BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Pengertian Pusat Rehabilitasi Pengertian Pusat Rehabilitasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut : a. Pusat : pokok pangkal yang jadi pumpunan (berbagai urusan, hal dan sebagainya). b. Rehabilitasi : pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu (semula) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat. Sehingga didapatkan bahwa suatu Pusat Rehabilitasi adalah suatu tempat yang dapat memberikan pemulihan kepada penduduk supaya dapat menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat Pengertian Penyandang Cacat Pengertian Penyandang Cacat berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan aktivitas secara selayaknya, yang terdiri dari : a. Penyandang cacat fisik (tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, tuna wicara); b. Penyandang cacat mental (tuna grahita, tuna laras, autis); c. Penyandang cacat fisik dan mental (lebih dari satu jenis cacat) Undang-Undang Mengenai Penyandang Cacat Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 Pasal 10 mengenai penyediaan aksesibilitas para penyandang cacat, yang berisikan : (1) Kesamaan kesempatan bagi penyandang cacat dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan dilaksanakan melalui penyediaan aksesibilitas. 7

2 8 (2) Penyediaan aksesibilitas dimaksudkan untuk menciptakan keadaan dan lingkungan yang lebih menunjang penyandang cacat dapat sepenuhnya hidup bermasyarakat. (3) Penyediaan aksesibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat dan dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Selain melalui Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Tahun 1998 juga mengeluarkan pasal mengenai aksesibilitas penyandang cacat (Pasal 8-22), diantaranya adalah : Pasal 8, yang berisikan bahwa : Setiap pengadaan sarana dan prasarana umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat, wajib menyediakan aksesibilitas Klasifikasi Cacat Berdasarkan ICF (International Classification of Functioning, Disability, and Health), klasifikasi penyandang cacat dapat terbagi menjadi : 1. Gangguan Pendengaran Seseorang dikatakan mengalami kesulitan/gangguan pendengaran bila tidak dapat mendengar suara dengan jelas seperti membedakan sumber, volume, dan kualitas suara secara keras. 2. Gangguan Penglihatan Terbagi menjadi 3, yaitu : a. Low Vision adalah seseorang yang mengalami kesulitan / gangguan jika dalam jarak minimal 30 cm dengan penerangan yang cukup tidak dapat melihat dengan jelas baik bentuk, ukuran, dan warna. b. Light Perception adalah seseorang hanya dapat membedakan terang dan gelap namun tidak dapat melihat benda didepannya. c. Totally Blind adalah seseorang tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui / membedakan adanya sinar kuat yang ada langsung di depan matanya. 3. Gangguan Bicara Adalah gangguan pada fungsi organ tubuh dalam memproduksi suara, termasuk gangguan dalam kualitas suara.

3 9 4. Gangguan Penggunaan Lengan dan Jari Tangan Adalah kelainan dalam mengkoordinasi lengan dan tangan untuk menggerakkan benda atau lainnya seperti melempar atau menangkap suatu benda. 5. Gangguan Penggunaan Kaki Adalah kelainan seseorang berjalan di permukaan langkah demi langkah dengan 1 kaki selalu berada di tanah misalnya: berjalan, maju, mundur, kesamping dan juga termasuk tidak memiliki jari, kaki, maupun pergelangan kaki. 6. Gangguan Kelainan Bentuk Tubuh Adalah kelainan pada tulang, otot atau sendi anggota gerak dan tubuh, kelumpuhan pada anggota gerak dan tubuh, tidak ada atau tidak lengkapnya anggota gerak atas dan anggota gerak bawah sehingga menimbulkan gangguan gerak. 7. Gangguan Mental Retardasi Adalah kelainan yang biasanya terjadi sejak kecil misalnya anak yang terhambat perkembangan kepandaiannya (duduk, berdiri, jalan, bicara, berpakaian, makan), tidak bisa mempelajari dan melakukan perbuatan yang umum yang dilakukan orang lain seusianya, tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain, kematangan sosial tidak selaras dengan usianya, tingkat kecerdasan dibawah normal sehingga tidak dapat mengikuti sekolah biasa. Wajah penderita terlihat seperti wajah dungu Spesifikasi Cacat Spesifikasi cacat yang diambil pada proyek ini adalah cacat tubuh akibat kecelakaan. Cacat tubuh adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami difungsi pada sebagian kondisi fisiknya, cacat tubuh akibat kecelakaan dibagi lagi menjadi beberapa jenis kecacatan yaitu : a. Cacat tubuh itu sendiri artinya ada bagian-bagian tertentu dari tubuhnya baik itu tangan, kaki maupun anggota tubuh lainnya seperti leher yang mengalami disfungsi. b. Polio tangan, apabila polio tangan keadaan tangan membengkok dan tidak berfungsi dengan baik.

