III. METODOLOGI PENELITIAN. percobaan dan pengambilan data. Selain itu Laboratorium Teknologi Mekanik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODOLOGI PENELITIAN. percobaan dan pengambilan data. Selain itu Laboratorium Teknologi Mekanik"

Transkripsi

1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Termodinamika untuk melakukan percobaan dan pengambilan data. Selain itu Laboratorium Teknologi Mekanik dan bengkel mekanik untuk melakukan beberapa fabrikasi yang tidak dapat dilakukan pada laboratorium Terpadu Teknik Mesin Universitas Lampung. Sedangkan jadwal kegiatan penelitian tersusun pada tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Studi Literatur 2 Perancangan & Simulasi ` 3 Pembelian alat dan bahan 4 Pembuatan Heat Exchanger 5 Eksperimen 6 Pembuatan laporan akhir

2 Tahapan Pelaksanaan Adapun tahapan pelaksanaan yang dilakukan dalam tugas akhir ini dapat dilihat dibawah ini: 1. Studi literatur Studi literatur dilakukan untuk memahami teori dasar yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas akhir khususnya dalam perancangan dan pembuatan heat exchanger. Penulis melakukan studi litertur tentang perhitungan dan perancangan untuk menentukan dimensi heat exchanger tipe compact selain itu juga melakukan studi literatur mengenai metode dan karakteristik dalam pengeringan buah kopi. Adapun literatur tersebut diperoleh dari sumber buku, referensi serta browsing. 2. Perancangan Data Perancangan data dilakukan untuk memenuhi proses perhitungan desain dimensi heat exchanger tipe compact. Data perancangan awal meliputi temperatur air geothermal, temperatur udara, temperatur ideal pengeringan biji kopi, laju aliran air geothermal, dan data lain yang diperoleh dari literatur yang telah dipelajari. Sehingga akan memenuhi dalam perancangan dimensi dari heat exchanger yang dibutuhkan. 3. Perhitungan dimensi heat exchanger Perhitungan ini dilakukan untuk memperoleh dimensi heat exchanger yang dibutuhkan untuk menghasilkan udara panas yang sesuai dengan udara yang dibutuhkan untuk mengeringkan biji kopi. Adapun dalam perhitungan yaitu menentukan berapa panjang tube, jumlah tube, ukuran plat (fin), dan juga jumlah pelat yang dibutuhkan dalam heat exchanger.

3 30 4. Detail drawing Menggambar secara detail hasil dari perancangan heat exchanger menggunakan software Autodesk Invetor 2013 Profesional. Untuk mempermudah dalam pemahaman rancangan yang telah dibuat. Lalu dilanjutkan dengan proses simulasi aliran fluida pemanas menggunakan software Autodesk Simulation CFD 2014, untuk memperoleh mekanisme aliran yang paling efektif. 5. Pembuatan dan fabrikasi heat exchanger Setelah diperoleh hasil rancangan yang paling efektif dari heat exchanger maka dapat dilakukan pembuatan dan fabrikasi sesuai dengan rancangan yang telah diperoleh sebelumnya. 6. Pengujian heat exchanger Pengujian heat exchanger dilakukan untuk mengetahui performa dari heat exchanger yang telah dibuat. Pengujian meliputi mengukur temperatur udara keluaran dari heat exchanger apakah sudah sesuai dengan temperatur yang dibutuhkan untuk mengeringkan buah kopi. 7. Pembahasan dan kesimpulan Membahas hasil dari performa heat exchanger yang telah dibuat serta memberikan kesimpulan terhadap perencanaan awal heat exchanger dan hasil dari performa heat exchanger yang telah selesai dibuat.

4 Alur Penelitian Secara garis besar alur pelaksanaan penelitian ini dijelaskan pada flowchart di bawah : Start Perancangan heat exchanger : 1. Dimensi dari komponen penyusun heat exchanger. 2. Perancangan simulasi aliran fluida. Studi vvbdfffgnbgs literature 1. Jurnal udi 2. Text book Belum Apakah rancangan sudah benar? Sudah Fabrikasi : 1. Fin heat exchanger 2. Tube heat exchanger 3. Head heat exchanger Belum Apakah Fabrikasi sudah selesai? Sudah A Gambar 3.1 Flowchart penelitian

5 32 A B Kalibrasi perlengkapan heat exchanger meliputi laju aliran udara masuk heat exchanger dengan memvariasikan tegangan arus kipas (fan) pada regulator 0-250V Pencatatan data 1. Debit/laju aliran air 2. Laju aliran udara masuk heat exchanger Pengolahan data menjadi grafik Grafik 1.Laju aliran udara masuk terhadap waktu operasi dan temperatur yang dicapai 2.Laju aliran udara masuk terhadap temperatur maksimal yang dicapai 3.Laju aliran udara masuk terhadap efektifitas heat exchanger Belum Apakah data mencukupi? Analisa grafik yang telah dibuat Sudah Pengambilan data untuk satu kali pengoperasian heat exchanger untuk pengeringan kopi meliputi : 1. Temperatur air panas keluar dan masuk pada heat exchanger 2. Temperatur udara keluar dan masuk pada heat exchanger 3. Rentan waktu pengoperasian heat exchanger hingga mencapai temperatur udara keluaran yang stabil Kesimpulan dari penelitian End Pencatatan data meliputi : 1. Temperatur air panas keluar dan masuk pada heat exchanger 2. Temperatur udara masuk dan keluar heat exchanger 3. Waktu pengoperasian heat exchanger hingga temperatur udara keluar stabil Belum Apakah data mencukupi? B Sudah Gambar 3.2 Flowchart penelitian (lanjutan)

