DAMPAK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KECUBUNG (Datura metel. Linn) SEBAGAI BAHAN ANTISTRES DALAM PROSES TRANSPORTASI TERHADAP PERFORMA DOMBA GARUT JANTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KECUBUNG (Datura metel. Linn) SEBAGAI BAHAN ANTISTRES DALAM PROSES TRANSPORTASI TERHADAP PERFORMA DOMBA GARUT JANTAN"

Transkripsi

1 DAMPAK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KECUBUNG (Datura metel. Linn) SEBAGAI BAHAN ANTISTRES DALAM PROSES TRANSPORTASI TERHADAP PERFORMA DOMBA GARUT JANTAN An An Nurmeidiansyah Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21 ABSTRAK Proses transportasi ternak merupakan salah satu hal yang penting dalam tata niaga ternak. Domba Garut merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di Jawa Barat. Proses distribusi Domba Garut dari sentra produsen ke sentra konsumen dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar akibat dampak negatif dalam proses transportasi. Ekstrak Daun Kecubung (EDK) dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi kerugian ekonomi tersebut. Penelitian mengenai dampak pemberian EDK (Datura metel. Linn) sebagai bahan antistres dalam proses transportasi terhadap performa Domba Garut jantan dilaksanakan pada Tanggal 7 sampai dengan 29 Maret 2014, di Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor. Tujuan penelitian ini mengetahui adanya interaksi antara dosis EDK dan lama transportasi terhadap performa Domba Garut jantan yang ditransportasikan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial 3x4, yang menjadi faktor A yaitu dosis EDK yang terdiri dari empat level perlakuan, sedangkan faktor B yaitu lama transportasi yang terdiri dari tiga level perlakuan. Parameter yang digunakan dalam penelitian, antara lain: denyut jantung, respirasi, suhu tubuh, jumlah eritrosit, nilai hematokrit, kadar hemoglobin, rasio N : L, dan susut tubuh domba selama proses transportasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi antara dosis EDK dan lama transportasi terhadap susut tubuh serta nilai hematologi Domba Garut jantan yang ditransportasikan. Namun tidak terdapat interaksi antara dosis EDK dan lama transportasi terhadap status faali. Pemberian dosis EDK berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap penurunan denyut jantung, respirasi, rasio N : L, dan susut tubuh Domba Garut jantan, sedangkan lama transportasi berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap penurunan jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit, tetapi akan meningkatkan frekuensi respirasi dan memperbesar persentase susut tubuh Domba Garut jantan yang ditransportasikan. Kata kunci : EDK, Lama Transportasi, Domba Garut Jantan, Susut Tubuh EFFECT OF KECUBUNG LEAF EXTRACT (Datura metel. Linn) TREATMENT AS ANTISTRESS SUBSTANCE IN TRANSPORTATION PROCESS ON GARUT S MALE SHEEP PERFORMANCE An An Nurmeidiansyah ABSTRACT Transportation process is an important element in sheep distribution. Garut s sheep is concerned as high economical commodity in West Java. Distribution process of Garut s sheep from production source to the consumer could make a high economic disadvantage due to negative impact of transportation process. Kecubung leaf extract (KLE) is predicted as alternative problem solving to minimize negative economic effect of that. Research of kecubung leaf extract (Datura metel. Linn) treatment effect as antistress substance in transportation process on Garut s male sheep performance was conducted on 7 to 29 March 2014 at Padjadjaran University, Jatinangor. The aim of the research is defining the interaction

2 of dosage of KLE and time travel on transported Garut s male sheep. Completely Randomized Design was used as an experimental design with 3x4 factorial method, the first factor (A) was dosage of KLE which was divided to four levels of treatment, and the second factor (B) was a length of transportation time (time travel) which was divided to three levels of treatment. Dependent variable of measurements consisted of pulses, respiration rate, body temperature, amount of eritrosit, hematocrit value, amount of hemoglobin, N:L ratio, shrinkage body of sheep while transportation process. Result of the research showed the existance of interaction between KLE dosage and time travel on body shrinkage and hematology value of transported Garut s male sheep. However there is no interaction between KLE dosage and time travel on faali status. KLE treatment gave significant effect (P>0,05) on heart beat frequency, respiration rate, N:L ratio and body shrinkage of Garut s male sheep, and transportation time gave significant effect (P>0,05) on respiration rate, amount of eritrosit, amount of hemoglobin, hematocrit value, and body shrinkage of Garut s male sheep. Keywords : KLE, Transportation time, Garut s male sheep, Weight loss PENDAHULUAN Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dibudidayakan di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Budaya beternak domba sudah menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial masyarakat Jawa Barat. Jenis domba yang ada di Jawa Barat sangat beragam, contohnya mulai dari Domba Lokal, Domba Komposit serta Domba Garut. Populasi yang cukup besar yaitu total sebanyak ekor yang terbagi menjadi ekor untuk domba jantan, dan ekor domba betina (Statistik Peternakan, 2011). Domba Garut jantan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di Jawa Barat, karena merupakan salah satu Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT) khas Jawa Barat yang dapat dijadikan sebagai ternak penghasil daging serta sebagai ternak fancy (domba tangkas). Kebutuhan Domba Garut jantan yang cukup besar saat ini baik untuk ternak potong, atau pun untuk pasar spesifik lainnya (hewan qurban dan aqiqah) membuat distribusi ternak ini menjadi meningkat. Perubahan sistem jual beli domba dari sistem taksir menjadi sistem timbang hidup yang mulai dipakai oleh konsumen pasar spesifik, menuntut perbaikan proses distribusi yang baik agar peternak tidak mengalami kerugian yang cukup besar akibat susut tubuh pada saat proses transportasi. Proses distribusi domba tidak dapat dipisahkan dengan transportasi, baik cara maupun alat yang digunakan untuk proses transportasi tersebut. Proses transportasi harus dilakukan secara optimum, hal ini dikarenakan dalam proses tersebut, domba akan mengalami stres yang akan mengakibatkan berbagai macam kerugian bagi pelaku bisnis di bidang peternakan. Domba Garut merupakan salah satu komoditas ternak yang menjadi sumber ekonomi kerakyatan di Jawa Barat. Pengiriman Domba Garut dari sentra produksi ke sentra konsumen yang tersebar di wilayah Jawa Barat, akan menimbulkan kerugian yang besar. Faktor jarak serta lama transportasi dalam proses distribusi Domba Garut, akan mengakibatkan terjadinya stres transportasi yang pada akhirnya akan berdampak terhadap susut tubuh domba.

3 Upaya yang dilakukan untuk meminimumkan tingkat stres di perjalanan dalam proses transportasi dapat dilakukan dengan memodifikasi alat transportasi dengan berbagai cara agar membuat ternak lebih nyaman. Pembuatan sekat kayu pada setiap sarana transportasi domba dinilai dapat membuat domba lebih nyaman dalam proses transportasi, namun hal tersebut cenderung akan membutuhkan biaya yang besar, sehingga dikhawatirkan akan menambah biaya produksi yang cukup besar yang akan mengakibatkan kenaikan harga jual domba tersebut. Cara lainnya dapat dilakukan pula dengan cara menyuntikkan berbagai obat penenang pada domba, seperti PCP (Phencyclidine) dan Amphetamin, namun metode ini mendapat kendala karena obat penenang untuk domba belum dijual bebas sehingga sulit untuk mendapatkannya terutama untuk peternak-peternak skala kecil yang hidup di pedesaan, di samping itu diperlukan keahlian khusus untuk menyuntikkan obat penenang dan membuat dosis obat dalam metode ini, sehingga diperlukan obat penenang alternatif tradisional (herbal). Tanaman kecubung telah dikenal sejak dahulu digunakan sebagai obat penenang tradisional, tanaman ini dapat hidup di dataran rendah hingga dataran tinggi terutama pada ketinggian 800 dpl, dengan cara penanaman secara terbuka maupun sedikit terlindung pada tanah yang subur dan gembur. Sering tumbuh liar sebagai semak di hutan kecil atau bekas kebun. Untuk pengembangbiakannya cukup mudah yaitu dengan cara buah yang sudah tua dipetik dan bijinya dikeringkan. Biji ini selanjutnya disemai lalu ditanam. Tumbuhan ini mengandung beberapa zat aktif yaitu alkaloid, scopolamine, hyoscymine, dan antropin. (Dalimartha, 2011) Potensi stressor sangat erat kaitannya dengan kerja saraf pada domba, salah satu cara untuk meminimumkan tingkat stres pada domba adalah dengan memberikan zat penenang salah satunya dengan memberikan daun kecubung. Ketinggian daerah Jawa Barat dan kondisi tanah yang subur membuat kecenderungan ketersediaan kecubung cukup banyak, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obat penenang domba yang murah dan mudah didapatkan. Kemudahan dalam pembudidayaannya diharapkan dapat menjadi jaminan untuk ketersediaannya di masa mendatang sebagai salah satu alternatif obat penenang herbal yang dapat meminimumkan tingkat stres pada domba dalam proses transportasi. Berdasarkan informasi yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Dampak Pemberian Ekstrak Daun Kecubung (Datura metel. Linn) Sebagai Bahan Antistres dalam Proses Transportasi terhadap Performa Domba Garut Jantan. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah Domba Garut jantan yang berumur di bawah 1 tahun, atau yang belum mengalami pergantian gigi seri. Jumlah domba yang

4 dijadikan sampel dalam penelitian sebanyak 36 ekor, dengan bobot badan berkisar antara kg. 2. Metode Penelitian a. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu, dimulai pada Tanggal 7 Maret sampai dengan 29 Maret Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah persiapan. Pada tahap ini, domba yang dijadikan sampel dipelihara selama dua minggu di kandang domba Fapet Unpad dan diberikan pakan yang seragam berupa rumput lapangan. Tahap kedua adalah pengangkutan (proses transportasi). Pengangkutan menggunakan mobil bak terbuka dengan lama perjalanan yang bervariasi, yaitu dua, empat, dan enam jam. Rute yang diambil dalam penelitian ini yaitu di sekitar lingkungan kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor dengan pertimbangan bahwa kondisi jalan yang dilalui sudah cukup mewakili kondisi riil di lapangan, karena rute ini memiliki jalan lurus, tikungan tajam, tanjakan, turunan, dan jalan rusak yang cukup ekstrim. 3. Peubah yang diamati 1) Susut Tubuh (%) Dilakukan dengan menghitung selisih antara bobot badan akhir dan bobot awal (dinyatakan dalam satuan %) menggunakan rumus : Keterangan : Susut tubuh (%) X 100 % B1 : Bobot badan awal (kg) B2: Bobot badan akhir (kg) 2) Denyut Jantung (X/menit) Denyut jantung diukur dengan menggunakan stetoskop. Ujung stetoskop diletakkan pada daerah rongga dada sebelah kiri, kemudian dihitung banyaknya detak jantung untuk setiap menit. Pengukuran denyut jantung pratransportasi dilakukan pada Pukul WIB, sedangkan pengukuran pascatransportasi dilakukan segera setelah tiba dari perjalanan. 3) Frekuensi Pernapasan (X/menit) Menghitung frekuensi pernapasan dilakukan dengan menggunakan stetoskop yang diletakan pada bagian thorax. Kemudian dihitung berapa gerakan atau frekuensi pernafasan selama 1 menit. 4) Suhu Tubuh ( o C) Pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer laser merk IR 36 dengan cara mengarahkan titik laser ke bagian paha, abdomen dan leher, secara otomatis nilai suhu tubuh langsung akan terbaca pada LCD termometer dan kemudian dirata-ratakan.

5 Selain itu juga dengan menggunakan termometer tubuh yang telah bersih dan kering serta telah distandarisasi pada temperatur 36 o C, dengan mengangkat ekor ternak secara hati-hati ke atas kemudian masukkan ujung termometer (1 per 3 bagian) ke dalam rektum selama 1 menit, kemudian amati berapa temperatur tubuh domba. 5) Jumlah Sel Darah Merah/Eritrosit (jumlah sel/ml) Sampel darah diaduk secara perlahan-lahan selama 6 menit kemudian diambil dengan pipet sebanyak 20 microliter. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan hayem sebanyak 4 ml. Kemudian diaduk secara perlahan-lahan, didiamkan selama ± 10 menit. Cairan diambil dengan pipet, diteteskan di atas gelas Hemocytometer yang telah ditutup dengan cover glass. Penghitungan jumlah sel darah merah dilakukan di bawah mikroskop, dinyatakan dalam satuan juta sel per ml. 6) Nilai Hemaktokrit Darah (%) Nilai hematokrit diukur dengan menggunakan hematokrit capiler yang disentrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit dan hasilnya dibaca pada hematocrit reader. Kadar hematokrit merupakan rasio antara tinggi sel darah (warna merah pada tabung) (mm) dengan tinggi seluruh darah (mm), hasilnya dinyatakan dalam satuan % (persen). 7) Kadar Hemoglobin (g/100ml) Kadar hemoglobin diukur menggunakan metode Sahli berprinsip pada pelarutan hematin. Warna darah akan berubah sesuai standar Sahli karena hemoglobin akan berubah menjadi asam hematin karena pengaruh asam hipokrat, hasilnya dinyatakan dalam satuan gram per 100 ml darah. 8) Jumlah Leukosit/ Rasio N : L (jumlah sel/100ml) Sampel darah dikocok perlahan-lahan selama 6 menit, lalu diambil sebanyak 20 microliter. Sampel dimasukkan ke dalam tabung yang telah mengandung 0,38 ml cairan Turk. Campuran dikocok secara perlahan-lahan dan didiamkan selama ± 10 menit. Cairan tersebut diambil dengan pipet, lalu diteteskan di atas kamar hitung yang telah ditutup terlebih dahulu dengan cover glass. Penghitungan jumlah sel darah putih dilakukan di bawah mikroskop. Jumlah leukosit dinyatakan dalam satuan ribu sel per 100 ml. 4. Rancangan Percobaan Rancangan dasar yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3 x 4 dengan tiga kali ulangan. Faktor perlakuan yang diberikan adalah: 1. Faktor A adalah dosis EDKyang terdiri atas empat level : A0 = tanpa pemberian EDK A1 = pemberian EDK dengan konsentrasi 5% A2 = pemberian EDK dengan konsentrasi 10% A3 = pemberian EDK dengan konsentrasi 20%

6 2. Faktor B adalah lama perjalanan yang terdiri atas tiga level : B1 = lama perjalanan 2 jam B2 = lama perjalanan 4 jam B3 = lama perjalanan 6 jam Berdasarkan perlakuan tersebut, maka diperoleh 12 perlakuan, dan setiap perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Domba Garut yang berjumlah 36 ekor kemudian diacak untuk menentukan dosis EDK yang akan diberikan pada saat proses transportasi, namun sebelum dilakukan pengacakan domba tersebut diberikan nomor dari nomor 1 sampai dengan Analisis Statistik a. Analisis Deskriptif Model statistik untuk percobaan faktorial yang terdiri atas dua faktor (lama perjalanan dan konsentrasi EDK) menggunakan rancangan dasar RAL dengan model statistik sebagai berikut Gasperz (1991) : Yijk = µ+ i + βj +( β)ij + ϵijk Keterangan : Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B µ = Nilai tengah populasi (rata-rata sesungguhnya) i = Pengaruh faktor lama perjalanan pada taraf ke-i βj = Pengaruh faktor pemberian EDK pada taraf ke-j ( β)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B єijk = Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3, 4 k = 1, 2, 3, 4 Prosedur analisisnya melalui beberapa tahap sesuai petunjuk Gaspersz, (1991) adalah sebagai berikut : (1) Menghitung FK, JKT, JKP dan JKG seperti pada prosedur RAL, jika r, a dan b masingmasing adalah banyaknya ulangan, banyaknya taraf faktor A dan banyaknya taraf faktor B maka : FK = y2 = (total) 2 rab Banyaknyapengamatan 2 JKT = ijk Y ijk - FK = Jumlah kuadrat nilai pengamatan - FK ij Y ij 2 (Total Perlakuan) 2 JKP = FK = FK JKG = JKT - JKP r (2) Menentukan derajat bebas masing masing perlakuan : db perlakuan = ab 1. r

7 db galat = ab ( r - 1 ). db total = r a b - 1. (3) Menghitung besarnya pengaruh utama perlakuan dan interaksi dengan cara sebagai berikut : JK (AB) = JKP - JK (A) - JK (B). JK (A) = i (a i) 2 rb FK (total taraf faktor A)2 = Faktor Koreksi rb JK (B) = j bj 2 ra FK (total taraf faktor B)2 = FK ra (4) Menentukan derajat bebas dari pengaruh utama serta interaksi adalah sebagai berikut : db faktor A = a 1. db faktor B = b - 1. db interaksi ( AB ) = ( a - 1 ) ( b - 1 ). (5) Menentukan nilai tengah dari masing masing faktor dengan jalan : KT (A ) = JK (A ) ( a - 1 ). KT (B ) = JK (B ) ( b - 1 ). KT (AB ) = JK (AB) ( a - 1) ( b - 1 ). (6) Menganalisis ragam faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu dengan menggunakan analisis sidik ragam Tabel 3. Analisis Sidik Ragam Untuk RAL Faktorial Sumber Keragaman DB JK KT Perlakuan ab - 1 JKP KTP A a - 1 JK ( A ) KT ( A ) B b - 1 JK ( B ) KT ( B ) AB (a - 1) ( b - 1) JK ( AB ) KT ( AB ) Galat ab ( r - 1 ) JKG KTG Total r a b - 1 JKT - Keterangan : t = Perlakuan (1, 2, 3, 4). r = Ulangan (1, 2, 3, 4, 5, 6). db = Derajat Bebas. JK = Jumlah Kuadrat. KT = Kuadrat Tengah. JKP = Jumlah Kuadrat Perlakuan JKG = Jumlah Kuadrat Galat JKT = Jumlah Kuadrat Total KTP = Kuadrat Tengah Perlakuan KTG = Kuadrat Tengah Galat

8 Kaidah keputusan : Bila, Fhitung F0,05 terima H0, berarti setiap perlakuan tidak berbeda nyata (non significant). Fhitung > F0,05 tolak H0, berarti paling sedikit ada satu perlakuan yang berbeda nyata (significant). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji Duncan dengan rumus sebagai berikut : LSR = SSR.Sx S x = KTG r Keterangan : LSR = Least Significant Range SSR = Student Significant Range Sx = Galat Baku KTG = Kuadrat Tengah Galat r = Ulangan Beda selisih antar perlakuan (d) dibandingkan dengan LSR, kaidah keputusannya sebagai berikut : Kaidah Keputusan : 1. Bila d LSR, tidak berbeda nyata 2. Bila d > LSR, berbeda nyata Keterangan : d = Selisih antara rata-rata dua perlakuan HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Pemberian EDK dan Lama Perjalanan Terhadap Status Faali Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Denyut jantung Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap denyut jantung domba yang ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10%, serta 20% dengan lama perjalanan dua, empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini : Tabel 4. Rata rata Selisih Denyut Jantung Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Dosis EDK Lama Perjalanan (Jam) Rerata... kali / menit ,33 10,67 12,33 13,78 5 9,67 12,33 10,00 10, ,67 4,33 10,00 6, ,67-2,00-2,67-3,78 Rerata 6,75 6,33 7,41

