I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan"

Erlin Kusumo
7 tahun lalu
Tontonan:

1 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah sekaligus mencerminkan daya dukung manajemen pemerintahan daerah terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawabnya. Tingkat kemampuan keuangan daerah, dapat diukur dari kapasitas Pendapatan Asli Daerah, rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk memahami tingkat kemampuan keuangan daerah, maka perlu dicermati kondisi kinerja keuangan daerah, baik kinerja keuangan masa lalu maupun kebijakan yang melandasi pengelolaannya. Perkembangan kinerja keuangan pemerintah derah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam: (1) Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 juncto Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; (4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah dan (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 21 tahun 2011 tentang perubahan 1 1

2 2 kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut, kinerja keuangan pemerintah daerah sangat terkait dengan aspek kinerja pelaksanaan APBD dan aspek kondisi neraca daerah. Kinerja pelaksanaan APBD tidak terlepas dari struktur dan akurasi belanja (belanja langsung dan belanja tidak langsung) pendapatan daerah yang meliputi Pendapatan Asli Daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah. Sedangkan neraca daerah akan mencerminkan perkembangan dari kondisi asset pemerintah daerah, kondisi kewajiban pemerintah daerah serta kondisi ekuitas dana yang tersedia. Menurut Robertson (2002) dalam Fachruzzaman (2010), penilaian kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk didalamnya menyangkut : (1) informasi atas efisiensi penggunaansumber daya alam dalam menghasilkan barang dan jasa; (2) kualitas barang dan jasa dan sejauh mana pelanggan merasakan kepuasan atas barang dan jasa yang diberikan ; (3) hasil yang di kegiatan yang dibandingkan dengan maksud yang diinginkan. Salah satu cara untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan menganalisis rasio keuangan terhadap laporan keuangan yang telah disusun dan dilaksanakan, yaitu dengan cara membandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Menurut Mahmudi (2010), Analisis keuangan itu sendiri digunakan untuk membantu bagaimana memahami laporan 2

3 3 keuangan, menafsirkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan,bagaimana mengevaluasi laporan keuangan dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. Seorang pimpinan akan melakukan berbagai analisis keuangan dan biasanya mempunyai tujuan spesifik. Analisis dapat menggunakan laporan keuangan, analisis khusus, basis data, dan sumber infomasi lainnya untuk membuat pertimbangan yang masuk akal tentang kondisi masa lalu, sekarang dan prospek dari kegiatan serta efektivitas manajerialnya. Terdapat berbagai teknik analisis, termasuk berbagai rasio keuangan, yang dapat digunakan melakukan penilaian kinerja. Akan tetapi perlu disadari bahwa teknik yang berbeda akan sesuai untuk tujuan yang berbeda. Dalam analisis keuangan sering kali terdapat hambatan untuk menghitung semua angka, padahal biasanya hanya terdapat beberapa hubungan yang akan menghasilkan informasi dan pandangan yang betul-betul dibutuhkan oleh analisis. Tidak ada analisis untuk untuk menilai kenerja perusahaan yang dapat memberi jawaban mutlak. Setiap pandangan yang diperoleh bersifat relatif, karena kondisi dan operasi kegiatan sangat bervariasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia terhadap laporan keuangan Pemeritah Kabupaten Bandung Tahun 2009 menghasilkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), artinya sebagian besar informasi dalam laporan keuangan bebas dari salah saji material, kecuali untuk rekening atau item tertentu yang menjadi pengecualian seperti yang diungkap pada Harian Umum Pikiran Rakyat (2009) bahwa : 3

4 a. Penyajian dan pengungkapan penyertaan modal pemerintah kepada perusahaan daerah diatas 20 % tidak disajikan dengan menggunakan metode ekuitas sebagai mana dinyatakan dalan Standar Akuntansi

4 4 a. Penyajian dan pengungkapan penyertaan modal pemerintah kepada perusahaan daerah diatas 20 % tidak disajikan dengan menggunakan metode ekuitas sebagai mana dinyatakan dalan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). b. Penggunaan langsung atas pendapatan tidak dilakukan melalui mekanisme APBD, sehingga transaksi tersebut tidak tersaji dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA). c. Penyajian piutang, persediaan dan aset tetap yang tidak didukung dengan rincian daftar ataupun dokumen lain yang meyakinkan. Dengan kualitas laporan keuangan tersebut diatas, data laporan keuangan dapat digunakan dan dianalisis sehingga menghasilkan informasi yang dapat memberikan masukan kepada fihak yang berkepentingan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan analisis terhadap laporan keuangan di Pemerintah Kabupaten Bandung dalam rangka menilai kinerja keuangan pemerintah Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat didentifikasikan permasalahan sebagai berikut, yaitu : 1. Bagaimana analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Bandung. 2. Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Bandung tahun

5 Batasan Masalah Untuk memfokuskan penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan agar tidak menyimpang dari arah dan tujuan serta sejauhmana hasil penelitian dapat dimanfaatkan. Batasan-batasan penelitian tersebut adalah: 1. Penelitian dilakukan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. 2. Penelitian dibatasi pada laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2009 sampai dengan tahun Perumusan Masalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai kontribusi yang cukup siginifikan terhadap APBD Kabupaten Bandung, dimana rata-rata realisasi pertumbuhan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Oleh karena itu, dimasa yang akan datang perlu segera dicari terobosan untuk mendapatkan sumber pendapatan lain yang prospektif. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2001, Neraca Daerah adalah neraca yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintah secara bertahap sesuai dengan kondisi masing-masing pemerintah. Neraca Daerah memberikan informasi mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Aset, kewajiban, dan ekuitas dana merupakan rekening utama yang masih dapat dirinci lagi menjadi sub rekening sampai level rincian obyek. 5

6 6 Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintah, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah, disamping sebagai kewajiban sesuai peraturan perundang-undangan, tetapi juga sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang terarah dalam rangka pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan efektif. Selain itu tingkat kualitas pengelolaan keuangan daerah dapat diketahui berdasarkan analisis rasio atau perbandingan antara kelompok/elemen laporan keuangan yang satu dengan kelompok yang lain. Beberapa rasio yang dapat diterapkan di sektor publik adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio utang. Rasio likuiditas terdiri rasio lancar (current ratio), rasio kas (cash ratio) dan rasio cepat (quick ratio). Sedangkan rasio lancar (current ratio) adalah rasio standar untuk menilai kesehatan organisasi. Rasio ini menunjukkan apakah pemerintah daerah memiliki aset yang cukup untuk melunasi kewajiban yang jatuh tempo. Kualitas pengelolaan keuangan daerah dikategorikan baik apabila nilai rasio lebih dari satu Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan penelitian Tugas Akhir ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Bandung tahun

7 7 2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Bandung tahun Kegunaan penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, sebagai salah satu persyaratan mencapai gelar strata Diploma IV dan menambah pengetahuan serta sarana dalam menerapkan teori-teori keilmuwan yang pernah diperoleh sebelumnya. 2. Bagi Lembaga Pendidikan, sebagai bahan kajian dan bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut khususnya pada pembahasan bidang yang sama sehingga diperoleh informasi yang sebenarnya tentang kinerja keuangan di Pemerintah Daerah. 3. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah (Khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung) dalam pengambilan keputusan kebijakan diwaktu yang akan datang. 7

dokumen-dokumen yang mirip

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH Santa Hardiningsih Prasetyo (120620120013) Ignatius Adisurya Kantus (120620120001) Hendra Kusbiantoro (120620120006) Fajar Santoso (120620120002) Laporan Keuangan Laporan