Peranan Keluarga Dalam Menginternalisasikan Nilai Moral Untuk Anak Usia Dini
|
|
- Hartanti Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Peranan Keluarga Dalam Menginternalisasikan Nilai Moral Untuk Anak Usia Dini Oleh: Wuri Wuryandani, M.Pd. Jurusan PPSD FIP UNY Abstrak Anak merupakan investasi masa depan yang harus dikembangkan secara optimal. Tanpa adanya stimulus yang tepat dari orang tua, potensi yang dibawa anak sejak lahir tidak akan mampu berkembang secara optimal. Salah satu kawasan yang perlu dikembangkan pada anak adalah penanaman nilai moral. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran keluarga dalam pendidikan nilai moral untuk anak usia dini. Peran keluarga dalam pendidikan nilai moral untuk anak sangatlah besar, mengingat keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam menanamkan nilai moral kepada anak adalah Pertama, nilai yang ditanamkan harus jelas. Kedua, Harus ada konsistensi atau keajegan. Ketiga,adanya keteladanan dari orang tua. Keempat, adanya sikap konsekuensi terhadap aturan yang diberlakukan. Kata Kunci: Keluarga, Nilai Moral, Anak Usia Dini Pendahuluan Anak merupakan investasi masa depan yang harus dikembangkan secara optimal. Penelitian membuktikan bahwa sejak lahir seorang anak manusia memiliki kurang lebih 100 miliyar sel otak. Sel-sel otak ini tidak akan tumbuh dan berkembang dengan pesat tanpa adanya stimulasi dan didayagunakan (Gutama,dkk., 2005: 3). Stimulasi untuk perkembangan sel-sel otak ini dapat diberikan salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan anak usia dini sangatlah penting. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini juga didasarkan pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem 1
2 Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar nak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut (Pasal 1 butir 14). Berdasarkan halhal tersebut maka jelaslah bahwa pendidikan sejak usia dini sanggatlah penting. Di era globalisasi seperti sekarang ini tidak menutup kemungkinan anak akan dengan mudah mendapat informasi dari luar melalui media apapun. Yang pernting diingat bahwa tidak semua informaasi yang diperoleh anak dari luar merupakan informasi yang baik dan tepat untuk perkembangan anak. Seperti yang sering kita lihat sekarang ini di media masa sering diberitakan tentang perkelaihan, tawuran dan tindakan-tindakan lain yang tidak sesuai dengan nilai moral yang ada. Kualitas watak anak sejak kecil akan mewarnai watak seseorang di kemudian hari. Anak yang dibesarkan dalam suasana yang curiga mencurigai misalnya, ketika dewasa akan mengalami kesulitan untuk mempercayai orang lain. Bila di masa kecilnya anak sering dipukuli, besar kemungkinan ketika besar akanmenjadi pendendam. Demikian pula jika di masa kecil anak sering diejek, maka kelaka akan sulit menghargai orang lain ( buletin-desember-2009/163-menanamkan-kepekaan-sosial-pada-anak.html) 2
3 Atas dasar pertimbangan hal di atas, maka bagi anak perlu dibekali pengetahuan tentang nilai moral yang baik. Dengan diberikannya pendidikan nilai dan moral sejak usia dini, diharapkan pada tahap perkembangan selanjutnya anak akan mampu membedakan baik buruk, benar salah, sehingga ia dapat menerapkannya dalam kegidupan sehari-harinya. Anak-anak diharapkan akan lebih mudah menyaring perbuatan mana yang perlu diikuti dan perbuatan mana yang harus dihindari. Pendidikan anak dilakukan pada tiga lingkungan pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua berperan dalam pendidikan, anak akan menunjukkan prestasi belajar, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosioemosional, kedisiplinan, serta aspirasi anak untuk belajar samapai perguruan tinggi, bahkan setelah bekerja dan berumah tangga. (Maemunah Hasan, 2009:20). Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak, sejak anak dilahirkan. Di dalam keluarga ini anak-anak akan banyak mendapatkan pengalaman untuk tumbuh dan berkembang demi masa depannya. Di dalam keluarga orang tua dapat memberikan contoh perilaku yang kelak akan ditiru oleh anak. Keluarga merupakan tempat yang efektif untuk membelajarkan nilai moral kepada anak. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam UU No. 23 Tahun 2000 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang 3
