Barbar Indra Haerawan, Aat Agustini, SKM (Program Studi S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Barbar Indra Haerawan, Aat Agustini, SKM (Program Studi S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka)"

Transkripsi

1 PERBEDAAN PENURUNAN INTENSITAS NYERI ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN TEKNIK MASASE KUTANEUS PADA PASIEN POST BEDAH MAYOR DI RUANG NUSA INDAH RSUD MAJALENGKA TAHUN 2012 Barbar Indra Haerawan, Aat Agustini, SKM (Program Studi S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka) ABSTRAK Nyeri post bedah mayor terjadi karena adanya luka insisi selama pembedahan. Masase kutaneus merupakan salah satu penanganan nyeri non farmakologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan penurunan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah dilakukan masase kutaneus. Jenis penelitian ini adalah quasy experiment dengan 20 responden post bedah mayor yang diambil secara purposive sampling di ruang Nusa Indah RSUD Majalengka. Desain penelitian ini adalah time series design. Intensitas nyeri diukur sebelum dan setelah dilakukan masase kutaneus menggunakan Skala Nyeri Numerik 0-10 (AHCPR). Hasil penelitian ini menunjukkan rata rata intensitas nyeri sebelum dilakukan masase kutaneus adalah 5.10 dengan sebagian besar responden mengeluh nyeri sedang (85%). Sementara sebagian kecil responden mengeluh nyeri ringan (5%) dan nyeri berat (10%). Adapun gambaran intensitas nyeri setelah intervensi adalah 70% nyeri sedang, 30% nyeri ringan dan rata rata Dari hasil perhitungan uji statistik paired t test dengan SPSS diperoleh nilai t = dan ρ value (< 0.05) maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada perbedaan penurunan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah dilakukan teknik masase kuteneus pada pasien post bedah mayor. Oleh karena itu perawat dapat mengaplikasikan masase kutaneus dalam membantu menurunkan intensitas nyeri pada pasien post bedah mayor. ABSTRACT Major surgical postoperative pain occurs because of the incision during surgery. Massage is one of the cutaneous non-pharmacological pain management. This study aims to determine wheter there are differences between the reduction in pain intensity before and after cutaneous massage. Type of this research is quasy experiment with 20 post major surgery respondents taken by purposive sampling in the Nusa Indah Majalengka hospital. The design of this study is time series design. Intensity of pain was measured before and after cutaneous massage using numerical pain scale 0-10 (AHCPR). The result showed average pain intensity prior to cutaneous massage is 5.10 with most of the respondents complained of moderate pain (85%). While a minority of respondents complained of mild pain (5%) and severe pain (10%). Intensity of pain after intervention was 70% moderate pain, 30% mild pain and average From the calculation of statistical test with SPSS paired t test obtained t value and ρ value (< 0.05) then Ho is rejected. Which is

2 means that there is a difference in pain intensity decrease between before and after a massage techniques cutaneous at patients post major surgery. Therefore, nurses can apply massage to help reduce pain intensity of post major surgery patients.

3 LATAR BELAKANG Upaya kesehatan sebagai salah satu komponen esensial dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan yakni terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya adalah kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya tersebut berupa pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan (UU RI No 36 Tahun 2009). Pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan sebagaimana tercantum dalam pasal 64 ayat (1) UU RI No 36 tahun 2009 dapat ditempuh melalui pembedahan. Pembedahan adalah segala tindakan pengobatan invasif yang umumnya dilakukan dengan membuat insisi (sayatan) terlebih dahulu, bertujuan untuk membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri dengan penutupan luka (penjahitan) (Syamsuhidayat & Wim, 2005). Insisi (sayatan) yang umum dilakukan dalam setiap pembedahan termasuk bedah mayor memicu timbulnya respon nyeri pada klien. Hal ini terjadi karena tubuh melepaskan bahan bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P (Brunner & Suddart, 2002). Nyeri akut setelah menjalani pembedahan dapat memicu timbulnya stress, frustasi dan gelisah, peningkatan laju metabolisme dan curah jantung, kerusakan respon insulin, peningkatan produksi kortisol, dan retensi cairan sehingga mengakibatkan klien mengalami gangguan tidur, cemas, tidak nafsu makan dan ekspresi tegang (Brunner & Suddart, 2002; Potter & Perry, 2006). Untuk itu dibutuhkan penatalaksanaan nyeri post bedah yang efektif dalam asuhan keperawatan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Penatalaksanaan nyeri yang efektif tidak hanya mengurangi ketidaknyamanan fisik tetapi juga dapat meningkatkan mobilisasi lebih awal dan memperpendek masa hospitalisasi sehingga dengan demikian tentunya hal ini juga akan berimplikasi terhadap berkurangnya biaya perawatan kesehatan selama hospitalisasi (Potter & Perry, 2006). Perawat dapat melakukan penatalaksanaan nyeri dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan farmakologi dan pendekatan non farmakologi (Brunner & Suddart, 2002). Pendekatan farmakologi adalah tindakan kolaboratif dengan dokter melalui pemberian obat analgetik. Sedangkan pendekatan non farmakologi berupa pemberian intervensi keperawatan secara