9 Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa rerata selisih denyut jantung Domba Garut jantan yang tidak diberikan EDK mengalami peningkatan sebanyak 13,78 kali/menit, sedangkan rerata selisih denyut jantung pada domba yang diberikan dosis EDK 5 dan 10% mengalami peningkatan sebanyak 10,67 dan 6,67 kali/menit. Peningkatan denyut jantung tidak terjadi pada Domba Garut jantan yang diberikan dosis EDK 20%, bahkan pada domba yang diberikan perlakuan ini terjadi penurunan denyut jantung rata-rata sebanyak 3,78 kali/menit. Hal ini sejalan dengan pendapat Das et al., (2001) yang disitir dalam Ambore (2009) bahwa selama transportasi, perubahan fisiologis menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit tubuh, peningkatan frekuensi respirasi, denyut jantung, dehidrasi serta kekurangan energi. Penurunan denyut jantung pada domba yang diberikan dosis EDK 20%, membuktikan bahwa dengan diberikannya EDK pada domba yang melakukan proses transportasi dapat mencegah peningkatan denyut jantung sehingga efek perubahan fisiologis ternak dapat diminimumkan. Rerata selisih denyut jantung pada faktor lama perjalanan menunjukkan bahwa dalam semua perlakuan tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perjalanan dua jam dapat meningkatkan rerata selisih denyut jantung domba yang ditransportasikan sebanyak 6,75 kali/menit, sedangkan pada lama perjalanan empat jam jumlah peningkatan rerata selisih denyut jantung sebesar 6,33 kali/menit. Peningkatan rerata selisih denyut jantung yang terbesar terjadi pada lama perjalanan enam jam yaitu sebesar 7,41 kali/menit. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tidak adanya pengaruh lama perjalanan terhadap peningkatan denyut jantung. Berdasarkan pendapat Chambers dan Grandin (2001), waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan merupakan faktor yang mempengaruhi proses transportasi ternak. Lama perjalanan lebih dari 6 jam dapat menyebabkan gangguan pada ternak karena perubahan lingkungan dan dapat menyebabkan efek lingkungan seperti panas dan dingin. Tidak adanya perbedaan dalam rerata selisih denyut jantung pada lama perjalanan dua, empat, dan enam jam membuktikan pendapat tersebut sejalan dengan hasil penelitian penulis. Hasil analisis sidik ragam perbedaan denyut jantung Domba Garut jantan ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 5. yang Tabel 5. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Denyut Jantung Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan SK DB JK KT F hitung F tabel Perlakuan ,89 137,18 7,76 A (Dosis EDK) ,89 526,63 18,92* 3,01 B (Lama Perjalanan) 2 7,17 3,58 0,13 ns 3,40 Interaksi (A+B) 6 193,94 32,32 1,16 ns 2,51 Galat ,83 Total Keterangan : ns : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata

10 Hasil analisis sidik ragam perbedaan denyut jantung Domba Garut jantan yang ditransportasikan menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama perjalanan. Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa dosis EDK mempengaruhi denyut jantung domba yang ditransportasikan, sedangkan lama perjalanan tidak berpengaruh terhadap perubahan denyut jantung domba yang ditransportasikan. Domba yang diberikan dosis EDK 20% tidak mengalami peningkatan denyut jantung. Hal ini sejalan dengan pendapat Mutschler (1991) yang menyatakan efek perifer dari kandungan alkaloid dalam kecubung terutama antropin dapat mempengaruhi frekuensi jantung, namun meskipun dapat menurunkan denyut jantung domba, dosis pemberian EDK tetap harus diperhatikan secara seksama. Hal ini dikarenakan zat aktif yang terkandung dalam kecubung dapat menimbulkan efek halusinasi bagi pemakainya, dan bila dipergunakan secara berlebihan dapat menimbulkan efek samping negatif yang pada akhirnya bisa menimbulkan kematian (Dalimartha, 2011). Respirasi Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap respirasi domba yang ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10%, serta 20% dengan lama perjalanan dua, empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 6 : Tabel 6.Rata-rata Selisih Respirasi Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Dosis EDK Lama Perjalanan (Jam) Rerata... kali / menit ,67 10, ,67 5 6,33 12, ,33 3,33 11,33 5, ,67-3,33-3,22 R 3,33 6,75 8 Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa rerata selisih respirasi pada Domba Garut yang tidak diberikan EDK meningkat sebanyak kali/menit. Dosis EDK 5% yang diberikan pada Domba Garut yang ditransportasikan, menghasilkan peningkatan rerata selisih respirasi sebanyak 10 kali/menit. Peningkatan rerata selisih respirasi terkecil terjadi pada Domba Garut yang diberikan dosis EDK 10% yaitu hanya meningkat sebanyak 6,67 kali/menit. Dosis EDK 20% tidak menyebabkan peningkatan rerata selisih respirasi, justru dosis ini dapat menurunkan rerata selisih respirasi sebanyak 3,22 kali/menit. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis EDK akan menurunkan rerata selisih respirasi Domba Garut jantan yang ditransportasikan.

11 Peningkatan rerata selisih respirasi terkecil pada faktor lama perjalanan, terjadi pada lama transportasi dua jam. Domba Garut jantan yang ditransportasikan selama dua jam mengalami peningkatan rerata selisih respirasi sebanyak 3,33 kali/menit. Rerata selisih respirasi kemudian meningkat pada lama perjalanan empat dan enam jam. Lama perjalanan empat jam menyebabkan kenaikan rerata selisih respirasi sebanyak 6,7 kali/menit, sedangkan lama perjalanan enam jam menyebabkan rerata selisih respirasi meningkat sebanyak 8 kali/menit. Peningkatan nilai rerata selisih respirasi pada lama perjalanan empat dan enam jam, kemungkinan besar disebabkan oleh adanya perubahan kenaikan suhu lingkungan yang menyebabkan adanya respon fisiologis terhadap panas. Respon fisiologis terhadap panas melibatkan perubahan pada respirasi dan ph darah, konsentrasi ion plasma, fungsi kardiovaskuler dan perubahan hormonal (Silinakove, 2000 dalam Marai, 2007). Hasil analisis sidik ragam perbedaan frekuensi respirasi Domba Garut jantan yang ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Respirasi Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan SK DB JK KT F hitung F tabel Perlakuan ,89 137,18 7,76 A (Dosis EDK) ,89 526,63 18,92* 3,01 B (Lama Perjalanan) 2 7,17 3,58 0,13 ns 3,40 Interaksi (A+B) 6 193,94 32,32 1,16 ns 2,51 Galat ,83 Total Keterangan : ns : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata Hasil analisis sidik ragam perbedaan respirasi Domba Garut jantan yang ditransportasikan menunjukkan tidak terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama perjalanan. Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa dosis EDK dan lama perjalanan dapat mempengaruhi denyut jantung domba yang ditransportasikan. Semakin banyak dosis EDK yang diberikan maka dapat menurunkan frekuensi respirasi, sedangkan pada faktor lama perjalanan semakin lama perjalanan akan menyebabkan semakin tingginya respirasi pada domba yang ditransportasikan. Hal ini menunjukkan bahwa efek mandiri dari Dosis EDK terhadap respirasi berbanding terbalik dengan efek mandiri dari lama perjalanan. Suhu Tubuh Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap suhu tubuh domba yang ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10%, serta 20% dengan lama perjalanan dua, empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :

12 Tabel 8.Rata-rata Selisih Suhu Tubuh Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Dosis EDK Lama Perjalanan (Jam) Rerata... 0 C ,83 1,33 1,17 1,11 5 0,5 1,33 1, ,33 1, ,83 0,67 1,17 0,89 Rerata 0,79 1,08 1,21 Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa semua rerata selisih suhu tubuh Domba Garut jantan, baik yang diberikan perlakuan dosis EDK maupun yang tidak diberikan perlakuan, mengalami peningkatan suhu tubuh. Pada domba yang tidak diberikan perlakuan EDK dan domba yang diberikan dosis EDK sebesar 10% mempunyai rerata selisih peningkatan suhu tubuh yang sama setelah ditransportasikan yaitu sebesar 1,11 0 C. Rerata nilai selisih suhu tubuh pada domba yang diberikan dosis EDK 5% mengalami peningkatan sebesar 1 0 C, sedangkan rerata nilai selisih peningkatan suhu tubuh yang terendah terjadi pada domba yang diberikan dosis EDK 20% yaitu 0,89 0 C. Perlakuan transportasi Domba Garut selama dua jam mempunyai rerata peningkatan suhu tubuh yang paling kecil yaitu sebesar 0,79 0 C, kemudian diikuti oleh rerata peningkatan suhu tubuh dengan lama perjalanan empat jam yang mengalami peningkatan menjadi 1,08 0 C. Rerata selisih suhu tubuh tertinggi terdapat pada lama transportasi enam jam, yaitu sebesar 1,21 0 C. Kenaikan suhu tersebut diperkirakan karena proses homeostasis tubuh yang berusaha beradaptasi. Stres adalah tanggapan tubuh terhadap rangsangan asing yang mengganggu keseimbangan fisiologis atau homeostasis (Khansari, 1998 dalam Adenkola dan Ayo, 2010). Faktor yang menyebabkan stres pada ternak sehingga menggangu keadaan fisik dan produksi ternak adalah faktor iklim, terutama suhu lingkungan setempat (Adenkola dan Ayo, 2010). Proses transportasi domba pada penelitian ini dilakukan pada Pukul 8.00 s/d WIB, ini mengakibatkan adanya perbedaan suhu lingkungan setempat yang tidak bisa dihindari. Kenaikan suhu lingkungan setempat diyakini menyebabkan terjadinya adanya perbedaan rerata selisih suhu tubuh pada lama perjalanan dua, empat, dan enam jam. Menurut Santosa (1995) faktor yang perlu diperhatikan dalam mengangkut ternak agar dapat mengurangi stres dan penyusutan bobot badan yakni : Saat pengangkutan dilakukan pada musim kemarau, serta perjalanan dilakukan pada waktu subuh atau sore hari, pengangkutan pada musim hujan harus diusahakan agar tubuh ternak tidak basah, jangan mencampurkan dengan ternak asing dalam satu alat angkut dan jarak pengangkutan jangan lebih dari 24 jam perjalanan, jika jarak angkut lebih dari 24 jam ternak terlebih dahulu diistirahatkan selama 5 jam. Kaidah-kaidah tersebut dapat diminimumkan efeknya dengan dipeliharanya domba selama dua minggu di kandang yang sama sehingga diharapkan ternak

13 tersebut tidak merasa asing satu sama lain. Lama pengangkutan yang dilakukan tidak lebih dari 24 jam, sehingga ternak tidak perlu diistirahatkan terlebih dahulu. Pertimbangan waktu pengangkutan dua, empat, dan enam jam yang dimulai pada Pukul s/d WIB, disesuaikan dengan kondisi faktual di lapangan terutama proses distribusi domba dari pasar hewan. Berdasarkan kondisi di lapangan, distribusi Domba Garut mayoritas dilakukan hanya di sekitar wilayah Jawa Barat dan Banten, yang hanya memerlukan waktu kurang dari enam jam bila perjalanan berjalan normal tanpa ada hambatan yang berarti. Namun perubahan suhu lingkungan tidak dapat dihindari, oleh karena itu pada lama perjalanan terlihat masih adanya kenaikan suhu tubuh pada domba yang ditransportasikan. Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berubah menjadi lebih tinggi di atas zona temperatur netral, pada kondisi ini toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah atau menurun, sehingga ternak mengalami cekaman. (Yousef, 1984 dalam Kannan, 2000). Besar kecilnya tingkat pengaruh stres pada ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : bangsa ternak, jenis kelamin dan umur ternak. Pada beberapa spesies hewan, penyebab utama stres adalah perubahan suhu lingkungan yang mungkin terjadi secara bersamaan dengan tinggi atau rendahnya kelembaban (Rajesh, 2003 dalam Adenkola dan Ayo, 2010). Hasil analisis sidik ragam perbedaan suhu tubuh Domba Garut jantan yang ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Suhu Tubuh Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan SK DB JK KT F hitung F tabel Perlakuan 11 2,47 0,22 1,08 A (Dosis EDK) 3 0,30 0,20 0,49 ns 3,01 B (Lama Perjalanan) 2 1,09 0,55 2,60 ns 3,40 Interaksi (A+B) 6 1, ,87 ns 2,51 Galat 24 5, Total 35 0,45 Keterangan : ns : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata Hasil analisis sidik ragam perbedaan suhu tubuh Domba Garut jantan yang ditransportasikan menunjukkan tidak terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama perjalanan. Berdasarkan Tabel 9, efek mandiri dari dosis EDK dan lama perjalanan tidak mempengaruhi denyut jantung domba yang ditransportasikan. Pada faktor lama perjalanan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh secara nyata pada suhu tubuh domba yang ditransportasikan, walaupun pada lama perjalanan suhu tubuh domba semakin meningkat seiring dengan bertambahnya lama perjalanan. Suhu tubuh domba yang ditransportasikan masih dalam kisaran normal.

14 2. Pengaruh Pemberian EDK dan Lama Perjalanan Terhadap Hematologi Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Eritrosit Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap eritrosit domba yang ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10 %, serta 20% dengan lama perjalanan dua, empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Selisih Jumlah Eritrosit Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Dosis EDK Lama Perjalanan (jam) Rerata... juta / mm ,84-0,86-0,53-0,18 5-0,58 0,76-0,67-0, ,32-0,44-0,33-0, ,31-0,54-0,40 Rerata -0,10-0,21-0,52 Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa rerata selisih jumlah eritrosit pada Domba Garut yang ditransportasikan secara umum mengalami penurunan, walaupun terlihat adanya variasi data di dalam nilai rata-rata selisih jumlah eritrosit domba yang ditransportasikan. Terdapat peningkatan rerata selisih jumlah eritrosit sebanyak 0,84% pada domba yang tidak diberikan EDK dengan lama perjalanan dua jam, namun kembali menurun setelah melakukan perjalanan selama empat jam. Peningkatan nilai rata-rata selisih jumlah eritrosit juga terjadi pada domba yang diberikan Dosis EDK 5% dengan lama perjalanan empat jam, yang kembali menurun setelah melakukan lama perjalanan enam jam. Penurunan nilai rerata selisih jumlah eritrosit domba yang terendah terjadi pada domba yang diberikan EDK dengan dosis 5% yaitu sebesar 0,16 juta/mm 3. Nilai rerata selisih jumlah eritrosit Domba Garut jantan yang ditransportasikan selama dua jam mengalami penurunan jumlah eritrosit sebesar - 0,10 juta/mm 3, hasil ini lebih kecil bila dibandingkan dengan domba yang ditransportasikan selama empat jam. Penurunan rerata selisih jumlah eritrosit terbesar terjadi pada domba yang melakukan lama perjalanan enam jam yaitu - 0,52 juta/mm 3. Penurunan nilai rerata selisih jumlah eritrosit pada Domba Garut jantan yang ditransportasikan berbanding lurus dengan lama perjalanan yang ditempuh. Pada Tabel 10, terlihat bahwa ada beberapa rata-rata eritrosit yang mengalami kenaikan, yaitu pada perlakuan pemberian dosis EDK 0% dengan lama perjalanan 2 jam dan pada perlakuan pemberian dosis EDK 5% dengan lama perjalanan 4 jam. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan ternak tersebut mengalami stres karena menurut Swenson (1984), ketika hewan ketakutan maka epinefrin meningkatkan kontraksi limpa, sehingga sel darah merah pada sirkulasi darah menjadi sangat kuat dan akhirnya meningkatkan nilai hematokrit. Nilai hematokrit akan meningkat bila nilai eritrosit juga meningkat.

15 Hasil analisis sidik ragam perbedaan eritrosit Domba Garut jantan yang ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Jumlah Eritrosit Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan SK DB JK KT F hitung F tabel Perlakuan 11 9,21 0,84 8,03 A (Dosis EDK) 3 0,40 2,79 1,28 ns 3,01 B (Lama Perjalanan) 2 1,10 0,13 5,25* 3,40 Interaksi (A+B) 6 7,72 0,55 12,33* 2,51 Galat 24 2,50 1,29 Total 35 14,51 Keterangan : ns : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata Berdasarkan hasil analisis sidik ragam perbedaan jumlah eritrosit Domba Garut jantan yang ditransportasikan menunjukkan terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama perjalanan. Hasil yang optimum terdapat pada perlakuan pemberian dosis EDK 20% dengan lama perjalanan empat jam. Pengujian lebih lanjut dilakukan terhadap efek mandiri dosis EDK dan lama perjalanan dengan uji jarak berganda Duncan untuk mengetahui pengaruh efek mandiri dosis EDK dan lama perjalanan terhadap jumlah eritrosit Domba Garut Jantan yang ditransportasikan. Tabel 12. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Dosis EDK Terhadap Jumlah Eritrosit Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Lama Perjalanan (Jam) Rerata Eritrosit (juta/mm 3 ) Signifikansi (0,05) 5-0,16 A 0-0,18 A 10-0,36 A 20-0,40 A Keterangan : huruf yang sama ke arah baris menunjukkan tidak berbeda nyata Pada Tabel 12, terlihat bahwa dosis EDK tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa besaran dosis pemberian EDK tidak berpengaruh secara nyata (P > 0,05) terhadap jumlah eritrosit domba yang ditransportasikan. Hasil uji jarak berganda Duncan untuk pengaruh lama perjalanan terhadap jumlah eritrosit Domba Garut Jantan ditransportasikan dapat dilihat pada Tabel 13. yang Tabel 13. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Lama Perjalanan Terhadap Jumlah Eritrosit Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Lama Perjalanan (Jam) Rerata Eritrosit (juta/mm 3 ) Signifikansi (0,05) 2-0,10 B 4-0,21 B 6-0,52 A Keterangan : huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan berbeda nyata

16 Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa lama perjalanan dua jam mempunyai rerata penurunan eritrosit terendah yaitu sebesar -0,10 juta/mm 3 dan berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan lama perjalanan enam jam. Rerata eritrosit pada lama perjalanan empat jam mengalami penurunan sebesar -0,21 juta/mm 3 dan tidak berbeda nyata (P > 0,05) dibandingkan dengan domba yang mengalami lama perjalanan dua jam. Hal ini membuktikan bahwa adanya perbedaan jumlah eritrosit dalam faktor lama perjalanan, semakin lama perjalanan maka semakin menurun jumlah eritrositnya. Penurunan jumlah eritrosit tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu diantaranya adalah faktor perubahan suhu lingkungan sekitar. Menurut Swenson (1984), bahwa penurunan jumlah eritrosit pada temperatur lingkungan yang lebih tinggi dari sebelumnya akan menurunkan nilai hematokrit bila volume darah tetap, sebaliknya bila temperatur lingkungan yang lebih rendah daripada sebelumnya akan menaikkan nilai hematokrit sebagai akibat dari bertambahnya eritrosit (Swenson, 1984). Berdasarkan pendapat tersebut maka penurunan jumlah eritrosit terbesar akan terjadi pada lama perjalanan enam jam, karena temperatur lingkungan yang tertinggi terdapat pada lama perjalanan enam jam. Hemoglobin Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap kadar hemoglobin domba yang ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10%, serta 20% dengan lama perjalanan dua, empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14.Rata-rata Selisih Kadar Hemoglobin Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Dosis EDK Lama Perjalanan (Jam) Rerata... gr/ mm ,07-0,73-0,87-0,18 5-0,53 0,97-0,8-0, ,43-0,47-0,18-0, ,40-0,23-0,67-0,43 Rerata -0,07-0,11-0,63 Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa nilai rerata selisih kadar hemoglobin pada Domba Garut yang ditransportasikan mengalami penurunan secara umum. Penurunan selisih nilai rerata kadar hemoglobin domba yang terendah terjadi pada domba yang diberikan dosis EDK 5% yaitu sebesar -0,12 gr/mm 3, sedangkan penurunan selisih kadar hemoglobin yang tertinggi terdapat pada domba yang diberikan dosis EDK 20% yaitu sebesar -0,43 gr/mm 3. Penurunan nilai rerata selisih kadar hemoglobin domba yang tidak diberikan EDK menunjukkan hasil yang lebih kecil, bila dibandingkan dengan hasil penurunan nilai rerata selisih kadar hemoglobin domba yang diberikan EDK dosis 10% yaitu sebesar -0,18 gr/mm 3. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Guyton dan Hall (1997), yang menyatakan bahwa pada hewan normal kadar hemoglobin sebanding dengan jumlah eritrosit. Pada Tabel 10, terlihat bahwa terdapat beberapa perubahan jumlah eritrosit, hal ini sejalan dengan perubahan

17 kadar hemoglobin yang terdapat pada Tabel 14. Ketika jumlah eritrosit mengalami kenaikan, maka kadar hemoglobin juga bertambah, begitu pula sebaliknya ketika jumlah eritrosit menurun maka kadar hemoglobin pun mengalami penurunan. Hasil analisis sidik ragam perbedaan kadar hemoglobin Domba Garut jantan yang ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Kadar Hemoglobin Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan SK DB JK KT F hitung F table Perlakuan 11 13,46 1,22 17,05 A (Dosis EDK) 3 0,59 2,69 2,73 ns 3,01 B (Lama Perjalanan) 2 2,29 0,20 15,93* 3,40 Interaksi (A+B) 6 10,58 1,14 24,59* 2,51 Galat 24 1,72 1,76 Total 35 17,872 Keterangan : ns : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata Berdasarkan hasil analisis sidik ragam perbedaan kadar hemoglobin Domba Garut jantan yang ditransportasikan menunjukkan terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama perjalanan. Hasil yang optimum terdapat pada perlakuan pemberian Dosis EDK 10% dengan lama perjalanan enam jam. Pengujian lebih lanjut dilakukan terhadap efek mandiri dosis EDK dan lama perjalanan dengan uji berganda Duncan untuk mengetahui pengaruh efek mandiri dosis EDK dan lama perjalanan terhadap eritrosit Domba Garut Jantan yang ditransportasikan. Tabel 16. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Dosis EDK Terhadap Kadar Hemoglobin Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Dosis EDK (%) Rerata Hemoglobin (gr/ mm 3 ) Signifikansi (0,05) 5-0,12 B 0-0,18 Ab 10-0,36 Ab 20-0,43 A Keterangan : huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan berbeda nyata Berdasarkan Tabel 16, terlihat bahwa pemberian dosis EDK 5% mempunyai rerata selisih penurunan kadar hemoglobin terendah yaitu sebesar -0,12 gr/mm 3 dan berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan pemberian dosis EDK 20%. Rerata selisih hemoglobin pada dosis EDK 10% dengan lama perjalanan empat jam mengalami penurunan sebesar -0,36% gr/mm 3 dan tidak berbeda nyata (P > 0,05) dibandingkan dengan domba yang diberikan tidak diberikan dosis EDK.

18 Tabel 17. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Lama Perjalanan Terhadap Kadar Hemoglobin Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Lama Perjalanan (Jam) Rerata Hemoglobin (gr/ mm 3 ) Signifikansi (0,05) 2-0,07 B 4-0,11 B 6-0,63 A Keterangan : huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan berbeda nyata Berdasarkan Tabel 17, terlihat bahwa lama perjalanan dua jam mempunyai rerata selisih penurunan kadar hemoglobin terendah yaitu sebesar -0,07 gr/mm 3 dan berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan lama perjalanan enam jam. Rerata selisih kadar hemoglobin pada lama perjalanan empat jam mengalami penurunan sebesar -0,11 gr/mm 3 dan tidak berbeda nyata (P > 0,05) dibandingkan dengan domba yang mengalami lama perjalanan dua jam. Hematokrit Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap nilai hematokrit domba yang ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10%, serta 20% dengan lama perjalanan dua, empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Rata-rata Selisih Nilai Hematokrit Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Dosis EDK Lama Perjalanan (Jam) %... Rerata 0 2,03-0,83-0,97 0,08 5-0,60 1,27-0,77-0, ,40-0,47-0,27-0, ,37-0,33-0,47-0,39 Rerata 0,17-0,09-0,62 Berdasarkan Tabel 18, menunjukkan bahwa rata-rata selisih nilai hematokrit mengalami variasi pada beberapa perlakuan. Terdapat penurunan dan kenaikan rata-rata selisih nilai hematokrit dalam beberapa perlakuan, namun secara umum rerata selisih nilai hematokrit domba yang ditransportasikan mengalami penurunan. Penurunan rerata selisih nilai hematokrit terkecil terdapat pada domba yang diberikan dosis EDK 5% yaitu sebesar -0,03 %. Rerata selisih nilai hematokrit domba yang diberikan dosis EDK 10% dan 20%, menunjukkan penurunan selisih nilai hematokrit yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan domba yang diberikan dosis EDK 5%. Pada domba yang diberikan dosis EDK 10% perubahan rerata selisih nilai hematokritnya sebesar -0,38%, penurunan rerata selisih nilai hematokrit domba yang terendah terjadi pada domba yang diberikan dosis EDK 20% yaitu sebesar - 0,39 %. Kenaikan rerata selisih nilai hematokrit terjadi pada domba yang tidak diberikan EDK, yaitu naik sebesar 0,08%.

19 Penurunan rerata selisih nilai hematokrit yang terkecil terjadi pada lama perjalanan empat jam yaitu sebesar -0,09%, sedangkan pada domba dengan lama perjalanan enam jam penurunan rerata selisih nilai hematokrit sebesar -0,62 %. Domba yang ditransportasikan selama dua jam justru tidak mengalami mengalami penurunan rerata selisih nilai hematokrit, pada Domba Garut jantan yang ditransportasikan selama dua jam terlihat bahwa rerata selisih nilai hematokrit meningkat sebesar 0,17%. Kenaikan selisih nilai hematokrit yang terjadi pada Domba Garut jantan yang tidak diberikan EDK serta Domba Garut jantan yang ditransportasikan selama dua jam, merupakan salah satu tanda stres akibat transportasi yang dapat diakibatkan oleh berbagai faktor. Ketika hewan ketakutan, maka epinefrin meningkatkan kontraksi limpa, sehingga sel darah merah pada sirkulasi darah menjadi sangat kuat dan akhirnya meningkatkan nilai hematokrit (Swenson, 1984). Pada domba yang tidak diberikan EDK diduga kenaikan nilai hematokrit terjadi akibat stres pada awal dari proses perjalanan. Hal yang sama diungkapkan pula oleh Kannan (2000), yang menyatakan bahwa ruminansia kecil menunjukkan bahwa respon stres karena transportasi mulai menurun dalam waktu 3 jam setelah transportasi. Pada rerata selisih nilai hematokrit domba yang diberikan dosis EDK 5% tidak terlihat adanya peningkatan rerata selisih nilai hematokrit pada lama perjalanan dua jam, hal ini dimungkinkan karena masih bekerjanya zat aktif dari EDK tersebut, namun setelah mengalami perjalanan selama empat jam terlihat adanya kenaikan rerata selisih hematokrit pada domba yang diberikan dosis EDK 5%, ini menunjukkan kemungkinan bahwa dosis EDK dengan konsentrasi 5% hanya bertahan untuk lama perjalanan dua jam. Hasil analisis sidik ragam perbedaan hematokrit Domba Garut jantan yang ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Nilai Hematokrit Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan SK DB JK KT F hitung F tabel Perlakuan 11 26,51 2,4 7,69 A (Dosis EDK) 3 1,54 0,51 1,63 ns 3,01 B (Lama Perjalanan) 2 3,82 1,91 6,10* 3,40 Interaksi (A+B) 6 21,15 3,53 11,24* 2,51 Galat 24 7,53 0,31 Total 35 35,210 Keterangan : ns : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata Berdasarkan Tabel 19, terlihat bahwa terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama perjalanan terhadap nilai hematokrit Domba Garut jantan yang ditransportasikan. Hasil optimum terdapat pada perlakuan pemberian dosis EDK 10% dengan lama perjalanan enam jam. Hal ini seiring dengan hasil optimum pada parameter hemoglobin. Pengujian lebih lanjut dilakukan terhadap efek mandiri dosis EDK dan lama perjalanan terhadap hematokrit Domba Garut Jantan yang ditransportasikan.

20 Tabel 20. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Dosis EDK Terhadap Nilai Hematokrit Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Dosis EDK (%) Rerata Hematokrit (%) Signifikansi (0,05) 0 0,08 A 5-0,03 A 10-0,38 A 20-0,39 A Keterangan : huruf yang sama ke arah baris menunjukkan tidak berbeda nyata Berdasarkan Tabel 20, terlihat bahwa penurunan rerata selisih nilai hematokrit terendah terdapat pada dosis EDK 5% dan tidak berbeda nyata (P > 0,05) dibandingkan dengan seluruh dosis EDK yang lain. Tabel 21. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Lama Perjalanan Terhadap Nilai Hematokrit Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Lama Perjalanan (Jam) Rerata Hematokrit (%) Signifikansi (0,05) 2 0,17 B 4-0,09 B 6-0,62 A Keterangan : huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan berbeda nyata Berdasarkan Tabel 21, terlihat bahwa lama perjalanan dua jam meningkatkan rerata selisih nilai hematokrit sebesar 0,17 % dan berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan lama perjalanan enam jam. Rerata kadar hematokrit pada lama perjalanan empat jam mengalami penurunan sebesar -0,09% dan tidak berbeda nyata (P > 0,05) dibandingkan dengan domba yang mengalami lama perjalanan dua jam. Rasio Neutrofil : Limfosit (N : L) Pengaruh pemberian EDK dan lama perjalanan terhadap rasio N : L domba yang ditransportasikan, pada tingkat dosis EDK 0%, 5%, 10%, serta 20% dengan lama perjalanan dua, empat, dan enam jam dapat dilihat pada Tabel 22. Rerata selisih rasio N : L pada Tabel 22 menunjukkan bahwa seluruh selisih rasio N : L pada semua perlakuan mengalami kenaikan. Pada Domba Garut jantan yang tidak diberikan EDK, selisih rasio N:L menunjukkan hasil yang terbesar yaitu 0,29%, sedangkan rerata pada domba yang diberikan dosis EDK 5% dan 10% memperlihatkan hasil yang lebih kecil. Rerata selisih rasio N : L terendah terdapat pada pada Domba Garut jantan yang diberikan dosis EDK 20%, yaitu sebesar 0,05%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar dosis EDK yang diberikan maka semakin kecil rasio N : L yang dihasilkan.

21 Tabel 22. Rata-rata Selisih Rasio N:L Domba Garut yang Ditransportasikan Dosis EDK Lama Perjalanan (Jam) Rerata... % ,34 0,29 0,23 0,29 5 0,06 0,40 0,16 0, ,07 0,11 0,31 0, ,04 0,06 0,04 0,05 Rerata 0,13 0,21 0,18 Rerata selisih Rasio N : L pada lama perjalanan menunjukkan hasil yang bervariasi. Pada lama perjalanan dua jam menunjukkan hasil yang terkecil yaitu 0,13%, kemudian diikuti oleh lama perjalanan enam jam yaitu sebesar 0,18%. Rerata selisih rasio N : L terbesar terjadi pada lama perjalanan empat jam, dengan rerata selisih rasio N : L sebesar 0,21%. Pada domba yang tidak diberikan dosis EDK terlihat bahwa rata-rata selisih rasio N : L tertinggi terjadi pada lama perjalanan dua jam, sedangkan pada domba yang diberikan dosis EDK 5% terlihat bahwa rata-rata selisih rasio N : L tertinggi terjadi pada lama perjalanan empat jam. Rata-rata rasio N : L tertinggi untuk dosis EDK 10% justru terjadi pada lama perjalanan enam jam, hal ini dimungkinkan oleh adanya pengaruh dari zat aktif yang terkandung dalam EDK karena ketika memasuki lama perjalanan empat jam efek dari kandungan zat aktif dari EDK dengan konsentrasi 5% telah berangsur-angsur hilang sehingga ternak mengalami stres yang ditandai oleh tingginya rasio N : L. Asumsi yang sama juga terjadi pada domba yang diberikan EDK dengan konsentrasi 10%, yang baru merasakan stres pada lama perjalanan enam jam. Pemberian dosis EDK 20% menunjukkan respon yang cukup baik, ini bisa terlihat dari rendahnya rasio N : L bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kannan et al. (2000), yang melaporkan bahwa indeks stres dapat ditentukan dari perbandingan antara persentase neutrofil dan persentase limfosit (N : L ratio). Hewan yang mengalami stres transportasi selalu mempunyai Rasio N : L lebih tinggi jika dibandingkan dengan hewan normal, selain itu ada pendapat yang menyatakan bahwa transportasi menyebabkan peningkatan secara dramatis rasio neutrofil limfosit dan konsentrasi glukosa plasma (Rajion et al. 2001). Hasil analisis sidik ragam perbedaan rasio N : L tubuh Domba Garut jantan yang ditransportasikan, dapat dilihat pada Tabel 23. Berdasarkan Tabel 23, terlihat bahwa terdapat interaksi antara dosis EDK dengan lama perjalanan terhadap rasio N : L Domba Garut jantan yang ditransportasikan. Hasil optimum terdapat pada dua perlakuan sekaligus, yaitu pada domba yang diberikan dosis EDK 20% dengan lama perjalanan dua dan enam jam. Pengujian lebih lanjut dilakukan terhadap efek mandiri dosis EDK dan lama perjalanan terhadap rasio N : L Domba Garut Jantan yang

22 ditransportasikan dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan. Tabel 23. Analisis Sidik Ragam Perbedaan Rasio N : L Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan SK DB JK KT F hitung F tabel Perlakuan 11 0,57 2,4 5,56 A (Dosis EDK) 3 0,27 0,51 9,66* 3,01 B (Lama Perjalanan) 2 0,04 1,91 2,34 ns 3,40 Interaksi (A+B) 6 0,25 3,53 4,58* 2,51 Galat 24 0,22 0,31 Total 35 35,210 Keterangan : ns : tidak berbeda nyata ; *)berbeda nyata Berdasarkan Tabel 24, terlihat bahwa pemberian dosis EDK 5% mempunyai rerata rasio N : L terendah yaitu sebesar 0,05 % dan berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan domba yang tidak diberikan dosis EDK. Nilai rerata rasio N : L pada dosis EDK 5% adalah sebesar 0,21 dan tidak berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan domba yang diberikan dosis EDK 10 dan 20%. Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan, dapat diketahui bahwa domba yang diberikan dosis EDK 0%, 10%, dan 20% berbeda nyata (P < 0,05) satu sama lain, sedangkan domba yang diberikan dosis EDK 5% hanya berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan domba yang tidak diberikan dosis EDK. Tabel 24. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Dosis EDK Terhadap Rasio N : L Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Dosis EDK (%) Rerata Rasio N:L (%) Signifikansi (0,05) 0 0,29 C 5 0,21 Ab 10 0,16 B 20 0,05 A Keterangan : huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan berbeda nyata Berdasarkan Tabel 25, hasil uji jarak berganda Duncan memperlihatkan bahwa dari ketiga jenis lama perjalanan tidak berbeda secara nyata (P < 0,05) terhadap Rasio N : L. Tabel 25. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Untuk Pengaruh Perlakuan Lama Perjalanan Terhadap Rasio N : L Domba Garut Jantan yang Ditransportasikan Lama Perjalanan (Jam) Rerata Rasio N : L (%) Signifikansi (0,05) 2 0,22 A 4 0,19 A 6 0,13 A Keterangan : huruf yang sama ke arah baris menunjukkan tidak berbeda nyata

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumedang sebanyak 60 ekor. Itik lokal berumur 35 hari dengan bobot badan 0,8-1,2

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumedang sebanyak 60 ekor. Itik lokal berumur 35 hari dengan bobot badan 0,8-1,2 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Objek Penelitian 2.1.1 Ternak Penelitian Penelitian menggunakan itik lokal jantan asal Gunungmanik, Tanjung Sari, Sumedang sebanyak 60 ekor. Itik lokal berumur 35 hari

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober

Lebih terperinci

III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian, yaitu 20 ekor Domba Priangan

III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian, yaitu 20 ekor Domba Priangan 20 III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan/Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian, yaitu 20 ekor Domba Priangan jantan dengan kisaran umur 12-14 bulan dan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 60 itik lokal jantan asal Gunungmanik, Tanjung

III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 60 itik lokal jantan asal Gunungmanik, Tanjung 18 III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Ternak penelitian Penelitian menggunakan 60 itik lokal jantan asal Gunungmanik, Tanjung Sari, Sumedang yang berumur 35 hari. Kisaran bobot badan itik

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan penelitian yang digunakan adalah itik pedaging jantan dengan bobot

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan penelitian yang digunakan adalah itik pedaging jantan dengan bobot III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1. Bahan dan Alat Penelitian 2.1.1. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah itik pedaging jantan dengan bobot badan rata-rata 1,3-1,5 kilogram sebanyak

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah puyuh (Coturnix coturnix

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah puyuh (Coturnix coturnix 17 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah puyuh (Coturnix coturnix japonica) sebanyak 100 ekor puyuh berumur 4 minggu yang diperoleh dari Quail

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jantan dengan bobot badan rata-rata 29,66 ± 2,74 kg sebanyak 20 ekor dan umur

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jantan dengan bobot badan rata-rata 29,66 ± 2,74 kg sebanyak 20 ekor dan umur 1 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba Padjadjaran jantan dengan bobot badan rata-rata 29,66 ± 2,74 kg sebanyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah. dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah. dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah Sel darah merah berperan membawa oksigen dalam sirkulasi darah untuk dibawa menuju sel dan jaringan. Jumlah sel darah merah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan dengan rata-rata bobot badan sebesar 21,09 kg dan koevisien

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05% 18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh yang berumur 5 minggu dengan bobot badan rata-rata 89.85 gram dan koefisien

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Kelautan untuk membuat ekstrak daun sirih, Laboratorium Fisiologi Hewan Air (FHA) untuk

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak 100 kg bahan kering dan untuk

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak 100 kg bahan kering dan untuk 16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Bahan Penelitian 2.1.1 Rumput Brachiaria humidicola Rumput Brachiaria humidicola yang digunakan pada penelitian ini didapat dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak

Lebih terperinci

Keterangan : A = Berat Cawan Alumunium B = Berat cawan alumunium + sampel sebelum dioven C = Berat cawan alumunium + sampel setelah dioven

Keterangan : A = Berat Cawan Alumunium B = Berat cawan alumunium + sampel sebelum dioven C = Berat cawan alumunium + sampel setelah dioven 42 Lampiran 1. Prosedur Penentuan Kadar Bahan Kering Alat : 1. Oven listrik 2. Timbangan analitik 3. Cawan Alumunium 4. Eksikator/Desikator 5. Tang Penjepit Cara Kerja : 1. Cawan alumunium dikeringkan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27 17 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian dan Peralatan Penelitian 3.1.1. Ternak Percobaan Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27 minggu sebanyak 90 ekor dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam Sentul jantan berjumlah 18 ekor dan berumur

Lebih terperinci

M 1 P 0.1 M 1 P 2.3 M 0 P 3.2 M 1 P 1.3 M 1 P 3.1

M 1 P 0.1 M 1 P 2.3 M 0 P 3.2 M 1 P 1.3 M 1 P 3.1 44 Lampiran 1. Tataletak Percobaan Penelitian U S M 0 P 0.2 M 1 P 1.3 M 1 P 0.2 M 0 P 3.1 M 0 P 2.3 M 1 P 2.3 M 0 P 2.1 M 1 P 3.3 M 1 P 3.1 M 1 P 1.2 M 1 P 1.1 M 0 P 3.3 M 0 P 0.3 M 0 P 1.1 M 1 P 0.3 M

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Pengambilan Sampel dan Data. kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 105 o C selama 12 jam untuk

Lampiran 1. Prosedur Pengambilan Sampel dan Data. kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 105 o C selama 12 jam untuk LAMPIRAN 40 41 Lampiran 1. Prosedur Pengambilan Sampel dan Data a. Kadar Lemak 1. Menimbang 5 gram sampel dan dibungkus dengan kertas saring bebas lemak, kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 105 o

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini berupa ovarium domba lokal umur <1 tahun 3 tahun

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini berupa ovarium domba lokal umur <1 tahun 3 tahun 14 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini berupa ovarium domba lokal umur

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 15 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1. Ternak Penelitian Ternak percobaan yang digunakan adalah ayam broiler yang telah dipelihara selama 2 minggu sebanyak 100 ekor dengan rataan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi. 1 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian 1. Karkas ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari ayam broiler berumur 23-28 hari dengan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak penelitian yang digunakan adalah Ayam Lokal yang diperoleh dari Jimmy Farm Cianjur. Ayam berumur 1 hari (DOC) yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam yang digunakan adalah broiler strain cobb sebanyak 200 ekor yang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam yang digunakan adalah broiler strain cobb sebanyak 200 ekor yang 21 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ayam Broiler Ayam yang digunakan adalah broiler strain cobb sebanyak 200 ekor yang memiliki bobot badan 750 ± 50 gram pada umur 18 hari yang

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, pada bulan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. starter sampai finisher (1-35 hari) sebanyak 100 ekor dan koefisien variasi kurang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. starter sampai finisher (1-35 hari) sebanyak 100 ekor dan koefisien variasi kurang III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang diamati dalam penelitian ini adalah ayam broiler mulai fase starter sampai finisher (1-35 hari) sebanyak 100 ekor

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tanaman singkong. Daun singkong sebanyak 4 kg segar diperoleh dari

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tanaman singkong. Daun singkong sebanyak 4 kg segar diperoleh dari 22 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian (1) Daun Singkong Daun singkong yang digunakan yaitu seluruh daun dari setiap bagian tanaman singkong. Daun singkong sebanyak 4 kg segar diperoleh

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah marmot Cavia porcellus

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah marmot Cavia porcellus III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1. Ternak Penelitian Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah marmot Cavia porcellus jantan lepas sapih, umur 4 minggu, sebanyak 60 ekor

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang 20 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 TernakPercobaan Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak domba lokal jantan umur 2 tahun sebagai sumber penghasil sperma yang

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di Desa Kedu Temanggung dan pada bulan April 2016 di kandang unggas Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H. R. Soebrantas

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang menjadi percobaan yaitu puyuh jepang (Coturnix-coturnix

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang menjadi percobaan yaitu puyuh jepang (Coturnix-coturnix 16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1. Ternak Percobaan Ternak yang menjadi percobaan yaitu puyuh jepang (Coturnix-coturnix japonica) sebanyak 80 ekor berumur 5-6 minggu

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. dan masing-masing unit percobaan adalah lima ekor puyuh betina fase produksi.

III BAHAN DAN METODE. dan masing-masing unit percobaan adalah lima ekor puyuh betina fase produksi. 16 III BAHAN DAN METODE 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Penelitian ini menggunakan puyuh betina fase produksi yang dipelihara pada umur 8 minggu sebanyak 100 ekor. Puyuh dimasukkan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara 11 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara yang diberi ransum dengan tambahan urea yang berbeda ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober sampai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

Parameter Satuan Alat Sumber Fisika : Suhu

Parameter Satuan Alat Sumber Fisika : Suhu LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Metode Pengukuran Kualitas Air Parameter Satuan Alat Sumber Fisika : Suhu o C Termometer/Pemuaian SNI 06-6989.23-2005 Kimia: Amonia mg/l Ammonia test kit SNI 06-6989.30-2005

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tambahan. Bahan utama berupa daging sapi bagian sampil (chuck) dari sapi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tambahan. Bahan utama berupa daging sapi bagian sampil (chuck) dari sapi III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama berupa daging sapi

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1. Ternak Penelitian Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode laktasi 2 dengan bulan ke-2 sampai bulan ke-5 sebanyak

Lebih terperinci

Rancangan Acak Lengkap (RAL) Completely Randomized Design Atau Fully Randomized Design

Rancangan Acak Lengkap (RAL) Completely Randomized Design Atau Fully Randomized Design Rancangan Acak Lengkap (RAL) Completely Randomized Design Atau Fully Randomized Design CIRI - CIRI R.A.L. : 1. Media atau bahan percobaan seragam (dapat dianggap se- ragam ) 2. Hanya ada satu sumber kera-

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh pemberian vitamin B komplek terhadap

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh pemberian vitamin B komplek terhadap 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh pemberian vitamin B komplek terhadap pemulihan konsumsi pakan, fisiologis ternak dan bobot badan kambing Kacang pasca-transportasi dilakukan di

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan 20 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 1) Kulit Pisang Nangka Kulit pisang nangka berfungsi sebagai bahan pakan tambahan dalam ransum domba. Kulit pisang yang digunakan berasal dari pisang

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan yaitu meliputi : sekitar kebun di Sukabumi Jawa Barat.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan yaitu meliputi : sekitar kebun di Sukabumi Jawa Barat. III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan yaitu meliputi : 1) Mikania micrantha yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sekitar

Lebih terperinci

r = =

r = = Lampiran 1. Bobot Edible Ayam Kampung Super Ulangan Perlakuan R-0 R-1 R-2 R-3 R-4......g... 1 237.2 345.8 392 440.5 390 2 290.4 373.1 449.2 482.6 473 3 358.8 395.9 463.2 517.1 534.7 4 363.8 421.5 564.7

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ternak Penelitian, Ternak yang digunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Koi Pada Penelitian Pendahuluan.

