BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN"

Transkripsi

1 IV. BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN IV.1. Pengembangan Model Pengembangan model pada penelitian ini disusun seperti tampak pada gambar berikut : Gambar IV-1 Alur pengembangan model dan ruang lingkup penelitian Model penelitian ini terdiri dari karakteristik Value Engineering berdasarkan penerapannya di Amerika serikat dan beberapa negara lainnya (dijelaskan pada sub-bab II.4 s.d II.8). Selanjutnya berdasarkan karakteristik tersebut dianalisis prinsip-prinsip yang mempengaruhi kesuksesan penerapan Value Engineering. Dengan asumsi Value Engineering belum cukup dikenal di Nanggroe Aceh Darussalam selanjutnya prinsip-prinsip tersebut diadaptasikan menjadi prinsipprinsip penelitian yang akan diteliti di NAD. Prinsip-prinsip tersebut lalu dikelompokkan dalam faktor-faktor prasyarat penerapan VE di Nanggroe Aceh Darussalam. Prinsip-prinsip dan faktor-faktor prasyarat tersebut nantinya akan dikaji lebih lanjut dengan menggunakan kuesioner pada sampel-sampel yang telah ditentukan. IV.1.1. Karakteristik VE Karakteristik VE sebagaimana yang telah dijelaskan pada sub-bab II.4 s.d II.8 adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan yang sistematis 2. Pendekatan yang terorganisasi 3. Penggunaan analisis fungsi 4. Adanya objek berupa proyek, produk atau proses 5. Bertujuan meningkatkan value

2 73 Karakteristik VE diatas diekstraksi dari definisi VE yang dirumuskan oleh Zimmerman & Hart (1982). Lihat sub-bab II-3. IV.1.2. Prinsip-Prinsip Sukses Penerapan VE Di Amerika Dan Negara-Negara Lain Dari karakteristik tersebut di atas selanjutnya dapat ditarik prinsip-prinsip kesuksesan penerapan VE berdasarkan aplikasinya di Amerika Serikat dan prinsip-prinsip yang harus terpenuhi jika VE akan diterapkan di NAD yaitu: 1. Kesamaan pandangan para pihak terlibat akan pentingnya pertimbangan penciptaan nilai (value creation) dan peningkatan nilai (value improvement) dalam pelaksanaan proyek, khususnya yang didanai oleh dana publik. Disamping itu pertimbangan-pertimbangan lain yang sejalan dengan pelaksanaan program VE juga perlu dipertimbangkan seperti kecenderungan pada efisiensi dan kecenderungan melakukan investasi jangka panjang dan komitmen untuk menghindari praktik KKN. 2. Value Engineering adalah usaha bersama pihak-pihak terlibat (stakeholder), karena itu dibutuhkan komitmen para pihak terlibat untuk saling bekerja sama dalam penerapannya. (SAVE International, (1998), Zimmerman (1982), Shen & Liu, (2003)) 3. Value Engineering dilaksanakan secara sistematis melalui rencana kerja terarah dan penggunaan teknik-teknik manajemen (FAST diagram, LCC analysis), karena itu perlu dilihat budaya perusahaan bekerja dalam tim dan terorganisasi dengan baik, serta kebiasaan instansi/perusahaan mencatat hasilhasil yang dicapai pasca pelaksanaan proyek dimasa lalu dan rencana yang akan dilakukan di masa depan. Dan kemampuan adaptasi instansi terhadap perubahan proses pelaksanan proyek (Dell Isola, (1975), Zimmerman (1982), Kelly, et.all (1996), Shen & Liu, (2003)). 4. Hasil studi VE berupa rekomendasi kepada project manager (owner) dan hasil studi tersebut tidak berarti jika tidak diimplementasikan oleh owner. Karena itu perlu dilihat proses pelaksanaan redesain selama ini baik yang diminta oleh owner maupun yang diusulkan oleh penyedia jasa dan kriteria apa saja yang menjadi pertimbangan pihak manajemen (dari owner, konsultan, kontraktor) menyetujui perubahan desain tersebut. (SAVE International, 1998)

3 74 5. Keterlibatan manajemen (project manager & team) sangat mempengaruhi kesuksesan VE, karena itu perlu dilihat dukungan manajemen terhadap pelaksanaan proyek yang efektif dan efisien selama ini, komitmen untuk terlibat dalam pelaksanaan workshop/pelatihan dan dalam rapat-rapat teknis baik dalam instansi/perusahaan maupun antar instansi/perusahaan. (Shen & Liu, (2003), Rains, (2005)). 6. Studi VE dilaksanakan oleh tim VE yang berkompeten dan bersertifikasi, karena itu perlu dilihat minat masyarakat konstruksi untuk terus belajar, akses terhadap inovasi baru dibidang konstruksi, gradasi tenaga ahli dalam instansi/perusahaan, pendidikan dan pelatihan sertifikasi yang pernah diikuti dan kemampuan berkomunikasi dalam forum. (SAVE International, (1998), Shen & Liu, (2003)). 7. Value Engineering diterapkan pada proyek yang sesuai. Kategori proyek yang sesuai ditentukan oleh besarnya biaya dan kompleksitas proyek. (Dijelaskan pada sub-bab II.7) 8. Motivasi penerapannya adalah untuk memenuhi persyaratan regulasi dan persyaratan pendanaan, karena itu perlu dinilai peluang penerapan VE dalam regulasi yang ada selama ini. Pemahaman masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi terkait dengan konstruksi dan sumber pembiayaan perusahaan jasa konstruksi dan persyaratan pembiayaan dari kreditur. (NCHRP,2005) 9. VE sebaiknya terintegrasi dalam kultur kerja perusahaan, hal ini dinilai dari integrasi program-program manajemen mutu (Q/A) dan program lainnya dalam organisasi. Disamping itu juga perlu dinilai perbaikan sistem pengambilan kebijakan instansi, perbaikan sistem pemberian insentif, dan perbaikan sistem komunikasi internal maupun eksternal. (Shibayama, 2000) Prinsip-prinsip tersebut terangkum dalam tabel berikut: Tabel IV-1 PRINSIP-PRINSIP KESUKSESAN PENERAPAN VE BERDASARKAN No APLIKASI DI AMERIKA Adanya kesamaan pandangan para pihak terlibat akan pentingnya value dalam 1 pelaksanaan konstruksi 2 VE adalah usaha bersama pihak-pihak terlibat (stakeholder) VE dilaksanakan secara sistematis melalui rencana kerja terarah dan penggunaan 3 teknik-teknik manajemen (FAST diagram, LCC analysis) dan intensif 40 h workshop

4 75 PRINSIP-PRINSIP KESUKSESAN PENERAPAN VE BERDASARKAN No APLIKASI DI AMERIKA Studi VE hanya memberikan rekomendasi redesain kepada manajer proyek 4 (owner) efektifitasnya tergantung dari dilaksanakan atau tidak usulan redesain tersebut Keterlibatan manajemen (project manager & team) sangat mempengaruhi 5 kesuksesan VE 6 Studi VE dilaksanakan oleh tim VE yang berkompeten dan bersertifikasi 7 VE dilaksanakan pada proyek yang sesuai 8 Motivasi penerapannya adalah untuk memenuhi persyaratan regulasi 9 VE sebaiknya terintegrasi dalam kultur kerja perusahaan Sumber: SAVE International (1999), Zimmerman & Hart (1982), Shen & Liu (2003), Kelly, et all (1996), Rains (2005), NCHRP (2005), Shibayama (2000). IV.1.3. Prinsip-Prinsip Value Engineering Yang Akan Diteliti Dengan Asumsi Value Engineering Belum Cukup Dikenal Di NAD Dengan asumsi bahwa Value Engineering belum cukup dikenal di Nanggroe Aceh Darussalam, maka prinsip-prinsip VE yang akan diteliti dalam penelitian ini dilakukan melalui pendekatan penciptaan value (value creation) dan peningkatan value (value improvement) pada pelaksanaan proyek infrastruktur. Hal ini mengingat pendekatan value creation dan value improvement adalah pendekatan yang umum digunakan oleh pihak terlibat dalam pelaksanaan konstruksi. Pada dasarnya para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek secara sadar maupun tidak telah mempertimbangkan value creation dan value improvement pada setiap kebijakannya. Namun pertimbangan tersebut tidak dilakukan melalui proses generik Value Engineering seperti pelaksanaan workshop, analisis fungsi, analisis life cycle cost dan lain-lain. Prinsip-prinsip Value Engineering yang akan diteliti di NAD dikelompokkan dalam dua puluh enam kategori sebagai berikut: NO 1 Tabel IV-2 Prinsip-prinsip Value Engineering yang akan diteliti PRINSIP-PRINSIP VALUE ENGINEERING YANG AKAN DITELITI DENGAN ASUMSI VE BELUM DIKENAL DI NAD Menjadikan value sebagai dasar pengambilan kebijakan RUJUKAN Prinsip 1 penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2) PERTIMBANGAN Keberhasilan pelaksanaan VE sangat tergantung dari seberapa tingginya penghargaan para pihak terlibat terhadap value. Semakin tinggi penghargaan terhadap value maka semakin besar potensi keberhasilan penerapan Value Engineering.

5 kecenderungan pada efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi Komitmen menghindari praktik KKN kecenderungan pada investasi yang bersifat fundamental jangka panjang Mindset owner terhadap faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam proses pelaksanaan infrastruktur Cara pandang para pihak terhadap keberadaan pihak lainnya yang terlibat dalam mewujudkan proyek yang dilaksanakan mengetahui model proses project delivery yang pernah diterapkan Owner mampu berdamai dengan tuntutan penambahan waktu dan biaya dari konsultan desain dan kontraktor Konsultan desain bersikap terbuka terhadap usulan-usulan yang diberikan demi perbaikan mutu desain Prinsip 1 Prinsip 1 Prinsip 1 Prinsip 4 Prinsip 4 Prinsip 3 Prinsip 4 Prinsip 4 Kecenderungan terhadap value berjalan paralel dengan kecenderungan pada efisiensi. Pihak yang menyatakan telah menjadikan value sebagai dasar pertimbangan pengambilan kebijakan semestinya juga telah cenderung pada efisiensi KKN adalah salah satu penghambat dalam penerapan VE. KKN telah memangkas biaya konstruksi yang menyebabkan penurunan value. Mengingat program VE ini relatif baru di Indinesia umumnya dan NAD khususnya maka penerapan VE belum pasti akan segera memberi efek positif terhadap peningkatan value. Karena itu dibutuhkan kesabaran para pelaksana mengingat program ini adalah investasi jangka panjang yang hasilnya akan baik jika perbaikan terus-menerus dilakukan Program VE akan sangat baik jika dilaksanakan pada tahap-tahap awal pelaksanaan proyek. Dalam kasus pembangunan infrastruktur di NAD yang baru mengalami bencana, perlu diketahui bagaimana mindset owner khususnya terhadap prioritasisasi faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan Kerja sama yang baik antar pihak yang terlibat sangat dibutuhkan dalam penerapan VE. Kerja sama yang baik akan terjalin jika para pihak memandang pihak lainnya dengan cara pandang mitra kerja yang sejajar Penerapan VE nantinya akan merubah proses project delivery konvensional yang selama ini dilaksanakan. Kemampuan para pihak pelaksana beradaptasi dengan perubahan proses project delivery akan sangat bermanfaat bagi kesuksesan penerapan Value Engineering. Konsekuensi penerapan Value Engineering adalah owner harus membayar insentif kepada pihak yang mampu mengusulkan rekomendasi peningkatan nilai. Besar insentif tersebut disesuaikan dengan expected monetary value penghematan yang dihasilkan jika melaksanakan rekomendasi tersebut. karena itu perlu diketahui bagaimana tingkat adaptasi owner terhadap tuntutan pembayaran insentif. Mengingat program VE ini pada dasarnya adalah melakukan reanalisis terhadap desain yang telah disiapkan oleh konsultan desain, maka perlu diketahui bagaimana penerimaan konsultan desain jika hasil desainnya direanalisis oleh pihak lain dan bagaimana tingkat partisipasi konsultan dalam proses reanalisis.

6 Motivasi owner untuk meningkatkan mutu desain koordinasi yang baik dan pengaturan waktu pelaksanaan yang terencana khususnya dengan pihak penyedia jasa upaya owner menggiatkan penerapan value improvement pelaporan kegiatan proyek selama ini pencatatan dan pengarsipan laporan kegiatan proyek selama ini proses belajar dan kebijakan peningkatan kinerja instansi selama ini integrasi program-program yang bertujuan meningkatkan value dalam struktur organisasi Keterlibatan manajemen pada proses pelaksanaan rapat teknis Prinsip 4 Prinsip 2 Prinsip 9 Prinsip 3 Prinsip 3 (Lihat sub-bab III.1.2) Prinsip 3 Prinsip 9 Prinsip 5 Motivasi owner meningkatkan mutu desain menunjukkan preferensi owner terhadap faktor-faktor yang dianggap penting dalam pelaksanaan konstruksi. Faktor-faktor tersebut harus sejalan dengan semangat efisiensi dan bukan hanya untuk meningkatkan daya serap anggaran pada pelaksanaan proyek Penerapan VE sangat membutuhkan koordinasi antar instansi yang terlibat didalamnya, baik pihak owner, konsultan desain, kontraktor, konsultan VE, user dan stakeholder lainnya. Hal ini untuk menjamin pelaksanaan program VE dapat berjalan on schedule dan within budget Jika selama ini owner memberi penghargaan terhadap pihak yang mampu memberi usulan peningkatan value berupa reward dalam berbagai bentuk, maka hal itu menunjukkan komitmen owner yang tinggi pada program value improvement dan hal ini menjadi faktor positif bagi penerapan VE. Pelaporan kegiatan proyek selama ini menunjukkan iklim kerja instansi/perusahaan. Semakin baik pelaporan berjalan maka semakin kondusif iklim kerja yang berlangsung dan hal ini berdampak positif bagi upaya penerapan program VE. Pencatatan dan pengarsipan kegiatan proyek selama ini menunjukkan iklim kerja instansi/perusahaan. Semakin baik pencatatan dan pengarsipan berjalan maka semakin kondusif iklim kerja yang berlangsung dan semakin lengkap data-data yang tersedia guna pelaksanaan program VE. Hal ini berdampak positif bagi upaya penerapan program VE. Harus ada proses pembelajaran yang berkelanjutan untuk dapat mensukseskan penerapan VE. Hal ini karena efek penerapan program ini besar kemungkinan tidak akan segera memberi dampak positif bagi peningkatan value akibat kurangnya pengalaman dan pengetahuan pihak pelaksana. Integrasi program yang bertujuan meningkatkan value menunjukkan minat instansi/perusahaan terhadap value improvement. Hal ini sangat baik untuk menciptakan iklim value oriented bagi staf perusahaan/instansi yang sangat bermanfaat bagi penerapan program VE nantinya Dalam pelaksanaan progam VE, pihak manajemen sangat dibutuhkan keterlibatannya dalam pelaksanaan workshop. Karena itu perlu diketahui bagaimana tingkat keterlibatan manajemen pada pelaksanaan rapat teknis selama ini

7 Gradasi tenaga kerja pada perusahaan/instansi Training dan pelatihan yang pernah diselenggarakan/diikuti akses terhadap perkembangan teknologi dan metoda baru dalam konstruksi Jenis dan besar anggaran proyek infrastruktur yang pernah dilaksanakan pekerjaan kompleks dan kategori kompleksitas yang digunakan Prioritas pembangunan infrastruktur di NAD Pemahaman masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi terkait dengan pelaksanaan konstruksi Prinsip 6 Prinsip 6 Prinsip 6 Prinsip 7 (Lihat sub-bab III.1.2) Prinsip 7 Prinsip 1 Prinsip 8 Tim VE adalah pihak yang secara khusus melaksanakan workshop VE ditambah beberapa partisipan yang berkompeten. Tim VE terdiri dari profesional yang ahli dibidangnya yang dipih sesuai karakteristik proyek yang dianalisis. Untuk itu perlu dilihat bagaimana gradasi tenaga kerja pada masingmasing instansi/perusahaan Tim VE terdiri dari individu-individu yang telah menyelesaikan training dan bersertifikasi untuk melaksanakan studi Value Engineering. Sertifikat tersebut dikeluarkan oleh lembaga Value Engineering, seperti Society of American Value Engineer (SAVE) di Amerika Serikat, IVM di Inggris dan Himpunan Ahli Value Engineering Indonesia (HAVEI) di Indonesia Para pihak pelaksana studi VE dituntut kreatif dan berfikir terbuka. Tidak boleh hanya mengandalkan kebiasaan dalam mengusulkan alternatif-alternatif penyelesaian masalah. Kemampuan berfikir kreatif juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki khususnya terkait dengan metoda-metoda terbaru dalam pelaksanaan konstruksi. Karena itu akses terhadap informasi dan pengetahuan tersebut mutlak diperlukan Penerapan program VE selama ini hanya dilaksanakan pada proyek yang menyerap baiaya besar. Hal ini karena biasanya konstruksi itu bersifat unik dan tidak dapat menjeneralisasi satu penyelesaian masalah pada proyek konstruksi yang berbeda. Penerapan VE pada proyek yang berbiaya kecil akan memebebani anggaran proyek dan proyek akan menjadi sangat mahal Kompleksitas pekerjaan menjadi salah satu pertimbangan penerapan program VE. Seringkali proyek yang berbiaya tidak besar tetap membutuhkan analisis Value Engineering karena kompleksitasnya, seperti pertimbangan savety yang tinggi, kebijakan pelestarian lingkungan, dll. Prioritas pembangunan infrastruktur menunjukkan tingkat kepentingan jenis infrastruktur yang harus segera dibangun di NAD pasca benca. Jenis infrastruktur tersebut nantinya akan terkait dengan kompleksitas pekerjaan yang ada didalamnya. Di seluruh negara yang saat ini telah menerapkan program Value Engineering, peranan regulasi yang menjamin kepastian hukum bagi para pelaksananya sangat besar. Dalam upaya untuk mengetahui tingkat penerimaan masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi terkait pelaksanaan VE di Indonesia,maka diperlukan informasi tingkat pemahaman dan penerapan regulasi terkait konstruksi selama ini.

8 Tanggapan owner terhadap wewenang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik Tanggapan masyarakat jasa konstruksi terhadap pembatasan wewenang dalam menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik Prinsip 8 Prinsip 8 owner memegang peranan sangat penting dalam sukses atau tidaknya pelaksanaan Value Engineering. Sebaik apapun rekomendasi yang dihasilkan jika tidak disetujui oleh owner maka tidak akan memberi manfaat bagi peningkatan value. Tanggapan owner terhadap wewenang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal menunjukkan komitmen owner untuk selalu berorientasi pada value improvement. Pembatasan wewenang dalam menyusun regulasi terkait reanalisis terhadap desain awal adalah suatu hal yang tidak selaras dengan upaya percepatan penerapan VE. Semakin besar wewenang daerah menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisisis terhadap desain awal sesuai dengan kapasitas daerah akan semakin mempercepat akselarasi penerapan Value Engineering di daerahdaerah lainnya. Keberadaan kedua puluh enam prinsip tersebut diatas dianggap mengindikasikan keberadaan faktor prasyarat penerapan VE pada pembangunan infrastruktur di NAD dan selanjutnya akan dijadikan indikator dalam penelitian ini. IV.1.4. Faktor-faktor Prasyarat Penerapan VE di NAD Prinsip-prinsip penerapan Value Engineering yang akan diteliti dengan asumsi VE belum cukup dikenal di NAD yang dipaparkan pada sub-bab IV.1.3 diatas selanjutnya dikelompokkan dalam beberapa variabel sesuai dengan kesamaan karakteristik yang dimilikinya. Marzuki (2006), merangkum 4 variabel penting yang mempengaruhi kesuksesan penerapan Value Engineering, yaitu: 1. Integrasi studi VE dalam proses project delivery; 2. Kesiapan regulasi pemerintah yang mengatur tentang penerapan VE pada pelaksanaan proyek; 3. Kesiapan komunitas berupa dukungan yang positif dari pihak manajemen, kualifikasi tim VE yang bersertifikasi, dan kualifikasi pihak-pihak terlibat lainnya; 4. Ketersediaan proyek yang layak bagi studi VE dan ketersediaan sumber daya yang cukup untuk mewujudkan proyek tersebut.

9 80 Dalam penelitian ini prinsip-prinsip Value Engineering yang akan dianalisis kelompokkan dalam variabel-variabel berdasarkan kesamaan karakteristiknya sebagai berikut: a. Komitmen masyarakat jasa konstruksi dalam mendukung upaya peningkatan value pada pembangunan infrastruktur di NAD; b. Pandangan masyarakat jasa konstruksi terhadap pentingnya upaya peningkatan value dalam proses project delivery; c. Dukungan dan partisipasi manajemen dalam upaya peningkatan value pada proyek infrastruktur di NAD; d. Kualitas dan kapasitas sumber daya manusia di NAD; e. Ketersediaan proyek infrastruktur yang krusial bagi analisis peningkatan value; f. Kesiapan pihak terkait dalam melaksanakan regulasi terkait dengan upaya peningkatan value; Secara lengkap variabel berikut indikator yang termasuk di dalamnya diperlihatkan pada tabel di bawah ini: Tabel IV-3 Kelompok Variabel Berdasarkan Prinsip-Prinsip VE yang akan diteliti VARIABEL NO PRINSIP-PRINSIP VALUE ENGINEERING YANG TERKAIT DENGAN VARIABEL A KOMITMEN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DALAM MENDUKUNG UPAYA PENINGKATAN VALUE PADA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM B PANDANGAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI TERHADAP PENTINGNYA UPAYA PENINGKATAN VALUE DALAM PROSES PROJECT DELIVERY Menjadikan value sebagai dasar pengambilan 1 kebijakan kecenderungan pada efisiensi dalam pelaksanaan 2 konstruksi 3 Komitmen menghindari praktik KKN kecenderungan pada investasi yang bersifat 4 fundamental jangka panjang Mindset owner terhadap faktor-faktor penting 5 yang harus dipertimbangkan dalam proses pelaksanaan infrastruktur Cara pandang para pihak terhadap keberadaan pihak lainnya yang terlibat dalam mewujudkan proyek yang dilaksanakan mengetahui model proses project delivery yang pernah diterapkan Owner mampu berdamai dengan tuntutan penambahan waktu dan biaya dari konsultan desain dan kontraktor

10 81 VARIABEL NO 9 PRINSIP-PRINSIP VALUE ENGINEERING YANG TERKAIT DENGAN VARIABEL Konsultan desain bersikap terbuka terhadap usulan-usulan yang diberikan demi perbaikan mutu desain C DUKUNGAN DAN PARTISIPASI MANAJEMEN DALAM UPAYA PENINGKATAN VALUE PADA PROYEK INFRASTRUKTUR DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM D 19 KUALITAS DAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI NAD 20 E KETERSEDIAAN PROYEK INFRASTRUKTUR YANG KRUSIAL BAGI ANALISIS PENINGKATAN VALUE F KESIAPAN PIHAK TERKAIT DALAM MELAKSANAKAN REGULASI TERKAIT DENGAN UPAYA PENINGKATAN VALUE 10 Motivasi owner untuk meningkatkan mutu desain koordinasi yang baik dan pengaturan waktu 11 pelaksanaan yang terencana khususnya dengan pihak penyedia jasa 12 upaya owner menggiatkan penerapan value improvement 13 pelaporan kegiatan proyek selama ini 14 pencatatan dan pengarsipan laporan kegiatan proyek selama ini 15 proses belajar dan kebijakan peningkatan kinerja instansi selama ini 16 integrasi program-program yang bertujuan meningkatkan value dalam struktur organisasi 17 keterlibatan manajemen pada proses pelaksanaan rapat teknis 18 Gradasi tenaga kerja pada perusahaan/instansi Training dan pelatihan yang pernah diselenggarakan/diikuti akses terhadap perkembangan teknologi dan metoda baru dalam konstruksi Jenis dan besar anggaran proyek infrastruktur yang pernah dilaksanakan pekerjaan kompleks dan kategori kompleksitas yang digunakan 23 prioritas pembangunan infrastruktur di NAD 24 pemahaman masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi terkait dengan pelaksanaan konstruksi tanggapan owner terhadap wewenang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik tanggapan masyarakat jasa konstruksi terhadap pembatasan wewenang dalam menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik IV Komitmen Masyarakat Jasa Konstruksi Dalam Mendukung Upaya Peningkatan Value Pada Pembangunan Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam Dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 18 tahun 1999 disebutkan, masyarakat jasa konstruksi adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai

11 82 kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa konstruksi yang diwakili oleh: a. asosiasi perusahaan jasa konstruksi; b. asosiasi profesi jasa konstruksi; c. asosiasi perusahaan barang dan jasa mitra usaha jasa konstruksi; d. masyarakat intelektual; e. organisasi kemasyarakatan yang berkaitan dan berkepentingan di bidang jasa konstruksi dan/atau yang mewakili konsumen jasa konstruksi; f. instansi pemerintah; g. unsur-unsur lain yang dianggap perlu. Penerapan VE pada pembangunan fasilitas publik haruslah menjadi usaha bersama yang didukung oleh seluruh masyarakat jasa konstruksi. Dalam penerapan VE terjadi interaksi yang erat dan sinergis antara pihak-pihak yang terlibat. Secara langsung pihak-pihak yang terlibat adalah: masyarakat selaku pengguna (user), instansi pemerintah atau owner (selaku pemilik), tim VE, konsultan desain, kontraktor dan manajer konstruksi, seperti dijelaskan pada subbab II.7 sd II.8. Tidak adanya dukungan salah satu pihak yang ada dalam rantai interaksi tersebut akan mengganggu efektivitas pelaksanaan VE. Pada penelitian ini masyarakat jasa konstruksi yang menjadi responden di batasi oleh 3 elemen saja yaitu: 1. owner selaku pemilik proyek dan pemberi tugas kepada konsultan VE untuk melaksanakan studi VE; 2. konsultan desain selaku tim pelaksana desain proyek; 3. kontraktor selaku pelaksana proyek dan pemberi tugas studi VE kepada konsultan VE terkait dengan penerapan Value Engineering Change Proposal (VECP); IV Pandangan Masyarakat Jasa Konstruksi Terhadap Pentingnya Upaya Peningkatan Value Dalam Proses Project delivery Program VE perlu dipandang sebagai bagian integral dari keseluruhan proses project delivery, jadi bukan sebagai suatu entitas yang terpisah. Dengan demikian

12 83 penerapan VE sebaiknya direncanakan dan dijadwalkan pada pelaksanaan proyek untuk mendukung delivery of services yang tepat waktu, efisien dan efektif. Untuk mencapai efek yang maksimum tanpa dampak yang tidak diinginkan terhadap jadwal proyek, VE harus dimulai pada saat dini di dalam proses desain, sebaiknya pada desain konsep, dan kemudian berlanjut pada tahap desain dan penyiapan dokumen konstruksi bila diperlukan. Perhatian utama dipusatkan pada pencapaian nilai life-cycle yang maksimum untuk pengeluaran biaya awal (firstcost) dari anggaran proyek. Selanjutnya diusahakan adanya penurunan biaya awal sebagai hasil penerapan program (Marzuki, 2006). Disamping itu integrasi VE juga dapat dilihat dari Pola kerja dan improvement policy Perusahaan dalam proses pelaksanaan proyek serta integrasi program VE dalam struktur perusahaan. IV Dukungan Dan Partisipasi Manajemen Dalam Upaya Peningkatan Value Pada Proyek Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam Dukungan manajemen sangat menentukan kesuksesan pelaksanaan program VE. Rains, (2005) menganjurkan keterlibatan yang tinggi tidak hanya top management dari pihak owner, namun juga level middle management. Top dan middle manager tidak cukup sebatas mendukung pelaksanaan program VE, namun mereka harus ikut terlibat dalam proses pelaksanaannya, seperti mengarahkan proyek yang akan dianalisis, pemilihan anggota tim VE, curah pikiran dalam workshop, ikut serta dalam memecahkan kebuntuan dan implementasi rekomendasi yang dihasilkan. Selain manajemen dari pihak owner, dukungan dan partisipasi manajemen konsultan desain dan kontraktor juga tidak kalah penting. Partisipasi manajemen konsultan akan mempengaruhi reaksi penerimaan konsultan terhadap perubahan yang dilakukan pada desain awal mereka dan partisipasi manajemen kontraktor akan mempengaruhi keaktifan kontraktor melaksanakan VECP meskipun tidak disyaratkan dalam kontrak kerja konstruksi. IV Kualitas Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Di NAD Pihak terkait studi Value Engineering dibatasi hanya pada owner/instansi pemerintah, konsultan, kontraktor di bidang konstruksi saja. Kualitas pihak terkait ditinjau dari aspek internal seperti : kepribadian, kreativitas, kemampuan bekomunikasi dan aspek eksternal seperti : pendidikan, pengalaman kerja di

13 84 bidang konstruksi, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, dll. Kapasitas pihak terkait ditinjau dari segi peran masing-masing pihak terkait tersebut mempengaruhi penerapan metode VE di NAD. Peran owner tentunya berbeda dari peran konsultan, kontraktor dan profesional, demikian pula sebaliknya. IV Ketersediaan Proyek Infrastruktur Yang Krusial Bagi Analisis Peningkatan Value Tidak semua proyek layak bagi penerapan VE. Penerapan VE pada proyek yang tidak tepat bukannya akan meningkatkan nilai (value) proyek tersebut, melainkan sebaliknya. Penerapan VE mempunyai konsekuensi penambahan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan studi VE disamping potensi penghematan yang nantinya akan diraih. Karena itu pemilihan proyek yang sesuai menjadi satu hal yang penting. Dalam penelitian ini project selection hanya diarahkan pada ketersediaan proyek yang potensial untuk nantinya diterapkan VE. Proyek tersebut haruslah memenuhi kriteria-kriteria, sebagai berikut : kriteria biaya proyek, kompleksitas proyek dan sumber anggaran. IV Biaya Proyek Di Amerika Serikat, VE wajib diterapkan pada proyek yang menelan biaya lebih besarr 25 juta dolar Amerika dan pada proyek jembatan yang menelan anggaran lebih besar 20 juta dolar Amerika. bagi proyek-proyek yang nilainya dibawah 20 juta dolar penerapan VE masih mungkin dilaksanakan jika pada proyek tersebut diperkirakan akan ada potensi penghematan dan adanya permintaan penerapan VE dari manajer proyek. Mengingat penelitian ini bersifat ekploratif dan berupaya mengekplorasi faktorfaktor yang mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan VE di NAD, maka batasan biaya proyek dibatasi lebih besar 3 milyar rupiah dengan pertimbangan pada batasan anggaran ini perusahaan tidak kecil dan besar dapat ikut serta mengikuti pelelangan. IV Kompleksitas Pekerjaan Kompleksitas pekerjaan juga merupakan dasar pertimbangan penerapan VE pada proyek-proyek konstruksi khususnya fasilitas infrastruktur. Kompleksitas

14 85 pekerjaan sangat terkait dengan jenis konstruksi yang akan dibangun. Prinsipprinsip yang melandasi kompleksitas pekerjaan menurut Clark (1999), adalah: a. metode pelaksanaan pekerjaan yang spesifik; b. pemecahan masalah pelaksanaan proyek yang mahal; c. pengaruh eksternal proyek yang besar; d. persyaratan-persyaratan yang sangat komplek dan mengikat. Di Indonesia, kompleksitas pekerjaan diatur berdasarkan Keputusan Menteri Pemukiman Dan Prasarana Wilayah (Kepmen Kimpraswil) nomor 339 tahun 2003 dijelaskan mengenai pekerjaan komplek sebagai berikut: 1. Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi dan/atau mempunyai resiko tinggi dan/atau menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau bernilai di atas Rp ,00 (lima puluh miliar rupiah). 2. Kriteria teknologi tinggi adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang menggunakan banyak peralatan berat dan banyak memerlukan tenaga ahli dan tenaga trampil. 3. Kriteria resiko tinggi adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya berisiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan. 4. Pekerjaan komplek dengan kriteria teknologi tinggi dan resiko tinggi dan/atau menggunakan peralatan yang didesain khusus ditetapkan oleh pejabat Eselon I selaku pembina teknis bidang pekerjaan terkait. IV Sumber Pembiayaan Pada penelitian ini sumber pembiayaan proyek yang akan dikaji adalah sumber pembiayaan yang berasal dari APBN atau APBD yang dilaksanakan di Nanggroe Aceh Darussalam. Hal ini terkait dengan tanggung jawab pemerintah selaku penyedia fasilitas infrastruktur. IV Kesiapan Pihak Terkait Dalam Melaksanakan Regulasi Terkait Dengan Upaya Peningkatan Value Peranan regulasi yang berkaitan dengan pelaksanaan VE di Indonesia dirasa penting untuk memberi landasan yang kuat bagi pelaksana proyek menerapkan

15 86 metode VE dengan resiko-resiko yang mungkin dapat muncul seperti, penambahan waktu dan biaya dan mendorong kreatifitas dikalangan pelaksana proyek menciptakan inovasi-inovasi baru yang menghasilkan nilai tambah bagi seluruh stakeholder. IV Studi Regulasi VE Di Negara-Negara Lain Di Amerika Serikat regulasi yang dikeluarkan pemerintah mengenai aplikasi VE telah sangat lengkap dan mendetail. Rangkuman ketentuan tersebut dihimpun dalam tabel berikut : Tabel IV-4 Rangkuman regulasi terkait pelaksanaan VE di Amerika Serikat Instansi Regulasi Nomor Tahun Materi Kongres Amerika Serikat American Association Of State Highway Anf Transportation Official (AASTHO) Office of Management and Budget (OMB) US Departemen Of Transportation (USDOT) Federal Highway Administration (FHWA) West Virginia Departemen of Transportation (WVDOT) California Department Of Transportation (Caltrans) New Jersey Departement Of Transportation (NJDOT) Utah (UDOT) Undangundang surat edaran A-131 order DOT A 23 CFR part Mei 2003 VE manual 2004 VE manual VE manual VE manual Memberi kuasa pada federal secretary of transportation untuk mewajibkan penerapan VE pada proyek-proyek yang dananya bersumber dari dana federal Membentuk sebuah task force Value Engineering dalam upaya untuk mengembangkan, memelihara dan merevisi guidelines untuk membantu negara-negara bagian dalam melaksanakan dan mengatur program Value Engineering Mensyaratkan departemen federal dan agensiagensi menggunakan Value Engineering sebagai alat manajemen Prosedur untuk mengimplementasikan surat edaran yang dikelurkan OMB dan kerangka kerja bagi departemen yang mengelola program VE, dalam order A dijelaskan dua kategori VE, yaitu Value Engineering proposal (VE proposal) dan Value Engineering Change Proposal (VECP). Tujuan dari program VE, definisi VE yang lebih spesifik, prinsip-prinsip dan prosedur pelaksanaan program VE Konsep dasar VE, dari filosofi VE sampai petunjuk pelaksanaan teknis Konsep dasar VE, dari filosofi VE sampai petunjuk pelaksanaan teknis konsep dasar VE, dari filosofi VE sampai petunjuk pelaksanaan teknis Konsep dasar VE, dari filosofi VE sampai petunjuk pelaksanaan teknis

16 87 Instansi Regulasi Nomor Tahun Materi Virginia (VDOT) VE manual Konsep dasar VE, dari filosofi VE sampai petunjuk pelaksanaan teknis Contractor s Mengenai konsep dasar VE, VECP, proses Department of Guide To pemasukan usulan VE, pembagian 2003 Defense (DoD) Value Keuntungan yang dihasilkan studi VE dan Engineering lain-lain Sumber : Clark, (1999), VDOT, NCHRP. IV Regulasi Terkait Dengan VE Di Indonesia Saat Ini Di Indonesia regulasi yang mengatur tentang konstruksi dan regulasi komplementarisnya tersusun dalam susunan sebagai berikut : a. Undang-Undang. Undang-undang di Indonesia yang mengatur tentang pelaksanaan konstruksi tampak pada tabel-tabel berikut : Tabel IV-5 UU dilingkungan Kimpraswil Jenis Peraturan Nomor Tahun Tentang Materi Terkait VE Undang-Undang Penjualan Rumah Negara kepada PNS Nihil Undang-Undang Pengairan Nihil Undang-Undang J a l a n Nihil Undang-Undang Rumah Susun Nihil Undang-Undang Perumahan dan Pemukiman Nihil Undang-Undang Penataan Ruang Nihil Undang-undang Jasa Konstruksi Nihil Undang-Undang Bangunan Gedung Nihil Sumber : Website Kimpraswil Tabel IV-6 UU di lingkungan Bappenas Jenis Peraturan Nomor Tahun Tentang Materi Terkait VE Undang-undang Pemerintah Daerah Nihil Undang-Undang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Nihil dan Daerah Undang-Undang Perubahan atas UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Nihil Pidana Korupsi Undang-Undang Keuangan Negara Nihil Undang-Undang Perbendaharaan Negara Nihil Undang-Undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) Nihil

17 88 Jenis Peraturan Nomor Tahun Tentang Materi Terkait VE Undang-Undang Pemerintahan Daerah Nihil Undang-Undang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Nihil dan Daerah Undang-Undang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Nihil Keuangan Negara Undang-Undang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun Nihil Sumber : Website Bappenas b. Peraturan Pemerintah Disamping Undang-undang, Indonesia juga memiliki Peraturan Pemerintah, seperti tampak pada tabel berikut : Tabel IV-7 Peraturan Pemerintah terkait pelaksanaan konstruksi Jenis Peraturan Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor Tahun Tentang Keppres Usaha Dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi Penyelenggaraan Jasa Konstruksi mengenai Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi Pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah Materi Terkait VE Nihil Nihil Nihil Nihil Materi Lainnya Pembinaan Jasa Konstruksi adalah wewenang Pemerintah pusat dan pemerintah daerah Pembinaan jasa konstruksi dilaksanakan dalam bentuk: pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan Pemerintah pusat berwenang menerbitkan dan menyebarluaskan peraturan terkait jasa konstruksi, pemerintah daerah berwenang menyebarluaskan peraturan terkait jasa konstruksi Penyelenggaraan pembinaan jasa konstruksi dapat didekonsentrasikan atau tugaspembantuankan kepada pemerintah daerah sesuai ketentuan yang berlaku Petunjuk pelaksanaan pengadaan jasa konstruksi yang efektif, efisien, terbuka, bersaing, transparan dan tidak diskriminatif

18 89 Jenis Peraturan Instruksi Presiden Nomor Tahun Tentang Sumber: Website Kimpraswil Materi Terkait VE Nihil Materi Lainnya Setiap penanggungjawab penyelenggaraan pekerjaan jasa konstruksi harus melaksanakan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara konsisten untuk mencegah berbagai macam kebocoran dan pemborosan penggunaan keuangan negara baik yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah c. Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah terkait dengan konstruksi tampak pada tabel berikut : Tabel IV-8 Kepmen Kimpraswil terkait pelaksanaan konstruksi Jenis Peraturan Kepmen Kimprawil Kepmen Kimprawil Nomor Tahun Tentang 257/kpts/m/ /kpts/m/ Kepmen 332/kpts/m/ Kimprawil Sumber : Website Kimpraswil Standar Dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi Oleh Instansi Pemerintah Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara Materi Terkait VE Nihil Nihil Nihil IV.2. Penyusunan Kuesioner Berdasarkan variabel dan indikator penelitian di atas selanjutnya disusun tiga jenis kuesioner untuk tiga kelompok sampel. Perbedaan umum ketiga kuesioener hanya pada perbedaan arah pertanyaan dan cara pandang sampel terhadap permasalahan yang sama yang ditanyakan pada keseluruhan kelompok sampel. Ada beberapa pertanyaan spesifik yang hanya sesuai ditanyakan pada kelompok sampel tertentu dan tidak ditanyakan pada kelompok sampel yang lain. Pertanyaan-pertanyaan untuk masing-masing kelompok sampel disajikan secara lengkap pada kuesioner penelitian di lembar lampiran. Secara umum pilihan jawaban setiap pertanyaan pada kuesioner disusun

19 90 dengan mengklasifikasikan respon responden kedalam tiga wilayah, (Saaty, dikutip dari Syadaruddin, 2004), yaitu: 1. wilayah penolakan (rejection); 2. wilayah ketidakpedulian (indifference); 3. wilayah penerimaan (acceptance). Sasaran pertanyaan adalah untuk menelusuri track record sampel terkait dengan: 1. kebiasaan (habit) yang dijalankan setiap kelompok sampel; 2. sikap (attitute) terhadap suatu permasalahan, dan 3. informasi-informasi terkait lainnya. Pengembangan variabel, indikator dan pertanyaan selengkapnya ditampilkan pada tabel berikut: Tabel IV-9 Variabel A dan -nya Variabel A 1.1 Pertanyaan 1.2 MELIHAT GAMBARAN KOMITMEN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DALAM MENDUKUNG UPAYA PENINGKATAN VALUE PADA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Owner Konsultan Kontraktor Value sebagai dasar Value sebagai dasar Value sebagai dasar pengambilan kebijakan pengambilan kebijakan pengambilan kebijakan A1, A2, A3a, A3b, A3c, A1, A2, A3a, A3b, A3c, A1, A2, A3a, A3b, A3c, A3d A3d A3d Kecenderungan pada efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi Kecenderungan pada efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi Kecenderungan pada efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi Pertanyaan A4 A4 A4 Menghindari praktik Menghindari praktik Menghindari praktik KKN 1.3 KKN KKN Pertanyaan A5, A6, A7, A8 A5, A6, A7, A8 A5, A6, A7, A8 1.4 Kecenderungan pada investasi yang bersifat fundamental jangka panjang Kecenderungan pada investasi yang bersifat fundamental jangka panjang Kecenderungan pada investasi yang bersifat fundamental jangka panjang Pertanyaan A9a, A9b, A9c, A9d A9a, A9b, A9c, A9d A9a, A9b, A9c, A9d Mindset owner terhadap faktor-faktor penting proses pelaksanaan infrastruktur yang harus 1.5 dipertimbangkan dalam Tidak ditanyakan Tidak ditanyakan Pertanyaan 1.6 A10 Cara pandang owner terhadap keberadaan penyedia jasa dan masyarakat pengguna dalam mewujudkan proyek yang dilaksanakan Cara pandang konsultan terhadap owner dan peranan user dalam mewujudkan proyek yang dilaksanakan Cara pandang kontraktor terhadap owner dalam mewujudkan proyek yang dilaksanakan Pertanyaan A11, A12 A10, A11 A10, A11

20 91 Tabel IV-10 Variabel B dan -nya Variabel B 2.1 Pertanyaan 2.2 Pertanyaan MENGETAHUI PANDANGAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI TERHADAP PENTINGNYA PENINGKATAN VALUE DALAM PROSES PROJECT DELIVERY Owner Konsultan Kontraktor Model proses project Model proses project Model proses project delivery yang pernah delivery yang pernah delivery yang pernah diterapkan diterapkan diterapkan B13a, B13b, B13c, B13d, B13e, B14, B15a, B15b, B15c,B15d, B15e, Mampu berdamai dengan tuntutan penambahan waktu dan biaya penyedia jasa B16, B17, B18, B19, B20a, B20b, B20c B12a B12b, B12c, B12d, B12e, B13, B14a, B14b, B14c, B14d, B14e Mampu berdamai dengan tuntutan perbaikan mutu pekerjaan tanpa pembayaran insentif B15, B16, B17a, B17b, B17c, B18 B12a B12b, B12c, B12d, B12e, B13, B14a, B14b, B14c, B14d, B14e Mampu berdamai dengan tuntutan perbaikan mutu pekerjaan tanpa pembayaran insentif B15, B16, B17a, B17b, B17c, B Pertanyaan 2.4 Pertanyaan 2.5 Tidak ditanyakan Motivasi owner untuk meningkatkan mutu desain B21a, B21b, B21c, B21d, B21e, B21f Koordinasi yang baik dan pengaturan waktu pelaksanaan yang terencana khususnya dengan pihak penyedia jasa B22, B23a, B23b, B23c, B23d, B23e, B23f Upaya owner menggiatkan penerapan value improvement Bersikap terbuka terhadap usulan-usulan yang diberikan demi perbaikan mutu desain B19, B20 Motivasi konsultan untuk meningkatkan mutu desain B21a, B21b, B21c, B21d, B21e, B21f Koordinasi yang baik dan pengaturan waktu pelaksanaan yang terencana khususnya dengan pihak owner Tidak ditanyakan Motivasi kontraktor untuk meningkatkan mutu desain B19 Koordinasi yang baik dan pengaturan waktu pelaksanaan yang terencana khususnya dengan pihak owner B22, B23a, B23b, B23c, B20, B21a, B21b, B21c, Pertanyaan B23d, B23e, B23f B21d, B21e, B21f Upaya owner Upaya owner menggiatkan menggiatkan penerapan penerapan value 2.6 value improvement improvement Pertanyaan B24 B24 B22 Tabel IV-11 Variabel C dan -nya MENGETAHUI DUKUNGAN DAN PARTISIPASI MANAJEMEN DALAM UPAYA PENINGKATAN VALUE PADA PROYEK INFRASTRUKTUR DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Variabel C Owner Konsultan Kontraktor 3.1 Pelaporan kegiatan proyek selama ini Pelaporan kegiatan proyek selama ini Pertanyaan C25, C26 C25, C26 C23, C24 Pencatatan dan Pencatatan dan pengarsipan laporan pengarsipan laporan 3.2 kegiatan proyek kegiatan proyek Pelaporan kegiatan proyek selama ini Pencatatan dan pengarsipan laporan kegiatan proyek selama ini Pertanyaan C27 C27 C25

21 92 Variabel C 3.3 Pertanyaan 3.4 MENGETAHUI DUKUNGAN DAN PARTISIPASI MANAJEMEN DALAM UPAYA PENINGKATAN VALUE PADA PROYEK INFRASTRUKTUR DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Owner Konsultan Kontraktor Proses belajar dan kebijakan peningkatan kinerja perusahaan selama ini ini Proses belajar dan kebijakan peningkatan kinerja instansi selama ini C28, C29, C30, C31a, C31b, C31c, C31d Integrasi programprogram yang bertujuan meningkatkan value dalam struktur organisasi C28, C29, C30, C31a, C31b, C31c, C31d Integrasi programprogram yang bertujuan meningkatkan value dalam struktur organisasi Proses belajar dan kebijakan peningkatan kinerja perusahaan selama C26, C27, C28, C29a, C29b, C29c, C29d Integrasi program-program yang bertujuan meningkatkan value dalam struktur organisasi Pertanyaan C32 C32 C30 Keterlibatan manajemen Keterlibatan manajemen pada proses pelaksanaan pada proses pelaksanaan 3.5 rapat teknis rapat teknis Keterlibatan manajemen pada proses pelaksanaan rapat teknis Pertanyaan C33 C33 C31 Tabel IV-12 Variabel D dan -nya MENGETAHUI KUALITAS DAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA Variabel D DI NAD Owner Konsultan Kontraktor 4.1 Gradasi tenaga kerja pada perusahaan/instansi Gradasi tenaga kerja pada perusahaan/instansi Gradasi tenaga kerja pada perusahaan/instansi Pertanyaan D34a, D34b, D34c, D34d, D35a, D35b, D35c, D35d D34a, D34b, D34c, D34d, D35a, D35b, D35c, D35d D32a, D32b, D32c, D32d, D33a, D33b, D33c D33d 4.2 Pertanyaan 4.3 Pertanyaan Training dan pelatihan yang pernah diselenggarakan/diikuti D36a, D36b, D36c, D36d, D36e, D36f, D37a, D37b, D37c, D37d, D38a, D38b, D39a, D39b, D39c, D39d, D39e, D39f Akses terhadap perkembangan teknologi dan metoda baru dalam konstruksi D40, D41, D42a, D42b, D42c, D42d, D42e, D43a, D43b, D43c, D43d, D43e Training dan pelatihan yang pernah diselenggarakan/diikuti D36a, D36b, D36c, D36d, D36e, D36f, D37a, D37b, D37c, D37d, D38a, D38b, D39a, D39b, D39c, D39d, D39e, D39f Akses terhadap perkembangan teknologi dan metoda baru dalam konstruksi D40, D41, D42a, D42b, D42c, D42d, D42e, D43a, D43b, D43c, D43d, D43e Training dan pelatihan yang pernah diselenggarakan/diikuti D34a, D34b, D34c, D34d, D34e, D34f, D35a, D35b, D35c, D35d, D36a, D36b, D37a, D37b, D37c, D37d, D37e, D37f Akses terhadap perkembangan teknologi dan metoda baru dalam konstruksi D38, D39, D40a, D40b, D40c, D40d, D40e, D41a, D41b, D41c, D41d, D41e Tabel IV-13 Variabel E dan -nya Variabel E 5.1 KETERSEDIAAN PROYEK INFRASTRUKTUR YANG KRUSIAL BAGI ANALISIS PENINGKATAN VALUE Owner Konsultan Kontraktor Jenis dan besar anggaran Jenis dan besar anggaran Jenis dan besar anggaran proyek infrastruktur yang proyek infrastruktur yang proyek infrastruktur yang pernah dilaksanakan pernah dilaksanakan pernah dilaksanakan Pertanyaan E44a, E44b, E44c, E44a, E44b, E44c, E42a, E42b, E42c, E42d,

22 93 Variabel E 5.2 Pertanyaan 5.3 Pertanyaan KETERSEDIAAN PROYEK INFRASTRUKTUR YANG KRUSIAL BAGI ANALISIS PENINGKATAN VALUE Owner Konsultan Kontraktor E44d, E44e, E44f, E44d, E44e, E44f, E44g, E42e, E42f, E42g, E43a, E44g, E45a, E45b, E45a, E45b, E45c, E43b, E43c, E43d, E43f, E45c, E45d, E5e, E45f, E45d, E5e, E45f, E45g, E43g, E43h E45g, E45h E45h Pekerjaan kompleks dan kategori kompleksitas yang digunakan E46, E47a, E47b, E47c, E47d, E47e, E47f Prioritas pembangunan infrastruktur di NAD E48a, E48,b, E48c, E48d, E48e, E48f, E48g Pekerjaan kompleks dan kategori kompleksitas yang digunakan E46, E47a, E47b, E47c, E47d, E47e, E47f Prioritas pembangunan infrastruktur di NAD E48a, E48,b, E48c, E48d, E48e, E48f, E48g Pekerjaan kompleks dan kategori kompleksitas yang digunakan E44, E45a, E45b, E45c, E45d, E45e, E45f Prioritas pembangunan infrastruktur di NAD E46a, E46b, E46c, E46d, E46e, E46f, E46g Tabel IV-14 Variabel F dan -nya MENGETAHUI KESIAPAN PIHAK TERKAIT DALAM MELAKSANAKAN REGULASI TERKAIT DENGAN UPAYA Variabel F PENINGKATAN VALUE Owner Konsultan Kontraktor 6.1 Pertanyaan 6.2 Pemahaman masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi terkait dengan pelaksanaan konstruksi F49a, F49b, F49c, F49d, F49e, F49f, F49g, F49h, F50a, F50b, F50c, F50d, F50e, F50f, F50g, F50h Tanggapan owner terhadap wewenang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik Pemahaman masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi terkait dengan pelaksanaan konstruksi F49a, F49b, F49c, F49d, F49e, F49f, F49g, F49h, F50a, F50b, F50c, F50d, F50e, F50f, F50g, F50h Tanggapan konsultan terhadap wewenang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik Pemahaman masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi terkait dengan pelaksanaan konstruksi F47a, F47b, F47c, F47d, F47e, F47f, F47g, F47h, F48a, F48b, F48c, F48d, F48e, F48f, F48g, F48h Tanggapan kontraktor terhadap wewenang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik Pertanyaan F51, F52, F53 F51 F49 Tanggapan owner terhadap pembatasan wewenang dalam Tanggapan konsultan terhadap pembatasan wewenang dalam menyusun regulasi yang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis mensyaratkan reanalisis 6.3 terhadap desain awal terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik Tanggapan kontraktor terhadap pembatasan wewenang dalam menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik Pertanyaan F54 F52 F Tingkat kepentingan variabel dari sudut pandang owner Tingkat kepentingan variabel dari sudut pandang konsultan Tingkat kepentingan variabel dari sudut pandang kontraktor desain Pertanyaan F55 F53 F51

23 94 Kaitan indikator, pertanyaan dan penjelasan setiap pertanyaan dirumuskan dengan pertimbangan sebagaimana dipaparkan pada tabel berikut: Tabel IV-15 Pertanyaan dan dasar pertimbangannya Deskripsi Pertanyaan Pertimbangan Apa gambaran yang terlintas di benak anda tatkala mendengar kata Pertanyaan ini diarahkan untuk 1.1 peningkatan value (value menyamakan persepsi antara Value sebagai dasar improvement/value added) dari suatu responden dan peneliti terkait pengambilan kebijakan proyek pembangunan fasilitas dengan value improvement. infrastruktur? 1.1 Value sebagai dasar pengambilan kebijakan 1.1 Value sebagai dasar pengambilan kebijakan 1.2 Kecenderungan pada efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi 1.3 Menghindari praktik KKN 1.3 Menghindari praktik KKN 1.3 Menghindari praktik KKN 1.3 Menghindari praktik KKN Ketika instansi anda ingin mengambil kebijakan terkait dengan proyek infrastruktur yang dilaksanakan apakah peningkatan value (value improvement/value added) dijadikan sebagai dasar pertimbangan? Jika instansi anda menjadikan value improvement sebagai dasar pengambilan kebijakan terkait dengan suatu proyek infrastruktur, bagaimana proses analisis value improvement tersebut dilaksanakan? Terkait dengan efisiensi sumber daya dalam pelaksanaan proyek, pernyataan di bawah ini manakah yang sangat mencerminkan sikap instansi anda Apakah anda memahami maksud dari pakta integritas yang tercantum dalam Keppres 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang bebas dari praktik KKN Apakah anda sepakat dengan semangat yang terkandung dalam pakta integritas yaitu untuk menghindari praktik KKN dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah? Menurut anda, apakah praktik memberi/menerima komisi/kick back/uang terima kasih pada proses pengadaan penyedia jasa masih berlangsung sampai saat ini? Jika ya, Menurut anda, apakah praktik memberi/menerima komisi/kick back/uang terima kasih pada proses proses pengadaan penyedia jasa mungkin untuk dihilangkan? Pertanyaan ini untuk memilah antara responden yang menjadikan value improvement sebagai dasar pengambilan kebijakan dan yang tidak menjadikan value improvement sebagai dasar pengambilan kebijakan Pertanyaan ini untuk menggali lebih dalam proses pelaksanaan analisis value improvement yang dilaksanakan Pertanyaan ini adalah pelengkap pertanyaan di atas guna melihat konsistensi jawaban, karena efisiensi dan value oriented seharusnya berjalan selaras Petanyaan ini menyelaraskan pemahaman peneliti dan responden terkait praktik KKN yang dimaksud Pertanyaan ini adalah inti dari indikator 1.3 yaitu melihat komitmen responden untuk menghindari praktik KKN. Diharapkan jawaban yang diberikan adalah sepakat Pertanyaan ini untuk melihat kondisi praktik KKN saat ini di NAD. Gambaran jawaban disini adalah simplifikasi mengenai praktik KKN sebenarnya Pertanyaan ini untuk melihat harapan dan keyakinan responden terhadap pemberantasan KKN di NAD

BAB VI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. VI.1. Gambaran Keberadaan Faktor-Faktor Prasyarat Penerapan VE di NAD

BAB VI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. VI.1. Gambaran Keberadaan Faktor-Faktor Prasyarat Penerapan VE di NAD VI. BAB VI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN VI.1. Gambaran Keberadaan Faktor-Faktor Prasyarat Penerapan VE di NAD Faktor-faktor prasyarat yang menjadi kajian dalam penelitian ini ada 6 faktor. Keenam faktor

Lebih terperinci

PENCAPAIAN FAKTOR-FAKTOR PRASYARAT BERDASARKAN KELOMPOK SAMPEL. 0% Konsultan Desain Kontraktor Owner KELOMPOK SAMPEL

PENCAPAIAN FAKTOR-FAKTOR PRASYARAT BERDASARKAN KELOMPOK SAMPEL. 0% Konsultan Desain Kontraktor Owner KELOMPOK SAMPEL VII. BAB VII PENUTUP VII.1. Kesimpulan Kesimpulan disusun dengan melihat korelasi antara hasil pengolahan dan analisis data dengan maksud dan tujuan penelitian. Meskipun penelitian ini telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah wilayah yang paling parah dihantam gempa bumi dan gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 lalu. Diperkirakan 2300 km

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bagian ini merupakan pembahasan mengenai pengujian sistem dimana hasil pengujian yang akan dilakukan oleh sistem nantinya akan dibandingkan dengan perhitungan secara

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006

SURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth, Para Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta Perihal: Pengadaan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 15/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN CARA PENUNJUKAN LANGSUNG NoDokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal :

PROSEDUR PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN CARA PENUNJUKAN LANGSUNG NoDokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal : 1 Tujuan Untuk menjamin bahwa pelaksanaan proses Penunjukan Langsung sesuai dengan peraturan per undang-undangan yang berlaku, harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. 2 Ruang Lingkup

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Nida Uddini Amatulloh,2014

DAFTAR ISI Nida Uddini Amatulloh,2014 DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum di- J A K A R T A. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005 Perihal : Penyelenggaraan

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: Keppres 80-2003 lihat: Perpres 32-2005::Perpres 8-2006 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan merupakan salah satu fungsi penting pada organisasi pemerintah, namun hingga saat ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Fungsi pengadaan saat

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 135 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi

BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0⁰ BT - 114,4⁰ BT dan 7,12⁰ LS - 8,48⁰ LS. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur adalah 47.800 km 2. Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan BAB IV TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENGADAAN BARANG DAN JASA MELALUI SISTEM ELEKTRONIK PADA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG Menimbang : a. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI, Menimbang : bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM Analisis merupakan kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu pokok menjadi bagian-bagian atau komponen sehingga dapat diketahui cirri atau tanda tiap bagian, kemudian hubungan satu

Lebih terperinci

Prosedur Pengadaan, Kontak Bisnis dan Pakta Integritas

Prosedur Pengadaan, Kontak Bisnis dan Pakta Integritas Prosedur Pengadaan, Kontak Bisnis dan Pakta Integritas Prosedur Pengadaan Tenaga Kerja antara lain : 1. Perencanaan Tenaga Kerja Perencanaan tenaga kerja adalah penentuan kuantitas dan kualitas tenaga

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor.02/SE/M/2007. Perihal : Penyelenggaraan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2007

SURAT EDARAN Nomor.02/SE/M/2007. Perihal : Penyelenggaraan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2007 MENTERI PEKERJAAN UMUM R E P U B L I K I N D O N E S I A Kepada Yth. Para Pejabat Eselon I di Lingkungan Departemen Umum di Jakarta SURAT EDARAN Nomor.02/SE/M/2007 Perihal : Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Lebih terperinci

LAMPIRAN DAFTAR ISI. JDIH Kementerian PUPR

LAMPIRAN DAFTAR ISI. JDIH Kementerian PUPR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 05/PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN CAPAIAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

1 of 9 21/12/ :39

1 of 9 21/12/ :39 1 of 9 21/12/2015 12:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN KELAYAKAN ATAS SEBAGIAN BIAYA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1311, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Biaya Konstruksi. Proyek Kerja Sama. Infrastruktur. Dukungan Kelayakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 UMUM Bagian ini akan menjelaskan hasil pengolahan data yang didapat melalui survey kuisioner maupun survey wawancara, beserta analisis perbandingan hasil pengolahan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.61, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5520) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Proses Enkripsi Dekripsi

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Proses Enkripsi Dekripsi BAB II DASAR TEORI Pada bagian ini akan dibahas mengenai dasar teori yang digunakan dalam pembuatan sistem yang akan dirancang dalam skripsi ini. 2.1. Enkripsi dan Dekripsi Proses menyandikan plaintext

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339 /KPTS/M/2003

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339 /KPTS/M/2003 KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339 /KPTS/M/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI OLEH INSTANSI PEMERINTAH MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH MENIMBANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 443, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Unit Layanan Pengadaan. Barang/Jasa. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan hanya satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan hanya satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan hanya satu kali dan umumnya dengan jangka waktu yang pendek (Ervianto, 2005). Proyek

Lebih terperinci

PROYEK MODERNISASI PENGADAAN

PROYEK MODERNISASI PENGADAAN PROYEK MODERNISASI PENGADAAN Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah booklet final.indd 1 booklet final.indd 2 PROYEK MODERNISASI PENGADAAN Pengantar Pemerintah Amerika Serikat melalui Millennium

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan telah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, judul yang diambil beserta alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, metode yang dipakai dalam pemecahan

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA COVER DEPAN Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government COVER DALAM Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339/KPTS/M/2003

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339/KPTS/M/2003 KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339/KPTS/M/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI OLEH INSTANSI PEMERINTAH MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH MENIMBANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

Keynote Address Dalam Seminar Perbaikan Sistem Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia. Jakarta, 23 Agustus 2006

Keynote Address Dalam Seminar Perbaikan Sistem Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia. Jakarta, 23 Agustus 2006 MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2 4, Jakarta Pusat Keynote Address Dalam Seminar Perbaikan Sistem Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia Jakarta, 23 Agustus 2006

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention)

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention) L1 Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan Arahan Strategi ( Strategic Intention) Untuk menjawab pertanyaan dibawah ini menggunakan format skor dengan skala ( 0-5 ) dan lingkari skor yang akan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG Menimbang : a. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya. Prosesnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2009... TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

2016, No Nomor 826, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (

2016, No Nomor 826, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ( No.879, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. RIA. Penggunaan.Metode. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN METODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/ km 2 )

Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/ km 2 ) H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Kalimantan Selatan terletak pada 114⁰19 13 BT - 116⁰33 28 BT dan - 1⁰21 49 LS - 4⁰10 14 LS. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH INQUIRY BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN METAKOGNITIF SISWA KELAS VII PADA MATERI KALOR

2015 PENGARUH INQUIRY BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN METAKOGNITIF SISWA KELAS VII PADA MATERI KALOR DAFTAR ISI Halaman Pernyataan... i Abstrak... ii Kata Pengantar... iv Ucapan Terima Kasih... v Daftar Isi... vii Daftar Tabel.... x Daftar Gambar... xi Daftar Lampiran... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1 Kata Pengantar Reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

Lebih terperinci

Gambar 4. 1 Tahapan pengembangan model penilaian kendala

Gambar 4. 1 Tahapan pengembangan model penilaian kendala 70 BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KENDALA DAN PETA KENDALA 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pengembangan model penilaian kendala yang akan digunakan sebagai alat untuk menilai kendala-kendala

Lebih terperinci

V. BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

V. BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA V. BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA V.1. Penyebaran Kuesioner Kuesioner disebar kepada 3 kelompok yang mewakili masyarakat jasa konstruksi di Nanggroe Aceh Darussalam, meliputi: Dinas PU Kabupaten/Kota,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007

Lebih terperinci

MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor : 339 /KPTS/M/2003

MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor : 339 /KPTS/M/2003 MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor : 339 /KPTS/M/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI OLEH INSTANSI PEMERINTAH MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1130 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o BAB II DATA - DATA PROYEK 2.1 Pengertian Proyek Pengertian Proyek adalah suatu himpunan atau kumpulan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana memiliki suatu target kuantitatif

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sejarah Value Engineering Value Engineering mulai dikembangkan sejak perang dunia kedua. Pada saat itu industri di Amerika Serikat mengalami kekurangan bahan baku untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI Nomor : Tanggal : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN NOMOR : 03/SE/IJ/2006

SURAT EDARAN NOMOR : 03/SE/IJ/2006 Jakarta, 26 Juni 2006 Kepada yang terhormat : Para Pejabat Eselon II di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen Pekerjaan Umum Perihal : Tata Cara Pemeriksaan Pemilihan Penyedia Jasa Pelaksanaan Konstruksi/

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci