) dari ujung serat optik kedua, lalu kemudian membandingkan intensitas (terang/gelap) hasil satu dengan lainnya. o Variasi Overlapping Coupling Area (L) 2 cm Pada pengukuran untuk overlapping coupling area 2 cm ini, tidak terlihat adanya cahaya yang keluar pada ujung serat optik kedua pada kondisi lampu ruangan menyala maupun pada kondisi lampu ruangan dipadamkan.

10 (L) 1 cm Pada pengukuran dengan overlapping coupling area 1 cm, mulai terlihat ada setitik cahaya pada ujung serat optik kedua. Berikut hasil pengambilan gambar (foto) yang didapat: Gambar 9 Hasil Keluaran Overlapping Coupling Area 1cm (a) Ruangan Terang, (b) Ruangan Gelap (L) 5 mm Pengukuran untuk overlapping coupling area 5 mm ini juga tidak menghasilkan adanya cahaya yang keluar pada ujung serat optik kedua pada kondisi-kondisi percobaan yang dilakukan (ruangan terang dan gelap). Dari ketiga pengukuran variasi overlapping coupling area ini hanya didapatkan hasil pada pengukuran dengan overlapping area sebesar 1 cm. Karena itu, untuk percobaan selanjutnya, yaitu percobaan dengan penetesan larutan sampel, hanya digunakan overlapping coupling area sebesar 1 cm. o Variasi Larutan Sampel Larutan Gula 12,5% Pada pengukuran ini terlihat adanya perubahan pada keluaran di ujung serat optik kedua. Terlihat cahaya keluaran yang dihasilkan lebih terang dibandingkan hasil pada Gambar 9. (a)

11 Gambar 10 Hasil Keluaran dengan Sampel Larutan Gula 12,5% Larutan Gula 25% Hasil yang hampir serupa juga didapatkan pada pengukuran ini. Terlihat adanya perubahan intensitas cahaya keluaran dibandingkan dengan keluaran tanpa larutan sampel Gambar 9. Gambar 11 Hasil Keluaran dengan Sampel Larutan Gula 25%

12 Larutan Gula 37,5% Pada pengukuran ini, secara kasat mata terlihat hasil cahaya keluaran yang paling terang di antara hasil keluaran percobaan - percobaan sebelumnya. Gambar 12 Hasil Keluaran dengan Sampel Larutan Gula 37,5% B. Analisis dan Pengolahan Data Pengukuran Daya Laser Tanpa Melewati Serat Optik Hasil pengukuran daya laser yang didapat berada pada angka 1,820 mw. Sedangkan pada tulisan yang tertempel di badan laser, tertulis bahwa maximum output power dari laser HeNe tersebut mencapai 30 mw. Penurunan daya keluaran dari laser ini disebabkan antara lain karena waktu penggunaan laser (usia laser). Informasi yang didapat dari laboran laboratorium optoelektronika mengatakan bahwa laser HeNe ini sudah digunakan sejak belasan hingga hampir dua puluh tahun yang lalu. Hal ini menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah gas yang diperlukan untuk menggenerasikan cahaya laser, karena itulah daya keluaran yang dihasilkan juga jauh menurun. Pengukuran Daya Laser Setelah Melewati Serat Optik Pertama Daya hasil transmisi pada serat optik pertama menunjukkan angka 1,816 mw pada alat ukur. Terjadi penurunan sebesar 4 µw saat cahaya melewati serat optik pertama. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa rugi-rugi yang terjadi, antara lain:

13 lateral offset losses, angular misalignment losses, longitudinal separation losses antara pancaran laser dengan serat optik pertama, dan bending losses. Lateral offset losses, angular misalignment losses, longitudinal separation losses terjadi pada daerah ujung serat optik pertama yang diatur berhadapan dengan laser. Rugi-rugi ini dapat terjadi karena pengaturan (adjustment) serat optik yang dilakukan bersifat manual dengan perkiraan mata manusia, tidak menggunakan suatu alat yang bisa dengan akurat menyelaraskan serat optik dengan laser dalam posisi face to face. Sedangkan untuk bending losses, rugi-rugi ini dapat terjadi karena serat optik yang digunakan untuk mentransmisikan cahaya mengalami pembengkokan, yang disebabkan karena peletakan ujung serat optik yang terlalu tinggi (di atas holder), maupun karena proses penggulungan serat optik pada saat penyimpanan sebelum digunakan. Pengukuran Daya Laser Setelah Melewati Serat Optik Kedua o Variasi Overlapping Coupling Area Dengan menggunakan persamaan (1) dan (2), dapat ditentukan daya keluaran pada serat optik kedua yang merupakan hasil proses coupling daya dari serat optik pertama, dengan daya input (P 1 ) adalah daya keluaran pada serat optik pertama. Pada percobaan ini, tidak digunakan larutan sampel pada daerah sensor. Maka, medium pembatas kedua inti serat optik adalah udara dengan nilai indeks bias sebesar 1. Δ! =!!"#!!!"#$# Δ! = 1,475 1 = 0,475 1) Overlapping coupling area (L) 2 cm!!! = 1,816 sin!! 2 10! nm 0, ,8!"!! 2!" =!,!"##!" (5a) 2) Overlapping coupling area (L) 1 cm!!! = 1,816 sin!! 1 10! nm 0, ,8!"!! 1!" =!,!""#!" (5b)