6 Metode Perancangan Heat Exchanger Dalam melakukan perancangan heat exchanger dibutuhkan beberapa metode dan tahapan-tahapan untuk memperoleh hasil dimensi rancangan yang sesuai sebelum dilakukannya fabrikasi berikut ini metode-metode perhitungan yang dilakukan : Perencanaan Heat Exchanger tipe compact Dalam tahapan perencanaan heat exchanger ini dibutuhkan data-data perancangan awal untuk mempermudah dalam perhitungan, seperti yang ditunjukkan pada table 3.2 Data perancangan berikut ini : Tabel 3.2. Data Perancangan Fluida yang dipanaskan (udara) Temperature masuk 305 K Temperatur keluar Laju udara Fluida pemanas (Air geothermal) Temperature masuk Debit Air Laju aliran air 333 K 0,22662 kg/s 373 K 4 liter / menit 0, kg/s Dari data perancangan yang ditunjukkan pada tabel 3.2 maka dilakukan pencarian spesifikasi dari kedua fluida tersebut pada literature yang nantinya akan digunakan dalam perhitungan perancangan heat exchanger.

7 34 Tabel 3.3. Property yang digunakan Almunium alloy (Tabel A-1) Thermophysical Properties of Selected Metallic Solidsa Konduktifitas termal 177 W/mK Air (Tabel T air : 373 K Thermophysical Properties of Gases at Atmospheric Pressure Cp 4,217 kj/kg K Pr 1,76 k -6 N s / m W/m K Udara (Tabel T rata-rata : 319 K Thermophysical Properties of Saturated Water Cp 1,0077 kj/kg K Pr 0, k 1, N s / m 2 0, W/m K Dari tabel 3.3 di atas debit pompa yang digunakan untuk mengalirkan fluida adalah sebesar 4 liter/menit diperoleh dari jenis pompa yang digunakan, dan berdasarkan literature dapat digunakan untuk menentukan laju aliran massa fluida yang mengalir pada tube heat exchanger adalah sebagai berikut : m = 4 liter/menit. air = 0,06667 x 10-3 m 3 /s. 997 kg/m 3 = 0, kg/s Selanjutnya dalam tabel 3.3 data perancangan telah diketahui temperatur masuk dan temperatur keluar dari udara, dan besar laju udara yang mengalir pada heat exchanger sebesar 0,22662 kg/s yang diperoleh berdasarkan jenis kipas yang digunakan, maka nilai-nilai tersebut dapat digunakan untuk menentukan transfer

8 35 energy ( q udara) pada udara yang mengacu pada tabel 3.3 serta literature adalah sebagai berikut : q udara m f. C p, f. T f 0,22662kg/ s. 1,0077kJ / kg. K 6,3954kW ( ) K Dengan didapatkan nilai q udara maka temperatur keluar dari pemanas (air geothermal) dapat dicari menggunakan persamaan yang mengasumsikan besar perpindahan panas yang diterima fluida yang diapanaskan (udara) akan sama dengan besar perpindahan panas yang di pindahkan fluida pemanas (air geothermal) q q sebagai berikut : udara air qudara q air 6,3954 Kw = mair. C p, air. Tair 6,3954 Kw = 0,06646 kg/s. 4,217 kj/kg K. (373 Th out ) K Th out = 350,18 K Setelah data-data tersebut telah diketahui maka langkah selanjutnya adalah mencari dimensi Heat Exchanger type compact yang sesuai untuk memanaskan udara luar dari temperatur 305 K sampai 333 K yang nantinya digunakan untuk memanaskan biji kopi, susunan tube dan jarak fin untuk heat exchanger ini menggunakan tabel pada buku Compact Heat Exchanger Kays and London dengan tipe surface tipe / 8T yang telah ditunjukan pada tabel 3.4 Compact Heat Exchanger surface tipe / 8T berikut ini :

9 36 Tabel 3.4 Compact Heat Exchanger Surface Tipe / 8T No Nama Area Simbol Besaran Satuan Besaran Satuan (SI) 1 Diameter luar tube Do 0,676 Inchi 17,1704 mm 2 Jarak sirip 7,75 per inchi 3 Flow passage hydraulic diameter Dh 0,0114 Ft 0,00347 m 4 Tebal Sirip T 0,016 Inchi 0,4064 mm 5 Free flow area / frontal area 0,481 6 Heat transfer area / total volume Α 169 ft 2 / ft 3 554,46 m 2 /m 3 7 Fin Area / total Area Af/Ah 0,95 8 Jarak Tube horizontal SL 1,75 Inchi 0,04445 m 9 Diameter dalam tube Di 0,625 Inchi 15,875 mm Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3 Compact Heat Exchanger Surface tipe / 8T dibawah ini : Gambar 3.3 Compact Heat Exchanger Surface tipe / 8T Beberapa besaran telah ditentukan pada tabel 3.3 Compact Heat Exchanger Surface tipe / 8T, selanjutnya untuk luas permukaan depan dari heat exchanger di sesuaikan dengan dimensi ruang pengering yaitu dengan ukuran 0,3m x 0,3m sehingga luas permukaan sisi depan (Afr) sebesar 0,09 m 2.

