Adi Syahputra: Perpajakan, 2006 USU Repository 2006
|
|
- Veronika Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii 1. Pengertian Pajak Kapasitas Pajak Pengertian Tarif dan Basis Upaya Pajak (Tax-Effort) Elastisitas Pajak Beban Pengenaan Pajak Pengaruh Pengenaan Pajak Terhadap Perilaku Ekonomi Faktor Penentu Penerimaan Pajak Tolak Ujur Kinerja Penerimaan Pajak Suatu Negara Perkembangan peraturan pajak yang berlaku di Indonesia Pajak Penghasilan PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) ii
3 PERPAJAKAN 1. Pengertian Pajak Pajak merupakan iuran kepada negara yang dapat dipaksakan kepada wajib pajak. Pajak bermanfaat untuk membiayai pengeluaran pemerintah, seperti pengeluaran pembangunan, pengeluaran rutin, dan lain sebagainya. Aini (1985) menyebutkan pajak sebagai iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah. Oleh karena itu kerelaan membayar pajak, warga negara mencerminkan ikut berpartisipasi membiayai kelangsungan anggaran pemerintah dan telah membantu membiayai pembangunan yang akhirnya juga dinikmati sendiri oleh si pembayar pajak. Karta Sapoetra (1989) menyebutkan pajak adalah iuran dari rakyat/penduduk sebagai partisipasi mereka dalam mengisi kas negara guna menjamin jalannya roda pemerintahan yang baik dan lancar yang mengatur kepentingan-kepentingan masyarakat umum. Pungutan tersebut didasarkan pada Undang-undang dan pungutannya dapat dipaksakan kepada subjek pajak untuk mana tidak ada balas jasa yang langsung dapat ditunjuk. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak adalah : a. Suatu pungutan oleh negara yang dapat dipaksakan. b. Dilaksanakan berdasarkan peraturan Undang-undang. 1
4 c. Pembayarannya tidak mendapat imbalan atau kontra prestasi langsung. d. Hasil pungutan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum negara atau kepentingan Republik. Ditinjau dari segi hukum tata negara, pajak dapat dibedakan atas pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah yang dalam hal ini diselenggarakan oleh Direktorat Pajak. Pajak pusat secara garis besar dapat dibagi atas pajak langsung dan pajak tak langsung. Pajak langsung ialah pajak yang dikenakan berdasarkan atas surat ketetapan pajak dan pengenaannya dilakukan secara berkala tiap tahun. Pajak tak langsung adalah pajak yang pungutannya tidak dilakukan berdasarkan atas surat ketetapan pajak dan pengenaannya tidak dilakukan secara berkala, contoh pajak penjualan, pajak jual beli barang, dan pertambahan nilai (Suparmoko 1987). 2. Kapasitas Pajak Besarnya kapasitas pajak sangatlah bergantung pada basis pajak di suatu daerah. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat, semakin banyak pula kapasitas pajak tercermin dari PBD secara nasional dan PDRB secara regional. Adapun yang disebut dengan kapasitas pajak adalah besarnya tarif yang dikalikan dengan basis atau jumlah objek (sumber) yang dikenakan pajak. Pengenaan tarif pajak disesuaikan dengan prinsip keadilan dan daya pikul masyarakat. Sedangkan basis pajak sangat tergantung kepada kegiatan ekonomi dan peraturan pajak masing-masing daerah. 2.1 Pengertian Tarif dan Basis Setiap pembayar pajak wajib membayar pajak sebesar manfaat yang ia terima dari aktivitas pemerintah. Secara teoritis besarnya tarif didasarkan pada penghasilan dalam arti luas, yang mencakup penghasilan dari aktivitas utama dan aktivitas tambahan. Dalam prakteknya penghasilan terkena pajak adalah penghasilan bruto yang diterima dari sumber-sumber panghasilan yang dimiliki wajib pajak (Aini, 1985:2). 2
5 Mangkoesoebroto (1994) menyebutkan tarif pajak untuk penghasilan perseorangan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Tarik pajak umum ditentukan berbeda masing masing kelompok tingkat pendapatan. 2. Tarif khusus ditentukan sebesar 10 persen, yaitu berlaku untuk penghasilan sewa rumah, Capital Gains. Laba dari penjualan dan liquidasi perusahaan. Aini membagi tarif pajak ke dalam 3 jenis, yaitu : 1. Tarif tetap adalah jumlah pajak yang tidak tergantung pada nilai objek yang menjadi sasaran pajak. 2. Tarif bertingkat adalah jumlahnya tetap, tetapi tergantung pada objek pajak yang menjadi sasaran. 3. Tarif sebanding, yaitu tarif yang merupakan persentase yang tetap, dan pajak yang harus dibayar selalu akan berubah sesuai dengan jumlah yang dikenakan (Aini, 1985). Sumitro (1985) membagikan tarif pajak atas : 1. Tarif proporsional, yaitu jumlah pajak yang harus dibayar berubah menurut jumlah yang dipakai sebagai dasar. 2. Tarif progresif, yaitu persentase pengenaan semakin naik, semakin besar jumlah yang harus dikenakan pajak. 3. Tarif tetap adalah pajak yang besarnya tetap tidak tergantung pada objek yang dikenakan. 3
6 Basis pajak adalah objek dan subjek pajak badan usaha atau individu yang didasarkan pungutannya dengan Undang-undang Perpajakan, baik yang dikeluarkan oleh pusat maupun Undang-undang Perpajakan Daerah. Mangkoesoebroto (1994) mengemukakan basis pajak adalah wajib pajak yang berupa orang, atau badan yang disebut dalam Undang-undang. Misalnya pajak penghasilan suatu perseroan yang menjadi wajib pajak adalah perseroan tersebut. Dari sudut hukum pajak, suatu perseroan dianggap sebagai suatu individu, sama seperti orang, misalnya wajib pajak untuk pajak sepeda adalah pemilik sepeda. Pajak atas faktor-faktor produksi dikenakan kepada pemilik faktor produksi, seperti pemilik tanah, pemilik jasa, dan pemilik modal. Pajak atas produk dikenakan pada yang memproduksi barang tersebut. Adapun pajak yang dikenakan terhadap penjual adalah pajak penjual yang dapat dialihkan kepada konsumen. Pajak rumah tangga adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan/penggunaan barang-barang tahan lama rumah tangga, seperti pajak bumi dan bangunan. Sedangkan pajak perseroan adalah pajak dikenakan atas laba perusahaan. 2.2 Upaya Pajak (Tax-Effort) Besarnya penerimaan pajak sebagai sumber pembiayaan dalam suatu daerah sangatlah bergantung pada kemampuan pemerintah mengumpulkannya. Kemampuan tersebut harus didukung pelayanan aparat fiskus yang baik dan kesadaran masyarakat pajak. Kapasitas pajak di suatu daerah dapat dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut : Tc j = t s B j, Dimana : Tc j = Kapasitas pajak di daerah j t s = Standar tarif pajak 4
7 BBj - Basis pajak didaerah j Upaya pajak (Tax-Effort) dapat digunakan untuk menganalisis posisi fiskal suatu daerah yaitu dengan membandingkan penerimaan pajak terhadap kapasitas pajak. Dengan demikian posisi fiskal adalah sama dengan upaya pengumpulan pajak. Upaya pengumpulan pajak (Tax-Effort) dapat diperoleh melalui formula berikut : T ej = T rj /ts Bj = T rj /T cj Dimana T ej = Upaya pengumpulan pajak di daerah j T rj = Penerimaan pajak didaerah j Nilai Te yang akan diperoleh berkisar antara 0-1. Untuk menentukan fiskal di suatu daerah apakah lemah atau kuat itu tergantung pada standar yang digunakan. Secara sederhana disebutkan, bila T e mendekati 1, maka posisi fiskal dapat disebut kuat dan bila mendekati 0, posisi fiskal lemah. Suparmoko (1987) mengemukakan upaya pajak adalah jumlah pajak yang sungguh-sungguh dikumpulkan oleh kantor pajak dan dibandingkan dengan potensi pajaknya (Tax Potential) yaitu sejumlah pajak yang seharusnya mampu dikumpulkan dari pajak (Tax Base) dikalikan tarifnya. Membandingkan rasio antara pajak dan potensi pajar antar daerah disebut sebagai prestasi pajak (Tax Performance). Lebih Ianjut, untuk membandingkan prestasi pajak antar daerah digunakan index prestasi pajak ( Tax Performance Index ) yaitu perbandingan Tax Effort /Standard Rate Tax x 100. Tax Performance Index adalah rata-rata tarif pajak nasional (Pendapatan Pajak Total dari sumber pendapatan daerah di seluruh propinsi di Indonesia dibandingkan 5
8 dengan Produk Domestik Bruto) sebagai tarif pajak standar yang diproksi dengan potensi pajak. Susanti (1994) menyebutkan Tax Effort sebagai kemampuan pemerintah mengumpulkan dananya melalui pajak. Dimana Tax Effort sebagai kemampuan pemerintah mengumpulkan dananya melalui pajak. Dimana Tax-Effort merupakan rasio pajak terhadap basis pajak. Sebagai proksi (pendekatan) untuk basis pajak digunakan nilai Product Domestic Bruto (PDB). Semakin besar nilai Tax-Effort (TE), semakin besar pula kemampuan pemerintah dalam menjaring dananya melalui pajak. Devas (1986) menyatakan bahwa upaya pengumpulan pajak adalah perbandingan penerimaan pajak dibagi dengan kemampuan bayar pajak. Kemampuan bayar pajak secara keseluruhan dapat berupa Product Domestic Regional Bruto (PDRB). 2.3 Elastisitas Pajak Untuk melihat kepekaan penerimaan pajak terhadap perubahan pendapatan nasional/daerah digunakan analisis mikro ekonomi, yaitu konsep elastisitas. Konsep elastisitas fiskal berkaitan dengan konsep fleksibilitas sistem fiskal. Fleksibilitas melekat (Built-in Flexibility) merupakan salah satu hal yang penting dari aplikasi kebijakan stabilitas (Musgrave dan Musgrave, 1984). Choudhry (1975) membedakan koefisien elastisitas berdasarkan berubah tidaknya struktur fiskal yang dianalisis. Apabila struktur fiskal tetap maka koefisien elastisitas melekat (Built-in Elasticity of Tax) yang menunjukkan perubahan penerimaan pajak hanya dipengaruhi oleh perubahan PDB. Apabila struktur fiskal berubah,maka koefisien elastisitas disebut sebagai daya pendorong penerimaan pajak (Tax Buoyancy) dimana 6
9 koefisien elastisitas dipengaruhi oleh perubahan struktur pajak dan Product Domestic Bruto (PDB). Untuk menganalisis elastisitas penerimaan pajak terhadap Product Domestic Regional Bruto (PDRB), digunakan konsep koefisien elastisitas melekat (Built-in Elasticity of Tax). Dimana koefisien elastisitas dipengaruhi oleh perubahan Product Domestic Regional Bruto, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Gujarati, 1985), sebagai berikut : Ln PP jt = a + b Ln PDB t + e t * Dimana : PP jt = Penerimaan pajak PDB t = Product Domestic Bruto 2.4 Beban Pengenaan Pajak Pengenaan pajak menimbulkan 3 jenis beban, yaitu : beban pajak (Tax Burden), beban tambahan (Excess Burden), dan beban total (Total Burden). Beban pajak adalah jumlah yang harus dibayar oleh pembayar pajak yang besarnya antara lain ditentukan oleh faktor-faktor tarif dan elastisitas penawaran dan permintaannya. Selanjutnya, beban tambahan adalah kerugian inefisiensi ekonomi nasional yang timbul sebagai akibat pengenaan pajak. Beban ini sering juga disebut sebagai deadweight loss atau resource misalocation. Beban tambahan ini terjadi karena adanya perpindahan sumber daya ke arah alokasi yang kurang efisien, yaitu dari kegiatan kena pajak ke kegiatan lain yang tidak kena pajak atar dari kegiatan kena pajak dengan taxif tertentu ke kegiatan dengan tarif yang lebih rendah. 7
10 Untuk pajak langsung (Pph perseorangan) tidak terdapat beban tambahan sehingga beban yang timbul hanya berupa beban pajak. Untuk jenis pajak tidak langsung, kondisi beban pajak dan beban tambahan tergantung pada elastisitas permintaan dan penawaran dari objek pajaknya. Semakin elastis permintaan dan penawarannya, maka semakin kecil beban pajaknya dan semakin besar beban tambahannya, atau sebaliknya. 3. Pengaruh Pengenaan Pajak Terhadap Perilaku Ekonomi Dalam membahas pengaruh pengenaan pajak terhadap perilaku ekonomi, pajak dibedakan atas pajak langsung (misalnya PPh perseorangan) dan pajak tidak langsung (misalnya pajak penjualan/pajak pertambahan nilai).. PPh Perseorangan PPh pengenaan atas pendapatan dari upah/gaji, dividen, bunga obligasi, dan bunga deposito. Efek pengenaan PPh sebagai berikut : - Terhadap upah/gaji akan mempengaruhi semangat kerja. Terdapat studi bahwa bagi golongan ekonomi lemah, PPh tersebut cenderung menaikkan semangat kerja, sementara bagi golongan ekonomi kuat justru menurunkan semangat kerja. - Terhadap bungan obligasi akan menurunkan semangat untuk menanamkan modal dalam bentuk obligasi. - Terhadap deviden akan menurunkan semangat untuk membagikan deviden, dalam arti akan meningkatkan laba ditahan. - Terhadap bunga deposito akan menurunkan semangat untuk menabung. Hal itu berarti bahwa pajak ini menurunkan semangat untuk melakukan konsumsi di masa depan dan meningkatkan konsumsi sekarang. 8
11 . Pajak Penjualan/Pajak Pertambahan Nilai Pengaruh pengenaan pajak penjualan adalah menaikkan harga yang harus dibayar oleh konsumen dan atau menurunkan harga yang diterima oleh produsen. Selanjutnya hal tersebut akan berpengaruh pada pengeluaran konsumen dan pendapatan produsen, akhirnya volume transaksi perdagangan. 4. Faktor Penentu Penerimaan Perpajakan Penerimaan perpajakan ditentukan oleh faktor eksternal seperti perkembangan ekonomi makro, dan faktor internal seperti kebijakan dibidang perpajakan. Faktor ekonomi makro yang menentukan penerimaan perpajakan antara lain adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, produksi minyak internasional, dan tingkat suku bunga. Faktor Eksternal Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang merupakan persentase kenaikan PDB dalam nilai riil tahun tertentu di banding tahun sebelumnya, berpengaruh positif terhadap penerimaan perpajakan, khususnya melalui meningkatnya pendapatan masyarakat dan tingkat konsumsi. Selain meningkatkan jumlah pajak yang dibayar oleh penduduk yang telah membayar pajak, pertumbuhan ekonomi bisa menggeser posisi penduduk tertentu dari kelompok bukan pembayar pajak menjadi pembayar pajak, atau dari pembayar pajak dengan tarif tertentu ke tarif yang lebih tinggi. Tingkat Inflasi Dalam periode waktu tertentu, tingkat inflasi yang tidak terlalu tinggi berpengaruh positif terhadap penerimaan perpajakan melalui naiknya nilai nominal dari pendapatan masyarakat dan konsumsi. Akan tetapi dalam jangka yang lebih panjang, 9
12 tingkat inflasi yang terlalu tinggi bisa berpengaruh negatif terhadap penerimaan perpajakan melalui pengaruhnya terhadap kondisi ekonomi. Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar rupiah mempunyai pengaruh yang bervariasi terhadap penerimaan perpajakan. Untuk pajak yang terkait dengan valuta asing seperti PPh untuk orang asing dan PPh migas, PPN, dan PPnBM impor, bea masuk, pajak ekspor, untuk jumlah penerimaan tertentu dalam valuta asing, maka semakin lemah nilai tukar rupiah akan meningkatkan penerimaan pajak yang bersangkutan, atau sebaliknya. Di lain pihak untuk pajak yang tidak terkait dengan luar negeri, pengaruh dari melemahnya nilai tukar rupiah adalah menurunkan penerimaan perpajakan yang bersangkutan. Harga Minyak Internasional Di sisi penerimaan perpajakan, perubahan harga minyak internasional berpengaruh positif terhadap penerimaan perpajakan dari sektor pertambangan, khususnya PPh, PPN, dan PBB. Produksi Minyak Mentah Indonesia Faktor ini mempunyai pengaruh positif terhadap penerimaan perpajakan dan sektor migas, khususnya PPh, PPN, dan PBB. Tingkat Suku Bunga Secara langsung, perubahan tingkat suku bunga akan berpengaruh positif terhadap penerimaan PPh dari bunga deposito. Namun tingginya tingkat bunga dapat memiliki 10
13 pengaruh negatif terhadap ekonomi secara keseluruhan dan akhirnya bisa berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak jenis lain.. Faktor Internal Dasar Pengenaan Pajak (Tax Base) atau Objek Pajak Kondisi objek pajak ditentukan berdasarkan Undang-undang. Untuk tarif pajak tertentu, kenaikan jumlah dan nilai objek pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan pajaknya. - Tarif Pajak Pengaruh perubahan tarif pajak terhadap penerimaan perpajakan bervariasi tergantang pada kondisi tarif itu sendiri. Secara matematis pengaruh dari perubahan tarif tersebut dapat dinotasikan sebagai berikut : T = tb T = t. B+t. B Dimana : T = Jumlah penerimaan pajak B = Basis pajak T = Tarif pajak = Perubahan B =f(t) Bila t>0,maka t. B<0dan t.b>0 Bila t <0, maka t. B > 0 dan t. B < 0 11
14 Oleh karena itu, pengaruh dari perubahan tarif tergantung pada perbandingan antara besarnya (t. B) dan ( t. B). Sehubungan dengan itu, F.B Laffer (dalam Laffer Curve) mengatakan bahwa kondisi tarif pajak dibedakan menjadi 3, yaitu tarif normal, tarif maksimum, dan tarif prohibitif Tarif pajak dikatakan normal bila tarif tersebut masih relatif rendah,sehingga kenaikan tarif tersebut akan menghasilkan kenaikan penerimaan pajak, sedangkan penurunan tarif tersebut justru akan menurunkan penerimaan pajak. Secara matematis kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Bila > 0, maka t. B < t. B, sehingga penerimaan pajak naik Bila t < 0, maka t. B < t B, sehingga penerimaan pajak turun Hal itu terjadi karena pada tarif yang relatif rendah, elastisitas basis pajak terhadap tarif pajak relatif rendah, sehingga kenaikan tarif pajak akan meningkatkan penerimaan pajak. - Tarif Maksimum Tarif pajak disebut maksimum bila perubahan (kenaikan/penurunan) tarif disekitar (In The Neighborhood) tarif yang ada, tidak akan menyebabkan perubahan 12
15 penerimaan pajak, sementara perubahan tarif secara signifikan akan menurunkan penerimaan pajak. Secara matematis kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Bila t > 0, maka t. B = t. B, sehingga penerimaan pajak tetap Bila t < 0, maka t. B = t. B, sehingga penerimaan pajak tetap Hal itu terjadi karena pada tarif maksimum, elastisitas basis pajak terhadap tarif pajak mendekati nol, sehingga perubahan tarif pajak tidak berpengaruh pada penerimaan pajak. - Tarif Prohibitif Tarif pajak disebut prohibitif bila kenaikan tarif tersebut akan menimbulkan penurunan penerimaan pajak, sementara penurunan tarif justru akan menyebabkan naiknya penerimaan pajak. Secara matematis kondisi tersebut dapat dinotasikan sebagai berikut : Bila t > 0, maka t. B < t. B, sehingga penerimaan pajak turun Bila t < 0, maka t. B < t. B, sehingga penerimaan pajak turun Hal itu terjadi karena pada tarif prohibitif, elastisitas basis pajak terhadap tarif pajak relatif tinggi, sehingga pembahan tarif pajak menyebabkan turunnya penerimaan pajak. 5. Tolak Ukur Kinerja Penerimaan Perpajakan Suatu Negara Untuk mengukur kinerja pemungutan pajak di suatu negara, tolak ukur yang digunakan antara lain adalah perbandingan penerimaan pajak terhadap produk domestik bruto/pdb (Tax to GDP Ratio/Tax Ratio) dan perbandingan antara penerimaan pajak yang berhasil dipungut dengan potensi yang tersedia (Tax Coverage Ratio/Coverage Ratio). 13
16 Tax Ratio Tax Ratio dinyatakan dalam persen. Sebagai ilustrasi, tax rasio Indonesia yang dalam APBN tahun 2000 diperkirakan mencapai 13,03%, menunjukkan bahwa jumlah pajak yang dapat dipungut dari setiap Rp.100 PDB adalah sebesar Rp. 13,03. Dalam kaitan dengan tolak ukur ini, semakin tinggi tax rasio suatu negara dihipotesiskan menunjukkan semakin baiknya kinerja pemungutan pajak di suatu negara. Untuk negara-negara maju di Eropa, tax ratio ini bisa mencapai 25 sampai 30 persen. Namun demikian, tolak ukur lain juga sering digunakan untuk mengukur kinerja penerimaan pajak di suatu negara, atau terhadap jumlah belanja negara. Coverage Ratio Rasio yang menunjukkan besarnya penerimaan perpajakan yang dapat direalisir dari potensi yang tersedia.coverage ratio sebesar 60% menunjukkan bahwa jumlah penerimaan pajak yang dapat direalisir dari tiap Rp. 100 potensi pajak adalah sebesar Rp. 60. Berkaitan dengan ini, semakin tinggi coverage ratio dari suatu negara, semakin baik kinerja penerimaan perpajakan dari negara tersebut. 6. Perkembangan Peraturan Pajak Yang Berlaku Di Indonesia 6.1 Pajak Penghasilan. Dasar Hukum Perkembangan peraturan pajak yang berlaku di Indonesia terutama tentang pajak penghasilan diawali dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana yang telah dirubah dengan UU No. 7 Tahun 1991, UU N0. 10 Tahun 1994, dan UU N0. 17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan. 14
17 . Tarif PPh Tarif PPh dibedakan menurut pasal yang mengatur tentang objeknya. Sejalan dengan itu, tarif PPh adalah sebagai berikut : a.menurut pasal 17, wajib PPh dibedakan menjadi wajib pajak pribadi dan wajib pajak badan. Tarifnya masing-masing adalah sebagai berikut : Tabel 2-1 Wajib Pajak Dalam Negeri Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak S.d Rp.10 juta 15% 15% - - Di atas Rp. 10 juta s.d Rp. 50 juta 12% 12% - - Di atas Rp. 50 juta 35% 35% - - S.d Rp. 25 juta % 5% Di atas Rp. 25 juta s.d Rp. 50 juta % 10!0 Di atas Rp. 50 juta % - Di atas Rp. 50 juta s.d Rp. 100 juta % Di atas Rp.100 juta s.d Rp.200 juta % Di atas Rp. 200 juta % 15
18 Tabel 2-2 Wajib Pajak Badan Hukum dan Bentuk Usaha Tetap Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak S.d Rp.10 juta 15% 15% - - Di atas Rp. 10 juta s.d Rp. 50 juta 12% 12% - - Di atas Rp. 50 juta 35% 35% - - S.d Rp. 25 juta % 5% Di atas Rp. 25 juta s.d Rp. 50 juta % 10% Di atas Rp. 50 juta % - Di atas Rp. 50 juta s.d Rp. 100 juta % Di atas Rp.100 juta s.d Rp.200 juta % Di atas Rp. 100 juta % b. Menurut pasal 22 dan KMK No. 559/KMK.04/1994, untuk PPh atas impor : - Dengan Angka Pengenal Import (API) sebesar 2,5% dari nilai impor. - Tanpa API sebesar 7,5% dari nilai impor. - Yang tidak dikuasai 7,5% dari harga jual lelang. Selanjutnya PPh atas pembelian barang yang dibiayai APBN/APBD sebesar 1,5% dari harga pembelian. c.menurut pasal 23-15% dari jumlah bruto atas deviden, bunga, royalty, hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal % dari bruto atas bunga simpanan yang dibayarkan koperasi. - 15% dari perkiraan penghasilan netto atas sewa dan penghasilan sehubungan dengan penggunaan harta, dan imbalan sehubungan dengan jasa teknik, 16
19 manajemen, konstruksi, konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh pasal 21. d. Menurut pasal 26, untuk WP luar negeri, tarif PPh nya sebesar 20%. 6.2 PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) Kepada wajib pajak orang pribadi, diberikan pengurangan berupa penghasilan tidak kena pajak (PTKP) yang dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2-3 Perkembangan PTKP Indonesia (Ribuan Rupiah) Keterangan WP Orang pribadi Tambahan WP kawin Tambahan untuk seorang istri (Penghasilan digabung dengan penghasilan suami) Tambahan untuk tanggungan keluarga, maksimum 4 orang 17
ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran
K-13 ekonomi K e l a s XI PERPAJAKAN Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami pengertian, unsur-unsur, fungsi dan peranan, pemungutan
Lebih terperinciTINJAUAN PERENCANAAN PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN REALISASINYA D R A F T I. Oleh : Kelompok II. M. Yus Iqbal Eny Sulistiowati Ikawati Martiasih Nursanti
TINJAUAN PERENCANAAN PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN REALISASINYA D R A F T I Oleh : Kelompok II M. Yus Iqbal Eny Sulistiowati Ikawati Martiasih Nursanti BAGIAN ANALISA PENDAPATAN NEGARA DAN BELANJA NEGARA MEI
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Hukum pajak disebut juga hukum fiskal yaitu keseluruhan dari peraturanperaturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 mempunyai tujuan untuk menyelenggarakan tata kehidupan negara
Lebih terperinciOLEH: Yulazri M.Ak. CPA
OLEH: Yulazri M.Ak. CPA Pajak Penghasilan (PPh) Dasar Hukum : No. Tahun Undang-Undang 7 1983 Perubahan 7 1991 10 1994 17 2000 36 2008 SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK PENGHASILAN 1. a. Orang Pribadi b. Warisan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor migas. Pendapatan ini diperoleh dengan mengekspor migas ke luar negeri. Tetapi pada
Lebih terperinciPokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010
Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010 Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan 2008 Direktorat Jenderal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum
Lebih terperinciKelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan
Kelompok 3 Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan Pajak penghasilan, subjek, objek pajak dan objek pajak BUT Tata cara dasar pengenaan pajak Kompensasi Kerugian PTKP, Tarif pajak dan cara
Lebih terperinciPENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN PAJAK Pengertian Pajak menurut Waluyo dan Ilyas adalah sebagai berikut : Pajak adalah iuran wajib kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang kepada wajib
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1adalah kontribusi wajib kepada negara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. namun pada dasarnya pengertian pajak ini adalah sama saja.menurut Rochmat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Dasar Perpajakan 1. Definisi Dan Unsur Pajak Definisi Pajak menurut pakar ekonomi meskipin terdapat berbagai perbedaan, namun pada dasarnya pengertian pajak ini adalah sama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang cukup berpotensi untuk menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai salah satu kewajiban
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak 2.1.1 Menurut Para Ahli a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang
Lebih terperinciBAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015
BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 A. Pengertian Pajak Beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pajak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
Lebih terperinciPerbedaan GDP dan GNP
Perbedaan GDP dan GNP Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang dilakukan oleh Farnika (2013) menganalisis tentang penerimaan pajak pada Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak wajib pajak besar
Lebih terperinciRepositori STIE Ekuitas
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2015-12-22 Tinjauan Atas Penerapan Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGANGGARAN BERSIFAT MULTI-DIMENSI
KEBIJAKAN PENGANGGARAN BERSIFAT MULTI-DIMENSI Ekonomi: Penganggaran (budgeting) harus memperhitungkan kaidah ekonomi makro dan ekonomi mikro Politik: Proses penganggaran memerlukan pemahaman tentang interaksi
Lebih terperinciPAJAK PAJAK DEPARTEMEN IKK - IPB
PAJAK PAJAK . PAJAK yang dibayarkan digunakan untuk kegiatan Penyelenggaraan Negara, dan Membiayai pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung sekolah, Sarana Kesehatan (rumah sakit), sarana umum, pembangunan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)
5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciPENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG
PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 UMUM Anggaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN
Pertemuan 1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 6 P1.1 Teori Pajak Penghasilan Umum Dan Norma Perhitungan Pajak Penghasilan A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak dalam memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan Negara.Yaitu dengan melalui salah satu alat ukur yang bernama
Lebih terperinciSama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi
Apakah pajak itu? Kenapa pajak timbul dalam masyarakat? Apakah peranan pajak bagi negara? Iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra-prestasi),
Lebih terperinciPPh Pasal 26. Pengantar
PPh Pasal 26 Pengantar PPh Pasal 26 mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh wajib pajak LN (baik orang pribadi maupun badan) selain bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah mengubah aspek perilaku bisnis dan perekonomian suatu negara, terlebih dalam era globalisasi
Lebih terperinciTAX REFORM PAJAK PENGHASILAN. Fadjar Harimurti Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta
TAX REFORM PAJAK PENGHASILAN Fadjar Harimurti Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT Tax for Indonesia state function as budgeter and regulatory. The first tax function finally place
Lebih terperinciSEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA
SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA Direktorat Jenderal Pajak 07 September 2013 Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta PAJAK SEBAGAI KEWAJIBAN BAGI WARGA NEGARA Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 Segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berkaitan dengan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Pajak merupakan sumber penerimaan negara
Lebih terperinciekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran
K-13 ekonomi K e l a s XI PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep pendapatan nasional, metode penghitungan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut
Lebih terperinciA. Pengertian Laporan Keuangan
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah kesimpulan dari hasil pencatatan yang disusun secara sistematis berdasarkan standar akuntansi yang di terima umum dan menggambarkan
Lebih terperinciAntiremed Kelas 10 Ekonomi
Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pajak merupakan pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,
Lebih terperinciMeningkatkan Tax Ratio Indonesia
Meningkatkan Tax Ratio Indonesia A. Pendahuluan Penerimaan perpajakan merupakan salah satu pilar penerimaan dalam APBN, hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan melancarkan
Lebih terperinciPENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.
PENGHASILAN Oleh Iwan Sidharta, MM. Penghasilan Penghasilan Dari Kegiatan Usaha Penghasilan Sebagai Karyawan Gaji Upah Tunjangan Honor Komisi, bonus Hadiah Penghasilan Yang Merupakan Objek Pajak Penghasilan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS A. Perpajakan 1. Pengertian pajak Menurut Rochmat Soemitro seperti dikutip oleh Waluyo ( 2007 : 3 ) mengemukakan bahwa : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang
Lebih terperinciSebagai salah satu negara yang berkembang, Indonesia pasti sedang gencargencarnya. melaksanakan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat yang
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WAJIB PAJAK BESAR SETELAH PEMBERLAKUAN KENAIKAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK Novita Erawati Farnika Universitas Negeri Surabaya e-mail:
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998
BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Aturan Perbankan II.1.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah: Bank adalah bidang
Lebih terperinciPERMASALAHAN PAJAK INDONESIA. Ayu Noviani Hanum. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang. Abstrak
PERMASALAHAN PAJAK INDONESIA Ayu Noviani Hanum Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang Abstrak Pajak adalah salah satu sumber penerimaan yang sangat penting untuk pembiayaan pengeluaran negara
Lebih terperinciDASAR-DASAR PERPAJAKAN
DASAR-DASAR PERPAJAKAN DEFINISI PAJAK Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.
1 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen kebijakan fiskal dan implementasi perencanaan pembangunan setiap tahun. Strategi dan pengelolaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Adriani (2002:4) yaitu: Iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajaknya menurut peraturan-peraturan dengan
Lebih terperinciKINERJA PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN PERTIMBANGAN APBN-P 2010
KINERJA PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN PERTIMBANGAN APBN-P 2010 Latar Belakang Masalah Komponen perpajakan merupakan penyumbang terbesar pendapatan negara. Dalam tiga tahun terakhir total penerimaan perpajakan
Lebih terperinciBAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan Menurut Undang-Undang no. 28 th. 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena pajak merupakan salah sumber utama penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
Lebih terperincipajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sumber penerimaan negara yang terbesar adalah dari sektor pajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya peningkatan penerimaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Fungsi, Pembagian, dan Sistem Pemungutan Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat
Lebih terperinciTARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK. *) Diedit dari slide Bapak Rachmad Utomo
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK *) Diedit dari slide Bapak Rachmad Utomo TOPIK PembelajaraN 1. Pengertian Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak 2. Jenis-Jenis Tarif Pajak 3. Tarif Spesifik Hubungan Tarif dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan. Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, S.H yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut masyarakat umum pajak adalah iuran yang secara paksa dipungut dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut masyarakat umum pajak adalah iuran yang secara paksa dipungut dan dipotong oleh pemerintah, pemerintah pemotong dan memungut pajak dikarenakan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
Lebih terperinciPERTEMUAN KE-5 PAJAK PENGHASILAN UMUM
PERTEMUAN KE-5 PAJAK PENGHASILAN UMUM PPh adalah : Pajak dikenakan karena ada subyeknya yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan perpajakan. 1. Subjek Pajak PPh umum a. Orang
Lebih terperinciAndri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia
Andri Helmi M, SE., MM Sistem Ekonomi Indonesia Pemerintah bertugas menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan sosial budaya kesejahteraan seluruh masyarakat. Siapa itu pemerintah? Bagaimana stabilitas di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dalam struktur penerimaan Negara perpajakan masih merupakan primadona dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional pemerintahan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan Di Indonesia, pajak atas penghasilan sudah dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu. Dimulai dari dikenalkannya Paten Recht
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak Pajak menurut Soemitro (Resmi, 2016:1) merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
Lebih terperinciSOAL APBN DAN PAJAK MONETER
SOAL APBN DAN PAJAK MONETER 1. Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja Negara tahun 2005 diatur berdasarkan. a. UUD 1945 pasal 23 b. UUD 1945 pasal 33 c. UU No. 17 tahun 2003 d. UU RI No. 16 tahun 1994
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Pendapatan Pendapatan merupakan jumlah dari seluruh uang yang diterima seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Lebih terperinciDASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA
DASAR DASAR PERPAJAKAN ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA 085274738886 arumega_zarefar@yahoo.co.id PENGERTIAN PAJAK Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yaitu mensejahterakan. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yaitu mensejahterakan masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor. Pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,
Lebih terperinciKISI-KISI PENULISAN SOAL USBN. Pelaku Kegiatan Ekonomi (Konsumen dan Produsen)
Jenis Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Ekonomi Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah Soal : : 35 Essay : 5 KISI-KISI PENULISAN USBN 1. Memahami dan menguasai biaya peluang Biaya Peluang Disajikan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN
1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang telah diubah dengan Undang-Undang
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN LABA BERSIH SEBELUM DAN SESUDAH REFORMASI PAJAK PENGHASILAN BADAN TAHUN 2013 SITI SALAMA AMAR NURUL HASANAH
ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN LABA BERSIH SEBELUM DAN SESUDAH REFORMASI PAJAK PENGHASILAN BADAN TAHUN 2013 SITI SALAMA AMAR NURUL HASANAH Universitas Madura ABSTRAK Pajak Penghasilan Badan adalah Pajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999 dan UU
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa pelaksanaan Pasal 9 ayat (1) huruf b
Lebih terperinciB. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2013
EVALUASI RENDAHNYA REALISASI PENDAPATAN NEGARA TAHUN 2013 Abstrak Penerimaan Negara merupakan pemasukan yang diperoleh Negara dan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah. Penerimaan pajak memberikan
Lebih terperinciPenyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015
Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 Bidang Kebijakan Pajak dan PNBP II, Pusat Kebijakan Pendapatan Negara I. Pendahuluan Pemerintah
Lebih terperinci2
2 3 4 5 6 7 8 JAWABAN SOAL 1: a. Pajak final adalah pajak yang terutang dan dibayarkan seketika saat penghasilan diperoleh atau diterima, serta pemotongan dilakukan oleh pemberi penghasilan, atau pihak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Wilayah Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dana Perimbangan 2.1.1. Pengertian Dana Perimbangan Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah
Lebih terperinci