4 10 c. Polio Kaki, apabila polio kaki keadaan kaki bengkok dan pada orang-orang tertentu membentuk huruf X maupun membentuk huruf O, dan kakinya tidak berfungsi dengan baik. d. Lumpuh layu adalah suatu keadaan dimana anggota tubuhnya lemas dan tidak bisa digerakkan secara maksimal, serta semakin lama tangan dan kakinya semakin kecil. e. Paraphlegi adalah suatu keadaan dimana kecacatannya diakibatkan oleh patahnya tulang punggung maupun retaknya tulang ekor dan tulang kemaluan serta retaknya tulang pinggang. f. Amputi tangan adalah keadaan dimana tangan seseorang terpotong. g. Amputi Kaki adalah keadaan dimana kaki seseorang terpotong Proses Kemandirian Cacat Tubuh dan hubungannya dengan Program Ruang Kemandirian yang dapat dilakukan oleh Psikolog dapat disesuaikan dengan tahapan terapi menurut Dauphinee (2002) yaitu: 1. Fase inisiasi meliputi terapi yang bersifat akut dan mobilisasi awal. 2. Proses berlangsungnya mobilisasi dan rehabilitasi melalui pelatihan keberfungsian anggota tubuh yang baru, pelatihan reinnervation, pertolongan untuk mampu menolong diri sendiri, dan dukungan dengan peralatan mekanis (seperti kursi roda, tongkat penyangga, dan sepeda maupun motor beroda tiga). 3. Fase pengukuran pencegahan terjadinya komplikasi setelah pasien kembali ke rumah. Rehabilitasi mencakup layanan fisioterapi untuk membantu melatih pasien pasca-operasi maupun yang tidak dioperasi berupa perawatan, konsultasi, pengepasan alat bantu dan kunjungan pada pasien luar sentra. Terapi okupasi untuk menolong individu yang mempunyai kelainan atau kecacatan fisik dan atau mental baik yang bersifat sementara atau menetap dengan menggunakan aktifitas yang disesuaikan, untuk membantu pemulihan fungsi fisik, mental ataupun sosial secara optimal di bidang perawatan diri, produktifitas dan yang bersifat rekreasi atau menyenangkan sehingga menjadi mandiri dalam beraktifitas baik dengan alat bantu ataupun tanpa alat bantu terutama untuk aktivitas kesehariannya.

5 11 Terapi psikososial berupa pendampingan individu dan terapi bersama untuk orangtua dan keluarga; serta pemberian alat bantu untuk penyandang disabilitas fisik berupa: brace, sepatu ortopedik, kursi roda, prothese, korset, maupun splint. Terlihat pada penjelasan diatas bahwa proses kemandirian dan terapi-terapi yang dilakukan memerlukan berbagai ruangan-ruangan yang berbeda fungsi, seperti ruang Examination, ruang latihan (termasuk ruang latihan air seperti kolam renang), ruang olahraga, ruang kontrol, ruang rekreasi (indoor maupun outdoor), dan ruangan-ruangan lain yang dibutuhkan. Maka dari itu diperlukan pengolahan ruangan-ruangan tersebut Kebutuhan Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Seperti yang telah disampaikan pada bab 1, bahwa jumlah penyandang cacat di Indonesia semakin meningkat dan belum teratasi secara maksimal, dimana hanya 15% penyandang cacat yang teratasi. Hal ini juga disebabkan oleh kurangnya suatu tempat yang dapat mendukung proses penyembuhan para penyandang cacat tubuh tersebut yaitu suatu pusat rehabilitasi. Pusat Rehabilitasi itu sendiri harus memiliki fasilitas-fasilitas lengkap yang dapat mendukung proses rehabilitasi penyandang cacat tersebut. 2.2 Tinjauan Ruang Terapi Berdasarkan buku Time-Saver Standards for Building Types; Health Care, Rehabilitation Center, hubungan antar ruang dalam suatu pusat rehabilitasi sangat perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan karena dengan adanya hubungan antar ruang yang baik, para pasien yang menjalankan terapi akan merasakan kenyamanan yang lebih dan akan membantu mempercepat proses penyembuhan. Adapun beberapa contoh hubungan antar ruang terapi (khususnya yang sering digunakan oleh penyandang cacat tubuh) tersebut adalah : a. Terapi Fisik & Hidro b. Terapi Okupansi c. Terapi Vokasional

6 12 Gambar 2. Jenis-Jenis Sistem Terapi Sumber: Time-Saver Standards for Building Types; Health Care Gambar 3. Hubungan Ruang Terapi Fisik dan Hidro Sumber: Time-Saver Standards for Building Types; Health Care

7 13 Gambar 4. Hubungan Ruang Terapi Okupansi Sumber: Time-Saver Standards for Building Types; Health Care Gambar 5. Hubungan Ruang Terapi Latihan Vokasional Sumber: Time-Saver Standards for Building Types; Health Care Workshops pada terapi vokasional yang paling sering digunakan adalah komersial, reparasi komputer, reparasi jam, reparasi sepatu, reparasi perabot, operasional toko mesin, reparasi elektronik, dan drafting.

8 Tinjauan Aksesibilitas Aksesibilitas Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 30/PRT/M/2006, aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi semua orang termasuk penyandang cacat dan lansia guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Pasal 9, bahwa penyediaan aksesibilitas dimaksudkan untuk menciptakan keadaan dan lingkungan yang lebih menunjang penyandang cacat agar dapat sepenuhnya hidup bermasyarakat. Pemerintah wajib menyediakan aksesibilitas secara fisik terhadap fasilitas umum dan infrastruktur, bangunan umum, jalan umum, taman dan pemakaman, dan sarana transportasi Teori Aksesibilitas Teori aksesibilitas terbagi menjadi 4 hal, yaitu : 1. Aksesibilitas Berdasarkan Tujuan dan Kelompok Sosial Aksesibilitas menyediakan ukuran kinerja antara tata guna lahan dengan sistem transportasi. 2. Indikator Aksesibilitas Indikator aksesibilitas secara sederhana dapat dinyatakan dengan jarak. 3. Aksesibilitas dalam Kebijakan Tata Guna Lahan Perkotaan Aksesibilitas menjadi kunci penting terhadap kebijakan tata guna lahan dimana tata guna lahan yang memiliki aksesibilitas tinggi akan mempunyai nilai lahan yang lebih baik. 4. Keterkaitan Tata Ruang dengan Transportasi Ruang merupakan kegiatan yang ditempatkan di atas lahan kota, sedangkan transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu ruang kegiatan dengan ruang kegiatan lainnya. Antara ruang kegiatan dan transportasi terjadi hubungan yang disebut siklus penggunaan ruang transportasi.