10 37 Untuk mengetahui dimensi Heat Exchanger langkah pertama yang dilakukan adalah mengetahui koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) yang terjadi pada Heat Exchanger tersebut menggunakan persamaan sebagai berikut : Langkah pertama yaitu mengetahui besar nilai Ah/Ac yaitu perbandingan luas permukaan fluida panas dengan luas permukaan fluida dingin menggunakan persamaan sebagai berikut : Setelah diperoleh perbandingan luas permukaan fluida panas dengan luas permukaan fluida dingin maka dapat mencari besar resistansi konduksi untuk jenis material menggunakan persamaan berikut ini : ( ) ( ) 1, m 2 K/W

11 38 Untuk memperoleh bilangan Reynold pada jenis compact heat exchanger maka perlu menentukan besar kecepatan massa udara (G) terlabih dahulu dengan menggunakan persamaan berikut ini : 5,2358 kg/s m 2 Setelah diperoleh besar dari kecepatan massa udara (G), maka besar bilangan Reynold dapat dicari menggunakan persamaan berikut ini : Re Re Re = 938,614 Dengan besar bilangan Reynold 938,614 maka dari grafik jenis HE tipe surface /8T diperoleh nilai faktor colburn j untuk perpindahan panas (JH = St. Pr 2/3 )

12 39 Gambar 3.4 Grafik Compact Heat Exchanger Surface tipe /8T Diperoleh besar nilai faktor colburn j untuk perpindahan panas (JH) Selanjutnya mencari nilai koefisien konveksi fluida panas ( ) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini : Selanjutnya mencari nilai koefisien konveksi fluida dingin (h c ) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini :

13 40 Untuk itu perlu di ketahui besar bilangan Nuselt terlebih dahulu, dimana untuk besar bilangan Reynold 938,614 maka diperoleh Tabel 3.5 Konstanta untuk pipa silinder pada aliran menyilang Re D C M Nu = C.Re m.pr 1/3 Nu = Re Pr 0.33 Nu = 14,796 Sehingga besar koefisien konveksi fluida dingin: W/m 2 K Untuk menghitung besar nilai koefisien perpindahan panas menyeluruh dibutuhkan besar nilai efisiensi fin (µ f ) dengan meggunak persamaan (2.6) Tanh m. Lc µf m. Lc

14 41 dengan Lc L (t / 2) dan m 2. hc / k. t Dimana dari jenis surface heat exchanger /8T diperoleh lebar fin dari tube (L) = 0,875 inchi, tebal fin (t) = 0,016 inchi. Kemudian menghitung nilai lebar fin untuk jenis plat fin datar (Lc) Lc = L + (t/2) Lc = 0,0875 +(0,016/2) Lc = 0,883 inchi 0,02242 m Selanjutnya menghitung besar (m) m m 2. hc / k. t ,83W / m K 177W / mk.4, m m 25,74m 1 Maka efisiensi fin yang terjadi sebesar µf µf µf Tanh m. Lc m. Lc 1 Tanh 25,74m. 0,02242m 1 25,74m. 0,02242m 0,90

15 42 Selanjutnya besar nilai efektifitas sirip (µ 0,h ) dapat diperoleh menggunakan persamaan berikut ini : µ 0,h = 1- Af/A (1- µ f ) µ 0,h = 1-0,95 ( 1-0,90) µ 0,h = 0,906 Setelah diperoleh semua besar nilai koefisien konveksi fluida panas dan koefisien konveksi fluida dingin maka dapat dihitung besar nilai koefisien perpindahan panas menyeluruh menggunakan persamaan berikut ini : Selanjutnya menghitung besar nilai efektifitas ( ) dari heat exchanger dengan menggunakan persamaan berikut ini :

16 43 Dimana besar nilai nilai perpindahan panas aktual kg/s. 1,0077 kj/kg K ( ) K Sedangkan besar nilai perpindahan panas maksimum (q max ) : kg/s. 1,0077 kj/kg K ( ) K Maka nilai efektifitas heat exchanger sebesar : Setelah diperoleh besar nilai efektifitas dari heat exchanger maka nilai NTU dapat di ketahui menggunakan grafik berikut ini :

17 44 Gambar 3.5 Grafik crossflow, single pass, unmix fluid Dimana nilai dari C min /C max Dengan besar nilai C min /C max dan nilai efektifitas ( ) di atas maka pada pada gambar grafik 3.11 diperoleh nilai NTU NTU = 0,85 Selanjutnya setelah diketahui besar NTU dan koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) maka luas permukaan perpindahan panas dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini :

18 45 Sehingga volume dari heat exchanger yang dibutuhkan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini : Dengan besar volume dari heat exchanger adalah 0,0259 m 3 maka panjang heat exchanger yang dibutuhkan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini : Selanjutnya banyak baris tube (NL) yang dibutuhkan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :

19 46 Dari persamaan-persamaan yang digunakan maka diperolehlah data perancangan dimensi heat exchanger dengan panjang dalam perhitungan yaitu sebesar 22,25cm namun dalam realisasinya panjang heat exchanger dibuat menjadi 30cm karena untuk meminimalisir terjadinya rugi-rugi. Sehingga dimensi heat exchanger yang akan dibuat sebagai berikut spesifikasi fin atau sirip penyusun compact heat exchanger memiliki: panjang fin = 300 mm; lebar fin = 300 mm; tebal fin = 0,4 mm; jumlah fin yang dibutuhkan = 88 fin; penyusunan jarak antar fin = 3 mm. Sedangkan spesifikasi untuk tube sebagai berikut: panjang tube = 300 mm; jumlah tube yang dibutuhkan = 52 tube; dia.tube = 0,158 mm, kemudian tahap selanjutnya adalah visualisasi detail drawing dari heat exchanger. Bentuk dan dimensi dari heat exchanger ditunjukan pada gambar dibawah ini