14 3) Overlapping coupling area (L) 5 mm!!! = 1,816 sin!! 5 10! nm 0, ,8!" (mw) !! 5!! =!,!"#$!" (5c) Overlapping coupling area antara kedua serat optik yang terlalu panjang dapat menyebabkan daya (dalam hal ini gelombang evanescent) yang sudah ter-coupling dari serat optik pertama menuju serat optik kedua kembali lagi ter-coupling menuju serat optik pertama dan tetap ditransmisikan oleh serat optik pertama. Oleh karena itu, pada ujung serat optik kedua tidak terdapat cahaya keluaran yang tampak. Begitu juga dengan overlapping coupling area yang relatif pendek menyebabkan daya belum ter-coupling. Overlapping coupling area efektif yang berhasil mentransfer daya dari serat optik pertama menuju serat optik kedua adalah pada percoban kedua, yaitu dengan overlapping coupling area sebesar 1 cm. o Variasi Larutan Sampel Dengan menggunakan perhitungan yang serupa dengan sebelumnya, yaitu dengan menggunakan persamaan (1) dan (2) dengan nilai indeks bias yang berbeda dari tiap larutan, didapatkanlah hasil daya keluaran masing-masing percobaan yang direpresentasikan oleh grafik berikut: Grafik Hubungan Daya Ter-coupling vs Overlapping Coupling Area 2.E+07 1.E+07 5.E+06 (nm) (mw) Grafik Hubungan Daya Ter-coupling vs Persentase Larutan Gula (%)

15 Grafik yang terbentuk berbentuk linear, maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat persentase konsentrasi larutan gula yang diteteskan pada daerah sensor, maka daya yang ter-coupling pun juga akan meningkat. Hal ini disebabkan karena dengan adanya larutan yang memiliki indeks refraksi lebih besar dari udara pada daerah antara inti serat optik pertama dengan inti serat optik kedua, memperkecil selisih antara indeks refraksi inti serat optik dengan indeks refraksi daerah sekitarnya (larutan). Sesuai dengan teori sebelumnya, semakin kecil selisih indeks refraksi, gelombang evanescent yang terbentuk akan semakin melebar dan landai, sehingga proses transfer daya (coupling) akan semakin mudah terjadi, dibandingkan proses transfer daya tanpa adanya larutan. Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa penetesan larutan sampel dengan konsentrasi tertinggi menghasilkan cahaya keluaran yang paling terang. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, maka semakin tinggi pula indeks refraksi larutan tersebut, kondisi ini pula yang membantu proses coupling pada percobaan ketiga semakin mudah terjadi, sehingga nilai daya yang ditransfer dari serat optik pertama ke serat optik kedua semakin besar (cahaya keluaran semakin terang). KESIMPULAN Dari hasil percobaan yang dilakukan untuk melihat kualitas sensor serat optik dengan berbasis pada konsep evanescent wave coupling, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Overlapping coupling area antara kedua inti serat optik pada daerah sensor berpengaruh terhadap nilai daya keluaran akhir. Dari ketiga percobaan yang dilakukan, didapatkan daya keluaran maksimum untuk percobaan ketiga yaitu dengan overlapping coupling area efektif 1 cm, sesuai dengan perhitungan (5). 2) Larutan sampel yang diteteskan pada daerah sensor berpengaruh terhadap nilai coupling daya keluaran. Semakin tinggi tingkat persentase kepekatan larutan, semakin tinggi indeks refraksinya. 3) Semakin tinggi tingkat persentase konsentrasi/kepekatan larutan sampel yang diteteskan pada daerah sensor, maka nilai daya yang ter-coupling pun juga akan meningkat (cahaya keluaran semakin terang).