9 Pembagian Sistem Aksesibilitas Dalam pembahasan ini, sistem aksesibilitas akan dibagi menjadi beberapa bagian dan akan menggunakan standar dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006, yaitu : a. Antropometri Penyandang Cacat b. Standar Ukuran Pedestrian c. Standar Ukuran Ramp d. Standar Ukuran Tangga e. Standar Ukuran Lift f. Standar Ukuran Tempat Parkir g. Standar Ukuran Kamar Mandi h. Standar Ukuran Kamar Tidur i. Standar Ukuran Pintu Antropometri Penyandang Cacat Alat bantu yang paling sering dan umum digunakan oleh para penyandang cacat tubuh adalah kursi roda dan tongkat bantu (kruk). Kedua alat bantu ini membutuhkan kondisi akses khusus sehingga para pengguna dapat menjalankan aktivitas dengan baik. Maka dari itu, pada penelitian ini, kondisi akses akan berfokus terhadap para pengguna kursi roda dan tongkat bantu. Dimensi-dimensi yang digunakan sendiri adalah dimensi ukuran tubuh orang dewasa. Gambar 6. Dimensi Kursi Roda Sumber: Dimensi Manusia & Ruang Interior

10 16 Gambar 7. Dimensi Putaran Kursi Roda Sumber: Dimensi Manusia & Ruang Interior A B C D E F G H I 158.1cm 41.3cm 22.2cm 47.0cm 65.4cm 73cm 48.3cm 130.8cm 148cm Gambar 8. Antropometri Pengguna Kursi Roda Sumber: Dimensi Manusia & Ruang Interior

11 17 Gambar 9. Antropometri Pengguna Tongkat Bantu Sumber: Dimensi Manusia & Ruang Interior Gambar 10. Antropometri Pengguna Kruk Sumber: Dimensi Manusia & Ruang Interior Dari standar-standar dan antropometri yang telah dimasukkan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Lebar gerak minimal untuk pengguna kursi roda adalah 180cm, pengguna kruk adalah 122cm. b. Tinggi langit-langit minimal adalah 185cm. c. Radius putaran dari satu kursi roda adalah 160cm. d. Jarak satu langkah tongkat bantu adalah sekitar 180cm dan jarak satu langkah untuk pengguna kruk adalah 122cm.

12 Standar Ukuran Pedestrian Jalur pedestrian yang dirancang harus dapat medukung para penyandang cacat, khusus nya yang menggunakan kursi roda, sehingga mereka juga dapat merasakan kenyamanan. Adapun beberapa syarat umum dalam perencanaan pedestrian, diantara lain : a. Permukaan jalur pedestrian harus rata dan juga tidak licin. b. Kemiringan maksimal adalah 7 o. c. Lebar minimal pedestrian adalah 120cm. Jika pedestrian difungsikan sekaligus menjadi tempat pasien terbaring, maka lebar minimal menjadi 225cm. d. Tinggi langit-langit minimal adalah 240cm Standar Ukuran Ramp Gambar 11. Standar Ukuran Pedestrian Sumber: PERMENPU NO 30/PRT/M/2006 Adapun beberapa syarat dalam perencanaan ramp, diantaranya adalah : a. Kemiringan maksimal adalah 7 o. b. Lebar minimal tanpa pegangan samping adalah 95cm. c. Lebar minimal dengan pegangan samping adalah 120cm. d. Bordes harus dapat memaksimalkan putaran kursi roda dengan nilai minimal 160cm. e. Pencahayaan pada ramp harus dapat mendukung penglihatan para pengguna ramp.

13 Standar Ukuran Tangga Gambar 12. Bentuk dan Ukuran Ramp yang dianjurkan Sumber: PERMENPU NO 30/PRT/M/2006 Beberapa syarat dalam perencanaan tangga antara lain : a. Panjang tangga minimal adalah 80cm dan tidak melebihi 125cm. b. Tinggi anak tangga sebaiknya sekitar 15-19cm. c. Lebar anak tangga sebaiknya sekitar 27-30cm. d. Kemiringan kurang dari 60 o. e. Lebar bordes minimal adalah 90cm dan tidak melebihi 155cm.

14 Standar Ukuran Lift Gambar 13. Standar Ukuran Tangga Sumber: PERMENPU NO 30/PRT/M/2006 Adapun beberapa syarat dalam perencanaan lift, antara lain : a. Lebar minimal koridor lift adalah 185cm. b. Letak dari tombol lift harus dapat dijangkau oleh pengguna kursi roda dengan ketinggian cm. c. Panel tombol di dalam lift setinggi cm. d. Ukuran bersih minimal ruang dalam lift adalah 140x140cm Standar Ukuran Tempat Parkir Gambar 14. Standar Ukuran Lift Sumber: PERMENPU NO 30/PRT/M/2006 a. Area parkir bagi penyandang cacat harus terletak dekat dari bangunan dengan jarak maksimal 15m. b. Area parkir bagi penyandang cacat harus diberikan tanda parkir.

