Skripsi. disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Skripsi. disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI SD NEGERI 04 BULU PEMALANG Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar oleh Ika Rahmaeta JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

2 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa isi skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat pada skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Tegal, Juni 2012 Ika Rahmaeta ii

3 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diuji ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Di : Tegal Tanggal : 24 Juli 2012 Pembimbing I Pembimbing II Drs. Teguh Supriyanto, M.Pd Dra. Noening Andrijati, M.Pd Mengetahui, Koordinator PGSD UUP Tegal Drs. Akhmad Junaedi, M. Pd iii

4 PENGESAHAN Skripsi dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang, oleh Ika Rahmaeta , telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FIP UNNES pada tanggal 8 Agustus Panitia: Ketua Sekretaris Drs. Hardjono, M.Pd. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. NIP NIP Penguji Utama Dra. Umi Setijowati, M.Pd. NIP Penguji Anggota 1 Penguji Anggota 2 Dra. Noening Andrijati, M.Pd. Drs. Teguh Supriyanto, M.Pd. NIP NIP iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S. Al Insyiroh: 6). Sejatinya penyemangat yang paling ampuh adalah diri kita sendiri (Peneliti). Persembahan Untuk Kedua Orang Tuaku Bapak Tasori dan Ibu Kusmaeri, Adikku Rizki Dwi Afia, Seluruh Mahasiswa PGSD Angkatan 2008, serta Keluarga Kos Bombastis. v

6 PRAKATA Alhamdulillah puja dan puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Peneliti menyadari bahwa dalam menulis skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan rasa terimakasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Sudjono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. 3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 4. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator UPP Tegal Universitas Negeri Semarang. 5. Drs. Teguh Supriyanto, M.Pd., dosen pembimbing I, yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam menyusun skripsi. 6. Dra. Noening Andrijati, M.Pd., dosen pembimbing II, yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam menyusun skripsi. 7. Dra. Umi Setijowati, M.Pd., dosen penguji utama, yang telah memberikan vi

7 arahan dan bimbingan kepada peneliti setelah ujian. 8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang. 9. Suryati, S.Pd.SD., Kepala SD Negeri 04 Bulu Pemalang, yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian. 10. Sri Udayani, S.Pd. dan rekan Guru SD Negeri 04 Bulu Pemalang yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. 11. Siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang tahun ajaran 2011/ Rekan-rekan mahasiswa UPP PGSD Tegal yang sudah belajar bersama dan saling membantu selama studi di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. 13. Kedua orang tuaku dan semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Semoga Allah senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda atas bantuan dan keikhlasannya. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Tegal, Juli 2012 Peneliti vii

8 ABSTRAK Rahmaeta, Ika Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Drs. Teguh Supriyanto, M. Pd (Pembimbing I) dan Dra. Noening Andrijati, M.Pd (Pembimbing II) Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari perolehan nilai aktivitas dan hasil belajar siswanya. Perolehan nilai pada pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang tahun pelajaran 2010/2011 menunjukkan belum tercapainya keberhasilan pembelajaran tersebut, khususnya pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Hal ini karena guru menerapkan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah membatasi aktivitas belajar siswa, sehingga menjadikan siswa kurang berminat untuk belajar IPS dan menyebabkan hasil belajarnya pun rendah. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V serta performansi guru pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SD Negeri 04 Bulu Pemalang. Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus selama 6 kali pertemuan. Setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek yang diteliti yaitu siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 36 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes dan non tes (observasi dan dokumen). Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini, yaitu kehadiran siswa minimal 90%, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran minimal 75%, rata-rata hasil belajar siswa minimal 64, persentase tuntas belajar klasikal minimal 75%, dan skor performansi guru minimal 71. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I kehadiran siswa sebesar 94,44%, aktivitas belajar siswa mencapai 67,05% atau dengan kriteria tinggi, ratarata hasil belajar siswa 70,88, ketuntasan belajar siswa secara klasikal 64,71%, dan skor performansi guru 75,38. Sementara pada siklus II kehadiran siswa sebesar 95,37%, aktivitas belajar siswa mencapai 82,65% atau dengan kriteria sangat tinggi, rata-rata hasil belajar siswa 77,06, ketuntasan belajar siswa secara klasikal 88,24%, dan skor performansi guru 83,63. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan, baik pada aktivitas dan hasil belajar siswa maupun pada performansi guru dari siklus 1 ke siklus II. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang serta performansi guru dalam pembelajaran. Untuk itu, sebaiknya guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam melakukan proses pembelajaran IPS. viii

9 DAFTAR ISI Halaman Prakata... vi Abstrak... viii Daftar Isi... ix Daftar Tabel... xii Daftar Gambar... xiii Daftar Diagram... xiv Daftar Lampiran... xv Bab 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah Rumusan Masalah Pemecahan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Pengertian Belajar Hakikat Pembelajaran Aktivitas Pembelajaran Hasil Belajar Performansi Guru Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Pembelajaran IPS Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Kajian Empiris ix

10 2.3 Kerangka Berpikir Hipotesis Tindakan METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Perencanaan Tahap Penelitian Perencanaan Siklus I Perencanaan Siklus II Subjek Penelitan Tempat dan Waktu Penelitian Data dan Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Data Alat Pengambilan Data Teknik Analisis Data Data Aktivitas Belajar Siswa Data Hasil Belajar Siswa Data Performansi Guru Indikator Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa Hasil Belajar Siswa Performansi Guru HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pembahasan Pemaknaan Temuan Penelitian Implikasi Hasil Temuan PENUTUP 5.1 Simpulan Saran x

11 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA xi

12 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Prosedur Penyekoran Kuis Tingkatan Penghargaan Kelompok Kualifikasi Persentase Keaktifan Siswa Konversi Skor APKG Konversi Skor APKG 2 dan APKG Data Hasil Tes Formatif I Rangkuman Persentase Aktivitas Siswa Siklus I Rangkuman Nilai Performansi Guru Siklus I Data Hasil Tes Formatif II Rangkuman Persentase Aktivitas Siswa Siklus II Rangkuman Nilai Performansi Guru Siklus II Data Analisis Hasil Penelitian Tindakan Kelas xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Kerangka Berpkir xiii

14 DAFTAR DIAGRAM Diagram Halaman 4.1 Persentase Tuntas Belajar Klasikal Siklus I Persentase Tuntas Belajar Klasikal Siklus II Peningkatan Hasil Penelitian Peningkatan Hasil Belajar Siswa Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Peningkatan Performansi Guru xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Daftar Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2010/2011 Beserta Rekap Nilai IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Daftar Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2011/ Daftar Hadir Siswa Kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Deskriptor Pedoman Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Lembar Pengamatan Performansi Guru Silabus Sekolah Dasar Negeri 04 Bulu Pemalang Pengembangan Silabus Siklus I Pertemuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan Materi Ajar Siklus I Pertemuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan Kisi-kisi Soal Kuis Proses Validasi Soal Kuis Soal Kuis 1 dan Kunci Jawaban Pengembangan Silabus Siklus I Pertemuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan Materi Ajar Siklus I Pertemuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan Kisi-kisi Soal Kuis Proses Validasi Soal Kuis Soal Kuis 2 dan Kunci Jawaban Kisi-kisi Soal Tes Formatif I Proses Validasi Soal Tes Formatif I xv

16 24 Soal Tes Formatif I dan Kunci Jawaban Data Hasil Belajar Siswa Kuis Daftar Kelompok Asal Dan Peringkat Kelompok Data Hasil Belajar Siswa Kuis Daftar Kelompok Asal Dan Peringkat Kelompok Daftar Nilai Tes Formatif I Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I Pertemuan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I Pertemuan Hasil Pengamatan Performansi Guru Siklus I Pertemuan Hasil Pengamatan Performansi Guru Siklus I Pertemuan Pengembangan Silabus Siklus II Pertemuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan Materi Ajar Siklus II Pertemuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan Kisi-kisi Soal Kuis Proses Validasi Soal Kuis Soal Kuis 3 dan Kunci Jawaban Pengembangan Silabus Siklus II Pertemuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan Materi Ajar Siklus II Pertemuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan Kisi-kisi Soal Kuis Proses Validasi Soal Kuis Soal Kuis 4 dan Kunci Jawaban Kisi-kisi Soal Tes Formatif II Proses Validasi Soal Tes Formatif II Soal Tes Formatif II dan Kunci Jawaban Data Hasil Belajar Siswa Kuis xvi

17 52 Daftar Kelompok Asal Dan Peringkat Kelompok Data Hasil Belajar Siswa Kuis Daftar Kelompok Asal Dan Peringkat Kelompok Daftar Nilai Tes Formatif II Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II Pertemuan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II Pertemuan Hasil Pengamatan Performansi Guru Siklus II Pertemuan Hasil Pengamatan Performansi Guru Siklus II Pertemuan Piagam Penghargaan Kelompok Jadwal Penyusunan Skripsi Surat Ijin Penelitian Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian Dokumentasi Pembelajaran xvii

18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyebutkan bahwa manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan manusia agar dapat mengembangkan potensinya melalui proses pembelajaran. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan, salah satunya yaitu dengan melakukan upaya inovasi di bidang pendidikan. Menurut Sudjana (2005: 2), pendidikan terjadi melalui interaksi insani, tanpa batas ruang dan waktu. Dalam penyelenggaraannya di sekolah, pendidikan yang melibatkan guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai tenaga pendidik yaitu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Mengingat peran pendidikan yang sangat kompleks, maka 1

19 2 penyelenggaraan pendidikan pada setiap jenjangnya harus sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan, demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan harus benar-benar terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Pada semua jenjang pendidikan, termasuk sekolah dasar (SD), kurikulum yang digunakan sekarang ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam KTSP terdapat beberapa mata pelajaran yang harus diberikan kepada siswa di tingkat SD. Salah satunya yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS berfungsi sebagai ilmu pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini (Hernawan 2008: 8.28). Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan serangkaian proses pembelajaran yang mendukungnya. Namun pada kenyataannya, proses pembelajaran IPS yang terjadi di SD secara umum, kurang maksimal dalam meningkatkan keaktifan siswa. Proses pembelajaran yang dilakukan cenderung pada pencapaian target materi kurikulum yang lebih mementingkan pada penghafalan konsep daripada pemahamannya. Hal ini dapat dilihat pada kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas yang lebih berpusat pada guru. Guru dalam penyampaian materi biasanya menerapkan model

20 3 pembelajaran konvensional dengan metode ceramah yang cenderung monoton, di mana siswa hanya duduk, diam, mendengarkan, dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Hal demikian menjadikan siswa kurang berminat untuk belajar IPS yang menyebabkan hasil belajarnya pun rendah. Kondisi yang demikian juga terjadi pada proses pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan, proses pembelajaran yang terjadi di kelas lebih didominasi oleh guru yang selalu menerapkan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah tanpa memakai media dan melibatkan peran serta siswa dalam menyampaikan materi. Hal tersebut menjadikan siswa menjadi pasif dan kurang berani dalam mengemukakan pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Daya serap siswa terhadap materi juga masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan hasil belajar siswa kelas V tahun ajaran 2010/2011 pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan yang masih di bawah KKM yang ditentukan, yaitu 53. Dari 35 siswa hanya 17 (48%) siswa mendapat nilai 53, dan 18 (51,43%) siswa lainnya mendapat nilai 53. Data siswa dan nilai selengkapnya ada pada lampiran 1. IPS yang merupakan mata pelajaran yang mempunyai materi dengan jenis narasi dan berstruktur seperti materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, hendaknya harus disajikan dalam bentuk yang menarik dan melibatkan keaktifan siswa, terutama dalam proses penyampaiannya. Hal ini dimaksudkan supaya siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar, karena salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yaitu suasana saat berlangsungnya proses pembelajaran. Keaktifan siswa dapat dimunculkan dengan

21 4 menerapkan model pembelajaran yang tepat. Salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau tim ahli. Menurut Isjoni (2010: 54), pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, setiap siswa dalam kelompok diberi materi yang berbeda-beda yang nantinya bertemu dengan temannya dari kelompok lain dengan materi yang sama dalam kelompok ahli dan setelah berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal dan bertugas menjelaskan materinya kepada teman satu kelompoknya. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, selain dapat mempermudah siswa dalam mempelajari materi IPS yang cenderung banyak, juga dapat meningkatkan kerjasama di antara siswa secara berkelompok. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang. 1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah Dalam bagian ini akan dibahas tentang rumusan masalah dan pemecahannya dalam penelitian tindakan kelas ini. Berikut merupakan penjelasan selengkapnya tentang rumusan masalah dan pemecahannya.

22 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, permasalahan yang ingin diungkap dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: (1) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang? (2) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang? (3) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dapat meningkatkan performansi guru di SD Negeri 04 Bulu Pemalang? Pemecahan Masalah Dari permasalahan tersebut di atas, peneliti ingin mengajukan cara penyelesaian melalui sebuah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan melibatkan siswa melalui proses diskusi, baik yang dilakukan dalam kelompok ahli maupun dalam kelompok asal. Selain itu, juga dapat memudahkan siswa dalam mempelajari materi IPS, yang pada dasarnya mempunyai materi dengan jenis narasi yang cukup banyak, seperti materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan.

23 6 Untuk melaksanakan pembelajaran di atas, dibuat perangkat pembelajaran yang dibutuhkan, seperti: (1) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, (2) Soal-soal untuk tes formatif untuk mengevaluasi hasil belajar siswa yang digunakan sebagai umpan balik guna mengetahui kemampuan siswa setelah menerima perlakuan atau tindakan dari guru, (3) Lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi guru dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Paparan kedua tujuan tersebut yaitu sebagai berikut: (1) Tujuan Umum Secara umum, penelitian tindakan kelas ini memiliki tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang. (2) Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian tindakan kelas ini yaitu meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan; meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan; dan meningkatkan keterampilan guru

24 7 dalam proses pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak, seperti bagi siswa, guru, dan sekolah. Berikut merupakan paparan manfaat penelitian ini bagi ketiga pihak tersebut. (1) Bagi siswa Penelitian ini memiliki manfaat bagi siswa, yaitu meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam mempelajari mata pelajaran IPS pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan; meningkatnya kemampuan belajar IPS siswa, yang ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar IPS pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan; dan melatih siswa dalam memecahkan masalah melalui belajar kooperatif, sehingga mereka dapat bekerjasama dengan teman sebayanya. (2) Bagi Guru Penelitian ini memiliki manfaat bagi guru, yaitu meningkatnya kualitas dalam membelajarkan IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan tersedianya alternatif model pembelajaran dalam pembelajaran IPS. (3) Bagi Sekolah Penelitian ini memiliki manfaat bagi sekolah, yaitu sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan

25 8 membantu memperlancar pelaksanaan kurikulum, sehingga mempercepat tercapainya visi dan misi.

26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Kerangka teori yang akan dibahas meliputi pengertian belajar, hakikat pembelajaran, aktivitas belajar, hasil belajar, performansi guru, karakteristik siswa SD, pembelajaran IPS, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Berikut merupakan paparan teoriteori tersebut selengkapnya Pengertian Belajar Dalam keseluruhan rangkaian proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal tersebut mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Belajar adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri. Dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil (Siddiq, Munawaroh, dan Sungkono 2008: 1.3). Menurut Johnson, Johnson, dan Smith (Asma 2006: 3), belajar adalah suatu proses pribadi dan juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan orang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama. Sementara menurut Slameto (2010: 2), belajar ialah suatu 9

27 10 proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya, Gagne dan Berliner seperti yang dikutip Anni dkk (2007: 2), mengatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri individu baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak untuk memperoleh suatu perubahan perilaku dalam dirinya melalui interaksi, baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan. Perubahan perilaku tersebut berupa kemampuan diri ke arah yang positif dan lebih baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Menurut Siddiq, Munawaroh, dan Sungkono (2008: 1.4-6), terdapat tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu proses, perubahan perilaku, dan pengalaman. (1) Proses Proses merupakan salah satu unsur pokok dalam belajar, karena pada dasarnya belajar merupakan suatu proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri diwujudkan dengan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, seperti siswa bertanya, menanggapi, menjawab pertanyaan dari guru, diskusi, dan sebagainya. Itu semua merupakan gejala yang nampak dari aktivitas mental dan emosional siswa.

28 11 (2) Perubahan perilaku Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat dari kegiatan belajar, sehingga perubahan perilaku juga dikatakan sebagai salah satu unsur pokok dalam belajar. Perubahan perilaku tersebut merupakan hasil yang tampak dari individu yang belajar. Selain itu, pengetahuan dan keterampilannya akan bertambah, penguasaan nilainilai dan sikapnya juga bertambah. (3) Pengalaman Belajar adalah mengalami. Hal ini berarti bahwa belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar maupun hasil ciptaan manusia. Lingkungan sosial siswa di antaranya guru, orang tua, pustakawan, pemuka masyarakat, dan sebagainya. Belajar dapat dilakukan melalui pengalaman langsung dan tidak langsung. Siswa yang melakukan eksperimen merupakan contoh belajar dengan pengalaman langsung. Sementara siswa yang belajar dengan mendengarkan penjelasan guru atau membaca buku merupakan contoh belajar melalui pengalaman tidak langsung Hakikat Pembelajaran Pembelajaran menurut Degeng dalam Wena (2009: 2), berarti upaya membelajarkan siswa. Sementara Trianto (2009: 17), menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju

29 12 suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya, Sunhaji dalam Asmani (2011: 19), menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk menstransformasikan bahan pelajaran kepada subjek belajar. Dari ketiga pendapat tentang pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu upaya yang diwujudkan dengan adanya aktivitas dari seorang pendidik (guru) dalam membantu membelajarkan siswanya untuk mencapai suatu target yang telah ditetapkan. Menurut Hamalik (2008: 77), ada tujuh komponen dalam pembelajaran di mana satu dengan yang lain saling terintegrasi. Komponen-komponen pembelajaran tersebut yaitu (1) tujuan pendidikan dan pengajaran; (2) peserta didik atau siswa; (3) tenaga pendidikan khususnya guru; (4) perencanaan pengajaran sebagai segmen kurikulum; (5) strategi pembelajaran; (6) media pengajaran; dan (7) evaluasi pengajaran Aktivitas Belajar Pada dasarnya aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Slavin dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008: 116), menyatakan bahwa dalam proses belajar dan pembelajaran, siswa harus terlibat aktif serta siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Slameto (2010: 36), yang menyebutkan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir dan berbuat. Tanpa adanya aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi. Aktivitas yang dimaksud yaitu seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik maksudnya yaitu siswa ikut terlibat dalam

30 13 kegiatan pembelajaran atau siswa mengikuti selama proses pembelajaran berlangsung dan kegiatan psikis maksudnya yaitu siswa ikut berpikir tentang hal yang dipelajarinya. Dierich seperti yang dikutip Hamalik (2008: 172-3) membagi aktivitas belajar dalam 8 kelompok, yaitu (1) kegiatan-kegiatan visual, yang meliputi membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan orang lain bekerja atau bermain; (2) kegiatan-kegiatan lisan (oral), yang meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsip, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi; (3) kegiatankegiatan mendengarkan, yang meliputi mendengarkan penyajian bahan, percakapan atau diskusi kelompok, suatu permainan, dan radio; (4) kegiatankegiatan menulis, yang meliputi menulis cerita, laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket; (5) kegiatan-kegiatan menggambar, yang meliputi menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola; (6) kegiatan-kegiatan metrik, yang meliputi melakukan percobaan, memilih alatalat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun; (7) kegiatan-kegiatan mental, yang meliputi merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubunganhubungan, dan membuat keputusan; (8) kegiatan-kegiatan emosional, yang meliputi minat membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Dari pemaparan tentang aktivitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan siswa yang tampak selama proses pembelajaran berlangsung yang menandakan bahwa dirinya sedang belajar.

31 14 Akivitas belajar siswa yang timbul saat berlangsungnya pembelajaran merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Aktivitas belajar siswa yang diamati oleh guru lebih difokuskan pada serangkaian kegiatan siswa dalam melakukan tahap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang meliputi kerjasama siswa dalam belajar (dalam kelompok ahli ataupun kelompok asal), keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/tanggapan, ketekunan siswa dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab individu, dan keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerjanya dalam kelompok asal Hasil Belajar Hasil belajar menurut Sudjana (2010: 22) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Rifa i dan Anni (2009: 85), yang mengatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Sementara menurut Hamalik (2008: 30), hasil dan bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang yang dulunya tidak tahu menjadi tahu, yang dulunya tidak mengerti menjadi mengerti. Dari ketiga pendapat tentang hasil belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dari usaha belajar yang dilakukan oleh seorang individu yang berupa terjadinya perubahan perilaku ke arah yang positif. Aspek perubahan tersebut dapat berupa tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perolehan aspek-aspek perubahan

32 15 perilaku tersebut bergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa sebagai pembelajar. Kingsley dalam Sudjana (2010: 22), membagi hasil belajar menjadi tiga macam yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita. Sementara Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 10-2), menyatakan bahwa hasil belajar sebagai kapabilitas, yang berupa (1) informasi verbal yang merupakan kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis; (2) keterampilan intelektual yang merupakan kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang; (3) strategi kognitif yang merupakan kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, yang meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah; (4) keterampilan motorik yang merupakan kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; dan (5) sikap yang merupakan kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan sebagainya yang menuju pada perubahan positif (Septa 2011). Hasil belajar yang diharapkan tampak dalam diri siswa setelah menerima pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, yaitu dalam aspek kognitif adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar siswa dan dalam aspek

33 16 afektif dan psikomotor ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran Performansi Guru Hoy dan Miskel dalam Sion (2008: 112) mengatakan bahwa performansi adalah suatu kemampuan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta motivasi pegawai. Pendapat tersebut sejalan dengan Suwardani yang mengatakan bahwa performansi berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan melakukan sesuatu (Sion 2008: 112). Merujuk pada dua pengertian performansi tersebut dapat dikatakan bahwa performansi guru merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melakukan tugasnya sebagai seorang guru. Dalam Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 Pasal 10 terdapat beberapa kemampuan atau kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Rifa i dan Anni (2009: 7-12), menjelaskan keempat kompetensi tersebut sebagai berikut: (1) Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran bagi siswa, yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pmbelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (2) Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan guru yang berkaitan

34 17 dalam performansinya sebagai seorang pendidik, seperti berpribadi mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi siswa, dan berakhlak mulia. (3) Kompetensi Profesional Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing siswa dalam memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional. (4) Kompetensi Sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru dalam berkomunikasi dan bergaul secara efektif baik dengan siswa, sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa maupun dengan masyarakat sekitar. Dalam penelitian ini selain aktivitas belajar siswa, performansi guru selama melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga diamati oleh guru mitra. Aspek yang dinilai mencakup empat kompetensi di atas yang tertera dalam tiga APKG, yaitu APKG 1 untuk menilai RPP, APKG 2 untuk menilain pelaksanaan pembelajaran, dan APKG 3 untuk menilai kompetensi kepribadian dan sosial guru. Secara lebih singkat, Sudjana (2009: 58) menjelaskan beberapa aspek penilaian dari performansi guru, yaitu sebagai berikut: Komponen guru, yang meliputi penguasaan mata pelajaran, keterampilan mengajar, sikap keguruan, pengalaman mengajar, cara mengajar, cara menilai, kemauan mengembangkan profesinya, keterampilan berkomunikasi, kepribadian, kemauan dan kemampuan memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa, hubungan dengan siswa dan dengan rekan sejawatnya, penampilan dirinya, serta keterampilan lain yang diperlukan.

35 Karakteristik Siswa SD Perkembangan kognitif menurut Piaget meliputi empat tahap. Pertama, sensorimotor (0-2 tahun) yang mempunyai ciri perkembangan berdasarkan tindakan langkah demi langkah. Kedua, praoperasi (2-7 tahun) dengan ciri perkembangan menggunakan simbol atau bahasa, tanda, dan konsep intuitif. Ketiga, operasi konkret (8-12 tahun) dengan ciri perkembangan memakai aturan jelas atau logis, dan reversibel serta kekekalan. Keempat, operasi formal (11 tahun ke atas) dengan ciri perkembangan hipotesis, abstrak, deduktif dan induktif, serta logis dan probabilitas (Suprijono 2010: 22-3). Berdasarkan perkembangan kognitif menurut Piaget di atas, siswa SD kelas V berada dalam tahap operasi konkret. Pada tahap ini siswa belum mampu memahami materi yang abstrak. Siswa baru mampu memahami materi yang disajikan secara nyata atau konkret. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik tersebut. Sementara, Kurniawan (2011) menambahkan ada beberapa karakteristik siswa SD yang perlu diketahui oleh guru. Pemahaman guru terhadap karakteristik siswa tersebut sangat membantu dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Karakteristik tersebut di antaranya yaitu sebagai berikut: (1) Senang Bermain Salah satu karakteristik anak usia SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang serius tapi santai. Sehingga siswa merasa senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

36 19 (2) Senang Bergerak Karakteristik yang kedua yaitu senang bergerak. Anak usia SD berbeda dengan orang dewasa. Pada umumnya, orang dewasa dapat duduk selama berjam-jam, sedangkan siswa SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak dapat berpindah atau bergerak. (3) Senang Bekerja dalam Kelompok Karakteristik lain yang dimiliki anak usia SD adalah senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya di lingkungan, belajar bertanggung jawab, dan belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif). Hal ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok. (4) Senang Merasakan atau Melakukan/memperagakan Sesuatu secara Langsung Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, siswa SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang

37 20 angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, moral, dan sebagainya. Bagi siswa SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika siswa melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Oleh karena itu guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, pemahaman guru terhadap karakteristik siswa SD dapat dijadikan titik awal atau pedoman dalam merancang pembelajaran di SD, agar tepat dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa itu sendiri Pembelajaran IPS Dalam subbab ini akan dibahas tentang pengertian IPS dan pembelajaran IPS SD. Berikut merupakan paparan selengkapnya Pengertian IPS IPS menurut Jarolimek adalah mengkaji manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya. Sementara menurut Michaelis, IPS dihubungkan dengan manusia dan interaksinya dengan lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan kemanusiaan (Masitoh, Susilo, dan Soewarso 2010: 1). Selanjutnya Nasution dalam Masitoh, Susilo, dan Soewarso (2010: 1), menegaskan lagi bahwa: IPS suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya, dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial.

38 21 Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran atau bidang ilmu pendidikan yang di dalamnya mengkaji tentang manusia beserta interaksinya dalam lingkungan hidupnya, baik interaksi dengan sesama manusia (lingkungan sosial) maupun dengan lingkungan fisik Pembelajaran IPS SD IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat SD. Fungsi mata pelajaran IPS di SD menurut Hernawan dkk (2008: 8.29), yaitu untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial yang dihadapi sehari-hari, serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran IPS di SD yang tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, seperti yang dikutip Mukayanah (2009): (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, serta keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) Memiliki komitmen serta kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Pembelajaran IPS di SD dalam pelaksanaannya harus memperhatikan kebutuhan anak usia SD yang pada umumnya berada pada rentang usia 6-12 tahun. Anak dalam rentang usia 7-11 tahun menurut Piaget dalam Mangkoesapoetra (2005), berada dalam perkembangan kemampuan

39 22 intelektual/kognitif pada tingkatan operasional konkret. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Mereka hanya mempedulikan waktu sekarang (konkret) dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS yang nantinya mereka pelajari, penuh dengan pesanpesan yang bersifat abstrak. Untuk itu, sesuai dengan karakteristik anak dan IPS SD, maka metode ekspositori akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan menurunkan derajat IPS menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Guru yang bersikap memonopoli peran sebagai sumber informasi, seharusnya meningkatkan kinerjanya dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Sesuai pernyataan Powers dalam Makewa, Role, dan Genga (2011), bahwa a good teacher is one who looks for effective and different methods to generate interest and enthusiasm among the students that he or she teaches. Dalam pernyataan tersebut dikatakan bahwa seorang guru yang baik adalah orang yang mampu mencari metode yang berbeda dan efektif untuk membangkitkan minat dan antusias siswa terhadap hal yang sedang diajarkannya. Misalnya dengan menyajikan materi melalui penerapan model cooperative learning tipe jigsaw, role playing, membaca sajak, buku (novel), atau surat kabar/majalah/jurnal agar siswa diikutsertakan dalam aktivitas akademik. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat menyajikan pembelajaran IPS SD dengan menarik dan menciptakan suasana belajar IPS yang diminati siswa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam subbab ini akan diuraikan tentang pengertian model pembelajaran, pembelajaran kooperatif (cooperative learning), dan pembelajaran kooperatif tipe

40 23 jigsaw. Uraian selengkapnya yaitu sebagai berikut: Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran menurut Joyce dalam Trianto (2009: 22), adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Sementara Joyce dan Weil dalam Abimanyu dkk (2008: 2.4), menjelaskan model pembelajaran sebagai berikut: Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Amri dan Ahmadi (2010: 190), menyederhanakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dari ketiga pendapat tentang model pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian model pembelajaran adalah suatu kerangka/pola/ gambaran pembelajaran yang akan dilaksanakan yang didalamnya memuat langkah-langkah atau prosedur pelaksanaan yang digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling

41 24 membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni 2010: 15). Cabrera et al. dalam McWey, Henderson, dan Piercy (2006), memberikan definisi pembelajaran kooperatif sebagai berikut: Cooperative learning (CL) has been identified as an effective pedagogical strategy that promotes a variety of positive cognitive, affective, and social outcomes. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembelajaran kooperatif (CL) diidentifikasikan sebagai strategi pedagogis yang efektif yang mempromosikan berbagai hasil pengetahuan, sikap, dan sosial yang positif. Pembelajaran kooperatif ini bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit, jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto 2009: 56). Hal ini sejalan dengan pemikiran Stahl dalam Solihatin dan Raharjo (2008: 5), yang mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Asma (2006: 6-7), menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya ciri-ciri seperti (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan meteri belajarnya, (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin berbeda-beda, dan (4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Johnson dan Johnson dalam Trianto (2009: 57), menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif yaitu memaksimalkan belajar siswa untuk

42 25 peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Sementara itu, Stahl menambahkan keuntungan belajar kooperatif yaitu di samping memungkinkan siswa meraih keberhasilan dalam belajarnya, juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik itu keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku menyimpang dalam kehidupan kelas (Isjoni 2010: 23). Roger dan Johnson dalam Lie (2004: 31-7), menyebutkan ada lima unsur model pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) Saling Ketergantungan Positif Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka. (2) Tanggung Jawab Perorangan Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Guru yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

43 26 (3) Tatap Muka Dalam pembelajaran kooperatif, setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Interaksi ini memberikan kesempatan pada siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini yaitu menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masingmasing. (4) Komunikasi Antaranggota Unsur ini menghendaki agar para sisa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. (5) Evaluasi Proses Kelompok Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson pada tahun 1971 di Austin, Texas (Aronson). Arends seperti yang dikutip dalam Amri dan Ahmadi (2010: 94)

44 27 mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal merupakan kelompok awal di mana terjadi pembagian masing-masing materi yang berbeda untuk setiap anggota. Selanjutnya kelompok ahli merupakan kelompok yang terbentuk dari sekumpulan anggota kelompok asal yang mempunyai materi yang sama. Priyanto dalam Wena (2009: 194-5), menyebutkan ada beberapa langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu: (1) Pembentukan Kelompok Asal Kelompok asal merupakan kelompok yang dibentuk pertama dalam pembelajaran. Setiap kelompok asal terdiri dari 4-5 orang anggota dengan kemampuan yang heterogen. (2) Pembelajaran pada Kelompok Asal Dalam tahap ini, terjadi pembagian tugas untuk setiap anggota kelompok asal. Kemudian setiap anggota mempelajari submateri pelajaran yang akan menjadi keahliannya yang dikerjakan secara individual. (3) Pembentukan Kelompok Ahli Dalam tahap ini, setelah setiap anggota kelompok asal mendapatkan tugas mempelajari submateri yang menjadi keahliannya, kemudian

45 28 masing-masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli. (4) Diskusi Kelompok Ahli Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan berdiskusi tentang masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok ahli mempelajari materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. (5) Diskusi Kelompok Asal (Induk) Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing. Kemudian setiap anggota kelompok menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal lainnya. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapatkan giliran. (6) Diskusi Kelas Dengan dipandu oleh guru, diskusi kelas membicarakan konsep-konsep penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa. (7) Pemberian Kuis Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.

46 29 (8) Pemberian Penghargaan Kelompok Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa piagam dan bonus nilai. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat langkah ke-8 yaitu adanya pemberian penghargaan kepada kelompok yang unggul. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi siswa agar semakin giat dalam belajar. Untuk menentukan kelompok yang unggul tersebut dilakukan dengan menghitung skor kelompok yang didapat dari hasil kuis. Skor kelompok tersebut merupakan sumbangan skor perkembangan individu dari setiap anggota kelompok. Menurut Asma (2006: 120), prosedur penyekoran kuis yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut: Langkah 1 Menetapkan skor dasar Tabel 2.1. Prosedur Penyekoran Kuis Setiap siswa diberi skor berdasarkan skor-skor yang lalu. Langkah 2 Menghitung skor kuis terkini Langkah 3 Menghitung skor perkembangan Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar Lebih dari 10 poin skor dasar Pekerjaan sempurna Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala. 0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin

47 30 Menurut Asma (2006: 54) untuk menghitung skor tim atau kelompok dapat dihitung rata-rata perolehan skornya dengan rumus: N = Berdasarkan rata-rata skor tim, diperoleh tiga tingkatan penghargaan yang diberikan, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.2. Tingkatan Penghargaan Kelompok Kriteria (Rata-rata tim) Penghargaan KELOMPOK BAIK KELOMPOK HEBAT KELOMPOK SUPER Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Kelas V semester II yaitu sebagai berikut: Sebelum Pembelajaran Beberapa persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran, yaitu seperti (1) guru terlebih dahulu mempelajari materi Perjuangan Mepertahankan Kemerdekaan dan memilih materi yang dapat dibagi menjadi submaterisubmateri, seperti Pertempuran-pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan; (2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); dan (3) menyiapkan materi pelajaran yang sudah dibagi menjadi submateri-submateri.

48 Pelaksanaan Pembelajaran Beberapa kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran, antara lain yaitu: (1) Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan melakukan apersepsi, (2) Guru menjelaskan materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan secara garis besar, (3) Penerapan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang terdiri dari pembentukan kelompok asal, yaitu guru membagi siswa kedalam 9 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 anggota yang berbeda kemampuan intektual dan jenis kelaminnya; pembelajaran pada kelompok asal, yaitu setiap anggota dalam kelompok asal mendapatkan bagian submateri yang berbeda satu sama lain; pembentukan kelompok ahli, yaitu anggota dari masing-masing kelompok asal yang mempunyai submateri yang sama, berkumpul menjadi satu yang dinamai kelompok ahli; diskusi kelompok ahli, yaitu seluruh anggota kelompok ahli mempelajari submateri yang menjadi tanggung jawabnya sampai benarbenar menguasai submateri tersebut dengan berdiskusi dalam kelompok ahli; diskusi kelompok asal, yaitu setelah merasa benar-benar menguasai submateri tersebut, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan submateri yang menjadi tanggung jawabnya kepada seluruh anggota kelompok asalnya secara bergantian sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapat giliran; diskusi kelas, yaitu setelah seluruh anggota kelompok asal dari masing-masing kelompok selesai melakukan tugasnya, guru memimpin diskusi kelas dengan

49 32 mengulas kembali materi yang menjadi perdebatan baik dalam diskusi kelompok ahli maupun kelompok asal agar tidak terjadi salah konsep pada siswa; pemberian kuis, yaitu guru memberikan kepada siswa kuis seputar materi diskusi yang harus dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota kelompok asal, dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok; dan yang terakhir pemberian penghargaan kelompok, yaitu kelompok asal yang memperoleh nilai tertinggi diberi penghargaan berupa piagam dan bonus nilai Penutup Pembelajaran Beberapa kegiatan dalam tahap penutup pembelajaran, meliputi (1) siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran; (2) guru memotivasi belajar siswa; dan (3) penutup pembelajaran. 2.2 Kajian Empiris Penelitian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh M. Hanif Ashiddiqi pada tahun 2011 yang berjudul Peningkatan Pembelajaran IPA Materi Rangka dan Indera Manusia melalui Model Jigsaw di Kelas IV Sekolah Dasar Watesalit 02 Batang. Dari penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa penerapkan model jigsaw dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya persentase tuntas belajar klasikal, dari 66,67% dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 68,83 pada siklus I, menjadi 90% dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 75,33 pada siklus II. Selain itu, juga terjadi peningkatan aktivitas siswa baik secara perorangan maupun kelompok. Aktivitas

50 33 siswa secara perorangan dari 68,04% pada siklus I, meningkat menjadi 90% pada siklus II. Sementara aktivitas siswa secara kelompok dari 83,03% pada siklus I, meningkat menjadi 98% pada siklus II. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Pungkas Astiti pada tahun 2011 dengan judul Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di SD Negeri Padasugih 1 Brebes. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas V yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan yang tidak. Pada kelas eksperimen atau kelas yang pembelajarannnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diperoleh hasil penelitian yang berupa rata-rata hasil belajar sebesar 78,14, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 70,30. Oleh karena itu, dari dua penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk itu, peneliti mencoba menggunakan kembali model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang. Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Hanif Ashiddiqi, di mana jenis penelitian dan model pembelajaran yang digunakan itu sama, yang membedakan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw pada mata pelajaran yang diajarkan. M. Hanif Ashiddiqi menerapkan jigsaw pada mata pelajaran IPA, sedangkan peneliti menerapkannya pada mata pelajaran IPS. Sementara kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

51 34 Pungkas Astiti yaitu mulai dari penerapan model pembelajaran sampai pada materi pelajaran yang diajarkan, dan yang membedakan yaitu jenis penelitian yang digunakan. Pungkas Astiti menggunakan jenis penelitian eksperimen, sedangkan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas. 2.3 Kerangka Berpikir Model pembelajaran yang selama ini digunakan dalam pembelajaran IPS pada umumnya model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah yang cenderung monoton dan kurang melibatkan keaktifan siswa. Penerapan metode tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPS yang pada umumnya memiliki materi dengan jenis narasi dan berstruktur. Jenis materi IPS tersebut seharusnya disajikan dengan metode pembelajaran yang tepat dan menarik, tidak dengan metode ceramah. Dalam penerapan metode ceramah pada pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan suasana pembelajaran yang tercipta selalu membosankan dan menjenuhkan, karena aktivitas yang dilakukan siswa hanya duduk, diam, mendengarkan, dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut tidak sesuai dengan karakteristik siswa SD yang pada umumya senang bermain dan bergerak atau dengan kata lain aktif dalam belajarnya. Pembelajaran yang membosankan tersebut menjadikan siswa kurang mampu mengembangkan potensinya, sehingga minat siswa dalam belajar IPS menjadi rendah yang menyebabkan hasil belajarnya pun ikut rendah. Berawal dari kenyataan tersebut, maka perlu adanya suatu perubahan pada penerapan model dalam pelaksanaan pembelajaran IPS. Hal tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS, baik yang menyangkut aktivitas belajar siswa maupun hasil belajar yang dicapai siswa.

52 35 Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPS tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa dapat ikut terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa akan tampak dengan berdiskusi dalam kelompok ahli dan kelompok asal yang memungkinkan siswa melakukan penemuan akan konsep, memungkinkan siswa untuk berbagi pengetahuan, untuk bekerjasama, dan yang tidak kalah penting siswa mulai berlatih untuk dapat berbicara dan berpendapat di depan teman sekelompoknya. Di samping itu, dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa juga dilatih untuk dapat saling menghargai perbedaan dengan adanya kelompok asal dan kelompok ahli yang terdiri dari siswa yang heterogen, mulai dari perbedaan jenis kelamin, kemampuan akademik, ras, dan status sosial. Selain itu, dengan adanya pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor maksimal, dapat memotivasi siswa dalam belajar, mereka akan bersaing untuk bisa mendapatkan predikat kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super, sehingga pencapaian hasil belajar siswa akan meningkat. Jadi, dapat diduga bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V serta performansi guru SD Negeri 04 Bulu Pemalang. Seperti yang tergambar dalam gambar 2.1. berikut.

53 36 Kondisi awal Tindakan Pembelajaran konvensional: cenderung menggunakan metode ceramah, monoton, dan kurang mengaktifkan siswa. Melakukan PTK dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Siswa kurang antusias, minat belajar siswa rendah, dan hasil belajar kurang memuaskan. Kondisi akhir Aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat, serta performansi guru juga meningkat. Gambar 2.1. Kerangka Berpikir 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat diajukan suatu hipotesis tindakan sebagai berikut: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang, (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang, (3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan performansi guru dalam proses pembelajaran IPS pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang.

54 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I terdiri dari 3 pertemuan, dengan 2 pertemuan pembelajaran masing-masing 2 jam pelajaran (JP) dan 1 pertemuan tes formatif dengan 1 JP. Siklus II terdiri dari 3 pertemuan, dengan 2 pertemuan pembelajaran masing-masing 2 JP dan 1 pertemuan tes formatif dengan 1 JP. Setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi seperti yang diutarakan Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2008: 17-21) sebagai berikut: Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (Planning) Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dengan kata lain menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Secara lebih rinci, pada tahap ini terdiri atas: (1) mengidentifikasi dan menganalisis masalah; (2) menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan; (3) merumuskan masalah secara jelas; (4) menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan; (5) menentukan cara untuk menguji hipotesis; dan (6) membuat secara rinci rancangan tindakan. 37

55 38 Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap ke-2 dari penelitian tindakan yaitu pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu peneliti melakukan tindakan di kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, yang terdiri dari tujuh langkah pembelajaran. Hal yang perlu diingat yaitu bahwa dalam tahap ke-2 ini, peneliti harus berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Tahap 3: Pengamatan (Observing) Tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebenarnya sedikit kurang tepat jika tahap ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena pengamatan harus dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Hal yang menjadi fokus dalam tahap pengamatan yaitu berupa aktivitas siswa dan performansi guru selama proses pembelajaran berlangsung. Tahap 4: Refleksi (Reflecting) Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian menilai implementasi rancangan tindakan atau dengan kata lain mengevaluasi diri. Hal yang menjadi fokus dalam kegiatan refleksi yaitu pada aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan performansi guru dalam proses pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dari hasil refleksi tersebut barulah kita bisa menilai apakah pembelajaran yang telah dilakukan itu berhasil atau tidak.

56 Perencanaan Tahap Penelitian Perencanaan tahap penelitian yang akan dilaksanakan meliputi perencanaan siklus I dan perencanaan siklus II. Berikut paparan selengkapnya tentang perencanaan siklus I dan II Perencanaan Siklus I Siklus I terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Secara lebih rinci, empat tahapan tersebut yaitu sebagai berikut: Perencanaan Hal-hal yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan meliputi (1) mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan mengembangkan pemecahan masalah; (2) merancang RPP sesuai indikator yang ditentukan, yaitu menceritakan Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan menceritakan Peristiwa Pertempuran Ambarawa, Medan Area, dan Bandung Lautan Api untuk pertemuan 1 dan menceritakan Agresi Militer Belanda terhadap Republik Indonesia untuk pertemuan 2; (3) merancang media yang berupa gambar pahlawan dan atlas Indonesia, serta menyusun bahan ajar; (4) menyusun lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi guru, serta deskriptornya; dan (5) menyusun tes formatif I Pelaksanaan Hal-hal yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan yaitu: (1) Menyiapkan RPP, (2) Menyiapkan media berupa gambar pahlawan dan atlas Indonesia, serta bahan ajar,

57 40 (3) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi guru, kemudian memberikannya kepada guru mitra (pengamat) untuk mengamati proses pembelajaran, (4) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tahap-tahap pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang meliputi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan melakukan apersepsi; guru menjelaskan materi secara garis besar (materi Pertempuran dalam Mempertahankan Kemerdekaan pada pertemuan 1 dan Usaha Perdamaian dan Agresi Militer Belanda pada pertemuan 2); guru membagi siswa kedalam 9 kelompok asal yang masing-masing terdiri dari 4 anggota yang berbeda kemampuan intektual dan jenis kelaminnya; pembelajaran pada kelompok asal, yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan LKS, di mana setiap siswa dalam satu kelompok asal mendapatkan bagian tugas yang berbedabeda; pembentukan kelompok ahli, yaitu anggota dari masing-masing kelompok asal yang mempunyai bagian tugas yang sama, berkumpul menjadi satu yang dinamai kelompok ahli; diskusi kelompok ahli, yaitu seluruh anggota kelompok ahli mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan mempelajarinya sampai benar-benar menguasai tugas tersebut dengan berdiskusi dalam kelompok ahli; diskusi kelompok asal, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya kepada seluruh anggota kelompok asalnya secara bergantian sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapat giliran; diskusi kelas, yaitu mengulas

58 41 kembali materi yang menjadi perdebatan baik dalam diskusi kelompok ahli maupun kelompok asal agar tidak terjadi salah konsep pada siswa yang dipimpin oleh guru; pemberian kuis kepada siswa untuk dikerjakan secara individu; dan pemberian penghargaan kepada kelompok asal yang memperoleh nilai tertinggi dengan berupa piagam dan bonus nilai, (5) Pada akhir siklus I siswa mengerjakan tes formatif I Pengamatan Sesuai dengan tujuan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, pengamatan difokuskan pada tiga hal, yaitu terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa, serta terhadap performansi guru. Berikut merupakan paparan selengkapnya tentang ketiga aspek tersebut Aktivitas belajar siswa Aktivitas belajar siswa diamati mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Dalam penelitian ini, pengamatan aktivitas belajar siswa difokuskan pada indikator-indikator seperti berikut ini. (1) kerjasama siswa dalam belajar (dalam kelompok ahli ataupun asal), (2) keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/tanggapan, (3) ketekunan siswa dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab individu, dan (4) keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerjanya dalam kelompok asal.

59 Hasil belajar siswa Hasil belajar siswa yang diamati meliputi rata-rata nilai dan persentase tuntas belajar klasikal. Kedua aspek tersebut diperoleh dari analisis data hasil tes formatif I yang dilaksanakan pada akhir pelaksanaan tindakan siklus I Performansi guru Performansi guru yang diamati dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meliputi penguasaan materi dan penguasaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw itu sendiri. Alat yang digunakan untuk menilai kedua aspek tersebut yaitu berupa Alat Penilaian Kompetensi Guru (APKG), yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu APKG 1 untuk menilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), APKG 2 untuk menilai pelaksanaan pembelajaran, dan APKG 3 untuk menilai kompetensi kepribadian dan sosial guru Refleksi Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis semua kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus I. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan aspek-aspek yang diamati pada pelaksanaan tindakan siklus I dan nantinya digunakan dasar atau landasan untuk merencanakan pelaksanaan tindakan siklus II Perencanaan Siklus II Siklus II terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Secara lebih rinci, empat tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

60 Perencanaan Hal-hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan yaitu (1) merancang RPP sesuai indikator yang ditentukan, yaitu menceritakan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda untuk pertemuan 1 dan menceritakan peranan beberapa tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, misalnya Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Panglima Besar Sudirman, dan Bung Tomo untuk pertemuan 2; (2) merancang media yang berupa gambar pahlawan dan atlas Indonesia, serta menyusun bahan ajar; (3) menyusun lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi guru, serta deskriptornya; dan (4) menyusun tes formatif II Pelaksanaan Hal-hal yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan yaitu: (1) Menyiapkan RPP, (2) Menyiapkan media berupa gambar pahlawan dan atlas Indonesia, serta bahan ajar, (3) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi guru, kemudian memberikannya kepada guru mitra (pengamat) untuk mengamati proses pembelajaran, (4) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tahap-tahap pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang meliputi guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan melakukan apersepsi; guru menjelaskan materi secara garis besar (materi Usaha Diplomasi dan Pengakuan Kedaulatan pada pertemuan 1 dan Peranan Para Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada pertemuan 2); guru

61 44 membagi siswa kedalam 7 kelompok asal yang masing-masing terdiri dari 5 anggota yang berbeda kemampuan intektual dan jenis kelaminnya; pembelajaran pada kelompok asal, yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan LKS. Setiap siswa dalam satu kelompok asal mendapatkan bagian tugas yang berbeda-beda; pembentukan kelompok ahli, yaitu anggota dari masing-masing kelompok asal yang mempunyai bagian tugas yang sama, berkumpul menjadi satu yang dinamai kelompok ahli; diskusi kelompok ahli, yaitu seluruh anggota kelompok ahli mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan mempelajarinya sampai benar-benar menguasai tugas tersebut dengan berdiskusi dalam kelompok ahli; diskusi kelompok asal, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya kepada seluruh anggota kelompok asalnya secara bergantian sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapat giliran; diskusi kelas, yaitu mengulas kembali materi yang menjadi perdebatan baik dalam diskusi kelompok ahli maupun kelompok asal agar tidak terjadi salah konsep pada siswa yang dipimpin oleh guru; pemberian kuis kepada siswa untuk dikerjakan secara individu; dan pemberian penghargaan kepada kelompok asal yang memperoleh nilai tertinggi dengan berupa piagam dan bonus nilai, (5) Pada akhir siklus II siswa mengerjakan tes formatif II Pengamatan Seperti halnya siklus I, pengamatan pada siklus II juga difokuskan pada tiga hal, yaitu terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa, serta terhadap

62 45 performansi guru. Berikut merupakan paparan selengkapnya tentang ketiga aspek tersebut Aktivitas belajar siswa Aktivitas belajar siswa diamati mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Dalam penelitian ini, pengamatan aktivitas belajar siswa difokuskan pada indikator-indikator seperti berikut ini. (1) kerjasama siswa dalam belajar (dalam kelompok ahli ataupun asal), (2) keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/tanggapan, (3) ketekunan siswa dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab individu, dan (4) keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerjanya dalam kelompok asal Hasil belajar siswa Hasil belajar siswa yang diamati meliputi rata-rata nilai dan persentase tuntas belajar klasikal. Kedua aspek tersebut diperoleh dari analisis data hasil tes formatif II yang dilaksanakan pada akhir pelaksanaan tindakan siklus II Performansi guru Performansi guru yang diamati dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meliputi penguasaan materi dan penguasaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw itu sendiri. Alat yang digunakan untuk menilai kedua aspek tersebut yaitu berupa Alat Penilaian Kompetensi Guru (APKG), yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu APKG 1 untuk menilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), APKG 2 untuk

63 46 menilai pelaksanaan pembelajaran, dan APKG 3 untuk menilai kompetenssi kepribadian dan sosial guru Refleksi Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis semua kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus II. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa serta kelebihan dan kekurangan aspek-aspek yang diamati pada pelaksanaan tindakan siklus II. Berdasarkan hasil analisis maupun refleksi pada siklus I dan II terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa, serta performansi guru, maka peneliti akan meyimpulkan apakah hipotesis tindakan tercapai atau tidak. Jika hasilnya ditandai dengan adanya peningkatan (sesuai atau melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan) pada aktivitas dan hasil belajar siswa, serta performansi guru maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikatakan berhasil. Namun, jika tidak mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, baik pada aktivitas dan hasil belajar siswa maupun pada performansi guru maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikatakan tidak berhasil. 3.3 Subjek Penelitian Subjek yang diteliti yaitu siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 36 orang yang terdiri dari 23 laki-laki dan 13 perempuan. Data siswa selengkapnya ada pada lampiran 2.

64 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Bulu Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu pada bulan Februari sampai Juli Data dan Teknik Pengumpulan Data Dalam bagian ini akan dibahas mengenai sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan alat pengumpul data yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Pembahasan selengkapnya yaitu seperti berikut: Sumber Data Data yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari beberapa sumber, seperti siswa, guru, dan dokumen-dokumen terdahulu tentang objek penelitian. Berikut merupakan paparan selengkapnya tentang sumber data. (1) Siswa Dari siswa kalas V akan diambil data berupa data hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses belajar mengajar dan nilai hasil tes formatif pada akhir setiap siklus. (2) Guru (Peneliti) Dari guru akan diambil data berupa data hasil pengamatan terhadap perfomansi guru selama proses penelitian, yaitu pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Data tersebut diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh guru mitra selama penelitian berlangsung.

65 48 (3) Dokumen Data yang berisi dokumen yang dipakai dalam penelitian ini yaitu data dan daftar nilai siswa kelas V tahun ajaran 2010/2011, data siswa kelas V tahun ajaran 2011/2012, serta RPP, foto dan video yang berkaitan dengan penelitian Jenis Data Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua jenis, yaitu data kantitatif dan data kualitatif. Berikut merupakan paparan dari kedua jenis data tersebut. (1) Kuantitatif Data kuantitatif dalam penelitian ini, data kuantitatifnya berupa nilai tes formatif yang dilakukan pada akhir setiap siklus. (2) Kualitatif Data kualitatif yang akan dikumpulkan berupa data hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw, dan performansi guru dalam pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas ini, dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu teknik tes dan non tes. Berikut merupakan paparan selengkapnya tentang kedua teknik tersebut Tes Teknik tes ini digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa. Dalam hal ini peneliti melakukan sebanyak dua kali yaitu tes formatif I pada akhir

66 49 siklus I dan tes formatif II pada akhir siklus II. Tes formatif dalam setiap siklusnya menggunakan soal yang dibuat oleh peneliti dengan panduan kisi-kisi tes formatif Non Tes Selain teknik tes, dalam pengumpulan data juga dilakukan melalui teknik non tes, yaitu melalui observasi dan dokumentasi. Berikut merupakan penjelasan kedua teknik tersebut. (1) Observasi Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa dan penampilan guru selama proses pembelajaran. Dalam hal ini yang diamati dari siswa yaitu aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra sesuai instrumen yang sudah disediakan. Observasi terhadap guru dilakukan untuk mengetahui penampilan guru selama melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dalam hal ini yang melakukan observasi hanya guru mitra dengan menggunakan alat penilaian kemampuan guru (APKG) yang terdiri dari APKG 1 untuk menilai RPP, APKG 2 untuk menilai pelaksanaan pembelajaran, dan APKG 3 untuk menilai kompetensi kepribadian dan sosial guru. (2) Dokumen Dokumen yang digunakan yaitu data yang berisi dokumen yang dipakai dalam penelitian ini yaitu data dan daftar nilai siswa kelas V tahun ajaran

67 /2011, data siswa kelas V tahun ajaran 2011/2012, serta RPP, foto dan video yang berkaitan dengan penelitian Alat Pengumpul Data Data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh dengan beberapa alat, seperti soal tes formatif dan lembar observasi untuk guru dan siswa. Penjelasan tentang kedua alat pengumpul data tersebut, yaitu sebagai berikut: (1) Soal Tes Formatif Soal-soal dalam tes formatif digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Soal tes tersebut dibuat oleh peneliti dengan panduan kisi-kisi tes formatif. Kisi-kisi dan soal tes selengkapnya ada pada lampiran 22 dan 24 untuk tes formatif I dan lampiran 48 dan 50 untuk tes formatif II. (2) Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data yang berupa aktivitas belajar siswa dan performansi guru. Untuk mendapatkan informasi yang akurat, lembar observasi harus dilengkapi dengan deskriptor yang jelas. Lembar observasi untuk siswa dan guru beserta deskriptornya ada pada lampiran 4, 5 dan Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh. Secara lebih rinci, teknik data yang digunakan yaitu sebagai berikut.

68 Data Aktivitas Belajar Siswa Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPS, maka analisis ini dilakukan berdasarkan data hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa. Adapun penghitungan persentase aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sebagai berikut: Persentase Aktivitas Siswa = x 100% Berdasarkan persentase aktivitas tersebut akan didapatkan kriteria sebagai berikut: Tabel Kualifikasi Persentase Keaktifan Siswa Persentase Kriteria 75% - 100% Sangat Tinggi 50% - 74,99% Tinggi 25% - 49,99% Sedang 0% - 24,99% Rendah (Yonny dkk 2012: 175-6) Data Hasil Belajar Siswa Rumus-rumus yang digunakan untuk mengolah data hasil belajar, yaitu: (1) Untuk menentukan nilai akhir hasil belajar yang diperoleh masingmasing siswa, digunakan rumus: NA = x 100 Keterangan: NA Sp = Nilai Akhir = Skor perolehan Sm = Skor maksimal (BSNP 2007: 25)

69 52 (2) Untuk menentukan rata-rata nilai, yaitu: x = Keterangan: x = Rata-rata Nilai = Jumlah Nilai Akhir n = Jumlah Siswa (Poerwanti dkk 2008: 6-25) (3) Untuk menentukan persentase tuntas belajar klasikal, yaitu: p x 100 % Keterangan: siswa yang tuntas belajar = Banyak siswa yang memperoleh nilai 64 siswa p = Jumlah siswa = Persentase Tuntas Belajar Klasikal (Aqib dkk 2010: 41) Data Performansi Guru Untuk mengetahui skor perolehan dari hasil observasi performansi guru yaitu sebagai berikut: Nilai Akhir (NA) = Keterangan: N 1 = Nilai APKG 1 N 2 = Nilai APKG 2 N 3 = Nilai APKG 3

70 53 Dengan konversi skor seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.2. dan 3.3. berikut: Tabel 3.2. Konversi Skor APKG 1 SKOR NILAI SKOR NILAI SKOR NILAI SKOR NILAI , , , , , , ,75 3 9, , , , , , , ,5 5 15, , , , , , , , , , , , Tabel 3.3. Konversi Skor APKG 2 dan APKG 3 SKOR NILAI SKOR NILAI SKOR NILAI SKOR NILAI 1 2, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Indikator Keberhasilan Untuk dapat mengetahui meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, perlu dibuat indikator keberhasilan, baik yang menyangkut tentang aktivitas, hasil belajar, maupun performansi guru. Berikut merupakan paparan indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini Aktivitas Belajar Siswa Indikator keberhasilan dari aktivitas belajar siswa antara lain: (1) Kehadiran siswa minimal 90%.

71 54 (2) Keterlibatan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih dari 75% atau dengan kriteria sangat tinggi, yang meliputi: kerjasama siswa dalam belajar (dalam kelompok ahli ataupun kelompok asal); keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/tanggapan; ketekunan siswa dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab individu; dan keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerjanya dalam kelompok asal Hasil Belajar Siswa Indikator keberhasilan dari hasil belajar siswa antara lain: (1) Rata-rata nilai sekurang-kurangnya 64. (2) Persentase tuntas belajar klasikal sekurang-kurangnya 75% (minimal 75% siswa memperoleh nilai 64) Performansi Guru Indikator keberhasilan dari performansi guru dalam pembelajaran yaitu nilai akhir minimal 71, dengan rincian sebagai berikut: (1) APKG 1 (N1) skor 23 atau dengan nilai 71,875. (2) APKG 2 (N2) skor 29 atau dengan nilai 72,5. (3) APKG 3 (N3) skor 29 atau dengan nilai 72,5.

72 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas di SD Negeri 04 Bulu Pemalang pada siklus I dan II meliputi hasil tes dan non tes. Hasil tes yang diperoleh berupa nilai tes formatif, yaitu tes formatif I untuk siklus I dan tes formatif II untuk siklus II. Sementara hasil non tes yang diperoleh berupa data hasil observasi, yaitu observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan performansi guru. Hasil penelitian selengkapnya akan dipaparkan secara rinci sebagai berikut: Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Data yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari dua macam, yaitu data hasil belajar dan data hasil observasi selama proses pembelajaran. Data hasil belajar merupakan daftar nilai yang diperoleh dari pelaksanaan tes formatif I, sedangkan data hasil observasi merupakan daftar nilai yang diperoleh dari pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan performansi guru. Berikut akan dibahas paparan dari kedua data tersebut Paparan Data Hasil Belajar Hasil belajar siswa dari pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh melalui tes formatif I yang dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus I, yaitu pada tanggal 1 Mei Berikut merupakan tabel nilai hasil tes formatif siswa pada siklus I dan daftar nilai selengkapnya ada pada lampiran

73 56 Tabel 4.1. Data Hasil Tes Formatif I Ketuntasan Tuntas Belum Tuntas Nilai Jumlah Jumlah Persentase Siswa Nilai (%) , , , , , , , , , , ,94-1 Jumlah Rata-rata 70,88 Persentase (%) Rata-rata Nilai x = = = 70,88 p = x 100 % = x 100 % = 64,71 % 64,71 35,29 Tabel 4.1., menunjukkan bahwa pada siklus I, hasil tes formatif siswa telah mencapai rata-rata nilai sebesar 70,88. Hal ini berarti bahwa pembelajaran pada siklus I telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu ratarata nilai sekurang-kurangnya 64. Namun, jika dilihat besarnya persentase ketuntasan klasikal, pembelajaran pada siklus I masih jauh di bawah indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Jumlah siswa yang sudah tuntas atau

74 57 memperoleh nilai 64 hanya 22 siswa. Sementara 12 siswa lainnya masih belum tuntas, karena memperoleh nilai 64. Besarnyaa persentase tuntas belajar klasikal selama siklus I dapat dilihat pada diagram berikut. Belum Tuntas 35,29% Tuntas 64,71% Diagram Persentase Tuntas Belajar Klasikal Siklus I Dari diagram 4.1., dapat diketahui bahwa persentasee tuntas belajar klasikal yang diperoleh baru mencapai 64,71% dengann jumlah siswa yang memperoleh nilai 64 ada 22. Sementara pada indikator keberhasilan diharuskan bahwa persentase tuntas klasikal sekurang-kurangnyaa 75% atau minimal 75% siswa memperoleh nilai 64, sehingga pembelajaran pada siklus I belum berhasil. Hasil tes formatif I merupakan gambaran hasil belajar siswa selama pelaksanaann siklus I. Sementara untuk setiap pertemuan pembelajaran dengan menerapkann model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil belajar siswa dapat diketahui dari hasil kuis, yaitu kuis 1 untuk pertemuan 1 dan kuis 2 untuk pertemuan 2. Dari hasil kuis 1 akan diketahui skor perkembangan siswa pada pertemuan 1 setelah dibandingkan dengann hasil belajar siswa sebelum pelaksanaann tindakan siklus I, sedangkan skor perkembangan pada pertemuan 2 diperoleh dengan membandingkan hasil kuis 2 dengan kuis 1. Skor perkembangan

75 58 yang diperoleh setiap siswa dalam kelompoknya akan dirata-rata dan dijadikan dasar dalam pemberian piagam penghargaan. Pada pertemuan 1, piagam penghargaan diberikan kepada seluruh kelompok yang ada, yaitu dengan rincian 2 kelompok sebagai kelompok baik, 5 kelompok sebagai kelompok hebat, dan 2 kelompok sebagai kelompok super. Sementara pada pertemuan 2, dari 9 kelompok yang ada, hanya 7 kelompok yang mendapakan piagam penghargaan, yaitu 4 kelompok sebagai kelompok baik dan 3 kelompok sebagai kelompok hebat. Daftar kelompok dan peringkatnya secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 26 untuk pertemuan 1 dan 28 untuk pertemuan Deskripsi Data Hasil Observasi Proses Pembelajaran Selain dengan teknik tes, data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini juga menggunakan teknik non tes, yaitu melalui observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan performansi guru. Observasi terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan oleh guru dengan dibantu oleh guru mitra. Sementara observasi terhadap performansi guru dilakukan sepenuhnya oleh guru mitra Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Data hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama siklus I meliputi kehadiran siswa dan keterlibatan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kehadiran siswa selama siklus I dirangkum mulai dari pertemuan 1 sampai 3 selama berlangsungnya pelaksanaan tindakan siklus I. Pada pertemuan 1 besarnya persentase kehadiran siswa mencapai 97,22%, pada pertemuan 2 mencapai 91,67% dan pada pertemuan 3 mencapai 94,44%, sehingga didapatkan rata-rata

76 59 kehadiran siswa selama siklus I sebesar 94,44%. Hal ini berarti bahwa kehadiran siswa selama siklus I telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan, yaitu kehadiran siswa minimal 90%. Daftar hadir siswa selengkapnya ada pada lampiran 3. Data hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa lainnya berkaitan dengan keterlibatan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Data hasil observasi tersebut diperoleh dari observasi yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu guru kelas dan guru mitra. Keterlibatan guru mitra dalam kegiatan observasi ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang memiliki tingkat akurasi tinggi, karena selama proses pembelajaran, perhatian guru kelas tidak dapat sepenuhnya terfokus untuk menilai aktivitas belajar siswa. Berikut merupakan tabel data hasil observasi aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Tabel 4.2. Rangkuman Persentase Aktivitas Siswa Siklus I Persentase Aktivitas No. Aspek yang Diamati Belajar Siswa (%) Kriteria Pertemuan Ketercapaian 1 2 Siklus I 1. Kerjasama siswa dalam belajar (dalam 65,71 65,91 kelompok ahli ataupun kelompok asal). 65,81 Tinggi 2. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/tanggapan. 63,57 81,06 73,32 Tinggi 3. Ketekunan siswa dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab 63,57 77,27 70,42 Tinggi individu. 4. Keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerjanya 56,43 62,88 59,66 Tinggi dalam kelompok asal. Rata-rata Persentase Aktivitas Belajar Siswa 62,32 71,78 67,05 Tinggi

77 60 Berdasarkan tabel 4.2., dapat diketahui bahwa keempat aspek yang diamati di setiap pertemuannya mengalami peningkatan. Dari rata-rata persentase aktivitas belajar siswa 62,32% pada pertemuan I, meningkat menjadi 71,78% pada pertemuan II, sehingga didapatkan persentase aktivitas belajar siswa selama siklus I sebesar 67,05%. Besarnya persentase tersebut telah menunjukkan kriteria tinggi pada aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Namun, hal itu masih belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu 75% atau dengan kriteria sangat tinggi. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa selengkapnya ada pada lampiran 30 untuk siklus I pertemuan 1 dan lampiran 31 untuk siklus I pertemuan Data Hasil Observasi Performansi Guru Observasi kedua yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan siklus I yaitu observasi terhadap performansi guru. Berikut merupakan tabel rekap hasil observasi terhadap performansi guru selama siklus I. Tabel 4.3. Rangkuman Nilai Performansi Guru Siklus I Nilai Performansi Guru NO. APKG Pertemuan 1 Pertemuan 2 Skor Nilai Skor Nilai 1. Lembar Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 27 84, ,5 85,94 (APKG 1) 2. Lembar Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran 25 62, ,5 65 (APKG 2) 3. Lembar Penilaian Kompetensi Kepribadian dan Sosial (APKG 3) Rata-rata Nilai Siklus I Nilai Akhir Performansi Guru 73, ,38

78 61 Berdasarkan tabel 4.3., dapat diketahui bahwa dari dua pertemuan pada siklus I, hasil terendah diperoleh pada APKG 2, yaitu penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan nilai 62,5 pada pertemuan I dan 67,5 pada pertemuan II. Sementara hasil tertinggi diperoleh pada APKG 1, yaitu penilaian terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran dengan nilai 84,375 pada pertemuan I dan 87,5 pada pertemuan II. Hasil dari APKG 3 atau penilaian terhadap kompetensi kepribadian dan sosial guru memperoleh nilai tetap, yaitu 75, sehingga diperoleh nilai akhir performansi guru selama siklus I sebesar 75,38. Nilai tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu nilai akhir minimal 71. Data selengkapnya ada pada lampiran 32 untuk hasil observasi performansi guru siklus I pertemuan 1 dan lampiran 33 untuk hasil performansi guru siklus I pertemuan Refleksi Berdasarkan hasil tes dan non tes yang diperoleh, peneliti merasa belum maksimal dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Hal tersebut terjadi kerena adanya beberapa hambatan dalam pelaksanaan, baik dari pihak siswa maupun dari guru. Dari pihak siswa hambatan yang muncul yaitu kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hal tersebut karena siswa masih merasa asing dengan model pembelajaran yang digunakan. Salah satunya ditunjukkan pada saat siswa bekerja dalam kelompok. Siswa belum memahami apa tugasnya dalam kelompok,

79 62 yang mereka tahu dalam kelompok itu hanya ada satu siswa yang menjadi wakil kelompok dan biasanya siswa yang pandai, sehingga setiap anggota dalam kelompok kurang bertanggung jawab dengan tugas individu masing-masing. Selain itu, pada saat mempresentasikan tugasnya dalam kelompok, ada 16 siswa masih belum percaya diri dengan kemampuannya sendiri, mereka masih malu-malu dalam menyampaikan materi yang menjadi tugasnya. Sementara siswa yang lain juga kurang serius dalam memperhatikan temannya yang sedang presentasi, sehingga mereka kurang memahami materi yang disampaikan. Dengan demikian, aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh kurang maksimal. Adanya ketidaksesuaian keinginan guru dengan perilaku siswa dalam pembelajaran, mengharuskan guru mencari strategi baru untuk memunculkan kesesuaian di antara keduanya. Hal tersebut menjadikan waktu yang digunakan tidak sesuai rencana. Banyak waktu yang terbuang sia-sia, sehingga dirasa penerapan model pembelajaran ini kurang maksimal. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, perlu dilakukan perbaikan dalam tindakan siklus II, yang mencakup cara pengelompokkan siswa, pengaturan lokasi untuk masing-masing kelompok, dan sistem presentasi untuk setiap anggota kelompok asal Revisi Berdasarkan hasil refleksi di atas, perlu dilakukan revisi terhadap beberapa hal. Seperti bagaimana cara meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi, bagaimana cara memotivasi siswa supaya lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, berani bertanya dan mengemukakan pendapat, serta lebih percaya diri dalam mempresentasikan tugasnya. Selain itu, guru juga perlu menyiapkan

80 63 strategi-strategi tambahan guna menanggulangi masalah yang muncul dalam pembelajaran Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II Data hasil pelaksanaan tindakan siklus I seperti yang dipaparkan di atas, menunjukkan bahwa hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw masih kurang maksimal. Untuk itu peneliti melaksanakan tindakan lanjutan yang berupa pelaksanaan tindakan siklus II guna memperbaiki aktivitas dan hasil belajar siswa serta performansi guru pada siklus I. Adapun hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan siklus II yaitu sebagai berikut: Paparan Data Hasil Belajar Berikut merupakan tabel hasil tes formatif siswa pada siklus II. Tabel 4.4. Data Hasil Tes Formatif II Nilai Jumlah Siswa Jumlah Nilai Persentase Ketuntasan (%) Tuntas Belum Tuntas , , , , ,5 8, , , , , ,5 1 77,5 2, , , , ,5 8, , ,5 1 57,5 2, , ,5 1 47,5 2, ,5 1 42,5 2,94-1 Jumlah , Rata-rata 77,06 Persentase (%) 88,24 11,76

81 64 Rata-rata Nilai x = = = 77,,06 p x 100 % = x 100 % = 88,24 % Tabel 4.4., menunjukkan bahwa hasil tes formatiff siswa pada siklus II telah mencapai seluruh indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 77,06, sedangkan dalam indikator keberhasilan yang ditetapkan sebesar 64. Persentase tuntas belajar klasikal selama siklus III juga telah melebihi indikator keberhasilan, yaitu 88,24%. Artinya 30 siswa telah dinyatakan tuntas atau mendapatkann nilai 64 seperti yang ditunjukkan dengan diagram 4.2. berikut ini dan daftar nilai tes formatif II selengkapnya ada pada lampiran ,76% Tuntas Belum Tuntas 88,24% Diagram 4.2. Persentasee Tuntas Belajar Klasikal Siklus II Hasil tes formatif II tersebut merupakan gambaran hasil belajar siswa selama pelaksanaan siklus II. Sementara untuk setiap pertemuan pembelajaran

82 65 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil belajar siswa dapat diketahui dari hasil kuis, yaitu kuis 3 untuk pertemuan 1 dan kuis 4 untuk pertemuan 2. Dari hasil kuis 3 akan diketahui skor perkembangan siswa pada pertemuan 1 setelah dibandingkan dengan hasil kuis 2, sedangkan skor perkembangan pada pertemuan 2 diperoleh dengan membandingkan hasil kuis 4 dengan kuis 3. Skor perkembangan yang diperoleh setiap siswa dalam kelompoknya akan dirata-rata dan dijadikan dasar dalam pemberian piagam penghargaan. Pada pertemuan 1, piagam penghargaan diberikan kepada 4 kelompok dari 7 kelompok yang ada, yaitu dengan rincian 1 kelompok sebagai kelompok baik, 2 kelompok sebagai kelompok hebat, dan 1 kelompok sebagai kelompok super. Sementara pada pertemuan 2, dari 7 kelompok yang ada, hanya 4 kelompok yang mendapakan piagam penghargaan, yaitu 3 kelompok sebagai kelompok baik dan 2 kelompok sebagai kelompok hebat. Daftar kelompok dan peringkatnya secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 52 untuk pertemuan 1 dan 54 untuk pertemuan Deskripsi Data Hasil Observasi Proses Pembelajaran Seperti halnya pada siklus I, penelitian pada siklus II juga menggunakan teknik non tes dalam mengumpulkan data. Teknik non tes tersebut dikenakan pada aktivitas belajar siswa dan performansi guru melalui observasi Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Observasi terhadap aktivitas belajar siswa yang dilakukan pada siklus II juga sama seperti yang dilakukan pada siklus I, yaitu meliputi kehadiran dan keterlibatan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan

83 66 model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kehadiran siswa selama siklus II dirangkum mulai dari pertemuan 1 sampai 3 selama berlangsungnya pelaksanaan tindakan siklus II. Pada pertemuan 1 besarnya persentase kehadiran siswa mencapai 97,22%, pada pertemuan 2 mencapai 94,44% dan pada pertemuan 3 mencapai 94,44%, sehingga didapatkan rata-rata kehadiran siswa selama siklus II sebesar 95,37%. Hal ini berarti bahwa kehadiran siswa selama siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan, yaitu kehadiran siswa minimal 90%. Daftar hadir siswa selengkapnya ada pada lampiran 3. Keterlibatan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, juga termasuk objek observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama pelaksanaan siklus II. Berikut merupakan rangkuman hasil observasi aktivitas belajar siswa selama siklus II. Tabel 4.5. Rangkuman Persentase Aktivitas Siswa Siklus II No. Aspek yang diamati 1. Kerjasama siswa dalam belajar (dalam kelompok ahli ataupun kelompok asal). 2. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/tanggapan. 3. Ketekunan siswa dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab individu. 4. Keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerjanya dalam kelompok asal. Rata-rata Persentase Aktivitas Belajar Siswa Persentase aktivitas belajar siswa (%) Pertemuan Ketercapaian 1 2 Siklus II 79,29 85,29 82,29 82,14 86,76 84,45 82,14 86,03 84,09 77,86 81,62 79,74 80,36 84,93 82,65 Kriteria Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi

84 67 Berdasarkan tabel 4.5., dapat diketahui bahwa keempat aspek yang diamati dari seluruh rangkaian aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, di setiap pertemuannya mengalami peningkatan. Dari rata-rata persentase aktivitas belajar siswa 80,36% pada pertemuan I, meningkat menjadi 84,93% pada pertemuan II, sehingga didapatkan persentase aktivitas belajar siswa selama siklus II sebesar 82,65% atau dengan kriteria sangat tinggi. Persentase tersebut telah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu 75%. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa selengkapnya ada pada lampiran 56 untuk siklus II pertemuan 1 dan lampiran 57 untuk siklus II pertemuan Data Hasil Observasi Performansi Guru Observasi yang kedua yaitu observasi terhadap performansi guru. Berikut merupakan rangkuman hasil observasi terhadap performansi guru selama siklus II. Tabel 4.6. Rangkuman Nilai Performansi Guru Siklus II Performansi Guru NO. APKG Pertemuan 1 Pertemuan 2 Skor Nilai Skor Nilai 1. Lembar Penilaian Rencana Perencanaan Pembelajaran (APKG 1) 2. Lembar Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran (APKG 2) 3. Lembar Penilaian Kompetensi Kepribadian dan Sosial (APKG 3) Rata-rata Nilai Siklus II 28 87, ,625 89, Nilai Akhir Performansi Guru 83 84,25 83,63 Berdasarkan tabel 4.6., dapat diketahui bahwa dari dua pertemuan pada siklus II, hasil tertinggi diperoleh pada APKG 1, yaitu penilaian terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran dengan nilai 87,5 pada pertemuan I dan 90,625 pada

85 68 pertemuan II. Sementara hasil dari APKG 2 dan 3 memperoleh nilai yang sama dan tetap, yaitu 80, sehingga didapatkan nilai akhir performansi guru pada siklus II sebesar 83,63. Nilai tersebut sudah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan untuk nilai performansi guru yaitu sebesar 71. Data selengkapnya ada pada lampiran 58 untuk hasil observasi performansi guru siklus I pertemuan 1 dan lampiran 59 untuk hasil performansi siklus I pertemuan Refleksi siklus II. Tabel berikut merupakan perbandingan hasil pembelajaran siklus I dan Tabel 4.7. Data Analisis Hasil Penelitian Tindakan Kelas No. Aspek Analisis Siklus I Siklus II Rata-rata Nilai 70,88 77,06 1. Hasil Tes Formatif Persentase Tuntas Belajar Klasikal (%) 64,71 88,24 2. Aktivitas Belajar Siswa (%) 67,05 82,65 3. Performansi Guru 75,38 83,63 Berdasarkan tabel 4.7., dapat diketahui bahwa hasil pembelajaran pada siklus II untuk setiap aspek penilaiannya mengalami peningkatan. Persentase tuntas belajar klasikal, dari 64,71% dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 70,88 pada siklus I, meningkat menjadi 88,24% dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 77,06 pada siklus II. Aktivitas belajar siswa dari 67,05% pada siklus I, meningkat menjadi 82,65% pada siklus II. Sementara performansi guru dari 75,38 pada siklus I, meningkat menjadi 83,63 pada siklus II. Paparan hasil pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran IPS pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dengan menerapkan

86 69 model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw telah berhasil mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dinyatakan berhasil, karena baik guru maupun siswa telah terbiasa dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, walaupun hasil yang diperoleh tidak 100% berhasil. Hal tersebut karena siswa yang masih memperoleh nilai kurang, pada dasarnya mempunyai kemampuan yang rendah. Berikut merupakan diagram peningkatann hasil penelitian tindakan kelas Rata-rata Nilai Tuntas Belajar Klasikal (%) Aktivitas Belajar siswa (%) Performansi Guru Siklus I Siklus II Diagram 4.3. Peningkatan Hasil Penelitian Revisi Berdasarkan hasil analisis data pelaksanaan tindakan sikluss II, dapat diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dikatakan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta performansi guru. Hambatan-hambatann yang ada dapat dikurangi, sehingga pelaksanaan penelitian tindakann kelas di kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

87 Pembahasan Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada dua hal, yaitu hasil tes dan non tes yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan II. Hasil tes yang akan dibahas yaitu hasil tes formatif I untuk siklus I dan hasil tes formatif II untuk siklus II. Sementara untuk pembahasan hasil non tes meliputi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan performansi guru pada silkus I dan II. Pembahasan hasil penelitian dilaksanakan dengan melaporkan pemaknaan temuan penelitian dan implikasi hasil penelitian sebagai berikut: Pemaknaan Temuan Penelitian Penelitian yang telah dilaksanakan memperoleh hasil penelitian yang mencakup data hasil belajar siswa, data hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa, dan data hasil observasi terhadap performansi guru. Pemaknaan ketiga hasil penelitian tersebut yaitu sebagai berikut: Hasil Belajar Hasil belajar siswa selama dilaksanakannya penelitian, diperoleh melalui pemberian tes formatif. Pada tes formatif I atau tes formatif yang dilaksanakan pada siklus I, rata-rata nilai yang diperoleh telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 70,88. Namun, hasil belajar tersebut belum dapat dikatakan sempurna memenuhi indikator keberhasilan. Hal ini dikarenakan persentase tuntas belajar klasikal yang diperoleh baru mencapai 64,71%, sementara pada indikator keberhasilan diharuskan bahwa persentase tuntas belajar klasikal sekurang-kurangnya 75%. Kurang berhasilnya pembelajaran pada siklus I, disebabkan karena penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw baru

88 71 pertama kali diterapkan, sehingga siswa masih merasa asing dengan pelaksanaan pembelajarannya. Pemahaman siswa terhadap materi menjadi kurang maksimal. Hal tersebut dikarenakan perhatian siswa lebih terfokus pada penyesuaian terhadap proses pembelajaran, sehingga materi yang diberikan menjadi terabaikan. Padaa siklus II, hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan. Peningkatann tersebut seperti yang ditunjukkan oleh diagram 4.4. berikut ini. Rata-rata Nilai Tuntas Belajar Klasikal (%) Siklus I Siklus II Diagram 4.4. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan diagram 4.4., peningkatan terjadi pada seluruh aspek penilaian hasil belajar. Rata-rata nilai meningkat sebesar 6,18, dari 70,88 pada siklus I, menjadi 77,06 pada siklus II. Sementara persentase tuntas belajar siswa meningkat 23,53 %, yaitu dari 64,71 % pada siklus I, menjadi 88,24 % pada siklus II. Keberhasilan pembelajaran pada siklus II menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi juga meningkat seiring dengan dilakukannya perbaikan selama pelaksanaan tindakan siklus II, sehingga dapat diartikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan.

