BAB 1 PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian
|
|
- Sri Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Salah satu implikasi dari desentralisasi pendidikan di Indonesia yaitu berlakunya sebuah manajemen yang dinamakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Wohlstetter dan Mohram yang dikutip Hasbullah (2010:67) menjelaskan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah ialah sebuah pendekatan politis untuk mendesain ulang organisasi sekolah dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada partisipan sekolah ( kepala sekolah, guru, konselor, pengembang kurikulum, administrator, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar) pada tingkat lokal guna memajukan sekolahnya. Hal tersebut bermakna sekolah diharapkan mengenali seluruh kelebihan dan kerurangan yang ada di sekolah, seperti guru, peserta didik, sarana prasarana, finansial, kurikulum, dan sistem informasi, hal ini perlu karena MBS merupakan otonomi pengelolaan yang diberikan kepada sekolah. Dalam konteks desentralisasi pendidikan sekolah dipandang sebagai pihak yang paling mengerti tentang kondisi lembaganya, maka dengan adanya otonomi melalui MBS seharusnya keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah dengan melibatkan semua unsur sekolah adalah keputusan yang paling tepat. Hasbulah (2010:68) Konsep Manajemen Berbasis Sekolah lahir dari kebutuhan sekolah dan masyarakat di Indonesia yang heterogen. Pada dasarnya MBS berperan sebagai pembuka peluang yang seluas-luasnya kepada sekolah untuk mengelola sekolah secara mandiri. Karena esensi dari MBS adalah terjadinya otonomi, pemberdayaan, transparansi, kemandirian, dan fleksibilitas manajemen pada tingkat sekolah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara produktif, efektif dan efisien. Oleh sebab itu adanya kebijakan MBS idealnya diharapkan terjadi peningkatan pelayanan 1
2 2 pendidikan, peningkatan kinerja sekolah dan peningkatan mutu pendidikan. Engkoswara dan Aan Komariah (2012:294) Namun demikian setelah MBS diterapkan di Indonesia sejak tahun 1999 dapat diidentifikasi bahwa masih banyak permasalahan dalam implementasi program MBS diantaranya yaitu, adanya kebijakan pemerintah tentang sekolah gratis, hal ini menyebabkan elemen-elemen dan komponen-komponen MBS tidak mampu diterapkan secara optimal. Dengan adanya slogan sekolah gratis yang disampaikan melalui media cetak dan elektronik, telah menyebabkan terbangunnya konsep pada diri masyarakat (orangtua peserta didik) bahwa semua pelaksanaan atau pengelolaan pendidikan harus gratis dan tidak boleh membebani orangtua peserta didik dengan biaya atau pungutan apapun. Sementara dana yang diberikan pememrintah kepada sekolah tidak mencukupi untuk menerapkan MBS secara penuh. Ahmad Turmuzi (Opini Kompas:14 oktober 2011) Permasalahan lain penerapan MBS di sekolah dasar menurut Saeful Arifin (Opini Kompas: 6 Juni 2011) adalah: 1. Tidak berminat untuk terlibat. Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka hanya menambah beban 2. Tidak efisien. Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis. 3. Pikiran kelompok. Karena terbukanya pilihan-pilihan dalam setiap pengambilan keputusan maka mungkin akan timbul pikiran kelompok. 4. Memerlukan pelatihan. Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak
3 3 memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya. 5. Kebingungan atas peran dan tanggung jawab baru. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan. 6. Kesulitan Koordinasi. Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah. Hal serupa terjadi di Kecamatan Pangkalan Kuras Kab. Pelalawan Riau. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dapat diidentifikasi permasalahan terkait program MBS di Pelalawan: Kebijakan sekolah gratis yang dikeluarkan pemerintah sebenarnya setengah-setengah karena uang diberikan ke sekolah melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tidak cukup untuk menerapkan MBS secara maksimal. Disamping itu kurang pahamnya Kepala Sekolah, para Guru serta masyarakat terhadap Konsep Manajemen Berbasis Sekolah, sehingga keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan masih rendah. (Mukhtarius, M.Pd, Kepala Sub Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Kabupaten Pelalawan dan Sabaruddin, S.Pd, M.M,Pd Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Pangkalan Kuras). Sementara Usman U (Kepala SDN 006 Sorek Dua) mengatakan: Penyebab kurang efektifnya implementasi MBS di Sekolah yaitu kurangnya sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan terhadap penyelenggara pendidikan di tingkat sekolah.
