ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR PRODUK TEKSTIL PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR PRODUK TEKSTIL PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR PRODUK TEKSTIL PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Oleh : AGUNG NUGROHO K.M F JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 i

2 digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN Skripsi ini telah di setujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Persetujuan Pembimbing : Pembimbing Utama Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si. NIP ii

3 digilib.uns.ac.id PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Selasa Tanggal : 5 Juli 2011 Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si.. Sekretaris : Drs. Supriyono, M.Si. Anggota : Dwi Prasetyani, SE, M.Si.. iii

4 digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka Surakarta, 2 Juni 2011 AGUNG NUGROHO K.M F iv

5 digilib.uns.ac.id MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan iu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari pekerjaan atau tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh. (Q.S. Al Nasyirah : 6-7) Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu. (Q.S. Al-Baqarah : 45) v

6 digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Puji syukur kepada Allah SWT, hormat dan terima kasih kupersembahkan skripsi ini untuk: 1. Bapak dan Ibu tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya. 2. Saudara-saudaraku yang telah memberikan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Sahabat dan teman-teman yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. 4. Almamater vi

7 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Assalaamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan, rahmat, berkat hidayah dan inayah-nya, serta dengan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat menyesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis haturkan kepada: 1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala perijinannya sebagai persyaratan pelaksanaan penelitian. 2. Ketua Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta atas perijinan terhadap penelitian ini. 3. Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si., selaku Pembimbing Utama yang dengan arif dan bijaksana yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta pada umumnya, dan pada khususnya Staf Pengajar di Jurusan Studi Pembangunan yang telah memberikan pengetahuan sehingga membantu dalam penulisan skripsi ini. vii

8 digilib.uns.ac.id 5. Para staf karyawan dan karyawati Universitas Sebelas Maret Surakarta khususnya di Fakultas Ekonomi yang membantu dalam segala hal yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan segala do a dan kasih sayangnya selama ini. 7. Saudara-saudaraku yang selalu memberikan support, doa dan kasih sayangnya selama ini. 8. Teman-teman semua di IESP 04, terima kasih atas saran dan perhatiannya. 9. Sobat-sobat semua: terima kasih atas perhatian dan keceriaannya. 10. Semua pihak-pihak yang bersangkutan dalam membantu penulisan dan penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, maka segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun dalam perbaikan skripsi ini sangatlah penulis harapkan. Wassalaamu alaikum Wr. Wb.. Surakarta, 2 Juni 2011 Penulis viii

9 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... ABSTRAK... i ii iii iv v vi vii ix xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II LANDASAN TEORI A. Industri Tekstil B. Ekspor Tekstil C. Investasi D. Kurs Valuta Asing E. Kerangka Pemikiran F. Hipotesis ix

10 digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian B. Data dan Sumber Data C. Metode Pengumpulan Data D. Model dan Alat Analisis E. Pengujian Statistik BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Variabel yang Diteliti B. Model Analisis C. Hasil Analisis D. Pengujian Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi E. Pengujian Kriteria Statistik Uji secara individual (t test) Uji secara Keseluruhan (Uji F) Koefisien Determinasi (R 2 ) F. Interpretasi Ekonomi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 digilib.uns.ac.id xi

12 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Produk Tekstil Propinsi Jawa Timur Tahun AGUNG NUGROHO K.M. NIM. F Perdagangan internasional menciptakan keuntungan dengan memberikan peluang bagi setiap negara untuk mengekspor barang-barang yang diproduksinya. Dari ekspor, maka negara memperoleh keuntungan, pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Tekstil sebagai komoditi ekspor non migas diharapkan menjadi andalan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Timur. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui pengaruh produksi tekstil, harga tekstil di pasar ekspor, investasi pada industri tekstil, dan kurs dollar US$ terhadap pertumbuhan ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun ; 2) Untuk mengetahui faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun Variabel dalam penelitian ini adalah ekspor tekstil sebagai variabel dependen (Y) dan variabel independen yang terdiri dari produksi tekstil (X 1 ), harga tekstil luar negeri (X 2 ), investasi pada industri tekstil (X 3 ), kurs valuta asing (X 4 ) dan ekspor tekstil 1 tahun sebelumnya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan model Partial Adjustment Model (PAM) kemudian dilanjutkan dengan uji kepenuhan asumsi klasik. Berdasarkan hasil analisis data diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil pengujian koefisien (uji t) menunjukkan bahwa ada tiga variabel berpengaruh terhadap ekspor tekstil dan dua variabel yang lain tidak berpengaruh. Variabel yang berpengaruh adalah harga tekstil luar negeri (a=1%), investasi pada industri tekstil (a=5%), ekspor tekstil 1 tahun lalu (a=1%), sedangkan variabel yang tidak berpengaruh adalah produksi teksil dan kurs valuta asing pada taraf signifikansi hingga 10% (a=10%); 2) Hasil analisis menunjukkan bahwa harga tekstil luar negeri berpengaruh dominan terhadap ekspor tekstil. Hal ini terbukti dari hasil koefisien beta variabel harga tekstil luar negeri (0,588) lebih besar dari koefisien beta variabel lainnya. Artinya peningkatan harga tekstil luar negeri sebesar 1%, dalam jangka panjang dipastikan akan meningkatkan jumlah ekspor tekstil sebesar 1,050%; 3) Koefisien penyesuaian terbukti lebih meningkatkan ekspor tekstil dalam jangka panjang jika terjadi peningkatan pada setiap variabel. Kata kunci: produksi tekstil, harga tekstil, investasi pada industri tekstil, kurs valuta asing, pertumbuhan ekspor produk tekstil i

13 digilib.uns.ac.id ABTRACT Analysis Of Factors Affecting The Value Of Export Of Textile Products East Java Province Year Agung Nugroho K.M. NIM. F International trade creates benefits by providing opportunities for each country to export goods produced. Of exports, the country benefited, rising national income, which in turn increase the amount of output and economic growth. Textiles as a non-oil commodity exports are expected to be a mainstay in the enhancement of economic growth in East Java Province. The purpose of this study were: (1) To determine the influence of textile production, textile prices in export markets, investment in the textile industry, and the dollar exchange rate of U.S. $ against the growth of exports of textile products in East Java in 1987 to 2009; 2) To determine the most dominant factor effect on export growth of textile products in East Java in 1987 to The variables in this study is the export of textiles as the dependent variable (Y) and independent variables consisting of textile production (X 1), the price of foreign textiles (X 2), investment in the textile industry (X 3), foreign exchange rates (X 4 ) and exports of textiles a year earlier. The types of data used in this research is secondary data. Methods of data analysis used is multiple regression analysis model with Partial Adjustment Model (PAM) followed by a test of the fullness of classical assumptions. Based on the analysis of data drawn conclusions as follows: 1) The coefficient test (t test) showed that three variables affect the exports of textiles and the other two variables have no effect. Variables that influence the price of foreign textiles (a = 1%), investment in the textile industry (a = 5%), exports of textiles a year ago (a = 1%), while variables that do not affect the production of textiles and foreign exchange rates at up to 10% significance level (a = 10%); 2) The analysis showed that the price of foreign textiles dominant effect on exports of textiles. This is evident from the results of the beta coefficient of the variable rates of foreign textiles (0.588) greater than beta coefficients of other variables. That is an increase in overseas textile prices by 1%, in the long run will certainly increase the amount of textile exports at 1.050%, 3) the adjustment coefficient prove to further enhance textile exports in the long run if there was an increase in each variable. Key words: textile production, textile prices, investment in the textile industry, foreign commit exchange to user rates, export growth of textile products ii