4 ditujuak untuk anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar nak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut (Pasal 1 butir 14). Pendidikan anak usia dini memerlukan perhatian yang sangat penting dari orang tua, ahli pendidikan, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan anak usia dini, khususnya Taman Kanak-Kanak telah diselenggarakan sejak lama, yaitu sejak awal kemerdekaan. Di sekolah ini anak-anak usia 4-5 tahun atau 6 tahun mendapat tempat untuk mengembangkan potensinya dalam berbagai bentuk kegiatan. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke beberapa arah berikut: 1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar) 2. Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual) Sosioemosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasdi, yang disesuaikan dengan keuunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. (Maemunah Hasan, 2009:16). Pendidikan Nilai Moral Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Purwodarminto dinyatakan bahwa nilai adalah harga, hal-hal yang berguna bagi manusia. Menurut I Wayan Koyan (2000 :12), nilai adalah segala sesuatu yang berharga. Menurutnya ada dua 4
5 nilai yaitu nilai ideal dan nilai aktual. Nilai ideal adalah nilai-nilai yang menjadi citacita setiap orang, sedangkan nilai aktual adalah nilai yang diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari. Kohlberg mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai obyektif dan nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai yang bersifat instrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa secara universal. Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat kebenaran, keindahan dan keadilan. Adapaun nilai subyektif yaitu nilai yang sudah memiliki warna, isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu, tempat dan budaya kelompok masyarakat tertentu. Menurut Richard Merill dalam I Wayan Koyan (2000 : 13) menyatakan bahwa nilai dalah patokan atau standar yang dapat membimbing seseorang atau kelompok ke arah satisfication, fulfillment, and meaning. Adapun pengertian moral berasal dari bahasa latin mores, dari suku kata mos yang artinya adat istiadat, kelakuan, watak, tabiat, akhlak (K.Prent, et al dalam Soenarjati 1989 : 25). Dalam perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik, yang susila (Amin Suyitni, dalam Soenarjati 1989 : 25). Dari pengertian itu dikatakan bahwa moral adalah berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu dapat dikatakan baik secara moral apabila bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang ada. Sebaliknya jika perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, maka ia akan dikatakan jelek secara moral. 5
6 Pendidikan moral penting diberikan kepada anak sejak usia dini. Pendidikan moral bertujuan pada pembentukan sikap dan perilaku seseorang agar dapat bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang berlaku di lingkungan sosialnya. Oleh karena itu adanya pendidikan moral akan menentukan mudah tidaknya seseorang dapat diterima di dalam lingkungan sosialnya. Hal ini mengingat bahwa dalam berinteraksi dengan orang lain tidak hanya menuntut kecerdasan orang secara kognitif, akan tetapi diperlukan kecerdasan afektif dan psikomotor. Kecerdasan afektif dapat dikembangkan melalui pendidikan moral. Adanya pendidikan moral bukanlah tanpa tujuan. Sasaran pendidikan moral adalah sebagai berikut: 1. membina dan menanamkan nilai moral dan norma, 2. meningkatkan dan memperluas tatanan nilai keyakinan seseorang atau kelompok, 3. meningkatkan kualitas diri manusia, kelompok atau kehidupan, 4. menangkal, memperkecil dan meniadakan hal-hal yang negatif, 5. membina dan mengupayakan terlaksananya dunia yang diharapkan, 6. melakukan klarifikasi nilai intrinsik dari suatu nilai moral dan norma dan kehidupan secara umum. (www. anneahira.com). Dalam melaksanakan pendidikan moral untuk anak usia dini dapat melalui beberapa pendekatan seperti yang diungkapkan Dwi Siswoyo, dkk (2005:72-81) 6