16 DAFTAR PUSTAKA Edward B. Walker, Ph.D. Refractive Index Readings. Washington State University. Fidanboylu, K., and Efendioğlu, H. S., Fiber Optic Sensors and Their Applications. International Advanced Technologies Symposium Gholamzadeh, Bahareh and Nabovati, Hooman. Fiber Optic Sensors. World Academy of Science, Engineering and Technology Hellermann Tyton. Network Science. Optical Fiber Connectors Jayanti Tokas, PhD., Rubina Begum, PhD., Shalini Jain, PhD., Hariom Yadav, PhD. BIOSENSOR (General Principles and Applications). University of Pittsburgh K. Thyagarajan; Ajoy K. Ghatak. Fiber Optic Essentials. Wiley-Interscience Saleh, B. E. A., Teich, M. C Fundamentals of Photonics Second Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. STRAN Technologies. Expanded Beam versus Butt-Coupled Connectors. Technical White Paper Series Thompson, Brian J. Optical Science and Engineering. New York: CRC Press Walter F. Love, Leslie J. Button, Rudolf E. Slovacek. Optical Characteristics of Fiberoptic Evanescent Wave Sensors. 1991

Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode End-Butt Coupling

Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode End-Butt Coupling Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode End-Butt Coupling Adnan Fatahillah Afiff, Purnomo Sidi Priambodo Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOSENSOR FIBER BERBASIS EVANESCENT WAVE SEBAGAI SENSOR SENYAWA GLUKOSA DENGAN LED

PEMBUATAN BIOSENSOR FIBER BERBASIS EVANESCENT WAVE SEBAGAI SENSOR SENYAWA GLUKOSA DENGAN LED PEMBUATAN BIOSENSOR FIBER BERBASIS EVANESCENT WAVE SEBAGAI SENSOR SENYAWA GLUKOSA DENGAN LED Abstrak Arni Candra Pratiwi 1, Ahmad Marzuki 2 1 Program Studi Fisika FMIPA UNS, Surakarta. Jl. Ir Sutami No.

Lebih terperinci

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat DAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi, terutama dalam bidang komunikasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kebutuhan komunikasi dan bertukar informasi antar satu dengan

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA Yovi Hamdani, Ir. M. Zulfin, MT Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler

Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler Fina Nurul Aini, Samian, dan Moh. Yasin. Program Studi S1 Fisika, Departemen Fisika, FST Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Bahan fiber optics (serat optik) Serat optik terbuat dari bahan dielektrik berbentuk seperti kaca (glass). Di dalam serat

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dipaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Latar belakang dari penelitian ini adalah banyaknya

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO PURWOKERTO Topik Pembahasan Chapter 1 Overview SKSO Pertemuan Ke -2 SKSO dan Teori

Lebih terperinci

Desain Sensor Serat Optik pada Uji Aspal dengan Marshall Stability Testing untuk Pengukuran Stabilitas

Desain Sensor Serat Optik pada Uji Aspal dengan Marshall Stability Testing untuk Pengukuran Stabilitas Desain Sensor Serat Optik pada Uji Aspal dengan Marshall Stability Testing untuk Pengukuran Stabilitas Rumaisya Hilmawati Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN Henry Prasetyo 1109100060 Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D Department of

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENYEBARAN DAYA PADA SINGLE-MODE FIBER DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN LITHIUM NIOBATE (LiNbO 3 ) DAN PARAFIN (C 20 H 42 )

PERANCANGAN PENYEBARAN DAYA PADA SINGLE-MODE FIBER DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN LITHIUM NIOBATE (LiNbO 3 ) DAN PARAFIN (C 20 H 42 ) PERANCANGAN PENYEBARAN DAYA PADA SINGLE-MODE FIBER DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN LITHIUM NIOBATE (LiNbO 3 ) DAN PARAFIN (C 2 H 42 ) Teodora Maria Meliati Sinaga*, Saktioto, Iwantono Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK Mardian Peslinof 1, Harmadi 2 dan Wildian 2 1 Program Pascasarjana FMIPA Universitas Andalas 2

Lebih terperinci

Karakteristik Serat Optik

Karakteristik Serat Optik Karakteristik Serat Optik Kecilnya..? Serat optik adalah dielectric waveguide yang dioperasikan pada frekuensi optik 10 14-10 15 Hz Struktur serat optik Indeks bias core > cladding n 1 > n Fungi cladding:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan dipaparkan prosedur pengambilan data dari penelitian ini. Namun sebelumnya, terlebih dahulu mengetahui tempat dan waktu penelitian, alat dan bahan yang dipakai

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR Intan Pamudiarti, Sami an, Pujiyanto Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan BAB III TEORI PENUNJANG Bab tiga berisi tentang tentang teori penunjang kerja praktek yang telah dikerjakan. 3.1. Propagasi cahaya dalam serat optik Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara :

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SERAT OPTIK

TEKNOLOGI SERAT OPTIK TEKNOLOGI SERAT OPTIK Staf Pengajar Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik USU Abstrak: Serat optik merupakan salah satu alternatif media transmisi komunikasi yang cukup handal, karena memiliki keunggulan

Lebih terperinci

DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE

DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE Widya Carolina Dwi Prabekti, Ahmad Marzuki, Stefanus Adi Kristiawan Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Information source Electrical Transmit Optical Source Optical Fiber Destination Receiver (demodulator) Optical Detector Secara umum blok diagram transmisi komunikasi

Lebih terperinci

Rancang Bangun Directional Coupler Konfigurasi 3x3 Planar Step Index Multimode Fiber Optic sebagai Sensor Kemolaran dan ph

Rancang Bangun Directional Coupler Konfigurasi 3x3 Planar Step Index Multimode Fiber Optic sebagai Sensor Kemolaran dan ph JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-89 Rancang Bangun Directional Coupler Konfigurasi 3x3 Planar Step Index Multimode Fiber Optic sebagai Sensor Kemolaran dan ph

Lebih terperinci

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE Widyana - Heru Setijono Laboratorium Rekayasa Fotonika Jurusan Teknik Fisika Fakultas

Lebih terperinci

APLIKASI OPTIK DAN FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph

APLIKASI OPTIK DAN FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI OPTIK DAN FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph Oleh : Rahardianti Ayu K. (1106 100 042) Dosen Pembimbing : Drs. Hasto Sunarno, M.Sc PENDAHULUAN Selama dua dekade terakhir, pembangunan

Lebih terperinci

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target Hilyati N., Samian, Moh. Yasin, Program Studi Fisika Fakultas Sains

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu gaya geser. Berdasarkan sifatnya, fluida dapat digolongkan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu gaya geser. Berdasarkan sifatnya, fluida dapat digolongkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fluida adalah zat - zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan bentuk dengan bentuk tempat/wadahnya. Selain itu, fluida memperlihatkan fenomena sebagai zat yang

Lebih terperinci

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air Pujiyanto, Samian dan Alan Andriawan. Program Studi S1 Fisika, Departemen Fisika, FST Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

PENENTUAN SUDUT DEVIASI MINIMUM PRISMA MELALUI PERISTIWA PEMBIASAN CAHAYA BERBANTUAN KOMPUTER

PENENTUAN SUDUT DEVIASI MINIMUM PRISMA MELALUI PERISTIWA PEMBIASAN CAHAYA BERBANTUAN KOMPUTER PENENTUAN SUDUT DEVIASI MINIMUM PRISMA MELALUI PERISTIWA PEMBIASAN CAHAYA BERBANTUAN KOMPUTER DETERMINATION OF MINIMUM DEVIATION ANGLE OF PRISM THROUGH THE LIGHT REFRACTION ASSISTED BY A COMPUTER Kunlestiowati

Lebih terperinci

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO Oleh ANWARIL MUBASIROH 1109 100 708 Dosen Pembimbing Drs. Gatut Yudoyono, M.T JURUSAN FISIKA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-50

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-50 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) B-50 Analisis Pengaruh Perubahan Suhu dan Perubahan Panjang Kupasan Cladding serta Coating Terhadap Rugi Daya yang Dihasilkan

Lebih terperinci

Analisis Sensor Pengukuran Konsentrasi Glukosa Prinsip Macrobending Pada Serat Optik Multimode Step-Index

Analisis Sensor Pengukuran Konsentrasi Glukosa Prinsip Macrobending Pada Serat Optik Multimode Step-Index B43 Analisis Sensor Pengukuran Konsentrasi Glukosa Prinsip Macrobending Pada Serat Optik Multimode Step-Index Nura Hajar Hafida dan Agus Rubiyanto Departemen Fisika, Fakultas Ilmu Alam, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim   Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-8 Syahirul Alim Email: arul_alim@yahoo.com Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang Rugi-rugi bengkokan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT

KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT Andeskob Topan Indra, Harmadi Laboratorium Fisika Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Optik dan Fotonik, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Terpadu FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serat optik adalah salah satu media transmisi yang dapat menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal penggunaannya, serat optik

Lebih terperinci

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD-620-10 LUCKY PUTRI RAHAYU NRP 1109 100 012 Dosen Pembimbing Drs. Gatut Yudoyono,

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI CLADDING TERHADAP LOSS POWER SERAT OPTIK SINGLEMODE SMF-28

PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI CLADDING TERHADAP LOSS POWER SERAT OPTIK SINGLEMODE SMF-28 PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI CLADDING TERHADAP LOSS POWER SERAT OPTIK SINGLEMODE SMF-28 Sujito, Arif Hidayat, Firman Budianto Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulyorejo Surabaya pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Mulyorejo Surabaya pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni 2012. 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Tehnologi Universitas Airlangga Kampus

Lebih terperinci

TEKNIK KOMUNIKASI SERAT OPTIK SI STEM KOMUNIKASI O P TIK V S KO NVENSIONAL O LEH : H ASANAH P UTRI

TEKNIK KOMUNIKASI SERAT OPTIK SI STEM KOMUNIKASI O P TIK V S KO NVENSIONAL O LEH : H ASANAH P UTRI TEKNIK KOMUNIKASI SERAT OPTIK SI STEM KOMUNIKASI O P TIK V S KO NVENSIONAL O LEH : H ASANAH P UTRI REFERENSI BUKU 1. Keiser, Gerd; Optical Fiber Communications, Mc Graw-Hill International. 2. Agrawal,

Lebih terperinci

Perancangan Sensor Kebakaran (Asap) Menggunakan Serat Optik Plastik

Perancangan Sensor Kebakaran (Asap) Menggunakan Serat Optik Plastik Perancangan Sensor Kebakaran (Asap) Menggunakan Serat Optik Plastik Oleh : Desica Alfiana 2408100015 Pembimbing I : Ir. Heru Setijono, MSc Pembimbing II : Agus M. Hatta, ST, MSi, PhD 9/7/2012 Seminar Tugas

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Menggunakan Metode Difraksi

Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Menggunakan Metode Difraksi Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Menggunakan Metode Difraksi Oleh : Lusiana Weny Setyarini 2408100005 Dosen Pembimbing : Ir. Heru Setijono, M.Sc 19490120 197612 1 001 Agus Muhammad Hatta,

Lebih terperinci

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA :

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA : TUGAS NAMA MATA KULIAH DOSEN : Sistem Komunikasi Serat Optik : Fitrilina, M.T OLEH: NAMA MAHASISWA : Fadilla Zennifa NO. INDUK MAHASISWA : 0910951006 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DAN KONSENTRASI SAMPEL

DAN KONSENTRASI SAMPEL PERANCANGAN SENSOR ph MENGGUNAKAN FIBER OPTIK BERDASARKAN VARIASI KETEBALAN REZA ADINDA ZARKASIH NRP. 1107100050 DAN KONSENTRASI SAMPEL DOSEN PEMBIMBING : DRS. HASTO SUNARNO,M.Sc Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA - 2406100093 PENDAHULUAN Kebutuhan suatu alat pengukuran pergeseran obyek dalam

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) ( X Print) B-9

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) ( X Print) B-9 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) B-9 Studi Awal Fabrikasi dan Karakterisasi Directional Coupler Konfigurasi 4 4 Berbahan Serat Optik Plastik Step Index Multimode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. teknologi telekomunikasi, terutama dalam era moderen seperti sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. teknologi telekomunikasi, terutama dalam era moderen seperti sekarang ini. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang dari penelitian ini, Permasalahan yang belum terpecahkan, sehingga dilakukannya penelitian ini yang memiliki batasan-batasan dalam

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-103 Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe

Lebih terperinci

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik Overview Materi Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik Material serat optik Kabel Optik Struktur Serat Optik Struktur Serat Optik (Cont..) Core Terbuat dari bahan kuarsa

Lebih terperinci

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER.

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER. K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER ekofajarcahyadi@st3telkom.ac.id OVERVIEW SMF (Single Mode Fiber) MMF (Multi Mode Fiber) Signal Degradation BASIC PRINCIPLE OF LIGHTS TRANSMISSION IN F.O JENIS-JENIS FIBER

Lebih terperinci

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran 11 BAB III WAVEGUIDE 3.1 Bumbung Gelombang Persegi (waveguide) Bumbung gelombang merupakan pipa yang terbuat dari konduktor sempurna dan di dalamnya kosong atau di isi dielektrik, seluruhnya atau sebagian.