89 72 Keterlibatan siswa dalam pemerolehan informasi menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa, sehingga siswa lebih memahami apa yang sedang dipelajari. Sebagaimana yang dikemukaan oleh Trianto (2009: 56), bahwa dengan pembelajaran kooperatif yang bernaung dalam teori konstruktivis, siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit, jika mereka saling berdiskusi dengan temannya, atau dengan kata lain siswa ikut terlibat dalam pemerolehan materi belajarnya Aktivitas Belajar Siswa Observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama pelaksanaan penelitian meliputi dua hal, yaitu kehadiran siswa dan keterlibatan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kehadiran siswa selama penelitian berlangsung menjadi salah satu aspek yang dinilai dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Besarnya persentase kehadiran siswa untuk setiap siklusnya direkap dari setiap pertemuan dalam satu siklus. Pada siklus I, didapatkan persentase kehadiran siswa dari pertemuan ke-1 sampai ke-3 sebesar 94,44%. Sementara pada siklus II persentase kehadiran siswa dari pertemuan ke-1 sampai ke-3 sebesar 95,37%. Hal ini menandakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat memotivasi siswa untuk rajin berangkat ke sekolah. Tahapan pembelajaran yang tidak monoton menjadikan siswa lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran dan mengurangi rasa malas untuk berangkat ke sekolah. Sementara berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama pelaksanaan tindakan penelitian, diperoleh persentase sebesar 67,05% atau

90 73 dengan kriteria tinggi pada siklus I. Meskipun telah memperoleh kriteria tinggi, besarnya persentase aktivitas belajar siswa tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu 75% atau dengan kriteria sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi siswa selama mengikuti proses pembelajaran, masih kurang. Siswa masih merasa asing dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan masih terbawa dengan situasi pembelajaran yang lama, yaitu dengan menggunakan metode ceramah, sehingga siswa masih merasa canggung dalam mengikuti proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw, seperti kerjasama antarsiswa masih rendah, siswa masih malu dan enggan dalam berpendapat, serta siswa kurang percaya diri dalam melakukan presentasi dalam kelompoknya. Sementara pada siklus II diperoleh persentase aktivitas belajar siswa sebesar 82,65% dengan kriteria sangat tinggi. Persentase tersebut telah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu 75%. Meningkatnya persentase aktivitas belajar siswa pada siklus II ditunjukkan dengan meningkatnya keterlibatan siswa selama proses pembelajaran. Siswa sudah tidak pilih-pilih dalam berkelompok, keberanian siswa dalam berpendapat atau menanggapi pernyataan teman semakin tampak, serta rasa percaya diri siswa dalam mempresentasikan hasil diskusinya semakin tinggi, yang dibuktikan dengan semakin lantang dan tegasnya siswa dalam melakukan presentasi. Peningkatan aktivitas siswa tersebut sesuai dengan pernyataan Stahl, bahwa dengan belajar kooperatif, bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik itu keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk mengemukakan

91 74 pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku menyimpang dalam kehidupan kelas (Isjoni 2010: 23). Peningkatan aktivitas belajar siswa selama pelaksanaan penelitian dapat ditunjukkan seperti diagram 4.5. berikut ini: % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% Kerjasama siswa dalam belajar (dalam kelompok ahli ataupun kelompok asal) Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/tanggapan Ketekunan siswa dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab individu Siklus I (67,05%) Siklus II (82,65%) Keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerjanya dalam kelompokk asal Diagram 4.5. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Performansi Guru Selama pelaksanaan pembelajaran, guru mitra melakukan observasi terhadap performansi guru. Berdasarkan hasil observasi tersebut diperoleh nilai sebesar 75,38 pada pelaksanaan tindakan sikluss I. Nilai tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan untuk nilai performansi guru yaitu sebesar 71. Namun, dalam melakukan pengelolaan kelas guru masih belum maksimal. Perhatian guru masih belum menjangkau seluruh siswa, guru juga kurang maksimal dalam memotivasi siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran, kurang efisien dalam menggunakan waktu, serta guru masih kurang jelas dalam memberi penjelasan tentang tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, sehingga masih perlu dilakukan perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan tindakan siklus II guna memperoleh hasil yang maksimal.

92 75 Padaa siklus II, hasil observasi terhadap performansi guru meningkat menjadi 83, 63. Perolehan tersebut menandakann bahwa guru semakin meningkat dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Seluruh perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus I telah guru lakukan, sehingga proses pembelajaran berlangsung lebih tertib dan lancar sesuai dengan RPP yang telah dirancang. Peningkatan nilaii performansi guru dari siklus I dan II dapat dilihat dalam diagram 4.6. berikut ini: APKG 1 APKG 2 APKG 3 Siklus I (75,38) Siklus II (83,63) Diagram 4.6. Peningkatan Performansi Guru Implikasi Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh selamaa pelaksanaann tindakan siklus I dan II, menunjukkan bahwaa penerapann model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang mempunyai implikasi terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta terhadap peningkatan performansi guru. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw termasuk model pembelajaran yang efektiff digunakan dalam pembelajaran IPS seperti pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Melalui jigsaw, pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa, baik dalam meningkatkan hasil maupun aktivitas

93 76 belajarnya. Kebermaknaan itu dapat terjadi, karena siswa dilibatkan langsung dalam pemerolehan materi ajar, sehingga pemahaman siswa terhadap materi menjadi lebih dalam yang dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran juga meningkat, yang ditunjukkan dengan semakin aktifnya siswa dalam kelas. Siswa menjadi berani dalam mengemukakan pendapatnya, menanggapi pendapat temannya, juga siswa mulai memiliki kepercayaan diri untuk menyampaikan atau mempresentasikan materi di hadapan teman sekelompoknya. Kegiatan-kegiatan siswa secara berkelompok ini dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan sosial sejak dini. Siswa menjadi terbiasa bekerjasama dalam kelompok, mau menerima saran dan masukan dari orang lain, dan kemampuan berkomunikasi siswa semakin terasah dengan adanya presentasi dalam kelompok asal. Dari aspek guru, jigsaw juga dapat meningkatkan performansi guru selama pelaksanaan pembelajaran. Guru menjadi lebih matang dalam merancang RPP serta guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi, tidak monoton dengan ceramah. Namun, pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini memerlukan guru yang kreatif, yang mampu melakukan seluruh rangkaian tahapan dengan tepat dan tertib. Oleh karena itu, dibutuhkan usaha keras guru untuk mempelajari teori tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw secara mendalam, sehingga memperoleh pemahaman yang benar yang nantinya dapat sesuai dalam penerapannya. Selain itu, juga diperlukan guru yang dapat membangkitkan semangat siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran, sehingga siswa akan selalu termotivasi

94 77 untuk aktif dalam melaksanakan seluruh tahapan jigsaw. Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membutuhkan banyak waktu. Hal ini mengharuskan guru untuk dapat mengatur penggunaan waktu seefisien mungkin, sehingga seluruh tahapan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Pengelolaan kelas juga tidak luput dari perhatian. Sarana dan prasarana yang memadai sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta performansi guru pada pembelajaran IPS dengan materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di kelas V ini juga dapat diterapkan dalam pembelajaran mata pelajaran, materi pelajaran, dan kelas lain, dengan tetap memperhatikan karakteristik materi, kondisi siswa, sarana dan prasarana, serta kondisi sekolah.

95 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan melalui PTK tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang, maka diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Pembelajaran IPS pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang telah dilaksanakan di kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dari kegiatan pembelajaran tersebut terjadi peningkatan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II. Persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 67,05% dengan kriteria tinggi menjadi 82,65% dengan kriteria sangat tinggi pada siklus II. (2) Pembelajaran IPS pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang telah dilaksanakan di kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari kegiatan pembelajaran tersebut terjadi peningkatan persentase tuntas belajar klasikal dan rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II. Persentase tuntas belajar klasikal 64,71% dengan rata-rata 78

96 79 nilai hasil belajar siswa 70,88 pada siklus I, menjadi 88,24% dengan ratarata nilai hasil belajar siswa 77,06 pada siklus II. (3) Selain dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, performansi guru dalam pembelajaran IPS pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan pada siswa kelas V SD Negeri 04 Bulu Pemalang juga meningkat yaitu dari 75,38 pada pelaksanaan tindakan siklus I, menjadi 83,63 pada pelaksanaan tindakan siklus II. 5.2 Saran Saran yang dapat peneliti berikan berkaitan dengan penelitian tindakan kelas ini yaitu sebagai berikut: (1) Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw perlu disosialisasikan agar lebih sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta performansi guru. (2) Media pembelajaran yang digunakan sebaiknya lebih bervariasi, sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan guru. (3) Pengelolaan kelas sebaiknya disesuaikan dengan alokasi waktu serta sarana dan prasarana yang tersedia, agar seluruh rangkaian proses pembelajaran berjalan dengan tertib dan lancar. (4) Guru dapat melakukan variasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan metode lainnya, sehingga diperoleh metode yang lebih sesuai dengan karakteristik materi pokok dan kondisi siswa.

97 80 Lampiran 1 PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA UNIT PENGELOLA PENDIDIKAN KECAMATAN PETARUKAN SD NEGERI 04 BULU DAFTAR SISWA KELAS V TAHUN AJARAN 2010/2011 BESERTA REKAP NILAI IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN NOMOR JENIS NAMA SISWA URUT INDUK KELAMIN NILAI TRIMO SUBUR L NETIK EVA HARINI P ADI SETIAWAN L AFIK SETIAWAN L AJI SANTOSO L CASWATI P DESI ANISA PUTRI P MUSTOFAH L MUHAMAD MUSTOFA L SLAMET RAHAYU P WAHYUDI L YUDHA YULI RIDWANTO L AVIO RIESKA BERTI P ALI SUBECHI L ARDI HAMDANI L CUSMIASIH P GALIH RAIHAN L GION MUKTO ARIP L IIN SELVIANA P KRISMANTO L LELI VARA APRILIANI P MUHAMAD MOHAN L NIKEN SEPTIYANI P RAMAYANI P TOMI L VIKA OKTAVIA P WINARKO L MUHAMAD RIDWAN L KEVIN DERMAWAN L ARIF PRAYOGA L SELI OKTA PIANI P WIJAYANTI P DIMAS AJIE PRATAMA L CANDRA TIARA DEVI P DIKI KAVALERI L 42

98 81 Lampiran 2 PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA UNIT PENGELOLA PENDIDIKAN KECAMATAN PETARUKAN SD NEGERI 04 BULU DAFTAR SISWA KELAS V TAHUN AJARAN 2011/2012 NOMOR JENIS NAMA SISWA URUT INDUK KELAMIN AHMAD TAUFIK L DIAN KHOLIFAH P IKA MAYANG SARI P RIZKI MULIA RANI P SAEFUL ANAM L ARY WIBOWO L ANANG NAHUMA RURI L ATIF SAIFUL L ALI MUSTOFA L APRIYANTO SETYO YUDI L AGUNG SETIAWAN L CAHYO PUTRA L DWI TRIYANA P DEWI TRIYANI P DONI ROMADHON L FADLI RAHMAN L FADIA TYORA YULI ETA P FERNANDA GERI R. L IHZA ADITYA L KURNIA DEWI LESTARI P MOH. NUR ALMAJID L MAULANA SUBCHI L MOH. KHAERI L MENIK MULANDARI P NENENG NUR KHOLIDAH P RIA APRILIANI P RIZAL TOBAGUS L RIZKIANTO L SLAMET DIKTA DIANTO L SYAHRUL SETYOAJI L SELVIANINGSIH P SETYO HUTOMO L TAUFIK IBNU AMAR L YUNI RAHMA YANTI P YUDA PRATAMA AJI L NOVIA ASHARI P

99 Lampiran 3 82

100 83

101 84 Lampiran 4 LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW Petunjuk Bubuhkan tanda centang ( ) pada kotak 1, 2, 3, atau 4 sesuai dengan deskriptor yang tampak! NO NAMA SISWA 1 AHMAD TAUFIK 2 DIAN KHOLIFAH 3 IKA MAYANG SARI 4 RIZKI MULIA RANI 5 SAEFUL ANAM 6 ARY WIBOWO 7 ANANG NAHUMA RURI 8 ATIF SAIFUL 9 ALI MUSTOFA 10 APRIYANTO SETYO YUDI 11 AGUNG SETIAWAN 12 CAHYO PUTRA 13 DWI TRIYANA 14 DEWI TRIYANI 15 DONI ROMADHON 16 FADLI RAHMAN 17 FADIA TYORA YULI ETA 18 FERNANDA GERI R. 19 IHZA ADITYA 20 KURNIA DEWI LESTARI 21 MOH. NUR ALMAJID 22 MAULANA SUBCHI 23 MOH. KHAERI 24 MENIK MULANDARI 25 NENENG NUR KHOLIDAH 26 RIA APRILIANI 27 RIZAL TOBAGUS 28 RIZKIANTO 29 SLAMET DIKTA DIANTO 30 SYAHRUL SETYOAJI 31 SELVIANINGSIH 32 SETYO HUTOMO 33 TAUFIK IBNU AMAR 34 YUNI RAHMA YANTI 35 YUDA PRATAMA AJI 36 NOVIA ASHARI JUMLAH RATA-RATA PERSENTASE (%) KRITERIA Keterangan: A B C D ASPEK YANG DINILAI A B C D : Kerjasama siswa dalam belajar (dalam kelompok ahli ataupun kelompok asal). : Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/tanggapan. : Ketekunan siswa dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab individu. : Keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerjanya dalam kelompok asal. Pemalang, April 2012 Skor SAS (Nilai)

102 85...

103 86 Lampiran 5 DESKRIPTOR PEDOMAN PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW 1. Kerjasama siswa dalam belajar (dalam kelompok ahli ataupun kelompok asal). Untuk menilai butir ini, perhatikan deskriptor berikut: a. Tidak membedakan teman. b. Berdiskusi mencari solusi untuk menyelesaikan tugas. c. Saling menerima dan memberi pendapat dalam kelompok. d. Mengutamakan kepentingan kelompok. Skor Penilaian Keterangan 1 Satu deskriptor tampak 2 Dua deskriptor tampak 3 Tiga deskriptor tampak 4 Empat deskriptor tampak 2. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/tanggapan. Untuk menilai butir ini, perhatikan deskriptor berikut: a. Siswa mengemukakan pendapat untuk memecahkan masalah. b. Siswa mengemukakan pendapat/tanggapan logis. c. Siswa mengemukakan tanggapan tentang pendapat teman dalam kelompok. d. Siswa mengemukakan pendapat tanpa ditunjuk guru/teman. Skor Penilaian Keterangan 1 Satu deskriptor tampak 2 Dua deskriptor tampak 3 Tiga deskriptor tampak 4 Empat deskriptor tampak

104 87 3. Ketekunan siswa dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab individu. Untuk menilai butir ini, perhatikan deskriptor berikut: a. Siswa mencermati soal/tugas yang diberikan guru. b. Siswa dapat mengerjakan soal dengan tepat dan benar. c. Siswa tidak banyak berbicara tentang hal, selain tugas yang diberikan guru. d. Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu. Skor Penilaian Keterangan 1 Satu deskriptor tampak 2 Dua deskriptor tampak 3 Tiga deskriptor tampak 4 Empat deskriptor tampak 4. Keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerjanya dalam kelompok asal. Untuk menilai butir ini, perhatikan deskriptor berikut: a. Mempresentasikan hasil kerja dengan kesadaran sendiri (tanpa ditunjuk guru/teman). b. Menjelaskan presentasi hasil kerjanya secara sistematis. c. Mempresentasikan hasil kerja dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. d. Mempresentasikan hasil kerja dengan suara yang lantang (dapat didengar semua teman dalam kelompoknya). Skor Penilaian Keterangan 1 Satu deskriptor tampak 2 Dua deskriptor tampak 3 Tiga deskriptor tampak 4 Empat deskriptor tampak

105 88 Lampiran 6 LEMBAR PENGAMATAN PERFORMANSI GURU A. Identitas Guru yang Dinilai 1. Nama : 2. NIM : 3. Tempat Mengajar : 4. Kelas : 5. Alokasi Waktu : 6. Tanggal : Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) 1 Lembar Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) B. Petunjuk Penggunaan Bubuhkan tanda centang ( ) pada kolom tanda cek ( ) jika deskriptor yang disediakan tampak dengan kriteria sebagai berikut: Jumah deskriptor yang tampak Satu Dua Tiga Empat Skor No. Aspek yang Diamati 1. Indikator pembelajaran Deskriptor Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, satuan pendidikan, dan potensi daerah. Tanda Cek ( ) Skor 2. Tujuan pembelajaran Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur/diobservasi. Berisi kompetensi yang operasional yang dapat dicapai

106 89 No. Aspek yang Diamati Deskriptor Dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari KD Minimal memuat komponen siswa, kata kerja operasional, kondisi, dan materi. Berurutan secara logis dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak, dan dari yang ingatan hingga kreasi. 3. Materi ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan. Ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Sesuai dengan perkembangan IPTEK. 4. Alokasi waktu Mencantumkan alokasi waktu secara keseluruhan. Mencantumkan waktu untuk setiap kegiatan awal, inti, dan akhir. Alokasi waktu untuk kegiatan inti lebih dari jumlah waktu kegiatan awal dan akhir. Alokasi waktu sesuai dengan materi. 5. Metode pembelajaran 6. Kegiatan pembelajaran Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai kompetensi dasar. Mengunakan multimetode. Dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang. Memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Memuat kegiatan awal, inti, dan kegiatan akhir, dan dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Tanda Cek ( ) Skor

107 90 No. Aspek yang Diamati Deskriptor 7. Penilaian Sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Memuat teknik tes dan non tes. Mengarah ke berpikir tingkat tinggi. Instrumen penilaian disertai kunci jawaban dan kriteria penilaian. 8. Sumber belajar/media Penentuan sumber belajar/media didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penentuan sumber belajar/media didasarkan pada materi ajar dan kegiatan pembelajaran. Penentuan sumber belajar/media didasarkan pada indikator pencapaian kompetensi. Penentuan sumber belajar/media sesuai dengan lingkungan siswa (misal: referensi tertulis, lingkungan, narasumber, TV, dll.) SKOR TOTAL Tanda Cek ( ) Komentar: Usul Perbaikan dan Pengembangan RPP: Pemalang, April 2012 Skor...

108 91 A. Identitas Guru yang Dinilai 1. Nama : 2. NIM : 3. Tempat Mengajar : 4. Kelas : 5. Alokasi Waktu : 6. Tanggal : Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) 2 Lembar Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran B. Petunjuk Penggunaan Bubuhkan tanda centang ( ) pada kolom tanda cek ( ) jika deskriptor yang disediakan tampak dengan kriteria sebagai berikut: Jumah deskriptor yang tampak Satu Dua Tiga Empat Skor No. Aspek yang Diamati 1. Kegiatan pendahuluan Dalam kegiatan pendahulun, guru: 2. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Deskriptor Memotivasi siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. Melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang dan belajar dari aneka sumber. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarsiswa serta antara siswa dan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Tanda Cek ( ) Skor

109 92 No. Aspek yang Diamati Deskriptor Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan memfasilitasi siswa melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. 3. Elaborasi 1 Membiasakan siswa membaca dan Dalam kegiatan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yang bermakna. elaborasi 1, guru: Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. 4. Elaborasi 2 Memfasilitasi siswa berkompetensi secara Dalam kegiatan elaborasi 2, guru: 5. Konfirmasi 1 Dalam kegiatan konfirmasi 1, guru: 6. Konfirmasi 2 Dalam kegiatan konfirmasi 2, guru: sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. Memfasilitasi siswa membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok. Memfasilitasi siswa untuk menyajikan, hasil kerja individual maupun kelompok. Memfasilitasi siswa melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan. Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri siswa. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa. Memberikaan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber. Memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan. Memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna. Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator, membantu menyelesaikan masalah. Memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi. Tanda Cek ( ) Skor

110 93 No. Aspek yang Diamati 7. Kemampuan mengelola kelas 8. Ketepatan antara waktu dan materi pelajaran Deskriptor Memberi informasi pada siswa untuk bereksplorasi lebih jauh. Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. Pembelajaran dimulai dan diakhiri sesuai dengan rencana. Menciptakan iklim kelas yang kondusif. Tidak terjadi penundaan kegiatan selama pembelajaran. Tidak terjadi penyimpangan selama pembelajaran. Dimulai sesuai dengan rencana. Waktu digunakan dengan cermat. Tidak terburu-buru/diperlambat. Diakhiri dengan rencana. Dari konkret ke abstrak. Materi berkaitan dengan materi lain Bermuara pada simpulan Dari hal yang telah diketahui siswa (ZPD=Zone Proximal Development). 9. Menyampaikan materi sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa 10. Kegiatan Penutup Bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran. Dalam kegiatan penutup, guru: Melakukan penilaian/refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa, menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. SKOR TOTAL Tanda Cek ( ) Komentar: Usul Perbaikan Pelaksanaan Proses Pembelajaran: Pemalang, April 2012 Skor...

111 94 Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) 3 Lembar Penilaian Kompetensi Kepribadian dan Sosial A. Identitas Guru yang Dinilai 1. Nama : 2. NIM : 3. Tempat Mengajar : 4. Kelas : 5. Alokasi Waktu : 6. Tanggal : B. Petunjuk Penggunaan Bubuhkan tanda centang ( ) pada kolom tanda cek ( ) jika deskriptor yang disediakan tampak dengan kriteria sebagai berikut: Jumah deskriptor yang tampak Satu Dua Tiga Empat Skor No. Aspek yang Diamati 1. Ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Deskriptor Meyakini ajaran agama yang paling benar dan tidak meremehkan ajaran agama lain. Meyakini bahwa hidup di dunia diikuti kehidupan abadi di akhirat. Meyakini bahwa kualitas hidup di dunia menentukan kualitas hidup di akhirat. Meyakini bahwa hidup di dunia adalah kesempatan membawa modal di akhiratnya. 2. Tanggung jawab Peduli terhadap kesejahteraan diri sendiri dan keluarga. Peduli terhadap kesejahteraan siswa dan keluarganya. Peduli terhadap kesejahteraan teman kerjanya. Peduli terhadap keberlangsungan tempat kerjanya dan sekolah lain. 3. Kejujuran Mengakui adanya kebenaran. Memberikan informasi yang benar. Tanda Cek ( ) Skor

112 95 No. Aspek yang Diamati Deskriptor Melaksanakan kebenaran meskipun ia tidak setuju/ia dirugikan. Menghargai orang yang jujur. 4. Kedisiplinan Patuh pada peraturan yang dibuat atasan. Patuh pada peraturan yang ia buat sendiri. Menghargai orang yang disiplin. Mendorong orang yang tidak disiplin agar menjadi disiplin. 5. Keteladanan Memiliki perilaku yang baik. Dapat menjadi teladan bagi orang lain. Selalu memperbaiki kualitas perilakunya. Peduli pada orang lain. 6. Etos kerja Berprinsip bekerja adalah ibadah. Berprinsip bekerja adalah seni. Berprinsip bekerja adalah anugerah/rakhmat. Berprinsip bekerja adalah pelayanan. 7. Inovasi dan kreativitas 8. Kemampuan menerima kritik dan saran 9. Kemampun berkomunikasi 10. Kemampuan bekerjasama Meyakini bahwa orang yang inovatif dan kreatif pada akhirnya lebih diuntungkan. Menghargai tinggi orang yang inovatif dan kreatif. Tidak puas dengan hal yang ada. Selalu mencoba hal yang baru. Selalu melakukan koreksi diri (self assessment). Menyukai diskusi. Menghargai kritik dan saran dari orang lain. Tidak merasa dirinya selalu benar. Dapat berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Dapat berkomunikasi secara tertulis dengan orang lain. Dapat memahami bahasa tubuh orang lain. Dapat mengatakan sesuatu dengan bahasa tubuh. Dapat dipimpin orang lain. Dapat memimpin orang lain. Dapat menerima pekerjaan yang baik meskipun berasal dari orang yang tidak segolongan dengan dirinya. Dapat menerima pekerjaan yang buruk meskipun berasal dari orang yang segolongan dengan dirinya. SKOR TOTAL Tanda Cek ( ) Skor

113 96 Komentar: Usul Perbaikan Kompetensi Kepribadian dan Sosial: Pemalang, April Untuk Persyaratan Lulus: APKG 1 (N1) skor terendah 23. APKG 2 (N2) skor terendah 28,4. APKG 3 (N3) skor terendah 28,4. Nilai akhir minimal 71 Penentuan nilai akhir: Skor APKG 1, 2, dan 3 ditransfer ke nilai terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke rumus berukut: KONVERSI SKOR 1. APKG 1 SKOR NILAI SKOR NILAI , , ,25 3 9, , , ,5 5 15, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , APKG 2 dan APKG 3 SKOR NILAI SKOR NILAI 1 2, , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

114 97 Lampiran 7 Mata Pelajaran Kelas/ Semester Standar Kompetensi KOMPETENSI DASAR 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan SILABUS SEKOLAH DASAR NEGERI 04 BULU PEMALANG : Ilmu Pengetahuan Sosial : V (Lima)/2 (Dua) : 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia MATERI POKOK/ PEMBELAJARAN Perjuangan parapejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang Masa Persiapan Kemerdekaan KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Membuat laporan mengenai tokoh-tokoh pejuang nasional yang ada di propinsi setempat. 2. Melakukan diskusi tentang peristiwa dan peranan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam mempersatukan Indonesia. 3. Membuatulisan menngenai peranan masing-masing tokoh penting dalam peristiwa Sumpah pemuda. 1. Melakukan diskusi mengenai perlunya perumusan dasar negara. 2. mengidentifikasi beberapa tokoh yang berperan dalam usaha mempersiapkan INDIKATOR 1. Membuat laporan mengenai tokoh-tokoh pejuang nasional yang ada di propinsi setempat. 2. Menceritakan peristiwa Sumpah Pemuda. 3. Menceritakan peranan masing-masing tokoh dalam peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober Menceritakan peranan Sumpah Pemuda 28 oktober 1928 dalam mempersatukan Indonesia. 1. Menjelaskan beberapa usaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan. 2. Menjelaskan perlunya perumusan dasar negara PENILAIAN ALOKASI WAKTU 1. Tes 9 JP x 35 Tertulis menit 2. Lisan 3. Perbuatan 4. Produk 1. Tes Tertulis 2. Lisan 3. Produk 4. Portofolio 14 JP x 35 menit SUMBER BELAJAR 1. Atlas Indonesia 2. Gambargambar tokoh yang sesuai

115 98 KOMPETENSI DASAR Indonesia 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memmproklamasik an kemerdekaan MATERI POKOK/ PEMBELAJARAN Peistiwa Sekitar Proklamasi KEGIATAN PEMBELAJARAN kemerdekaan. 3. Menuliskan bagaimana cara menghargai jasa para pahlawan dengan dilanjutkan presentasi. 1. Membaca dan merenugkan isi teks Proklamasi. 2. Tanya jawabtentang peristiwa sekitar Proklamasi. 3. Diskusi kelompok tentang peristiwa Rengasdengklok dan proses penyusunan teks Proklamasi. 4. Membuat tahapan peristiwa menjelang proklamasi dalam bentuk garis waktu. 5. Menjelaskan peranan tokoh yang terlibat dalam peristiwa Proklamasi. 6. Secara berkelompok mencatat peran salah satu tokoh dalam peristiwa sekitar Proklamasi. INDIKATOR sebelum kemerdekaan. 3. Mengidentifikasi peranan beberapa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan. 4. Mennunjukkan sikap menghargai jasa para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan. 1. Menceritakan peristiwaperistiwa penting yang terjadi di sekitar Proklamasi (Peristiwa Rengasdengklok dan penyusunan teks Proklamasi, detik-detik Proklamasi Kemerdekaan). 2. Membuat garis waktu tentang tahapan peristiwa menjelang Proklamasi. 3. Membuat riwayat singkat/ ringkasan tentang tokohtokoh penting dalam peristiwa Proklamasi, misalnya: Soekarno, Moh. Hatta, A. Sobardjo, Fatmawati. 4. Memberikan contoh cara menghargai jasa tokoh- PENILAIAN ALOKASI WAKTU 1. Tes Tertulis 2. Lisan 3. Produk 4. Portofolio 14 JP x 35 menit SUMBER BELAJAR 3. Buku IPS kelas V 4. Buku referensi lain yang sesuai 1. Atlas Indonesia 2. Gambargambar tokoh yang sesuai 3. Buku IPS kelas V 4. Buku referensi lain yang sesuai 5. Album pahlawan 6. Nara sumber (orang tua/ tokoh/ masyarakat)

116 99 KOMPETENSI DASAR 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan MATERI POKOK/ PEMBELAJARAN Perjuangan mempertahankan kemerdekaan KEGIATAN PEMBELAJARAN 7. Membiasakan nilai-nilai kepahlawanan dalam perilaku sehari-hari. 8. Membuat biografi seorang tokoh yang terlibatdalam peristiwa Proklamasi. 9. Berbincang dengan nara sumber tentang cara menghargai jasa tokohtokoh kemerdekaan, kemudian membuat laporannya. 1. Menyanyikan bersama lagu Maju Tak Gentar. 2. Berdiskusi tentang peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. 3. Mencari informasi tentang penyebab meletusnya pertempuran di Surabaya. 4. Mencatat seccara kronologis peristiwa pertempuran Ambarawa dan Medan Area. 5. Melakukan penelitian dengan cara wawanara atau studi pustaka untuk mencari data tentang peristiwa- INDIKATOR tokoh kemerdekaan. 1. Menceritakan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. 2. Menceritakan peristiwa pertempuran Ambarawa, Medan Area, dan Bandung Lautan Api. 3. Menceritakan peristiwa mempertahankan kemerdekaan yang terjadi di wilayah setempat. 4. Menceritakan Agresi Militer Belanda tehadap Republik Indonesia. 5. Menceritakan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh PENILAIAN ALOKASI WAKTU 1. Tes Tertulis 2. Lisan 3. Produk 4. Portofolio 10 JP x 35 menit SUMBER BELAJAR 1. Atlas Indonesia 2. Gambargambar tokoh yang sesuai 3. Buku IPS kelas V 4. Buku referensi lain yang sesuai 5. Album pahlawan

117 100 KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK/ PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN peristiwa mempertahankan kemerdekaan yang terjadi di wilyah tempat tinggal. 6. Berdiskusi untuk memahami materi tentang agresi militer Belanda. 7. Mencari isi perjanjian Linggarjati. 8. Siswa menanggapi tentang penangkapan para pemimpin Indonesia ketika terjadi Agresi militer Belanda II. Dilanjutkan dengan melakukan pengamatan terhadap peta gerilya Panglima Sudirman. 9. Membuat rangkuman tentang materi agresi militer Belanda dalam bentuk tabel. INDIKATOR Belanda. 6. Menceritakan peranan beberapa tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, misalnya Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Panglima Besar Soedirman, dan Bung Tomo. PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER BELAJAR

118 101 Lampiran 8 PENGEMBANGAN SILABUS SIKLUS I PERTEMUAN 1 SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN KELAS /SEMESTER : SEKOLAH DASAR : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL : V (LIMA) /2 (DUA) Standar Kompetensi : Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kompetensi Alokasi Indikator Kegiatan Pembelajaran Media Penilaian Sumber Dasar Waktu (1) (2) (3) (4) (7) (8) (9) Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan 1. Gambar pahlawan 2. Peta Indonesia 2 JP 1. Menceritakan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. 2. Menceritakan peristiwa pertempuran Ambarawa, Medan Area, dan Bandung Lautan Api. Kegiatan Awal Guru membuka pelajaran, menyiapkan peralatan pembelajaran, melakukan apersepsi, menyampaikan motivasi, dan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti 1. Dengan menggunakan gambar pahlawan dan peta Indonesia, guru menjelaskan materi Pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan secara garis besar. 2. Siswa diberi kesempatan bereksplorasi dan berelaborasi dengan cara berdiskusi dalam kelompok asal dan kelompok ahli. 3. Dalam kelompok asal siswa ditugaskan untuk mengerjakan LKS untuk mendiskusikan materi yang dibagi 1. Penilaian proses terhadap aktivitas belajar siswa 2. Penilaian hasil belajar siswa (LKS, kuis, dan tes formatif) 1. Buku IPS BSE kelas V 2. Bahan Ajar materi Pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan

119 102 Kompetensi Dasar Indikator Kegiatan Pembelajaran Media Penilaian Sumber (1) (2) (3) (4) (7) (8) (9) menjadi 4 submateri, yaitu Pertempuran 10 November di Surabaya, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Bandung Lautan Api, dan Pertempuran Medan Area dengan setiap anggota mendapatkan submateri yang berbeda. 4. Dalam kelompok ahli, anggota dari masing-masing kelompok asal yang mempunyai submateri yang sama mendiskusikan tugasnya. 5. Siswa kembali pada kelompok asalnya dan bertugas mempresentasikan tugas individunya di depan teman sekelompoknya secara bergantian. 6. Guru memberikan konfirmasi dalam diskusi kelas. Kegiatan Akhir 1. Siswa mengerjakan kuis tentang materi diskusi. 2. Guru mengoreksi hasil kerja siswa, menghitung poin perkembangan siswa, dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik. 3. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas. 4. Guru menutup pelajaran. Alokasi Waktu

120 103 Lampiran 9 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Siklus I Pertemuan 1 Satuan Pendidikan : SD Negeri 04 Bulu Pemalang Mata Pelajaran : IPS Kelas/Semester : V/II Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 JP) Standar Kompetensi : 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kompetensi Dasar : 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indikator : Menceritakan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya Menceritakan peristiwa pertempuran Ambarawa, Medan Area, dan Bandung Lautan Api. A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan tentang Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya kepada teman sekelompoknya dengan benar. 2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menyebutkan penyebab ternyadinya Pertempuran Ambarawa kepada gurunya dengan benar. 3. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan tentang terjadinya Pertempuran Medan Area kepada temannya dengan benar. 4. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menceritakan kembali terjadinya Pertempuran Bandung Lautan Api kepada teman sekelompoknya dengan benar. B. MATERI AJAR Pertempuran mempertahankan kemerdekaan, yang terdiri dari:

121 Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya 2. Pertempuran Ambarawa 3. Pertempuran Medan Area 4. Pertempuran Bandung Lautan Api Materi ajar selengkapnya ada pada lampiran 10. C. METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN 1. Metode yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu: a. Ceramah b. Tanya Jawab c. Penugasan d. Diskusi Kelompok (Semua metode di atas, dikolaborasikan dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw). 2. Media yang digunakan dalam pembelajaran yaitu: a. Gambar Pahlawan b. Atlas Indonesia D. KEGIATAN PEBELAJARAN 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru memasuki kelas dan memberi salam. b. Guru menyiapkan siswa dan alat yang akan digunakan dalam pembelajaran. c. Guru mempresensi kehadiran siswa. d. Guru mengadakan apersepsi dengan melakukan tanya jawab seperti Siapa yang tahu kapan Indonesia merdeka?, Indonesia merdeka setelah dijajah oleh siapa?, Apakah Indonesia setelah merdeka bisa bersenang-senang?, dan sebagainya. e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menceritakan pertempuran-pertempuran mempertahankan kemerdekaan.

122 Kegiatan Inti (40 menit ) a. Eksplorasi (7 menit) 1) Guru menjelaskan tentang Pertempuran-pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan secara global. 2) Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan model kooperatif tipe jigsaw. b. Elaborasi (28 menit) 1) Guru mengelompokkan siswa menjadi 9 kelompok asal, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 anak. 2) Guru menugaskan setiap kelompok untuk mengerjakan LKS (lampiran 11). 3) Guru meminta setiap siswa dengan submateri yang sama untuk berkumpul membentuk kelompok ahli dan mempelajari submateri yang menjadi tugasnya. 4) Setelah memahami dan menguasai submateri tersebut, siswa kembali ke kelompok asalnya masing-masing. 5) Setiap anggota kelompok mempresentasikan submateri yang menjadi tanggung jawabnya kepada teman satu kelompoknya secara bergantian sampai seluruh anggota kelompok mendapat giliran. c. Konfirmasi (5 menit) Guru memimpin diskusi kelas untuk meluruskan materi yang menjadi perdebatan dalam diskusi kelompok. 3. Kegiatan Akhir (20 menit ) a. Guru memberikan kuis 1 kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individu (lampiran 14). b. Guru mengoreksi jawaban kuis dan menghitung skor kelompok. c. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok sesuai dengan poin yang diperoleh. d. Siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas. Simpulan: Perjuangan rakyat Indonesia untuk mempertahankan

123 106 kemerdekaan, dilakukan dengan cara fisik dan diplomasi. Cara fisiknya dilakukan dengan melakukan pertempuranpertempuran, seperti: Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Medan Area, dan Pertempuran Bandung Lautan Api. e. Menutup kegiatan pembelajaran dengan salam. E. SUMBER BAHAN Sumber bahan yang digunakan: 1. Silabus IPS kelas V semester Susilaningsih, Endang dan Linda S Limbong Ilmu Pengetahuan Sosial 5 untuk SD/MI kelas V. Jakarta: Depdiknas. Hal: Syamsiyah, Siti dkk Ilmu Pengetahuan Sosial 5 untuk SD/MI kelas V. Jakarta: Depdiknas. Hal: F. PENILAIAN 1. Prosedur penilaian : Penilaian proses dan penilaian hasil 2. Jenis penilaian : Tes tertulis 3. Bentuk soal : Pilihan ganda 4. Alat penilaian : LKS, soal kuis 1, dan lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 11, 14, dan 4) 5. Kunci jawaban (lampiran 14) 6. Skor Penilaian: NA J S M x 100

124 107 Lampiran 10 Materi Ajar Siklus I Pertemuan 1 PERTEMPURAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN 1. Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya Tentara Sekutu mendarat untuk pertama kali di Surabaya pada 25 Oktober 1945 dengan Komandan pasukan Brigjen A.W.S Mallaby. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Sekutu menyerbu penjara Kalisosok dan berhasil membebaskan Kolonel Huiyer. Pada tanggal 28 Oktober 1945, pos-pos Sekutu di seluruh kota Surabaya diserang oleh rakyat Indonesia. Pada tanggal 29 Oktober 1945, para pemuda dapat menguasai tempat-tempat yang telah dikuasai Sekutu. Pertempuran pada tanggal 30 Oktober 1945 di gedung Bank International, Jembatan Merah mengakibatkan Brigjen Mallaby tewas. Menanggapi peristiwa ini, pada tanggal 9 November 1945, pimpinan Sekutu di Surabaya mengeluarkan ultimatum. Namun, tidak diindahkan rakyat Surabaya, sehingga pecahlah pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November Sepanjang pertempuran, semangat juang bangsa Indonesia terus dibakar oleh pemimpin perjuangan rakyat Surabaya, yaitu Bung Tomo. Dengan suaranya yang lantang, Bung Tomo membakar semangat dan berseru: Maju terus pantang mundur! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Suara Bung Tomo ini terdengar pula melalui radio-radio.dalam pertempuran yang berjalan sampai awal bulan Desember 1945 itu telah gugur beribu-ribu pejuang. Untuk memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya itu, pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. 2. Pertempuran Ambarawa Pertempuran Ambarawa diawali oleh mendaratnya tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang pada tanggal 20 Oktober Tujuan kedatangan mereka adalah untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang di Jawa Tengah. Bentrokan bersenjata mulai timbul di Magelang. Penyebabnya adalah tentara Sekutu diboncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yaitu pemerintahan peralihan Belanda. NICA hendak membebaskan tawanan perang Belanda di Magelang

125 108 dan Ambarawa. Setelah diadakan perundingan antara Presiden Sukarno dengan Brigadir Jenderal Bethel, tentara Sekutu kemudian meninggalkan Magelang menuju Ambarawa pada tanggal 21 November Para pejuang Indonesia yang dipimpin Letnan Kolonel M. Sarbini mengejar pasukan Sekutu yang mundur ke Ambarawa. Di desa Jambu, pasukan Sekutu dihadang pejuang Angkatan Muda yang dipimpin oleh Sastrodiharjo. Di desa Ngipik, pasukan Sekutu diserang pejuang Indonesia yang dipimpin oleh Suryosumpeno. Pada saat mundur, pasukan Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Dalam pertempuran untuk membebaskan kedua desa tersebut, Letnan Kolonel Isdiman gugur. Letnan Kolonel Isdiman adalah Komandan Resimen Banyumas. Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, Kolonel Sudirman turun langsung ke medan pertempuran Ambarawa. Kolonel Sudirman adalah Panglima Divisi Banyumas. Kehadiran Kolonel Sudirman memberi semangat baru bagi pejuang Indonesia. Pasukan Indonesia mengepung kota Ambarawa dari berbagai jurusan. Siasat yang dipakai adalah mengadakan serangan serentak dari berbagai jurusan pada saat yang sama. Pasukan Indonesia mendapat bantuan dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain. Pada tanggal 12 Desember 1945 pasukan Indonesia melancarkan serangan serentak ke Ambarawa. Pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan Sekutu berhasil dipukul mundur ke Semarang. Dalam pertempuran di Ambarawa ini banyak pejuang yang gugur. Untuk memperingati hari bersejarah itu, maka setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri. Selain itu, di Ambarawa juga didirikan sebuah monumen yang diberi nama Palagan Ambarawa. 3. Pertempuran Medan Area Pasukan Inggris di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mulai mendarat di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 9 Oktober Tentara NICA yang telah dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan ikut membonceng pasukan Inggris itu. Mereka menduduki beberapa hotel di Medan. Pasukan Inggris bertugas untuk membebaskan tentara Belanda yang ditawan Jepang. Para tawanan dari daerah Rantau Prapat, Pematang Siantar, dan Brastagi dikirim ke Medan atas persetujuan Gubernur Moh. Hasan.

126 109 Ternyata kelompok tawanan itu dibentuk menjadi Medan Batalyon KNIL. Mereka ini bersikap congkak. Para pemuda dipelopori oleh Achmad Tahir, seorang mantan perwira Tentara Sukarela (Giyugun) membentuk Barisan Pemuda Indonesia. Mereka mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut senjata dari tangan tentara Jepang. Kemudian pada tanggal 10 Oktober 1945 dibentuklah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) Sumatera Timur. Anggotanya para pemuda bekas Giyugun dan Heiho Sumatera Timur yang dipimpin oleh Ahmad Tahir. Pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi insiden di sebuah hotel di Jalan Bali, Medan. Seorang anggota NICA menginjak-injak bendera merah putih yang dirampas dari seorang pemuda. Pemuda-pemuda Indonesia marah. Hotel tersebut dikepung dan diserang oleh para pemuda dan TRI (Tentara Republik Indonesia). Terjadilah pertempuran. Dalam peristiwa itu banyak orang Belanda terluka. Peperangan pun menjalar ke Pematang Siantar dan Brastagi. Pada tanggal 1 Desember 1945 pihak Inggris memasang papan-papan pengumuman bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area. Dengan cara itu, Inggris menetapkan secara sepihat batas-batas kekuasaan mereka. Sejak saat itulah dikenal istilah Pertempuran Medan Area. Jenderal T.E.D Kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata. Siapa yang melanggar akan ditembak mati. Namun, para pemuda Indonesia tidak menggubris ancaman tersebut. Perlawanan terus berlangsung dan semakin sengit. Para pemuda membentuk Komando Resimen Laskah Rakyat Medan Area. Perlawanan terhadap Inggris dan Belanda terus berlanjut sampai Agresi Militer Belanda I pada bulan Juli Pertempuran Bandung Lautan Api Pada bulan Oktober 1945, tentara Sekutu memasuki Kota Bandung. Ketika itu para pejuang Bandung sedang melaksanakan pemindahan kekuasaan dan merebut senjata dan peralatan dari tentara Jepang. Tentara Sekutu menduduki dan menguasai kantor-kantor penting. Tentara NICA membonceng tentara Sekutu itu. NICA berkeinginan mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Para pe-juang yang tergabung dalam TKR,laskar-laskar, dan badanbadan pejuang mengadakan perlawanan terhadap tentara Sekutu dan Belanda. Pada tanggal 21 November 1945, tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum

127 110 (peringatan) pertama agar kota Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Indonesia selambat-lambatnya tanggal 29 November Para pejuang kita harus menyerahkan senjata yang dirampas dari tentara Jepang. Alasannya untuk menjaga keamanan. Apabila tidak diindahkan, tentara Sekutu akan menyerang habis-habisan. Peringatan ini tidak dihiraukan oleh para pejuang Indonesia. Sejak saat itu sering terjadi bentrokan senjata. Kota Bandung terbagi menjadi dua, Bandung Utara dan Bandung Selatan. Karena persenjataan yang tidak memadai, pasukan TKR dan para pejuang lainnya tidak dapat mempertahankan Bandung Utara. Akhirnya Bandung Utara dikuasai oleh Sekutu. Pada tanggal 23 Maret 1946 tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua. Mereka menuntut agar semua masyarakat dan para pejuang TRI (Tentara Republik Indonesia) mengosongkan kota Bandung bagian selatan. Perlu diketahui bahwa sejak 24 Januari 1946, TKR telah berubah namanya menjadi TRI. Demi keselamatan rakyat dan pertimbangan politik, pemerintah Republik Indonesia Pusat memerintahkan TRI dan para pejuang la-innya mundur dan mengosongkan Bandung Selatan. Tokoh-tokoh pejuang, seperti Aruji Kartawinata, Suryadarma, dan Kolonel Abdul Harris Nasution yang menjadi Panglima TRI waktu itu segera bermusyawarah. Mereka sepakat untuk mematuhi perintah dari Pemerintah Pusat. Namun, mereka tidak mau menyerahkan kota Bandung bagian selatan itu secara utuh kepada musuh. Rakyat diungsikan ke luar kota Bandung. Pasukan TRI dan para pejuang lainnya dengan berat hati meninggalkan Bandung Selatan. Sebelum ditinggalkan, Bandung Selatan dibumihanguskan oleh para pejuang. Bumi hangus adalah memusnahkan dengan pembakaran semua barang, bangunan, gedung yang mungkin akan dipakai oleh musuh. Pertempuran terus berlanjut. Para anggota TKR dan pemuda kita menggunakan taktik perang gerilya. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 dan terkenal dengan sebutan Bandung Lautan Api. Dalam peristiwa tersebut, gugur seorang pejuang Mohammad Toha.

128 111 Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 1 Tanggal :... Waktu : 10 menit Kelompok :... Nama anggota kelompok : Petunjuk: 1. Pelajari materi Pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan, yang terdiri dari: a. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya b. Pertempuran Ambarawa c. Pertempuran Medan Area d. Pertempuran Bandung Lautan Api 2. Setiap anggota kelompok mendapat satu submateri untuk membahas: a. Tanggal kedatangan Sekutu b. Pemimpin pasukan c. Tujuan kedatangan d. Tempat dan waktu terjadinya pertempuran e. Penyebab pertempuran

129 112 Lampiran 12 KISI-KISI SOAL KUIS 1 Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Kelas/Semester : V/II Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Pokok : Pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan Standar Kompetensi : Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kometensi Dasar Indikator Soal Jenis Soal Ranah Nomor Tingkat Kognitif Soal Kesulitan 2.4 Menghargai perjuangan para 1. Disajikan peta Pulau Jawa, siswa dapat menunjukkan lokasi Pertempuran 10 November Pilgan C2 1 Sulit tokoh dalam 2. Siswa dapat menyebutkan nama tokoh yang dibebaskan Pilgan C1 2 Mudah mempertahankan Sekutu pada tanggal 27 Oktober kemerdekaan. 3. Siswa dapat menyebutkan nama hari nasional untuk Pilgan C2 3 Sedang mengenang Pertempuran di Surabaya. 4. Siswa dapat menyebutkan waktu datangnya Tentara Sekutu di Semarang. Pilgan C1 4 Mudah 5. Siswa dapat menyebutkan penyebab terjadinya Pilgan C2 5 Sulit Pertempuran Ambarawa. 6. Siswa dapat menyebutkan alasan dikenalnya sebutan Pilgan C2 6 Sedang Pertempuran Medan Area. 7. Siswa dapat menyebutkan nama tokoh pemimpin TKR yang dibentuk pada 10 Oktober Pilgan C1 7 Mudah 8. Siswa dapat menyebutkan waktu terjadinya Pilgan C1 8 Mudah Pertempuran Bandung Lautan Api. 9. Siswa dapat menyebutkan nama pejuang yang gugur dalam Pertempuran Bandung Lautan Api. Pilgan C1 9 Mudah

130 113 Kometensi Dasar Indikator Soal Jenis Soal Ranah Nomor Tingkat Kognitif Soal Kesulitan 10. Siswa dapat menyebutkan tujuan kedatangan Sekutu ke Indonesia. Pilgan C2 10 Sulit

131 114 Lampiran 13 PROSES VALIDASI SOAL KUIS 1

132 1. Penilai I 115

133 116 Lampiran 14 SOAL KUIS 1 DAN KUNCI JAWABAN Nama :... No. Absen :... Mapel : IPS Waktu :10 menit A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar! 1. Perhatikan gambar peta di samping! Lokasi terjadinya Pertempuran 10 November 1945 ditunjukkan dengan angka a. 1 b. 2 c. 3 d Tawanan yang berhasil dibebaskan Sekutu pada tanggal 27 Oktober 1945 yaitu Kolonel... a. Huiyer b. Mallaby c. Sarbini d. Sudirman 3. Untuk mengenang Pertempuran Surabaya, tanggal 10 November diperingati sebagai hari... a. Proklamasi Kemerdekaan b. Pahlawan c. Invanteri d. Sumpah Pemuda 4. Tentara Sekutu mendarat di Semarang pada tanggal... a. 20 Oktober 1945 b. 21 November 1945 c. 12 Desember 1945 d. 15 Desember Penyebab terjadinya Pertempuran Ambarawa yaitu... a. adanya ultimatum Sekutu untuk rakyat b. anggota NICA yang menginjak bendera merah putih c. kedatangan Sekutu yang diboncengi NICA d. Sekutu menguasai kantor-kantor penting

134 Pertempuran di Medan dikenal dengan Pertempuran Medan Area, karena... a. pasukan Inggris menetapkan batas-batas kekuasaan mereka secara sepihak b. wilayah Medan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Medan Utara dan Selatan c. tentara Jepang meminta setengah wilayah kota Medan dari Bangsa Indonesia d. tentara Sekutu membakar wilayah kota Medan sampai hangus tidak tersisa 7. Tokoh pemuda pemimpin TKR yang dibentuk pada 10 Oktober 1945 di Sumatera Timur, yaitu... a. Kolonel Sudirman c. Letkol Soeharto b. Achmad Tahrir d. A.H. Nasution 8. Pertempuran Bandung Lautan Api terjadi pada tanggal... a. 21 November 1945 c. 21 Januari 1946 b. 1 Desember 1945 d. 23 Maret Pejuang Indonesia yang gugur pada Pertempuran Bandung Lautan Api, yaitu... a. Achmad Tahrir c. Mohamad Toha b. Mohamad Yamin d. A.H. Nasution 10. Secara umum kedatangan Sekutu bertujuan untuk... a. membantu Indonesia dari penjajah b. menyumbang senjata untuk Indonesia c. memerdekakan Indonesia d. menguasai Indonesia KUNCI JAWABAN 1. D 6. A 2. A 7. B 3. B 8. D 4. A 9. C

135 5. C 10. D 118

136 1. Penilai I 119

137 2. Penilai II 120

138 121 Lampiran 15 PENGEMBANGAN SILABUS SIKLUS I PERTEMUAN 2 SATUAN PENDIDIKAN : SEKOLAH DASAR MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS /SEMESTER : V (LIMA) /2 (DUA) Standar Kompetensi : Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kompetensi Alokasi Indikator Kegiatan Pembelajaran Media Penilaian Sumber Dasar Waktu (1) (2) (3) (4) (7) (8) (9) Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan 3. Menceritakan Agresi Militer Belanda tehadap Republik Indonesia. Kegiatan Awal Guru membuka pelajaran, menyiapkan peralatan pembelajaran, melakukan apersepsi, menyampaikan motivasi, dan tujuan pembelajaran. 1. Gambar pahlawan 2. Peta Indonesia 2 JP Kegiatan inti 1. Dengan menggunakan gambar pahlawan dan peta Indonesia, guru menjelaskan materi Usaha Perdamaian dan Agresi Militer Belanda terhadap RI secara garis besar. 2. Siswa diberi kesempatan bereksplorasi dan berelaborasi dengan cara berdiskusi dalam kelompok asal dan kelompok ahli. 1. Penilaian proses terhadap aktivitas belajar siswa 2. Penilaian hasil belajar siswa (LKS, kuis, dan tes formatif) 1. Buku IPS BSE kelas V 2. Bahan Ajar materi Usaha Perdamaian dan Agresi Militer Belanda terhadap RI

139 122 Kompetensi Dasar Indikator Kegiatan Pembelajaran Media Penilaian Sumber (1) (2) (3) (4) (7) (8) (9) 3. Dalam kelompok asal siswa ditugaskan mengerjakan LKS dengan setiap anggota mendapatkan tugas yang berbeda. 4. Dalam kelompok ahli, anggota dari masing-masing kelompok asal yang mempunyai tugas yang sama mendiskusikan tugasnya. 5. Siswa kembali pada kelompok asalnya dan bertugas mempresentasikan tugas individunya di depan teman sekelompoknya secara bergantian. 6. Guru memberikan konfirmasi dalam diskusi kelas. Kegiatan Akhir 1. Siswa mengerjakan kuis tentang materi diskusi. 2. Guru mengoreksi hasil kerja siswa, menghitung poin perkembangan siswa, dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik. 3. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas. 4. Guru menutup pelajaran. Alokasi Waktu

140 123 Lampiran 16 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Siklus I Pertemuan 2 Satuan Pendidikan : SD Negeri 04 Bulu Pemalang Mata Pelajaran : IPS Kelas/Semester : V/II Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 JP) Standar Kompetensi : 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kompetensi Dasar : 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indikator : Menceritakan Agresi Militer Belanda terhadap Republik Indonesia. A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan tentang Perjanjian Linggarjati kepada teman sekelompoknya dengan benar. 2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan bagian wilayah yang dikuasai Belanda kepada teman sekelompoknya dengan benar. 3. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menyebutkan 3 negara anggota KTN kepada teman sekelompoknya dengan benar. 4. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan isi Perjanjian Renville kepada teman sekelompoknya dengan benar. 5. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan pengertian Agresi Militer Belanda II kepada teman sekelompoknya dengan benar. 6. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan isi mandat Presiden Soekarno kepada Mr. Saffiruddin kepada teman sekelompoknya dengan benar.

141 124 B. MATERI AJAR Usaha Perdamaian dan Agresi Militer Belanda Usaha perdamaian yang dilakukan yaitu dengan melakukan beberapa perjanjiian, seperti Perjanjian Linggarjati pada tanggal 10 November 1946 dan Perjanjian Renville mulai pada tanggal 8 Desember Tetapi Belanda selalu melanggarnya dengan melakukan serangan ke Indonesia melalui Agresi Militer Belanda I dan II. Materi ajar selengkapnya ada pada lampiran 17. C. METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN 1. Metode yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu: a. Ceramah b. Tanya Jawab c. Penugasan d. Diskusi Kelompok (Semua metode di atas, dikolaborasikan dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw). 2. Media yang digunakan dalam pembelajaran yaitu: a. Gambar Pahlawan b. Atlas Indonesia D. KEGIATAN PEBELAJARAN 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru memasuki kelas dan memberi salam. b. Guru menyiapkan siswa dan alat yang akan digunakan dalam pembelajaran. c. Guru mengadakan apersepsi dengan melakukan tanya jawab seperti Siapa yang pernah melihat orang berkelahi?, Bangsa Indonesia berperang melawan siapa?, Berkelahi dan berperang itu baik perbuatan baik apa tidak?, Lebih baik berperang apa berdamai? dan sebagainya. d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menceritakan Agresi Militer Belanda terhadap Republik Indonesia.

142 Kegiatan Inti (40 menit ) a. Eksplorasi (7 menit) 1) Guru menjelaskan tentang usaha perdamaian dan Agresi Militer Belanda secara global. 2) Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan model kooperatif tipe jigsaw. b. Elaborasi (28 menit) 1) Guru mengelompokkan siswa menjadi 9 kelompok asal, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 anak. 2) Guru menugaskan setiap kelompok untuk mengerjakan LKS (lampiran 18). 3) Guru meminta setiap siswa dengan submateri yang sama untuk berkumpul membentuk kelompok ahli dan mempelajari submateri yang menjadi tugasnya. 4) Setelah memahami dan menguasai submateri tersebut, siswa kembali ke kelompok asalnya masing-masing. 5) Setiap anggota kelompok mempresentasikan submateri yang menjadi taggung jawabnya kepada teman satu kelompoknya secara bergantian sampai seluruh anggota kelompok mendapat giliran. c. Konfirmasi (5 menit) Guru memimpin diskusi kelas untuk meluruskan materi yang menjadi perdebatan dalam diskusi kelompok. 3. Kegiatan Akhir (20 menit ) a. Guru memberikan kuis 2 kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individu (lampiran 21). b. Guru mengoreksi jawaban kuis dan menghitung skor kelompok. c. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan poin tertinggi. d. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas. Simpulan: Usaha perdamaian antara Indonesia dan Belanda sudah

143 126 dilakukan berulang-ulang, seperti diadakannya perundingan Linggarjati dan perundingan Renville. Namun, Belanda selalu melanggar hasil perundingan tersebut dengan melakukan Agresi Militer Belanda I dan II. e. Menutup kegiatan pembelajaran dengan salam. E. SUMBER BAHAN Sumber bahan yang digunakan: 1. Silabus IPS kelas V semester Susilaningsih, Endang dan Linda S Limbong Ilmu Pengetahuan Sosial 5 untuk SD/MI kelas V. Jakarta: Depdiknas. Hal: Syamsiyah, Siti dkk Ilmu Pengetahuan Sosial 5 untuk SD/MI kelas V. Jakarta: Depdiknas. Hal: F. PENILAIAN 1. Prosedur penilaian : Penilaian proses dan penilaian hasil 2. Jenis penilaian : Tes tertulis 3. Bentuk soal : Pilihan ganda 4. Alat penilaian : LKS, soal kuis 2, dan lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 18, 21, dan 4). 5. Kunci jawaban (lampiran 21) 6. Skor penilaian: NA J S M x 100

144 127 Lampiran 17 Materi Ajar Siklus I Pertemuan 2 USAHA PERDAMAIAN DAN AGRESI MILITER BELANDA Beberapa usaha perundingan yang dilakukan, yaitu: a. Perjanjian Linggarjati Pada tanggal 10 November 1946 diadakan perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, sebelah selatan Cirebon. Dalam perundingan itu delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan Belanda dipimpin oleh Van Mook. Pada tanggal 15 November 1946, hasil perundingan diumumkan dan disetujui oleh kedua belah pihak dan ditandatangani pada tanggal 25 Maret Berikut ini isi perjanjian Linggarjati. 1. Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatera. 2. Republik Indonesia dan Belanda akan bersama-sama membentuk Negara Indonesia Serikat yang terdiri atas: a. Negara Republik Indonesia, b. Negara Indonesia Timur, dan c. Negara Kalimantan. 3. Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan merupakan suatu uni (kesatuan) yang dinamakan Uni Indonesia-Belanda dan diketuai oleh Ratu Belanda. b. Agresi Militer Belanda I Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda menyerang wilayah Republik Indonesia dan berhasil merebut sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Serangan militer Belanda ini dikenal sebagai Agresi Militer Belanda I. Peristiwa tersebut menimbulkan protes dari negara-negara tetangga dan dunia internasional. Wakil-wakil dari India dan Australia mengusulkan kepada PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) agar mengadakan sidang untuk membicarakan masalah penyerangan Belanda ke wilayah Republik Indonesia.

145 128 c. Perjanjian Renville (17 Januari 1948) Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB memerintahkan agar pihak Indonesia dan Belanda menghentikan tembak-menembak. Akhirnya pada tanggal 4 Agustus 1947, Belanda mengumumkan gencatan senjata. PBB membantu penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda dengan membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri atas: 1. Australia, dipilih oleh Indonesia; 2. Belgia, dipilih oleh Belanda; 3. Amerika Serikat, dipilih oleh Australia dan Belanda. Komisi Tiga Negara (KTN) memprakarsai perundingan antara Indonesia dan Belanda. Perundingan dilakukan di atas kapal Renville, yaitu kapal Angkatan Laut Amerika Serikat. Oleh karena itu, hasil perundingan ini dinamakan Perjanjian Renville. Dalam perundingan itu Negara Indonesia, Belanda, dan masing-masing anggota KTN diwakili oleh sebuah delegasi. 1. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin. 2. Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo. 3. Delegasi Australia dipimpin oleh Richard C. Kirby. 4. Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul van Zeeland. 5. Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham. Isi perjanjian Renville adalah sebagai berikut. 1. Belanda hanya mengakui daerah Republik Indonesia atas Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian kecil Jawa Barat, dan Sumatera. 2. Tentara Republik Indonesia ditarik mundur dari daerah-daerah yang telah diduduki Belanda. d. Agresi Militer Belanda II Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan atas wilayah Republik Indonesia yang dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II. Ibu kota Republik Indonesia waktu itu, Yogyakarta, diserang Belanda. Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Suryadarma ditangkap Belanda. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditawan dan diasingkan ke Pulau Bangka. Sebelum tertangkap, Presiden

146 129 Sukarno telah mengirim mandat lewat radio kepada Menteri Kemakmuran, Mr. Syaffiruddin Prawiranegara yang berada di Sumatera. Tujuannya ialah untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ibu kota Bukit Tinggi. Agresi Militer Belanda II menimbulkan reaksi dunia, terutama negaranegara di Asia. Negara-negara di Asia seperti India, Myanmar, Afganistan, dan lain-lain segera mengadakan Konferensi New Delhi pada bulan Desember Mereka bersimpati kepada perjuangan rakyat Indonesia, dan mendesak agar: 1. Pemerintah RI segera dikembalikan ke Yogyakarta, dan 2. Serdadu Belanda segera ditarik mundur dari Indonesia. Belanda tidak memperdulikan desakan itu. Belanda baru bersedia berunding setelah Dewan Keamanan PBB turun tangan.

147 130 Lampiran 18 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 2 Tanggal :... Waktu : 10 menit Kelompok :... Nama anggota kelompok : Petunjuk: 1. Setiap anggota kelompok mendapat tugas satu soal yang berbeda untuk dikerjakan. 2. Setelah tugas dibagi, masing-masing siswa berkumpul dengan siswa dari kelompok lain yang mempunyai tugas yang sama. Tugas: 1. a. Jelaskan waktu dan tempat dilaksanakannya Perjanjian Linggarjati! b. Siapa nama pemimpin dari masing-masing delegasi dalam Perjanjian Linggarjati? c. Tuliskan isi Perjanjian Linggarjati! 2. a. Jelaskan yang dimaksud dengan Agresi Militer Belanda I! b. Jelaskan tujuan diadakannya Agresi Militer Belanda I! c. Daerah mana yang berhasil direbut oleh Belanda? 3. a. Jelaskan waktu dan tempat dilaksanakannya Perjanjian Renville! b. Siapa nama pemimpin dari masing-masing delegasi KTN? c. Tuliskan isi Perjanjian Renville! 4. a. Jelaskan kapan terjadinya Agresi Militer Belanda II! b. Jelaskan tujuan dilakukannya Agresi Militer Belanda II! c. Sebutkan tokoh yang ditawan dan diasingkan ke Pulau Bangka oleh Belanda!

148 131 Lampiran 19 KISI-KISI SOAL KUIS 2 Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Kelas/Semester : V/II Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Pokok : Usaha Perdamaian dan Agresi Militer Belanda Standar Kompetensi : Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kometensi Dasar Indikator Soal Jenis Soal Ranah Tingkat Nomor Soal Kognitif Kesulitan 2.4 Menghargai perjuangan para 1. Siswa dapat menyebutkan waktu terjadinya Perjanjian Linggarjati. Pilgan C1 1 Mudah tokoh dalam 2. Siswa dapat menyebutkan nama pemimpin delegasi Pilgan C1 2 Mudah mempertahankan Indonesia dalam Perjanjian Linggarjati. kemerdekaan. 3. Siswa dapat menjelaskan isi Perjanjian Linggarjati. Pilgan C2 3 Sedang 4. Siswa dapat menyebutkan waktu terjadinya Agresi Militer Belanda I. Pilgan C1 4 Mudah 5. Siswa dapat menyebutkan daerah yang direbut Belanda dalam Agresi Militer Belanda I. Pilgan C2 5 Sulit 6. Siswa dapat menyebutkan 3 negara anggota KTN. Pilgan C1 6 Sedang 7. Siswa dapat menyebutkan nama wakil delegasi Indonesia dalam KTN. Pilgan C1 7 Mudah 8. Siswa dapat menjelaskan isi Perjanjian Renville. Pilgan C2 8 Sulit 9. Siswa dapat menjelaskan yang dimaksud Agresi Militer Belanda II. Pilgan C2 9 Sedang

149 132 Ranah Tingkat Kometensi Dasar Indikator Soal Jenis Soal Nomor Soal Kognitif Kesulitan 10. Siswa dapat menjelasakan isi mandat Presiden Pilgan C2 10 Sulit Soekarno kepada Mr. Syaffiruddin. Lampiran 20 PROSES VALIDASI SOAL KUIS 2

150 1. Penilai I 133

151 134

152 135 Lampiran 21 SOAL KUIS 2 DAN KUNCI JAWABAN Nama :... No. Absen :... Mapel : IPS Waktu :10 menit A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar! 1. Perjanjian Linggarjati dilaksanakan pada tanggal... a. 1 November 1946 c. 15 November 1946 b. 10 November 1946 d. 1 Januari Pemimpin delegasi Belanda dalam Perjanjian Linggarjati yaitu... a. Huiyer c. Van Mook b. Mallaby d. Van Royen 3. Isi Perjanjian Linggarjati, yaitu... a. Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jakarta. b. Belanda boleh melakukan penyerangan atas wilayah Republik Indonesia. c. Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk kesatuan yang diketuai oleh Presiden Indonesia. d. RI dan Belanda akan bersama-sama membentuk Negara Indonesia Serikat 4. Agresi Militer Belanda I terjadi pada tanggal... a. 21 Juli 1947 c. 10 November 1946 b. 21 April 1947 d. 15 Desember Berikut merupakan daerah yang berhasil direbut Belanda dalam Agresi Militer Belanda I, kecuali... a. Jawa Barat c. Jawa Tengah b. Jawa Timur d. Sumatera

153 Untuk membantu penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda, PBB membentuk KTN yang terdiri atas... a. Australia, Belgia, dan Swedia b. Austria, Belgia, dan Amerika Serikat c. Amerika Serikat, Swedia, dan Belgia d. Australia, Belgia, dan Amerika Serikat 7. Dalam KTN, Indonesia diwakili oleh... a. Kolonel Sudirman c. Letkol Soeharto b. Achmad Tahrir d. Amir Syarifuddin 8. Dalam isi Perjanjian Renville, Belanda hanya mengakui daerah RI atas... a. Kalimantan c. Yogyakarta b. Sulawesi d. Jakarta 9. Serangan Belanda yang dilakukan pada tanggal 19 Desember 1948 dinamakan... a. Agresi Militer Belanda I c. Serangan Belanda I b. Agresi Militer Belanda II d. Serangan Belanda II 10. Isi mandat Soekarno kepada Menteri Kemakmuran Mr. Syaffiruddin Prawiranegara yaitu... a. kerahkan tentara RI untuk menyerang Belanda di kota Bukit Tinggi b. memindahkan pemerintahan RI ke kota Yogyakarta c. membentuk PDRI dengan ibu kota Bukit Tinggi d. lakukan perundingan dengan Belanda agar mencapai perdamaian KUNCI JAWABAN 1. B 6. D 2. C 7. D 3. D 8. C 4. A 9. B 5. D 10. C

154 1. Penilai I 137

155 2. Penilai II 138

156 139 Lampiran 22 KISI-KISI SOAL TES FORMATIF I Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Kelas/Semester : V/II Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Pokok : Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Standar Kompetensi : Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kometensi Dasar Indikator Soal Jenis Soal Ranah Nomor Tingkat Kognitif Soal Kesulitan 2.4 Menghargai 1. Siswa dapat menyebutkan nama pemimpin Sekutu yang datang di Pilgan C1 1 Mudah perjuangan para tokoh dalam Surabaya. 2. Siswa dapat menyebutkan penyebab Pertempuran 10 November Pilgan C2 2 Sulit mempertahankan 3. Siswa dapat menyebutkan waktu terjadinya Pertempuran Ambarawa. Pilgan C1 3 Mudah kemerdekaan. 4. Disajikan gambar pahlawan, siswa diminta menyebutkan nama pahlawan. Pilgan C2 4 Sedang 5. Siswa dapat menyebutkan nama monumen untuk mengenang Pilgan C1 5 Mudah Pertempuran Ambarawa. 6. Siswa dapat menyebutkan penyebab terjadinya Pertempuran Medan Pilgan C2 6 Sulit Area. 7. Disajikan peta Indonesia, siswa dapat menunjukkan lokasi Pertempuran Pilgan C2 7 Sulit Medan Area. 8. Siswa dapat menjelaskan pengertian Petempuran Bandung Lautan Api. Pilgan C2 8 Sedang

157 140 Kometensi Dasar Indikator Soal Jenis Soal Ranah Nomor Tingkat Kognitif Soal Kesulitan 9. Siswa dapat menyebutkan kepanjangan dari TRI. Pilgan C1 9 Mudah 10. Siswa dapat menyebutkan nama pejuang yang gugur dalam Pertempuran Pilgan C1 10 Mudah Bandung Lautan Api. 11. Siswa dapat menyebutkan nama-nama pemimpin delegasi Indonesia di Pilgan C1 11 Mudah Perjanjian Linggarjati. 12. Siswa dapat menyebutkan isi Perjanjian Linggarjati. Pilgan C2 12 dan 13 Sedang 13. Siswa dapat menjelaskan pengertian Agresi Militer Belanda I. Pilgan C2 14 Sedang 14. Siswa dapat menyebutkan negara yang termasuk KTN. Pilgan C1 15 Mudah 15. Siswa dapat menjelaskan isi Perjanjian Renville. Pilgan C2 16 Sedang 16. Siswa dapat menyebutkan waktu terjadinya Agresi Militer Belanda II. Pilgan C1 17 Mudah 17. Siswa dapat menyebutkan nama tokoh yang ditangkap Belanda dan Pilgan C1 18 Mudah diasingkan ke Bangka. 18. Siswa dapat menjelaskan tujuan mandat yang diberikan Presiden Soekarno kepada Mr. Saffiruddin Prawiranegara. Pilgan C1 19 dan 20 Sedang

158 141 Lampiran 23 PROSES VALIDASI SOAL TES FORMATIF 1

159 142

160 1. Penilai I 143

161 144

162 145 Lampiran 24 SOAL TES FORMATIF I DAN KUNCI JAWABAN Nama :... No. Absen :... Mapel : IPS Waktu : 35 menit A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar! 1. Kedatangan Sekutu di Surabaya dipimpin oleh... a. Brigjen Mallaby c. Van Mook b. Brigjen Bethel d. Paul Van Zeeland 2. Penyebab terjadinya Pertempuran 10 November 1945 yaitu... a. kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi NICA b. adanya ultimatum dari tentara Sekutu yang tidak dihiraukan rakyat Surabaya c. dibakarnya daerah Surabaya oleh para pejuang d. Sekutu memasang batas kekuasaan secara sepihak 3. Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal... a. 1 Januari 1945 c. 12 Desember 1945 b. 10 November 1945 d. 15 Desember Perhatikan gambar di samping! Siapa nama pahlawan tersebut? a. Kolonel Sudirman b. Kolonel Soeharto c. Ir. Soekarno d. Bung Tomo 5. Untuk mengenang Pertempuran Ambarawa, didirikan monumen yang diberi nama... a. Patung Ambarawa c. Palagan Ambarawa b. Candi Ambarawa d. Museum Ambarawa

163 Pertempuran di Medan dikenal dengan Pertempuran Medan Area, karena... a. wilayah Medan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Medan bagian Utara dan Selatan b. tentara Jepang meminta setengah wilayah Medan c. tentara Sekutu membakar wilayah Medan d. pasukan Inggris menetapkan batas-batas kekuasaan secara sepihak Perhatikan gambar peta Indonesia di atas! Lokasi terjadinya Pertempuran Medan Area ditunjukkan oleh angka... a. 1 c. 3 b. 2 d Sebelum dikosongkan, Bandung Selatan dibumihanguskan oleh para pejuang. Peristiwa ini dikenal dengan nama... a. Bandung Lautan Api c. Bandung Terbakar b. Bandung Membara d. Halo-halo Bandung 9. Pada tanggal 24 Januari 1946, TKR telah berganti nama menjadi TRI yang merupakan kependekan dari... a. Tentara Republik Indo-Belanda b. Tentara Republik Indonesia c. Tentara Rakyat Indonesia d. Tentara Rakyat Indo-Belanda 10. Tokoh pejuang yang gugur dalam Pertempuran Bandung Lautan Api yaitu... a. Mohammad Yamin c. Mohammad Toha b. Bung Tomo d. Bung Hatta

164 Dalam Perjanjian Linggarjati, delegasi Indonesia dipimpin oleh... a. Sutan Syahrir c. Mohammad Yamin b. Ir. Soekarno d. Bung Hatta 12. Berikut merupakan daerah kekuasaan Indonesia yang diakui oleh Belanda sebagai hasil Perjanjian Linggarjati, kecuali... a. Jawa c. Madura b. Kalimantan d. Sumatera 13. Butir ke-3 isi Perjanjian Linggarjati menyebutkan bahwa Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk kesatuan yang dinamakan Uni Indonesia-Belanda yang akan dipimpin oleh... a. Presiden Belanda c. Raja Belanda b. Presiden Indonesia d. Raja Indonesia 14. Serangan Belanda yang dilakukan pada tanggal 19 Desember 1948 dinamakan... a. Agresi Militer Belanda I c. Serangan Belanda I b. Agresi Militer Belanda II d. Serangan Belanda II 15. Dibawah ini yang bukan negara anggota KTN yaitu... a. Austria c. Belgia b. Australia d. Amerika Serikat 16. Belanda hanya mengakui daerah Republik Indonesia atas Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian kecil Jawa Barat, dan Sumatera merupakan isi dari perjanjian... a. Linggarjati c. Indo-Belanda b. Komisi Tiga Negara d. Renville 17. Agresi Militer Belanda II terjadi pada tanggal... a. 10 November 1945 c. 19 Desember 1948 b. 10 November 1948 d. 20 Desember 1948

165 Dalam Agresi Militer Belanda II, Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, dan pemimpin-pemimpin lainnya ditangkap dan diasingkan ke... a. Bangka c. Belanda b. Bengkulu d. Banten 19. Pemberian mandat Ir. Soekarno kepada Mr. Syaffiruddin Prawiranegara terjadi pada peristiwa... a. Agresi Militer Belanda I c. Perjanjian Linggajati b. Agresi Militer Belanda II d. Perjanjian Renville 20. Sebelum ditangkap, Presiden Soekarno membentuk Pemerintahan Darurat RI yang beribu kota di... a. Medan c. Jakarta b. Bukit Tinggi d. Yogyakarta KUNCI JAWABAN 1. A 6. D 2. B 7. C 3. D 8. A 4. A 9. B 5. C 10. C 11. A 12. B 13. D 14. B 15. A 16. D 17. C 18. A 19. B 20. B

166 1. Penilai I 149

167 150

168 2. Penilai II 151

169 152

170 153 Lampiran 25 DATA HASIL BELAJAR SISWA KUIS 1 NO. NAMA SISWA SKOR SKOR SKOR DASAR AKHIR PERKEMBANGAN 1 AHMAD TAUFIK DIAN KHOLIFAH IKA MAYANG SARI RIZKI MULIA RANI SAEFUL ANAM ARY WIBOWO ANANG NAHUMA RURI ATIF SAIFUL ALI MUSTOFA AGUNG SETIAWAN CAHYO PUTRA DWI TRIYANA DEWI TRIYANI DONI ROMADHON FADLI RAHMAN FADIA TYORA YULI ETA FERNANDA GERI R IHZA ADITYA KURNIA DEWI LESTARI MOH. NUR ALMAJID MAULANA SUBCHI MOH. KHAERI MENIK MULANDARI NENENG NUR KHOLIFAH RIA APRILIANI RIZAL TOBAGUS RIZKIANTO SLAMET DIKTA DIANTO SYAHRUL SETYOAJI SELVIANINGSIH SETYO HUTOMO TAUFIK IBNU AMAR YUNI RAHMA YANTI YUDA PRATAMA AJI NOVIA ASHARI

171 154 Lampiran 26 DAFTAR KELOMPOK ASAL DAN PERINGKAT KELOMPOK SIKLUS I PERTEMUAN 1 KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 1. AHMAD TAUFIK 2. DIAN KHOLIFAH 3. IKA MAYANG S. 4. SAEFUL ANAM Rata-rata skor perkembangan = 17,5 1. RIZKI MULIA RANI 2. ARY WIBOWO 3. ANANG NAHUMA R. 4. DWI TRIYANA Rata-rata skor perkembangan = ATIF SAEFUL 2. ALI MUSTOFA 3. DEWI TRIYANI 4. FADIA TYORA Y.E Rata-rata skor perkembangan = 22,5 KELOMPOK 4 KELOMPOK 5 KELOMPOK 6 1. AGUNG SETIAWAN 2. KURNIA DEWI L. 3. MENIK MULANDARI Rata-rata skor perkembangan = CAHYO PUTRA 2. DONI ROMADHON 3. NENENG NUR K. 4. RIA APRILIANI Rata-rata skor perkembangan = FADLI RAHMAN 2. FERNANDA GERI R. 3. IHZA DITYA 4. SELVIANINGSIH Rata-rata skor perkembangan = 15 KELOMPOK 7 KELOMPOK 8 KELOMPOK 9 1. MOH. NUR ALMAJID 2. MAULANA SUBCHI 3. MOH. KHAERI 4. YUNI RAHMA YANTI Rata-rata skor perkembangan = RIZAL TOBAGUS 2. RIZKIANTO 3. SLAMET DIKTA D. 4. NOVIA ASHARI Rata-rata skor perkembangan = SYAHRUL SETYOAJI 2. SETYO HUTOMO 3. TAUFIK IBNU AMAR 4. YUDA PRATAMA AJI Rata-rata skor perkembangan = 27,5 KETERANGAN: TIM BAIK TIM HEBAT TIM SUPER

172 155 Lampiran 27 DATA HASIL BELAJAR SISWA KUIS 2 NO. NAMA SISWA SKOR SKOR SKOR DASAR AKHIR PERKEMBANGAN 1 AHMAD TAUFIK IKA MAYANG SARI RIZKI MULIA RANI SAEFUL ANAM ARY WIBOWO ANANG NAHUMA RURI ATIF SAIFUL ALI MUSTOFA AGUNG SETIAWAN CAHYO PUTRA DWI TRIYANA DEWI TRIYANI DONI ROMADHON FADLI RAHMAN FADIA TYORA YULI ETA FERNANDA GERI R IHZA ADITYA KURNIA DEWI LESTARI MOH. NUR ALMAJID MAULANA SUBCHI MOH. KHAERI MENIK MULANDARI NENENG NUR KHOLIFAH RIZAL TOBAGUS RIZKIANTO SLAMET DIKTA DIANTO SYAHRUL SETYOAJI SELVIANINGSIH SETYO HUTOMO TAUFIK IBNU AMAR YUNI RAHMA YANTI YUDA PRATAMA AJI NOVIA ASHARI

173 156 Lampiran 28 DAFTAR KELOMPOK ASAL DAN PERINGKAT KELOMPOK SIKLUS I PERTEMUAN 2 KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 1. AHMAD TAUFIK 2. DWI TRIYANA 3. RIZKIANTO 4. NOVIA ASHARI Rata-rata skor perkembangan = ARY WIBOWO 2. TAUFIK IBNU AMAR 3. FADLI RAHMAN Rata-rata skor perkembangan = 13,3 1. IKA MAYANG SARI 2. RIZKI MULIA RANI 3. DONI ROMADHON 4. MOH. NUR ALMAJID Rata-rata skor perkembangan = 17,5 KELOMPOK 4 KELOMPOK 5 KELOMPOK 6 1. SAEFUL ANAM 2. DEWI TRIYANI 3. MENIK MULANDARI 4. SYAHRUL SETYOAJI Rata-rata skor perkembangan = 22,5 1. ANANG NAHUMA R. 2. AGUNG SETIAWAN 3. SELVIANINGSIH 4. MOH. KHAERI Rata-rata skor perkembangan = 17,5 1. ATIF SAEFUL 2. KURNIA DEWI L. 3. CAHYO PUTRA 4. RIA APRILIANI Rata-rata skor perkembangan = 16,7 KELOMPOK 7 KELOMPOK 8 KELOMPOK 9 1. ALI MUSTOFA 2. NENENG NUR K. 3. IHZA DITYA 4. YUNI RAHMA YANTI Rata-rata skor perkembangan = 17,5 1. FADIA TYORA Y. E. 2. FERNANDA GERI R. 3. YUDA PRATAMA AJI Rata-rata skor perkembangan = 23,3 1. SETYO HUTOMO 2. SLAMET DIKTA D. 3. MAULANA SUBCHI 4. RIZAL TOBAGUS Rata-rata skor perkembangan = 12,5 KETERANGAN: TIM BAIK TIM HEBAT TIM SUPER

174 157 Lampiran 29 DAFTAR NILAI TES FORMATIF I KKM 64 NO. NAMA SISWA NILAI BELUM TUNTAS TUNTAS 1 AHMAD TAUFIK 55 2 DIAN KHOLIFAH 70 3 IKA MAYANG SARI 80 4 RIZKI MULIA RANI 55 5 SAEFUL ANAM 75 6 ARY WIBOWO 80 7 ANANG NAHUMA RURI 85 8 ATIF SAIFUL 40 9 ALI MUSTOFA AGUNG SETIAWAN CAHYO PUTRA DWI TRIYANA DEWI TRIYANI DONI ROMADHON FADLI RAHMAN FADIA TYORA YULI ETA FERNANDA GERI R IHZA ADITYA KURNIA DEWI LESTARI MOH. NUR ALMAJID MAULANA SUBCHI MOH. KHAERI MENIK MULANDARI NENENG NUR KHOLIDAH RIA APRILIANI RIZAL TOBAGUS RIZKIANTO SLAMET DIKTA DIANTO SYAHRUL SETYOAJI SELVIANINGSIH SETYO HUTOMO TAUFIK IBNU AMAR YUNI RAHMA YANTI YUDA PRATAMA AJI 60 JUMLAH NILAI 2410 RATA-RATA NILAI 70,88 JUMLAH TIDAK TUNTAS 12 PERSENTASE TIDAK TUNTAS (%) 35,29 JUMLAH TUNTAS 22 PERSENTASE TUNTAS BELAJAR 64,71

175 158 NO. NAMA SISWA NILAI KLASIKAL (%) KKM 64 BELUM TUNTAS TUNTAS

176 Lampiran

177 Lampiran

178 Lampiran

179 162

180 163

181 164

182 Lampiran

183 166

184 167

185 168

186 169 Lampiran 34 PENGEMBANGAN SILABUS SIKLUS II PERTEMUAN 1 SATUAN PENDIDIKAN : SEKOLAH DASAR MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS /SEMESTER : V (LIMA) /2 (DUA) Standar Kompetensi : Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kompetensi Alokasi Indikator Kegiatan Pembelajaran Media Penilaian Sumber Dasar Waktu (1) (2) (3) (4) (7) (8) (9) Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan 4. Menceritakan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Kegiatan Awal Guru membuka pelajaran, menyiapkan peralatan pembelajaran, melakukan apersepsi, menyampaikan motivasi, dan tujuan pembelajaran. 1. Gambar pahlawan 2. Peta Indonesia 2 JP Kegiatan inti 1. Dengan menggunakan gambar pahlawan dan peta Indonesia, guru menjelaskan materi Usaha Diplomasi dan Pengakuan Kedaulatan secara garis besar. 2. Siswa diberi kesempatan bereksplorasi dan berelaborasi dengan cara berdiskusi dalam kelompok asal dan kelompok 1. Penilaian proses terhadap aktivitas belajar siswa 2. Penilaian hasil belajar siswa (LKS, kuis, dan tes formatif) 1. Buku IPS BSE kelas V 2. Bahan Ajar materi Usaha Diplomasi dan Pengakuan Kedaulatan

187 170 Kompetensi Dasar Indikator Kegiatan Pembelajaran Media Penilaian Sumber (1) (2) (3) (4) (7) (8) (9) ahli. 3. Dalam kelompok asal, siswa ditugaskan mengerjakan LKS dengan setiap anggota mendapatkan tugas yang berbeda. 4. Dalam kelompok ahli, anggota dari masing-masing kelompok asal yang mempunyai tugas yang sama, mendiskusikan tugasnya. 5. Siswa kembali pada kelompok asalnya dan bertugas mempresentasikan tugas individunya di depan teman sekelompoknya secara bergantian. 6. Guru memberikan konfirmasi dalam diskusi kelas. Kegiatan Akhir 1. Siswa mengerjakan kuis tentang materi diskusi. 2. Guru mengoreksi hasil kerja siswa, menghitung poin perkembangan siswa, dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik. 3. Siswa bersamaguru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas. 4. Guru menutup pelajaran. Alokasi Waktu

188 171 Lampiran 35 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Siklus II Pertemuan 1 Satuan Pendidikan : SD Negeri 04 Bulu Pemalang Mata Pelajaran : IPS Kelas/Semester : V/II Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 JP) Standar Kompetensi : 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kompetensi Dasar : 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indikator : Menceritakan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan tentang Perjanjian Roem-Royen kepada teman sekelompoknya dengan benar. 2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menyebutkan 4 isi Perjanjian Roem-Royen kepada teman sekelompoknya dengan benar. 3. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan terjadinya Konferensi Meja Bundar (KMB) kepada teman sekelompoknya dengan benar. 4. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan hasil persetujuan-persetujuan dari Konferensi Meja Bundar (KMB) kepada teman sekelompoknya dengan benar. 5. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan Pengakuan Kedaulatan RI oleh Belanda kepada teman sekelompoknya dengan benar. B. MATERI AJAR Usaha Diplomasi dan Pengakuan Kedaulatan Usaha diplomasi yang dilakukan antara Indonesia dan Belanda yaitu dengan

189 172 melakukan beberapa perjanjian, seperti Perjanjian Roem-Royen pada tanggal 7 Mei 1949 dan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 23 Agustus 1949 sampai dengan 2 November Dari kedua perundingan tersebut akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan upacara pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS. Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di dua tempat, yaitu Den Haag dan Yogyakarta secara bersamaan. Uraian materi selengkapnya ada pada lampiran 36. C. METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN 1. Metode yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu: a. Ceramah b. Tanya Jawab c. Penugasan d. Diskusi Kelompok (Semua metode di atas, dikolaborasikan dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw). 2. Media yang digunakan dalam pembelajaran yaitu: a. Gambar Pahlawan b. Atlas Indonesia D. KEGIATAN PEBELAJARAN 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru memasuki kelas dan memberi salam. b. Guru menyiapkan siswa dan alat yang akan digunakan dalam pembelajaran. c. Guru mengadakan apersepsi dengan melakukan tanya jawab seperti Siapa yang masih ingat materi pertemuan kemarin?, Siapa yang tahu apa maksud dilakukannya perundingan-perundingan tersebut? dan sebagainya. d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menceritakan Pengakuan Kedaulatan RI oleh Belanda.

190 Kegiatan Inti (40 menit ) a. Eksplorasi (7 menit) 1) Guru menjelaskan tentang usaha diplomasi yang dilakukan bangsa Indonesia untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Belanda secara global. 2) Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan model kooperatif tipe jigsaw. b. Elaborasi (28 menit) 1) Guru mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok asal, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 anak. 2) Guru menugaskan setiap kelompok untuk mengerjakan LKS (lampiran 37). 3) Guru meminta setiap siswa dengan submateri yang sama untuk berkumpul membentuk kelompok ahli dan mempelajari submateri yang menjadi tugasnya. 4) Setelah memahami dan menguasai submateri tersebut, siswa kembali ke kelompok asalnya masing-masing. 5) Setiap anggota kelompok mempresentasikan submateri yang menjadi tanggung jawabnya kepada teman satu kelompoknya secara bergantian sampai seluruh anggota kelompok mendapat giliran. c. Konfirmasi (5 menit) Guru memimpin diskusi kelas untuk meluruskan materi yang menjadi perdebatan dalam diskusi kelompok. 3. Kegiatan Akhir (20 menit ) a. Guru memberikan kuis 3 kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individu (lampiran 40). b. Guru mengoreksi jawaban kuis dan menghitung skor kelompok. c. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan poin tertinggi. d. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas.

191 174 Simpulan: Usaha diplomasi antara Indonesia dan Belanda sudah dilakukan berulang-ulang, seperti diadakannya Perjanjian Roem-Royen dan KMB. Akhirnya tanggal 27 Desember 1949 diadakan upacara pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS. e. Menutup kegiatan pembelajaran dengan salam. E. SUMBER BAHAN Sumber bahan yang digunakan: 1. Silabus IPS kelas V semester Susilaningsih, Endang dan Linda S Limbong Ilmu Pengetahuan Sosial 5 untuk SD/MI kelas V. Jakarta: Depdiknas. Hal: Syamsiyah, Siti dkk Ilmu Pengetahuan Sosial 5 untuk SD/MI kelas V. Jakarta: Depdiknas. Hal: F. PENILAIAN 1. Prosedur penilaian : Penilaian proses dan penilaian hasil 2. Jenis penilaian : Tes tertulis 3. Bentuk soal : Pilihan ganda 4. Alat penilaian : LKS, soal kuis 3, dan lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 37, 40, dan 4) 5. Kunci jawaban (lampiran 40) 6. Skor penilaian: NA J S M x 100

192 175 Lampiran 36 Materi Ajar Siklus II Pertemuan 1 Usaha Diplomasi dan Pengakuan Kedaulatan Komisi PBB untuk Indonesia atau UNCI (United Nations Commission for Indonesia) berhasil mempertemukan pihak Indonesia dan Belanda dalam meja perundingan. Dalam perundingan-perundingan itu, delegasi dari Indonesia berjuang secara diplomasi supaya kedaulatan Indonesia diakui. Perundinganperundingan itu antara lain yaitu Perundingan Roem-Royen dan Konferensi Meja Bundar (KMB). 1. Perjanjian Roem-Royen Perjanjian Roem-Royen disetujui di Jakarta pada tanggal 7 Mei Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan pihak Belanda dipimpin oleh Dr. Van Royen. Anggota delegasi Indonesia lainnya yaitu Drs. Moh. Hatta dan Sri Sultan Hamengku Buwono lx. Isi Perjanjian Roem-Royen yaitu sebagai berikut: a. Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta b. Menghentikan gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik. c. Belanda menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat. d. Akan diselenggarakan perundingan lagi, yaitu KMB, antara Belanda dan Indonesia setelah Pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta. 2. Konferensi Meja Bundar (KMB) Sebagai tindak lanjut Perjanjian Roem-Royen, maka pada tanggal 23 Agustus 1949 sampai dengan 2 November 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg) atau Badan Musyawarah Negara-negara Federal dipimpin oleh Sultan Hamid II. Delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. Van Maarseveen, sedangkan UNCI dipimpin oleh

193 176 Chritchley. Hasil-hasil persetujuan yang dicapai dalam KMB yaitu sebagai berikut: a. Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir bulan Desember b. RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia Belanda. c. Irian Barat akan diserahkan setahun setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda. Kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan dalam KMB sangat memuaskan rakyat Indonesia. Akhirnya kedaulatan negara Indonesia diakui oleh pihak Belanda. Seluruh rakyat Indonesia menyambut hasil KMB dengan suka cita. 3. Pengakuan Kedaulatan Sesuai hasil KMB, pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan upacara pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS. Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di dua tempat, yaitu Den Haag dan Yogyakarta secara bersamaan. Dalam acara penandatanganan pengakuan kedaulatan di Den Haag, Ratu Yuliana bertindak sebagai wakil Negeri Belanda dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil Indonesia. Sementara dalam upacara pengakuan kedaulatan yang dilakukan di Yogyakarta, pihak Belanda diwakili oleh Mr. Lovink (wakil tertinggi pemerintah Belanda) dan pihak Indonesia diwakili Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Dengan pengakuan kedaulatan itu berakhirlah kekuasaan Belanda atas Indonesia dan berdirilah Negara Republik Indonesia Serikat. Sehari setelah pengakuan kedaulatan, ibu kota negara pindah dari Yogyakarta ke Jakarta. Kemudian dilangsungkan upacara penurunan bendera Belanda dan dilanjutkan dengan pengibaran bendera Indonesia.

194 177 Lampiran 37 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 1 Tanggal :... Waktu : 20 menit Kelompok :... Nama anggota kelompok : Petunjuk: 1. Pelajari materi tentang Perjanjian Roem-Royen, KMB, dan Pengakuan Kedaulatan RI oleh Belanda. 2. Setiap anggota kelompok mendapat tugas satu soal yang berbeda untuk dikerjakan. 3. Setelah tugas dibagi, masing-masing siswa berkumpul dengan siswa dari kelompok lain yang mempunyai tugas yang sama. Tugas: 1. a. Jelaskan waktu dan tempat dilaksanakannya Perjanjian Roem-Royen! b. Siapa nama pemimpin dari masing-masing delegasi dalam Perjanjian Roem- Royen? 2. Jelaskan isi dari Perjanjian Roem-Royen! 3. a. Jelaskan waktu dan tempat dilaksanakannya KMB! b. Siapa nama pemimpin dari masing-masing delegasi dalam KMB? 4. Jelaskan hasil persetujuan yang dihasilkan dalam KMB! 5. a. Jelaskan waktu dan tempat dilaksanakannya upacara pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda! b. Siapa nama wakil dari masing-masing negara dalam upacara pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda tersebut?

195 178 Lampiran 38 KISI-KISI SOAL KUIS 3 Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Kelas/Semester : V/II Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Pokok : Usaha Diplomasi dan Pengakuan Kedaulatan Standar Kompetensi : Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kometensi Dasar Indikator Soal Jenis Soal Ranah Nomor Tingkat Kognitif Soal Kesulitan 2.4 Menghargai 1. Siswa dapat menjelaskan salah satu perundingan yang dilakukan untuk Pilgan C2 1 Sedang perjuangan paran tokoh dalam mendapatkan pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda. 2. Siswa dapat menyebutkan tanggal terjadinya Perjanjian Roem-Royen. Pilgan C1 2 Mudah mempertahankan 3. Siswa dapat menjelaskan nama pemimpin delegasi Belanda dalam Perjanjian Pilgan C1 3 Mudah kemerdekaan. Roem-Royen. 4. Disajikan gambar situasi berlangsungnya sebuah perundingan, siswa dapat Pilgan C2 4 Sedang menyebutkan nama perundingan itu. 5. Siswa dapat menyebutkan tanggal terjadinya KMB. Pilgan C1 5 Mudah 6. Siswa dapat menjelaskan hasil persetujuan dalam KMB. Pilgan C2 6 Sulit 7. Siswa dapat menyebutkan delegasi-delegasi yang hadir dalam KMB. Pilgan C1 7 Sedang 8. Siswa dapat menyebutkan tanggal terjadinya upacara pengakuan kedaulatan RI Pilgan C1 8 Mudah oleh Belanda. 9. Siswa dapat menjelaskan nama wakil Indonesia dalam upacara pengakuan Pilgan C1 9 Mudah kedaulatan RI oleh Belanda di Yogyakarta. 10. Siswa dapat menjelaskan nama kota yang menjadi ibu kota RI setelah berlangsungnya upacara pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda. Pilgan C1 10 Mudah

196 179 Lampiran 39 PROSES VALIDASI SOAL KUIS 3

197 1. Penilai I 180

198 181 Lampiran 40 SOAL KUIS 3 DAN KUNCI JAWABAN Nama :... No. Absen :... Mapel : IPS Waktu :10 menit A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar! 1. Salah satu perundingan yang dilakukan untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda yaitu Perundingan... a. Roem-Royen c. Renville b. Linggarjati d. Kedaulatan 2. Perjanjian Roem-Royen terjadi pada tanggal... a. 10 November 1948 c. 7 Mei 1949 b. 15 Januari 1949 d. 23 Agustus Dalam Perjanjian Roem-Royen, delegasi Belanda dipimpin oleh... a. Mallaby c. Van Mook b. Huiyer d. Van Royen 4. Gambar di samping merupakan gambaran berlangsungnya Perundingan... a. Renville c. Roem-Royen b. KMB d. Linggarjati 5. KMB dilaksanakan di Den Haag pada tanggal... a. 23 Agustus - 2 November 1949 c. 2 November - 27 Desember 1949 b. 23 Agustus - 27 Desember 1949 d. 27 November - 2 Desember 1949

199 Berikut merupakan hasil persetujuan dari KMB, kecuali... a. Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia Belanda. b. Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) akan dikembalikan ke kota Yogyakarta. c. Indonesia menjadi RIS dan Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir bulan Desember d. Irian Barat akan diserahkan setahun setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda. 7. Peserta KMB terdiri dari empat delegasi, yaitu delegasi... a. Indonesia, Belanda, Amerika, dan UNCI. b. Indonesia, Amerika, UNCI, dan BFO. c. Indonesia, Belanda, UNCI, dan BFO. d. Belanda, Amerika, UNCI, dan BFO. 8. Upacara pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda berlangsung di dua tempat, yaitu di Den Haag dan Yogyakarta pada tanggal... a. 10 November 1948 c. 23 Agustus 1949 b. 7 Mei 1949 d. 27 Desember Dalam upacara pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda di Yogyakarta, pihak Indonesia diwakili oleh... a. Drs. Moh. Hatta c. Sri Sultan Hamengku Buwono IX b. Ir. Soekarno d. Jenderal Sudirman 10. Setelah berlangsungnya upacara kedaulatan RI oleh Belanda, ibu kota RI pindah ke kota... a. Surabaya c. Bandung b. Jakarta d. Yogyakarta KUNCI JAWABAN 1. A 6. B 2. C 7. C 3. D 8. D 4. B 9. C 5. A 10. B

200 1. Penilai I 183

201 2. Penilai II 184

202 185 Lampiran 41 PENGEMBANGAN SILABUS SIKLUS II PERTEMUAN 2 SATUAN PENDIDIKAN : SEKOLAH DASAR MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS /SEMESTER : V (LIMA) /2 (DUA) Standar Kompetensi : Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kompetensi Alokasi Indikator Kegiatan Pembelajaran Media Penilaian Sumber Dasar Waktu (1) (2) (3) (4) (7) (8) (9) Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Kegiatan Awal Guru membuka pelajaran, menyiapkan peralatan pembelajaran, melakukan apersepsi, menyampaikan motivasi, dan tujuan pembelajaran. 1. Gambar pahlawan 2. Peta Indonesia 2 JP 5. Menceritakan peranan beberapa tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, misalnya Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Panglima Besar Sudirman, dan Bung Tomo. Kegiatan inti 1. Dengan menggunakan gambar pahlawan dan peta Indonesia, guru menjelaskan materi Menghargai Jasa Tokoh-tokoh Perjuangan dalam Mempertahankan Kemerdekaan secara garis besar. 2. Siswa diberi kesempatan bereksplorasi dan berelaborasi dengan cara berdiskusi dalam kelompok asal dan kelompok ahli. 3. Dalam kelompok asal siswa ditugaskan 1. Penilaian proses terhadap aktivitas belajar siswa 2. Penilaian hasil belajar siswa (LKS, kuis, dan tes formatif) 1. Buku IPS BSE kelas V 2. Bahan Ajar materi Menghargai Jasa Tokohtokoh Perjuangan dalam Mempertahanka n Kemerdekaan

203 186 Kompetensi Dasar Indikator Kegiatan Pembelajaran Media Penilaian Sumber (1) (2) (3) (4) (7) (8) (9) mengerjakan LKS dengan menugaskan setiap anggota menjelaskan satu tokoh yang berbeda. 4. Dalam kelompok ahli, anggota dari masing-masing kelompok asal yang mempunyai tugas yang sama, mendiskusikan tugasnya. 5. Siswa kembali pada kelompok asalnya dan bertugas mempresentasikan tugas individunya di depan teman sekelompoknya secara bergantian. 6. Guru memberikan konfirmasi dalam diskusi kelas. Kegiatan Akhir 1. Siswa mengerjakan kuis tentang materi diskusi. 2. Guru mengoreksi hasil kerja siswa, menghitung poin perkembangan siswa, dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik. 3. Siswabersama guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas. 4. Guru menutup pelajaran. Alokasi Waktu

204 187 Lampiran 42 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Siklus II Pertemuan 2 Satuan Pendidikan : SD Negeri 04 Bulu Pemalang Mata Pelajaran : IPS Kelas/Semester : V/II Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 JP) Standar Kompetensi : 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kompetensi Dasar : 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indikator : Menceritakan peranan beberapa tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, misalnya Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Panglima Besar Sudirman, dan Bung Tomo. A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan peran Ir. Soekarno dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia kepada teman sekelompoknya dengan benar. 2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan peran Drs. Moh. Hatta dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia kepada teman sekelompoknya dengan benar. 3. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan peran Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia kepada teman sekelompoknya dengan benar. 4. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa dapat menjelaskan peran Panglima Besar Sudirman dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia kepada teman sekelompoknya dengan benar. 5. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan peran Bung Tomo

205 188 dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia kepada teman sekelompoknya dengan benar. B. MATERI AJAR Peranan Para Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Ada banyak tokoh yang terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, baik yang berjuang secara fisik dengan melakukan perang gerilya maupun yang berjuang lewat jalur perjuangan diplomasi. Tokohtokoh tersebut antara lain yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Panglima Besar Sudirman, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan Bung Tomo. Uraian materi selengkapnya ada pada lampiran 43. C. METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN 1. Metode yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu: a. Ceramah b. Tanya Jawab c. Penugasan d. Diskusi Kelompok (Semua metode di atas, dikolaborasikan dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw). 2. Media yang digunakan dalam pembelajaran yaitu gambar pahlawan. D. KEGIATAN PEBELAJARAN 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru memasuki kelas dan memberi salam. b. Guru menyiapkan siswa dan alat yang akan digunakan dalam pembelajaran. c. Guru melakukan presensi terhadap kehadiran siswa. d. Guru mengadakan apersepsi dengan menunjukkan contoh gambar pahlawan kepada siswa dan bertanya jawab seputar pahlawan tersebut, seperti Siapa yang masih ingat tentang materi pertemuan kemarin? Siapa saja tokoh yang berjasa dalam peristiwa tersebut?, dan sebagainya.

206 189 e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menceritakan Peran Para Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. 2. Kegiatan Inti (40 menit ) a. Eksplorasi (7 menit) 1) Guru menjelaskan tentang Peran Para Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia secara global. 2) Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan model kooperatif tipe jigsaw. b. Elaborasi (28 menit) 1) Guru mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok asal, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 anak. 2) Guru menugaskan setiap kelompok untuk mengerjakan LKS (lampiran 44). 3) Guru meminta setiap siswa dengan submateri yang sama untuk berkumpul membentuk kelompok ahli dan mempelajari submateri yang menjadi tugasnya. 4) Setelah memahami dan menguasai submateri tersebut, siswa kembali ke kelompok asalnya masing-masing. 5) Setiap anggota kelompok mempresentasikan submateri yang menjadi tanggung jawabnya kepada teman satu kelompoknya secara bergantian sampai seluruh anggota kelompok mendapat giliran. c. Konfirmasi (5 menit) Guru memimpin diskusi kelas untuk meluruskan materi yang menjadi perdebatan dalam diskusi kelompok. 3. Kegiatan Akhir (20 menit ) a. Guru memberikan kuis 4 kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individu (terlampir 47). b. Guru mengoreksi jawaban kuis dan menghitung skor kelompok. c. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan poin tertinggi.

207 190 d. Siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas. Simpulan: Setelah merdeka, bangsa Indonesia masih melakukan beberapa perlawanan untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut. Usaha tersebut dilakukan oleh para tokoh yang berjasa, seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Panglima Besar Sudirman, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan Bung Tomo. e. Menutup kegiatan pembelajaran dengan salam. E. SUMBER BAHAN Sumber bahan yang digunakan: 1. Silabus IPS kelas V semester Susilaningsih, Endang dan Linda S Limbong Ilmu Pengetahuan Sosial 5 untuk SD/MI kelas V. Jakarta: Depdiknas. Hal: Syamsiyah, Siti dkk Ilmu Pengetahuan Sosial 5 untuk SD/MI kelas V. Jakarta: Depdiknas. Hal: F. PENILAIAN 1. Prosedur penilaian : Penilaian proses dan penilaian hasil 2. Jenis penilaian : Tes tertulis 3. Bentuk soal : Pilihan ganda 4. Alat penilaian : LKS, soal kuis 4, dan lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 44, 47, dan 4) 5. Kunci jawaban (lampiran 47) 6. Skor penilaian: NA J S M x 100

208 191 Lampiran 43 Materi Ajar Siklus II Pertemuan 2 Menghargai Jasa Tokoh-tokoh Perjuangan dalam Mempertahankan Kemerdekaan Ada banyak tokoh yang terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Ada tokoh-tokoh yang berjuang secara fisik dengan melakukan pertempuran. Ada juga tokoh-tokoh yang berjuang lewat jalur perjuangan diplomasi. Berikut ini akan dibahas beberapa tokoh di antaranya. 1. Ir. Soekarno Ir. Soekarno adalah proklamator kemerdekaan Indonesia. Didampingi Drs. Moh. Hatta, beliau membacakan teks proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus Beliau adalah presiden pertama Republik Indonesia. Sebagai presiden, beliau turut berjasa dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Beliau mulai merintis pemerintahan Indonesia dalam masa-masa yang sangat sulit. Sebagai presiden, beliau memberikan semangat kepada Bangsa Indonesia untuk tetap berjuang. Beliau ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka ketika Belanda melakukan agresi militer pada tanggal 19 Desember Sebelumnya, beliau telah mengirimkan mandat kepada Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara yang berada di Sumatera untuk membentuk dan memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang beribu kota di Bukit Tinggi. 2. Drs. Mohammad Hatta Drs. Mohammad Hatta juga dikenal sebagai proklamator kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau memimpin kabinet di awal pembentukan negara Indonesia. Jasa beliau dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan sangatlah besar. Beliau dikenal sebagai delegasi Indonesia yang handal. Pada tanggal 23 Agustus - 2 November 1949, beliau memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Hasil KMB sangat memuaskan Bangsa Indonesia. Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di dua tempat,

209 192 yaitu di Yogyakarta dan di Den Haag pada tanggal 27 Desember Beliau menjadi wakil Indonesia dalam upacara di Den Haag. 3. Jenderal Sudirman Peran Jenderal Sudirman dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia sangat besar. Sebagai Panglima TKR, Divisi V Banyumas, Sudirman memimpin Pertempuran Ambarawa dan berhasil mengusir tentara Inggris. Pada tanggal 18 Desember 1945, Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal. Sudirman tetap memimpin perang gerilya meskipun beliau dalam keadaan sakit. 4. Bung Tomo Sutomo atau Bung Tomo dilahirkan di Surabaya. Pada zaman pergerakan, beliau bekerja di Surat Kabar Suara Umum dan menjadi redaktur mingguan Pembela Rakyat. Beliau mendirikan dan memimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia. Beliau mengobarkan semangat rakyat Surabaya dalam perang melawan pasukan Sekutu pada tanggal 10 November Sri Sultan Hamengku Buwono IX Sri Sultan Hamengku Buwono IX berperan besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebagai bangsawan, beliau membaur berjuang bersama rakyat biasa. Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan tokoh pejuang diplomatik Indonesia. Beliau menjadi anggota delegasi Indonesia dalam Perundingan Roem-Royen yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1949 dan menjadi wakil Indonesia dalam upacara penandatanganan pengakuan kedaulatan RI di Yogyakarta pada tanggal 27 Desember 1949.

210 193 Lampiran 44 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 2 Tanggal :... Waktu : 20 menit Kelompok :... Nama anggota kelompok : Petunjuk: 1. Pelajari materi tentang Menghargai Jasa Tokoh-tokoh Perjuangan dalam Mempertahankan Kemerdekaan. 2. Setiap anggota mendapatkan tugas untuk membahas dan mempresentasikan satu submateri. 3. Setelah tugas dibagi, masing-masing siswa berkumpul dengan siswa dari kelompok lain yang mempunyai tugas yang sama. Tugas: 1. Jelaskan peran Ir. Soekarno dalam mempertahankan kemerdekaan RI! 2. Jelaskan peran Drs. Moh. Hatta dalam mempertahankan kemerdekaan RI! 3. Jelaskan peran Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam mempertahankan kemerdekaan RI! 4. Jelaskan peran Bung Tomo dalam mempertahankan kemerdekaan RI! 5. Jelaskan peran Panglima Besar Jenderal Sudirman dalam mempertahankan kemerdekaan RI!

211 194 Lampiran 45 KISI-KISI SOAL KUIS 4 Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Kelas/Semester : V/II Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Pokok : Menghargai Jasa Tokoh-tokoh Perjuangan dalam Mempertahankan Kemerdekaan Standar Kompetensi : Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kometensi Dasar Indikator Soal Jenis Ranah Nomor Tingkat 2.4 Menghargai perjuangan paran tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. 1. Siswa dapat menjelaskan tempat diasingkannya Ir. Soekarno, Hatta, dan Sutan Syahrir dalam Agresi Militer Belanda II. 2. Siswa dapat menyebutkan nama tokoh yang menjadi wakil Indonesia dalam upacara penandatanganan pengakuan kedaulatan RI di Yogyakarta. Soal Kognitif Soal Kesulitan Pilgan C2 1 Sedang Pilgan C1 2 Mudah 3. Siswa dapat menyebutkan nama tokoh yang dikenal sebagai proklamator Pilgan C1 3 Mudah kemerdekaan RI. 4. Siswa dapat menyebutkan nama tokoh yang dikenal sebagai delegasi Indonesia Pilgan C1 4 Mudah yang handal. 5. Siswa dapat menjelaskan kepanjangan dari TKR. Pilgan C1 5 Mudah 6. Siswa dapat menjelaskan tempat bertugasnya Sudirman yang berpangkat Pilgan C1 6 Mudah Jenderal dalam TKR. 7. Disajikan gambar peta, siswa dapat menunjukkan lokasi tempat Bung Tomo Pilgan C2 7 Sedang mengobarkan semangat rakyat. 8. Disajikan gambar seorang tokoh, siswa dapat menyebutkan peran tokoh tersebut Pilgan C2 8 Sulit dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 9. Siswa dapat menjelaskan cara yang dilakukan para tokoh dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pilgan C2 9 Sedang

212 195 Kometensi Dasar Lampiran 46 Indikator Soal 10. Siswa dapat menjelaskan cara mempertahankan kemerdekaan Indonesia untuk dirinya sebagai siswa SD. PROSES VALIDASI SOAL KUIS 4 Jenis Ranah Nomor Tingkat Soal Kognitif Soal Kesulitan Pilgan C3 10 Sulit

213 1. Penilai I 196

214 197

215 198 Lampiran 47 SOAL KUIS 4 DAN KUNCI JAWABAN Nama :... No. Absen :... Mapel : IPS Waktu :10 menit A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar! 1. Dalam Agresi Militer Belanda II, Presiden Soekarno, Wapres Moh. Hatta, dan Sutan Syahrir ditangkap dan diasingkan ke... a. Belanda c. Bandung b. Bangka d. Bengkulu 2. Wakil Indonesia dalam upacara penandatanganan pengakuan kedaulatan Indonesia di Yogyakarta yaitu... a. Sri Sultan Hamengku Buwono IX c. Drs. Moh. Hatta b. Ir. Soekarno d. Sutan Syahrir 3. Tokoh pejuang yang dikenal sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia yaitu. a. Sutan Syahrir c. Ir. Soekarno b. Bung Tomo d. Sri Sultan Hamengku Buwono IX 4. Tokoh pejuang yang dikenal sebagai delegasi Indonesia yang handal yaitu... a. Drs. Moh. Hatta c. Sutan Syahrir b. Ir. Soekarno d. Bung Tomo 5. Pada tanggal 18 Desember 1945, Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal. Apa kepanjangan dari TKR? a. Tentara Keagungan Rakyat b. Tentara Kesatuan Rakyat c. Tentara Kejayaan Rakyat d. Tentara Keamanan Rakyat

216 Sudirman merupakan Panglima Besar TKR yang bertugas di daerah... a. Yogyakarta c. Banyumas b. Surabaya d. Ambarawa 7. Perhatikan gambar peta di bawah ini! Bung Tomo mengobarkan semangat rakyat dalam pertempuran di daerah yang ditunjukkan dengan angka... a. 1 c. 3 b. 2 d Apa peran tokoh di samping dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia? a. Wakil Indonesia dalam upacara penandatanganan pengakuan kedaulatan RI di Yogyakarta. b. Pemimpin delegasi Indonesia dalam acara Perundingan Linggarjati di Jawa Barat. c. Pemimpin rakyat Indonesia dalam melakukan pertempuran melawan Sekutu di Ambarawa. d. Pemimpin rakyat Indonesia dalam melakukan Pertempuran Bandung Lautan Api. 9. Para tokoh berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan cara... a. bekerjasama dengan Belanda c. diplomasi dengan Belanda b. menjajah negeri Belanda d. menangkap Belanda 10. Sebagai seorang siswa SD, apa yang dapat kalian lakukan untuk

217 200 mempertahankan kemerdekaan Indonesia dalam waktu sekarang ini? a. Berperang melawan bangsa asing yang masuk Indonesia. b. Mengusir orang-orang asing yang tinggal di Indonesia. c. Menjajah negara yang pernah menjajah Indonesia. d. Belajar suapaya pintar, agar dapat berguna bagi Indonesia. KUNCI JAWABAN 1. B 6. C 2. A 7. A 3. C 8. B 4. A 9. C 5. D 10. D

218 1. Penilai I 201

219 2. Penilai II 202

220 203 Lampiran 48 KISI-KISI SOAL TES FORMATIF II Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Kelas/Semester : V/II Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Pokok : Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Standar Kompetensi : Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kometensi Dasar Indikator Soal Jenis Ranah Nomor Tingkat Soal Kognitif Soal Kesulitan 2.4 Menghargai 1. Siswa dapat menyebutkan waktu terjadinya Perjanjian Roem-Royen. Pilgan C1 1 Mudah perjuangan para 2. Siswa dapat menyebutkan perwakilan Indonesia dalam Perjanjian Roem-Royen. Pilgan C1 2 Mudah tokoh dalam Essay 1 mempertahankan kemerdekaan. 3. Siswa dapat menyebutkan tempat terjadinya KMB. Pilgan C1 3 Mudah 4. Siswa dapat menjelaskan hasil persetujuan dalam KMB. Pilgan C2 4 Sulit Essay 2 5. Siswa dapat menyebutkan nama pemimpin dari BFO. Pilgan C1 5 Mudah 6. Siswa dapat menyebutkan nama kota yang menjadi ibu kota Indonesia setelah Pilgan C1 6 Sedang upacara penandatanganan pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda. 7. Siswa dapat memilih gambar tokoh yang berjasa dalam mengobarkan semangat rakyat Surabaya. Pilgan C2 7 Sedang 8. Siswa dapat menjelaskan julukan yang diberikan kepada Drs. Moh. Hatta. Pilgan C2 8 Sedang 9. Siswa dapat menjelaskan cara yang dilakukan para tokoh dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 10. Siswa dapat menjelaskan usaha yang dilakukan sebagai pelajar untuk menghargai jasa para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pilgan C2 9 Sedang Pilgan C3 10 Sedang

221 204 Kometensi Dasar Lampiran 49 Indikator Soal 11. Siswa dapat menjelaskan 3 dari 6 tokoh beserta peranannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. PROSES VALIDASI SOAL TES FORMATIF II Jenis Ranah Nomor Tingkat Soal Kognitif Soal Kesulitan Essay C2 3 Sulit

222 205

223 1. Penilai I 206

224 207

225 208 Lampiran 50 SOAL TES FORMATIF II DAN KUNCI JAWABAN Nama :... No. Absen :... Mapel : IPS Waktu : 35 menit A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar! 1. Perjanjian Roem-Royen dilaksanakan pada tanggal... a. 15 Januari 1949 c. 17 Agustus 1949 b. 7 Mei 1949 d. 23 Agustus Drs. Moh. Hatta dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan anggota delegasi Indonesia dalam... a. Perundingan Linggarjati c. Perjanjian Roem-Royen b. Perjanjian Renville d. Konverensi Meja Bundar 3. KMB (Konferensi Meja Bundar) dilaksaanakan di kota... a. Jakarta c. Den Haag b. Yogyakarta d. Amsterdam 4. Berikut merupakan hasil persetujuan dari KMB, kecuali... a. Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia Belanda. b. Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) akan dikembalikan ke kota Yogyakarta. c. Indonesia menjadi RIS dan Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir bulan Desember d. Irian Barat akan diserahkan setahun setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda. 5. Dalam KMB, peserta yang ada tidak hanya Indonesia dan Belanda, namun BFO dan UNCI juga menjadi anggota konferensi tersebut. Siapa nama pemimpin dari BFO? a. Sultan Hamid II. c. Sultan Hamid V. b. Sultan Hamid IV. d. Sultan Hamid IX.

226 Kota yang menjadi ibu kota Indonesia setelah dilaksanakannya upacara penandatanganan pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda yaitu. a. Jakarta b. Bandung c. Surabaya d. Yogyakarta 7. Mana di antara tokoh-tokoh berikut yang sudah berjasa dalam mengobarkan semangat rakyat Surabaya? a. b. c. d. 8. Selain dikenal sebagai tokoh proklamator kemerdekaan RI, Drs. Moh. Hatta juga dikenal sebagai... a. orator yang handal c. delegasi yang handal b. orator yang sigap d. delegasi yang sigap 9. Para tokoh berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan cara... a. bekerjasama dengan Belanda c. diplomasi dengan Belanda b. menjajah negeri Belanda d. menangkap Belanda 10. Sebagai seorang pelajar, usaha yang dapat dilakukan untuk menghargai jasa para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan RI yaitu dengan... a. bekerja keras c. bermain-main bersama teman b. belajar dengan giat d. membantu orang tua B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1. Sebutkan 3 tokoh yang menjadi wakil Indonesia dalam Perjanjian Roem- Royen! (Bobot soal 2) 2. Tuliskan kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan dalam KMB! (Bobot soal 3) 3. Sebutkan 3 tokoh dan masing-masing peranannya dalam usaha mempertahankan kemerdekaan RI! (Bobot soal 5)

227 210 KUNCI JAWABAN A. Pilihan Ganda 1. B 6. A 2. B 7. D 3. C 8. C 4. B 9. B 5. A 10. B B. Esay 1. 3 tokoh yang menjadi wakil Indonesia dalam Perjanjian Roem-Royen, yaitu: a. Mr. Moh. Roem sebagai pemimpin delegasi Indonesia b. Drs. Moh. Hatta dan Sri Sultan Hamengku Buwono lx sebagai anggota delegasi Indonesia 2. Kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan dalam KMB, yaitu: a. Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir bulan Desember b. RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia Belanda. c. Irian Barat akan diserahkan setahun setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda. 3. Pilih 3 dari 5 tokoh dan masing-masing peranannya dalam usaha mempertahankan kemerdekaan RI berikut ini. a. Ir. Soekarno : presiden RI pertama, beliau memberikan semangat kepada Bangsa Indonesia untuk tetap berjuang. Beliau ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka ketika Belanda melakukan agresi militer pada tanggal 19 Desember b. Drs. Moh. Hatta : dikenal sebagai delegasi Indonesia yang handal. Pada tanggal 23 Agustus - 2 November 1949, beliau memimpin delegasi Indonesia dalam KMB di Den Haag, Belanda. Beliau menjadi wakil

228 211 Indonesia dalam upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di Den Haag pada tanggal 27 Desember c. Jend. Sudirman : Sebagai Panglima TKR, Divisi V Banyumas, Sudirman memimpin Pertempuran Ambarawa dan berhasil mengusir tentara Inggris. Sudirman tetap memimpin perang gerilya meskipun beliau dalam keadaan sakit. d. Bung Tomo : Pada zaman pergerakan beliau bekerja di Surat Kabar Suara Umum dan menjadi redaktur mingguan Pembela Rakyat. Beliau mendirikan dan memimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia. Beliau mengobarkan semangat rakyat Surabaya dalam perang melawan pasukan Sekutu pada tanggal 10 November e. Sri Sultan Hamengku Buwono IX Peranan : merupakan tokoh pejuang diplomatik Indonesia. Beliau menjadi anggota delegasi Indonesia dalam Perundingan Roem-Royen yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1949 dan menjadi wakil Indonesia dalam upacara penandatanganan pengakuan kedaulatan RI di Yogyakarta pada tanggal 27 Desember 1949.

229 Penilai I

230 2. Penilai II 213

231 214 Lampiran 51 DATA HASIL BELAJAR SISWA KUIS 3 NO. NAMA SISWA SKOR SKOR SKOR DASAR AKHIR PERKEMBANGAN 1 AHMAD TAUFIK DIAN KHOLIFAH IKA MAYANG SARI RIZKI MULIA RANI SAEFUL ANAM ARY WIBOWO ANANG NAHUMA RURI ATIF SAIFUL ALI MUSTOFA AGUNG SETIAWAN CAHYO PUTRA DWI TRIYANA DEWI TRIYANI DONI ROMADHON FADLI RAHMAN FADIA TYORA YULI ETA FERNANDA GERI R IHZA ADITYA KURNIA DEWI LESTARI MOH. NUR ALMAJID MAULANA SUBCHI MOH. KHAERI MENIK MULANDARI NENENG NUR KHOLIFAH RIA APRILIANI RIZAL TOBAGUS RIZKIANTO SLAMET DIKTA DIANTO SYAHRUL SETYOAJI SELVIANINGSIH SETYO HUTOMO TAUFIK IBNU AMAR YUNI RAHMA YANTI YUDA PRATAMA AJI NOVIA ASHARI

232 215 Lampiran 52 DAFTAR KELOMPOK ASAL DAN PERINGKAT KELOMPOK SIKLUS II PERTEMUAN 1 KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 1. FADIA TYORA Y.E 2. ATIF SAEFUL 3. IHZA ADITYA 4. DONI ROMADHON 5. MENIK MULANDARI Rata-rata skor perkembangan = ANANG NAHUMA R. 2. MOH. KHAERI 3. NENENG NUR K. 4. NOVIA ASHARI 5. SLAMET DIKTA D. Rata-rata skor perkembangan = YUDA PRATAMA AJI 2. RIZAL TOBAGUS 3. DWI TRIYANA 4. RIZKI MULIA RANI 5. CAHYO PUTRA Rata-rata skor perkembangan = 24 KELOMPOK 4 KELOMPOK 5 KELOMPOK 6 1. AHMAD TAUFIK 2. DEWI TRIYANI 3. AGUNG SETIAWAN 4. DIAN KHOLIFAH 5. ARY WIBOWO Rata-rata skor perkembangan = 8 1. IKA MAYANG SARI 2. KURNIA DEWI L. 3. FADLI RAHMAN 4. MOH. NUR ALMAJID 5. SETYO HUTOMO Rata-rata skor perkembangan = SYAHRUL SETYOAJI 2. RIA APRILIANI 3. TAUFIK IBNU AMAR 4. RIZKIANTO 5. FERNANDA GERI. R Rata-rata skor perkembangan = 8 KELOMPOK 7 1. SAEFUL ANAM 2. ALI MUSTOFA 3. SELVIANINGSIH 4. YUNI RAHMA YANTI 5. MAULANA SUBCHI Rata-rata skor perkembangan = 10 KETERANGAN: TIM BAIK TIM HEBAT TIM SUPER

233 216 Lampiran 53 DATA HASIL BELAJAR SISWA KUIS 4 (PERTEMUAN 2 SIKLUS II) NO. NAMA SISWA SKOR SKOR SKOR DASAR AKHIR PERKEMBANGAN 1 AHMAD TAUFIK DIAN KHOLIFAH IKA MAYANG SARI RIZKI MULIA RANI SAEFUL ANAM ARY WIBOWO ANANG NAHUMA RURI ATIF SAIFUL AGUNG SETIAWAN CAHYO PUTRA DWI TRIYANA DEWI TRIYANI DONI ROMADHON FADLI RAHMAN FADIA TYORA YULI ETA FERNANDA GERI R IHZA ADITYA KURNIA DEWI LESTARI MOH. NUR ALMAJID MAULANA SUBCHI MOH. KHAERI MENIK MULANDARI NENENG NUR KHOLIFAH RIA APRILIANI RIZAL TOBAGUS RIZKIANTO SLAMET DIKTA DIANTO SYAHRUL SETYOAJI SELVIANINGSIH SETYO HUTOMO TAUFIK IBNU AMAR YUNI RAHMA YANTI YUDA PRATAMA AJI NOVIA ASHARI

234 217 Lampiran 54 DAFTAR KELOMPOK ASAL DAN PERINGKAT KELOMPOK SIKLUS II PERTEMUAN 2 KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 1. AHMAD TAUFIK 2. DWI TRIYANA 3. RIZKIANTO 4. NOVIA AZHARI 5. RIZAL TOBAGUS 1. IKA MAYANG SARI 2. RIZKI MULIA RANI 3. DONI ROMADHON 4. MOH. NUR ALMAJID 5. SETYO HUTOMO 1. DIAN KHOLIFAH 2. ARY WIBOWO 3. TAUFIK IBNU AMAR 4. FADLI RAHMAN 5. FADIA TYORA Y.E Rata-rata skor perkembangan = 16 Rata-rata skor perkembangan = 16 Rata-rata skor perkembangan = 22 KELOMPOK 4 KELOMPOK 5 KELOMPOK 6 1. SAEFUL ANAM 2. DEWI TRIYANI 3. MENIK MULANDARI 4. SYAHRUL SETYOAJI 5. SLAMET DIKTA D. 1. ANANG NAHUMA R. 2. AGUNG SETIAWAN 3. RIA APRILIANI 4. MOH. KHAERI 5. YUDA PRATAMA AJI 1. ATIF SAEFUL 2. KURNIA DEWI L. 3. CAHYO PUTRA 4. SELVIANINGSIH 5. MAULANA SUBCHI Rata-rata skor perkembangan = 20 Rata-rata skor perkembangan = 12 Rata-rata skor perkembangan = 14 KELOMPOK 7 1. NENENG NUR K. 2. IHZA ADITYA 3. YUNI RAHMA YANTI 4. FERNANDA GERI R. Rata-rata skor perkembangan = 17,5 KETERANGAN: TIM BAIK TIM HEBAT TIM SUPER

235 218 Lampiran 55 DAFTAR NILAI TES FORMATIF II SIKLUS II NO. NAMA SISWA NILAI KKM 64 TUNTAS BELUM TUNTAS 1 AHMAD TAUFIK 47,50 2 DIAN KHOLIFAH 75,00 3 IKA MAYANG SARI 95,00 4 RIZKI MULIA RANI 70,00 5 SAEFUL ANAM 85,00 6 ARY WIBOWO 75,00 7 ANANG NAHUMA RURI 100,00 8 ATIF SAIFUL 70,00 9 AGUNG SETIAWAN 70,00 10 CAHYO PUTRA 65,00 11 DWI TRIYANA 87,50 12 DEWI TRIYANI 100,00 13 DONI ROMADHON 100,00 14 FADLI RAHMAN 70,00 15 FADIA TYORA YULI ETA 87,50 16 FERNANDA GERI R. 67,50 17 IHZA ADITYA 42,50 18 KURNIA DEWI LESTARI 87,50 19 MOH. NUR ALMAJID 85,00 20 MAULANA SUBCHI 85,00 21 MOH. KHAERI 55,00 22 MENIK MULANDARI 82,50 23 NENENG NUR KHOLIDAH 82,50 24 RIA APRILIANI 82,50 25 RIZAL TOBAGUS 57,50 26 RIZKIANTO 90,00 27 SLAMET DIKTA DIANTO 70,00 28 SYAHRUL SETYOAJI 80,00 29 SELVIANINGSIH 82,50 30 SETYO HUTOMO 67,50 31 TAUFIK IBNU AMAR 90,00 32 YUNI RAHMA YANTI 67,50 33 YUDA PRATAMA AJI 77,50 34 NOVIA ASHARI 70,00 JUMLAH NILAI 2620 RATA-RATA NILAI 77,06 JUMLAH TIDAK TUNTAS 4 PERSENTASE TIDAK TUNTAS (%) 11,76 JUMLAH TUNTAS 30 PERSENTASE TUNTAS BELAJAR KLASIKAL (%) 88,24

236 Lampiran

237 Lampiran

238 Lampiran

239 222

240 223

241 224

242 Lampiran

243 226

244 227

245 228

246 229 Lampiran 60 PIAGAM PENGHARGAAN KELOMPOK PIAGAM PENGHARGAAN Pembelajaran Ips dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw SD Negeri 04 Bulu Petarukan Pemalang PIAGAM PENGHARGAAN Pembelajaran Ips dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw SD Negeri 04 Bulu Petarukan Pemalang PIAGAM PENGHARGAAN Pembelajaran Ips dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw SD Negeri 04 Bulu Petarukan Pemalang Diberikan kepada: Kelompok Sebagai Diberikan kepada: Kelompok Sebagai Diberikan kepada: Kelompok Sebagai Bulu, 11 Mei 2012 Bulu, 11 Mei 2012 Bulu, 11 Mei 2012 Ika Rahmaeta Ika Rahmaeta Ika Rahmaeta

247 230 Lampiran 61 JADWAL PENYUSUNAN SKRIPSI Bulan dan Minggu ke Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Penyusunan proposal x x x Seminar proposal x Penyempurnaan proposal dan pembuatan x x x x instrumen Pelaksanaan penelitian a.tindakan siklus I x x b.tindakan siklus II x x Pengolahan data dan x x x x x x x x x x x pembuatan skripsi Seminar Skripsi x x Revisi laporan x x x

248 231 Lampiran 62 SURAT IJIN PENELITIAN

249 232 Lampiran 63 SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN PENELITIAN

250 233 Lampiran 64 DOKUMENTASI Guru menjelaskan materi ajar Guru membimbing siswa diskusi dalam kelompok asal dan kelompok ahli Siswa mempresentasikan tugasnya dalam kelompok ahli

251 234 Guru memimpin diskusi kelas Siswa mengerjakan soal kuis Kelompok siswa yang memperoleh piagam penghargaan

SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENDENGARKAN PENGUMUMAN MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGPUCUNG PURBALINGGA SKRIPSI disajikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH

PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI MANGKUKUSUMAN 04 KOTA TEGAL Skripsi

Lebih terperinci

Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGGUNAAN MEDIA KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI BILANGAN ROMAWI PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG TENGAH 1 TEGAL Skripsi disajikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

Skripsi. oleh FAKULTAS

Skripsi. oleh FAKULTAS PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATERI TEKNOLOGI PRODUKSI, KOMUNIKASI, TRANSPORTASI MELALUI JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI PESURUNGAN LOR 1 TEGAL Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

Skripsi. diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Skripsi. diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TEGALSARI 08 KOTA TEGAL Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sebagi akibat dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) 2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru di kelasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan pemerintah negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI KLUWUT 04 BULAKAMBA BREBES Skripsi disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI TUMIYANG KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

PENERAPAN MODEL EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI TUMIYANG KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI PENERAPAN MODEL EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI TUMIYANG KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana

Lebih terperinci

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek 24 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM DAN KEGIATAN EKONOMI MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu negara. Dengan pendidikan dibentuk SDM yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan pendidik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Gallery Walk (GW) Secara etimologi, Gallery Walk terdiri dari dua kata yaitu gallery dan walk. Gallery adalah pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung 16 Rusmiati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SEJARAH HINDU MENERAPKAN MODEL CTL PADA SISWA KELAS V SDN 1 PUNJUL KARANGREJO TULUNGAGUNG

Lebih terperinci

Skripsi. diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: Iguh Erianto

Skripsi. diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: Iguh Erianto PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI RINGKASAN BUKU MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V MI MA ARIF NU DARMAKRADENAN KABUPATEN BANYUMAS Skripsi diajukan sebagai syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut (Sanjaya, 2009:240-241), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATERI PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATERI PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATERI PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DI MADRASAH IBTIDAIYAH SALAFIYAH LIMBANGAN WETAN KECAMATAN BREBES Skripsi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 03 JEBED KABUPATEN PEMALANG

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 03 JEBED KABUPATEN PEMALANG PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 03 JEBED KABUPATEN PEMALANG Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS Nurhayati, Nila Kurniasih, Dita Yuzianah Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

Skripsi. disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Skripsi. disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN PEMBELAJARAN STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI LANGKAP 01 BUMIAYU BREBES Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI, KOMUNIKASI, DAN TRANSPORTASI MELALUI METODE EVERYONE IS A TEACHER HERE PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 01 MOGA Skripsi disajikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN 28 PAINAN TIMUR KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Mardalinda 1, Muhammad Sahnan 1, Khairul 2.

Lebih terperinci

Penggunaan Model Carousel Feedback untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Peta pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Madiun

Penggunaan Model Carousel Feedback untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Peta pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Madiun Kusuma, Penggunaan Model Carousel Feedback untuk Meningkatkan... 81 Penggunaan Model Carousel Feedback untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Peta pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Madiun Nanin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk membantu perkembangan kepribadian serta kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI RANDUGUNTING 4 KOTA TEGAL Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Yuyun Ismiyati NIM

SKRIPSI. Oleh : Yuyun Ismiyati NIM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN TEKNIK PETA KONSEP SISWA KELAS IV SEMESTER GASAL SDN SLAWU 03 JEMBER

Lebih terperinci

PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA

PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA (Studi Kasus Siswa Kelas VII A SMP NURIS Jember Pada Mata Pelajaran IPS Dengan Materi Tindakan Ekonomi Berdasarkan Motif Dan Prinsip Ekonomi Tahun

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: M FUADI FARHAN NIM

SKRIPSI. Oleh: M FUADI FARHAN NIM PENERAPAN TEORI GAGNE DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN SEGI EMPAT PADA KELAS VII SMP NEGERI 3 BALUNG JEMBER TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh: M FUADI FARHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL Husnah Guru SDN 001 Pasar Inuman Kecamatan Inuman husnah683@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam kajian teori akan disajikan teori tentang variable X yaitu model pembelajaran kooperatif tipe think pair square dan teori tentang variable Y yaitu hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab. Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:94)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA 12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENEREPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII-4 SMP NEGERI 1 PANGKATAN

Lebih terperinci

LAJARAN (TGT) Skripsi FAKULTAS. oleh

LAJARAN (TGT) Skripsi FAKULTAS. oleh ` KEEFEKTIFAN MODEL PEMBEL LAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVI ITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PAGERBARANG 03 KABUPATEN TEGAL Skripsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD 1. Pengertian IPS Ilmu pengetahuan sosial (IPS) secara resmi mulai dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1975 merupakan istilah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Vita Heprilia Dwi Kurniasari NIM

SKRIPSI. Oleh : Vita Heprilia Dwi Kurniasari NIM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN MENGGAMBAR GRAFIK FUNGSI ALJABAR SEDERHANA DAN FUNGSI KUADRAT PADA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori dijabarkan berbagai landasan sebagai pendukung penelitian, permasalahan dan variabel penelitian yang diteliti semua ditulis pada kajian teori. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 1 Maret 2017, hal 39-44 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT Hj. Annisa NIP.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah di Kelas II SDN Inpres 1 Birobuli Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan penting dan sebagai fundamental bagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering digunakan oleh para guru. Khususnya pembelajaran biologi, ini disebabkan karena kesesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi

BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD / MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi untuk satuan pendidikan

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang Bambang Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung 22 Sulistyowati, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika... PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS V SDN 02 KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DISERTAI TEHNIK PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS DI KELAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah karena tidak hanya sekedar menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi melibatkan berbagai

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Jaka Nugraha & Choirul Nikmah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya jaka.unesa@gmail.com

Lebih terperinci

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELANGKAAN DIKELAS X SMA NEGERI 2 BIREUEN Noventi, Nurul Mahasiswa Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

MEIDITA CAHYANINGTYAS K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 MEIDITA CAHYANINGTYAS

Lebih terperinci