14 digilib.uns.ac.id 1

15 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan mengandung arti suatu usaha atau serangkaian usaha yang pada hakekatnya merupakana suatu proses perubahan yang bersifat terus menerus dan melakukan perbaikan serta peningkatan yang menuju ke arah tujuan yang dicapai yaitu dari keadaan tertentu. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan pemerintah bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materiil maupun spirituil. Pembangunan suatu negara bisa dikatakan berhasil bila ditunjang dengan adanya kegiatan-kegiatan ekonomi yang baik dan berkualitas. Kegiatan ekonomi diantaranya adalah kegiatan pada sektor industri yang senantiasa terus bertambah produktif dengan pertumbuhan yang lebih cepat diikuti sektor-sektor lain yang tumbuh. Pembangunan sektor perdagangan sangat penting dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan usaha, dan memperluas kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan. Sejalan dengan laju pertumbuhan dan perubahan struktural ekonomi nasional, maka penting pula peranan sektor perdagangan dengan cara memperlancar arus barang dan jasa dan mengusahakan dan menjaga tingkat harga menjadi relatif stabil. 1

16 digilib.uns.ac.id 2 Pada dewasa ini suatu negara tidak dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhannya tanpa kerja sama dengan negara lain. Adanya kemajuan teknologi yang sangat cepat dapat membantu mengatasi adanya kebutuhan tersebut. Di sisi lain semakin meningkatnya produksi barang-barang dan jasajasa yang dibutuhkan tersebut memerlukan distribusi dan regulasi untuk ekspor atau impor. Barang-barang yang tidak dapat diperoleh di dalam negeri akan semakin meningkatkan perdagangan antar negara dengan cepat. Perdagangan internasional dirasakan semakin sangat berarti bagi pembangunan di setiap negara di dunia. Setiap negara telah mengakui bahwa perdagangan internasional itu menguntungkan dan meningkatkan pembangunan nasional melalui proses peningkatan pertumbuhan ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh Haberier, bahwa perdagangan internasional telah memberikan sumbangan luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi di negara kurang berkembang di abad ke 19 dan 0, selain itu dapat diharapkan pertumbuhan tersebut akan sama di masa yang akan datang dan bahwa perdagangan bebas dengan sedikit perbaikan atau penyimpangan tidak mendasar atau marginal adalah kebijaksanaan yang terbaik dilihat dari sudut pembangunan ekonomi (Jhingan, 1993 : ). Perdagangan internasional menciptakan keuntungan dengan memberikan peluang bagi setiap negara untuk mengekspor barang-barang yang diproduksinya menggunakan sumber daya yang langka di negara tersebut. Dari perdagangan luar negeri, maka negara memperoleh keuntungan, pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan

17 digilib.uns.ac.id 3 laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan. Ekspor non migas yang menjadi unggulan Indonesia adalah industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, dimana sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 29,3%, diikuti sektor bahan galian non logam, serta makanan dan minuman (Indonesian Textile Magazine, 25 November 2002). Tekstil sebagai komoditi ekspor non migas menjadi andalan perekonomian Indonesia. Produk tekstil Indonesia telah menembus pasar Eropa dan Amerika. Nilai ekspor komoditi tekstil dari tahun ke tahun semakin meningkat. Komoditi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) meliputi produk serat, kain lembaran, pakaian jadi dan produk tekstil lainnya merupakan salah satu komoditi yang diandalkan untuk memberikan kontribusi sebagai penyumbang devisa terbesar dari ekspor non migas dan membantu mengatasi masalah penyerapan tenaga kerja. Peningkatan nilai ekspor TPT yang merupakan komodtas andalan ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan antara lain dengan mengoptimalkan penggunaan kuotanya. Dalam rangka optimalisasi penggunaan kuota untuk meningkatkan perolehan devisa dan dalam rangka pelaksanaan Undangundang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah dilakukan penyempurnaan terhadap SK. Menperindag No. 02/MPP/Kep/1/2001 tangaal 4 Januari 2001 dengan SK yang baru yaitu tertuang dalam SK Menperindag No. 311/MPP/Kep/10/2001 tanggal 30 Oktober 2001 tentang ketentuan Kuota Ekspor Textile dan Produk Textile dan Keputusan Direktur Jendral

18 digilib.uns.ac.id 4 Perdagangan Luar Negeri No. 11/DJPLN/KP/XI/2001 tanggal 13 Nopember 2001 dan No. 03/DJPLN/KP/XI/2002 sebagai petunjuk pelaksanaannya (Indonesian Textile Magazine, 25 November 2002). Industri tekstil yang menghasilkan devisa ekspor sangat bermanfaat bagi pembiayaan kelangsungan pengembangan perekonomian bagi negara berkembang seperti Indonesia, industri tersebut masih merupakan industri yang mendapatkan prioritas untuk dikembangkan. Hal tersebut sangat beralasan, mengingat industri jenis ini pada umumnya masih bersifat padat karya sehingga mampu menyerap angkatan kerja dalam jumlah cukup banyak. Dilain pihak ketidakstabilan sektor moneter dan lembaga perbankan disertai dengan tingginya tingkat bunga mengakibatkan terganggunya akumulasi modal kerja dalam melakukan kegiatan perdagangan internasional. Pembiayaan ekspor sebagai bagian dari ongkos produksi menjadi meningkat tinggi dan tidak lancar. Hal ini akan menjadikan daya saing produk tekstil di pasar ekspor semakin menurun. Menurut data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), sepanjang 2002 terdapat sekitar 76 pabrik TPT yang diragukan aktivitasnya alias berhenti berproduksi atau beralih komoditas. Sebagian lainnya bahkan resmi menyatakan gulung tikar. Tidak jarang pabrik yang mulai oleng usahanya beralih menjadi trader dengan mengimpor produk dari luar negeri dan menjualnya di pasar lokal karena dinilai lebih menguntungkan. Kondisi ini tentu saja diikuti dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran di industri ini (Purwoko, 2003).

19 digilib.uns.ac.id 5 Menurut Direktorat Industri Tekstil, selama 2002 (hingga Mei saja) ada 64 perusahaan yang melakukan PHK sebanyak pekerja. Tutupnya pabrik TPT selama 2002 terjadi akibat a.l. kenaikan beban biaya produksi yang semakin berat seperti kenaikkan BBM, TDL, Terminal Handling Charge (THC), pajak, pungutan daerah (retribusi) yang makin hari makin mencekik leher. Dari sisi ekspor, ternyata lebih parah lagi. Kinerja TPT nasional dalam tiga tahun terakhir, sejak 1999 hingga 2001 naik turun tanpa pola. Pada 1999 nilai ekspor TPT nasional sebanyak ton atau senilai US$7,2 miliar naik menjadi ton atau US$8,2 miliar pada Namun turun kembali menjadi hanya 705 ton atau senilai US$7,6 miliar pada Angka ekspor tidak pernah lagi menyentuh angka US$8 miliar. Tahun 2002 kinerja ekspor TPT tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan, bahkan cenderung stagnan pada nilai ekspor Hingga Agustus 2002, ekspor TPT nasional hanya ton senilai US$4,6 miliar. Padahal dalam periode sama sebelumnya, ekspor TPT sebanyak ton. Salah satu sebab stagnasi ekspor TPT 2002 adalah banyaknya masalah yang kurang mendukung peningkatan ekspor (Purwoko, 2003). Indonesia adalah salah satu negara bekembang pengekspor TPT yang tergabung dalam kelompok organisasi International Textile and Clothing Bureau (ITCB), bersama negara-negara berkembang lain untuk memperjuangkan masa proses integrasi Multi Fibre Arrangement (MFA) ke dalam ketentuan GATT/WTO dalam waktu 10 tahun (sejak diberlakukannya Persetujuan Pembentukan WTO). Pengaturan TPT berbeda dengan pada masa

20 digilib.uns.ac.id 6 GATT dimana MFA berada di luar pengaturan GATT, maka pada masa berdirinya WTO ini, terhadap pengaturan TPT dilakukan proses integrasi yaitu memasukan TPT terikat ke dalam kelompok Multilateral Trade in Goods yaitu dalam Agreement on Textiile and Clothing (ATC). Sebagai negara pengekspor tektil dunia, tahun 1996 Indonesia menempati posisi ke 10 dengan ekspor sebesar US$6,8 milyar, sementara pada tahun 2000 berada pada posisi ke 17 niai ekspor sebesar US$ 8,3 milyar. Posisi ekspor tekstil Nasional di pasar dunia menunjukan penurunan tingkat daya saing. Hal ini perlu dicermati bahwa Indonesia tidak dapat mengharapkan pertumbuhan ekspor yang tinggi hanya dengan bertahan pada produk bernilai tambah yang rendah (Purwoko, 2003). Tabel 1. Perkembangan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia Tahun Tahun Jumlah Ekspor Kuota (dalam US$) Jumlah Ekspor Non Kuota (dalam US$) ,36-7,2 milyar ,65 17,5% 8,2 milyar 10,17% ,62-3,72% 7,65 milyar -6,73% Kontribusi - 46% - 54% Sumber: Indonesian Textile Magazine, 25 November 2002 Perkembangan nilai commit ekspor to Tekstil user dan Produk Tekstil (TPT)

21 digilib.uns.ac.id 7 berdasarkan kuota dan non kuota tahun 2000 lebih meningkat dibandingkan dengan tahun 1999, yaitu mengalami peningkatan sebesar dari US$ 7,2 milyar pada tahun 1999 menjadi 8,2 milyar pada tahun Perkembangan nilai ekspor TPT kuota dan nonkuota tahun 2001 dibandingkan tahun 2000 mengalami penurunan sebesar 6,73% dari US$ 8,20 milyar menjdai US$7,65 milyar (Indonesian Textile Magazine, 25 November 2002). Sektor industri tekstil sebagai penghasil komoditas ekspor di Indonesia masih dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan yang bersifat klasik dan dinamis yaitu daya saing, mutu dan biaya operasional perusahaan yang tinggi. Dilain pihak ketidakstabilan sektor moneter dan lembaga perbankan disertai dengan tingginya tingkat bunga mengakibatkan terganggunya akumulasi modal kerja dalam melakukan kegiatan perdagangan internasional. Pembiayaan ekspor (pre-ship-ment & post shipment) sebagai bagian dari ongkos produksi menjadi meningkat tinggi dan tidak lancar. Masalah lain yang diakibatkan ketidakstabilan sector moneter dan perbankan adalah tingkat kepercayaan bank mitra dagang asing yang semakin menurun; system pembayaran luar negeri dalam bentuk L/C menjadi sulit dilaksanakan, karena persyaratan margin deposit yang sangat tinggi. Sektor industri tekstil semakin sulit untuk berkompetisi karena ongkos produksi melambung tinggi. Dibanding beberapa negara Asia lain yang menjadi pesaing Indonesia di pasar tekstil dunia, ongkos produksi untuk komponen BBM dan listrik sangat tinggi sehingga kehilangan daya saingnya karena harga yang tinggi. Meski perdagangan tektil dalam negeri dalam tiga tahun terakhir menunjukkan angka peningkatan namun pelaku usaha di sektor ini mengklaim tidak menikmati pertumbuhan pasar domestik karena menurunnya ekspor.

22 digilib.uns.ac.id 8 Tabel 2. Perkembangan Industri Tekstil dan Jumlah Produksi Tekstil di Jawa Timur Tahun Produksi Peningkatan / Periode Production (juta rupiah) Penurunan (%) , ,60 21, ,80 36, ,57-62, ,70 262, ,60 44, ,50 36, ,90-33, ,20-2, ,10-24, ,00-0, ,90 293, ,00-54, ,00-42, ,60 52, ,20 40, ,30 28, ,80-56, ,90 69, ,54 4, ,19 4, ,83 4, ,47 3,88 Sumber: BPS Jawa Timur Jawa Timur Dalam Angka ( ) Untuk total pakaian jadi di pasar Amerika misalnya, sampai dengan Juni 2004 Cina telah menguasai pasar pakaian sebesar 12,98% padahal sampai dengan tahun 2000 pangsa pasarnya baru mencapai 7,86%. Sementara untuk

23 digilib.uns.ac.id 9 kategori yang telah dibebaskan kuotanya sejak 2002 Cina terus melaju dan merebut pangsa pasar negara lain secara signifikan. Angka ini masih terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Sebagai contoh untuk kategori 239 (pakaian anak-anak) sebelum kuotanya dibebaskan pangsa pasar Cina baru mencapai 6,97%. Akan tetapi setelah kuotanya dibebaskan langsung menggeser posisi dan merebut pangsa pasar negara lain dengan menguasai pasar 51,71% sampai dengan Juni Dalam beberapa tahun terakhir investasi besar-besaran terus mengalir ke Cina dan saat ini menjadi importer mesin tekstil terbesar dunia dari berbagai jenis dan merek. Kapasitas produksinya telah mencapai lebih dari 60% dari total kapasitas produksi TPT dunia dengan kemampuan produksi berbabagai jenis dan tingkatan mutu dengan harga murah. Kondisi ini akan terus menjadi ancaman negara lain khususnya Indonesia yang juga merupakan negara pengekspor produk tekstil (Bisnis Indonesia, 20 September 2004). Sektor industri tekstil semakin sulit untuk berkompetisi karena ongkos produksi menjadi melambung tinggi. Bahkan di pasar dalam negeri sekalipun mereka sulit bersaing dengan barang impor yang diyakini masuk secara ilegal. Dibanding beberapa negara Asia lain yang menjadi pesaing Indonesia di pasar tekstil dunia, ongkos produksi untuk komponen BBM dan listrik sangat tinggi sehingga kehilangan daya saingnya. Meski perdagangan tektil dalam negeri dalam tiga tahun terakhir menunjukkan angka peningkatan namun pelaku usaha di sektor ini mengklaim tidak menikmati pertumbuhan pasar domestik (Ariwibowo, 2003).