Lebih terperinci

Sejarah singkat komunikasi optic dan perkembangan fiber optic Spektrum elektromagnetik

Sejarah singkat komunikasi optic dan perkembangan fiber optic Spektrum elektromagnetik Overview Materi Sejarah singkat komunikasi optic dan perkembangan fiber optic Spektrum elektromagnetik Kelebihan fiber optic Elemen utama system komunikasi optic Contoh-contoh system aplikasi optik Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Cahaya

Lebih terperinci

Bahan Kuliah Fisika Dasar 2. Optika Fisis

Bahan Kuliah Fisika Dasar 2. Optika Fisis Bahan Kuliah Fisika Dasar 2 Optika Fisis Optika Fisik (Physical Optics) Optical Interference (Intefrerensi Optik) Double-Slit Interference Thin-Film Interference Optical Diffraction (Difraksi Optik) Single-Slit

Lebih terperinci

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan aspek penting dalam kehidupan karena lingkungan adalah tempat dimana kita hidup, bernafas dan sebagainya. Lingkungan merupakan kawasan tempat kita

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR Rini Indah S. 1, Sukiswo,ST, MT. 2 ¹Mahasiswa dan ²Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D

Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D Serat optik FTP 320-10 banyak digunakan Bagaimana karakter makrobending losses FTP 320-10 terhadap pembebanan Bagaimana kecepatan respon FTP 320-10

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 8 Pengantar Serat Optik

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 8 Pengantar Serat Optik TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 8 Pengantar Serat Optik Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME

PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME Ani Fatimah 1, Harmadi 2 dan Wildian 2 1 Program Pascasarjana FMIPA Universitas Andalas 2 Departemen

Lebih terperinci

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian aplikasi multimode

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian aplikasi multimode BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian aplikasi multimode fiber coupler sebagai sensor ketinggian permukaan bensin dan oli berbasis sensor pergeseran yang meliputi

Lebih terperinci

ANALISA SPEKTRUM CAHAYA MENGGUNAKAN METODE GRATING BERBASIS MIKROKONTROLER AVR. Disusun oleh : Nama : Gunawan Kasuwendi NRP :

ANALISA SPEKTRUM CAHAYA MENGGUNAKAN METODE GRATING BERBASIS MIKROKONTROLER AVR. Disusun oleh : Nama : Gunawan Kasuwendi NRP : ANALISA SPEKTRUM CAHAYA MENGGUNAKAN METODE GRATING BERBASIS MIKROKONTROLER AVR Disusun oleh : Nama : Gunawan Kasuwendi NRP : 0422152 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri,

Lebih terperinci

Studi Penerapan Fiber Optic Ring Resonator Untuk Sensor Optik

Studi Penerapan Fiber Optic Ring Resonator Untuk Sensor Optik Studi Penerapan Fiber Optic Ring Resonator Untuk Sensor Optik Fransiscus Rosano Adi Prakoso dan Purnomo Sidi Priambodo 1. Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen

Lebih terperinci

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT Saluran / Jaringan Lokal Saluran yang menghubungkan pesawat pelanggan dengan Main Distribution Point disentral telepon. Panjang

Lebih terperinci

Sistem Pengembangan Pendeteksian Indeks Bias Zat Cair Menggunakan Serat Optik Singlemode Berbasis Otdr (Optical Time Domain Reflectometer)

Sistem Pengembangan Pendeteksian Indeks Bias Zat Cair Menggunakan Serat Optik Singlemode Berbasis Otdr (Optical Time Domain Reflectometer) Sistem Pengembangan Pendeteksian Indeks Bias Zat Cair Menggunakan Serat Optik Singlemode Berbasis Otdr (Optical Time Domain Reflectometer) Prastyowati Budiningsih, Samian, Pujiyanto Fakultas Sains Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diperkenalkan oleh Kao dan Hockham bahwa serat optik dapat digunakan pada sistem komunikasi, metode modulasi cahaya pada serat optik telah banyak diinvestigasi.

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Sistem komunikasi optik adalah suatu sistem komunikasi yang media transmisinya menggunakan serat optik. Pada prinsipnya sistem komunikasi serat

Lebih terperinci

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Tahapan Penelitian Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai Perancangan Sensor Pengujian Kesetabilan Laser Pengujian variasi diameter

Lebih terperinci

Teknologi Jaringan Komunikasi data dan Media Transmisi

Teknologi Jaringan Komunikasi data dan Media Transmisi Teknologi Jaringan Komunikasi data dan Media Transmisi Setelah kita mempelari tentang teori dasar kominukasi data dan telah juga mempelajari tranmisi dan media tranmisi, sekarang kita akan membahas soal

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI 4.1 Analisa Perencanaan Instalasi Penentuan metode instalasi perlu dipertimbangkan

Lebih terperinci

STUDY AWAL FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph

STUDY AWAL FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph STUDY AWAL FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph Nama Mahasiswa : RAHARDIANTI AYU KHOLILAH NRP : 1106 100 04 Jurusan : Fisika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Drs. HASTO SUNARNO, M.Sc. Abstrak Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin. Selanjutnya,