4 4 Sedangkan menurut Duano (Ketua Komite SD 006 Sorek Dua) menyebutkan: penyebab rendahnya partisipasi masyarakat terhadap implementasi MBS yaitu masyarakat yang diwadahi oleh komite sekolah jarang diajak untuk terlibat dalam kegiatan sekolah, kalaupun diajak seringnya masalah kekurangan dana. Dari paparan permasalahan diatas menurut penulis dapat ditarik benang merah menjadi dua masalah pokok yang menyebabkan masalah tersebut kemudian berkembang dan memperluas cakupannya sehingga menjadi sangat luas. Adapun masalah pokok yang menurut penulis menjadi pemicu rentetan permasalahan diatas ialah Political Will dan Budaya Sekolah. Political Will atau kemauan politik pemerintah dalam mendukung implementasi MBS masih diragukan ini bisa dianalisis dari kebijakankebijakan yang ditetapkan terkait implementasi MBS. Sebagai contoh sosialisasi MBS yang dilakukan pemerintah belum sampai kepada level paling bawah ini bisa dilihat betapa banyak kepala sekolah, guru, siswa, dan masyarakat yang belum paham dengan MBS. Kemudian dalam implementasinya pemerintah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota minim sekali memberikan guidance/ panduan/ pendampingan tentang bagaimana implementasi MBS yang benar, kalau itu dilakukan kebanyakan hanya memberikan buku-buku dan modul-modul yang belum tentu dibaca dan dipahami. Sebenarnya masih banyak kebijakan-kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur rendahnya political will pemerintah dalam mendukung MBS. Kemudian berangkat dari political will yang rendah diatas maka berimplikasi pada penciptaan budaya sekolah. Konsep MBS sebenarnya bermuara pada penciptaan budaya sekolah yang efektif. Merubah budaya sekolah yang sebelumnya telah lama terbentuk dengan manajemen
5 5 pendidikan yang sentralistik menuju manajemen yang desentralistik bukanlah hal mudah, apalagi kemauan dari berbagai pihak yang berkepentingan masih rendah maka akan menjadi semakin sulit. Budaya sekolah saat ini secara gamblang bisa terlihat dimana budaya formalitas masih menjadi pilihan utama, disamping itu budaya membangun proses yang bermutu belum terbangun sehingga pada akhirnya akan menghasilkan produk manajemen yang tidak maksimal. Berangkat dari paparan diatas dapat dimaknai bahwa implementasi MBS pada tingkat sekolah dasar terjadi sebuah ketimpangan yang cukup besar antara apa yang seharusnya dilaksanakan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. sehingga penulis berpandangan bahwa implementasi MBS yang terjadi saat ini bukanlah implementasi MBS yang murni akan tetapi implementasi yang ambigu. Berangkat dari permasalahan diatas dapat dilihat dalam konteks efektivitas implementasi MBS merujuk pada Self Determination Theory Menurut Priscilla Wohlstetter dan Albert Mohrman dalam Umiarso dan Gojali (2010:70-71): pada hakikatnya MBS berpijak pada Self Determination Theory. Teori ini menyatakan bahwa apabila seseorang atau sekelompok orang memilki kepuasan untuk mengambil keputusan sendiri, maka orang atau sekelompok orang tersebut akan memilki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan apa yang telah diputuskan. Dari paparan diatas diatas dapat dipahami bahwa salah satu karakteristik MBS adalah dilibatkannya partisipan dalam pengambilan keputusan atau yang disebut dengan perencanaan partisipatif, dengan demikian berdasarkan teori diatas keputusan yang diambil tersebut akan dipertanggungjawabkan secara bersama-sama. Sehingga implementasi kebijakan sekolah benar-benar dilaksanakan dengan maksimal yang didasari rasa tanggung jawab. (Hasbullah, 2010:67)