24 digilib.uns.ac.id 10 Indonesia selama ini tidak pernah melakukan hambatan impor apapun terhadap komoditi TPT dan tetap melaksanakan komitmen untuk mengintegrasikan TPT dalam persetujuan yang telah disepakati. Manajemen kuota TPT di Indonesia dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan N0. 311/MPP.Kep/10/2001 tanggal 30 Oktober 2001 tentang Ketentuan Kuota Ekspor Textile dan Produk Textile dan Keputusan Direktur Jenderal perdagangan Luar Negeri No. 11/DJPLN/KP/XI/2001 tanggal 13 Nopember 2001 dan 03/DJPLN/KP/ II/2002 sebagai petunjuk pelaksanaannya. Perusahaan yang dapat melakukan ekspor TPT kuota adalah perusahaan yang telah mendapatkan pengkuan sebagai Ekspor Terdaftar Textile dan Produk Textile (ETTPT). Propinsi Jawa Timur sebagai daerah penghasil TPT diharapkan dapat mengikuti perkembangan produksi dan perdaganganya di pasar international. Memang setiap perekonomian akan selalu dihadapkan pada permasalahan, produksi, distribusi dan konsumsi. Permasalahan distribusi sejalan dengan permasalahan sektor perdagangan. Aktivitas sektor perdagangan merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai kegiatan dalam pengeluaran barang dan bahan dari sektor produksi sampai konsumen. Dengan demikian sektor perdagangan berperan menyalurkan sesuai dengan keinginan konsumen untuk memperoleh barang pada saat tepat dengan harga terjangkau. Perekonomian di Jawa Timur pada tahun 2008, menurut Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan 1993 digunakan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 23,86%, diikuti

25 digilib.uns.ac.id 11 sektor industri pengolahan sebesar 30,30% dan sektor pertanian sebesar 20,23% sedangkan sektor-sektor yang kontribusinya kecil adalah sektor penggalian sebesar 1,52% sektor listrik dan air minum sebesar 1,20% dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar 5,25%. Hal ini menjadi sinyal positif terhadap perkembangan perekonomian dan investasi di Jawa Timur. Investasi pada sektor industri di Propinsi Jawa Timur lebih diarahkan pada sektor-sektor dan kelompok-kelompok masyarakat yang diharapkan dapat memberikan profitabilitas yang tinggi. Sektor industri yang modern yang umumnya berada di perkotaan dijadikan sebagai sektor unggulan dan kelompok pemilik modal besar dijadikan sebagai agen utama penggerak roda pembangunan. Pembangunan sektor perdagangan di Jawa Timur juga sangat penting dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam penciptaan lapangan usaha serta perluasan kesempatan kerja dalam peningkatan pendapatan. Sejalan dengan laju pertumbuhan dan perubahan struktural ekonomi, maka penting pula peranan sektor perdagangan antara lain memperlancar arus barang dan jasa, mengusahakan dan menjaga tingkat harga menjadi relatif stabil dan peningkatan nilai tambah yang dihasilkan serta kemampuannya menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Dari uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR PRODUK TEKSTIL PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN

26 digilib.uns.ac.id 12 B. Rumusan Masalah 1. Apakah faktor-faktor nilai produksi tekstil, harga tekstil di pasar ekspor, investasi pada industri tekstil, dan kurs dollar US$ berpengaruh terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun ? 2. Faktor-faktor manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh nilai produksi tekstil, harga tekstil di pasar ekspor, investasi pada industri tekstil, dan kurs dollar US$ terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun Untuk rnengetahui faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam memberikan gambaran mengenai nilai ekspor tekstil Jawa Timur tahun Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenis

27 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Industri Tekstil 1. Definisi Industri Istilah industri mempunyai dua arti, pertama dapat berarti himpunan-himpunan perusahaan yang sejenis seperti industri kosmetik, industri tekstil dan sebagainya. Kedua, dapat pula sebagai suatu hal ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi maupun barang setengah jadi, kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat maksimal, elektrikal atau bahkan manual (Dumairy, 1997: 227). Ditinjau dari sudut luasnya, pada dasarnya industri dibagi tiga golongan yaitu: a. Industri Kecil b. Industri Menengah c. Industri Besar Dilihat dari klasifikasi industri, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (Arsyad, 1992 : 34). Pertama, pengelompokan industri yang dilakukan pleh Departemen Perindustrian dan perdagangan, industri di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan hubungan Arus Produknya menjadi: 13

28 digilib.uns.ac.id 14 a. Industri Hulu, yang terdiri dari: 1) Industri Kimia Dasar 2) Industri mesin, Logam Dasar dan Elektronika b. Industri Hilir, yang terdiri atas: 1) Aneka Industri 2) Industri Kecil Kedua, penggolongan industri dengan pendekatan besar kecilnya skala usaha yang dilakukan oleh beberapa lembaga dengan kriteria tertentu. Peranan tenaga kerja juga sangat besar dalam menentukan tingkat efisiensi perusahaan. Untuk itu, sektor industri dapat dikelompokkan menurut tenaga kerja (BPS, : 12): a. Industri Rumah Tangga, yaitu usaha industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 4 orang. b. Industri Kecil, yaitu usaha industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja 5 19 orang. c. Industri sedang, yaitu industri yang memiliki jumlah tenaga kerja orang. d. Industri Besar, yaitu industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih. Mulai tahun 1995 penetapan jenis-jenis industri berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 75/M/1995, tentang penetapan jenis-jenis industri dalam pembinaan masing-masing Direktorat Jendral dan kewenangan pemberian ijin usaha industri dan ijin usaha kawasan

29 digilib.uns.ac.id 15 industri di lingkungan departemen perindustrian dengan jenis-jenis industri sebagai berikut: a. Industri Logam, Mesin dan Elektronika (ILME) b. Industri Kimia (INKIM) c. Industri Aneka (IA) d. Industri Hasil Pertanian Penggolongan industri yang telah dilakukan ileh organisasi industri pada PBB (UNIDO) dikenal dengan nama International Standart Industrial Classification (ISIC). Penggolongan terbesar dengan kode satu digit untuk sektor industri pengolahan dan manifaktur sektor tiga, selanjutnya terbagi lagi ke dalam dua digit sebagai berikut: 31 = Kelompok industri makanan, minuman dan tembakau 32 = Kelompok industri tekstil, pakaian jadi dan kulit 33 = Kelompok industri bambu, rotan, kayu dan barang-barang dari kayu, termasuk alat-alat rumah tangga dari kayu 34 = Kelompok industri kertas, barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan 35 = Kelompok industri kimia, barang-barang dari kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan barang-barang dari plastik 36 = Kelompok industri barang-barang galian bukan logam kecuali minyak bumi dan batu bara 37 = Kelompok industri logam dasar