BAB III METODE PENELITIAN. karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin. Selanjutnya, BAB III METODE PENELITIAN Bab ketiga ini akan dijelaskan metode penelitiannya, antara lain tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, bahan dan alat yang digunakan saat penelitian, prosedur pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

POWER LAUNCHING. Ref : Keiser. Fakultas Teknik Elektro 1

POWER LAUNCHING. Ref : Keiser. Fakultas Teknik Elektro 1 POWER LAUNCHING Ref : Keiser Fakultas Teknik Elektro 1 Penyaluran daya optis dr sumber ke fiber : Fiber : NA fiber Ukuran inti Profil indeks bias Beda indeks bias inti-kulit Sumber : Ukuran POWER LAUNCHING

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 Analisis output dilakukan terhadap hasil simulasi yang diperoleh agar dapat mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi output. Optimasi juga dilakukan agar output meningkat mendekati dengan hasil

Lebih terperinci

Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index

Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index B22 Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index Muhadha Shalatin dan Agus Rubiyanto Departemen Fisika, Fakultas Ilmu Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta PENGARUH SUHU PADA PENGUKURAN PERGESERAN DENGAN MENGGUNAKAN SERAT OPTIK BERSTRUKTUR SMS (SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE) DAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER) Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN POLA INTERFERENSI CAHAYA PADA SERAT OPTIK MULTIMODE GRADED INDEX MENGGUNAKAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER)

PENDETEKSIAN POLA INTERFERENSI CAHAYA PADA SERAT OPTIK MULTIMODE GRADED INDEX MENGGUNAKAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER) PENDETEKSIAN POLA INTERFERENSI CAHAYA PADA SERAT OPTIK MULTIMODE GRADED INDEX MENGGUNAKAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER) Aslam Chitami Priawan Siregar Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian diawali dengan pembuatan sampel untuk uji serapan panjang gelombang sampel. Sampel yang digunakan pada uji serapan panjang gelombang sampel adalah

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Gelatin Sapi dan Gelatin Babi sebagai Cladding pada Serat Optik untuk Perancangan Sensor Kelembaban

Analisis Penggunaan Gelatin Sapi dan Gelatin Babi sebagai Cladding pada Serat Optik untuk Perancangan Sensor Kelembaban Analisis Penggunaan Gelatin Sapi dan Gelatin Babi sebagai Cladding pada Serat Optik untuk Perancangan Sensor Kelembaban B38 Wafa Faziatus Sholikhah dan Agus Rubiyanto Departemen Fisika, Fakultas Ilmu Alam,

Lebih terperinci

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta PENGARUH SUHU PADA PENGUKURAN STRAIN BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK BERSTRUKTUR SMS (SINGLEMODE- MULTIMODE-SINGLEMODE) DAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER) Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad

Lebih terperinci

PENENTUAN KEMURNIAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN TEKNIK ANALISIS PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI CAHAYA AKIBAT MEDAN LISTRIK LUAR

PENENTUAN KEMURNIAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN TEKNIK ANALISIS PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI CAHAYA AKIBAT MEDAN LISTRIK LUAR 10 Jurnal Neutrino Vol. 3, No. 1, Oktober 2010 PENENTUAN KEMURNIAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN TEKNIK ANALISIS PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI CAHAYA AKIBAT MEDAN LISTRIK LUAR Emmilia Agustina Abstrak: Kayu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Trafik Secara umum trafik dapat diartikan sebagai perpindahan informasi dari satu tempat ke tempat lain melalui jaringan telekomunikasi. Besaran dari suatu trafik telekomunikasi

Lebih terperinci

DESAIN SENSOR PENGUKUR INDEK BIAS LARUTAN BERBASIS FIBER OPTIK

DESAIN SENSOR PENGUKUR INDEK BIAS LARUTAN BERBASIS FIBER OPTIK DESAIN SENSOR PENGUKUR INDEK BIAS LARUTAN BERBASIS FIBER OPTIK Reo Ramandha 1, Wahyudi 2 1 SMP Negeri 3 Sandai, Jalan Raya Desa Petai Patah Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang 2 Prodi Pendidikan Fisika,

Lebih terperinci

Sensor Fiber Optik Dari Bahan Fiber Optik Polimer Untuk Pengukuran Refractive Index Larutan Gula

Sensor Fiber Optik Dari Bahan Fiber Optik Polimer Untuk Pengukuran Refractive Index Larutan Gula ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2012) Vol.2 No.1 halaman 29 April 2012 Sensor Fiber Optik Dari Bahan Fiber Optik Polimer Untuk Pengukuran Refractive Index Larutan Gula Nila Wulan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONTROL FREKUENSI GETARAN AKUSTIK BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK

PERANCANGAN SISTEM KONTROL FREKUENSI GETARAN AKUSTIK BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK PERANCANGAN SISTEM KONTROL FREKUENSI GETARAN AKUSTIK BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK (The Design of Control System of Acoustic Vibration Frequency Based on Fiber Optic Sensor) Harmadi 1 *, Firmansyah 2, Wildian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gelombang terahertz (THz) adalah bagian dari spektrum elektromagnetik dengan panjang gelombang yang berada di antara spektrum infrared dan microwave. Wilayah terahertz,

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tiga jenis bahan pembuat gigi yang bersifat restorative yaitu gigi tiruan berbahan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tiga jenis bahan pembuat gigi yang bersifat restorative yaitu gigi tiruan berbahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan, namun prevalensi terjadinya kehilangan gigi tetap menjadi masalah klinis yang signifikan. Kehilangan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR BEBAN BERBASIS SERAT OPTIK SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE MENGGUNAKAN HIGH DENSITY POLYETHYLENE SEBAGAI MATERIAL PENAHAN BEBAN

RANCANG BANGUN SENSOR BEBAN BERBASIS SERAT OPTIK SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE MENGGUNAKAN HIGH DENSITY POLYETHYLENE SEBAGAI MATERIAL PENAHAN BEBAN 1 RANCANG BANGUN SENSOR BEBAN BERBASIS SERAT OPTIK SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE MENGGUNAKAN HIGH DENSITY POLYETHYLENE SEBAGAI MATERIAL PENAHAN BEBAN Ika Puspita, Sekartedjo, Agus Muhamad Hatta Teknik

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN. adalah Link Medan-Tebing Tinggi dengan dengan dua daerah jalur ukur, yaitu

BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN. adalah Link Medan-Tebing Tinggi dengan dengan dua daerah jalur ukur, yaitu BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN 3.1 Umum Sistem komunikasi serat optik secara umum digunakan sebagai media transmisi jarak jauh. Pada Tugas Akhir ini daerah atau wilayah yang akan diamati adalah Link

Lebih terperinci

Endi Dwi Kristianto

Endi Dwi Kristianto Fiber Optik Atas Tanah (Part 1) Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

Sensor Indeks Bias Larutan Menggunakan Fiber Coupler

Sensor Indeks Bias Larutan Menggunakan Fiber Coupler Sensor Indeks Bias Larutan Menggunakan Fiber Coupler Zilda Qiftia¹, Samian¹, dan Supadi¹. ¹Program Studi S1 Fisika, Departemen Fisika, FST Univesitas Airlangga, Surabaya. Email: zqiftia@gmail.com Abstrak.

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI

LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI NOMOR PERCOBAAN : 01 JUDUL PERCOBAAN : FIBER OPTIK SINYAL ANALOG KELAS / KELOMPOK : TT - 5A / KELOMPOK 4 NAMA PRAKTIKAN : 1. SOCRATES PUTRA NUSANTARA (1315030082) NAMA KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Optika dan Aplikasi Laser Departemen Fisika Universitas Airlangga dan Laboratorium Laser Departemen Fisika

Lebih terperinci

Faktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver

Faktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver Version 1.1.0 Faktor Rate data Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver Kecepatan Transmisi Bit : Binary Digit Dalam transmisi bit merupakan pulsa listrik negatif

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT Winarni Agil (1), Ir. M. Zulfin, M.T (2) Kosentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Overview Materi Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering Rugi-rugi bending Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Redaman/Atenuasi Redaman mempunyai peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengenalan Kabel Serat Optik Serat optik adalah suatu media transimisi berupa pemandu gelombang cahaya (light wave guide) yang berbentuk kabel tembus pandang (transparant), dimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Gelombang di Dalam Domain Komputasi Teknis penelitian yang dilakukan dalam menguji disain sensor ini adalah dengan cara menembakkan struktur sensor yang telah

Lebih terperinci

POWER LAUNCHING. Ref : Keiser

POWER LAUNCHING. Ref : Keiser POWER LAUNCHING Ref : Keiser Penyaluran daya optis dr sumber ke fiber : Fiber : NA fiber Ukuran inti Profil indeks bias Beda indeks bias inti-kulit Sumber : Ukuran POWER LAUNCHING Radiansi/brightness (daya

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DATA SATELIT

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DATA SATELIT Berita Dirgantara Vol. 15 No. 2 Desember 2014:58-63 SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DATA SATELIT Muh. Sulaiman 1 Nur Ubay, Suhata Peneliti Pusat Teknologi Satelit, LAPAN 1e-mail: sulaiman_itb@yahoo.com RINGKASAN

Lebih terperinci