15 21 c. Usahakan menyediakan ramp pada sisi didekat area parkir penyandang cacat. d. Area bukaan pintu mobil harus memiliki lebar minimal 1.2m untuk 1 mobil dan minimal 2.5m untuk 2 mobil. Selain itu juga disediakan jarak didepan sekitar 0.9m dan dibelakang sekitar 0.6m untuk pergerakan penyandang cacat. Gambar 15. Standar-standar Ukuran Area Parkir bagi Penyandang Cacat Sumber: PERMENPU NO 30/PRT/M/ Standar Ukuran Kamar Mandi Adapun beberapa syarat dalam perencanaan kamar mandi, antara lain : a. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan tinggi kursi roda, sekitar 45-50cm b. Peralatan mandi harus dapat dijangkau dengan leluasa dan tidak ditempatkan pada ketinggian yang sulit dijangkau.

16 22 c. Ruang gerak pada kamar mandi harus cukup untuk aktivitas dengan kursi roda. d. Kamar mandi harus memiliki handrail denga posisi yang disesuaikan dengan tinggi kursi roda. e. Handrail harus memiliki bentuk siku keatas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda. f. Kunci-kunci kamar mandi harus dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat. g. Dianjurkan menyediakan tombol pencahayan darurat bila sewaktu-waktu terjadi pemadaman listrik Standar Ukuran Kamar Tidur Gambar 16. Standar Ukuran Kloset Sumber: PERMENPU NO 30/PRT/M/2006 Adapun beberapa syarat dalam perencanaan kamar tidur, antara lain : a. Harus tersedia zona sirkulasi bagi pengguna kursi roda disamping tempat tidur. b. Zona sirkulasi harus dapat mendukung putaran 360 o bagi pengguna kursi roda. c. Lebar pintu masuk ke kamar tidur minimal 1.168m. d. Perabot yang diperlukan dalam kamar tidur : o o o o Tempat tidur elektrik Peralatan medis seperti : tombol panggilan, oxygen sentral Bedside Cabinet Peralatan pendukung seperti : TV, AC, kulkas

17 23 A B C D E F G H 76.2cm 99.1cm 53.3cm 228.6cm 137.2cm 221cm 355.6cm 137.2cm Gambar 17. Standar Ukuran Kamar Tidur Sumber: Buku Dimensi Manusia & Ruang Interior Standar Ukuran Pintu Adapun beberapa syarat dalam perencanaan pintu, antara lain : a. Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar manfaat bukaan minimal 90 cm, dan pintu-pintu yang kurang penting memiliki lebar bukaan minimal 80 cm, kecuali untuk rumah sakit harus berukuran minimal 90 cm. b. Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau perbedaan ketinggian lantai. c. Hindari penggunan bahan lantai yang licin di sekitar pintu. d. Plat tendang yang diletakkan di bagian bawah pintu diperlukan bagi pengguna kursi roda.

18 Kesimpulan Gambar 18. Standar Ukuran Pintu Sumber: PERMENPU NO 30/PRT/M/2006 Berdasarkan data-data mengenai standar-standar ukuran yang telah dilampirkan pada bagian sebelumnya, didapatkan bahwa dalam merancang dimensi dan tata ruang suatu pusat rehabilitasi dengan sistem gerak yang baik, memerlukan kerincian dalam hal pengukuran. Terutama untuk ukuran-ukuran jarak bukaan, jarak antar benda, jarak antar ruang, dan sebagainya. 2.4 Novelty Unsur kebaruan dari laporan penelitian ini adalah dalam perencanaan pusat rehabilitasi yang difokuskan kepada perancangan tata ruang dan aksesibilitas sedemikian mungkin agar dapat memudahkan para penyandang cacat.

19 25 Beberapa permasalahan yang akan diselesaikan dalam laporan ini antara lain: a. Perencanaan tata ruang yang akan memberikan kenyamanan dan kesan terarah pada pusat rehabilitasi, sehingga para pengguna bangunan tidak bingung mengenai sistem pergerakan dalam bangunan dan juga agar para pengguna bangunan dapat memaksimalkan fungsi bangunan. b. Perencanaan sistem aksesibilitas pada dan luar bangunan yang dapat membuat para pengguna bangunan menjadi mudah dalam melakukan aktivitas, terutama bagi para pengguna alat bantu gerak yang memiliki sistem mobilitas terbatas. 2.5 Studi Literatur Studi Literatur akan mengambil 3 proyek bangunan pusat rehabilitasi yang ada dan melihat kondisi aksesibilitas yang ada pada ketiga bangunan itu yang kemudian dilihat apakah sudah memenuhi kriteria yang mendukung penyandang cacat. Pemilihan objek literatur berdasarkan kelengkapan akses dan sistem terapi yang dimiliki oleh bangunan. Sistem terapi yang dimiliki harus sesuai dengan sistem terapi yang akan pakai pada perancangan. 1. Rehabilitation Centre Groot Klimmendaal Gambar 19. Lokasi RCG Klimmendaal Sumber: maps.google.com diakses 8 Maret 2015 Architects: Architectenbureau Koen van Velsen BV Location: The Netherlands Project Area: 14,000 sqm Project Year: 2011 Terdapat lebih dari 30 jenis fasilitas terapi yang tersedia pada pusat rehabilitasi ini, termasuk :

20 26 Terapi Okupansi Terapi Fisik Terapi Akuatik (Hidro) Fasad bangunan menggunakan material brown-golden aluminium, dan terlihat berirama dengan alam. Denah pada bangunan ini berbentuk persegi panjang dengan pola ruang grid. Gambar 20. Fasad RCG Klimmendaal Sumber: diakses 8 Maret 2015 Gambar 21. Denah Lantai 1 RCG Klimmendaal Sumber: diakses 8 Maret 2015 Zonasi bangunan ini terbagi menjadi Lantai bawah terdapat kantor-kantor, bagian atas merupakan area klinik, dan pada atap terdapat Rumah Ronald McDonald. Pada bagian pintu masuk utama memiliki ketinggian dua kali lebih tinggi dan memiliki fasilitas seperti fasilitas olahraga, fitness, kolam renang, restoran, dan teater.

21 27 Gambar 22. Koridor RCG Klimmendaal Sumber: diakses 8 Maret 2015 Terlihat bahwa koridor bangunan ini bervariasi dimana pada koridor utama, dapat diakses oleh pengguna kursi roda, sedangkan pada koridor samping tidak dapat diakses pengguna kursi roda. Gambar 23. Area Open space RCG Klimmendaal Sumber: diakses 8 Maret 2015 Terdapat area open space yang sangat luas dan penuh dengan penghijauan pada bagian depan bangunan dan dimanfaatkan sebagai area rekreasi para pasien dan pengunjung dan juga sebagai area terapi outdoor. Gambar 24. Detail RCG Klimmendaal Sumber: diakses 8 Maret 2015 Bangunan menggunakan konsep maju mundur dimana terlihat bahwa ada beberapa bagian bangunan yang maju dan beberapa bagian bangunan masuk kedalam.

22 28 Penghematan energi pada bangunan ini dimaksimalkan dengan menggunakan material yang tahan lama, perancangan sistem elektrikal dan mekanikal, terutama penyimpanan termal (panas dan cold storage) berkontribusi pada pengurangan konsumsi energi. 2. Spaulding Rehabilitation Hospital Architects: Perkins+Will Gambar 25. Lokasi Spaulding Rehabilitation Hospital Sumber: maps.google.com diakses 8 Maret 2015 Location: Charlestown, Boston, Massachusetts, United States Area: 378,367 sqft Year: 2013 ini, termasuk : Terdapat sekitar 20 jenis fasilitas terapi yang tersedia pada pusat rehabilitasi Terapi Okupansi Terapi Fisik Fasad bangunan banyak menggunakan gray materials agar terlihat seperti kapal perang zaman dulu dan glass curtainwall untuk memaksimalkan view dan pencahayaan alami. Denah pada bangunan ini berbentuk memanjang dengan pola ruang grid. Gambar 26. Fasad Spaulding Rehabilitation Hospital Sumber: diakses 8 Maret 2015

23 29 Gambar 27. Denah Lantai 1 Spaulding Rehabilitation Hospital Sumber: diakses 8 Maret % dari lantai dasar merupakan area publik dan berhubungan dengan Boston Harbor Walk. Pembagian zonasi berdasarkan pembagian dua bangunan, dimana 1 bangunan merupakan area privat dengan 8 lantai dan bangunan lainnya merupakan bangunan publik dan semi-publik dengan aktivitas terapi. Gambar 28. Lobby Koridor Spaulding Rehabilitation Hospital Sumber: diakses 8 Maret 2015 Bangunan memiliki banyak koridor yang memiliki area yang luas, sehingga para pengguna kursi roda dapat beraktivitas secara maksimal. Gambar 29. Open space Spaulding Rehabilitation Hospital Sumber: diakses 8 Maret 2015

24 30 Memiliki banyak sekali area open space, dimana area-area tersebut terletak tidak hanya pada lantai dasar, tetapi juga pada lantai atas dan area ini juga dimanfaatkan sebagai area rekreasi para pasien dan pengunjung dan juga sebagai area terapi outdoor. Gambar 30. View Spaulding Rehabilitation Hospital Sumber: diakses 8 Maret 2015 Bangunan berbentuk kotak-kotak dengan konsep open, dimana terlihat bahwa bangunan ini memiliki banyak area terbuka, baik diluar maupun didalam. Dalam menanggapi perubahan iklim dan kemungkinan kenaikan permukaan laut, lantai utama diangkat sejauh setengah meter dan semua peralatan HVAC terletak di atap. Vegetasi pada atap mengurangi limpasan air hujan dan mengurangi beban pendinginan dan efek heat-island. 3. Vandhalla Egmont Rehabilitation Center Gambar 31. Lokasi Vandhalla Egmont Rehabilitation Center Sumber: maps.google.com diakses 14 April 2015 Architects: Force4 Architects + CUBO Arkitekter Location: Hou Seasportcenter, Villavej 25, Odder, Denmark Area: 4,000 sqm Year: 2013

25 31 Fasilitas terapi utama pada proyek ini adalah Terapi Hydro yang dapat digunakan oleh pengguna kursi roda. Selain itu, terdapat juga fasilitas terapi fisik pada bangunan ini. Fasad bangunan terlihat tertutup pada lantai atas, sedangkan pada lantai dasar, terlihat bangunan terselubung oleh kaca, sehingga terlihat terbuka. Gambar 32. Fasad Vandhalla Egmont Rehabilitation Center Sumber: Vandhalla_Egmont_Water_Rehabilitation_Centre diakses 14 April 2015 Gambar 33. Denah Vandhalla Egmont Rehabilitation Center Sumber: diakses 14 April 2015 Pembagian zonasi pada bangunan ini adalah dengan meletakkan area pemeriksaan ditengah bangunan dan dikelilingi oleh area-area terapi berupa kolam renang, gymnasium, lapangan olahraga. Terdapat juga area berkumpul yang difungsikan sebagai kantin di bagian samping bangunan.