20 Gambar 3.6 Heat exchanger tampak depan dan dimensi fin 47

21 Gambar 3.7 Dimensi dan bentuk heat exchanger 48

22 Gambar 3.8 Heat exchanger tampak samping 49

23 Proses Simulasi Aliran Air Panas Proses perancangan compact heat exchanger telah selesai dirancang, sehingga diperoleh dimensi dan detail drawing dari heat exchanger yang akan dibuat. Selanjutnya adalah melakukan proses simulasi aliran, dimana untuk compact heat exchanger tersusun dari beberapa tube yang cukup banyak nantinya tube-tube tersebut akan dialiri oleh fluida pemanas berupa air, untuk memudahkan dalam memastikan air tersebut akan mengisi mengalir pada semua tube maka dapat dilakukan simulasi menggunkan software Autodesk Simulation CFD 2014 sehingga akan memperoleh mekanisme rancangan heat exchanger yang optimal. Dalam proses simulasi parameter yang di input adalah sebagai berikut dimensi serta bentuk dari heat exchanger yang ditentukan dari hasil perancangan, kemudian menentukan bidang arah aliran fluida air masuk dan keluar, jenis fluida yang mengalir yaitu air, jenis material yang digunakan juga harus ditentukan yaitu alumunium, selanjutnya kecepatan aliran air 0,08 m/s, dan tekanan 1atm juga di input. Untuk setiap proses simulasi komponen yang divariasikan pada komponen head heat exchanger pada peletakan bagian pipa input dan pipa output dan juga pengaruh pemberian baffle, terdapat tiga variasi bentuk head heat exchanger, dan hasil proses simulasinya sebagai berikut : Pipa Input dan Output Terletak di Tengah Head Untuk variasi yang pertama yaitu meletakkan saluran masuk dan saluran keluar air panas terletak pada bagian tengah dari head heat exchanger. Hasil simulasi aliran untuk kondisi ini terlihat dalam gambar 3.9 dibawah ini

24 51 a b Gambar 3.9 Simulasi untuk pipa input dan output di bagian tengah Dalam gambar 3.9 merupakan gambar hasil simulai aliran air untuk jenis variasi pipa input dan output terletak di tengah head heat exchanger, gambar a merupakan bentuk dari heat exchanger dengan pipa input dan output dibagian tengah sedangkan gambar b merupakan hasil simulasi aliran air panas ditunjukkan bahwa air panas mengalir secara vertikal di karenakan penempatan heat exchanger di ruang pengering juga vertikal. Dalam hasil simulasi ditunjukkan bahwa air mengalir memenuhi pipa-pipa alumunium terkonsentrasi hanya di bagian tengah saja sedangkan untuk pipa yang terletak di pinggir tidak terisi air panas. Hal ini dapat mengurangi kemampuan dari heat exchanger dalam menukarkan panas dari air panas ke udara sehingga untuk kondisi head dengan pipa input dan output dibagian tengah terjadi proses aliran air panas yang kurang baik.

25 Pipa Input dan Output Terletak di Atas dan Bawah Head Untuk variasi yang kedua yaitu meletakkan saluran masuk dan saluran keluar air panas terletak pada bagian atas dan bawah dari head heat exchanger. Dari jenis variasi sebelumnya terlihat bahwa air panas mengalir kurang baik karena masih terdapat beberapa pipa alumunium yang belum terisi sepenuhnya oleh air panas sehingga untuk variasi kedua saluran input air panas diubah dibagian atas dengan tujuan agar air panas dapat mengalir denga sendirinya menuju pipa output dibagian bawah. Hasil simulasi aliran untuk kondisi ini terlihat dalam gambar 3.10 di bawah ini a b Gambar 3.10 Simulasi untuk pipa input dan output di bagian atas dan bawah Dalam gambar 3.10 merupakan gambar hasil simulai aliran air untuk jenis variasi pipa input dan output terletak di bagian atas dan bawah dari head heat exchanger. Gambar a merupakan bentuk dari heat exchanger dengan pipa input dan output

26 53 dibagian atas dan bawah sedangkan gambar b merupakan hasil simulasi aliran air panas. Heat exchanger ditempatkan secara vertikal pada ruang pengering seperti yang digambarkan pada gambar Dalam simulasi aliran air panas masuk melalui bagian atas dari head heat exchanger kemudian air tersebut mengalir sedikit berputar untuk memenuhi bidang head dan mengalir memenuhi pipa-pipa alumunium. Dari hasil simulasi ditunjukkan bahwa aliran air panas cukup baik jika dibandingkan dengan kondisi simulasi pertama, karena pipa-pipa alumunium yang terisi air panas terlihat cukup banyak namun pada salah satu bagian terdapat pipapipa yang tidak terisi air panas seperti yang ditunjukkan pada lingkaran hitam pada gambar 3.10 b dalam bagian tersebut masih terjadi kekosongan aliran air sehingga kemampuan heat exchanger untuk menukar panas akan kembali belum maksimal Penambahan Baffle Pada Head Heat Exchanger Untuk variasi yang ketiga yaitu dengan menambahkan baffle atau sekat pada bagian head heat exchanger. Tujuan dari ditambahkannya baffle disini adalah sebagai penyekat untuk mengarahkan fluida air panas agar mengalir memenuhi semua pipa alumunium, karena dari kedua jenis variasi sebelumnya terlihat bahwa air panas mengalir kurang sempurna masih terdapat beberapa pipa alumunium yang belum terisi sepenuhnya. Hasil simulasi aliran untuk kondisi ini terlihat dalam gambar 3.11 di bawah ini

27 54 a b Gambar 3.11 Simulasi untuk jenis head menggunakan baffle Pada gambar 3.11 di atas merupakan hasil simulasi dari kondisi head heat exchanger yang ditambahkan baffle atau sekat sebagai pengarah aliran air panas agar memenuhi pipa-pipa alumunium. Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa hasilnya cukup baik seperti yang terlihat pada gambar 3.11 a. Gambar tersebut merupakan hasil simulasi untuk tampak dari depan terlihat bawa arah aliran air tidak hanya terjadi satu kali melainkan aliran air akan terbagi manjadi empat kali dikarenakan terdapat penyekat pada head heat exchanger sehingga air sepenuhnya akan memenuhi semua pipa-pipa yang terdapat pada heat exchanger seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.11 b dimana semua pipa alumunium terisi secara penuh dengan air panas yang mengalir, dengan demikian kinerja dari heat exchanger akan maksimal. Berdasarkan ketiga simulasi jenis variasi head pada heat exchanger terdapat beberapa perbedaan pada proses aliran air yang terjadi dan proses aliran air yang