7 sebagai berikut: Adapun beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam penanaman nilai moral pada anak usia dini menurut Dwi Siswoyo dkk, 2005:72-81 adalah indoktrinasi, klarifikasi nilai, teladan atau contoh, dan pembiasaan dalam perilaku. 1. Indoktrinasi Dalam kepustakaan modern, pendekatan ini sudah banyak menuai kritik dari para pakar pendidikan. Akan tetapi pendekatan ini masih dapat digunakan. Dalam pendekatan ini orang tua diasumsikan telah memiliki nilainilai keutamaan yang dengan tegas dan konsisten ditanamkan kepada anak. Aturan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan disampaiakan secara tegas, terus menerus dan konsisten. Jika anak melanggar maka ia dikenai hukuman, akan tetapi bukan berupa kekerasan. 2. Klarifikasi Nilai Dalam pendekatan ini, orang tua tidak secara langsung menyampaikan kepada anak mengenai benar salah, baik buruk, akan tetapi anak diberi kesempatan untuk menyampaiakan dan menyatakan nilai-nilai dengan caranya sendiri. Anak diajak untuk mengungkapkan mengapa perbuatan ini benar atau buruk. Dalam pendekatan ini anak diajak untuk mendiskusikan isuisu moral yang berkembang. 7
8 3. Teladan atau contoh Anak usia dini mempunyai kemampuan yang menonjol dalam hal meniru. Oleh karena itu orang tua hedaknya dapat dijadikan model yang patut dicontoh/ditiru oleh anak. Anak akan melihat perilaku orang tua secara global. Artinya baik perilaku baik maupun akan senantiasa dilihat dan ditiru oleh anak. Oleh karena itu hendaknya orang tua selalu memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak agar anak pun meniru perilaku-perilaku yang baik. 4. Pembiasaan dalam perilaku Keberhasilkan pendidikan moral juga tergantung pada kontinyuitas perilaku anak. Artinya tidak akan pernah tercapai tujuan pendidikan moral apabila hanya dilakukan dalam satu waktu saja. Nilai-nilai moral yang ditanamkan pada anak harus senantiasa terus menerus dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan pada perilaku anak sehari-hari. Misalnya berdoa sebelum makan, cuci tangan secelum makan, mengembalikan mainan ke tempatnya, dan lain-lain. Apabila suatu saat anak tidak melakukan hal tersebut, maka hendaknya kepada anak diberikan peringatan. 8
9 Perkembangan Moral Anak Tahapan Perkembangan Moral Piaget Menurut Piaget perkembangan moral terjadi dalam dua tahapan, yaitu tahap pertama adalah tahap realisme moral atau moralitas oleh pembatasan dan tahap kedua tahap moralitas otonomi atau moralitas kerjasama atau hubungan timbal balik. (Hurlock, 1998:79). Dalam tahap pertama, peerilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Mereka menganggap orang tua dan semua orang dewasa yang berwenang sebagai maha kuasa dan mengikuti peraturan yang diberikan pada mereka tanpa mempertanyakan kebenarannya. Dalam tahap ini anak menilai tindakannya benar atau salah berdasarkan konsekuensinya dan bukan berdasarkan motivasi di belakangnya. Mereka sama sekali mengabaikan tujuan tindakannya tersebut. Dalam tahap kedua, anak menilai perilaku atas dasar tujuan yang mendasarinya. Tahap ini biasanya dimulai antara usia 7 atau 8 tahun dan berlanjut hingga usia 12 tahun atau lebih. Gagasan yang kaku dan tidak luwes tentang benar salah perilaku mulai dimodifikasi. Anak mulai mempertimbangkan keadaan tertentu yang berkaitan dengan suatu pelanggaran moral. Tahap Perkembangan Moral Kohlberg Kohlberg mengemukakan ada tiga tahap perkembangan moral, yaitu: 9
10 1. Tingkat moralitas prakonvensional Pada tahap ini perilaku anak tunduk pada kendali eksternal. Dalam tahap pertama tingkat ini anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, dan moralitas suatu tindakan pada akibat fisiknya. Pada tahap kedua tingkat ini, anak menyesuaian terhadap harapan sosial untuk memperoleh penghargaan. 2. Tingkat moralitas konvensional Dalam tahap pertama tingkat ini anak menyesuaiakan dengan peraturan untuk endapat persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan mereka. Dalam tahap kedua tingkat ini anak yakin bahwa bila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok, mereka harus berbuat sesuai dengan peraturan itu agar terhinfdar dari kecaman dan ketidaksetujuan sosial. 3. Tingkat moralitas pasca konvensional Dalam tahap pertama tingkat ini anak yaki bahwa harus ada keluwesan dalam keyakinan-keyakinan moral yang memungkinkan modifikasi dan perubahan standar moral. Dalam tahap kedua tingkat ini, orang menyesuaiakan dengan standar sosial dan cita-cita internal terutama untuk menghindari rasa tidak puas demngan diri sendiri dan bukan untuk menghindari kecaman sosial. 10