6 6 Dengan demikian perencanaan partisipatif diduga sebagai faktor penting dalam keefektifan implementasi suatu program. Perencanaan partisipatif menurut Made Pidarta (2005:32) ialah perencanaan yang melibatkan beberapa orang dalam suatu kegiatan. Beberapa orang yang dimaksud mereka yang memiliki kepentingan atas obyek yang direncanakan. Oleh sebab salah satu faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas implementasi MBS menurut Fattah (2004:16) pengelola pendidikan harus mampu melibatkan stakeholders terutama peningkatan peran serta masyarakat dalam menentukan kewenangan, pengadministrasian dan inovasi kurikulum. Untuk melibatkan stakeholders dalam pengambilan keputusan penyelenggaraan pendidikan seperti diatas sebenarnya sudah ada wadah khusus yaitu komite sekolah. Lebih jauh Fattah (2004:16) menjelaskan partisipasi masyarakat dalam wadah komite sekolah berpengaruh terhadap efektivitas implementasi MBS. Selanjutnya menurut Mulyasa (2011:28) agar implementasi MBS efektif dituntut sifat profesional dan manajerial kepala sekolah. Ini mengandung makna kemampuan manajerial seorang kepala sekolah akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas implementasi MBS. Oleh sebab itu kepada sekolah sebagai penanggungjawab MBS di sekolah harus menguasai fungsi-fungsi manajemen dengan baik diantaranya merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan. Lebih jauh Mulyasa (2011:58) menjelaskan bahwa implementasi MBS akan efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoperasikan sekolah, dana yang cukup agar sekolah mampu menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana prasarana yang memadai untuk mendukung proses belajar-mengajar, serta dukungan masyarakat (orang tua) yang tinggi.
7 7 Sementara Menurut Nurkholis (2005:264), ada enam faktor pendukung keberhasilan implementasi MBS. Keenamnya mencakup: political will, finansial, sumber daya manusia, budaya sekolah, kepemimpinan, dan keorganisasian. Politial will yang dimaksud sebagai faktor pendukung keberhasilan implementasi MBS adalah dukungan politik pemerintah melalui kebijakankebijakan pendukung MBS. Salah satu contoh dukungan pemerintah dalam pelaksanaan MBS, adalah adanya panduan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Aspek finansial atau keuangan merupakan faktor penting bagi sekolah dalam mengimplementasikan MBS. Kalau mencemati perjalanan implementasi MBS di Indonesia, perhatian pemerintah dari aspek finansial dalam mendukung implementasi MBS di Indonesia baru dirasakan secara langsung melalui pemberian dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Namun BOS tentulah belum cukup karena BOS hanya bantuan minimal bagi sekolah. Oleh karena itu, dukungan finansial dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk percepatan peningkatan pendidikan di sekolah melalui MBS. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan implementasi MBS. Ketersedian sumber daya manusia yang mendukung implementasi MBS belum cukup. Hal in terjadi karena MBS merupakan hal yang baru dan hanya sebagian orang yang mempunyai keahlian dan keterampilan dalam mendukung implementasi MBS. Oleh karena itu pelatihan-pelatihan mengenai MBS perlu dilakukan. Faktor budaya sekolah rata-rata belum bisa mendukung kesuksesan implementasi MBS. Perubahan dari budaya sekolah yang telah lama terbentuk dengan manajemen pendidikan yang sentralistik menuju manajemen pendidikan yang desentralistik masih sulit dilaksanakan.
