BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya semakin meningkat.
|
|
- Hamdani Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup manusia di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya semakin meningkat. Seiring dengan kemajuan teknologi ini, pertumbuhan industri di dunia dan Indonesia di segala bidang pun semakin meningkat pula. Pertumbuhan dan perkembangan industri ini akan mengakibatkan terciptanya kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan taraf hidup dan perekonomian rakyat yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan perkapita dari tiap-tiap negara yang sedang berkembang industrinya. Pertumbuhan dan perkembangan industri ini selain mempunyai dampak positif bagi peningkatan taraf hidup manusia juga ternyata mempunyai dampak negatif. Dari berbagai perkembangan dan pertumbuhan industri yang terjadi ini mengakibatkan terjadinya peningkatan pencemaran lingkungan yang berdampak pada pekerjanya maupun pada masyarakat sekitar industri. Selain itu dalam industri terjadi peningkatan angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sebagai akibat tidak adanya manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang baik dan optimal pada industri tersebut. Salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja di industri adalah kebosanan yang terjadi pada tenaga kerja. Kebosanan ini terjadi dikarenakan
2 2 pekerjaan yang monoton, berulang-ulang, dan kurang bervariasi. Pada saat tenaga kerja merasa bosan biasanya mereka menjadi tidak fokus dalam bekerja sehingga tenaga kerja tidak mematuhi standar operasional prosedur dalam bekerja sehingga mereka mengalami kecelakaan kerja. Rea dan Hadi (2012) hasil penelitiannya menjelaskan bahwa kebosanan kerja pada karyawan radio Sonora Surabaya dikarenakan oleh 2 sebab yaitu dikarenakan oleh quantitative overload yaitu situasi dimana pekerjaan yang diberikan kepada individu lebih banyak dibanding waktu yang diberikan untuk dapat menyelesaikan tugasnya, dan dikarenakan oleh qulitative overload yaitu perasaan individu dimana mereka tidak memiliki ketrampilan serta kemampuan untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, hal ini menyebabkan rasa bosan dikarenakan individu menilai pekerjaan yang diberikan melebihi kapasitas individu tersebut untuk memahami pekerjaannya. Penelitian yang dilakukan Ahyani (2012) menjelaskan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kebosanan kerja dengan loyalitas kerja, hasil penelitannya menunjukkan bahwa semakin tinggi kebosanan kerja subjek maka semakin rendah loyalitas kerja subjek, demikian pula sebaliknya semakin rendah kebosanan kerja subjek maka semakin tinggi loyalitas kerja subjek. Apabila pada suatu indutri mengalami kondisi kerja yang tenaga kerjanya mengalami kebosanan akan menyebabkan penurunan kinerja tenaga kerja yang pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan produktivitas perusahaan.
3 3 Ramay dan Bashir (2010), dalam jurnalnya mengenai kinerja pada sektor perbankan di Pakistan menjelaskan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara stress kerja dengan kinerja tenaga kerja, lebih lanjut dijelaskan bahwa stress kerja secara signifikan dapat mengurangi kinerja dari tenaga kerja dengan kata lain apabila subjek mengalami stress kerja yang tinggi maka kinerja dari subjek akan rendah sebaliknya apabila subjek mengalami stress kerja yang rendah maka kinerjanya akan tinggi. Senada dengan hal tersebut, Kusuma (2004) dalam penelitiannya mengenai pengaruh stress kerja dan semangat kerja terhadap prestasi kerja karyawan Lippo Bank Cabang Yogyakarta menjelaskan bahwa ada pengaruh signifikan stress kerja terhadap prestasi kerja. Karyawan yang mengalami stress tinggi maka prestasi kerja mereka akan rendah, ada pengaruh signifikan semangat kerja terhadap prestasi kerja, apabila semangat kerja karyawan tinggi maka prestasi kerja juga akan tinggi. Avolio et al, (1990) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa ada perbedaan mengenai umur dan pengalaman dalam hubungannya dengan kinerja tenaga kerja. Pengalaman kerja mempunyai hubungan yang lebih tinggi dengan kinerja daripada hubungan umur dengan kinerja. Dengan kata lain tenaga kerja yang mempunyai pengalaman yang banyak dalam kerjanya maka kinerjanya akan tinggi. Pertumbuhan dan perkembangan industri yang pesat di Indonesia salah satunya terjadi di Kabupaten Purbalingga. Industri yang berkembang pesat di Kabupaten Purbalingga antara lain pembuatan bulu mata palsu. Dari waktu ke
4 4 waktu industri tersebut semakin berkembang, hal ini ditandai dengan banyak dibukanya pabrik-parbrik baru dan home industri pembuatan bulu mata palsu di Kabupaten Purbalingga. Pembuatan bulu mata palsu merupakan indsutri yang sangat berperan penting dalam pembangunan di Kabupaten Purbalingga. Pada setiap kecamatan sampai tingkat desa di Kabupaten Purbalingga terdapat pabrik maupun home industri yang bergerak pada pembuatan bulu mata palsu. Dengan adanya industri pembuatan bulu mata palsu ini mengakibatkan penyerapan tenaga kerja dan menjadi sumber pemasukan bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Purbalingga. Kecamatan Kejobong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Purbalingga yang terdapat home industri pembuat bulu mata palsu. Berdasarkan survei lapangan diketahui bahwa Kecamatan Kejobong mempunyai 74 rumah penduduk yang dijadikan untuk home industri pembuat bulu mata palsu yang tersebar di 13 desa. Salah satu desa yang terdapat home industri pembuat bulu mata palsu adalah di Desa Nangkod yang terdapat 7 home industri. Diantaranya adalah home industri yang dimiliki oleh ibu A yang memiliki tenaga kerja sebanyak 94 orang dan home industri milik bapak B yang memiliki tenaga kerja sebanyak 97 orang yang semuanya adalah perempuan. Pada tingkat home industri ini proses produksi yang dilakukan tenaga kerja hanya melakukan proses knitting. Knitting adalah proses merajut rambut pada sehelai benang sesuai model sehingga membentuk untaian bulu mata, yang
5 5 kemudian hasil dari knitting ini akan dikumpulkan dan disetorkan pada PT untuk kemudian diproses lebih lanjut sampai akhirnya diekspor ke manca negara. Observasi awal menunjukkan bahwa knitting merupakan salah satu proses dalam pembuatan bulu mata, para tenaga kerja di bagian proses produksi ini melakukan kerja yang monoton dan berulang-ulang, dengan kata lain tenaga kerja dituntut bekerja hanya satu macam tugas saja tanpa ada variasi secara profesional untuk memenuhi kualitas produksi. Keadaan tersebut diperburuk lagi dengan kondisi lingkungan kerja dan cara bekerja yang kurang ergonomis, tenaga kerja hanya duduk di bangku panjang yang terbuat dari kayu dan tidak mempunyai sandaran untuk punggung sehingga pada saat duduk punggung tenaga kerja tidak bisa bersandar yang menyebabkan para tenaga kerja mengeluh punggungnya sakit, belum adanya program rotasi antar pekerjaan yang bisa membuat tenaga kerja memperoleh suasana baru dalam bekerja, serta belum adanya musik pengiring kerja di tempat kerja sehingga menyebabkan ruang kerja sepi dan membosankan. Pada survei awal yang dilakukan di home industri bulu mata palsu, dengan mengadakan wawancara terhadap sebagian tenaga kerja diperoleh data bahwa mereka merasa bosan, lesu, kurang bergairah, dan kurang bersemangat dalam bekerja. Sementara hasil dari wawancara dengan salah satu pemilik diketahui bahwa tenaga kerja ada juga yang tidak hadir dengan berbagai alasan, sehingga produktivitas dari home industrinya mengalami penurunan, dilain pihak kinerja tenaga kerja juga mengalami penurunan. Kinerja tenaga kerja ini dinilai dari jumlah bulu mata yang dihasilkan dalam waktu 6 hari kerja dimana dalam 6
6 6 hari kerja tersebut tenaga kerja mempunyai target yang sudah ditentukan oleh pemilik home industri yaitu sebesar 17 bulu mata per hari kerja. Sehingga menurut pemiliki home industri, tenaga kerja yang tidak memenuhi target dinilai kinerjanya jelek. Berdasarkan observasi awal diketahui bahwa pemilik home industri kurang perhatian terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), hal ini terlihat dengan tidak adanya jaminan kesehatan yang layak bagi tenaga kerja dan tidak ada upaya K3 dari pihak pemilik, seperti belum terpampangnya posterposter yang berkaitan dengan K3 di tempat kerja, belum adanya pengukuran pencahayaan, suhu, kebisingan, dan sanitasi di lingkungan kerja, dan juga belum diperhatikannya gizi kerja bagi tenaga kerja. Kondisi pekerjaan demikian berpotensi dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis, diantaranya dapat menyebabkan kebosanan kerja yang pada akhirnya dapat menurunkan kinerja dan dan menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Grandjean (1995) yang menjelaskan bahwa pekerjaan yang berulang-ulang, pekerjaan yang monoton dan membutuhkan kewaspadaan yang terus menerus dapat menimbulkan kebosanan. Lebih lanjut Suma mur (1987) menjelaskan bahwa kerja yang monoton dan berulang-ulang akan mempunyai efek pada proses kerja dan terhadap tenaga kerja itu sendiri, misalnya tenaga kerja tidak maksimum dalam bekerja, gelisah dan merasa tidak puas atas apa yang dikerjakannya disamping juga akan mempengaruhi kinerjanya.
7 7 Salah satu cara untuk mengurangi kebosanan di tempat kerja dan meningkatkan kinerja tenaga kerja adalah dengan memberikan musik pengiring kerja dengan irama dan tempo yang disesuaikan dengan tenaga kerjanya. Hal ini sesuai dengan Anastasi (1989) yang berpendapat bahwa salah satu cara untuk mengurangi kebosanan kerja adalah dengan pemberian musik pengiring kerja di tempat kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Nasution (1998) di perusahaan batik dan garmen menjelaskan bahwa secara signifikan musik pengiring kerja dapat menghibur dan menurunkan kelelahan pada tenaga kerja. Lebih lanjut Sumihardi (2000) dalam penelitiannya pada pabrik garmen menjelaskan bahwa ada pengaruh yang signifikan musik pengiring kerja terhadap kepuasan dan produktivitas kerja. Suma mur (1987) menjelaskan bahwa pekerjaan yang bersifat monoton repetitif, tidak bervariasi, dan kurang tantangan dapat diberikan musik pengiring kerja dengan tempo yang sedang. Lebih lanjut dijelaskan oleh Grandjean (1995) bahwa musik pengiring kerja dengan tempo lambat dapat menyebabkan tenaga kerja mengantuk dalam melaksanakan pekerjaannya dan jika temponya cepat dapat mengganggu konsentrasi tenaga kerja sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Dimyati (1993) berpendapat bahwa musik pengiring kerja yang disajikan sesuai dengan keinginan pekerja dapat berpengaruh positif berupa perasaan senang dan terhibur dalam menikmatinya. Senada dengan hal tersebut Mack (1995) menjelaskan bawa pengaruh musik pengiring kerja terhadap manusia tergantung dari selera manusia yang mendengarkannya. Sementara Burt dalam
8 8 Nasution (1998) berpendapat bahwa untuk meningkatkn produktivitas kerja sebaiknya jenis musik yang paling disenangi oleh tenaga kerja yang disajikan. Berdasarkan uraian seperti tersebut di atas peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Musik Pengiring Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Kerja yang Mengalami Kebosanan di Home Industri Pembuat Bulu Mata Palsu. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu apa ada pengaruh musik pengiring kerja terhadap kinerja tenaga kerja yang mengalami kebosanan di home industri pembuat bulu mata palsu? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh musik pengiring kerja terhadap kinera tenaga kerja yang mengalami kebosanan di home industri pembuat bulu mata. D. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai musik yang telah dilaksanakan adalah : 1. Nasution (1998) meneliti tentang kelelahan tenaga kerja wanita dan pemberian musik pengiring kerja dengan tempo sedang (suatu kajian di bagian pembatik tulis dan menjahit) di perusahaan garmen Yogyakarta, yang
9 9 merupakan penelitian kuantitatif dengan hasil bahwa musik pengiring kerja dapat menghibur dan menurunkan kelelahan pada tenaga kerja wanita. 2. Sumihardi (2000) meneliti tentang pengaruh musik pengiring kerja bertempo sedang terhadap kepuasan dan produktivitas kerja di perusahaan batik dan garmen di Yogyakarta, yang merupakan penelitian kuantitatif dengan hasil bahwa ada pengaruh positif musik pengiring kerja terhadap kepuasan dan produktivitas kerja, dengan adanya musik pengiring kerja maka terjadi peningkatan kepuasan dan produktivitas kerja sehingga keberadaan musik pengiring kerja perlu dipertahankan di perusahaan. 3. Riyadi (2002) meneliti tentang pengaruh musik pengiring kerja dengan tempo sedang terhadap kebosanan kerja dan kelelahan kerja di Tunas Asri Keramik Yogyakarta, yang merupakan penelitian kuantitatif dengan hasil bahwa ada pengaruh negatif musik pengiring kerja terhadap kebosanan dan kelelahan kerja, dengan diberikannya musik pengiring kerja maka kebosanan dan kelelahan kerja menurun. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa ada perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan tentang pengaruh musik terhadap kinerja tenaga kerja yang mengalami kebosanan di home industri pembuat bulu mata palsu, penelitian ini bersifat kuantitatif.
10 10 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : 1. Perusahaan Diharapkan sebagai bahan pertimbangan untuk mengaplikasikan musik pengiring kerja di tempat kerja dalam upaya menurunkan tingkat kebosanan dan meningkatkan kinerja tenaga kerja. 2. Tenaga Kerja Diharapkan dengan mendengarakan musik pengiring kerja, tenaga kerja dapat lebih bergairah, bersemangat dan dapat meningkatkan kinerjanya. 3. Dinas Kesehatan Diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam upaya pencegahan penyakit akibat kerja dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi tenaga kerja pembuat bulu mata palsu. 4. Ilmu Pengetahuan Diharapkan bisa menjadi tambahan bahan referensi dan sebagai dasar penelitian lebih lanjut khususnya bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terutama mengenai pengaruh musik pengiring kerja terhadap hubungan kebosanan kerja dengan kinerja tenaga kerja.
BAB I PENDAHULUAN. atau kerja yang menghasilkanuangbagi seseorang (KBBI, 1994).Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia.dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan barang atau jasa sebagai produknya (Munandar, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem memperoleh masukan mentah dan masukan instrumental. Bahan baku kemudian diolah oleh masukan instrumental dalam sistem dan menghasilkan keluaran. Perusahaan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guangzhou, China, dengan pasar ekspor terbesar ke Amerika dan sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Industri bulu mata palsu merupakan industri terbesar di dunia setelah Guangzhou, China, dengan pasar ekspor terbesar ke Amerika dan sebagian Eropa (Pemprovjateng, 2011).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pekerjaan yang rutinitas, monoton, serta bisa diberi pengaruh musik dalam
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di 3 laundry diantaranya Marclean Laundry, Mar s Laundry dan Freshen Up Laundry yang bertempat di Bandung. Pemilihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam suatu proses operasional, baik disektor tradisional maupun moderen (Silalahi, 1991). Menurut ILO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Bekerja adalah penggunaan tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desain stasiun kerja yang ergonomis merupakan suatu hal yang sangat penting untuk pencapaian suatu produktivitas kerja yang tinggi. Desain stasiun kerja akan berpengaruh
Lebih terperinciANDRIYANTI NIM : D
TUGAS AKHIR PENGUKURAN KELELAHAN DENGAN ALAT REACTION TIMER DAN PENGARUH KELELAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENJAHITAN (Studi Kasus : PT. PANJI DANANJAYA Sragen) Disusun dan Diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi yang semakin maju di Indonesia membutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas dan pekerjaanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian dari. manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya manusia. Tugas MSDM adalah mengelola
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA Yuli Suryani*, Yamtana**, Purwanto** *Alumni Jurusan Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan rumah sakit saat ini mengalami transformasi besar. Pada masa sekarang rumah sakit sedang berada dalam suasana global dan kompetetif, termasuk bersaing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kota/kabupaten se-jawa Barat dan Banten, dan publik. Pada saat ini Bank bjb
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk yang dikenal dengan nama Bank bjb, adalah bank umum yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja merupakan lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan pegawai sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian hanya perusahaan yang memiliki
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. fungsi organ di dalam tubuhnya (Roestam, 2003). memerlukan ketrampilan tangan. WHO menyatakan batas usia tua adalah 65
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Depkes RI menyebutkan bahwa usia produktif adalah antara 15-54 tahun. Dalam penelitian ini umur yang diambil adalah umur antara 17-47 tahun, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan
Lebih terperinciKata Kunci: Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja, Produktivitas Karyawan, Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Pancadana Kota Batu.
ABSTRAK PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Empiris Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Pancadana Kota Batu) Produktivitas kerja karyawan merupakan factor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dalam perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif.kebijakan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan untuk peningkatan, pembentukan, dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif.kebijakan yang mendorong tercapainya
Lebih terperinciKESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH
KESEHATAN KERJA oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH Disampaikan dalam Perkuliahan Kesehatan Masyarakat Jurusan D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang 2013 Pengantar Kesehatan kerja adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Families and Work Institute menunjukkan bahwa 26% sedikit atau sangat stres di tempat kerja (NIOSH, 1999).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan berorganisasi, stres kerja akan membawa dampak negatif terhadap kinerja pegawainya. Semakin tinggi stres kerja yang dirasakan pegawai akan semakin
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) dalam model kesehatan yang dibuat sampai tahun 2020 meramalkan gangguan psikis berupa perasaan lelah yang berat dan berujung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhatikan. Kelebihan yang terdapat pada sumber daya manusia seperti akal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada suatu perusahaan terutama industri perbankan, sumber daya manusia atau yang disebut dengan karyawan, adalah unsur yang paling penting yang harus diperhatikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin penting bagi kelangsungan sebagian besar perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya persaingan, kini peran konsumen menjadi semakin penting bagi kelangsungan sebagian besar perusahaan. Pelanggan atau konsumen sekarang dihadapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi mendorong manusia mengerahkan segenap potensi untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada. Manusia dapat mencukupi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari
Lebih terperinciFAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4
FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4 FAKTOR ERGONOMI Setiap tempat kerja atau kegiatan yang bisa menyebabkan/ menimbulkan tekanan terhadap fisik/ jiwa ataupun perlakuan yang tidak pantas terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Kantor Menurut George Terry (dikutip Sayuti 2013:8) mengemukakan manajemen kantor ialah perencanaan, pengendalian dan pengorganisasian pekerjaan perkantoran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di sektor formal maupun yang berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia dan sangat berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur dan merata baik materi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan alat transportasi yang aman dan nyaman. Salah satu mode transportasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor transportasi menjadi salah satu tolok ukur dalam menentukan perkembangan sebuah negara. Sektor transportasi harus memiliki sistem manajemen yang sangat baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan teknologi yang terus berkembang dengan cepat membuat organisasi harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan lingkungan seperti lingkungan politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi yang terus berkembang dengan cepat membuat organisasi harus senantiasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Negara Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang besar dengan jumlah tenaga kerja yang banyak, hal ini menjadi masalah yang perlu dihadapi. Dikarenakan daya dukung ekonomi
Lebih terperincitenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.
1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesesuaian hubungan antara sistem manusia-alat dalam dunia industri dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesesuaian hubungan antara sistem manusia-alat dalam dunia industri dapat diupayakan melalui perancangan fasilitas dan peralatan seergonomis mungkin, serta proses otomatisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang sangat bernilai karena sumber daya manusialah yang mengelola seluruh
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia yang dimiliki sebuah perusahaan merupakan aset yang sangat bernilai karena sumber daya manusialah yang mengelola seluruh sumber daya yang ada di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin maju ini, perusahaan juga semakin pesat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman yang semakin maju ini, perusahaan juga semakin pesat dan semakin ketat dalam persaingan produk maupun kualitas hasil produksi. Tuntutan konsumen yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hasibuan (2007) Byars dan Rue Sutrisno (2009)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian sekarang ini semakin bertambah sulit dengan tantangan yang semakin berat, sehingga perusahaan di dalam mengelola usaha diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia bahkan disemua negara telah mengalami perubahan secara terus menerus, sehingga membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan apapun yang kita lakukan pasti memiliki potensi risiko (Suardi, 2007). Orang yang bekerja juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
Lebih terperinciPENGARUH MUSIK TERHADAP KELELAHAN KERJA. Witha Anjar Prawidhana dan Sumbodo Prabowo. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
PENGARUH MUSIK TERHADAP KELELAHAN KERJA Witha Anjar Prawidhana dan Sumbodo Prabowo Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam penelitian yang berjudul Hubungan Kondisi Kerja Psikologis dengan Kinerja Pegawai pada PT. Tarumatex Bandung
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan
BAB II LANDASAN TEORI A. Moril Kerja 1. Definisi Moril Moril adalah sikap atau semangat yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan pencapaian
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata lelah (Fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AQUA TIRTA INVESTAMA SKRIPSI
PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AQUA TIRTA INVESTAMA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) saat ini tengah menjadi salah satu fokus pemerintah. Hal ini karena Industri Kecil dan Menengah (IKM) merupakan salah
Lebih terperinciPENGARUH JAMINAN SOSIAL, KESEHATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN DI PT
PENGARUH JAMINAN SOSIAL, KESEHATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN DI PT. CAHAYA SURYA TUNAS TAPIOKA WONOGIRI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan bagi masyarakat pekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempat kerja yang sehat dan aman merupakan hal yang diinginkan oleh pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan RI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa keikut sertaan karyawan, aktivitas perusahaan tidak akan berjalan. Karyawan berperan aktif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini menyebabkan perkembangan pada sektor industri suatu negara, tidak terkecuali di Negara Indonesia. Salah satu sektor industri yang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia berfungsi sebagai penggerak atau motor dari sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Sumbodo, 2007). Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produktivitas merupakan hal yang menentukan tingkat daya saing, baik pada tingkat individu, perusahaan, industri, maupun pada tingkat negara (Sumbodo, 2007).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja karyawan dalam suatu organisasi sangat penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja karyawan dalam suatu organisasi sangat penting peranannya dalam rangka menciptakan unjuk kerja yang baik. Karyawan yang memiliki kepuasan tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi dunia usaha dewasa ini semakin pesat dan selaras dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi dunia usaha dewasa ini semakin pesat dan selaras dengan kemajuan-kemajuan dunia perekonomian, membuat manajemen harus semakin jeli di dalam menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi bukan merupakan fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu meluangkan banyak waktu untuk bekerja. Hal ini karena bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kompetensi menekankan pada kecakapan-kecakapan yang berguna untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belakangan ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat seiring dengan hal tersebut setiap orang dituntut untuk selalu cepat dan tepat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu karyawannya. Setiap organisasi maupun perusahaan akan selalu. dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja individu karyawannya. Setiap organisasi maupun perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja
Lebih terperinciPengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin
ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia perbankan pun semakin pesat dan semakin meningkat karena perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di era global saat ini telah memberikan dampak perubahan yang sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan yang ada di masyarakat. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. keahlian, baik keahlian manajerial maupun keahlian!keterampilan teknikal,
BABI PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG Dalam rangka menghadapi era globalisasi diperlukan berbagai keahlian, baik keahlian manajerial maupun keahlian!keterampilan teknikal, serta kemampuan dan kemauan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi organisasi, dimana pada hakekatnya berfungsi sebagai faktor penggerak bagi setiap kegiatan di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Kerja yaitu bagian dari ilmu kesehatan atau kedokteran yang mempelajari bagaimana melakukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif terhadap penyakit
Lebih terperinciHUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA
HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri farmasi di Indonesia merupakan usaha yang memiliki potensi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri farmasi di Indonesia merupakan usaha yang memiliki potensi yang cukup besar mengingat bangsa Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. menyelesaikan atau mengatasi stres dengan efektif maka stres tersebut berpotensi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres menurut Clonninger (1996) adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (K3), karena dalam Standarisasi Internasional unsur Keselamatan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mempersiapkan industry memasuki era pasar bebas, diperlukan kesiapan disemua bidang, termasuk bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), karena dalam Standarisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan aktivitas-aktivitas bisnisnya, perusahaan harus mampu memanfaatkan sumber daya didalam perusahaan. Salah satu aspek sumber daya terpenting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan. Pekerjaan dan penghidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan salah satu unsur yang terpenting di dalam suatu organisasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya manusia. Tugas MSDM adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan akses utama dalam memperoleh perawatan di rumah sakit, mempunyai peranan sangat penting dalam menangani pasien dengan
Lebih terperinciKERJA BERGILIR DAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI SEKSI PENUANGAN SUBSEKSI CASTING OPERATION PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2006
HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN KERJA BERGILIR DAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI SEKSI PENUANGAN SUBSEKSI CASTING OPERATION PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2006 Departemen Kesehatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini yang saling berinteraksi, siswalah yang lebih aktif bukan guru. Seperti yang. sentral pembelajaran (Fathurrohman, 2010: 14).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu jemu atau bosan (Syah, 2005:165). Kejenuhan yang dialami siswa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kejenuhan belajar merupakan hal yang sering terjadi pada siswa, secara harfiah kejenuhan berarti padat atau penuh sehingga tidak dapat menerima atau memuat apapun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan unsur manusia merupakan perangkat yang paling menentukan dalam mencapai tujuan kegiatannya, terutama berkaitan erat dengan kebijaksanaan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KINERJA PADA KARYAWAN PT. PLN PERSERO SURAKARTA.
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KINERJA PADA KARYAWAN PT. PLN PERSERO SURAKARTA Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja bagi masyarakat daerah dan sekitar perindustrian yang berkembang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan sektor industri di Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, peningkatan ini selaras dengan peningkatan taraf ekonomi negara. Dengan
Lebih terperinci