11 Peran Keluarga Untuk Menanamkan Nilai Moral Bagi Anak Usia Dini Keberhasilan pendidikan moral bagi anak usia dini sangat bergantung pada tiga lingkungan pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Di antara ketiga lingkungan pendidkan tersebut menurut pendapat Dobbert dan Winkler (1985), lingkungan keluarga merupakan faktor dominan yang efektif dan terpenting. Peran keluarga dalam pendidikan nilai adalah mendukung terjadinya proses identifikasi, internalisasi, panutan, dan reproduksi langsung dari nilai-nilai moral yang hendak ditanamkan sebagai pola orientasi dari kehidupan keluarga. (www. anneahira.com). Keluarga menurut Ahmadi seperti dikutip Fitria Susanti dan Novita (2009) adalah kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terbentuk dari hubungan antara laki-laki dan perempuan yang berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak. Jadi keluarga dalam bentuk murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi anak sejak anak dilahirkan. Di dalam keluarga anak memperoleh banyak pengalaman dan stimulus untuk tumbuh dan berkembang. Pengaruh keluarga terhadap perkembangan moral anak sangatlah besar. Dengan melihat perilaku orang dewasa di dalam lingkungan keluarga dimana anak tinggal, anak akan memperhatikan perilaku tersebut, kemudian menirunya 11
12 dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian keluarga merupakan tempat yang sangat efektif untuk menginternalisasikan nilai moral kepada anak. Peran orang tua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti agama, budi pekerti, sopan sdantun, estetika, kasih saying, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Peranan keluarga adalah mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang sesuai. Peran orang tua di dalam keluarga bagi perkembangan moral anak sangatlah besar. Anak perlu mendapat pendampingan dalam perkembangan nilai moral. Peran utama orang tua dalam pendampingan ini sangatlah besar. Peristiwa sehari-hari bisa dijadikan sebagai alat bagi orang tua untuk menginternalisasikan nilai moral kepada anak. Dalam upaya menjalankan perannya dalam pendidikan moral untuk anak usia dini lingkungan keluarga harus mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk pembelajaran nilai moral bagi anak. Artinya bahwa keluarga tidak hanya memberikan konsep-konsep moral secara abstrak, tetapi juga berupaya agar anak dapat belajar tentang penerapan dari konsep-kpnsep moral tersebut dari perilaku anggota keluarga sehari-hari. Orang tua pada saat menginternalisasikan nilai moral kepada anak di dalam keluarga harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, nilai yang ditanamkan harus jelas. Artinya bahwa dalam menyampaikan nilai moral kepada anak harus 12
13 menggunakan bahasa sederhana yang dapat diterima oleh anak. Mengingat anak usia dini perkembangan bahasanya masih cukup sederhana. Anak cenderung belum mampu menguasai bahasa yang kompleks. Apalagi terkait dengan konsep nilai moral yang sangat abstrak. Jika konsep yang diterima anak kurang jelas, maka nilai moral yang diinternalisasikan oleh orang tua tidak akan diterima oleh anak dengan optimal. Kedua, konsisten atau ajeg. Konsisten antara kedua orang tua dan anggota keluarga yang ada di rumah sangat penting dalam menunjang keberhasilan penanaman nilai moral kepada anak. Jika suatu tindakan dinyatakan salah oleh ibu misalnya, maka bapak pun harus berkata demikian. Sehingga tidak ada persepsi anak bahwa ia akan memperoleh perlindungan dari salah satu orang tuanya jika ia salah. Kecuali harus konsisten, dalam pendidikan moral di lingkungan keluarga diperlukan adanya keajegan. Artinya bahwa dalam suatu waktu perilaku anak sianggap salah, kemudian diberi peringatan, maka dalam waktu yang lain jika anak kembali berperilaku negative juga harus diberikan peringatan. Peringatan yang diberikan harus sesegera mungkin sejak anak berperilaku negative. Mengapa? Karena jika sudah berselang lama, anak akan sulit menghubungkan antara perilaku negatifnya dengan peringatan dari orang tua. Hal ini terkait dengan kemampuan berpikir nak yang masih terbatas. Ketiga, teladan. Keteladanan dari orang tua sangat berperan demi keberhasilan penanaman nilai moral untuk anak usia dini di lingkungan keluarga. 13
14 Penting diingat bahwa masa kanak-kanak adalah masa yang sangat mudah untuk meniru perilaku orang lain yang dilihatnya. Dengan demikian perilaku orang tua di rumah harus senantiasa menunjukkan perilaku yang positif dari sisi nilai moral. Jika anak sering dibohongi di rumah, maka ia juga cenderung akan sering berbohong kepada orang lain. Keempat, konsekuensi. Anak-anak dibiasakan untuk memilih konsekuensi terhadap apa yang dilakukan. Jika anak bersalah, maka ia harus mempertanggungjawabkan kesalahannya tersebut. Dengan cara apa? Berikan sanksi seketika setelah anak melakukan kesalahan. Dengan demikian anak akan lebih mudah mengingat di masa yang akan datang, jika ia bersalah maka akan diberi sanksi. Jika terpaksa harus memberikan sanksi, maka hindarilah sanksi yang bersifat fisik. Artinya bahwa ketika anak berperilaku negative, maka sanksi yang diberikan orang tua bukanlah dengan mencubit, memukul, atau menyakiti badan lainnya. Sanksi yang diberikan kepada anak dapat berupa penghentian sementara aktivitas yang disenangi anak sebagai konsekuensi dari perilaku anak yang negative. Berdasarkan uraian-uraian di atas tersebut jelaslah bahwa peran keluarga dalam menanamkan nilai kepada anak sangat besar. Peran keluarga dalam memberikan stimulasi untuk perkembangan moral anak harus tepat dan optimal. Penutup 14
15 Peran keluarga dalam penanaman nilai moral anak usia dini sangatlah besar. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak. Figur yang ditunjukkan oleh anggota keluarga dalam bentuk perilaku sehari-hari akan diamati oleh anak, dan kemudian diikuti dan ditiru oleh anak. Dengan demikian orang tua dalam keluarga sebisa mungkin harus mencontohkan perilaku yang positif kepada anak. Dalam rangka penanaman nilai moral pada anak usia dini di dalam keluarga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu Pertama, nilai yang ditanamkan harus jelas. Kedua. Harus ada konsistensi atau keajegan. Ketiga,adanya keteladanan dari orang tua. Keempat, adanya sikap konsekuensi terhadap aturan yang diberlakukan. Daftar Pustaka Pendidikan Moral. diakses tanggal 23 Desember Cheppy Haricahyono Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Press. Depdiknas Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak- Kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta:Depdiknas. Dwi Siswoyo dkk Metode Pengembangan Moral Anak Prasekolah. Yogyakarta: FIP UNY. Elizabeth Hurlock Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Gutama,dkk Mewujudkan Pendidikan Anak Usia Dini yang Holistik. Seminar dan Lokakarya Nasional 2005 Pendidikan Anak Usia Dini, kampus UGM Nopember
16 Huitt Values Education. I Wayan Koyan Pendidikan Moral Pendekatan Lintas Budaya. Jakarta: Depdiknas. Maimunah Hasan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Diva Press. Martini Jamaris Perkembangan dan Pengembangan Anak di usia taman Kanak-Kanak. Jakarta : Grasindo. Otib Satibi Hidayat Metode Pengembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama. Jakarta: Universitas Terbuka. Soenarjati dan Cholisin Dasar dan Konsep Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Laboratorium PMP dan KN. Thomas Lickona Educating for Character. New York: Bantam Books. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. 16
17 17
PERANAN KELUARGA DALAM MENANAMKAN NILAI MORAL PADA ANAK USIA DINI Oleh: Wuri Wuryandani, (Jurusan PPSD FIP UNY)
76 Peran Keluarga Dalam Menanamkan Nilai Moral Pada Anak Usia Dini...Wuri W.. PERANAN KELUARGA DALAM MENANAMKAN NILAI MORAL PADA ANAK USIA DINI Oleh: Wuri Wuryandani, (Jurusan PPSD FIP UNY) ABSTRAK Anak
Lebih terperinciPENANAMAN NILAI MORAL UNTUK ANAK USIA DINI. Oleh: Wuri Wuryandani, M. Pd.