8 8 Budaya yang hanya melaksanakan apa yang ditetapkan pusat masih melekat pada sebagian besar sekolah. Masih banyak warga sekolah yang tidak perduli terhadap kemajuan sekolahnya. Oleh karena itu, perlu dibangun budaya sekolah yang mendukung implementasi MBS, seperti budaya untuk maju, bekerja keras, inovatif, dan sebagainya untuk mencapai peningkatan mutu sekolah. Kepemimpinan dan organisasi yang efektif merupakan faktor penting lainnya untuk keberhasilan implementasi MBS. Kepemimpinan yang efektif tercapai apabila kepala sekolah memiliki kemampuan profesional di bidangnya, memiliki bakat atau sifat, serta memahami kondisi lingkungan sekolah dalam menerapkan kepemimpinannya. Kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang mampu berperan sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Di samping itu, sekolah sebagai organisasi harus diubah dan dikembangkan. Perubahan dan pengembangan organisasi sekolah harus diawali dari perubahan individu dan lingkungan kerja secara bertahap, sehingga perubahan sekolah akan berjalan baik apabila perubahan organisasi itu berdampak pada perbaikan kehidupan para guru dan stafnya. Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi MBS seperti tergambar pada gambar dibawah ini: Finansial Political Will Sumber Daya Keorganisasian Efektivitas Manusia Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan
9 9 Efektivitas Implementasi MBS Budaya Sekolah Kepemimpinan Gambar 1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Implementasi MBS Sumber: Nurkholis. (2005). Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas implementasi MBS diatas diperkuat dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kinerja manajerial dan perencanaan yang bersifat partisipatif mempengaruhi efektivitas implementasi MBS seperti terlihat pada hasil penelitian berikut: Condro Budi Susetyo (2013:117) menyimpulkan bahwa variabel skill manajerial kepala sekolah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Kondisi tersebut mengindikasikan semakin baik skill manajerial kepala sekolah, maka implementasi Manajemen Berbasis Sekolah akan semakin meningkat. Ace Suryadi dan Sutimah (2010:8) Perencanaan mempunyai hubungan dan pengaruh yang positif serta signifikan terhadap hasil ujian sekolah berstandar nasional.
10 10 Thomas Suyatno (2000:15) Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sekolah adalah manajemen sekolah, lingkungan sekolah dan integritas kepala sekolah. Sejalan dengan fenomena diatas dapat diduga bahwa perencanaan partisipatif dan kinerja manajerial kepala sekolah berpengaruh terhadap efektivitas implementasi MBS. Namun demikian belum jelas benar apakah dalam konteks implementasi MBS di Kecamatan Pangkalan Kuras perencanaan partisipatif dan kinerja manajerial kepala sekolah berpengaruh terhadap efektivitas implementasi MBS sehingga perlu diteliti untuk mengetahui hal tersebut. Dengan demikian maka judul penelitian ini adalah Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan Riau. II. Identifikasi dan Perumusan Masalah
11 11 Dari uraian latar belakang diatas, maka masalah-masalah penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam penyusunan perencanaan sekolah 2. Masih rendahnya kinerja manajerial kepala sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan 3. Masih rendahnya pemahaman kepala sekolah dan masyarakat terhadap MBS sehingga efektivitasnya belum maksimal. 4. Kebijakan pendidikan gratis yang tidak maksimal. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka fokus penelitian ini pada masalah proses perencanaan partisipatif dan kinerja manajerial Kepala Sekolah terhadap efektivitas implementasi MBS. Adapun Pertanyaan pokok penelitian akan disusun dalam rumusan masalah seperti berikut: 1. Bagaimana gambaran proses perencanaan partisipatif pada Sekolah Dasar di Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan Riau? 2. Bagaimana gambaran kinerja manajerial kepala sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan Riau? 3. Bagaimana gambaran efektivitas implementasi MBS pada Sekolah Dasar di Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan Riau? 4. Seberapa besar pengaruh proses perencanaan partisipatif pada Sekolah Dasar terhadap Efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan Riau? 5. Seberapa besar pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah pada Sekolah Dasar terhadap Efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan Riau? 6. Seberapa besar pengaruh proses perencanaan partisipatif dan kinerja manajerial Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar terhadap implementasi
12 12 III. Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan Riau? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka sebenarnya tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empirik, menganalisa data, menemukan model hasil analisis kebermaknaan proses perencanaan partisipatif dan kinerja manajerial kepala sekolah terhadap efektivitas implementasi MBS pada SD di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan, secara khusus tujuan penelitian ini ialah untuk: 1. Memperoleh gambaran tentang proses perencanaan partisipatif pada SD di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan. 2. Memperoleh gambaran tentang kinerja manajerial kepala sekolah pada SD di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan 3. Memperoleh gambaran tentang efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah pada SD di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan 4. Mengetahui seberapa besar pengaruh proses perencanaan partisipatif pada Sekolah Dasar terhadap Efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan Riau 5. Mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah pada Sekolah Dasar terhadap Efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan Riau 6. Mengetahui seberapa besar pengaruh proses perencanaan partisipatif dan kinerja manajerial Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar terhadap implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan Riau
13 13 IV. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang aplikasi Self Determination Theory dalam ilmu Administrasi Pendidikan dan dapat dipergunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya, serta para pemerhati pendidikan khususnya bidang Manajemen Berbasis Sekolah. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi para perencana pendidikan baik tingkat Makro (Nasional), Meso (Daerah), dan Mikro (Lembaga Pendidikan/Sekolah). 2. Manfaat Praktis Dalam tataran praktis penelitian ini diharapkan dapat: a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah dan pengelola pendidikan lainnya tentang perencanaan partisipatif, kinerja manajerial Kepala Sekolah, dan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. b. Memberikan gambaran perencanaan partisipatif dan kinerja manajerial kepala sekolah SD dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah sehingga diharapkan bisa membantu meningkatkan kualitas/mutu pendidikan di Sekolah c. Memberikan pengetahuan baru bagi mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan yang ingin mendalami konsentrasi perencanaan pendidikan.
14 14 V. Struktur Organisasi Tesis Struktur organisasi dalam Tesis ini memaparkan dalam Lima (5) Bab sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah UPI (2012), penelitian ini ditulis dengan struktur penulisan sebagai berikut: BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan tentang garis-garis besar keseluruhan permasalahan yang terdiri dari beberapa sub bab, antara lain : latar belakang penelitian, identifikasi masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian. manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Bab ini dikemukakan teori-teori dan konsep-konsep yang digunakan untuk pembahasan masalah yang dikaji. METODE PENELITIAN Bab ini akan diterangkan secara rinci mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
15 15 BAB V Bab ini akan dibahas mengenai pengolahan data atau analisis data, untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, pembahasan dan analisa temuan. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini, menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian dan rekomendasi.
BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana proses pendidikan dilakukan, mempunyai sistem yang dinamis dan kompleks. Kegiatan sekolah bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang merupakan salah satu pilar pendidikan yaitu masyarakat, karena kegiatannya berlangsung di lingkungan masyarakat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia mulai memberlakukan desentralisasi tata kelola sistem pendidikan dasar dan menengah sebagai bagian dari pengalihan tanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor yang secara signifikan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu pembangunan pendidikan memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya dilihat dari penguasaannya
Lebih terperinciManajemen Mutu Pendidikan
Manajemen Mutu Pendidikan Pengertian Mutu Kata Mutu berasal dari bahasa inggris, Quality yang berarti kualitas. Dengan hal ini, mutu berarti merupakan sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Mengingat dalam konteks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tema penting dalam penyelenggaraaan pendidikan di negara kita saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Mengingat dalam konteks bangsa Indonesia,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan berhubungan dengan proses penyelenggaraan pendidikan, sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 berdampak ke hampir seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu dampak dari adanya reformasi adalah perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat penting dalam masyarakat, karena pendidikan berpengaruh terhadap kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan yang berkualitas akan berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia
Lebih terperinciPilihlah satu jawaban yang paling tepat
Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah adalah sebuah aktifitas besar yang di dalamnya ada empat komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah Staf Tata laksana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional Indonesia dimaksudkan untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, serta efisiensi manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. School Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah. Dikarenakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Implementasi otonomi terhadap lembaga pendidikan terwujud dalam School Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah. Dikarenakan Manajemen Berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dampak diberlakukannya Undang Undang tentang otonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya kebijakan pemerintah dengan kehadiran UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah telah membawa dampak yang cukup besar dalam berbagai aspek pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan Sumber daya Manusia salah satunya dilakukan melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun informal. Pendidikan yang
Lebih terperinciPERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajeman Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan menyiapkan sumber daya manusia. Sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi (iptek) sistem pendidikan harus
Lebih terperinciStrategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Tjondro Indrasutanto Abstrak. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merujuk pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi wewenang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut
Lebih terperinciKata Kunci : Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SMPN 11 KOTA JAMBI Husni Sabil Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Jambi e-mail: sabilmath@gmail.com Abstrak Konsep desentralisasi pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara hakiki pambangunan pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan
Lebih terperinci2014 PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH D AN PENGARUHNYA TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU D I SMK SMIP YPPT BAND UNG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan prasayarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Akan tetapi kualitas Sumber Daya manusia yang ada di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat berkaitan erat dengan kejelian dan ketepatan dalam mengidentifikasi, memformulasi, mengemas,
Lebih terperinciPENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH
PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH ( Studi pada SD Negeri Sobokerto 1 dan MI Al-Islam Ngesrep 1 ) TESIS Oleh : Nama : Retnaning Winastuti NIM : Q.100030109 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengutamakan perluasan pengetahuan. Diharapkan pendidikan dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan penyempurnaan pendidikan di Indonesia terus diupayakan. Pendidikan pada umumnya merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas SDM. Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan telah
Lebih terperinciMATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd
MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH By: Estuhono, S.Pd, M.Pd Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Estuhono, S.Pd, M.Pd Latar Belakang Muncul MBS 1. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciSIGNIFIKANSI PERAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
SIGNIFIKANSI PERAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) Al Darmono Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Abstrak Manajemen Berbasis Sekolah merupakan penyerasian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan telah diyakini sebagai salah satu aspek pembangunan bangsa yang sangat penting untuk mewujudkan warga Negara yang handal profesional dan berdaya
Lebih terperinciRESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI
RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI A. PENTINGNYA MASALAH Pendidikan dimasa desentralisasi berbeda dengan sentralisasi. Pada masa sentralisasi segala sesuatu seperti bangunan sekolah, kurikulum, jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pembelajaran merupakan salah satu faktor dan indikator terpenting dalam pendidikan karena sekolah merupakan tempat pembelajaran. Dalam proses belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam bahasa aslinya yakni skhole, scola, scholae atau schola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dalam bahasa aslinya yakni skhole, scola, scholae atau schola yang berarti waktu luang atau waktu senggang. Pada jaman dahulu orang orang Yunani memakai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pemerintahan yang sentralistik berpengaruh pada pembangunan di berbagai bidang.oleh karena itu sistem pemerintahan yang terpusat berdampak pembangunan hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah sebagai administrator memegang kunci bagi perbaikan dai kemajuan sekolah. Ia harus mampu memimpin dan menjalankan peranannya agar segala kegiatan
Lebih terperinciMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Bahan Diklat Teknis Manajemen Kepala Sekolah SMP di Lingkungan Provinsi Jawa Barat Oleh: Cicih Sutarsih, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Desember 2006 KONSEP DASAR MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era desentralisasi, pendidikan ini ditekankan pada kebijakan setiap sekolah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Hal ini dapat dikatakan sebagai implementasi
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kepemimpinan Siagian (2002) mengemukakan bahwa kepemimpinan memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini terjadi perubahan dalam sistem pengelolaan sekolah, termasuk Sekolah Dasar. Sejak diberlakukannya otonomi daerah, terjadi desentralisasi pendidikan,
Lebih terperinciUNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS
UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajeman Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Lebih terperinciPENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ERA GLOBALISASI. Paningkat Siburian. Abstrak
30 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ERA GLOBALISASI Paningkat Siburian Abstrak Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu model pengelolaan sekolah yang memberdayakan semua pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah. 1.1. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tingkah laku seseorang atau sekelompok orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu dari tujuan pendidikan nasional seperti ada pada UU Nomor
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Salah satu dari tujuan pendidikan nasional seperti ada pada UU Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan berhubungan dengan proses penyelenggaraan pendidikan, sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya, salah satu diantaranya melalui kebijakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, salah satu diantaranya melalui kebijakan implementasi manajemen berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Produktivitas sekolah merupakan wujud dari produktivitas pendidikan dalam skala persekolahan. Tujuan diselenggarakannya pendidikan secara institusional adalah
Lebih terperinciMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. OLEH: ASEP SURYANA,M.Pd.
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH OLEH: ASEP SURYANA,M.Pd. Skema pendidikan Tumbuh dan berkembang Fisik Psikis Sosial Religi ESSQ Manusia Indonesia Seutuhnya Pendidikan Jalur, Jenis, Jenjang Orang Tua Pemerintah
Lebih terperinciHAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM)
HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM) Oleh: Setya Raharja 2 Rasional dan Konsep Dasar MBS Manajemen berbasis sekolah (MBS) secara umum dimaknai sebagai desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak ditetapkannya Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai Badan Hukum (BH-UPI) menunjukkan bahwa lembaga ini siap dalam mengantisipasi perkembangan
Lebih terperinciMODEL PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
MODEL PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) Seger Harianto MTs Ma arif NU Waropen Papua Email : seger@harianto@gmail.com Abstrak : Manajemen berbasis sekolah merupakan usaha untuk menumbuhkan pendidikan
Lebih terperincibagian ini akan disajikan secara ringkas mengenai; (a) Kesimpulan hasil penelitian, (b) Rekomendasi hasil penelitian. Pokok-pokok kesimpulan
BABV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Setelah menganalisa dan membahas hasil penelitian pada bab IV, pada bagian ini akan disajikan secara ringkas mengenai; (a) Kesimpulan hasil penelitian, (b) Rekomendasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan sistem otonomi daerah menuntut pengelolaan lembaga pendidikan dilakukan dengan menggunakan sistem manajemen berbasis sekolah yang implementasinya
Lebih terperinciURGENSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME. Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK
Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Pengelolaan pendidikan terkait dengan Pemerintah secara makro sebagai pembuat kebijakan dan secara mikro Kepala Sekolah sebagai sebagai pengelola sekolah.
Lebih terperinciSekolah Dasar seseorang dikembangkan untuk menguasai berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia mempunyai peranan sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu pembangunan dan peningkatan
Lebih terperinciPenerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber. Pada kenyataannya, pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu
Lebih terperinciT E S I S. Oleh : SUTADI NIM : Q Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Sistem Pendidikan
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, HUBUNGAN ANTAR GURU, DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG T E S I S Oleh : SUTADI NIM : Q 100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja mengajar guru merupakan komponen paling utama dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga pendidik, terutama guru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada sekolah dalam mengembangkan berbagai potensi, memerlukan peningkatan kemampuan kepala
Lebih terperinciDORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS TESIS
0 DORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS Studi Etnografi di SD Negeri Batursari 1 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk pada hipotesis penelitian maka pada bab ini penulis menarik beberapa kesimpulan dan rekomendasikan sebagai berikut: A. Kesimpulan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Danim, Sudarwan & Khairil. (2012). Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi & Yuliana, Lia. (2008). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media bekerjasama dengan FIP UNY (2001). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang berkelanjutan, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 jo Undang-Undang
Lebih terperinciPENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM MPMBS PADA SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN 2005 TESIS.
PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM MPMBS PADA SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN 2005. TESIS Oleh : H. MUH. ALI SUKARDJA NIM : Q. 100.010.104 Program Studi : Magister
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebabnya adalah faktor ekonomi keluarga. tanpa dukungan dana yang cukup. Menurut Peraturan Pemerintah No 48, tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang Dasar 1945 bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Saat ini belum semua warga negara Indonesia bisa merasakan
Lebih terperinciMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DAN RELEVANSINYA DI ERA PENDIDIKAN MASA KINI. DR. H. Ma mur Sutisna WD, M.M.Pd Dosen FKIP Universitas Subang ABSTRAK
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DAN RELEVANSINYA DI ERA PENDIDIKAN MASA KINI DR. H. Ma mur Sutisna WD, M.M.Pd Dosen FKIP Universitas Subang ABSTRAK Banyak masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di sekolah sehingga apa yang menjadi kelebihan sekolah dapat lebih
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang dapat dimaknai sebagai wadah untuk menuju pembangunan Nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, sekolah harus lebih memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berlangsung cepat dan masif menuntut kemampuan sumber daya pendidikan melakukan penyesuaian yang bermakna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan pemerintah nomer 74 tahun 2008 tentang guru pasal 1 menyebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
Lebih terperinciKinerja Dewan Pendidikan di Kota Salatiga
Kinerja Dewan Pendidikan di Kota Salatiga Oleh : Nur Hasanah NIM : Q100030016 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sekolah PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah menimbulkan persaingan dalam berbagai bidang, yang menuntut masyarakat Indonesia untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Para siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), adalah mereka yang berumur 17 sampai dengan 21 tahun merupakan pemilih pemula yang baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia berkualitas dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah sebagai wahana penting dalam pembentukan sumber daya manusia berkualitas dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan. Kesuksesan untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut. sebelumnya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
BAB VI PENUTUP Bagian ini merupakan bagian terkahir dari bagian isi tesis. Pada bagian ini memuat tiga sub bab, yaitu: kesimpulan, implikasi, dan saran, Ketiga sub bab tersebut akan disajikan secara rinci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi reformasi pembangunan dalam upaya menyelamatkan kehidupan nasional yang tertera dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) adalah terwujudnya masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip kemandirian, kerjasama, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan model manajemen pendidikan yang penting. Manajemen berbasis sekolah memberikan otonomi yang lebih besar, fleksibilitas/keluwesan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komite sekolah adalah nama badan yang berkedudukan pada satu satuan pendidikan, baik jalur sekolah maupun di luar sekolah atau beberapa satuan pendididkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu bentuk investasi sumber daya manusia ( SDM ) yang lebih penting dari investasi modal fisik. Pendidikan memberikan sumbangan yang amat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia yang memberikan peningkatan kecakapan dan kemampuan manusia yang diyakini sebagai faktor pendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jantes, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dipercaya sebagai alat strategis meningkatkan taraf hidup manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menjadi cerdas, memiliki kemampuan, sikap hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan pondasi utama dalam pengembangan peradaban. Sejak adanya manusia maka sejak saat itu pula pendidikan itu ada. 1 Pengembangan
Lebih terperinciTESIS. Disusun Oleh : Much. Nur Daim. NIM : Q Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sistem Pendidikan
IMPLEMENTASI MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH (MPMBS) DI MADRASAH IBTIDA IYAH NEGERI BANYUANYAR KEC. BANJARSARI KOTA SURAKARTA TESIS Disusun Oleh : Much. Nur Daim NIM : Q. 100 040 129 Program
Lebih terperinciPENINGKATAN MUTU MADRASAH (Analisis Keefektifan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah) Buna i
PENINGKATAN MUTU MADRASAH (Analisis Keefektifan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah) Buna i Abstrak: Madrasah merupakan salah satu institusi pendidikan Islam yang perlu mendapatkan perhatian dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya dan
Lebih terperinci