4 mandiri (independen) yang meliputi : stimulus dan massage kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi syaraf eliktris transkutan (TENS), distraksi, imajinasi terbimbing, hipnotis dan teknik relaksasi napas dalam (Brunner & Suddart, 2002). Masase kutaneus sebagai salah satu tindakan non farmakologi seperti tertera di atas merupakan pemberian stimulus pada kulit yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri. Prinsip kerja masase kutaneus adalah memblok transmisi stimulus nyeri dengan cara mendorong pelepasan endorphin dan mengaktifkan serabut saraf sensori A-beta. Serabut saraf sensori A-beta berukuran lebih besar dan bekerja lebih cepat, sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan A-delta yang berdiameter kecil sekaligus menutup gerbang sinap untuk transmisi impuls nyeri (Potter & Perry, 2006). Selain itu masase kutaneus juga tanpa efek samping dan tanpa perlu biaya yang relatif mahal (Hidayat & Uliyah, 2005). Keuntungan lainnya adalah tindakan ini dapat dilakukan di rumah, sehingga klien dan keluarga dapat melakukan upaya kontrol gejala nyeri dan penanganannya (Price & Wilson, 2006). RSUD Majalengka merupakan Rumah Sakit Negeri milik pemerintah kabupaten Majalengka tipe B dengan status terakhir Badan Layanan Umum (BLU) memiliki Visi Menjadi Rumah Sakit terpercaya dan pilihan utama di Kabupaten Majalengka tahun 2013 (Nurbaety, 2011). Jumlah pasien bedah umum selama tahun 2011 di RS Majalengka tercatat sebanyak 711 kasus (42,50 %) (Rekam Medik RSUD Majalengka, 2011). Jumlah ini lebih banyak bila dibandingkan dengan RS Cideres yang tercatat hanya 698 kasus (Rekam Medik RSUD Cideres, 2011). Urutan kedua adalah bedah kebidanan sebanyak 705 kasus (42,14 %), disusul bedah THT 125 kasus (7,47 %), bedah orthopedi 121 kasus (7,23 %), bedah mulut 10 kasus (0,60 %) dan terakhir bedah mata sebanyak 1 kasus (0,06 %). Berdasarkan hasil wawancara terhadap 6 orang perawat di Ruang Nusa Indah (Ruang Bedah) RSUD Majalengka pada tanggal 19 Maret 2012, semuanya mengatakan bahwa penatalaksanaan nyeri pada pasien seringnya adalah pemberian analgetik melalui kolaborasi dengan dokter. 2 orang mengatakan penatalaksanaan nyeri non farmakologi yang kadang digunakan adalah teknik relaksasi dan distraksi, 4 orang mengatakan jarang. Berdasarkan observasi pendahuluan terhadap 10 orang pasien post bedah di RSUD Majalengka, dengan menggunakan skala intensitas nyeri numerik/ Numerical Rating Scale (NRS) diperoleh data 60 % mengeluh nyeri berat dan 40 % nyeri ringan. Sedangkan ketika ditanya

5 bagaimana cara untuk mengurangi nyeri tersebut, semuanya menjawab tidak tahu. Selain itu berdasarkan hasil penelusuran penulis di RSUD Majalengka, protap ruangan untuk penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi khususnya teknik masase kutaneus belum ada. Masase kutaneus sebagai salah satu intervensi keperawatan nyeri nonfarmakologi secara teori dapat membantu menurunkan intensitas nyeri dan bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Penurunan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Masase Kutaneus pada Pasien Post Bedah Mayor di Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka Tahun METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi experimen. Rancangan penelitian yang penulis pilih adalah time series design, sama seperti rancangan pretest posttest hanya berbeda dalam pola observasi yaitu adanya pengukuran yang berulang ulang sebelum dan sesudah perlakuan (Notoatmojo, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Besar sampel minimal dalam penelitian ini mengacu pada pernyataan Sugiyono (2010) bahwa untuk penelitian eksperimen jumlah sampel antara Alat ukur NRS merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini untuk menilai perbedaan intensitas nyeri yang dirasakan oleh klien post bedah mayor antara sebelum dan sesudah dilakukan teknik masase kutaneus. Penelitian dilakukan sore hari selama tiga hari berturut turut untuk setiap responden yaitu pada hari ke dua, ke tiga dan ke empat perawatan klien. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden

6 Tabel 4.1: Distribusi frekuensi menurut usia Usia Frekuensi (n) Presentasi (%) Total Untuk karakteristik usia dari tabel di atas terlihat bahwa lebih dari setengah responden adalah dewasa madya (41 60). Kurang dari setengahnya adalah dewasa awal (21 40) dan remaja (18 20) hanya sebagian kecil responden. Tabel 4.2 : Distribusi frekuensi menurut jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Presentasi (%) Laki-laki Perempuan Total Sedangkan untuk data jenis kelamin, sebagian besar responden adalah laki-laki. Tabel 4.3 : Distribusi frekuensi menurut jenis operasi Jenis Operasi Frekuensi (n) Presentasi (%) Prostatektomi Apendiktomi Herniatomi Mastektomi ORIF Total Kurang dari setengah responden dalam penelitian ini adalah pasien post operasi apendiktomi. Untuk jenis operasi mayor lainnya yaitu prostatektomi, herniatomi, mastektomi dan ORIF hanya sebagian kecil respoden yang menjalaninya.

7 Tabel 4.4 : Distribusi frekuensi menurut pendidikan Pendidikan Frekuensi (n) Presentasi (%) SD SMP SMA Total Lebih dari setengah responden penelitian berpendidikan SD. Sedangkan sebagian kecilnya berpendidikan SMA dan SMP. Tabel 4.5 : Distribusi frekuensi menurut pekerjaan Pekerjaan Frekuensi (n) Presentasi (%) Buruh Petani Wiraswasta Pelajar Total Berdasarkan latar belakang pekerjaannya dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kurang dari setengah responden adalah buruh dan wiraswasta. Sebagian kecil responden adalah petani dan pelajar. Intensitas Nyeri Sebelum Dilakukan Teknik Masase Kutaneus Diagram 4.1. : Diagram batang intensitas nyeri sebelum dilakukan teknik masase kutaneus

8 Intensitas Nyeri Frekuensi Intensitas Nyeri Pra Eksperimen 85% 5% 10% nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Berdasarkan diagram di atas sebagian besar responden mengeluhkan nyeri sedang. Sedangkan nyeri ringan dan berat hanya dikeluhkan oleh sebagian kecil responden. Pengukuran intensitas nyeri pre test dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada hari ke dua, ke tiga dan ke empat perawatan klien post bedah mayor. Nilai rata rata pre test pada intervensi ke satu (X1) sebesar 6.50, intervensi ke dua (X2) sebesar 5.20 dan pada intervensi ke tiga (X3) sebesar Intensitas nyeri semakin menurun seiring bertambahnya intervensi / perlakuan. Gambaran hasil pengukuran masing masing pre test dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik 4.1. : Grafik intensitas nyeri sebelum dilakukan teknik masase kutaneus (pre test) X1, X2 dan X Intensitas Nyeri Pre Test Responden Pre Test X1 Pre Test X2 Pre Test X3 Dari ke tiga pre test tersebut nilai rata ratanya digabung dan dirata ratakan kembali. Nilai rata rata pre Tabel 4.6. : test secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel statistik berikut ini. Distribusi statistik intensitas nyeri pada pasien post bedah mayor sebelum dilakukan masase kutaneus Variable N Mean SD Min Max

9 Frekuensi Intensitas Nyeri Sebelum Dilakukan Masase Kutaneus Hasil penelitian menunjukkan intensitas nyeri sebelum dilakukan masase kutaneus rata rata 5.10 (nyeri sedang) dengan standar deviasi , skala nyeri terendah 3 dan tertinggi berada pada skala 7. Intensitas Nyeri Setelah Dilakukan Teknik Masase Kutaneus Diagram 4.2. : Diagram batang intensitas nyeri setelah dilakukan teknik masase kutaneus Intensitas Nyeri Post Eksperimen 70 % 30 % nyeri ringan nyeri sedang Berdasarkan diagram di atas sebagian besar responden mengeluhkan nyeri sedang dan kurang dari setengah responden mengeluhkan nyeri ringan. Pengukuran post test dilakukan sebanyak 3 kali. Nilai rata rata post test pada intervensi ke satu (X1) sebesar 5.25, intervensi ke dua (X2) sebesar 3.90 dan intervensi ke tiga (X3) sebesar Pada grafik di bawah ini terlihat intensitas nyeri semakin menurun dari intervensi ke satu sampai dengan intervensi ke tiga. Grafik 4.2. : Grafik intensitas nyeri setelah dilakukan teknik masase kutaneus (pre test) X1, X2 dan X3

10 Intensitas Nyeri Intensitas Nyeri Post Test Responden Post Test X1 Post Test X2 Post Test X3 Ke tiga nilai post test tersebut digabung dan dirata ratakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.7. : Distribusi statistik intensitas nyeri pada pasien post bedah mayor setelah dilakukan masase kutaneus Variable N Mean SD Min Max Intensitas Nyeri Setelah Dilakukan Masase Kutaneus Intensitas nyeri setelah dilakukan masase kutaneus rata rata 3.75 (berada pada skala nyeri ringan sedang) dengan standar deviasi , skala nyeri terendah 2 dan tertinggi pada skala 5. Perbedaan Penurunan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Masase Kutaneus Rata rata intensitas nyeri setelah dilakukan masase kutaneus (3.75) lebih kecil dari rata rata intensitas nyeri sebelum dilakukan masase kutaneus (5.10) seperti yang tertera dalam tabel 4.6 dan 4.7 di atas. Dengan demikian selisih atau penurunan rata rata intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah dilakukan masase kutaneus adalah sebesar Pada kondisi post test nyeri berat menjadi tidak ada, nyeri sedang berkurang sebesar 15% dan nyeri ringan bertambah 25%. Secara lebih terperinci gambaran pre test dan post test untuk masing masing intervensi (X1, X2, dan X3) dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

11 Grafik 4.3. : Grafik intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik masase kutaneus (pre test dan post test) untuk masing masing intervensi (X1, X2, dan X3) X1 Pre test X1 Post test X2 Pre test X2 Post test Berdasarkan grafik di atas terlihat penurunan intensitas nyeri antara intervensi ke satu, ke dua dan ke tiga. Semakin bertambah intervensi, intensitas nyeri juga semakin berkurang. Dari ke tiga intervensi tersebut masing masing kelompok nilai pengukuran pre test dan post X3 Pre test X3 Post test test digabung lalu dirata ratakan. Nilai rata rata post test lebih rendah dari rata rata pre test. Keduanya dapat pula dilihat pada grafik di bawah ini. Pada grafik terlihat bahwa garis berwarna biru (pre test) berada di atas garis berwarna merah (post test).

12 Intensitas Nyeri Grafik 4.4. : Grafik intensitas nyeri sebelum dan setelah dilakukan teknik masase kutaneus Responden Pre Test Post Test Tabel 4.8. : Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan masase kutaneus pada pasien post bedah mayor di ruang Nusa Indah RSUD Majalengka Variable N Beda Mean value T Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Masase Kutaneus

13 Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat bahwa dari hasil perhitungan uji paired t test dengan SPSS diperoleh nilai value sebesar (< 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa dengan taraf signifikansi sebesar 5% atau derajat kepercayaan 95% Ha diterima, yang berarti ada perbedaan penurunan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah dilakukan teknik masase kutaneus.

14 PEMBAHASAN Intensitas Nyeri Sebelum Dilakukan Teknik Masase Kutaneus Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi masase kutaneus sebagian besar responden mengeluhkan nyeri sedang. Secara objektif pada saat penelitian klien terlihat mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, serta dapat mengikuti perintah dengan baik. Sedangkan nyeri ringan dan berat hanya dikeluhkan oleh sebagian kecil responden. Melalui pengukuran menggunakan NRS (Numeric Rating Scale) 10 poin diperoleh angka yang berbeda beda dari skor 3 7. Rata rata intensitas nyeri sebelum dilakukan teknik masase kutaneus adalah Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Sri Siswati (2010) di RS H. Adam Malik diperoleh nilai rata rata pre test adalah Sedangkan penelitian Sri Adhyati (2011) yang dilakukan di wilayah Kelurahan Sidodadi diperoleh nilai rata rata pre test sebesar Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktual atau potensial (Brunner & Suddart, 2002). Nyeri post bedah termasuk ke dalam nyeri akut yang ditimbulkan oleh trauma bedah (Price & Wilson, 2006). Dari hasil pengukuran diperoleh intensitas nyeri pre test berbeda -beda antar responden dengan kisaran antara nyeri ringan sampai nyeri berat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bruner dan Suddart (2002), serta Price dan Wilson (2006) bahwa karakteristik nyeri post bedah mayor memiliki intensitas ringan sampai berat. Intensitas nyeri yang dirasakan oleh klien post bedah mayor walaupun dengan stimulus nyeri yang sama sekalipun (jenis operasi) jelas akan berbeda karena nyeri itu sendiri bersifat subjektif / individual. Hal ini terjadi karena adanya proses modulasi dan persepsi yang terjadi dalam serangkaian mekanisme terjadinya nyeri post bedah. Proses ini diawali dengan transduksi yaitu proses pengubahan rangsangan nyeri (rangsangan fisik) menjadi suatu aktifitas listrik yang diterima di ujung syaraf. Setelah itu terjadi proses transmisi (penyaluran) hasil isyarat listrik yang dihasilkan pada proses transduksi melalui syaraf A delta bermielin dari perifer ke medulla spinalis dan bermuara ke daerah somatosensorik di korteks sesrebri dimana isyarat tersebut diterjemahkan. Tahapan yang ketiga adalah proses modulasi, yaitu proses interaksi antara sistem analgetik endogen yang dihasilkan tubuh dengan isyarat nyeri yang masuk di medulla spinalis. Proses modulasi inilah yang menyebabkan persepsi nyeri menjadi sangat subjektif bagi individu dan sangat ditentukan oleh makna atau arti dari asupan nyeri. Terakhir adalah proses persepsi, yaitu hasil akhir proses interaksi yang kompleks dari proses proses sebelumnya (transduksi, transmisi, dan modulasi) yang diterjemahkan oleh daerah somatosensorik kortek serebsi. Proses penerjemahan ini menghasilkan perasaan yang subjektif sebagai persepsi nyeri (Price & Wilson, 2006). Beberapa faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping, dukungan keluarga dan sosial serta efek placebo (Brunner & Suddart, 2002; Potter & Perry, 2006; Price & Wilson, 2006). Untuk mengurangi efek dari coumfounding factor tersebut maka intervensi dilakukan lebih dari satu kali. Pada penelitian ini masase kutaneus dilakukan sebnayak tiga kali selama

15 tiga hari berturut turut. Pada intervensi ke satu (X1) rata rata pre test diperoleh nilai Sedangkan pada intervensi ke dua (X2) rata rata pre test sebesar 5.20 dan intervensi ke tiga (X3) sebesar Dari ke tiga nilai rata rata tersebut terlihat pada intervensi ke tiga, intensitas nyeri yang dirasakan oleh klien post bedah mayor semakin berkurang. Intensitas Nyeri Setelah Dilakukan Teknik Masase Kutaneus Setelah dilakukan intervensi selama 10 menit, intensitas nyeri yang dirasakan oleh klien post bedah mayor mengalami penurunan yakni nyeri sedang berkurang 15% dari presentase awal 85% menjadi 70%. Nyeri berat tidak dikeluhkan lagi oleh klien pada pengukuran post test dari presentase awal 10%. Sedangkan nyeri ringan bertambah menjadi 30% dari presentase awal 5%. Nilai rata rata intensitas nyeri post test pada intervensi ke tiga lebih kecil dibandingkan setelah intervensi ke dua dan ke satu. Rata rata post test X1 sebesar 5.25, X2 sebesar 3.90 dan X3 sebesar Dari hasil pengukuran tercatat angka terendah adalah 2 (nyeri ringan) dan tertinggi 5 (nyeri sedang). Rata rata intensitas nyeri post test dari seluruh intervensi tersebut diperoleh nilai sebesar Berbeda dengan hasil penelitian Sri Siswati (2010) diperoleh nilai rata rata intensitas nyeri post test sebesar 4.60 sedangkan hasil penelitian Sri Adhyati (2011) diperoleh nilai rata rata intensitas nyeri post test adalah Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi penurunan rata rata intensitas nyeri dari 5.10 menjadi Hal ini terjadi karena masase kutaneus sebagai salah satu bagian dari penatalaksanaan nyeri non farmakologis dapat membantu mengurangi persepsi nyeri dan ketegangan otot. Efek relaksasi yang ditimbulkan oleh masase kutaneus ini akan membuat kinerja syaraf parasimpatis lebih dominan dari simpatis. Prinsip kerja yang terjadi dalam intervensi masase kutaneus ini adalah pengendalian gerbang atau gate-control. Transmisi impuls nyeri oleh serabut syaraf A-delta dan C akan diblok melaui pengaktifan serabut syaraf A-beta yang memiliki ukuran lebih besar dan bekerja lebih cepat. Sedangkan menurut teori endorphin-enkefalin dijlaskan bahwa selain menghasilkan mediator kimia yang dapat meningkatkan sensasi nyeri (histamin, bradikinin, prostaglandin, asetilkolin, substansi P), tubuh juga memproduksi zat inhibitor yang mampu menghambat nyeri yaitu endorfin dan enkefalin, zat seperti morfin yang mampu meredakan nyeri termasuk nyeri post bedah. Endorfin dan enkefalin ini akan diproduksi salah satunya dengan perangsangan dari masase kutaneus (Potter & Perry, 2006; Price & Wilson, 2006). Perbedaan Penurunan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Masase Kutaneus Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah dilakukan teknik masase kutaneus pada klien post bedah mayor. Hal ini dibuktikan dengan uji statistic paired t test diperoleh nilai taraf signifikansi (ρ value = 0.000) < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan masase kutaneus. Dari tabel 4.8 memperlihatkan bahwa terdapat penurunan rata rata intensitas nyeri sebesar 1.35 dari rata rata intensitas nyeri sebelum intervensi (5.10) dengan rata rata intensitas nyeri (3.75) setelah intervensi. Secara teori masase kutaneus dapat mempengaruhi aktivitas saraf otonom yakni memunculkan respon relaksasi sehingga ketegangan otot berkurang dan nyeri yang dirasakanpun tentunya akan berkurang. Sedangkan menurut teori gate-control menjelaskan

16 bahwa mekanisme kerja dari masase kutaneus ini adalah mendorong pelepasan endorphin yang dapat memblok stimulus nyeri. Selain itu prinsip kerjanya juga dengan mengaktifkan serabut saraf A-beta. Serabut saraf A-beta ini berukuran lebih besar dan lebih cepat dari serabut saraf A-delta dan C. Dengan demikian maka hantaran impuls nyeri oleh serabut saraf A-delta dan C akan diblok oleh serabut saraf A-beta (Potter & Perry, 2006). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang yang dilakukan oleh Sri Siswati (2010) dengan judul penelitian (skripsi) Pengaruh masase kulit terhadap penurunan rasa nyeri pada pasien post apendiktomi di Rindu B2 RSUP H. Adam Malik Medan dan Sri Adhayati (2011) dengan judul penelitian (skripsi) Pengaruh Stimulasi Kutaneus ; slow stroke back massage terhadap intensitas nyeri pada penderita low back pain di Kelurahan Aek Geger Sidodadi, dari keduanya diperoleh nilai ρ value sebesar dengan tingkat kepercayaan 95% (ρ < 0.05) sehingga masase kutaneus terbukti efektif membantu mengurangi intensitas nyeri meskipun dengan responden, alat ukur dan uji statistik yang berbeda. Tingkat kefokusan (perhatian) responden terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Tingkat kefokusan yang meningkat menyebabkan derajat nyeri akan semakin meningkat pula. Sebaliknya melalui upaya pengalihan dalam hal ini adalah masase kutaneus menyebabkan derajat nyeri yang dirasakan oleh responden menurun (Brunner & Suddart, 2002). Selain itu gaya koping yang dimiliki individu juga mempengaruhi responden dalam mengatasi nyeri. Pola koping yang adaptif akan mempermudah indvidu dalam mengatasi nyeri dan koping yang maladaptive akan menyebabkan hal sebaliknya (Brunner & Suddart, 2002). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memacu perawat agar memberikan intervensi keperawatan masase kutaneus pada klien post bedah mayor untuk membantu mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan klien. Setelah diajari oleh perawat, klien dapat mengaplikasikannya di rumah bersama keluarga ketika sensasi nyeri dirasakan kembali. Bagi pihak Rumah Sakit hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan terkait penanganan nyeri post bedah dengan membuat protap penatalaksanaan nyeri non farmakologi masase kuaneus dan lain sebagainya. KESIMPULAN Adanya luka insisi selama pembedahan (termasuk bedah mayor) dapat menimbulkan respon nyeri pada klien. Penanganan nyeri setelah pembedahan dapat dilakukan baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Masase kutaneus sebagai salah satu cara penatalaksanaan nyeri non farmakologi dapat memunculkan respon relaksasi sehingga intensitas nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang. Berdasarkan hasil penelitian ini sebelum dilakukan masase kutaneus rata rata intesitas nyeri klien adalah 5.10 dengan sebagian besar responden mengeluhkan nyeri sedang (85%). Sedangkan sebagian kecil responden mengeluhkan nyeri berat (10%) dan nyeri ringan (5%). Setelah dilakukan masase kutaneus rata rata intensitas nyeri klien adalah 3.75 dengan

17 sebagian besar responden menyatakan nyeri sedang (70%) dan kurang dari setengah responden berada pada intensitas nyeri ringan (30%). Dari hasil uji statistik paired t test diperoleh nilai value sebesar dan nilai t value < α (0.000 < 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan masase kutaneus pada pasien post bedah mayor. Dengan demikian perawat dapat mengaplikasikan teknik masase kutaneus dalam membantu mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan klien post bedah mayor. SARAN 1. Bagi klien yang sudah diajarkan dan diberikan teknik masase kutaneus dapat mengaplikasikannya bersama keluarga di rumah ketika sensasi nyeri dirasakan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menstimulasi perawat untuk menggunakan metode masase kutaneus dalam membantu mengurangi intensitas nyeri pada klien post bedah mayor. 3. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau bahan pertimbangan bagi Rumah Sakit dalam membuat kebijakan kebijakan penanganan masalah nyeri yang dirasakan oleh klien post bedah mayor. 4. Untuk peneliti selanjutnya disarankan agar berusaha melakukan pengontrolan variabel variabel yang mempengaruhi intensitas nyeri klien dan memperhatikan faktor pemberian analgetik.

18 DAFTAR PUSTAKA Adhayati, S Pengaruh stumulasi kutaneus ; slow-stroke back massage terhadap intensitas nyeri pada penderita low back pain di Kelurahan Aek Gerger Sidodadi. Universitas Sumatera Utara Alimul Azis, H. A & Musrifatul Uliyah Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Basiran Modul Massage Olahraga. Bandung : PKO UPI Brunner & Suddart Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, (Edisi8). Alih bahasa: Andry HartonoKuncara, Elyna S. Laura Siahaan & Agung Waluyo. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. DEPKES RI Undang Undang RI No 36 Tahun Giriwijoyo, Santosa dkk Ilmu Faal Olahraga, Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga. Bandung : FPOK UPI Harjayanti, Titi Perbedaan penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada klien post bedah mayor di RSUD Tugurejo Semarang (Skripsi). Dari (diakses 10 Maret 2012). Long, C Barbara Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan). Alih bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran. Bandung: Yayasan Ikatan AlumniPendidikan Keperawatan Padjajaran. Mansjoer Arif, dkk Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Notoadmojo Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Renika Cipta. Nurbaety, S Gambaran beban kerja perawat di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Majalengka (Skripsi). Jatinangor: FK UNPAD. Nursalam Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatn Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Perry Anne Griffin, Potter Patricia A Fundamental Keperawatan, Konsep, Klinis Dan Praktek, Ed 4, Vol 2, alih bahasa: Renata Komalasari, Dian Evriyani, Enie Novieastari, Alfrina Hany dan Sari Kurnianingsih. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Price A,Sylvia & Wilson M Lorraine Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit, ( Edisi 6). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. RSUD Cideres Data Rekam Medik RSUD Cideres RSUD Majalengka Data Rekam Medik RSUD Majalengka 2011.

19 Shocker, M Pengaruh stimululus kutaneus: slow-stroke back massage terhadap intensitas nyeri osteoarthritis pada lansia di Panti Werdha Griya Asih Lawang. Dari (diakses 14 Maret 2012). Siswati, S Pengaruh masase kulit terhadap penurunan rasa nyeri pada pasien post apendiktomi di Rindu B2 RSUP H. Adam Malik Medan. Medan: Kultura Volume: 12 No. 1 September Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Bandung : ALFABETA Statistik Nonparametris. Bandung : ALFABETA. Sjamsuhidajat, R & Jong de Wim Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Tamsuri, A Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA Oleh : Diyono 1 Sriyani Mugiarsih 2 Budi Herminto 3 Abstract Background. Pain is an unpleasant sensory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal

Lebih terperinci

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK PERBEDAAN PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT DAN TEKNIK SLOW- STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA LANSIA YANG MENGALAMI PENYAKIT OSTEOARHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PUSPAKARMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio caesaera adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Angka sectio caesarea terus meningkat dari insidensi 3-4%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi gawat darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui standart tim kesehatan

Lebih terperinci

Clinical Science Session Pain

Clinical Science Session Pain Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan energi dan kekuatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI HERNIA DI RSUD WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi DIAN APRIANTO NIM : 08.0263.S

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Tresna Komalasari ABSTRAK Teknik relaksasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuat sayatan serta diakhiri dengan penutupan dan penjahitan

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN

JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ISSN 2407-7232 JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN Volume 1, No. 2, Agustus 2015 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Lingkungan Berpengaruh dengan Kejadian ISPA pada Balita Tugas Keluarga

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina Korespondensi: Lilin Turlina, d/a : STIKes Muhammadiyah

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Nurhafizah* Erniyati** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen Departemen Keperawatan Maternitas

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011 PENGARUH TEKNIK DISTRAKSI RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI PKU MUHAMMADIYAHGOMBONG Endah Estria Nurhayati 1, Herniyatun 2,Safrudin ANS 3 1,2,3Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG 2013 Armi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, Indonesia Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR Kadek Agustini Aryani RSUP Sanglah Denpasar Program

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG Skripsi ARI WIJAYANTO NIM : 11.0758.S TAUFIK NIM : 11.0787. S PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***) PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN PERAWATAN LUKA ULKUS DIABETIK SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang

Lebih terperinci

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN OLEH : NOVANA AYU DWI PRIHWIDHIARTI 010214A102 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang bersifat sangat individual dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Tamsuri (2007) mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Post operasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo,

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan adalah pelepasan dan pengeluaran produk konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses yang alami dan normal. Selama hamil seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Lebih terperinci

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk usia lanjut secara dramatis pada abad 21 nanti. Berdasarkan data proyeksi penduduk tahun 1990-2025 dari Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian mengenai pengaruh aromaterapi lavender secara inhalasi terhadap nyeri jahitan perineum pada ibu

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGINARY TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMY DI RS DR. MOEWARDI SURAKARTA

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGINARY TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMY DI RS DR. MOEWARDI SURAKARTA PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGINARY TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMY DI RS DR. MOEWARDI SURAKARTA Yuntafiur Rosida & Yuli Widyastuti STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat Penelitian dengan judul Perbedaan terapi musik dan relaksasi terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta telah dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER Dewi Rahmawati Abyu,Retno Dewi Prisusanti, AKBID Wijaya Kusuma Malang, Jln. Letjend S.Parman No.26A Malang Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang 15 Bibliography : 35 (2002-2013) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang dilakukan oleh dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan

Lebih terperinci

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN Intan Pratika M *) Abstrak Desain penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terapi intravena adalah suatu cara dari pengobatan untuk memasukan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien (Darmawan, 2008). Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan merupakan proses persalinan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut

Lebih terperinci

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN : TERDAPAT PENGARUH PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP TINGKAT NYERI PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN ANESTESI UMUM DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh: Satriyo Agung, Annisa Andriyani, Dewi

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI Rofli Marlinda *)Rosalina, S.Kp.,M.Kes **), Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns **) *) Mahasiswa PSIK

Lebih terperinci

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA PADA HARI KE 1-2

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA PADA HARI KE 1-2 PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA PADA HARI KE 1-2 Aris Dwi Cahyono Dosen Akper Pamenang Pare Kediri After Sectio Caesarea surgery has completed

Lebih terperinci

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Isa Khasani dan Nisa Amriyah Abstrak Sectio caesarea merupakan salah satu pembedahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan tindakan pengobatan dengan cara membuka atau menampilkan bagian dalam tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Dewi Winahyu. *) Dera Alfiyanti **), Achmad Solekhan ***)

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI Anas Tamsuri*, Ahmad Subadi.** *) Dosen Akper Pamenang Pare **) Perawat Magang

Lebih terperinci

Pristahayuningtyas, et al, Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Perubahan Tingkat Nyeri...

Pristahayuningtyas, et al, Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Perubahan Tingkat Nyeri... Pristahayuningtyas, et al, Pengaruh Mobilisasi terhadap Perubahan Tingkat... Pengaruh Mobilisasi terhadap Perubahan Tingkat Klien Post Operasi Apendektomi di Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten Jember

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS STIMULASI KULIT DENGAN TEKNIK KOMPRES HANGAT DAN DINGIN TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI KALA I FASE AKTIF PERSALINAN FISIOLOGIS

EFEKTIFITAS STIMULASI KULIT DENGAN TEKNIK KOMPRES HANGAT DAN DINGIN TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI KALA I FASE AKTIF PERSALINAN FISIOLOGIS EFEKTIFITAS STIMULASI KULIT DENGAN TEKNIK KOMPRES HANGAT DAN DINGIN TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI KALA I FASE AKTIF PERSALINAN FISIOLOGIS Zulfa Khusniyah 1, Hajar Dewi Rizqi 1 Prodi S1 Keperawatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I FASE AKTIF

PERBEDAAN KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I FASE AKTIF PERBEDAAN KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I FASE AKTIF Betty Purwaningtyas Akademi Kebidanan Pamenang Pare, Kediri ABSTRAK Keluhan nyeri yang merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII DI SMPN 3 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII DI SMPN 3 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII DI SMPN 3 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3 PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H.

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH Palembang Tahun 2012

Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH Palembang Tahun 2012 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 3, OKTOBER 2015:253-260 Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH Palembang Tahun 2012 Devi Mediarti,

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS 6 Arif Kurniawan*, Yunie Armiyati**, Rahayu Astuti*** ABSTRAK Kecemasan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

Kata Kunci : Intensitas nyeri, Transcutan Electric Neurogenic Stimulator (TENS), Terapi es

Kata Kunci : Intensitas nyeri, Transcutan Electric Neurogenic Stimulator (TENS), Terapi es GASTER, Vol. 7, No. Agustus (56-573) PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN STIMULASI SARAF ELEKTRIK TENS DAN TERAPI ES TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN SIMPLE FRAKTUR DIRUANG PREMEDIKASI INSTALASI BEDAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, data univariat serta bivariat 1. Gambaran

Lebih terperinci

PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN MASASE PUNGGUNG DENGAN TEKNIK EFFLUERAGE

PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN MASASE PUNGGUNG DENGAN TEKNIK EFFLUERAGE PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN MASASE PUNGGUNG DENGAN TEKNIK EFFLUERAGE DI WILAYAH PUSKESMAS SALAMAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Devida Safitri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasangan kateter merupakan tindakan keperawataan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI Sutomo Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto ABSTRAK Proses

Lebih terperinci

ARTIKEL EFEKTIFITAS HIDROTERAPI RENDAM HANGAT DALAM PENURUNAN SKALA NYERI EKSTREMITAS PADA PENDERITA ARTRITIS GOUT DI DESA SIDOMULYO

ARTIKEL EFEKTIFITAS HIDROTERAPI RENDAM HANGAT DALAM PENURUNAN SKALA NYERI EKSTREMITAS PADA PENDERITA ARTRITIS GOUT DI DESA SIDOMULYO ARTIKEL EFEKTIFITAS HIDROTERAPI RENDAM HANGAT DALAM PENURUNAN SKALA NYERI EKSTREMITAS PADA PENDERITA ARTRITIS GOUT DI DESA SIDOMULYO OLEH: NOVIAS DWITA ARTHIANI 010214B015 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH

Lebih terperinci

PENGARUH STIMULUS KUTANEUS SLOW STROKE BACK MASSAGE TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PENDERITA LOW BACK PAIN DI KELURAHAN AEK GERGER SIDODADI

PENGARUH STIMULUS KUTANEUS SLOW STROKE BACK MASSAGE TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PENDERITA LOW BACK PAIN DI KELURAHAN AEK GERGER SIDODADI PENGARUH STIMULUS KUTANEUS SLOW STROKE BACK MASSAGE TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PENDERITA LOW BACK PAIN DI KELURAHAN AEK GERGER SIDODADI SKRIPSI Oleh Sri Adhyati 091121050 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI INFORMED CONSENT TERHADAP PERUBAHAN KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENJALAN TINDAKAN OPERASI DI SMC RS TELOGOREJO

PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI INFORMED CONSENT TERHADAP PERUBAHAN KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENJALAN TINDAKAN OPERASI DI SMC RS TELOGOREJO PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI INFORMED CONSENT TERHADAP PERUBAHAN KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENJALAN TINDAKAN OPERASI DI SMC RS TELOGOREJO Anggoro Mukti *), Dita Aulia, Yuli Ratna, Zeni Zusiva **) *) Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan arus listrik. Berat

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016 PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan berada di wilayah Kota Pekalongan namun kepemilikannya adalah milik Pemerintah

Lebih terperinci

JURNAL EDUHEALTH Volume 3 Nomor 2, September 2013

JURNAL EDUHEALTH Volume 3 Nomor 2, September 2013 ISSN 2087-3271 JURNAL EDUHEALTH Volume 3 Nomor 2, September 2013 Evaluasi Pasca Revitalisasi Pelayanan Kesehatan Di Posyandu Kota Surabaya Tahun 2013 Stres Sebagai Faktor Terjadinya Peningkatan Tekanan

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI Nugrahaeni Firdausi Abstrak Permasalahan yang sering dijumpai saat ini banyak pasien mengalami kecemasan saat baru pertama kali mengalami rawat inap. Cemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan atau partus merupakan proses fisiologis terjadinya kontraksi uterus secara teratur yang menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks secara progresif. Perubahan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN NYERI NON FARMAKOLOGIS OLEH PERAWAT PADA PASIEN POST OPERATIF DI RUANG DAHLIA RUMAHSAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

PENATALAKSANAAN NYERI NON FARMAKOLOGIS OLEH PERAWAT PADA PASIEN POST OPERATIF DI RUANG DAHLIA RUMAHSAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PENATALAKSANAAN NYERI NON FARMAKOLOGIS OLEH PERAWAT PADA PASIEN POST OPERATIF DI RUANG DAHLIA RUMAHSAKIT UMUM DAERAH (RSUD) Jajuk Kusumawaty, Endrian MJW, Siti Fatonah STIKes Muhammadiyah Ciamis Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani dan pada umumnya

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI Ibrahim N. Bolla ABSTRAK Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA LANSIA DENGAN ARTRITIS REUMATOID

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA LANSIA DENGAN ARTRITIS REUMATOID PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA LANSIA DENGAN ARTRITIS REUMATOID Dina Dewi SLI 1, Setyoadi, 2, Ni Made Widastra 3 1, 2, 3 Jurusan Keperawatan, Universitas Brawijaya,

Lebih terperinci

PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN. Liva Maita STIKes Hangtuah Pekanbaru, Indonesia

PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN. Liva Maita STIKes Hangtuah Pekanbaru, Indonesia PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN Liva Maita STIKes Hangtuah Pekanbaru, Indonesia email : livamaita@gmail.com Abstract: Labor pain occurs because of the contraction, if not

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA DI SDN PANJANG WETAN IV KECAMATAN PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN 6 Asep Dwi Prasetyo ABSTRAK Faktor faktor tersebut

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG Iis Sriningsih* ), Dhani Afriani** ) *) Dosen Prodi DIV Keperawatan Semarang, Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembedahan atau operasi merupakan tindakan invasif dengan membuka bagian tubuh untuk perbaikan.pembedahan biasanya diberikan anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda

Lebih terperinci

Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban

Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban (The Influence of Cold Compress Towards Perineum Injury of Post- Partum Mothers

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENGARUH PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL PENGARUH PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Ni Made Dewi Ratnasari 1, Wahyu Ratna 2, Mohamad Judha 3 INTISARI Latar Belakang : Fraktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri itu merupakan alasan yang paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri biasanya menderita

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE Abdul Gafar, Hendri Budi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG (THE INFLUENCE OF PLAYING THERAPY AGAINST PRA SCHOOL

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Post Operasi 2.1.1 Defenisi Secara umum nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefenisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Nyeri Pasien Post Seksio Sesaria Di Rsi Sunan Kudus Kabupaten Kudus Tahun 2016

Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Nyeri Pasien Post Seksio Sesaria Di Rsi Sunan Kudus Kabupaten Kudus Tahun 2016 Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Nyeri Pasien Post Seksio Sesaria Di Rsi Sunan Kudus Kabupaten Kudus Tahun 2016 Heny Siswanti 1*, Ummi Kulsum 2* 1,2 Program Studi Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus

Lebih terperinci

PENGARUH MENDENGAR MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN PASCA OPERASI APENDISITIS

PENGARUH MENDENGAR MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN PASCA OPERASI APENDISITIS PENGARUH MENDENGAR MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN PASCA OPERASI APENDISITIS Imelda Rahmayunia Kartika e-mail: syeirha_girl@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika (Muttaqin, 2011). dapat menimbulkan komplikasi apabila dibiarkan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika (Muttaqin, 2011). dapat menimbulkan komplikasi apabila dibiarkan tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) merupakan pembesaran progresif dari kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: nyeri pinggang bawah, kompres hangat, lansia. Abstract

Abstrak. Kata kunci: nyeri pinggang bawah, kompres hangat, lansia. Abstract PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PINGGANG BAWAH (LOW BACK PAIN) PADA LANSAIA DI PANTI WREDHA PANGESTI LAWANG MALANG Tri Johan Agus Yuswanto*, Bambang Soemantri**, Anita Rahmawati

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SULISTYORINI FEBRIA AH SUMARWANTO NIM I

NASKAH PUBLIKASI SULISTYORINI FEBRIA AH SUMARWANTO NIM I NASKAH PUBLIKASI PENGARUH HIPNOTERAPI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN SKALA NYERI SEDANG-BERAT DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA POLDA KALBAR TAHUN 2015 SULISTYORINI FEBRIA

Lebih terperinci

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia. PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna

Lebih terperinci

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI Oleh : Meivita Dewi Purnamasari, S.Kep KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI Rosita Dinny Permata Sari, Tri Susilowati STIKES Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

Mila Nadi Rozako, Rusianah, Nuniek Nizmah F, Siska Yuliana Prodi S1 Keperawatan STIKES Pekajangan Pekalongan

Mila Nadi Rozako, Rusianah, Nuniek Nizmah F, Siska Yuliana Prodi S1 Keperawatan STIKES Pekajangan Pekalongan PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DENGAN TEKNIK IMAJINASI TERBIMBING TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN AL-QUR AN BUARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

Arif Saifullah, 2) Meri Oktariani, 3) Ika Subekti Wulandari

Arif Saifullah, 2) Meri Oktariani, 3) Ika Subekti Wulandari HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN PERAWAT DALAM MANAJEMEN NYERI PASIEN POST OPERASI DI BANGSAL BEDAH RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN 1) Arif Saifullah, 2) Meri Oktariani, 3) Ika Subekti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo berkedudukan di jalan Prof. Dr. H.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Diah Luki Yunita Sari J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Diah Luki Yunita Sari J PENGARUH TERAPI BERMAIN GELEMBUNG SUPER TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG ANAK RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Diah Luki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi experimen dengan rancangan penelitian one group pre test-post test

Lebih terperinci

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013 PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR DI RUANG IRNINA A BLU RSUP PROF Dr. R.D KANDOU MANADO Suhartini Nurdin Maykel Kiling Julia Rottie Program Studi Ilmu

Lebih terperinci