28 55 baik yaitu memenuhi semua pipa alumunium yeng terdapat pada heat exchanger terjadi pada variasi ketiga yaitu dengan penambahan baffle atau penyekat sehingga dalam proses fabrikasi menggunakan jenis head yang ketiga yaitu dengan penambahan baffle Alat dan Bahan Alat pendukung yang digunakan dalam proses pembuatan heat exchanger adalah sebagai berikut : a. Digital Thermometer Digital thermometer ini digunakan untuk mengukur suhu input dan output dari fluida pemanas (air panas) dan fluida yang dipanaskan (udara). Alat ini dipilih karena paling fleksibel dan memiliki tingkat keakuratan tinggi. Gambar 3.12 Thermocouple

29 56 b. Pipa Alumunium Pipa alumunium ini digunakan sebagai media penampang pada heat exchanger dalam pemanasan udara yang nantinya akan digunakan untuk mengeringkan buah kopi, pada pipa aluminium tersebut akan mengalir media pemanas berupa air panas. Pemilihinan material alumunium karena selain memiliki titik melting yang tinggi aluminium juga mudah untuk didapat dan harganya relatif lebih murah. Gambar 3.13 Pipa aluminium c. Pelat Alumunium Tipe heat exchanger yang akan dibuat adalah heat exchanger tipe compact. Untuk tipe heat exchanger ini merupakan heat exchanger yang tersusun dari sirip-sirip untuk memperluas bidang kontak panas dari media pemanas yang ada di dalam pipa aluminium. Pemilihan pelat dengan material alumunium karena pelat yang dibutuhkan dalam perancangan memiliki ketebalan yang tipis yaitu 0.4 mm dan nantinya akan dilubangi sebagai jalan dari pipa-pipa pemanas, sehingga memerlukan material yang mudah untuk di bentuk.

30 57 Gambar 3.14 Plat Alumunium d. Kipas Angin (fan) Kipas angin atau fan digunakan sebagai penggerak atau penyuplai udara pada heat exchanger. Udara tersebut yang nantinya akan dipanaskan lalu akan menuju ruang pengering sebagai media untuk mengeringkan buah kopi, jenis kipas yang digunakan seperti yang dijunjukan pada gambar Gambar Kipas (Fan)

31 58 e. Pompa Air Untuk mengalirkan air pada heat exchanger dibutuhkan pompa sebagai pengalir paksa air. Pada penelitian ini pompa yang digunakan adalah pompa sanyo berdaya listrik 125 watt, daya hisap dan daya dorong masing-masing 9 m, dengan kapasitas maksimum 32 liter/menit. Pada penelitian ini pompa digunakan untuk mengalirkan air menuju boiler selanjutnya aliran air keluaran boiler ini nantinya akan langsung masuk kedalam heat exchanger. Pompa ini terhubung dengan regulator untuk memvariasikan tegangan pompa agar debit dan laju pompa dapat diatur sesui dengan perancangan. Untuk lebih jelas bentuk dari pompa yang digunakan pada penelitian ini, dapat dilihat pada gambar 3.16 berikut. Gambar 3.16 Pompa

32 Fabrikasi Compact Heat Exchanger Dalam fabrikasi compact heat exchanger terbagi dalam beberapa tahapan proses manufaktur antara lain : 1. Cutting (Pemotongan material dengan gerinda potong) 2. Drilling (Pengeboran lubang-lubang fin dan lubang baut) 3. Welding (Penyambungan komponen plat dengan las alumunium) 4. Rivet Join (Penyambungan tube dengan penutup head) 5. Grinding (Penghalusan permukaan komponen) 6. Painting (Pengecatan komponen untuk menghindari korosi) Tahap pertama yaitu pembuatan komponen head pada heat exchanger. Pembuatan menggunakan proses cutting atau proses pemotongan dalam proses ini dilakukan pemotongan terhadap plat alumunium dengan tebal 2 mm menggunakan alat potong gerinda, dengan bentuk dan ukuran seperti yang ditunjukkan pada gambar pemilihan material dengan tebal 2 mm bertujuan agar dalam proses pengelasan nanti material tidak terbakar atau berlubang. Selanjutnya hasil potongan tersebut untuk masing-masing sisinya dilakukan penekukkan sehingga akan membentuk sebuah kotak seperti yang ditunjukkan pada gambar Setelah itu untuk keempat sudutnya dilakukan penyambungan dengan proses pengelasan alumunium hingga tidak terjadi kebocoran saat diisi dengan air.

33 60 Setelah terbentuk kotak maka dilakukan proses pengeboran dengan ukuran ϕ 5/8 inch pada kedua sisinya yaitu sisi atas dan sisi bawah yang bertujuan untuk penempatan pipa input air dan pipa output air. Untuk masing-masing sisinya dilakukan pengeboran dengan ukuran ϕ 8 mm sebanyak 20 lubang sebagai tempat masukuknya baut untuk penyambungan dengan sisi yang lain. Pemilihan sebanyak 20 lubang baut karena pada sisi ini kemungkinan terjadi kebocoran sangat tinggi sehingga membutuhkan lebih banyak baut agar dalam proses penyambungan akan lebih rapat. Selanjutnya dilakukan proses pemasangan baffle seperti dalam perancangan awal yang ditunjukkan pada gambar Fungsi dari baffle disini adalah sebagai penyekat untuk mengarahkan fluida air panas agar mengalir memenuhi semua pipa alumunium, baffle terbuat dari potongan plat alumunium dengan ketebalan yang sama yaitu 2 mm dengan ukuran panjang 300 mm dan lebar 50 mm. a c b Keterangan gambar a. Proses pembuatan skema head pada HE b. Proses pembentukan kotak untuk head HE c. Proses pemasangan baffle pada head HE Gambar 3.17 Proses pembuatan head pada heat exchanger

34 61 Tahapan kedua yaitu pembuatan komponen fin, komponen fin ini terbuat dari material berupa alumunium lembaran dengan tebal sesuai perancangan yaitu 0,4 mm. Proses pertama yaitu melakukan proses cutting atau pemotongan lembaran alumunium menjadi ukuran 300 mm x 300 mm. Heat exchanger yang dirancang membutuhkan sebanyak 88 lembar fin, kemudian semua fin tersebut ditumpuk menjadi satu dan dilakukan proses pengeboran secara bersamaan dengan pola seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.18 dengan menggunakan mata bor ukuran ϕ 5/8 inch sehingga menghasilkan lubang yang sesuai dengan diameter pipa yang akan digunakan. Pipa yang digunakan terbuat dari bahan alumunium dengan ukuran ϕ 5/8 inch, pipa alumunium tersebut dilakukan proses pemotongan dengan ukuran panjang 300 mm sebanyak 52 pipa. a b Keterangan gambar a. Proses pemotongan tube b. Proses pengeboran fin Gambar Proses pembuatan fin dan tube Setelah semua komponen telah selesai dibuat maka proses selanjutnya yaitu proses assembly atau proses penggabungan. Langkah pertama yaitu dengan memasang semua pipa alumunium kedalam lubang-lubang fin yang masih tertumpuk menjadi satu tadi sehingga proses pemasangan menjadi lebih mudah.

35 62 Pada bagian ujung pipa dipasangkan fin alumunium yang memiliki tebal 2 mm, fin pada bagian tengah memilki jarak 3 mm disusun menggunkan alat bantu berupa besi yang berbentuk plat strip dengan ketebalan 3 mm juga sehingga jarak antar fin 3 mm dapat terpenuhi. Langkah selanjutnya yaitu proses penyambungan dengan metode rivet join dikarenakan pipa alumunium memiliki ketebalan hanya 1mm makan sulit untuk dilakukan proses pengelasan pada bagian head. Sehingga dilakukan proses rivet join antara pipa dengan plat penutup head pada heat exchanger agar air panas yang mengalir didalam heat exchanger tidak mengalami kebocoran. Setelah semua pipa telah terhubung maka dilakukan proses pemasangan head dari heat exchanger dengan terlebih dahulu melapisi bagian luar dari sisi yang akan menempel menggunkan red silicone yang memiliki ketahanan panas mencapai C lalu dilakukan proses pembautan dengan tujuan agar kedua komponen melekat dengan rapat. Proses penyambungan komponen menggunakan baut dikarenakan jika saat terjadi kerusakan pada heat exchanger maka heat exchanger dapat dilepas dengan mudah. a c b Keterangan gambar a. Proses pemasangan fin dengan tube. b. Proses pengambungan tube dengan plat head c. Proses pengecatan dan pemasangan tutup HE Gambar 3.19 Proses pembuatan tahap akhir pada heat exchanger

36 63 Proses yang terakhir yaitu pemasangan tutup pada kedua sisi heat exchanger dan proses pengecatan, perlu diberikan penutup sisi karena bertujuan agar udara yang mengalir pada heat exchanger dapat terarah tidak menyebar Instalasi Peralatan Setelah fabrikasi selesai dilanjutkan ke tahap instalasi peralatan. Dalam tahapan ini semua komponen pendukung pada alat pengering kopi energi panas bumi yang terdiri dari boiler,heat exchanger,ruang pengering, dan sistem kontrol temperatur semua dipasang menjadi satu kesatuan seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 3.20 Skematik instalasi alat pengering kopi

37 64 Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proses instalasi alat heat exchanger antara lain : 1. Perakitan dan penyambungan komponen penyusun alat pengering kopi energi panas bumi yaitu berupa menempatkan heat exchanger pada bagian bawah dari ruang pengering dimana dari bawah heat exchanger diletakkan fan sebagai penghasil udara yang nantinya akan dipanaskan, kemudian menghubungkan selang input menuju heat exchanger ke bagian output pada boiler yang nantinya akan mengalir air panas yang telah dipanaskan pada mesin boiler dan memasang selang output dari heat exchanger menuju penampungan air. 2. Pada fan dihubungkan dengan voltage regulator untuk memvariasikan flowrate udara yang mengalir. 3. Sensor termokopel diletakkan pada pipa input dan pipa output air panas dari heat exchanger dan juga diletakkan pada bagian udara masuk dan bagian udara keluaran dari heat exchanger untuk mengukur temperatur yang tercapai. a c b Keterangan gambar a. Penematan sensor suhu udara keluar pada HE b. Penematan sensor suhu air masuk pada HE c. Peletakan HE di dalam ruang pengering Gambar 3.21 Penempatan sensor suhu pada heat exchanger

38 Persiapan Awal Dalam persiapan awal merupakan proses persiapan sistem awal pada alat bantu pompa dan kipas sebagai penggerak aliran air dan aliran udara untuk mengetahui berapa debit air dan kecepatan udara menggunakan instrumentasi pengukuran. Fenomena yang perlu diukur sebelum pengujian adalah debit air pada pompa, serta laju aliran udara dari fan Laju Aliran Air / Debit Air Debit air yang mengalir pada pipa input dari heat exchanger diukur menggunakan sensor ukur flow meter dengan metode pengujiannya pompa dihidupkan dan air yang mengalir akan melewati alat ukur tersebut, selanjutnya alat ukur yang telah terhubung dengan komputer akan menunjukkan display debit air yang terukur. Besarnya tegangan pada pompa divariasikan menggunakan regulator guna mendapatkan debit air optimal sesuai perancangn awal. Hasil pengukuran disajikan pada Tabel 3.5 dibawah ini : a b c Keterangan gambar a. Sensor flow meter b. Voltage regulator c. Proses pengujian debit air Gambar Pengukuran debit aliran air

39 66 Tabel 3.6. Pengukuran Debit Air No. Beda Potensial blower Debit (lt/min) (V) Laju Aliran Udara Pengukuran laju aliran udara dari fan dilaksanakan sebelum pengujian dimulai, anemometer jenis AM-4200 Lutron digunakan untuk mengukur kecepatan udara tersebut. Mengacu buku petunjuk alat, satuan kecepatan pada anemometer dapat dapat ditentukan yaitu m/s. Selain itu range kecepatan aliran yang dapat diukur adalah 0,8-30 m/s, besarnya tegangan pada fan divariasikan menggunakan regulator guna mendapatkan laju aliran udara optimal sesuai perancangn awal. Berikut adalah hasil pengukuran kecepatan udara dari fan a c b Keterangan gambar a. Annemometer b. Instalasi pengujian kecepatan udara keluarn HE c. Proses pegukuran kecepatan udara masuk dari fan Gambar 3.23 Kalibrasi flowrate udara fan

40 67 Tabel 3.7 Pengukuran kecepatan udara pada fan No. Beda Potensial blower (V) Kecepatan aliran (m/s) Laju aliran massa udara (kg/s) ,2 0, ,7 0, ,4 0, ,8 0, Nb : Luas penampang HE yaitu 0,09 m 2 dan massa jenis udara pada P atm T=32 o C yaitu 1,144 kg/m 3 Pada pengujian laju aliran udara diatas menggunakan alat ukur anemometer jenis AM-4200 Lutron, metode pengukurannya cukup sederhana hanya dengan meletakkan anemometer tersebut secara tegak lurus pada biadang fan yang mengembuskan udara maka pada LCD dari anemometer tersebut akan menunjukkan besar kecepatan udara yang terukur seperti ditunjukkan pada tabel 3.6. Kemudian setelah dikalikan dengan luas penampang heat exchanger dan massa jenis udara maka diperoleh laju aliran massa udara.

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk melakukan pengujian dan pengambilan data serta penulisan laporan akhir dari Juli

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)

Lebih terperinci

SIDANG HASIL TUGAS AKHIR

SIDANG HASIL TUGAS AKHIR SIDANG HASIL TUGAS AKHIR DESAIN COMPACT HEAT EXCHANGER TIPE FIN AND TUBE SEBAGAI ALAT PENDINGIN MOTOR PADA BOILER FEED PUMP STUDI KASUS PLTU PAITON, PJB Disusun Oleh : LUKI APRILIASARI NRP. 2109100073

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Performansi dan Perancangan Ulang Radiator Sebagai Optimasi Cooling System pada Mesin Sinjai

TUGAS AKHIR. Analisa Performansi dan Perancangan Ulang Radiator Sebagai Optimasi Cooling System pada Mesin Sinjai TUGAS AKHIR Analisa Performansi dan Perancangan Ulang Radiator Sebagai Optimasi Cooling System pada Mesin Sinjai Dipresentasikan Oleh: Devi Ratna Sari 21 111 05 012 Dosen Pembimbing Ary Bachtiar K.P, ST,

Lebih terperinci

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi. Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi. Nama : Ria Mahmudah NRP : 2109100703 Dosen pembimbing : Prof.Dr.Ir.Djatmiko Ichsani, M.Eng 1 Latar

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen pada penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Termodinamika di

III. METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen pada penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Termodinamika di III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat serta waktu penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1. Tempat Penelitian Proses perancangan, fabrikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN AKIBAT PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA PADA ALAT PENUKAR KALOR JENIS RADIATOR FLAT TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Termal Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau (Juni Oktober 2016). 3.2 Jenis

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi,

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER 4.1 TUJUAN PENGUJIAN Tujuan dari pengujian Cigarette Smoke Filter ialah untuk mengetahui seberapa besar kinerja penyaringan yang dihasilkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER 4.1 Perhitungan Blower Untuk mengetahui jenis blower yang digunakan dapat dihitung pada penjelasan dibawah ini : Parameter yang diketahui : Q = Kapasitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Deskripsi Peralatan Pengujian Pembuatan alat penukar kalor ini di,aksudkan untuk pengambilan data pengujian pada alat penukar kalor flat plate, dengan fluida air panas dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan III METODOLOGI PENELITIAN A Peralatan dan Bahan Penelitian 1 Alat Untuk melakukan penelitian ini maka dirancang sebuah terowongan angin sistem terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: a Test section

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian (flow chat) Mulai Pengambilan Data Thi,Tho,Tci,Tco Pengolahan data, TLMTD Analisa Grafik Kesimpulan Selesai Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Radiator Radiator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk memindahkan energi panas dari satu medium ke medium lainnya yang tujuannya untuk mendinginkan maupun memanaskan.radiator

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric) BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin

Lebih terperinci

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN ANALISA PERFORMANCE COMPACT HEAT EXCHANGER LOUVERED FIN FLAT TUBE UNTUK PEMANFAATAN WASTE ENERGY

STUDI EKSPERIMEN ANALISA PERFORMANCE COMPACT HEAT EXCHANGER LOUVERED FIN FLAT TUBE UNTUK PEMANFAATAN WASTE ENERGY Tugas Akhir STUDI EKSPERIMEN ANALISA PERFORMANCE COMPACT HEAT EXCHANGER LOUVERED FIN FLAT TUBE UNTUK PEMANFAATAN WASTE ENERGY Oleh: Taqwim Ismail 2111.105.007 Dosen Pembimbing: Ary Bachtiar K. P, ST.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Kegiatan penelitian ini mencakup perancangan dan pembuatan alat,

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS SISTEM PENURUNAN TEMPERATUR JUS BUAH DENGAN COIL HEAT EXCHANGER Nama Disusun Oleh : : Alrasyid Muhammad Harun Npm : 20411527 Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE... JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Tempat penelitian Penelitian dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA 50 BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA 4.1 Menentukan Titik Suhu Pada Instalasi Water Chiller. Menentukan titik suhu pada instalasi water chiller bertujuan untuk mendapatkan kapasitas suhu air dingin

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan kalor meliputu proses pelepasan maupun penyerapan kalor, untuk

Lebih terperinci

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo Studi Numerik Peningkatan Cooling Performance pada Lube Oil Cooler Gas Turbine Disusun Secara Seri dan Paralel dengan Variasi Kapasitas Aliran Lube Oil (Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait)

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek pada saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2012 - April 2013 di Laboratorium Motor Bakar Teknik Mesin Universitas Lampung. B. Alat dan bahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013, di Laboratorium Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung B. Alat dan Bahan Alat yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN 4.1. KONDENSOR Penggunaan kondensor tipe shell and coil condenser sangat efektif untuk meminimalisir kebocoran karena kondensor model ini mudah untuk dimanufaktur dan terbuat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup Edo Wirapraja, Bambang

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN Disusun oleh: BENNY ADAM DEKA HERMI AGUSTINA DONSIUS GINANJAR ADY GUNAWAN I8311007 I8311009

Lebih terperinci

BAB IV PERCOBAAN, ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV PERCOBAAN, ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV PERCOBAAN, ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN Proses analisa alat uji pada sistem organic rankine cycle ini menggunakan data Reference Fluid Thermodynamic and Transport Properties dan perhitungan berdasarkan

Lebih terperinci

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-132 Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin Anson Elian dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian III.1 Flowchart Penelitian Tahap-tahap dalam penelitian ini dijelaskan pada flowchart Gambar III.1. Hasil Uji Struktur Mikro dan Uji Keras Hasil Uji Struktur Mikro dan Uji Keras

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 2, Oktober 2: 86 9 Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING Perancangan yang akan dilakukan meliputi penentuan dimensi atau ukuran ukuran utama dari alat pengering berdasarkan spesifikasi kopra yang akan dikeringkan. Alat pengering

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan metode yang akan digunakan dalam Modifikasi, baik teknik dan tahap tahap yang dilakukan untuk memodifikasi. Pada bab ini juga

Lebih terperinci

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI Oleh : La Ode Torega Palinta (2108100524) Dosen Pembimbing : Dr.Eng Harus L.G, ST, M.Eng PROGRAM SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.1.1 Waktu Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan judul usulan tugas akhir dan berkas seminar proposal oleh pihak jurusan

Lebih terperinci

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada program Studi Teknik Mesin Oleh N a m a : CHOLID

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK WATER HEATER DENGAN PANJANG PIPA 12 METER, DIAMETER 0,5 INCH DAN BERSIRIP SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Program Studi Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 DATA Selama penelitian berlangsung, penulis mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian serta pengolahan data selanjutnya. Beberapa data yang telah terkumpul

Lebih terperinci

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika Muhamad dangga A 2108 100 522 Dosen Pembimbing : Ary Bachtiar Krishna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUNG MBG

BAB III RANCANG BANGUNG MBG BAB III RANCANG BANGUNG MBG Peralatan uji MBG dibuat sebagai waterloop (siklus tertutup) dan menggunakan pompa sebagai penggerak fluida, dengan harapan meminimalisasi faktor udara luar yang masuk ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Salah satu proses dalam sistem pembangkit tenaga adalah proses pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan ini memerlukan beberapa kebutuhan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai BAB V PERCOBAAN V. PERCOBAAN 5.1. Bahan dan alat Bahan dan peralatan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari model alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI digilib.uns.ac.id 8 BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan : a. Las listrik f. Palu b. Bor besi g. Obeng c. Kunci pas/ring h. Rol pipa d. Tang i. Gergaji besi e. Kunci L j. Alat pemotong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah Ilmu termodinamika yang membahas tentang transisi kuantitatif dan penyusunan ulang energi panas dalam suatu tubuh materi. perpindahan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW MIXED, TUBE NON FINNED FOUR PASS,UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW MIXED, TUBE NON FINNED FOUR PASS,UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW MIXED, TUBE NON FINNED FOUR PASS,UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 4 No.1. April 2010 (7-15) Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap I Gst.Ketut Sukadana, Made Sucipta & I Made Dhanu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan mengenai penukar panas (heat exchanger), mekanisme perpindahan panas pada heat exchanger, konfigurasi aliran fluida, shell and tube heat exchanger,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN TIGA PASS SHELL SATU PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN TIGA PASS SHELL SATU PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN TIGA PASS SHELL SATU PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Progam Studi Strara 1 Pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Bab ini berisikan uraian seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Mulai Studi

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 60 DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 62

BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 60 DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 62 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i LEMBAR PENGESAHAN... ii MOTTO.. iv PERSEMBAHAN.. v KATA PENGANTAR.... vi ABSTRAK/ABSTRACT viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR NOTASI..... vii DAFTAR TABEL.. xii DAFTAR GAMBAR... xiii

Lebih terperinci