30 digilib.uns.ac.id = Kelompok industri barang-barang dari logam, mesin-mesin dan perlengkapannya 39 = Kelompok industri pengolahan lainnya 2. Industri Tekstil Komoditi Tekstil dan Produk (TPT) yang meliputi produk serat, kain lembaran, pakaian jadi dan produk tekstil lainnya merupakan salah satu komoditi yang diandalkan untuk memberikan kontribusi sebagai penyumbang devisa terbesar dari ekspor non migas dan membantu mengatasi masalah penyerapan tenaga kerja. Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) diharapkan menjadikan sektor tambang devisa nonmigas. Kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) bisa digenjot sampai US$12 miliar setahun pada tahun Karenanya, pada masa itu, industri ini menjadi anak kesayangan dan memperoleh perhatian serius pemerintah. Apalagi industri ini mampu memberikan lapangan kerja kepada sekitar 1,2 juta pekerja yang menggantungkan nafkah pada industri ini. Kini keadaan berubah. Sejak krisis 1997 yang menghancurkan struktur ekonomi nasional, industri ini masih mencoba bertahan dengan melakukan berbagai efisiensi. Meski keadaan yang tidak menguntungkan itu telah menyebabkan tutupnya sedikitnya 64 pabrik orienstasi ekspor, industri ini sampai sekarang masih eksis. Namun, keadaan menjadi semakin buruk setelah awal Januari lalu pemerintah menaikkan harga BBM, tarif listrik dan

31 digilib.uns.ac.id 17 telepon secara serentak. Sektor ini semakin kehilangan kepercayaan diri untuk berkompetisi karena ongkos produksi menjadi melambung tinggi. Bahkan di pasar dalam negeri sekalipun mereka sulit bersaing dengan barang impor yang diyakini masuk secara ilegal. Di banding beberapa negara Asia lain yang menjadi pesaing Indonesia di pasar TPT dunia, ongkos produksi untuk komponen BBM dan listrik terlihat kedodoran hingga kehilangan daya saingnya. Meski perdagangan TPT dalam negeri dalam tiga tahun terakhir menunjukkan angka peningkatan namun pelaku usaha di sektor ini mengklaim tidak menikmati pertumbuhan pasar domestik. Komoditi Tekstil dan Produk (TPT) yang meliputi produk serat, kain lembaran, pakaian jadi dan produk tekstil lainnya merupakan salah satu komoditi yang diandalkan untuk memberikan kontribusi sebagai penyumbang devisa terbesar dari ekspor non migas dan membantu mengatasi masalah penyerapan tenaga kerja. Nilai ekspor no migas Indonesia pada tahun 2001 sebesar US$43,41 milyar sedangkan nilai ekspor migas pada tahun 2000 periode yang sama sebesar US$ 47,76 milyar, terjadi penurunan sebesar 9,11%. Sebagai negara pengekspor TPT dunia, tahun 1996 Indonesia menempati posisi ke 10 dengan ekspor sebesar US$6,8 milyar, sementara pada tahun 2000 berada pada posisi ke 17 niai ekspor sebesar US$ 8,3 milyar. Posisi ekspor TPT Nasional di pasar dunia menunjukan penurunan tingkat daya

32 digilib.uns.ac.id 18 saing. Hal ini perlu dicermati bahwa Indonesia tidak dapat mengharapkan pertumbuhan ekspor yang tinggi hanya dengan bertahan pada produk bernilai tambah yang rendah. Industri TPT dapat tetap berkembang dalam jangka panjang pasca MFA sangat bergantung pada peningkatan qualitas produk dan kemampuan daya saing dalam mendapatkan pasar-pasar baru. B. Ekspor Tekstil 1. Kebijakan Ekspor Ekspor mempunyai peran yang sangat penting dan besar bagi perekonomian suatu negara. Menurut pandangan Merkantilisme, untuk menjadi kaya sebuah negara harus mengekspor lebih banyak daripada mengimpor. Kelebihan ekspor dinyatakan antara lain dengan emas dan perak (Lincolin, 1992: 67). Bagi negara berkembang, ekspor dapat menciptakan kesempatan kerja, menghasilkan devisa yang dapat digunakan untuk mengimpor berbagai macam produk luar negeri yang belum diproduksi di dalam negeri dan juga dapat memiliki teknologi yang belum tersedia di dalam negeri. Ekspor suatu negara merupakan impor bagi negara lain. Impor luar negeri sangat tergantung pada kegiatan perekonomian di luar negeri dan harga relatif barang-barang luar negeri. Faktor penentu ekspor dapat dijelaskan melalui persamaan di bawah ini : X = X (Y *, Î)

33 digilib.uns.ac.id 19 Nilai Y * adalah pendapatan negara lain (setara dengan output yang diproduksi di luar negeri). Peningkatan pendapatan luar negeri akan mengakibatkan peningkatan permintaan dari luar negeri terhadap produk barang dan jasa dari dalam negeri. Î adalah nilai tukar riil. Semakin tinggi nilai riil mata uang luar negeri menyebabkan harga relatif produk luar negeri menjadi tinggi, sehingga produk dalam negeri akan lebih murah. Hal ini berakibat pada peningkatan nilai ekspor. Sedangkan menurut teori Heckser-Ohlin, negara-negara akan mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang melimpah secara intensif (Djoyohadikusumo, 1993: 183). Menurut ahli-ahli klasik, terdapat dua kemungkinan lain dengan mengadakan hubungan dengan ekonomi dengan negara-negara lain yang memungkinkan perluasan pasar dan memungkinkan diperkenalkannya teknologi yang lebih baik yang ada di dalam negeri. Adam Smith merupakan ahli ekonomi klasik yang pertama kali menunjukkan tentang kemungkinan memperoleh dua keuntungan ini pada hakekatnya ia berpendapat bahwa : a. Dengan adanya perdagangan luar negeri, suatu negara dapat menaikkan produksi barang-barang yang sudah tidak dapat dijual lagi dalam negeri tetapi masih dapat dijual di luar negeri. b. Menjelaskan bahwa perluasan pasar yang terjadi akan mendorong sektor produktif untuk mengadakan teknik produksi yang lebih tinggi produktifitasnya.(sukirno, 1981: 228)

34 digilib.uns.ac.id 20 Kurang berhasilnya membangun struktur industri yang kalah dengan daya saing internasional yang kuat maka strategi tersebut secara pelan-pelan akan bergeser ke strategi promosi ekspor, terutama untuk komoditas non migas. Apalagi setelah kita dihadapkan pada kenyataan bahwa penerimaan devisa dari migas tidak selamanya dapat diharapkan baik karena cadangan migas kita relatif terbatas maupun karena fluktuasi harga migas dipasar Internasional yang sering tidak menentu. Ada empat faktor yang dapat menerangkan mengapa strategi industrialisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat ketimbang strategi subsitusi ekspor. Keempat faktor tersebut adalah pertama kaitan sektor pertanian dengan industri, kedua skala ekonomis, ketiga dampak persaingan atas prestasi perusahaan dan keempat dampak kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi. 2. Ekspor Produk Tekstil Kebijakan ekspor Indonesia dalam pelaksanaannya hampir seluruh barang sudah tidak memiliki pembatasan (barang bebas) kecuali beberapa komoditi yang pengaturannya dapat dibedakan dalam 3 (tiga) kelompok yaitu: barang yang dilarang di ekspor, barang yang diawasi ekspornya dan barang yang diatur ekspornya. Ekspor TPT ke negara tradisonal (Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, Turki dan Norwegia) mulai dikenakan kuota oleh negara pengimpor sejak sekitar tahun 1980 dibawah kerangka kesepakatan Multi Fibre Arrangements (MFA). commit Dengan to user telah disepakatinya hasil Putaran