PENANAMAN NILAI MORAL UNTUK ANAK USIA DINI Oleh: Wuri Wuryandani, M. Pd. Abstrak Anak merupakan investasi masa depan yang perlu distimulasi perkembangannya sejak usia dini. Sel-sel otak yang dimiliki anak
Lebih terperinciPENANAMAN NILAI MORAL MELALUI METODE BERCERITA DI RAUDHATUL ATHFAL RAUDHATUL ISLAH MARGOSARI PAGELARAN UTARA PRINGSEWU
PENANAMAN NILAI MORAL MELALUI METODE BERCERITA DI RAUDHATUL ATHFAL RAUDHATUL ISLAH MARGOSARI PAGELARAN UTARA PRINGSEWU Trisnawati, Ilmi muyasaroh Prodi Sistem Informasi, STMIK Pringsewu Jl. Wisma Rini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5) Manfaat Penelitian, dan (6) Penegasan Istilah. 1.1. LATAR BELAKANG
Lebih terperinciANALISIS NILAI MORAL PEMBIASAAN PENGUCAPAN TERIMA KASIH PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI KECAMATAN PONTIANAK KOTA
Jurnal Visi Ilmu Pendidikan halaman 684 ANALISIS NILAI MORAL PEMBIASAAN PENGUCAPAN TERIMA KASIH PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI KECAMATAN PONTIANAK KOTA Halida 1 dan Tri Wirawati 2 Abstrak : Penanaman nilai
Lebih terperinciPERANAN METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI MORAL PADA ANAK DI KELOMPOK B2 TK PERTIWI PALU ABSTRAK
PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI MORAL PADA ANAK DI KELOMPOK B2 TK PERTIWI PALU Mega Yulianti 1 ABSTRAK Pengembangan nilai moral adalah pembentukan perilaku anak melalui pembiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Bahkan pakar atau orang-oang bijak yang berpendapat bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah peradaban akan menurun apabila terjadi demoralisasi pada masyarakatnya. Bahkan pakar atau orang-oang bijak yang berpendapat bahwa faktor moral (akhlak)
Lebih terperinciPENANAMAN NILAI SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI GERAK DAN LAGU. Oleh: Waluyo Satrio Adji (Dosen PGMI FTK IAIN Antasari Banjarmasin)
JEA Vol.2 Issue 2 Juli-Desember 2016 110 PENANAMAN NILAI SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI GERAK DAN LAGU Oleh: Waluyo Satrio Adji (Dosen PGMI FTK IAIN Antasari Banjarmasin) Abstrak Masa Anak Usia Dini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diingat bahwa tidak semua informasi yang diperoleh anak dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini tidak menutup kemungkinan anak akan dengan mudah mendapat informasi dari luar melalui media apapun. Hal yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri
Lebih terperinciABSTRAK PENANAMAN NILAI MORAL KEDISIPLINAN PADA SISWA SMP MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
ABSTRAK PENANAMAN NILAI MORAL KEDISIPLINAN PADA SISWA SMP MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Oleh: Mukhamad Murdiono, M. Pd. Jurusan PKn dan Hukum, FISE UNY Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar Pembangunan PAUD 2011 2025 menyatakan : bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
Lebih terperinciPENINGKATAN MORAL ANAK USIA DINI MELALUI BONEKA JARI DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI 1 KOTO TUO KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL
0 PENINGKATAN MORAL ANAK USIA DINI MELALUI BONEKA JARI DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI 1 KOTO TUO KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL Oleh : SITI MARYAM NIM : 58646 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah
Lebih terperinciMETODE PENANAMAN NILAI MORAL UNTUK ANAK USIA DINI. Oleh: Mukhamad Murdiono Universitas Negeri Yogyakarta
METODE PENANAMAN NILAI MORAL UNTUK ANAK USIA DINI Abstrak Oleh: Mukhamad Murdiono Universitas Negeri Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang metode penanaman nilai moral di beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG
BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG A. Analisis relevansi kurikulum dengan perkembangan sosial Perkembangan sosial
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut individu dalam berhubungan
Lebih terperinciSelamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II
Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN MORAL PADA REMAJA oleh: Triana Noor Edwina D.S, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG
1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG Febriani Effendi* Abstrak; Penelitian ini di latarbelakangi oleh rendahnya kemampuan motorik
Lebih terperinciTujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MORAL: TEORI PIAGET & KOHLBERG
PERKEMBANGAN MORAL: TEORI PIAGET & KOHLBERG TENTANG MORAL Moral berasal dari kata Latin mores yang berarti: Tata cara, kebiasaan dan adat. Perilaku moral berarti perilaku yg sesuai dengan kode moral kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbedabeda. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari sejak lahir. Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yang memuat tujuan negara, memajukan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua dan guru sudah barang tentu ingin membina anaknya agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, mental sehat dan akhlak yang terpuji.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa ini
Lebih terperinciPERAN GURU DALAM MENCIPTAKAN KELAS YANG BERKARAKTER DI SEKOLAH DASAR
PERAN GURU DALAM MENCIPTAKAN KELAS YANG BERKARAKTER DI SEKOLAH DASAR Oleh: Wuri Wuryandani Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta Email: wurry_uny@yahoo.com Abstrak Pendidikan karakter
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap individu yang terlibat di dalam pendidikan itu dituntut untuk mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Pendidikan adalah suatu usaha
Lebih terperinciPERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN NILAI MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH V PALU
PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN NILAI MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH V PALU Rahmawati 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada peranan guru dalam mengembangkan nilai
Lebih terperinciPERAN PENDIDIK PAUD DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK 1
Ika Budi Maryatun / Peran Pendidik PAUD dalam Membangun Karakter 1 PERAN PENDIDIK PAUD DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK 1 Ika Budi Maryatun, M.Pd 2 A. PENDAHULUAN Usia dini merupakan usia dimana yang tepat
Lebih terperinciPERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed
PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed Email : damaiwaty@gmail.com ABSTRAK Salah satu aspek yang penting yang harus di bentuk dan dikembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang berbeda, unik dan memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan tahap usianya. Pendidikan anak usia dini sangat penting dilaksanakan sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyadari akan penting nya mencerdaskan rakyat nya, Cita cita mulia itu pun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir ke dunia sudah membawa bekal kehidupan yang belum terasah atau belum teruji tanpa adanya pembelajaran dan pelatihan, bekal kehidupan itu adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan sebagaimana yang tersebut dalam Undangundang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciPERKEMBANGAN AFEKTIF
PERKEMBANGAN AFEKTIF PTIK PENGERTIAN AFEKTIF Afektif menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian
Lebih terperinciaṣ-ṣibyan, Vol.1, No.1, Tahun 2016, Hal ISSN
MENANAMKAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA PADA ANAK USIA DINI MELALUI CERITA Dosen Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Email: umayah.uum@
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan investasi yang sangat penting bagi penyiapan sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Dalam rangka mempersiapakan SDM yang berkualitas untuk masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun Internasional. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan penting untuk mewujudkan tujuan pengembangan nasional bangsa indonesia. Melalui pendidikan diharapkan harkat dan martabat masyarakat indonesia
Lebih terperinciPeran Pemerintah dalam Pemberian Program Pembelajaran. pada Pendidikan Anak Usia Dini. Fitria Rachmanty
Peran Pemerintah dalam Pemberian Program Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini Fitria Rachmanty 125120307111065 PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini sangat memegang peranan penting dalam pendidikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia. Karena pada hakekatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semuanya serba canggih ini telah membawa dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita banyak diuntungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui
Lebih terperinciPenanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini
Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini Oleh: Lia Yuliana, M.Pd*) Pendahuluan Pendidikan moral diberikan di berbagai macam lembaga pendidikan, salah satunya di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG
BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak didik sebagai generasi penerus bangsa, sejak dini harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya masing-masing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari ruang lingkup yagn kecil yaitu keluarga, sampai yang terluas yaitu dunia. Idealnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Manusia diharapkan dapat hidup bermasyarakat secara positif dalam hal berfikir, bersikap dan berprilaku kepada siapapun tanpa terkecuali melihat perbedaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan saat ini menghadapi tantangan besar sebagai akibat dari arus globalisasi, sehingga berbagai upaya dilakukan agar peserta didik kelak mampu mendapatkan
Lebih terperinciUPAYA MENGEMBANGKAN PERILAKU SOPAN MELALUI PEMBIASAAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ALKHAIRAAT TONDO
UPAYA MENGEMBANGKAN PERILAKU SOPAN MELALUI PEMBIASAAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ALKHAIRAAT TONDO Hasnah 1 ABSTRAK Masalah pada penelitian ini adalah : apakah dengan menggunakan penerapan pembiasaan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini menjadi Fundamen terpenuhinya sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan ini mengantarkan anak siap mengikuti pendidikan lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mempunyai pengertian sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara berkembang seperti Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa
26 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting dalam perkembangan manusia. Pada fase inilah seorang pendidik dapat menanamkan prinsip-prinsip yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan Nasional adalah agar anak didik menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahlak mulia. Untuk mewujudkan tujuan Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan kunci kepemimpinan. Istilah karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah untuk kegiatan belajar dan mengajar untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui jenjang pendidikan yang dasar sampai jenjang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penanaman nilainilai moral dalam pembelajaran biologi di SMA, dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
Lebih terperinciProdi PPKn FKIP Universitas Syiah Kuala *Corresponding ABSTRAK
PERAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DI DESA AIR PINANG KECAMATAN SIMEULUE TIMUR Dina Novita 1, Amirullah 1 *, Ruslan 1 1 Prodi PPKn FKIP Universitas Syiah Kuala *Corresponding
Lebih terperinciPERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MORAL BAGI ANAK USIA DINI. Ati Sukmawati Dosen Jurusan Pendidikan IPA Biologi FITK IAIN Mataram.
PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MORAL BAGI ANAK USIA DINI Ati Sukmawati Dosen Jurusan Pendidikan IPA Biologi FITK IAIN Mataram Abstrak Pendidikan sebagai sarana pelestarian moralitas sekaligus pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan. spiritual) dan sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PAUD (Pendidikan anak usia dini) merupakan jenjang pendidikan sebelum dilaksanakannya pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG
BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG Pendidikan adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia, sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayakan pada setiap keluarga. Mengasuh dan mendidik mereka agar memiliki ahlak mulia.
Lebih terperinciMakna Pancasila Sebagai Sistem Etika
Modul ke: Makna Pancasila Sebagai Sistem Etika Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Makna Pancasila Sebagai Sistem Etika Dan Karakter Bangsa Pancasila
Lebih terperinciNOVI NUR ENDAH RAHAYU A
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERILAKU MULIA MELALUI STORYTELLING DI KELOMPOK B TK DHARMA WANITA KRENDOWAHONO, GONDANGREJO, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus dijalankan secara terpadu
Lebih terperinciPENINGKATAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI METODE BERCERITA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI KAMPUNG KRAJAN RT. 07 & 10/ RW. 05 KELURAHAN SALATIGA
PENINGKATAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI METODE BERCERITA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI KAMPUNG KRAJAN RT. 07 & 10/ RW. 05 KELURAHAN SALATIGA Melia Novita Suparno 1, Ajeng Ayu Widiastuti 2, Tritjahjo Danny
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai deontologi dan teleologi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Etika Keraf (1998) dalam Bakri dan Hasnawati (2015) menyebutkan bahwa ada dua teori etika yang dikenal sebagai deontologi dan teleologi. a. Etika Deontologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa
Lebih terperinciPENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI I. Pengertian Dan Karakteristik Anak Usia Dini Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan
Lebih terperinci