26 32 Gambar 34. View Koridor Area Terapi Hydro Sumber: diakses 14 April 2015 Koridor pada area terapi pusat rehabilitasi ini memiliki lebar yang dapat dengan pas dilalui oleh 2 pengguna kursi roda. Selain itu pada koridor-koridor lainnya, terlihat bahwa lebar koridor tersebut lebih lebar dibandingkan dengan koridor pada area terapi, sehingga pengguna kursi roda dapat beraktivitas lebih maksimal. Gambar 35. Bird-View Vandhalla Egmont Rehabilitation Center Sumber: diakses 14 April 2015 Jika dilihat pada gambar diatas, terdapat area open space mengelilingi bangunan dan juga area open space yang terletak pada dalam bangunan. Selain itu, area parkir juga diletakkan pada bagian depan bangunan, sehingga area belakang bangunan tidak terganggu oleh aktivitas kendaraan.

27 Bangunan ini sendiri terletak disamping pantai dan penghijauan, sehingga memiliki view yang bersifat alami dan menarik. 33 Gambar 36. View Wheel Chair Water Ramp Sumber: diakses 14 April 2015 Gambar diatas merupakan fokus utama pada bangunan ini, yaitu sebuah waterslide dan waterramp yang dapat diakses oleh pengguna kursi roda, sehingga dapat melatih keseimbangan dan respon para pasien. Gambar 37. View Wheel Chair Water Slide Sumber: diakses 14 April 2015 Akses menuju waterslide ini sendiri menggunakan tangga dan elevator ke atas dan kemudian turun sejauh 90m melalui waterslide.

28 34 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil studi literatur, dapat ditarik kesimpulan berupa beberapa hal, yaitu : a. Perancangan pusat rehabilitasi harus memperhatikan sistem aksesibilitas, dimana sistem aksesibilitas tersebut harus dapat mendukung aktivitas para penyandang cacat, terutama pengguna kursi roda. b. Koridor pada bangunan harus dapat mendukung pergerakan setidaknya 2 pengguna kursi roda, sehingga tidak bertabrakan dan tidak perlu memutar. c. Fasad bangunan sebaiknya dapat terlihat menyatu dengan lingkungan. d. Pembagian zonasi dan fasilitas harus terbagi dengan jelas dan membedakan antara area privat dan publik. e. Konsep bangunan dapat berupa konsep maju mundur, open, dan sebagainya selama dapat memberikan kesan menarik dan menyatu dengan lingkungan. f. Bangunan sebaiknya memiliki area open space yang dapat menjadi area rekreasi maupun area terapi. Selain itu, area terapi juga sebaiknya dapat mendukung aktivitas pengguna kursi roda. g. Konsep keberlanjutan harus diperhatikan ketika perancangan, baik dalam hal penggunaan material maupun perancangan sistem bangunan.

29 Kerangka Berpikir OPTIMALISASI AKSESIBILITAS UNTUK PUSAT REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH 1. DI JAKARTA UTARA Latar Belakang & Permasalahan Bagaimana merancang pusat rehabilitasi penyandang cacat tubuh dengan akses yang baik F E E D B A C K Sustainable, healthy and liveable : Kurang tersedianya aksesibilitas yang memudahkan pergerakan para penyandang cacat Studi Literatur ISSUE : Sustainable, healthy, and liveable human settlement Human Settlement : Belum tersedianya suatu pusat rehabilitasi bagi para penyandang cacat di Jakarta, mengingat angka penyandang cacat yang cukup tinggi Aksesibilitas & Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Landasan Teori Analisa Manusia, Lingkungan, dan Bangunan Analisa Aksesibilitas Konsep Perancangan Skematik Desain Perancangan Gambar 38. Kerangka Berpikir

30 36

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisa yang dilakukan, terdapat beberapa variabel aksesibilitas dan penataan ruang berdasarkan sistem terapi yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penyandang Cacat di Jakarta Tahun 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penyandang Cacat di Jakarta Tahun 2008 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kondisi Penyandang Cacat Sejalannya dengan perkembangan zaman, bangunan-bangunan yang ada sekarang ini banyak yang dirancang tanpa memperhatikan keberadaan penyandang

Lebih terperinci

Penyandang Cacat Berdasarkan Klasifikasi International Classification of Functioning for Disability and Health (ICF)

Penyandang Cacat Berdasarkan Klasifikasi International Classification of Functioning for Disability and Health (ICF) Penyandang Cacat Berdasarkan Klasifikasi International Classification of Functioning for Disability and Health (ICF) Dr. Marjuki, M.Sc. Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Departemen

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Ide rancangan pada Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa di Surabaya berawal dari fakta di lapangan, yaitu fasilitas-fasilitas umum yang kurang memberikan kemudahan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

KAJIAN REFERENSI. 1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung

KAJIAN REFERENSI. 1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung KAJIAN REFERENSI Dalam merespon permasalahan yang diangkat didapati kajian kajian berupa peraturan standar yang diambil dari SNI dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum mengenai Pedoman Persyaratan Teknis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 1.9 Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Standar Etika 2.1 (Tata Laku)

BAB II KAJIAN TEORI 1.9 Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Standar Etika 2.1 (Tata Laku) BAB II KAJIAN TEORI.9 Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Berdasarkan buku Pedoman Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek yang dikeluarkan oleh Ikatan Arsitek Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

INTERIOR PERPUSTAKAAN TK DESIGNED BY. HOLME scompany

INTERIOR PERPUSTAKAAN TK DESIGNED BY. HOLME scompany INTERIOR PERPUSTAKAAN TK DESIGNED BY HOLME scompany R U A N G STANDAR D P ERANCANGAN... Ruang yang baik untuk perkembangan anak-anak TK, yaitu ruangan yang menyediakan area-area aktivitas tersendiri yang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture

BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture 2.1. Tinjauan Umum Nama Proyek : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture Sifat Proyek : Fiktif Lokasi Proyek : Jl. Adiyaksa Raya, Jakarta Selaan Batas Barat : Perkantoran, hotel

Lebih terperinci

BAB V 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Pusat Rehabilitasi Medik ini adalah menciptakan suasana nyaman yang membuat pasien merasa baik. Artinya jika pasien merasa baik, maka pasien akan lebih

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan. Sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan. Sedangkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan Lupiyoadi (2001) mengartikan kualitas pelayanan adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan. Sedangkan menurut Payne (2000)

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Bekasi Hospital and Medical Training Center. Dengan penekanan bangunan Green Building

TUGAS AKHIR. Bekasi Hospital and Medical Training Center. Dengan penekanan bangunan Green Building TUGAS AKHIR Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Arsitektur Strata 1 (S-1) Disusun oleh : Nama : NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA 2017

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS 5.1. Konsep Filosofis Dilatarbelakangi oleh status kawasan industri Cikarang yang merupakan kawasan industri

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini adalah Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar 5.1 Konsep Ide dasar BAB V Konsep Konsep ide dasar rancangan Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa di Surabaya meliputi poin-poin arsitektur perilaku, nilai-nilai keislaman, dan objek rancangan sendiri. Hal ini

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PERANCANGAN Daftar Gambar Perancangan

LAPORAN HASIL PERANCANGAN Daftar Gambar Perancangan LAPORAN HASIL PERANCANGAN Daftar Gambar Perancangan Gambar 1 Siteplan Gambar 2 Groundplan Gambar 3 Denah Lantai 2 Gambar 4 Denah Restoran Gambar 5 Potongan A-A dan Potongan B-B Gambar 6 Potongan C-C Gambar

Lebih terperinci

Transformasi pada objek

Transformasi pada objek PROFIL UKURAN LAHAN KEBUTUHAN RUANG KONSEP PELETAKAN MASSA wadah kegiatan komersil dan kegiatan wisata edukasi untuk meningkatkan apresiasi konsumen terhadap hasil karya produsen. Pemilik : Swasta - APTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN DIFABEL DAN PUSAT PELAYANAN DIFABEL

BAB II TINJAUAN DIFABEL DAN PUSAT PELAYANAN DIFABEL BAB II TINJAUAN DIFABEL DAN PUSAT PELAYANAN DIFABEL II.1. Tinjauan Umum Difabel II.1.1. Pengertian Difabel Difabel atau kata yang memiliki definisi Different Abled People ini adalah sebutan bagi orang

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA V.1. Konsep Pengolahan Site Hal yang dibahas pada konsep pengolahan site adalah mengenai konsep penzoningan kelompok-kelompok ruang yang telah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Rancangan Kawasan Perancangan kawasan mengacu pada sebuah konsep dari arsitektur perilaku yang telah diintegrasikan dengan nilai-nilai keislaman. Konsep perancangan kawasan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.. Penerapan Konsep Pada Rancangan 6... Konsep Rancangan Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu penyedia fasilitas yang mampu menampung kegiatan MICE

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN 1 BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Site Plan Akses masuk ke site ini melalui jalan utama. Jalan utama tersebut berasal dari arah Cicaheum Bandung. Jalur mobil/ kendaraan di dalam bangunan dibuat satu arah

Lebih terperinci

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL LAMPIRAN XII PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN TAHUN 2015 2035 KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL 1. MS Mangrove atau

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah memasuki usia 60 tahun, manusia pada umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, manusia mengalami kesulitan dalam

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Tapak 5.1.1 Perletakan Bangunan Adapun konsep tapak diuraikan sebagai berikut: Bangunan RSO ini bermassa banyak Letak bangunan diberi jarak dengan jalan raya Rawat inap

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V DESKRIPSI HASIL RANCANGAN BAB V DESKRIPSI HASIL RANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan mengenai hasil dari pembahasan penyelesaian persoalan yang akan mendukung dalam terbentuknya draft rancangan. Beberapa konsep berupa penyelesaian

Lebih terperinci

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta mengalami permasalahan rumit sebagaimana halnya dialami kota-kota besar lainnya di dunia. Harus diakui betapa sulit menyediakan kebutuhan akan ruang untuk menunjang

Lebih terperinci

Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang

Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang Imam Pratama Adi Saloka 1, Triandriani Mustikawati 2, Rinawati P. Handajani 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT

AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT Upaya Menciptakan Fasilitas Umum Dan Lingkungan Yang Aksesibel demi Kesamaan Kesempatan bagi Penyandang Cacat untuk Hidup Mandiri dan Bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Wibowo (2010), dalam Analisis Kelayakan Sarana Transportasi Khususnya Trotoar, yang mengambil lokasi penelitian di Pasar pakem, Sleman, Yogyakarta, membahas

Lebih terperinci

Kendala Umum yang Dihadapi Penyandang Disabilitas dalam Mengakses Layanan Publik

Kendala Umum yang Dihadapi Penyandang Disabilitas dalam Mengakses Layanan Publik Telaah Kendala Umumyang dihadapipenyandangdisabilitas* Didi Tarsidi Kendala Umum yang Dihadapi Penyandang Disabilitas dalam Mengakses Layanan Publik Didi Tarsidi Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA. 3.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA. 3.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Menerapkan konsep galeri air yang merupakan satu kesatuan dari kawasan PAM. Mengkaitakan galeri simulasi ( bangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur proses pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh APBN/APBD.

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang dan Rumusan Masalah

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang dan Rumusan Masalah BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang dan Rumusan Masalah Dalam kesehariannya manusia melakukan berbagai aktivitas yang berbeda- beda, hal ini merupakan hal yang lumrah dan menjadi bagian dari rutinitas

Lebih terperinci

BAGIAN DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAGIAN DESKRIPSI HASIL RANCANGAN a. Property Size Bangunan Karst Research Center memiliki property size sebagaimana tertulis pada tabel 5.1 di bawah ini. Tabel 5.1 Property Size Karst Research Center Semi- Basement Ground Floor 1st Floor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... i ii iv v viii xiv xix xx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyandang cacat merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Pusat Pengembangan Seni Karawitan ini merupakan sebuah sarana edukasi yang mewadahi fungsi utama pengembangan berupa pendidikan dan pelatihan seni karawitan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN PUSTAKA. Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/

BAB V KAJIAN PUSTAKA. Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/ BAB V KAJIAN PUSTAKA 5.1. Kajian Teori Penekanan/ Tema Desain Arsitektur Humanis Tema desain pada proyek Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas

Lebih terperinci

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S The Via And The Vué Apartment Surabaya Dyah Tri S 3107 100 509 Apartemen sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan hunian sebagai tempat untuk berteduh, untuk tinggal dan melakukan kegiatan harus memiliki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif. BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Orientasi Massa Bangunan Bagian massa bangunan apartemen menghadap arah utara-selatan sedangkan massa bangunan pusat perbelanjaan berbentuk masif dan mengarah ke dalam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, termasuk polio, dan lumpuh (http://id.wikipedia.org/wiki/ Anak_

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, termasuk polio, dan lumpuh (http://id.wikipedia.org/wiki/ Anak_ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna daksa merupakan kelainan cacat fisik dalam gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk

Lebih terperinci

PP 43/1998, UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

PP 43/1998, UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT Copyright (C) 2000 BPHN PP 43/1998, UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT Menimbang: *35751 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 43 TAHUN 1998 (43/1998) TENTANG UPAYA PENINGKATAN

Lebih terperinci

Laporan Monitoring. Aksesibilitas Lingkungan Fisik Balai Desa Plembutan. Sumiyati (Disabilitas)

Laporan Monitoring. Aksesibilitas Lingkungan Fisik Balai Desa Plembutan. Sumiyati (Disabilitas) Laporan Monitoring Aksesibilitas Lingkungan Fisik Balai Desa Plembutan Nama Fasilitas Alamat/Lokasi Fasilitas Balai Desa Plembutan Plembutan Timur, Plembutan, Playen, Gk Tanggal Pengamatan 23 Mei 27 Pelaksana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pengguna interior dan fasilitas ruang yang ada di wisma lansia J.Soenarti Nasution Bandung bukan hanya para lansia dengan kondisi fisik sehat maupun menurun yang memang merasakan,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Umum Perancangan Menjawab permasalahan depresi yang dialami oleh penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta yang terjadi karena berbagai

Lebih terperinci

AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG DISABILITAS PADA TERMINAL PURABAYA SURABAYA

AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG DISABILITAS PADA TERMINAL PURABAYA SURABAYA AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG DISABILITAS PADA TERMINAL PURABAYA SURABAYA Anggi Delizvi Anggraeni 1, Herry Santosa 2, Subhan Ramdlani 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

SEMINAR DESAIN ARSITEKTUR

SEMINAR DESAIN ARSITEKTUR SEMINAR DESAIN ARSITEKTUR Evaluasi Rancangan Bangunan terkait Fasilitas dan Aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas (Studi Kasus: Klinik Pratama di Tomoni, Sulawesi Selatan) Disusun Oleh : PRIBADI MUHAMMAD

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, maka kebutuhan manusia juga makin meningkat. Banyak produk yang dirancang dan diproduksi untuk memberi kepuasan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti kita ketahui, saat ini pembangunan gedung-gedung untuk berbagai kepentingan masyarakat tumbuh dengan sangat pesat. Berbagai gedung baru seperti gedung perkantoran,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil Rancangan menggunakan konsep Serenity in Fluidity yang dijelaskan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil Rancangan menggunakan konsep Serenity in Fluidity yang dijelaskan BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Hasil Rancangan Kawasan Hasil Rancangan menggunakan konsep Serenity in Fluidity yang dijelaskan dalam bab sebelumnya, yaitu dengan menggunakan lingkungan yang tenang dengan

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Terminal Patria ini menggunakan Tema Hi-Tech Architecture, yang memiliki sifat dinamis dengan fungsinya yang mewadahi kegiatan-kegitan mobilitas tinggi. Progresif karena

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyandang cacat merupakan

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR DIAGRAM... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Angkutan Umum Sarana angkutan umum mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan.

Lebih terperinci

Pelabuhan Teluk Bayur

Pelabuhan Teluk Bayur dfe Jb MWmw BAB IV KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Aksesibilitas A. Pencapaian pengelola 1. Pencapaian langsung dan bersifat linier dari jalan primer ke bangunan. 2. Pencapaian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Objek Perancangan: Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Objek Perancangan: Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Objek Perancangan: Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa 2.1.1 Definisi Kata pusat merupakan pokok pangkal yang menjadi pumpunan (berbagai hal, urusan, dan sebagainya) (Kamus

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

PENGENALAN OBJEK. SIDANG TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI MODE SURABAYA Tema HAUTE COUTURE Cherry Candsevia Difarissa

PENGENALAN OBJEK. SIDANG TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI MODE SURABAYA Tema HAUTE COUTURE Cherry Candsevia Difarissa PENGENALAN OBJEK LATAR BELAKANG PEMILIHAN OBJEK Perkembangan dunia mode yang begitu pesat, kompetitif dan selalu berubah Mode menjadi salah satu gaya hidup (lifestyle) Antusiasme masyarakat terhadap mode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci