BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori Pengertian Entrepreneurship Berdasarkan pendapat Lambing & Charles (1999), entrepreneurship adalah suatu usaha yang kreatif yang membangun suatu value dari yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh banyak orang. Setiap wirausahawan (entrepreneur) yang sukses memiliki empat unsur pokok, yaitu: 1. Kemampuan (hubungannya dengan IQ dan skill) 2. Keberanian (hubunganny a dengan EQ dan mental) 3. Keteguhan hati (hubungannya dengan motivasi diri) 4. Kreativitas yang menelurkan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk menemukan peluang berdasarkan intuisi (hubungannya dengan experiences) Dalam bukunya Be a Smart and Good ENTREPRENEUR (2006, p21) Hendro & Chandra W.W mengatakan bahwa entrepreneur adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada dalam diri anda untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehingga bisa meningkatkan taraf hidup anda di masa mendatang. Hal hal itu antara lain: 8

2 9 Pengetahuan (knowledge) Kemampuan (skill) Pengalaman (experiences) Jaringan (networking) Informasi informasi yang didapat (information) Sumber sumber yang ada (sources-uang, bakat, lingkungan, keluarga, dan lain lain) Waktu yang ada (time) Masa depan dan kesempatan ( future and opportunity ) Entrepreneurship adalah proses, dimana diciptakan sesuatu yang berbeda yang bernilai, dengan jalan mengorbankan waktu dan upaya yang diperlukan, dimana orang menanggung resiko finansial, psikologikal, serta sosial, dan orang yang bersangkutan menerima hasil hasil berupa imbalan moneter, dan kepuasan pribadi sebagai dampak kegiatan itu. (Windardi, 2003,p172) Entrepreneurship adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen. (Dalimunthe, 2003) (Drucker, 1985) mengartikan entrepreneurship sebagai semangat, kemampuan, sikap, perilaku individu dalam menangan usaha/kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan

3 10 meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Untuk memperoleh keuntungan diperlukan kreativitas dan penemuan hal hal baru. Entrepreneurship adalah proses yang mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi sang entrepreneur. Dari definisi definisi entrepreneurship diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang entrepreneur adalah orang yang mampu untuk melihat suatu peluang dan menciptakan sesuatu agar memiliki nilai (value) yang lebih dengan menyediakan menyediakan produk yang lebih bermanfaat serta memperoleh suatu keuntungan dari situ, setelah melalui resiko resiko yang ada. Entrepreneur memiliki kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehingga bisa meningkatkan taraf hidup di masa mendatang Minat Definisi Minat Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi yang akan mengarahk an seseorang dalam melak uk an apa y ang merek a lakuk an (Hurigck, 1978). (Gunarso, 1985), mengartikan bahwa minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap, individu yang berminat terhadap suatu objek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan objek tersebut.

4 11 Woodworth dan Marquis (2001) berpendapat, minat merupakan suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan objek yang menarik baginya. Oleh karena itu minat dikatakan sebagai suatu dorongan untuk berhubungan dengan lingkungannya, kecenderungan untuk memeriksa, menyelidiki atau mengerjakan suatu aktivitas yang menarik baginya. Apabila individu menaruh minat terhadap sesuatu hal ini disebabkan objek itu berguna untuk menenuhi kebutuhannya. Kecenderungan seseorang untuk memberikan perhatian apabila disertai dengan perasaan suk a atau sering disebut dengan minat (Rustan, 1988). Minat tersebut apabila sudah terbentuk pada diri seseorang maka cenderung menetap sepanjang objek minat tersebut efektif baginya, sehingga apabila objek minat ter sebut tidak efektif lagi maka minatnya pun cenderung berubah. Pada dasarnya minat merupakan suatu sikap yang dapat membuat seseorang merasa senang terhadap objek situasi ataupun ide ide tertentu yang biasanya diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek yang disenangi tersebut. Minat seseorang baik yang bersifat menetap atau yang bersifat sementara, dan berbagai sistem motivasi yang dominan merupakan faktor penentu internal yang benar-benar mendasar dalam mempengaruhi perhatiannya (Marx, 1998). Crow & Crow (1995) menyatakan bahwa minat adalah dasar bagi tugas hidup untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu maka akan menampilkan suatu perhatian, perasaan dan sikap positif terhadap sesuatu hal tersebut. (Eysenck, et.al, 1992) mengemuk ak an bahwa minat merupak an suatu kecenderungan untuk bertingkah laku yang berorientasi pada objek, kegiatan dan pengalaman tertentu, selanjutnya menjelaskan bahwa intensitas kecenderungan yang dimiliki seseorang berbeda dengan yang lainnya, mungkin lebih besar intensitasnya atau lebih kecil tergantung pada masing-masing orangnya.

5 12 Menurut (Chaplin, 1995) minat merupak an suatu sik ap y ang k ek al, mengikutsertak an perhatian individu dalam memilih objek yang dirasakan menarik bagi dirinya dan minat juga merupakan suatu keadaan dari motivasi yang mengarahkan tingkah laku pada tujuan tertentu. Sedangkan Witheringan (1985) menyatakan bahwa minat merupakan kesadaran individu terhadap suatu objek tertentu (benda, orang, situasi, masalah) yang mempunyai sangkut paut dengan dirinya. Minat dipandang sebagai reaksi yang sadar, karena itu kesadaran atau info tentang suatu objek harus ada terlebih dahulu daripada datangnya minat terhadap objek tersebut, cukup kalau individu merasa bahwa objek tersebut menimbulkan perbeedaan bagi dirinya. Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah suatu rasa suka, dorongan atau ketertarikan dari dalam diri seseorang yang mengarahkannya kepada objek yang diminatinya tersebut. Minat harus terlebih dahulu diawali dengan informasi (dari lingkungan sekitarnya) terhadap suatu objek, yang kemudian bagi pribadi tersebut dirasa dapat membawa suatu keuntungan (perbedaan) bagi dirinya Pengukuran Minat Entrepreneur Menurut Super & Crites, y ang dikutip oleh Suk ardi (1998, p109) bahwa seseorang yang mempunyai minat pada objek tertentu dapat diketahui dari pengungkapan/ucapan, tindakan/perbuatan, dan dengan menjawab sejumlah pertanyaan. 1. Pengungkapan/Ucapan Seseorang yang mempunyai minat menjadi entrepreneur ak an diek spresik an (expressed interest) dengan ucapan atau pengungkapan. Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata-kata tertentu. Misalnya: seseorang yang berminat menjadi

6 13 entrepreneur kemudian mengatakan bahwa dia ingin membuka usaha jual beli barang atau jasa. 2. Tindakan/Perbuatan Seseorang yang mengekspresikan minatnya dengan tindakan/perbuatan berkaitan dengan hal hal berhubungan dengan minatnya. Seseorang yang memiliki minat menjadi entrepreneur akan melakukan tindakan tindakan yang mendukung usahanya tersebut. 3. Menjawab Sejumlah Pertanyaan Minat seseorang dapat diukur dengan menjawab sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu. Misalnya: Apakah anda tertarik dengan entrepreneurship? Mengapa anda tertarik dengan bidang entrepreneurship? Mulai kapan anda tertarik dengan di bidang entrepreneursip? Pertanyaan pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan angket atau wawancara A spek Yang Mempengaruhi Minat Entrepreneur Menurut Hendro & Chandra W.W (2006, p ), ada beberapa aspek yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk memilih jalur entrepreneur sebagai jalan hidupnya, yaitu: 1. Individual/personal factor Merupakan pengaruh pengalaman hidup dari kecil hingga dewasa, baik oleh lingkungan ataupun keluarga. Contohnya:

7 14 a. Pengaruh masa kanak kanak b. Perkembangan saat dewasa c. Perspektif atau cita citanya 2. Suasana kerja Lingkungan pekerjaan yang nyaman tidak akan menstimulus orang atau pikirannya untuk berkeinginan menjadi pengusaha. Namun, bila lingkungan kerja tidak nyaman, maka hal itu akan mempercepat seseorang memilih jalan kariernya untuk menjadi seorang pengusaha. 3. Tingkat pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka hal itu juga semakin tidak begitu berpengaruh terhadap keinginan dirinya untuk memilih pengusaha sebagai jalan hidupnya. Rata rata justru tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi yang menstimulus seseorang untuk memilih karirnya menjadi seorang pengusaha. 4. Personality (kepribadian) Ada banyak tipe kepribadian, seperti controller, advocator, analitic, dan fasilitator. Dari tipe tipe itu, yang cenderung mempunyai hasrat tinggi untuk memilih karier menjadi seorang pengusaha adalah controller dan advocator, tetapi itu bukan sesuatu yang mutlak, karena semua bisa asalkan ada kemauan. 5. Prestasi pendidikan Rata rata orang yang mempunyai prestasi yang tidak tinggi justru punya keinginan yang lebih kuat untuk menjadi seorang pengusaha. Hal ini didorong oleh sesuatu keadaan yang memaksa ia berpikir bahwa menjadi pengusaha adalah salah satu pilihan

8 15 terakhir untuk sukses, sedangkan untuk berkarir di dunia pekerjaan dirasakan sangat berat, mengingat persaingan yang sangat ketat dan masih banyak para lulusan yang berpotensi yang belum mendapatkan pekerjaan. 6. Dorongan keluarga Keluarga sangat berperan penting dalam menumbuhkan serta mempercepat seseorang untuk mengambil keputusan berkarir sebagai entrepreneur, karena orangtua berfungsi sebagai konsultan pribadi, coach, dan mentornya. 7. Lingkungan dan pergaulan Orang bilang bahwa untuk sukses, seseorang harus bergaul dengan orang yang sukses agar tertular. Memang begitu adanya, karena bila anda bergaul dengan orang orang yang malas, maka anda lama kelamaan juga akan menjadi malas. Begitu juga sebaliknya. 8. Ingin lebih dihargai atau Self Esteem Posisi tertentu yang dicapai seseorang akan mempengaruhi arah kariernya. Sesuai dengan teori Maslow, setelah seseorang tepenuhi keinginan sandan, pangan, dan papannya, maka kebutuhan yang ingin ia raih berikutnya adalah Self Esteem, yaitu ingin lebih dihargai. 9. Keterpaksaan dan keadaan Kondisi yang diciptakan atau yang terjadi, misal Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pensiun, dan menganggur atau belum bekerja, akan dapat membuat seseorang memilih jalan hidupnya menjadi entrepreneur, karena memang sudah tidak ada pilihan lagi untuk ny a.

9 16 Mc Clelland (1995) yang dikutip oleh Utami (2007, p21-23) menggolongkan dua aspek yang mempengaruhi minat untuk menjadi entrepreneur adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor dari dalam diri individu (interen), meliputi: A. Motivasi Keberhasilan kerja membutuhkan motif motif untuk mendorong atau memberi semangat dalam pekerjaan. Motif itu meliputi motif untuk kreatif dan inovatif yang merupakan motivasi yang mendorong individu mengeluarkan pemikiran yang spontan dalam menghadapi suatu perubahan dengan memberi alternatif yang berbeda dari yang lain. Motif yang lain yaitu motif untuk bekerja yang ada pada individu agar mempunyai semangat atau minat dalam memenuhi kebutuhankebutuhan serta menjalankan tugas dalam pekerjaan. B. Pengalaman atau pengetahuan Kebutuhan akan pengalaman merupakan pengetahuan yang harus dicari sebanyak mungkin. Pengalaman merupakan pengetahuan atau ketrampilan yang dikuasai atau diketahui sebagai akibat dari perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya selama jangka waktu tertentu. Entrepreneur yang berpengalaman mengelola usaha sebelumnya dapat melihat lebih banyak jalan untuk membuka usaha baru. C. Kepribadian Kepribadian rapuh merupakan sesuatu yang negatif pengaruhnya terhadap pekerjaan. Pribadi yang berhasil yaitu apabila seseorang dapat berhubungan secara baik serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar dan efektif.

10 17 2. Faktor-faktor dari luar dirinya (eksteren), meliputi: A. Lingkungan keluarga Keadaan keluarga dapat mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang dalam suatu usaha. Ketegangan dalam kehidupan keluarga akan menurunkan gairah kerja dan pekerjaan menjadi terganggu. Lingkungan keluarga yang harmonis dalam berinteraksi akan menunjang kesuksesan serta mengarahkan tenaga kerjanya lebih efisien. B. Lingkungan tempat bekerja Lingkungan tempat dimana seseorang manjalani usahanya mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam menjalankan usaha. Lingkungan ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu: 1) Situasi kerja secara fisik Situasi kerja dinilai sebagai sarana atau lingkungan tempat untuk memulai usaha. Seorang entrepreneur dapat menciptakan pekerjaannya dalam situasi apapun melalui bakat dan ketrampilan yang dimiliki. Namun yang utama bagi seorang entrepreneur adalah dapat mencari peluang atau mengambil inisiatif agar usahanya bisa maju. 2) Hubungan dengan mitra kerja Hubungan dengan teman sejawat atau teman kerja merupakan mitra yang dapat dijadikan pertimbangan untuk mewujudkan mimpi mimpi. Selain itu dapat bekerja sama dalam mendukung atau memotivasi untuk dapat menyelesaikan konflik dengan baik merupakan sesuatu yang mendasar dalam pekerjaan.

11 18 Menurut pendapat Riyanti (2003) yang dikutip oleh Utami (2007, p23-29) menyatakan bahwa aspek aspek yang mempengaruhi minat entrepreneurship adalah sebagai berikut: 1. Aspek internal meliputi : A. Demografi Faktor demografi merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi seseorang agar memiliki minat untuk menjadi entrepreneur. Kondisi demografi yang ada dalam diri seseorang dapat dipandang sebagai sesuatu yang mempengaruhi dalam keberhasilan usaha. Faktor demografi ini meliputi: usia dimana usia kronologis adalah usia ketika seseorang memulai karir sebagai entrepreneur. Hurlock (1991) berpendapat bahwa perkembangan karir berjalan seiring dengan proses perkembangan manusia. Faktor demografi yang lain yaitu pengalaman di mana dalam menjalankan usaha merupakan pendorong terbaik keberhasilan, terutama usaha baru itu berkaitan dengan pengalaman usaha sebelumnya. Kebutuhan akan pengalaman tergantung dari diri pribadi bagaimana dapat mencari atau mengelola pengalaman yang diperoleh. Entrepreneur yang berpengalaman mengelola usaha sebelumnya dapat melihat lebih banyak jalan untuk membuka usaha baru. Faktor demografi yang terakhir yaitu pendidikan karena pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal tersebut terkait langsung dengan bidang usaha yang dikelola. Semakin banyak seseorang tertarik untuk belajar dalam dunia pendidikan akan meningkatkan dalam usahanya.

12 19 B. Kepribadian Karakteristik kepribadian individu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Seorang entrepreneur harus mempunyai jiwa pemimpin, siap mental untuk menghadapi segala resiko dan tantangan dalam hidupnya. Kepribadian yang matang untuk dapat menghadapi masalah dengan pikiran terbuka adalah sikap yang baik bagi seorang entrepreneur. Kepribadian ini dibagi menjadi 2 aspek yaitu: 1) Tipe Kepribadian a) Achiever (Seseorang yang berprestasi) Entrepreneur yang bertipe achiever mempunyai ciri-ciri mempunyai kebutuhan akan prestasi dimana seseorang mendapat prestasi atas kemampuannya dalam persaingan, selalu ingin mengetahui hasil karyanya secara nyata dan dapat mengelola saran dari orang lain. Seorang achiever juga mempunyai komitmen pribadi yang kuat dalam arti entrepreneur tipe ini mempunyai kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan dan nilai pribadi atau rasa kesetiaan terhadap usaha pribadi. b) Supersales Person (Seorang ahli penjualan) Tipe entrepreneur ini adalah mempunyai kemampuan berempati dengan memahami secara lebih mendalam kebutuhan orang lain, membantu dan mengerti perasaan orang lain, serta kemampuan memasarkan dengan mempengaruhi orang lain untuk dapat tertarik pada pekerjaannya serta memiliki kemampuan sosialisasi yang baik.

13 20 c) Real Managers (Seorang pemimpin) Real Managers mempunyai ciri ciri kebutuhan akan kepemimpinan yang merupakan kemampuan mengambil keputusan dan mempengaruhi orang lain melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung dengan menggerakkan orang orang agar mempunyai kesadaran mengikuti kehendaknya. Selain itu mempunyai kemampuan untuk bersaing yaitu kemampuan untuk menggerakkan usaha, memperbaiki untuk mendapatkan tempat atau kepercayaan yang lebih tinggi di masyarakat. Persaingan tersebut tentunya dalam hal yang positif atau persaingan yang sehat, tidak mengakibatkan pertentangan baru dan dapat mengendalikan dalam berbagai situasi. d) Expert Idea Generator (Ahli pengemuka ide / gagasan) Tipe ini mempunyai karakteristik keinginan untuk berinovasi yaitu apabila individu dapat memecahkan masalah dan menemukan jalan keluarnya, dapat mencari gagasan dalam waktu singkat, serta membuat perubahan dengan cara baru. Disamping itu adanya keinginan untuk adaptif yaitu menyukai gagasan gagasan, mengatasi perubahan dalam jangka waktu panjang melalui perbaikan dan peningkatan efisiensi secara terarah dan terencana. 2) Sifat sifat / karakteristik entrepreneur a) Pengendalian diri Sifat ini penting bagi seorang usahawan karena merupakan pengendalian atas kekuatan yang ada di dalam diri sendiri bukan oleh hal hal di luar dirinya. Misalnya kemampuan dan usaha yang individu tersebut sudah

14 21 lakukan. Seorang entrepreneur percaya bahwa kesuksesan usahanya tergantung pada kemampuan sendiri bukan dipengaruhi oleh faktor keberuntungan atau nasib. b) Tingkat kemandirian / ketidaktergantungan tinggi Tingkat kemandirian yang tinggi sangat penting untuk seorang entrepreneur untuk tidak tergantung pada orang lain dan bebas untuk berekspresi. c) Pengambil resiko Seorang yang menjadi entrepreneur harus siap untuk mengambil resiko akan suatu kerugian yang dihadapi dan tidak mudah menyerah. Pandangan dalam karir seharusnya melihat aspek positif dan negatif dengan tantangan yang berupa kerja keras, dan resiko pekerjaan. d) Kebutuhan untuk berprestasi Selain dapat mengontrol lingkungannya individu juga harus termotivasi untuk berprestasi untuk melakukan sebaik baiknya pekerjaan yang membutuhkan informasi yang komplek. e) Sikap keterbukaan tinggi Sikap keterbukaan sangat diperlukan untuk dapat peduli, menghargai dan membantu orang lain. Serta dapat membuka pikiran atau berbagi pengalaman atau ide dengan orang lain. f) Mempunyai kepercayaan diri tinggi Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur. Keinginan untuk menonjolkan karyanya atau kemampuan

15 22 yang dimiliki tanpa malu atau rendah diri pada orang lain. Seorang entrepreneur harus percaya bahwa kemampuan dan keahliannya layak untuk dipublikasikan. g) Berorientasi pada masa depan Kekuatan untuk dapat mencapai tujuan adalah berpandangan positif ke depan. Suatu pemikiran dengan tujuan untuk keberhasilan usaha dan selalu memandang sesuatu yang akan dijalani bertujuan baik atau positif bagi pribadi maupun orang lain. h) Berorientasi pada tugas Seorang entrepreneur selalu mengacu pada orientasi penyelesaian tugas dan berusaha untuk tepat waktu. Tugas tersebut adalah menuntut kerja keras dan kemauan usaha yang kuat untuk dapat menyelesaikannya agar dapat memenuhi kebutuhan orang lain dan memberikan hasil yang memuaskan. C. Motif Pribadi Kekuatan motif pribadi merupakan pendorong yang penting atau diperlukan untuk dapat memulai suatu usaha. Munculnya motif dari dalam individu akan mempengaruhi keberhasilan dalam meningkatkan suatu pekerjaan, oleh karena itu diperlukan adanya motif atau minat yang benar benar kuat dari dalam pribadi. Motif ini meliputi motif untuk kreatif yaitu motivasi yang ada dalam diri individu untuk mengeluarkan inisiatif inisiatif dalam mengambil suatu tindakan yang bervariasi dan motif untuk bekerja yang merupakan pendorong minat seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan.

16 23 2. Aspek Eksternal, meliputi: A. Lingkungan Keluarga Kehidupan interaksi dalam keluarga tidak pernah akan lepas dari diri manusia. Suatu keluarga akan menciptakan kondisi baik tidaknya suatu hubungan atau kegiatan yang individu lakukan. Keluarga yang mendukung akan memberikan proses kelancaran usahanya. Kondisi sosial ekonomi keluarga juga menentukan seseorang berkemauan untuk membuka suatu usaha baru guna memenuhi kebutuhan. Kondisi sosial ek onomi mempengaruhi seseorang bek erja tergantung dari situasi k etik a seseorang tersebut akan mendirikan usaha. Apabila seseorang tersebut berkeinginan keras membuka usaha maka faktor ekonomi tidak menjadi permasalahan yang besar. B. Lingkungan kerja Lingkungan geografi atau lingkungan kerja merupakan faktor yang menentukan lingkungan fisik tempat bekerja serta keadaan masyarakat yang tepat untuk dapat melakukan usaha. Adanya lingkungan yang dapat diajak kerja sama dengan baik merupakan penguat individu dalam menjalankan pekerjaan. Menurut Helmi & Rista (2006), aspek aspek yang mempengaruhi minat untuk menjadi entrepreneur adalah: 1. Lingkungan keluarga dan masa kecil Beberapa penelitian yang berusaha mengungkap mengenai pengaruh lingkungan keluarga terhadap pembentukan semangat entrepreneurship. Penelitian bertopik urutan kelahiran menemukan bahwa anak dengan urutan kelahiran pertama lebih memilih untuk menjadi entrepreneur. Namun, penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut. Selanjutnya

17 24 pengaruh pekerjaan orangtua terhadap pertumbuhan semangat entrepreneurship ternyata memiliki pengaruh yang signifikan. 2. Pendidikan Faktor pendidikan juga tak kalah memainkan peran penting dalam pertumbuhan semangat entrepreneur. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang untuk melanjutkan usahanya namun juga membantu dalam mengatasi masalah dalam menjalankan usahanya. 3. Nilai nilai personal Faktor selanjutnya adalah nilai nilai personal yang akan mewarnai usaha yang dikembangkan seorang entrepreneur. Nilai personal akan membedakan ia dengan pengusaha lain terutama dalam menjalin hubungan dengan pelanggan, pemasok (supplier), dan pihak-pihak lain, serta cara dalam mengatur organisasinya. 4. Pengalaman kerja Pengalaman kerja tidak sekedar menjadi salah satu hal yang menyebabkan seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur. Pengalaman ketidakpuasan dalam bekerja juga turut menjadi salah satu pendorong dalam mengembangkan usaha baru. Menurut Matondang (2006, p17-18), faktor faktor yang mendorong seseorang menjadi entrepreneur, dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: 1. Confidence Modalities Karena terlahir dan dibesarkan dari keluarga yang memiliki tradisi kuat dalam bidan entrepreneurship, sehingga secara sengaja atau tidak sengaja cukup menjiwai pekerjaan semacam itu. Biasanya jenis usaha seperti ini akan diwariskan secara turun temurun.

18 25 Dari satu generasi ke generasi berikutnya. Untuk mengelola sebuah usaha dirasakan bukan merupakan sesuatu hal yang baru, dikarenakan telah terbiasa sedari kecil. Hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri yang kuat dalam mengelola usaha tersebut. 2. Emotion modalities Karena memang sengaja sudah mempersiapkan diri untuk menjadi entrepreneur, barangkali karena seringnya melihat peluang penghasilan yang tinggi, atau karena alasan lain. Media media elektronik, seperti televisi, radio, internet, surat kabar maupun buku merupakan sumber informasi yang begitu berlimpah. Banyak dijumpai informasi informasi mengenai profil profil pengusaha sukses jika saja mau mencarinya. Dengan seringnya membaca profil pengusaha sukses dan kiat kiat mereka dalam menjadi entrepreneur, hal ini akan menumbuhkan jiwa entrepreneur dalam diri. Gambaran gambaran mengenai peluang usaha yang sukses ke depan juga merupakan salah satu yang menyebabkan seseorang tertarik untuk menjadi entrepreneur. Biasanya orang orang seperti ini, dari awalnya, tidak berniat ingin bekerja kantor atau lebih dikenal sebagai orang gajian. Jadi dari jauh jauh hari sebelumnya, mereka telah mempersiapkan diri untuk menjadi entrepreneur. Orang orang yang mempunyai alasan seperti ini besar kemungkinannya akan sukses. Karena mereka mencurahkan segenap pengetahuan dan tenaganya bagi usaha yang dirintisnya (dibangunnya). 3. Tension Modalities Karena berbagai faktor seakan akan dipaksa oleh keadaan sehingga tidak memiliki pilihan lain selain menjadi entrepreneur. Alasan seperti ini biasanya datang dari orang orang yang menjadikan usahanya sebagai usaha sampingan atau usaha daripada. Maksudnya, mereka membangun suatu usaha bukan timbul dari keinginan sendiri tetapi dari faktor keadaan ekonomi ataupun lainnya. Maka akan timbul istilah daripada tidak

19 26 kerja lebih baik membuka usaha, ataupun usaha untuk mengisi waktu luang. Biasanya usaha yang dijalankan seperti ini, tingkat kemungkinannya untuk berkembang sangat kecil. Hal ini dikarenakan usaha tersebut tidak digeluti dengan sungguh sungguh. Usaha tersebut kemungkinan hanya akan jalan ditempat, ataupun mungkin mengalami kebangkrutan. Tetapi tidak tertutup kemungkinan juga pemikiran orang orang yang mengawali membuka usaha karena alasan tension modalities akan berubah. Hal ini dapat disebabkan mendapat penghasilan yang tinggi dalam menjalankan usaha tersebut. Sehingga akan timbul keinginan untuk lebih memajukan usaha yang sedang digelutinya. Seseorang akan termotivasi akan sesuatu pasti disebabkan oleh beberapa faktor antara lain karena keuntungan keuntungan yang mereka akan dapatkan setelah melakukan kegiatan tersebut. Tetapi perlu diingat bahwa selama pencapaian keuntungan tersebut pasti akan mengalami banyak kendala yang dihadapi. Oleh karena itu sebelum masuk pembahasan perlu adanya pengetahuan tentang keuntungan yang didapat dan kendala yang akan dihadapi. Berikut ini adalah pembahasan tentang keuntungan dan kendala (Zimmerer, 2001). A. Keuntungan k euntungan dalam bidang entrepreneurship Sebelum mendirikan suatu bisnis baru setiap orang harus mempertimbangkan keuntungan keuntungan mendirikan usaha kecil. Keuntungan keuntungan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kesempatan untuk menciptakan tujuan sendiri 2. Kesempatan untuk membuat sebuah perbedaan 3. Kesempatan untuk mencapai potensi penuh 4. Kesempatan untuk mendapat keuntungan yang tak terbatas

20 27 5. Kesempatan untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat 6. Kesempatan mengerjakan yang disukai B. Kendala kendala dalam bidang entrepreneurship Kepemilikan bisnis kecil mempunyai banyak keuntungan tetapi juga akan muncul kendala yang akan dihadapi oleh setiap entrepreneur. Oleh karena itu entrepreneur harus mengantisipasi kendala yang dapat muncul sebagai berikut: 1. Ketidakpastian pendapatan 2. Resiko kehilangan seluruh investasi 3. Kerja lama dan kerja keras 4. Kualitas hidup rendah sampai bisnis mapan 5. Tingkat stres tinggi 6. Tanggung Jawab penuh 7. Putus asa Dalam bukuny a Be a Smart and Good ENTREPRENEUR, Hendro & Chandra W.W (2006, p71) menyebutkan enam faktor penghalang untuk menjadi seorang entrepreneur: 1. Rasa ketakutan yang lebih besar dibandingkan kemampuan 2. Tidak mempunyai rasa percaya diri dan keyakinan akan diri anda sendiri 3. Bingung dan tidak tahu harus berbuat apa dan dari mana memulainya 4. Malas mencoba

21 28 5. Tidak mempunyai modal, bukan hanya uang saja 6. Selalu menunggu datangnya peluang emas, tidak membuat peluang sendiri Selain itu, disebutkan juga lima alasan mengapa seseorang tidak ingin menjadi entrepreneur: 1. Tidak mempunyai pengalaman 2. Tidak mempunyai modal 3. Tidak mempunyai keberanian untuk memutuskan 4. Tidak ada orang yang menuntun anda 5. Takut keluar dari zona nyaman Menurut Hendro & Chandra W.W (2006, p71), sebagian besar alasan alasan dan faktor yang menghambat seseorang menjadi seorang entrepreneur lebih berasal dari pikiran persepsi, yang terus menghantui dan memperlemah keberanian untuk menjadi seorang entrepreneur. Menurut (Sury aman, 2006) y ang mempengaruhi minat secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. 1. Faktor Intrinsik Faktor intrinsik adalah faktor faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor faktor intrinsik sebagai pendorong minat entrepreneur antara lain karena adanya kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang.

22 29 A. Pendapatan Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang. Entrepreneurship dapat memberikan pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan minatnya untuk menjadi entrepreneur. B. Harga diri Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia, karena dikarunia akal, pikiran dan perasaan. Hal itu menyebabkan manusia merasa butuh dihargai dan dihormati orang lain. Menjadi entrepreneur digunakan untuk meningkatkan harga diri seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain. Keinginan untuk meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan minat seseorang untuk menjadi entrepreneur. C. Perasaan senang Perasaan adalah suatu keadaan hati atau peristiwa kejiwaan seseorang, baik perasaan senang atau tidak senang (Ahmadi, 1992). Perasaan erat hubunganny a dengan pribadi seseorang, maka tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu hal yang sama tidak sama antara orang yang satu dengan yang lain. Rasa senang terhadap bidang entrepreneurship akan diwujudkan dengan perhatian, kemauan dan kepuasan dalam bidang entrepreneur. Hal ini berarti rasa senang terhadap bidang entrepreneur akan menimbulkan minat untuk menjadi entrepreneur.

23 30 2. Faktor Ekstrinsik Faktor ekstrinsik adalah faktor faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh rangsangan dari luar. Faktor faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat menjadi entrepreneur antara lain: lingkungan keluarga, peluang pendidikan/pengetahuan. A. Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang lain. Keluarga merupakan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, disinilah yang memberikan pengaruh awal terhadap terbentuknya kepribadian. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Orangtua adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini. Anak harus diajarkan untuk memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Salah satu unsur kepribadian adalah minat. Minat menjadi entrepreneur akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktivitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Orangtua yang menjadi entrepreneur dalam bidang tertentu dapat menimbulkan minat anaknya untuk menjadi entrepreneur dalam bidang yang sama pula. B. Peluang Peluang merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan apa yang dinginkannya atau menjadi harapannya. Suatu daerah yang memberikan peluang untuk menjadi entrepreneur akan menimbulkan minat seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sebenarnya banyak kesempatan yang dapat

24 31 memberikan keuntungan di lingkungan kita. Kesempatan ini dapat diperoleh orang yang berkemampuan dan berkeinginan kuat untuk meraih sukses. C. Pendidikan Pengetahuan yang di dapat selama kuliah merupakan modal dasar yang digunakan untuk menjadi entrepreneur, juga keterampilan yang di dapat selama di perkuliahan terutama dalam mata kuliah praktek. Berdasarkan teori teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek yang mempengaruhi minat untuk menjadi entrepreneur terbagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Dikarenakan kesesuaian dengan responden, serta keterbatasan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, pada penelitian ini, peneliti akan meneliti empat aspek yang mempengaruhi minat untuk menjadi entrepreneur, yaitu: kepribadian, motivasi, lingkungan keluarga, dan pendidikan. 1. Aspek Internal A. Kepribadian Kepribadian atau pribadi individu adalah suatu karakteristik sikap dasar yang dimiliki oleh tiap orang dalam hidupnya. Kepribadian menentukan seseorang dalam tiap langkah hidupnya. Untuk memilih dan menjadi seorang entrepreneur yang sukses, seseorang cenderung harus memiliki sifat atau kepribadian yang diperlukan untuk menjadi seorang entrepreneur. Pernyataan kepribadian mempengaruhi minat entrepreneur dikembangkan dari pendapat Hendro & Chandra W.W (2006), MC Clelland (1995), Riyanti (2003), dan Helmi & Rista (2006).

25 32 Berdasarkan dari teori teori diatas, ada empat macam kepribadian penting yang mempengaruhi minat untuk menjadi entrepreneur yang akan dijadikan sebagai indikator dalam penelitian ini, yaitu: Kepemimpinan Dalam menjadi seorang entrepreneur, dibutuhkan suatu jiwa kepemimpinan dan keberanian untuk memegang suatu tanggung jawab. Kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk berani dan mau mengambil keputusan dan mempimpin orang lain. Seorang pemimpin adalah seorang yang berani mengambil resiko dan siap menanggung kerugian yang dapat terjadi. Kepemimpinan dikembangkan dari teori Riyanti (2003), Zimmerer (2001), Hendro & Chandra W.W (2006), Drucker (1985) dan Dalimunthe (2003). Percaya Diri Untuk menjadi seorang entrepreneur, diperlukan rasa kepercayaan diri yang tinggi, karena tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam bidang entrepreneurship. Kepercayaan diri adalah suatu keyakinan terhadap diri sendiri dan kemampuan atau keahlian yang dimiliki dirinya untuk dapat mencapai suatu kesuksesan. Kepercayaan diri diambil berdasarkan pernyataan teori Riyanti (2003), Zimmerer (2001) dan Hendro & Chandra W.W (2006). Ekstrovert Untuk menjadi entrepreneur, diperlukan hubungan interpersonal yang baik dalam berhubungan dengan orang orang lain. Seorang yang ekstrovert adalah orang yang pandai dalam berhubungan dengan orang lain, sehingga cenderung mempunyai koneksi atau hubungan (network) yang luas. Tipe ini mempunyai

26 33 kemampuan berempati dengan memahami secara lebih mendalam kebutuhan orang lain serta kemampuan sosialisasi yang baik. Ekstrovert dikembangkan dari pernyataan teori Hendro & Chandra W.W (2006) dan Riyanti (2003). Inovatif Inovatif merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki untuk menjadi entrepreneur yang sukses. Orang yang inovatif berarti mampu menciptakan sesuatu gagasan yang baru yang bernilai lebih baik atau value lebih. Orang yang mampu untuk berpikir secara kreatif untuk menghadapi segala perubahan serta kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memecahkan suatu masalah dengan memberi alternatif yang berbeda. Seorang yang inovatif juga mampu untuk melihat adanya suatu peluang bisnis yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Inovatif dikembangkan berdasar dengan pendapat Lambing & Charles (1999), Dalimunthe (2003), Drucker (1985), Riyanti (2003), Hendro & Chandra W.W (2006) dan Suryaman (2006). B. Motivasi Motivasi adalah dorongan yang kuat yang berasal dari dalam diri sendiri untuk mencapai suatu tujuan. Agar memiliki minat untuk menjadi entrepreneur, seseorang harus mempunyai suatu tujuan yang bisa diperoleh oleh orang tersebut dengan menjadi entrepreneur. Pernyataan motivasi mempengaruhi minat entrepreneur dikembangkan berdasar pendapat dari Lambing & Charles (1999), Mc Clelland (1995), Riyanti (2003), dan Zimmerer (2001). Seseorang akan termotivasi terhadap sesuatu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena keuntungan-keuntungan yang mereka akan dapatkan setelah melakukan kegiatan tersebut. Berdasarkan dari teori teori diatas, ada tiga macam

27 34 motivasi penting yang mempengaruhi minat untuk menjadi entrepreneur yang akan dijadikan sebagai indikator dalam penelitian ini, yaitu: Penghasilan Penghasilan adalah sesuatu yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Entrepreneurship dapat memberikan pendapatan finansial yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan minat seseorang untuk menjadi entrepreneur. Penghasilan diambil dari teori menurut Windardi (2003), Dalimunthe (2003), Drucker (1985), Zimmerer (2001) dan Suryaman (2006) Penghargaan (status sosial) Manusia adalah mahluk yang mempunyai akal, pikiran dan perasaan. Hal itu menyebabkan manusia merasa butuh dihargai dan dihormati orang lain. Dengan menjadi entrepreneur, seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain. Keinginan untuk meningkatkan harga diri tersebut dapat menjadi motivasi yang dapat meningkatkan minat seseorang untuk menjadi entrepreneur. Penghargaan (status sosial) diambil berdasar pendapat Riy anti (2003), Hendro & Chandra W.W (2006), Suryaman (2006), dan Zimmerer (2001). Rasa senang Rasa senang adalah suatu bagian dari motivasi seseorang. Tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu hal y ang sama tidak sama antara orang y ang satu dengan yang lain. Rasa senang terhadap bidang entrepreneurship akan diwujudkan dengan perhatian, kemauan, dan kepuasan dalam bidang entrepreneur. Hal ini berarti rasa senang terhadap bidang entrepreneur akan

28 35 menimbulkan minat untuk menjadi entrepreneur. Rasa senang sesuai dengan pendapat dari teori Zimmerer (2001) dan Suryaman (2006). 2. Aspek Eksternal A. Keluarga Keluarga merupakan salah satu interaksi yang utama dan pertama dalam kehidupan manusia. Keluarga merupakan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dorongan keluarga sangat berperan penting dalam menumbuhkan minat dalam diri seseorang untuk mengambil keputusan berkarir sebagai entrepreneur. Minat untuk menjadi entrepreneur akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut. Lingkungan keluarga sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi minat untuk menjadi entrepreneur sesuai dengan pendapat dari Hendro & Chandra W.W (2006), Mc Clelland (1995), Riyanti (2003), Helmi & Rista (2006), Matondang (2006), serta Suryaman (2006) yang menyebutkan bahwa lingkungan keluarga merupakan aspek yang sangat penting dalam pembentuk minat untuk menjadi entrepreneur. Berdasarkan teori teori diatas, pada penelitian ini akan diambil dua faktor yang akan digunakan sebagai indikator dari lingkungan keluarga, yaitu: Dukungan Keluarga Dukungan keluarga sangatlah penting dalam keputusan seseorang untuk menjadi entrepreneur. Lingkungan keluarga yang suportif dan mendukung, dapat berperan dalam pembentukan minat untuk menjadi entrepreneur. Pekerjaan keluarga atau orangtua juga dapat memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan semangat entrepreneurship. Karena orangtua juga dapat berfungsi

29 36 sebagai konsultan pribadi, coach, dan mentornya. Dukungan keluarga sebagai salah satu aspek pembentuk minat entrepreneurship sesuai dengan pendapat Hendro & Chandra W.W (2006), Riyanti (2003), Helmi & Rista (2006), Matondang (2006), dan Suryaman (2006). Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Kondisi sosial ekonomi keluarga juga menentukan minat seseorang untuk menjadi entrepreneur. Lingkungan keluarga yang harmonis dalam berinteraksi akan menunjang kesuksesan dan mengarahkan tenaga kerja yang lebih efisien. Kondisi sosial ekonomi juga mempengaruhi kinerja seseorang dan keputusannya untuk menjadi entrepreneur. Kondisi sosial ekonomi keluarga diambil dari pernyataan teori Mc Clelland (1995), Riyanti (2003), dan Hendro & Chandra W.W (2006). B. Pendidikan Pendidikan yang dimiliki seseorang memiliki pengaruh terhadap pengetahuan atau keahlian yang dimiliki seseorang. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang dalam melanjutkan usaha yang akan dijalaninya namun juga membantu dalam mengatasi masalah dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan pembahasan pada bab 2.1.4, peranan pendidikan sangat berpengaruh terhadap minat untuk menjadi entrepreneur. Universitas sebagai fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan dan penyedia sarana prasarana dalam mempersiapkan sarjana yang mempunyai motivasi dalam mendirikan bisnis baru. Pihak universitas juga berperan menjadi pemberi informasi tentang kesempatan apa yang akan didapat jika menjadi entrepreneur. Dalam Binus University, pengajaran tentang entrepreneurship diberikan sebagai salah satu kurikulum dalam pembelajaran perkuliahan (mata kuliah

30 37 Entrepreneurship - J0692) yang diberikan kepada semua mahasiswa Binus University dari semua jurusan. Selain itu, Binus University juga membentuk divisi Binus Entrepreneurship Center (BEC) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan minat para mahasiswa Binus University untuk menjadi entrepreneur. BEC berperan sebagai fasilitator yang menyediakan banyak progam progam yang dapat membantu para mahasiswa Binus University untuk menjadi entrepreneur. Pendidikan sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi minat entrepreneurship diambil dari teori Hendro & Chandra W.W (2006), Mc Clelland (1995), Riyanti (2003), Helmi & Rista (2006), Suryaman (2006), dan Zimmerer (2001) Peran Universitas Terhadap Minat Entrepreneur Peranan univ ersitas dalam memotiv asi para sarjanany a menjadi young entrepreneurs, merupakan bagian dari salah satu faktor pendorong pertumbuhan entrepreneurship. Ada 8 faktor pendorong pertumbuhan entrepreneurship, antara lain sebagai berikut (Zimmerer, 2001, p12) : 1. Entrepreneur sebagai pahlawan Faktor diatas sangat mendorong setiap orang untuk mencoba mempunyai usaha sendiri karena adanya sikap masyarakat bahwa seorang entrepreneur dianggap sebagai pahlawan dan sebagai model untuk diikuti. Sehingga status inilah yang mendorong seseorang memulai usaha sendiri. 2. Pendidikan entrepreneurship Pendidikan entrepreneurship sangat populer di banyak akademi dan universitas. Banyak mahasiswa semakin takut dengan berkurangnya kesempatan kerja yang tersedia

31 38 sehingga mendorong untuk belajar entrepreneurship dengan tujuan setelah selesai kuliah dapat membuka usaha sendiri. 3. Faktor ekonomi dan kependudukan Dari segi demografi sebagian besar entrepreneur memulai bisnis antara umur 25 tahun sampai dengan 39 tahun. Hal ini didukung oleh komposisi jumlah penduduk di suatu negara sebagian besar pada kisaran umur diatas. Terlebih lagi, semakin banyak orang menyadari bahwa dalam entrepreneurship tidak ada lagi pembatasan baik dalam hal umur, jenis kelamin, ras, latar belakang ekonomi, atau apapun juga dapat mencapai sukses dengan memiliki bisnis. 4. Pergeseran ke ekonomi jasa Karena sektor jasa relatif rendah investasi awalnya sehingga menjadi populer di kalangan para entrepreneur dan mendorong entrepreneur untuk mencoba memulai usaha sendiri di bidang jasa. 5. Kemajuan teknologi Dengan bantuan mesin bisnis modern seperti komputer pribadi, laptop, mesin fax, printer berwarna, mesin penjawab telepon seseorang dapat bekerja di rumah seperti layaknya bisnis besar. Pada jaman dulu, tingginya biaya teknologi membuat bisnis kecil tidak mungkin bersaing dengan bisnis besar yang mampu membeli alat alat tersebut. Sekarang komputer dan alat komunikasi tersebut harganya berada dalam jangkauan bisnis kecil.

32 39 6. Gaya hidup bebas Entrepreneur sesuai dengan keinginan gaya hidup orang yang menyukai kebebasan dan kemandirian yaitu ingin bebas memilih tempat mereka tinggal dan jam kerja yang mereka sukai. Meskipun keamanan keuangan tetap merupakan sasaran penting bagi hampir semua entrepreneur, tetapi banyak prioritas lain seperti lebih banyak waktu untuk keluarga dan teman, lebih banyak waktu senggang dan lebih besar kemampuan mengendalikan stres hubungan dengan kerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hotel Hilton, 77% orang dewasa yang diteliti, menetapkan penggunaan lebih banyak waktu dengan keluarga dan teman sebagai prioritas pertama. Menghasilkan uang berada pada urutan kelima dan membelanjakan uang untuk membeli barang-barang berada pada urutan terakhir. 7. E-Commerce dan The World Wide Web Sejalan dengan pertumbuhan teknologi, perdagangan online juga semakin berkembang, yang menciptakan banyak kesempatan bagi entrepreneur berbasis internet atau website. Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa 47% bisnis kecil melakukan akses internet sedangkan 35% sudah mempunyai website sendiri. Faktor ini juga mendorong pertumbuhan entrepreneur di beberapa negara. 8. Peluang internasional Dalam mencari pelanggan, bisnis kecil kini tidak lagi dibatasi dalam ruang lingkup negara sendiri. Pergeseran dalam ekonomi global yang dramatis telah membuka pintu ke peluang bisnis yang luar biasa bagi para entrepreneur yang bersedia menggapai seluruh dunia. Kejadian dunia seperti tembok Berlin, revolusi di negara negara Uni Soviet dan hilangnya hambatan perdagangan sebagai hasil perjanjian Masyarakat Ekonomi Eropa,

33 40 telah membuka sebagian besar pasar dunia bagi para entrepreneur. Peluang internasional akan terus berlanjut dan tumbuh dengan cepat pada abad k e 21. Peranan universitas dijelaskan oleh beberapa pendapat para ahli bidang entrepreneurship. Salah satuny a dijelask an oleh Thomas Zimmerer (2001) bahwa salah satu faktor pendorong pertumbuhan entrepreneur adalah pendidikan entrepreneurship. Selain itu, Douglas A.Gray juga menyarankan untuk memulai usaha sejak dini misalnya pada waktu masih kuliah. Jadi, pihak universitas berperan menjadi pemberi informasi tentang kesempatan apa yang akan didapat jika menjadi entrepreneur, serta memberikan pendidikan entrepreneurship dan memberikan wadah bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmunya dengan mendirikan bisnis kecil di lokasi universitas. Peranan universitas sangat menentukan tercetaknya entrepreneur muda y ang handal. Menurut Yohnson (2003), faktor yang mendukung pembahasan ini adalah faktor pendidikan entrepreneurship. Banyak universitas mempunyai suatu program khusus dalam mempelajari bidang entrepreneurship sehingga ada suatu embrio young entrepreneurs. Peranan universitas hanya sekedar menjadi fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan dan penyedia sarana prasarana dalam mempersiapkan sarjana yang mempunyai motivasi kuat, keberanian, kemampuan serta karakter pendukung dalam mendirikan bisnis baru. Menurut Winarso (2003) Entrepreneurship ini dapat ditimbulkan atau dibentuk pada diri seseorang melalui pendidikan atau pelatihan. Perguruan tinggi dinilai sebagai tempat yang tepat untuk menyemaikan nilai nilai entrepreneurship (kewirausahaan). Pendidikan dan atau pelatihan entrepreneurship adalah proses pembelajaran konsep dan skills untuk mengenali peluang-peluang yang orang lain tidak sanggup melihatnya, untuk memiliki insight, self-esteem dan pengetahuan untuk bertindak sementara yang lain ragu

34 41 ragu. Termasuk di dalamnya belajar mengenali peluang dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya untuk menghadapi resiko dan memprakarsai bisnis baru. Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan entrepreneurship yang diperoleh seseorang saat bangku kuliah, dapat sangat mempengaruhi minat dan motivasi seseorang dalam menjadi seorang entrepreneur. Peran universitas sebagai fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan dan penyedia sarana prasarana dalam mempersiapkan sarjana yang mempunyai motivasi dalam mendirikan bisnis baru. Pihak universitas juga berperan menjadi pemberi informasi tentang kesempatan apa yang akan didapat jika menjadi entrepreneur Metode Penelitian Jenis Penelitian Secara umum, penelitian dapat dibagi atas dua jenis, yaitu penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied research) 1. Penelitian dasar (basic research) Penelitian dasar atau penelitian murni adalah pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil suatu aktivitas. Penelitian dasar dikerjakan tanpa memikirkan ujung praktis atau titik terapan. Hasil dari penelitian dasar adalah pengetahuan umum dan pengertian pengertian tentang alam serta hukum hukumnya. Pengetahuan umum ini merupakan alat untuk memecahkan masalah masalah praktika, walaupun ia tidak memberikan jawaban yang menyeluruh untuk tiap masalah tersebut. Tugas penelitian terapanlah yang akan menjawab masalah masalah praktis tersebut.

35 42 2. Penelitian terapan (applied research) Penelitian terapan (applied research, practical research) adalah penyelidikan yang hati hati, sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu. Hasil penelitian tidak perlu sebagai suatu penemuan baru, tetapi merupakan aplikasi baru dari penelitian yang telah ada. Peneliti yang mengerjakan penelitian dasar atau murni tidak mengharapkan hasil penelitiannya digunakan secara praktika. Peneliti peneliti terapanlah yang akan memerinci penemuan penelitian dasar untuk keperluan praktis dalam bidang bidang tertentu. Tiap ilmuwan yang mengerjakan penelitian terapan mempunyai harapan agar dengan segera hasil penelitiannya dapat digunakan masyarakat, baik untuk keperluan ekonomi, politik, maupun sosial. Penelitian terapan memilih masalah yang ada hubungannya dengan keinginan masyarakat, serta untuk memperbaiki praktik praktik yang ada Jenis Metode Analisis Analisis merupakan tindakan mengolah data hingga menjadi informasi yang bermanfaat dalam menjawab masalah statistik. Dalam desain riset, perlu direncanakan dengan baik analisis yang akan digunakan untuk menganalisis data. Metode analisis yang sering digunakan adalah: 1. Analisis kualitatif Analisis data secara kualitatif bersifat memaparkan secara mendalam hasil riset melalui pendekatan bukan angka atau nonstatistik. Contoh: pertanyaan yang diajukan kepada

36 43 responden tentang rasa kentang goreng Chitato. Jawaban yang mungkin muncul adalah enak rasanya, renyah, dan sebagainya 2. Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif mencoba mengolah data menjadi informasi dalam wujud angka. Penggunaan angka memudahkan penginterpretasian hasil secara objektif. Contoh: interval 1-2,4 sebagai kurang baik ; 2,5-3,4 sebagai k ategori sedang; dan 3,5-5 sebagai sangat baik. Analisis kuantitatif yang paling banyak digunakan dalam praktek adalah analisis statistik. 3. Metode analisis statistik Statistik dalam prakteknya berhubungan dengan angka, sehingga bisa diartikan sebagai numerical description oleh banyak orang. Dalam dunia usaha, statistik juga sering diasosiasikan dengan sekumpulan data seperti pergerakan tingkat inflasi, biaya promosi bulanan, jumlah pengunjung toko, dan sebagainya. Selain itu statistik digunakan untuk berbagai analisis terhadap data, seperti melakukan peramalan (forecasting), melakukan berbagai uji hipotesis dan kegunaan lainnya. Dalam aplikasinya, metode analisis statistik dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu: A. Statistik deskriptif Analisis deskriptif bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Statistik deskriptif merupakan bidang ilmu statistika yang mempelajari cara cara pengumpulan, penyusunan, dan penyajian data suatu penelitian. Statistik deskriptif merupakan dasar pengambilan keputusan bagi statistik inferensi.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran yang berkepanjangan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini merupakan suatu masalah (issue) yang sangat penting. Pengangguran umumnya disebabkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pada bab ini, akan ditunjukan hasil dari olahan data data yang sudah dikumpulkan oleh peneliti. Setelah melalui pengujian kelayakan data, yaitu uji validitas,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2009), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Pribadi Terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat a. Definisi Minat Minat merupakan suatu persoalan yang obyeknya berwujud serta dapat menimbulkan dampak yang positif dan tidak jarang pula menimbulkan dampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan 2.1.1 Definisi Kewirausahaan Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management KEWIRAUSAHAAN DAN KARAKTER WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR) Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id 1.

Lebih terperinci

Menumbuhkan Minat Berwirausaha sebagai Peluang Bisnis

Menumbuhkan Minat Berwirausaha sebagai Peluang Bisnis Menumbuhkan Minat Berwirausaha sebagai Peluang Bisnis Oleh: Hermawan Putra (10.12.5230) SI S1 2L Abstrak Setiap tahun angka pengangguran di Indonesia terus bertambah,hal ini di sebabkan lapangan pekerjaan

Lebih terperinci

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Pengenalan Diri Instropeksi SALAH Dilazimkan Menyalahkan: Orang lain Lingkungan akibatnya Tidak percaya diri Tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang

Lebih terperinci

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan BAB II PARADIGMA WIRAUSAHA PELAJAR SMK Pengetahuan tentang wirausaha di kalangan pelajar SMK saat ini sangat minim, hal ini disebabkan karena SMK dibuat untuk mencetak lulusan-lulusan yang siap bekerja.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riyanti, 2003:21), kata entrepreneur berasal dari kata kerja entreprende. Kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riyanti, 2003:21), kata entrepreneur berasal dari kata kerja entreprende. Kata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TEORITIS 2.1.1 Wirausaha Kata wirausaha dalam bahasa Indonesia adalah padanan kata bahasa Perancis entrepreneur, yang sudah dikenal sejak abad ke 17. Menurut Holt (dalam

Lebih terperinci

Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak

Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak Jurnal Eksos, Jul. 2011, hlm. 130-141 Vol. 7. N0. 2 ISSN 1693-9093 Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri

Lebih terperinci

PERANAN KAMPUS DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN MAHASISWA MELALUI KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN

PERANAN KAMPUS DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN MAHASISWA MELALUI KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN PERANAN KAMPUS DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN MAHASISWA MELALUI KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN Dwi Wahyu Pril Ranto Akademi Manajemen Administrasi (AMA) YPK Yogyakarta ABSTRAK Peran kampus sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 240,559 juta penduduk Indonesia jumlah daftar angkatan kerja mencapai 116

BAB 1 PENDAHULUAN. 240,559 juta penduduk Indonesia jumlah daftar angkatan kerja mencapai 116 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data tenaga kerja tahun 2010 menurut Bappenas menyebutkan, dari 240,559 juta penduduk Indonesia jumlah daftar angkatan kerja mencapai 116 juta, dan sebanyak 8,59 juta

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tentang penerapan sikap dan kepribadian wirausaha dilakukan di kalangan mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI 176 BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI terhadap prestasi belajar siswa b) pengaruh kemampuan guru SKI dalam mengelola kelas terhadap prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan I. PENDAHULUAN TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan ABSTRAK Pilihan masa depan buat negara kita, dalam mengatasi persoalan tenaga kerja, tidak lain adalah membuka lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena berwirausaha saat ini semakin marak, dilihat dari banyaknya unitunit bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya di segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan kita telah berhasil menghasilkan lulusan dengan tanda lulus belajar untuk masuk ke pasar kerja namun sayangnya kenaikan jumlah lapangan kerja kalah

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah

Lebih terperinci

IRRA MAYASARI F

IRRA MAYASARI F HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : IRRA MAYASARI F 100 050 133

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di masa yang akan datang, sangatlah ditentukan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN Kelompok 1: Kelas D

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN Kelompok 1: Kelas D KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN Kelompok 1: Kelas D 1. Dwi Putri Esthirahayu ( 105030201111006 ) 2. Shella Ekawati L ( 105030200111015 ) 3. Rizkya Haerani ( 105030201111001 ) 4. Nela

Lebih terperinci

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Bab 4 Hakekat, Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Mahasiswa dapat menjelaskan hakekat, karakteristik dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan 2. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik untuk mendapatkan pengetahuan ataupun dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, persaingan mencari kerja semakin kompetitif sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa dan kaum muda harus

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS i HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan oleh : DIYAH RETNO NING TIAS F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya penduduk Indonesia, saat ini sudah mencapai lebih dari 230 juta jiwa, bertambah pula kebutuhan pangan, papan, lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pengangguran yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini diakibatkan oleh jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran di Indonesia (Mahanani, 2014). Pengangguran dan kemiskinan merupakan dua masalah yang masih menghantui

Lebih terperinci

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI Modul ke: 01Fakultas FASILKOM KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM Matsani, S.E, M.M Program Studi SISTEM INFORMASI DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN Menurut Thomas W. Zimmerer, Kewirausahaan adalah hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan untuk memilih dan bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN A. Pilih salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang pada salah satu huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban yang tersedia!. 01. Saat kita merasa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WIRAUSAHA

KARAKTERISTIK WIRAUSAHA KARAKTERISTIK WIRAUSAHA DEFINISI KARAKTER PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER ESENSI KARAKTER CIRI KARAKTER WIRAUSAHA KARAKTERISTIK UMUM WIRAUSAHA ISTILAH KARAKTER = TABIAT, WATAK, SIFAT KEJIWAAN, AKHLAK ATAU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemakmuran suatu negara bisa dinilai dari kemampuan negara tersebut untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna dan mendistribusikannya ke seluruh penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wirausaha menurut bahasa adalah seorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin bertambah. Hal ini menyebabkan setiap pribadi manusia berusaha untuk mencari solusi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indra Hakim Matondang dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha

Lebih terperinci

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sarana yang sangat penting dalam pembangunan nasional, karena dengan pendidikan dapat menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang mampu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si.

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. KARAKTERISTIK PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. SUB POKOK BAHASAN MEMAHAMI KARAKTERISTIK CIRI-CIRI UMUM NILAI-NILAI HAKIKI CARA BERPIKIR KREATIF DALAM SIKAP DAN KEPRIBADIAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Sikap Suprapti (2010:135) mendefinisikan sikap sebagai suatu ekspresi perasaan seseorang yang merefleksikan kesukaan atau ketidaksukaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) ialah ciri-ciri atau sifat kemandirian yang dimiliki seseorang atau individu, baik itu kalangan usahawan maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia wirausaha menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Tidak semua orang terlahir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara dan juga untuk menambahkan lapangan pekerjaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan. mendukung pendapatan rumah tangga (dalam Kuncoro, 2000:15).

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan. mendukung pendapatan rumah tangga (dalam Kuncoro, 2000:15). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Oleh karena itu, usaha kecil harus diupayakan untuk terus berkembang.

Lebih terperinci

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M Nama : Mizha zhulqurnain NIM : 10.12.5327 Jurusan : S1.SI.M 1.Pendahuluan Harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai berbagai teori yang terkait dengan sikap kewirausahaan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang menjadi dasar dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Kewirausahaan Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, sehingga motivasi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpikir dalam melaksanakan penelitian. Penjabaran teori terbagi dalam sejumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpikir dalam melaksanakan penelitian. Penjabaran teori terbagi dalam sejumlah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan sejumlah teori yang menjadi kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian. Penjabaran teori terbagi dalam sejumlah bagian yaitu tinjauan teori mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai fungsi yang penting bagi kehidupan manusia. Manusia dalam melaksanakan aktivitasnya membutuhkan pendidikan sebagai kebutuhan yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era globalisasi ini kompetisi antar bank menjadi sangat ketat. Perkembangan bisnis yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran yang cukup besar. Tingkat pengangguran yang semakin lama semakin

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran yang cukup besar. Tingkat pengangguran yang semakin lama semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki tingkat pengangguran yang cukup besar. Tingkat pengangguran yang semakin lama semakin meningkat tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna (user) pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hidup setiap orang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hidup setiap orang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hidup setiap orang semakin hari semakin meningkat, hal ini salah satu permasalahan yang membuktikan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian Kewirausahaan Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang niilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau dengan berbagai macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh banyaknya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai Alternatif Kelulusan 1. Pengertian Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum keberadan perusahaan kecil dan menengah (UKM) di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan UKM terbukti

Lebih terperinci

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com e-mail : sitisyamsiar@yahoo.com HP : 081-1286833 Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com Dalam sebuah ayat Allah SWT Menegaskan, bahwasannya: Artinya: (yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Dhita Fajriastiti Sativa, S.Pd.

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Dhita Fajriastiti Sativa, S.Pd. KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN Oleh : Dhita Fajriastiti Sativa, S.Pd. APA YANG AKAN SAYA KERJAKAN??? DUNIA SEKOLAH---------DUNIA KERJA MEMPERSIAPKAN MENTAL PADA SETIAP ADA PERUBAHAN. THE FUTURE I WILL BE AN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perancis entrepreneur, yang sudah dikenal sejak abad ke 17. Menurut Holt

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perancis entrepreneur, yang sudah dikenal sejak abad ke 17. Menurut Holt BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wirausaha Kata wirausaha dalam bahasa Indonesia adalah padanan kata bahasa Perancis entrepreneur, yang sudah dikenal sejak abad ke 17. Menurut Holt dalam Riyanti (2003:21),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, program pemberdayaan sampai

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KEGIATAN WIRAUSAHA BERBASIS KEAHLIAN DAN TEKNOLOGI (STUDI PADA MAHASISWA FISIP UNIVERSITAS LAMPUNG) Oleh

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KEGIATAN WIRAUSAHA BERBASIS KEAHLIAN DAN TEKNOLOGI (STUDI PADA MAHASISWA FISIP UNIVERSITAS LAMPUNG) Oleh PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KEGIATAN WIRAUSAHA BERBASIS KEAHLIAN DAN TEKNOLOGI (STUDI PADA MAHASISWA FISIP UNIVERSITAS LAMPUNG) Oleh Dewi Ayu Hidayati *), Puji Lestari Ningsih **) *) Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif (Suryana, 2010:2).

BAB II URAIAN TEORITIS. karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif (Suryana, 2010:2). BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengetahuan Kewirausahaan Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan

Lebih terperinci

Menumbuhkan dan Mengembangkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa

Menumbuhkan dan Mengembangkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa Menumbuhkan dan Mengembangkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa Oleh : Nama : Angga Dwi Saputra NIM : 10.12.4714 Kelas : S1 SI 2E STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mengembangkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR Supamrih ; Maroeto ; Yuliatin Moch Arifin ; Abdullah Fadil ABSTRAK Generasi muda terutama mahasiswa menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan diperlukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan diperlukan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan diperlukan pembangunan pendidikan. Salah satu orientasi pembangunan pendidikan dewasa ini adalah peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi internet semakin banyak dimanfaatkan oleh berbagai organisasi terutama organisasi bisnis, kegiatan dunia usaha yang menggunakan teknologi internet

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe dengan judul penelitian Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan

Lebih terperinci

URAIAN MATERI A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN

URAIAN MATERI A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN URAIAN MATERI A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN Menurut Geoffrey G.Meredith (dalam sukardi,2009) wirausaha adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan usaha (bisnis), mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa adalah peserta didik yang melakukan proses pembelajaran pada perguruan tinggi. Mahasiswa dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat, apalagi di perkembangan zaman yang menuntut perubahan dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk itu diperlukan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran di Indonesia semakin hari semakin meningkat jumlahnya seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting dalam pengambilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting dalam pengambilan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Wirausahawan adalah hasil dari sifat asli manusia itu sendiri serta beberapa faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk diperkirakan sebesar 231 juta jiwa pada tahun 2009 menurut perkiraan Badan Pusat Statistik Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pembicaraan mengenai pentingnya wirausaha telah didengar dan diketahui diberbagai tempat di dunia. Ini menunjukkan masyarakat semakin sadar akan adanya dunia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial Penyesuaian sosial adalah sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Orang

Lebih terperinci

MODUL 13 KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Agus Supriyanto, SE

MODUL 13 KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Agus Supriyanto, SE FAKULTAS KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA MODUL 13 KEWIRAUSAHAAN Oleh : Agus Supriyanto, SE POKOK BAHASAN Hubungan Perkembangan Teknologi dengan Kewirausahaan DESKRIPSI Dalam perkulihan ini Anda

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI (SELF IMAGE) DENGAN ASPIRASI KERJA PADA SALESMAN ABSTRAKSI

HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI (SELF IMAGE) DENGAN ASPIRASI KERJA PADA SALESMAN ABSTRAKSI HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI (SELF IMAGE) DENGAN ASPIRASI KERJA PADA SALESMAN ABSTRAKSI Untuk memenuhi sebagian syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: Prabangkoro Ardi F. 100 010

Lebih terperinci

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta Sumber : Kementerian Pendidikan Nasional/Dirjen Dikti/Direktorat Kelembagaan 15 November 2008 Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta LATAR BELAKANG Hasil Survei Sosial Ekonomi

Lebih terperinci