Lampiran 1. Perhitungan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Koi Pada Penelitian Pendahuluan. Lampiran 1. Perhitungan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Koi Pada Penelitian Pendahuluan. Perlakuan N0 Nt SR% A (0,1 ml/l) 10 2 20 B (0,3 ml/l) C (0,5 ml/l) D (0,7 ml/l) E (0,9 ml/l) F (1,1 ml/l) G (1,3 ml/l)

Lebih terperinci

Tata letak percobaan secara acak selama penelitian adalah sebagai berikut : D2 B1 D3 B3 B2 E3 C2 C3 A2 D1 A3 E2

Tata letak percobaan secara acak selama penelitian adalah sebagai berikut : D2 B1 D3 B3 B2 E3 C2 C3 A2 D1 A3 E2 LAMPIRAN 34 35 Lampiran 1. Tata Letak Perlakuan Tata letak percobaan secara acak selama penelitian adalah sebagai berikut : D2 B1 D3 B3 B2 E3 C2 C3 A2 D1 A3 E2 A1 E1 C1 Keterangan : A = Kontrol/Tanpa Pemberian

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak II. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit, kapasitas serap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2011 dan percobaan utama yaitu in vivo telah dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah ayam petelur strain Lohman yang berumur 20 bulan. Ternak sebanyak 100 ekor dipelihara

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di lahan

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di lahan III. MATERI DAN METODE 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan

MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan H.R. Soebrantas

Lebih terperinci

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri A 2 lup biakan bakteri padat Inkubasi+shaker (suhu kamar, 18-24 jam) a b b b 0.1 ml 0.1 ml 0.1ml 1:10-1

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat dan Bahan yang Digunakan Selama Penelitian. Timbangan Duduk

Lampiran 1. Alat dan Bahan yang Digunakan Selama Penelitian. Timbangan Duduk Lampiran 1. Alat dan Bahan yang Digunakan Selama Penelitian Akuarium Salinometer Timbangan Duduk Timbangan Digital Alat Sipon DO meter dan ph meter Pipet Tetes Penggaris 39 40 DO meter ph meter Botol Sampling

Lebih terperinci

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba 17 III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2010. Penelitian dilakukan di kandang Mitra Maju yang beralamat

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan yaitu meliputi : biji yang diperoleh dari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan yaitu meliputi : biji yang diperoleh dari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan yaitu meliputi : 1) Benih tanaman sorgum yang digunakan adalah bibit sorgum dalam bentuk biji

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir, BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Unversitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Kelurahan Simpang

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries 20 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries Holland pada laktasi pertama. Produksi

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian (1) Kulit Pisang Nangka Matang Kulit pisang Nangka matang diperoleh dari tiga tempat yang berbeda, yaitu Pasar Tanjungsari Sumedang, Pasar Gede Bage

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Perlakuan P 0 P 1 P 2 P 3 M 1 M 1 P 0 M 1 P 1 M 1 P 2 M 1 P 3 M 2 M 2 P 0 M 2 P 1 M 2 P 2 M 2 P 3

MATERI DAN METODE. Perlakuan P 0 P 1 P 2 P 3 M 1 M 1 P 0 M 1 P 1 M 1 P 2 M 1 P 3 M 2 M 2 P 0 M 2 P 1 M 2 P 2 M 2 P 3 III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R Soebrantas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan yang Digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Aquades 2. Sarang Lebah 3. Media Nutrien

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini bertempat dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini bertempat dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini bertempat dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Pertenakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Skema Penelitian

Lampiran 1. Skema Penelitian 105 Lampiran 1. Skema Penelitian DOC (Day Old Chick) Ampas kecap - Diberikan air gula & vaksin antistress - Vaksin ND (umur 4 & 20 hari) - Vaksin gumboro (umur 10 & 25 hari) - umur 0-2 minggu (protein

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. diperoleh dari sawah dengan spesies Pomacea canaliculata Lamarck. Keong mas

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. diperoleh dari sawah dengan spesies Pomacea canaliculata Lamarck. Keong mas III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Bahan Penelitian 3.1.1 Keong Mas Keong mas yang digunakan dalam penelitian adalah keong mas yang diperoleh dari sawah dengan spesies Pomacea canaliculata Lamarck.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia dan dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung karena ukuran tubuhnya yang kecil, warnanya bermacam-macam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Bangsa sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Zebu dan Banteng. Tubuh dan tanduknya relatif kecil, warna bulu pada jantan dan betina sama seperti

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul 27 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Percobaan 3.1.1. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul umur satu hari (day old chick) yang diperoleh

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Litter Broiler sebanyak 35 kilogram, diperoleh dari CV. ISMAYA PS. Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Litter Broiler sebanyak 35 kilogram, diperoleh dari CV. ISMAYA PS. Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung. 17 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Litter Broiler sebanyak 35 kilogram, diperoleh dari CV. ISMAYA PS Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung. 2. Jerami

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE di kandang Penelitian Ternak Unggas, UIN Agriculture Research and

MATERI DAN METODE di kandang Penelitian Ternak Unggas, UIN Agriculture Research and III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2014 di kandang Penelitian Ternak Unggas, UIN Agriculture Research and Development Station

Lebih terperinci

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tradisional Babah Kuya yang terletak di pasar baru. Pasak bumi yang digunakan

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tradisional Babah Kuya yang terletak di pasar baru. Pasak bumi yang digunakan 23 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Pasak bumi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari toko obat tradisional Babah Kuya yang terletak di pasar baru.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Detaseman Kavaleri Berkuda (Denkavkud) berada di Jalan Kolonel Masturi, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi

Lebih terperinci

Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex...Yanuar Adi Prasetyo W

Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex...Yanuar Adi Prasetyo W PENGARUH TINGKAT SERAT KASAR DALAM RANSUM PELET TERHADAP IMBANGAN EFISIENSI PROTEIN PADA KELINCI REX THE EFFECT LEVEL OF CRUDE FIBER IN RATION OF PELLETS ON THE PROTEIN EFFICIENCY RATIO OF REX RABBIT Yanuar

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan

I. BAHAN DAN METODE. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini bertempat di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. H. R. Soebrantas KM. 15 Panam,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. No. 155 KM. 15 Simpang Baru Panam Kecamatan Tampan Pekanbaru, dari bulan

III. MATERI DAN METODE. No. 155 KM. 15 Simpang Baru Panam Kecamatan Tampan Pekanbaru, dari bulan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R Soebrantas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Bahan Kering dengan Metode Analisis. 2. Mendinginkan cawan alumunium dalam eksikator selama 15 menit dan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Bahan Kering dengan Metode Analisis. 2. Mendinginkan cawan alumunium dalam eksikator selama 15 menit dan Lampiran 1. Prosedur Analisis Bahan Kering dengan Metode Analisis Proximat Kandungan bahan kering diukur dengan menggunakan analisis proksimat yang berdasarkan atas metode Weende (Reksohadiprodjo, 1998),

Lebih terperinci

III BAHAN, ALAT, DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN, ALAT, DAN METODE PENELITIAN III BAHAN, ALAT, DAN METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai : (3.1) Bahan Penelitian, (3.2) Alat Penelitian, dan (3.3) Metode Penelitian. 3.1. Bahan Penelitian Bahan baku penelitian pada proses

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Agrostologi, Industri Pakan dan Ilmu Tanah dan 2). Laboratorium Ilmu Nutrisi

III. MATERI DAN METODE. Agrostologi, Industri Pakan dan Ilmu Tanah dan 2). Laboratorium Ilmu Nutrisi III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di: 1). kebun percobaan Laboratorium Agrostologi, Industri Pakan dan Ilmu Tanah dan 2). Laboratorium Ilmu Nutrisi dan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang diamati dalam penelitian ini adalah ayam broiler strain cobb

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang diamati dalam penelitian ini adalah ayam broiler strain cobb 16 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang diamati dalam penelitian ini adalah ayam broiler strain cobb 398 mulai fase starter sampai finisher (1-35 hari)

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian selama 2 bulan, yang dimulai Februari sampai

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama empat bulan (1 Maret 29 Juni

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama empat bulan (1 Maret 29 Juni III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan selama empat bulan (1 Maret 29 Juni 2013) di Laboratorium Patologi Entomologi dan Mikrobiologi (PEM), Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di kandang pemuliaan ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERCOBAAN

PERANCANGAN PERCOBAAN PERANCANGAN PERCOBAAN OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PERCOBAAN FAKTORIAL PERCOBAAN UNTUK MENGETAHUI PENGARUH BEBERAPA FAKTOR TERHADAP VARIABEL RESPON TUJUAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas

MATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2014 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah berumur 2-3 tahun sebanyak lima ekor. 3.1.2. Bahan Penelitian Bahan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Jl. Seroja Kulim Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru pada bulan April 2013 sampai dengan bulan Juli 2013. Analisis bahan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan

III. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2015. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan

Lebih terperinci

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (2): 69-74 ISSN 1410-5020 Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan The Effect of Ration with

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di Laboratorium Teknologi Produksi Ternak dan Laboratorium Teknologi Pasca Panen,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap 16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam percobaan adalah DOC ayam sentul sebanyak 100 ekor, yang dipelihara sampai umur 10 minggu. Ayam

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini bertempat dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. H. R. Soebrantas KM. 15

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery Ciparanje dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tata Letak Wadah Penelitian

Lampiran 1. Tata Letak Wadah Penelitian Lampiran 1. Tata Letak Wadah Penelitian Keterangan : A = Artemia sp. 100% dan kuning telur bebek 0% (kontrol) B = Artemia sp. 75% dan kuning telur bebek 25% C = Artemia sp. 50% dan kuning telur bebek 50%

Lebih terperinci