35 digilib.uns.ac.id 21 Uruguay pada tanggal 15 April 1994 di Marrakesh, maka Perjanjian Tekstil dan Pakaian Jadi sesuai kesepakatan GATT segera diimplementasikan bersamaan dengan pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Prinsip Utama dari isi perjanjian Tekstil Pakaian Jadi adalah bahwa perdagangan TPT dunia yang selama ini diatur dalam MFA yang memperkenankan adanya pembatasan impor melalui system kuota akan dikembalikan ke dalam aturan GATT dengan masa peralihan selama 10 tahun sejak tahun 1994 dan terbagi dalam 4 tahap. Indonesia adalah salah satu negara bekembang pengekspor TPT yang tergabung dalam kelompok organisasi International Textile and Clothing Bureau (ITCB), bersama negara-negara berkembang lain untuk memperjuangkan masa proses integrasi Multi Fibre Arrangement (MFA) ke dalam ketentuan GATT/WTO dalam waktu 10 tahun (sejak diberlakukannya Persetujuan Pembentukan WTO). Pengaturan TPT berbeda dengan pada masa GATT dimana MFA berada di luar pengaturan GATT, maka pada masa berdirinya WTO ini, terhadap pengaturan TPT dilakukan proses integrasi yaitu memasukan TPT terikat ke dalam kelompok Multilateral Trade in Goods yaitu dalam Agreement on Textiile and Clothing (ATC). 3. Kuota Ekspor TPT Peningkatan nilai ekspor TPT yang merupakan komodtas andalan ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan antara lain dengan

36 digilib.uns.ac.id 22 mengoptimalkan penggunaan kuotanya. Dalam rangka optimalisasi penggunaan kuota untuk meningkatkan perolehan devisa dan dalam rangka pelaksanaan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah dilakukan penyempurnaan terhadap SK. Menperindag No. 02/MPP/Kep/1/2001 tangaal 4 Januari 2001 dengan SK yang baru yaitu tertuang dalam SK Menperindag No. 311/MPP/Kep/10/2001 tanggal 30 Oktober 2001 tentang ketentuan Kuota Ekspor Textile dan Produk Textile dan Keputusan Direktur Jendral Perdagangan Luar Negeri No. 11/DJPLN/KP/XI/2001 tanggal 13 Nopember 2001 dan No. 03/DJPLN/KP/XI/2002 sebagai petunjuk pelaksanaannya. Sektor Industri penghasil komoditas ekspor di Indonesia masih dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan yang bersifat klasik dan dinamis yaitu daya saing, mutu dan biaya operasional perusahaan yang tinggi. Dilain pihak ketidakstabilan sector moneter dan lembaga perbankan disertai dengan tingginya tingkat bunga mengakibatkan terganggunya akumulasi modal kerja dalam melakukan kegiatan perdagangan internasional. Pembiayaan ekspor (pre-ship-ment & post shipment) sebagai bagian dari ongkos produksi menjadi meningkat tinggi dan tidak lancar. Masalah lain yang diakibatkan ketidakstabilan sector moneter dan perbankan adalah tingkat kepercayaan bank mitra dagang asing yang semakin menurun; system pembayaran luar negeri dalam bentuk L/C menjadi sulit dilaksanakan, karena persyaratan margin depost yang sangat tinggi (100% - 130%).

37 digilib.uns.ac.id 23 Sementara fasilitas financing melalui skema-skema yang ditawarkan pemerintah atas hasil kerjasama bilateral, masih belum dapat menolong, karena negara penjamin menghendaki criteria white list dan produk yang akan diimpor dari negara penjamin (yang pada umumnya adalah produk pertanian), tidak sesuai dengan yang dibutuhkan industri dalam negeri (bahan baku dan penolong). Sementara itu, perubahan lingkungan perdagangan internasional yang mengarah ke ekonomi global mengakibatkan Indonesia dihadapkan kepada berbagai masalah pengembangan ekspor, yang sekaligus merupakan tantangan untuk dapat memanfaatkan peluang dalam era globalisasi tersebut. Suksesnya penurunan tarif dan penghapusan hambatan non tarif di negara-negara tujuan ekspor utama seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang yang mencapai angka rata-rata 0,5%, mengakibatkan persaingan sangat ditentukan oleh kualitas, harga, deliveri dan berbagai macam services lainnya. Di sisi lain, sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 558/MPP/Kep/12/1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor yang lampirannya beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 557/MPP/Kep/VII/2002, pemerintah juga tetap memperhatikan serta mempertahankan kepentingan-kepentingan nasional antara lain menjamin kelangsukan pasokan bahan baku industri kecil dan memberikan perhatian terhadap lingkungan serta pengelolaan pelestarian kesinambungan

38 digilib.uns.ac.id 24 komoditas sekaligus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang disepakati melalui berbagai perundingan multilateral, regional maupun bilateral antara lain CITES (Konvensi Internasional Perdagangan Jenis Hewan dan Tumbuh-tumbuhan Langka). Perkembangan nilai ekspor TPT kuota dan non kuota tahun 2000 dibandingkan dengan tahun 1999 mengalami peningkatan sebesar 13,89% dari US$ 7,2 milyar pada tahun 1999 menjadi 8,2 milyar pada tahun Peningkatan nilai ekspor tersebut, untuk TPT kuota 17,50% sedangkan untuk TPT non kuota mengalami peningkatan sebesar 10,17% dengan kotribusi nilai ekspor TPT sebesar 44% dan non kuota sebesar 56% pada tahun 1999 dan pada tahun 2000 kontribusi nilai ekspor kuota sebesar 46% dan non kuota sebesar 54%. Sedangkan perkembangan nilai ekspor TPT kuota dan nonkuota tahun 2001 dibandingkan tahun 2000 mengalami penurunan sebesar 6,73% dari US$ 8,20 milyar menjdai US$7,65 milyar. Untuk nilai ekspor TPT kuota menurun sebesar 3,72% dari US$ 3,62 milyar menjadi US$ 3,62 milyar dan nilai ekspor TPT non kuota menurun sebesar 9,23% dari US$ 4,44 milyar menjadi US$4,03 milyar. Kontribusi nilai ekspor TPT kouta sebesar 47% dan non kuota sebesar 53% pada tahun Infant Industri Tekstil Masalah proteksi industri di Indonesia, kali ini diberikan kepada industri tekstil. Diadakannya kebijakan ini merupakan rencana pemerintah untuk memberikan proteksi kepada produk industri. Alasan pemberian

39 digilib.uns.ac.id 25 proteksi memberi proteksi adalah industri tekstil merupakan industri baru alias industri bayi (infant industry). Industri serupa di negara lain juga diproteksi melalui pengenaan bea masuk tinggi atas impor produk serupa. Indonesia harus berhati-hati dalam memberi proteksi kepada industri tekstil, sebab hal itu akan mempengaruhi daya saing ekonomi secara keseluruhan (Sobri, 1986: 157). Pemerintah dalam memberikan proteksi tidak menetapkan batas waktu tertentu pemberian proteksi tersebut. Dengan demikian walaupun sudah sekitar 20 tahun diproteksi, industri-industri yang terus menikmati proteksi ini karena masih terus dianggap industri bayi, disamping ada pokok yang menakut-nakuti: kalau proteksi ini dicabut, industri yang diproteksi ini akan gulung tikar, sehingga akan sia-sialah investasi yang bermiliar-miliar rupiah atau dollar itu. Juga ada semacam justifikasi bahwa masyarakat harus membayar mahal industrialisasi. Sebuah contoh, Korea Selatan memproteksi sejumlah industrinya. Tetapi proteksi ini diberikan sejak pertama rencana pembangunan industri bersangkutan. Industri yang bersangkutan berusaha keras dari pembangunan fisik proyeknya, untuk bekerja seefisien mungkin baik dari segi biaya dan waktu. Sebab waktu proteksi tidak lama dan industri itu harus bersaing baik di dalam negeri atau secara internasional. Bangsa Korea selalu bangga akan industri galangan kapalnya. Galangan kapal yang semula diproteksi tersebut bekerja dengan sangat efisien, baik dari segi waktu dan biaya, mampu mengalahkan industri galangan kapal Jepang ketika proteksi itu commit dicabut. to user

40 digilib.uns.ac.id 26 Kuncinya adalah pemberian proteksi yang masuk akal dan batas waktu yang jelas dan tegas. Untuk industri tekstil, pemerintah memberikan proteksi 3 sampai 5 tahun. Akan tetapi konsekuensinya, tentu industri yang lain akan meminta proteksi. C. Investasi Investasi daerah merupakan sejumlah dana atau modal yang disetorkan ke daerah oleh pemerintah daerah propinsi Jawa Tengah untuk pertumbuhan ekonomi di daerahnya. Investasi merupakan salah satu indikator penentu dalam kegiatan perekonomian daerah dan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pengertian investasi atau penanaman modal adalah penggunaan uang bagi peningkatan asset kapital (DJ. A. Simarnata, 1984:155). Apabila dilihat berdasarkan sudut pandang ekonomi makro, maka investasi atau penanaman modal merupakan pengeluaran yang menambah modal bagi masyarakat. Modal tersebut dapat berupa penambahan sejumlah uang yang diinvestasikan maupun penambahan pada faktor-faktor produksi. Pengertian investasi daerah adalah semua pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pembelian barang dan jasa yang dimaksud adalah pembelian barang atau jasa pada tahun yang bersangkutan. Sehingga pembelian yang dilakukan pada tahun sebelumnya bukan merupakan pengeluaran pembangunan. Kemudian barang atu jasa tersebut merupakan barang atau jasa hasil proses produksi dan bukannya barang atau jasa sebagai faktor produksi. Artinya bahwa commit pengeluaran to user pemerintah daerah tersebut

41 digilib.uns.ac.id 27 adalah pengeluaran di pasar barang. Pengeluaran pemerintah tersebut tergambar dalam APBD pada sisi pengeluaran pembangunan (Boediono, 1994:50). Penggunaan uang yang berasal dari penerimaan negara atau penerimaan daerah merupakan pengeluaran pemerintah. Salah satu jenis pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran pembangunan yang juga merupakan investasi daerah. D. Kurs Valutas Asing Apabila jumlah uang disuatu negara mengalami perubahan naik atau berkurang akan mempengaruhi pula terhadap perbandingan harga uang dari dua jenis mata uang yang bersangkutan. Kurs tersebut adalah stabil selama permintaan dan penawaran kedua jenis uang tersebut tetap seimbang. Jika permintaan uang suatu negara lebih kuat dari negara lain maka akan menguatkan nilai uang tersebut dan nilai uang negara lain akan menjadi lemah. Bertolak dari keseimbangan portofolio / keseimbangan finansial atau keseimbangan perdagangan, pendekatan keseimbangan portofolio itu merumuskan kesimpulan yang menyatakan kenaikan penawaran uang dinegara domestik akan mendorong terjadinya kemerosotan suku bunga di negara yang bersangkutan, sehingga akan membuat para investor menukarkan obligasi domestiknya besar-besaran atas obligasi luar negeri itu dengan sendirinya menimbulkkan depresiasi atas mata uang domestik. Selanjutnya depresiasi itu merangsang peningkatan ekspor negara domestik dan sekaligus menyurutkan impornya, yang akan menciptakan surplus perdagangan bagi

42 digilib.uns.ac.id 28 negara domestik dan diikuti dengan apresiasi mata uang. Dengan demikian pendekatan portofolio ini juga menjelaskan terjadinya lonjakan kurs, dan mampu menjelaskan secara eksplisit dan mengaitkan peran perdagangan dalam proses penyesuaian kurs dalam jangka panjang. E. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam skema kerangka berikut ini: Nilai Produksi Tekstil (X 1 ) Harga Tekstil Pasar Ekspor (X 2 ) Investasi pada Industri Tekstil (X 3 ) Nilai Ekspor Tekstil (Y) Kurs Dollar US$ (X 4 ) Gambar 1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan bahwa sektor industri tekstil sebagai penghasil komoditas ekspor di Jawa Timur masih dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan yang bersifat klasik dan dinamis yaitu daya saing, mutu dan biaya operasional perusahaan yang tinggi. Dilain pihak ketidakstabilan commit sektor user moneter dan lembaga perbankan

43 digilib.uns.ac.id 29 disertai dengan tingginya tingkat bunga mengakibatkan terganggunya akumulasi modal kerja dalam melakukan kegiatan perdagangan internasional. Pembiayaan ekspor sebagai bagian dari ongkos produksi menjadi meningkat tinggi dan tidak lancar. Sektor industri tekstil semakin sulit untuk berkompetisi karena ongkos produksi melambung tinggi. Dibanding beberapa negara Asia lain yang menjadi pesaing Indonesia di pasar tekstil dunia, ongkos produksi untuk komponen BBM dan listrik sangat tinggi sehingga kehilangan daya saingnya karena harga yang tinggi. Investasi tekstil di Jawa Timur menjadi rendah, beralih ke negara Asia Tenggara lainnya yang berongkos lebih murah. Hal ini menjadi tantangan bagi pelaku industri tekstil di Jawa Timur untuk lebih meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi yang dipersyaratkan negara pengimpor. F. Hipotesis Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor nilai produksi tekstil, harga tekstil di pasar ekspor, investasi pada industri tekstil, dan kurs dollar US$ berpengaruh positif terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun Harga tekstil luar negeri berpengaruh dominan terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN 1985-2005 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

DAMPAK PRODUKTIVITAS TERHADAP LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil PT. Pismatex di Pekalongan)

DAMPAK PRODUKTIVITAS TERHADAP LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil PT. Pismatex di Pekalongan) DAMPAK PRODUKTIVITAS TERHADAP LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil PT. Pismatex di Pekalongan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN LAJU PDRB TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN

ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN LAJU PDRB TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN LAJU PDRB TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2004-2013 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata

Lebih terperinci

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( )

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( ) PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (1988-2012) SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN UNTUK MENCAPAI

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA TERHADAP EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DI PROVINSI JAWA TENGAH

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA TERHADAP EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DI PROVINSI JAWA TENGAH PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA TERHADAP EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DI PROVINSI JAWA TENGAH Vera Pradani Ayuningtyas, Karnowahadi, M.Nahar Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki setiap negara dan keterbukaan untuk melakukan hubungan internasional

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE 1981-2011 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI KOTA BOGOR PERIODE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI KOTA BOGOR PERIODE ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI KOTA BOGOR PERIODE 1990-2011 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

PERANAN KREDIT, PDRB, DAN PERKEMBANGAN JUMLAH INDUSTRI TERHADAP TINGKAT KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

PERANAN KREDIT, PDRB, DAN PERKEMBANGAN JUMLAH INDUSTRI TERHADAP TINGKAT KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI PERANAN KREDIT, PDRB, DAN PERKEMBANGAN JUMLAH INDUSTRI TERHADAP TINGKAT KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

Pengaruh Jumlah Produksi, Harga Ekspor, Dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Batu Bara Indonesia Tahun

Pengaruh Jumlah Produksi, Harga Ekspor, Dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Batu Bara Indonesia Tahun E-Jurnal EP Unud, 4 [2] : 90-95 ISSN: 2303-0178 Pengaruh Jumlah Produksi, Harga Ekspor, Dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Batu Bara Indonesia Tahun 1992-2012. I Gusti Bagus Kumbayana

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP EKSPOR MEBEL DI KOTA SURAKARTA TAHUN

ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP EKSPOR MEBEL DI KOTA SURAKARTA TAHUN ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP EKSPOR MEBEL DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1990-2014 Diajukan Guna Melengkapi dan Memenuhi Syarat-Syarat dalam Memperoleh serta Mencapai Gelar

Lebih terperinci

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) DAN RASIO BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan stabil selama lebih kurang tiga puluh tahun tiba-tiba harus. langsung berdampak pada perekonomian dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan stabil selama lebih kurang tiga puluh tahun tiba-tiba harus. langsung berdampak pada perekonomian dalam negeri. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyaris tidak ada satu orang pun yang mengira kalau negara kita akan diterpa krisis ekonomi hingga separah ini. Perekonomian Indonesia yang boleh dikatakan stabil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA TUGAS MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Oleh : IRFAN NUR DIANSYAH (121116014) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENJUALAN INDUSTRI RUMAH TANGGA HANDMADE TAS DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENJUALAN INDUSTRI RUMAH TANGGA HANDMADE TAS DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENJUALAN INDUSTRI RUMAH TANGGA HANDMADE TAS DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN INDUSTRI MEBEL DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN INDUSTRI MEBEL DI KOTA SURAKARTA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN INDUSTRI MEBEL DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG DI SUMATERA UTARA OLEH KRISTINA PITURIA BUTAR-BUTAR

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG DI SUMATERA UTARA OLEH KRISTINA PITURIA BUTAR-BUTAR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG DI SUMATERA UTARA OLEH KRISTINA PITURIA BUTAR-BUTAR 080501033 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE NEGARA MITRA DAGANG UTAMA TAHUN SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE NEGARA MITRA DAGANG UTAMA TAHUN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE NEGARA MITRA DAGANG UTAMA TAHUN 2000-2012 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk

Lebih terperinci

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE 1999-2010 I Putu Kusuma Juniantara Made Kembar Sri Budhi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Abstrak

Lebih terperinci

PENGARUH EKSPOR, NILAI TUKAR, DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA (TAHUN 1995:1 2011:4)

PENGARUH EKSPOR, NILAI TUKAR, DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA (TAHUN 1995:1 2011:4) PENGARUH EKSPOR, NILAI TUKAR, DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA (TAHUN 1995:1 2011:4) Skripsi Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

ANALISIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI PADA ERA OTONOMI

ANALISIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI PADA ERA OTONOMI digilib.uns.ac.id i ANALISIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI PADA ERA OTONOMI SKRIPSI Diajukan Sebagai Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

PENGARUH PDB, BI RATE, JUMLAH UANG BEREDAR, DAN NILAI TUKAR TERHADAP INFLASI DI INDONESIA PERIODE

PENGARUH PDB, BI RATE, JUMLAH UANG BEREDAR, DAN NILAI TUKAR TERHADAP INFLASI DI INDONESIA PERIODE PENGARUH PDB, BI RATE, JUMLAH UANG BEREDAR, DAN NILAI TUKAR TERHADAP INFLASI DI INDONESIA PERIODE 2008 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS OPERASI DALAM MEMPREDIKSI RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA (Studi Empiris Tahun )

KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS OPERASI DALAM MEMPREDIKSI RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA (Studi Empiris Tahun ) KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS OPERASI DALAM MEMPREDIKSI RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA (Studi Empiris Tahun 2003 2005) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor perdagangan di Indonesia. Istilah tekstil yang dikenal saat ini berasal dari bahasa latin, yaitu texere

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009 di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan agroindustri. Prioritas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Diajukan Oleh

Lebih terperinci

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus Pengaruh Return On Equity, Return On Asset, Earning Per Share, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio dan Long Term Debt to Equity Ratio Terhadap Price Book Value ( Studi pada Perusahaan Sektor Industri

Lebih terperinci

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia sektor perdagangan internasional mempunyai peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada sektor perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi membuat perekonomian di berbagai negara menjadi terbuka. Keluar masuknya barang atau jasa lintas negara menjadi semakin mudah dan hampir tidak ada

Lebih terperinci

PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP JUMLAH DEPOSITO PT. BANK MANDIRI (PERSERO)Tbk. TAHUN 2010:1-2015:12

PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP JUMLAH DEPOSITO PT. BANK MANDIRI (PERSERO)Tbk. TAHUN 2010:1-2015:12 PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP JUMLAH DEPOSITO PT. BANK MANDIRI (PERSERO)Tbk. TAHUN 2010:1-2015:12 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara di dunia ini melakukan perdagangan antar bangsa atau yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan baik barang maupun

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), RETURN ON ASSET (ROA) DAN NET INTEREST MARGIN (NIM) TERHADAP LOAN TO DEPOSIT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara negara di dunia bertujuan mensejahterakan penduduknya, begitu juga di Indonesia pemerintah telah berusaha maksimal agar dapat mensejahterakan penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : Andhi Reza Pranata 0611010096/ FE/ EP Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki 419 pulau. Total luas Propinsi Sumatera Utara sebesar 72.981,23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum masalah yang dihadapi masyarakat adalah mengenai kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia terbatas dari segi kuantitas

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008-2013 SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi Syarat syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi

Lebih terperinci

INDUSTRI.

INDUSTRI. INDUSTRI INDUSTRI Istilah industri mempunyai 2 arti: Himpunan perusahaan2 sejenis Suatu sektor ekonomi yg didalamnya terdapat kegiatan produktif yg mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau ½ jadi.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH AKSI JUAL-BELI ASING, KURS, INDEKS HANG SENG DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP INDEKS LQ45. (Studi kasus: saham-saham LQ45 di BEI)

ANALISIS PENGARUH AKSI JUAL-BELI ASING, KURS, INDEKS HANG SENG DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP INDEKS LQ45. (Studi kasus: saham-saham LQ45 di BEI) digilib.uns.ac.id 1 ANALISIS PENGARUH AKSI JUAL-BELI ASING, KURS, INDEKS HANG SENG DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP INDEKS LQ45 (Studi kasus: saham-saham LQ45 di BEI) Skripsi Diajukan Sebagai Kelengkapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi bila negara tersebut semakin terbuka, keterbukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci