EVALUASI PELAKSANAAN COMMUNITY DEVELOPMENT SEBAGAI PENUNJANG PENCAPAIAN PERINGKAT HIJAU PROPER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PELAKSANAAN COMMUNITY DEVELOPMENT SEBAGAI PENUNJANG PENCAPAIAN PERINGKAT HIJAU PROPER"

Transkripsi

1 EVALUASI PELAKSANAAN COMMUNITY DEVELOPMENT SEBAGAI PENUNJANG PENCAPAIAN PERINGKAT HIJAU PROPER Desi Cahyaningtyas 1,*), Bambang Syairudin 2), Janti Gunawan 3), Dodi Ibnu Fajar 4) 1) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 3) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 4) Joint Operating Body Pertamina Petrochina Eeast Java (JOB PPEJ) ABSTRAK Community development (CD) sebagai bagian dari subyek inti corporate social responsibility (CSR) merupakan implementasi tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dimana perusahaan tersebut beroperasi. Regulasi yang mengatur mengenai pelaksanaan CD tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 05 tahun 2011 tentang program penilaian peringkat kerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup (PROPER). Peraturan tersebut menjelaskan kriteria peringkat kinerja, dimana peringkat hijau diperuntukkan bagi perusahaan yang sudah memenuhi kriteria lebih dari yang disyaratkan (beyond compliance) dan salah satu aspek penunjangnya adalah pelaksanaan CD. Penelitian ini melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan CD untuk mendapatkan metodologi dalam pelaksanaan CD yang terintegrasi dengan persyaratan di dalam regulasi. Sumber data yang digunakan adalah dokumen eksisting pelaksanaan CD di Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB PPEJ) dan data primer berupa hasil wawancara mendalam kepada stakeholder terkait. Metode yang digunakan untuk menilai efisiensi program menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Hasil analisis kondisi eksisting menunjukkan pelaksanaan CD di JOB PPEJ belum mampu memenuhi sekitar 80% kriteria penilaian dalam pencapaian peringkat hijau dalam PROPER. Sementara itu perhitungan efisiensi melalui DEA, meskipun bidang ekonomi, kesehatan dan lingkungan menunjukkan nilai yang efisien, tetapi secara keseluruhan program masih belum efisien. Penyebab dari hal tersebut diantaranya adalah adanya perbedaan pemahaman mendasar dari sisi perusahaan dan dari sisi masyarakat mengenai efisiensi itu sendiri yang dalam hal ini ditunjukkan oleh variabel input dan output, terutama pada program bidang ekonomi, pendidikan dan infrastruktur yang secara perhitungan menunjukkan nilai yang tidak efisien. Perbedaan target dan prioritas program dari kedua belah pihak menyebabkan adanya gap tersebut. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa belum adanya pemahaman bersama antar stakeholder mengakibatkan SDM yang ada belum siap melaksanakan program CD sebagaimana kriteria yang ditetapkan dalam regulasi Kata kunci: community development, CSR, PROPER, DEA PENDAHULUAN Konsep Triple Bottom Line yang dikembangkan oleh Elkington (1997) diperkenalkan untuk membuat pertumbuhan ekonomi dan daya saing perusahaan lebih berkelanjutan. Adapun 3 prinsip dasar tersebut adalah profit, people, dan planet (3P), 1

2 dimana dalam pandangannya, Elkington menyatakan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan seharusnya memperhatikan tiga prinsip dasar tersebut. Selain mengejar profit, perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat serta berkontribusi secara aktif dalam menjaga lingkungan untuk menjaga keberlanjutan suatu organisasi. Sementara itu di Indonesia, pelaksanaan CSR lebih sering dipahami sebagai upaya pengembangan masyarakat (community development) oleh perusahaan yang diperuntukkan untuk masyarakat di sekitar lokasi perusahaan menjalankan usahanya. Adapun pelaksanaan community development merupakan bagian penunjang dari penilaian kriteria Hijau program penilaian peringkat kerja perusahaan dalam pengelolaan hidup (PROPER) oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Adapun pelaksanaan CSR di Indonesia sendiri belum mempunyai aturan yang secara tegas mengatur atau memberikan panduan mengenai bagaimana seharusnya pengelolaan dalam implementasi CSR oleh perusahaan serta batasan-batasannya. Meskipun demikian sudah ada Undang-Undang yang secara umum menyampaikan mengenai kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial oleh perseroan khususnya bagi perseroan yang memanfaatkan sumber daya alam. Undang Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menjelaskan mengenai salah satu komitmen perseroan mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Peraturan tersebut dipertegas dengan adanya Peraturan Pemerintah No 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroran Terbatas. Setiap perseroan selaku subyek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan, yang selanjutnya menjadi kewajiban bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan Undang-Undang. Pelibatan dan pengembangan masyarakat (community involvement and development) merupakan salah satu subyek dari 7 subyek inti CSR berdasarkan drat ISO Namun demikian, sebagaimana disampaikan dalam kajian pustaka Yakovleva (2003) bahwa semakin dibutuhkan korporasi yang memberikan dampak positif terhadap masyarakat dan lingkungan dimana mereka beroperasi. Salah satu elemen kunci dari proses tanggung jawab sosial tersebut adalah pengembangan masyarakat dan filantropi perusahaan. Pendekatan bisnis yang umum dilakukan dalam pengembangan masyarakat adalah melaksanaan program kepada masyarakat melalui kemitraan dengan organisasi non pemerintah (LSM), kelompok masyarakat atau pendampingan oleh organisasi internasional. Berkaitan dengan hal tersebut, di Indonesia terdapat regulasi yang cukup detail mengatur salah satu subyek inti dalam CSR, yaitu pengembangan masyarakat (community development.). Regulasi tersebut adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 05 tahun 2011 tentang program penilaian peringkat kerja perusahaan dalam pengelolaan hidup (PROPER). Kriteria penilaian PROPER terdiri atas kriteria ketaatan lingkungan yang selanjutnya dalam pemeringkatan diwujudkan dalam PROPER peringkat biru, merah dan hitam, dan kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond compliance) yang dalam pemeringkatan diwujudkan dalam PROPER peringkat hijau dan emas. Kriteria ketaatan lingkungan mencakup penilaian mengenai proses pengelolaan lingkungan (pelaksanaan AMDAL, pengendalian pencemaran air/ udara/ laut, pengelolaan limbah B3). Sedangkan kriteria 2

3 beyond compliance (lebih dari yang dipersyaratkan) ini berupa pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumber daya secara efisien dan melakukan upaya tanggung jawab sosial berupa pelaksanaan community development dengan baik. Berdasarkan laporan PROPER tahun 2011/ 2012 yang dipublikasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, dalam perkembangannya jumlah perusahaan yang mengajukan diri untuk PROPER mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Perusahaan PROPER tahun 2012 mencapai perusahaan, yang terdiri dari 71 jenis industri dengan jenis industri yang paling banyak yaitu industri sawit, kegiatan eksplorasi dan produksi migas, hotel dan makanan-minuman. Selama 2 tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah perusahaan peserta PROPER secara signifikan, yakni meningkat 3 kali lipat dibandingkan periode sebelumnya. Pada penilaian akhir, terdapat 119 perusahaan memperoleh peringkat hijau dan 12 perusahaan mendapatkan peringkat emas. Hasil ini menunjukkan kenaikan yang signifikan terutama penerima peringkat emas dibandingkan pada periode tahun 2010/ 2011 yang hanya terdapat 5 perusahaan atau meningkat sekitar 140% dan terdapat kenaikan sekitar 12% untuk penerima peringkat hijau (106 perusahaan di periode 2010/ 2011). Kenaikan jumlah perusahaan yang mendapatkan peringkat beyond compliance ini menjadi salah satu indikasi terjadinya peningkatan kesadaran perusahaan dalam melaksanaan tanggung jawab sosial. Selanjutnya dalam pelaksanaan program community development di masyarakat, tantangan yang dihadapi terutama bagi penyusun program dalam mengaplikasikan rencana pengembangan kepada masyarakat adalah adanya kesalahan asumsi dari kedua belah pihak, kesulitan dalam hal komunikasi dan permasalahan-permasalahan di masa lalu yang belum terselesaikan (Voyle, 1999). Sementara itu Murcdoch dan Abram (1998) menunjukkan bahwa supaya pendekatan kemitraan berjalan dengan lancar, diperlukan batasan yang jelas antara peran masyarakat dan intervensi pemerintah. Apabila hal tersebut dapat dilakukan, maka klarifikasi atau penjelasan mengenai intervensi pemerintah dapat dicapai melalui manajemen struktur, proses dan tanggung jawab. Penelitian ini akan menganalisis lebih lanjut evaluasi pelaksanaan community development sebagai salah satu faktor penunjang dalam pencapaian peringkat hijau dalam PROPER sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 05 tahun METODA Penyelesaian penelitian ini dilakukan dengan pendekatan secara sistematis dan terkontrol, yang terdiri dari beberapa tahapan kegiatan. Adapun tahapan-tahapan kegiatan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi Awal dan Perumusan Masalah Pada tahap ini dilakukan identifikasi awal dan merumuskan masalah dalam penelitian sehingga dapat pula ditetapkan tujuan penelitian. Sebagai pendukung dalam aktivitas tersebut, dalam tahapan ini juga dilakukan kajian pustaka terhadap penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan serta melakukan observasi pada obyek penelitian untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hasil evaluasi pelaksanaan CD yang terintegrasi dengan persyaratan di dalam regulasi. 3

4 2. Penentuan Obyek Penelitian Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan CD yang dilakukan oleh JOB PPEJ di wilayah ring 1, yang terdiri dari 8 desa yang terdapat di wilayah perbatasan antara Kabupaten Tuban dan Bojonegoro. Adapun data yang digunakan sebagai obyek pengamatan adalah program CD yang telah dijalankan dalam 3 tahun terakhir, yaitu tahun 2010, 2011 dan Pengelompokan program dibagi menjadi 6 bidang, yaitu program bidang ekonomi, sosial budaya, pendidikan, kesehatan, lingkungan dan infrastruktur. Adapun masing-masing bidang tersebut memiliki berbagai program, yaitu: a) Bidang ekonomi terdiri dari program bantuan penguatan modal dan bantuan peralatan. b) Bidang sosial budaya, terdiri dari berbagai program bantuan seperti bantuan sembako, kemanusiaan, sumbangan untuk organisasi desa dan sumbangan untuk perayaan-perayaan tertentu di desa wilayah ring 1. c) Bidang pendidikan, terdiri dari program beasiswa pendidikan, fasilitas pendukung belajar mengajar dan pelatihan ketrampilan. d) Bidang kesehatan, terdiri dari bantuan peralatan medis, pengobatan gratis, pemberian makanan tambahan bagi balita dan lansia, serta bantuan obat-obatan. e) Bidang lingkungan, berupa program penanaman pohon. f) Bidang infrastruktur, berupa pembangunan gedung sekolah, renovasi gedung sekolah, infrastruktur sanitasi, air bersih, jalan dan penerangan. 3. Penentuan Variabel Penelitian dan Sumber Data Variable penelitian dan sumber data dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Variabel Penelitian dan Sumber Data Variabel Penelitian Jenis Data Sumber Data Realisasi anggaran Data sekunder Laporan tahunan pelaksanaan CD oleh JOB PPEJ Cakupan wilayah Data sekunder Laporan tahunan pelaksanaan CD oleh JOB PPEJ Keberlanjutan program Data sekunder Laporan tahunan pelaksanaan CD oleh JOB PPEJ Indeks kepuasan masyarakat Data sekunder Hasil survei PS PDPM ITS Indeks keterlibatan Data sekunder Hasil survei PS PDPM ITS masyarakat. Struktur organisasi dan Data primer Wawancara mendalam kebijakan CD dalam perusahaan Persepsi stakeholder internal tentang pelaksanaan CD Data primer Wawancara mendalam 4

5 4. Pengolahan dan Analisis Data a. Analisis Kondisi Eksisting Pelaksanaan CD Tahapan awal dalam analisis kondisi eksisting pelaksanaan CD adalah melakukan identifikasi terhadap pelaksanaan CD berdasarkan aspek penilaian untuk peringkat hijau PROPER yang tercantum dalam Permen LH no 5 tahun Adapun aspek dan kriteria penilaian tersebut ditampilkan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Aspek dan Kriteria Penilaian CD berdasarkan PermenLH No 5 tahun 2011 Aspek Penilaian Kriteria Kebijakan Community Development Struktur dan tanggung jawab Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan Implementasi program Terdapat kebijakan tertulis perusahaan mengenai CD Memiliki unit yang menangani community development Memiliki dokumen pemetaan sosial yang merupakan kondisi terbaru 3 tahun terakhir. Perusahaan dapat menunjukkan dokumen rencana strategis pengembangan masyarakat. Pelaporan dan evaluasi pelaksanaan CD dalam 3 tahun terakhir. Mampu menujukan bukti-bukti keterlibatan masyarakat dalam proses evaluasi Dapat menunjukkan bahwa perusahaan telah memiliki prosedur untuk menangani konflik dengan masyarakat. Dapat menunjukkan catatan kejadian keluhan masyarakat dan penanganannya selama dua tahun terakhir. Dapat menunjukkan bukti bahwa kejadian konflik dengan masyarakat selama dua tahun terakhir mengalami penurunan. Kesesuaian program dengan perencanaan. Memiliki publikasi yang disampaikan kepada publik/ instansi pemerintah yang relevan tentang status dan kecenderungan community development yang dikelola minimal diterbitkan 1 tahun terakhir Dapat menunjukkan bukti-bukti dana CD Adanya pengakuan berupa sertifikat dari pemerintah dan pihak lain bahwa perusahaan telah berpartisipasi dalam pembangunan daerah dalam waktu 1 tahun terakhir minimal tingkat provinsi b. Analisis Efisiensi Pelaksanaan CD Pengukuran efisiensi menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA), yaitu metodologi non parametrik pada program linier yang menghasilkan rasio komparasi tertimbang output terhadap input untuk setiap decision making unit 5

6 (DMU) atau nilai efisiensi relatif. DMU adalah unit yang akan dianalisis efisiensinya, sedangkan efisiensi relatif adalah efisiensi yang diperoleh setiap DMU dibandingkan unit lain yang dianalisis dalam satu set. Metodologi DEA dikembangkan pertama kali pada tahun 1978 oleh Charner, Cooper dan Rhodes, atau CCR, yang selanjutnya dikenal sebagai nama bentuk original dari metode DEA. Adapun dalam penelitian ini yang digunakan sebagai DMU adalah bidang CD yang dilaksanakan oleh JOB PPEJ, yang terdiri dari 6 bidang yaitu ekonomi (DMU 1), sosial budaya (DMU 2), pendidikan (DMU 3), lingkungan (DMU 4), kesehatan (DMU 5) dan infrastruktur (DMU 6). Selanjutnya variabel pada masing-masing DMU yang digunakan dalam perhitungan efisiensi melalui DEA adalah sebagai berikut: Variabel Input 1) Proporsi realisasi anggaran Nilai proporsi diperoleh dari proporsi anggaran rata-rata yang dialokasikan per tahun pada masing-masing bidang. 2) Persentase cakupan wilayah Cakupan wilayah adalah area wilayah ring 1 yang menjadi sasaran penerima program oleh JOB PPEJ yang terdiri dari 8 desa di wilayah perbatasan Kabupaten Tuban dan Bojonegoro. Persentase cakupan wilayah adalah proporsi wilayah yang mendapatkan program CD pada bidang tertentu terhadap total wilayah yang menjadi sasaran CD (wilayah ring 1). 3) Keberlanjutan program Penelitian ini menilai pelaksanaan program dalam 3 tahun terakhir, yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 sehingga dapat dilihat apakah program dijalankan secara berkelanjutan dari tahun ke tahun. Keberlanjutan program dilihat dari konsistensi kegiatan dalam 3 tahun terakhir. Nilai dalam keberlanjutan program ditunjukkan dari rentang nilai 1 sampai dengan 4, dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai keberlanjutan program semakin bagus. Variabel Output 1) Indeks kepuasan masyarakat Dihitung berdasarkan persepsi masyarakat terhadap tingkat pengetahuan masyarakat pada program yang dijalankan, kecukupan program dan manfaat program. Indeks kepuasan masyarakat ini mempunyai rentang nilai dari nilai terendah 1 sampai dengan nilai tertinggi 4, dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai maka kepuasan masyarakat juga semakin tinggi. 2) Indeks keterlibatan masyarakat Dihitung berdasarkan persepsi terhadap pelibatan masyarakat pada proses perencanaan, pelaksanaan dan monitoring CD. Indeks keterlibatan masyarakat ini untuk melihat sejauh mana pelibatan masyarakat dilaksanakan dalam program-program CD di wilayah ring 1. Indeks keterlibatan masyarakat ini mempunyai rentang nilai dari nilai terendah 1 sampai dengan nilai tertinggi 4, dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai maka keterlibatan masyarakat juga semakin tinggi. 6

7 5. Tahap Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan dari keseluruhan hasil dari langkahlangkah sebelumnya, selanjutnya memberikan saran yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian yang akan datang dan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. HASIL DAN DISKUSI Hasil dan diskusi dalam penelitian ini diperoleh dari dua tahapan dalam analisis, yakni analisis kondisi eksiting pelaksanaan CD di JOB PPEJ serta kemudian analisis efisiensi pada masing-masing bidang program yang telah dilaksanakan. 1. Analisis Kondisi Eksisting Pelaksanaan CD di JOB PPEJ Identifikasi kondisi eksisting dilakukan berdasarkan aspek penilaian dalam Permen LH No 5 tahun Identifikasi tersebut menunjukkan bahwa program CD yang dijalankan oleh JOB PPEJ selama ini belum memenuhi aspek penilaian peringkat hijau dalam PROPER. Hal ini ditunjukkan dari 5 aspek penilaian yang ada, aspek yang mampu dipenuhi hanyalah aspek kebijakan dimana JOB PPEJ dapat menunjukkan dasar kebijakan yang digunakan dalam menjalankan CD meskipun kebijakan tersebut tidak dikeluarkan oleh internal manajemen JOB PPEJ tetapi dari SKK Migas. Tabel 3. Kondisi Eksisting Pelaksanaan CD di JOB PPEJ Aspek Penilaian Kondisi Eksisting Kebijakan Kebijakan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan CD Community di JOB PPEJ adalah kebijakan dari SKK Migas berupa: Development Pedoman Tata Kerja Nomor 017/PTK/III/2005 (SK Kepala BP Migas No. Kpts-08/BP00000/2005-S1) tentang: Pedoman Pemberian Keterangan Keadaan Darurat, Pedoman Program Pengembangan Masyarakat, dan Pedoman Kehumasan Untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama di Lingkungan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Struktur dan tanggung jawab Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan JOB PPEJ tidak memiliki struktur organisasi secara tertulis dalam menjalankan program CD karena selama ini program dijalankan oleh bagian kehumasan sehingga sering terjadi overlapping pekerjaan. Proses perencanaan CD tidak diawali dengan proses pemetaan sosial karena hal tersebut belum dimiliki oleh JOB PPEJ. Kegiatan pemetaan sosial baru dimulai pada tahun 2012 setelah manajemen berkomitmen untuk meningkatkan peringkat dalam PROPER menjadi hijau. Demikian pula mengenai perencanaan strategis juga tidak dimiliki karena perencanaan program selama ini berdasarkan proposal mengajuan di masyarakat pada setiap tahunnya. Dokumen evaluasi dan pelaporan miliki hanyalah laporan kegiatan berupa daftar kegiatan yang sudah dilakukan dan 7

8 Implementasi Program laporan realisasi anggaran. Tidak ada pelaporan secara sistematis yang menunjukkan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program CD yang telah dilakukan berdasarkan indikator tertentu termasuk juga tidak terdapat dokumen yang memuat keluhan dan penyelesaian konflik dengan masyarakat. Adapun bukti keterlibatan masyarakat ditunjukkan melalui foto-foto kegiatan. Tidak terdapat dokumen tertulis yang memuat mengenai kesesuaian program dengan perencanaan. Selain itu juga tidak dapat menunjukkan bukti-bukti publikasi kegiatan CD dan juga pengakuan/ penghargaan dari instansi pemerintah. Sumber: observasi dan wawancara mendalam, Analisis Efisiensi CD di JOB PPEJ Variabel penelitian yang digunakan sebagai input dalam analisis efisiensi adalah proporsi anggaran pada setiap bidang, persentase cakupan wilayah dan keberlanjutan program yang ditunjukkan dari nilai konsistensi program dalam 3 tahun terakhir. Secara rata-rata proporsi realisasi anggaran sebesar 16,67% dengan rentang nilai minimum dan maksimum cukup tinggi, ditunjukkan dengan nilai standar deviasi sebesar 20,1%. Sementara itu mengenai cakupan wilayah, secara rata-rata program CD mencakup 70,17% wilayah ring 1. Adapun untuk kosistensi program dari tahun ke tahun memiliki indeks yang cukup bagus yaitu sebesar 3,18 (dari nilai maksimum 4) dengan standar deviasi sebesar 0,71 yang menunjukkan keragaman dari rentang nilai minimum dan maksimum. Karakteristik dari variabel input dan output ditunjukkan secara deskriptif pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Karakteristik Input dan Output Variabel Penelitian Variabel Rata-rata Std. Deviasi Minimum Maksimum Input: Proporsi Realisasi Anggaran % Cakupan wilayah Konsistensi program dalam 3 tahun Output: Kepuasan masyarakat Keterlibatan masyarakat Tabel 4 di atas juga menunjukkan karakteristik variabel output yang ditunjukkan oleh indeks kepuasan masyarakat dan indeks keterlibatan masyarkat, dimana rata-rata indeks kepuasan masyarakat sebesar 2,40 dengan standar deviasi yang relatif kecil yaitu sebesar 0,23 yang menunjukkan rentang nilai minimum dan maksimum tidak terlalu besar. Hal yang hampir sama terdapat pula pada karakteristik variabel indeks keterlibatan masyarakat, nilai rata-rata indeks relative lebih rendah dengan nilai standar 8

9 deviasi sebesar 0,49 dan rentang nilai antara 1 sampai dengan 2,33 dimana dibandingkan dengan nilai maksimum (4) nilai indeks tersebut masih relatif rendah. Selanjutnya hasil analisis DEA CCR menginformasikan bahwa diantara terdapat 3 DMUs yang dapat dikatakan efisien karena memiliki nilai efisiensi sebesar 1, yaitu DMUs ke-2, DMUs ke-4 dan DMUs ke-5. Hal ini menunjukkan bahwa sejumlah input yang ada mampu mengakomodir output maksimal yang mampu dihasilkan. Hasil analisis DEA CCR juga menginformasikan bahwa nilai efisiensi pada DMU lainnya masih berkisar pada nilai 0,8 sehingga secara keseluruhan setiap DMUs belum dapat dikatakan efisien. Hasil perhitungan nilai efisiensi DEA CCR pada setiap DMUs ditunjukkan pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Nilai Efisiensi DEA CCR setiap DMUs DMUs Input Output Efisiensi Proporsi Cakupan Konsistensi Kepuasan Keterlibatan CCR Anggaran Wilayah Program Masyarakat Masyarakat Analisis lebih lanjut secara kualitatif memberikan informasi lebih detail mengenai efisiensi pelaksanaan program CD di JOB PPEJ tersebut. Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa secara umum pelaksanaan CD di JOB PPEJ belum dapat dikatakan telah efisien karena terdapat beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan terutama dalam tujuannya untuk mencapai peringkat hijau dalam PROPER. Hasil analisis kondisi eksisting menunjukkan bahwa sebagian besar aspek penilaian (lebih dari 80%) tidak mampu dipenuhi sementara itu perhitungan efisiensi belum menunjukkan bahwa program telah berjalan secara efisien. Penggalian data secara kualitatif hasil observasi memberikan informasi mengenai hal-hal yang diindikasikan menjadi penyebab dari berbagai permasalahan tersebut, diantaranya adalah adanya gap pemahaman baik di dalam stakeholder internal sendiri maupun antara stakeholder internal dan eksternal mengenai bagaimana seharusnya program CD dijalankan. Kaitannya dalam aspek penilaian untuk mencapai peringkat hijau PROPER, perlu dilakukan sosialisasi mengenai kriteria-kriteria penilaian yang digunakan untuk mempersiapkan SDM dalam menjalankan program CD. Perbaikan sistem manajemen sangat diperlukan karena JOB PPEJ belum memiliki struktur organisasi dan pembagian peran serta tanggung jawab secara jelas dan tertulis. Sementara itu mengenai efisiensi program sendiri, meskipun bidang ekonomi, kesehatan dan lingkungan menunjukkan nilai yang efisien, tetapi secara keseluruhan program masih belum efisien. Penyebab dari hal tersebut diantaranya adalah adanya perbedaan pemahaman mendasar dari sisi perusahaan dengan masyarakat mengenai efisiensi itu sendiri yang dalam hal ini ditunjukkan oleh variabel input dan output. Dari sisi perusahaan, dengan input adanya anggaran, cakupan wilayah yang maksimal serta program yang dilaksanakan secara konsisten dari tahun ke tahun diharapkan memberikan kepuasan bagi masyarakat, meskipun dalam pelaksanaannya dinilai kurang 9

10 melibatkan masyarakat karena dibeberapa pelaksanaan program justru melibatkan pihak ketiga, misalnya pada proses pembangunan infrastruktur. Perusahaan menilai bahwa keterlibatan kontraktor akan membuat proses menjadi lebih cepat dan efektif, sementara itu bagi masyarakat keterlibatan sebanyak-banyaknya masyarakat adalah hal yang lebih baik. Perbedaan pemahaman tersebut mempengaruhi kepuasan masyarakat yang akhirnya mempengaruhi persepsi mereka, yang dalam hal ini menjadi output dari program yang telah dijalankan. Hal yang sama juga terjadi pada bidang lainnya, terutama bidang-bidang yang secara perhitungan menunjukkan nilai yang tidak efisien, yaitu di bidang ekonomi dan pendidikan. Persoalan utama dalam adanya gap tersebut adalah tidak adanya perencanaan yang melibatkan stakeholder yang ada dan belum adanya prioritasi yang program didasarkan dengan kondisi eksisting masyarakat yang seharusnya dapat dilihat dari hasil pemetaan sosial. KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini diantaranya: Program CD di JOB PPEJ yang dijalankan selama ini belum mampu memenuhi kriteria penilaian dalam Permen LH No 5 tahun Analisis kondisi eksisting pelaksanaan program CD menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 80% kriteria penilaian dalam pencapaian hijau PROPER yang belum dapat dipenuhi oleh JOB PPEJ. Hanya ada 1 kriteria penilaian yang relatif mampu dipenuhi, yakni adanya kebijakan yang menjadi dasar pelaksanaan proper, yaitu melalui PTK-017 yang diterbitkan oleh SKK Migas dan dalam hal ini JOB PPEJ belum mempunyai kebijakan secara internal untuk menjalankan CD. Hal mendasar lainnya adalah belum adanya struktur organisasi dan pembagian peran serta tanggung jawab yang jelas bagi SDM yang mengelola CD sehingga terjadi tumpang tindih pekerjaan dengan kehumasan sebagai bidang yang saat ini menjadi pengelola CD di JOB PPEJ. Secara umum program CD yang dilaksanakan belum dapat dikatakan efisien, hal ini ditunjukkan oleh perhitungan efisiensi melalui DEA CCR. Meskipun bidang ekonomi, kesehatan dan lingkungan menunjukkan nilai yang efisien, tetapi secara keseluruhan program masih belum efisien. Penyebab dari hal tersebut diantaranya adalah adanya perbedaan pemahaman mendasar dari sisi perusahaan dengan masyarakat mengenai efisiensi itu sendiri yang dalam hal ini ditunjukkan oleh variabel input dan output, terutama pada program bidang ekonomi, pendidikan dan infrastruktur yang secara perhitungan menunjukkan nilai yang tidak efisien. Hasil analisis kualitatif menunjukkan adanya gap pemahaman antar stakeholder mengakibakan SDM yang ada belum siap melaksanakan program CD sebagaimana kriteria yang ditetapkan dalam regulasi. Persoalan utama dalam adanya gap tersebut adalah tidak adanya perencanaan yang melibatkan stakeholder yang ada dan belum adanya prioritasi yang program didasarkan dengan kondisi eksisting masyarakat yang seharusnya dapat dilihat dari hasil pemetaan social. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlunya sistem manajemen terpadu, yang merupakan sistem manajemen yang terintegrasi dalam mengelola suatu proses untuk mencapai tujuan suatu organisasi, dalam menjalankan program CD atau pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat sebagai sebuah proses dimana masyarakat sebagai satu kesatuan dengan pemerintah dan perusahaan mempunyai komitmen bersama untuk mengembangkan potensi sumber daya masyarakat lokal 10

11 dalam berbagai aspek kemudian mengintegrasikan di dalam kehidupan dan berperan dalam keberlanjutan pembangunan. DAFTAR PUSTAKA Cavaye, J. (2007). Understanding Community Development. Cavaye Community Development. de Colle, S., Gonella, C. (2003). Corporate Social Responsibility: the need for an integrated management framework. International Journal of Business Performance Management 5: Elkington, J. (2007). Cannibals with Fork: The Triple Bottom Line of 21 st Century Business. Capstone: Oxford. Lee, K., Saen, R. (2012). Measuring corporate sustainability management: A data envelopment analysis approach. International J. Production Economics 140: Nkonya, E., Phillip, D., Mogues, T., Pender, J., Kato, E. (2012). Impact of Community-driven Development Program on Income and Asset Acquisition in Africa: the case of Nigeria. World Development Vol. 40, No. 9, pp Partovi, F. (2010). Corporate philanthropic selection using data envelopment analysis. Omega 59: Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkugan Hidup. Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan Peraturan Pemerintah No 47 tahun 2012 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Rahman, N., Efendi., A., Wicaksana, E. (2011). Corporate Social Responsibility. Penebar Swadaya: Jakarta. Undang-Undang No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Voyle, J. A., Simmons, D. (1999). Community development through partnership promoting health in an urban indigeneous community in New Zealand. Social Science & Medicine 49: 1035±1050 Yakovleva, N., Alabaster, T. (2003) Tri-sector partnership for community development in mining: a case study of the SAPI Foundation and Target Fund in the Republic of Sakha (Yakutia). Resources Policy 29:

PERANCANGAN METODOLOGI PELAKSANAAN PROGRAM COMMUNITY DEVELOPMENT DALAM SISTEM MANAJEMEN TERPADU SEBAGAI PENUNJANG PENCAPAIAN PERINGKAT HIJAU PROPER

PERANCANGAN METODOLOGI PELAKSANAAN PROGRAM COMMUNITY DEVELOPMENT DALAM SISTEM MANAJEMEN TERPADU SEBAGAI PENUNJANG PENCAPAIAN PERINGKAT HIJAU PROPER PERANCANGAN METODOLOGI PELAKSANAAN PROGRAM COMMUNITY DEVELOPMENT DALAM SISTEM MANAJEMEN TERPADU SEBAGAI PENUNJANG PENCAPAIAN PERINGKAT HIJAU PROPER Desi Cahyaningtyas 2511 205 702 Dosen Pembimbing: Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bisnis saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk mampu memiliki langkahlangkah inovatif yang mampu memberi daya saing dengan kompetitor. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sering dikaitkan dengan perkembangan ekonomi dalam suatu negara (Riyadi dan Bratakusumah, 2005). Tetapi pembangunan yang hanya berorientasi pada ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai suatu konsep UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai suatu konsep UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai suatu konsep bahwa organisasi, memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham,

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility PPMJ

Corporate Social Responsibility PPMJ Corporate Social Responsibility PPMJ Latar Belakang Rangkaian Tragedi Lingkungan dan Kemanusiaan : Minamata (Jepang), Bhopal (India), Chernobhyl (Uni soviet), Shell (Nigeria), Grasberg (Indonesia), Ok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan suatu wacana yang sedang mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Wacana CSR tersebut digunakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Pengertian CSR Definisi Corporate Social Responsibility yang biasanya disingkat CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu pembangunan berkelanjutan hanya akan dapat dicapai melalui sinerginya tiga faktor utama; profit, people dan planet. Dengan kata lain, keuntungan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PPM) PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI ESDM NO 41 TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Meski bukan lagi menjadi isu baru, CSR dapat menjembatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan. Perusahaan saat ini menyadari bahwa stakeholders (pemangku

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan. Perusahaan saat ini menyadari bahwa stakeholders (pemangku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dengan tata kelola yang baik saat ini menjadi suatu acuan bagi Perusahaan. Perusahaan saat ini menyadari bahwa stakeholders (pemangku kepentingan)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) EKSPLOITASI MINYAK BUMI

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) EKSPLOITASI MINYAK BUMI PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) EKSPLOITASI MINYAK BUMI (Studi di Joint Operating Body Pertamina - Petrochina East Java di Kabupaten Bojonegoro) PENULISAN HUKUM Oleh: AGUS MULYADI 201010110311160

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi adalah sesuatu hal yang pasti. Perkembangan teknologi semakin lama semakin berkembang dengan pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dilakukan oleh suatu perusahaan harus tepat sasaran karena jumlah anggaran dana

BAB V PENUTUP. dilakukan oleh suatu perusahaan harus tepat sasaran karena jumlah anggaran dana BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Latar belakang penelitian ini yang pertama adalah, kegiatan CSR yang dilakukan oleh suatu perusahaan harus tepat sasaran karena jumlah anggaran dana yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikontrol dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya.

BAB I PENDAHULUAN. dikontrol dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, kesadaran suatu perusahaan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial sudah semakin membaik. Keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari lingkungan

Lebih terperinci

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (0) ISSN: 0-97 Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Reza P. Adhi, Eko Budi Santoso Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin ketatnya persaingan dalam bisnis usaha di Indonesia mendorong banyak perusahaan untuk lebih berpikir ke depan guna menjalankan strategi yang terbaik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil tambang batubara. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki keanekaragaman dalam hal adat istiadat, bahasa, kepercayaan, norma, dan nilai budaya lainnya. Tidak hanya dalam hal budaya,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan perusahaan yang pesat. Perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang bertujuan antara lain tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

Jakarta, 26 September 2017

Jakarta, 26 September 2017 Oleh: Krisdyatmiko Ketua Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan FISIPOL - UGM Jakarta, 26 September 2017 Mengapa Perusahaan Perlu Melaksanakan CSR? Dari Single ke Triple Bottom Line Mainstreaming

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya disebut CSR sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam pembangunan nasional. Pembangunan merupakan suatu usaha yang terencana untuk menciptakan kondisi

Lebih terperinci

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (0) ISSN: 7-59 (0-97 Print) C-8 Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Reza P. Adhi dan Eko Budi Santoso Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

KRITERIA COMMUNITY DEVELOPMENT

KRITERIA COMMUNITY DEVELOPMENT KRITERIA COMMUNITY DEVELOPMENT COMMUNITY DEVELOPMENT Kebijakan Community Development 1. Terdapat kebijakan tertulis mengenai pengembangan masyarakat di unit yang dinilai (2) 2. Terdapat sistem tata kelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu atau lebih unit-unit usaha yang disebut pabrik. Perusahaan merupakan suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi adalah badan kerjasama operasi yang dibentuk berdasarkan Production Sharing Contract antara perusahaan PT. Pertamina Hulu Energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

Laporan Evaluasi Program

Laporan Evaluasi Program PERTAMINA Laporan Evaluasi Program dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Program Community Development PT. PERTAMINA (PERSERO) Terminal BBM Boyolali 2017 EXECUTIVE SUMMARY Corporate Social Responsibility

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan beasiswa bagi pelajar atau pekerja yang berprestasi, disebabkan oleh aktifitas dari kegiatan produksi perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan beasiswa bagi pelajar atau pekerja yang berprestasi, disebabkan oleh aktifitas dari kegiatan produksi perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, perusahaan merupakan lembaga yang paling berpengaruh dan yang paling diharapkan bagi masyarakat luas seperti memberikan lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan pasti memiliki tujuan sosial, ekonomis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan pasti memiliki tujuan sosial, ekonomis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdirinya sebuah perusahaan pasti memiliki tujuan sosial, ekonomis dan jangka panjang. Tujuan sosial lebih mengarah ke tujuan sebuah perusahaan dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan dan penguatan ekonomi kerakyatan. Program pembangunan yang demikian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), belakangan ini patut untuk dirayakan. Corporate Social Responsibility (CSR) memang sedang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya persaingan yang kompetitif di pasar saat ini, tidaklah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya persaingan yang kompetitif di pasar saat ini, tidaklah dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dengan adanya persaingan yang kompetitif di pasar saat ini, tidaklah dapat diterima bila sebuah bisnis hanya mementingkan untuk kebutuhannya sendiri agar mendapatkan

Lebih terperinci

BUKTI MELAKUKAN PENELITIAN...

BUKTI MELAKUKAN PENELITIAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN BUKTI MELAKUKAN PENELITIAN... v HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi bagi negara. Seiring bertambahnya pembangunan perusahaan, sumbersumber

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi bagi negara. Seiring bertambahnya pembangunan perusahaan, sumbersumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan sektor industri di Indonesia memberikan sumbangan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi bagi negara. Seiring bertambahnya pembangunan perusahaan, sumbersumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang direkomendasikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara mempunyai tanggung jawab dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara mempunyai tanggung jawab dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung jawab pemerintah saja. Setiap warga negara mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari kegiatan atau tindakan ekonomi perusahaan. Kegiatan produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari kegiatan atau tindakan ekonomi perusahaan. Kegiatan produksi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan bisnis tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992

BAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini persoalan lingkungan sudah menjadi persoalan yang menarik dan menjadi isu sentral bagi negara-negara di dunia. Semenjak tahun 1980-1990, wacana CSR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi di bidang keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam periode waktu tertentu yang dapat dilihat melalui laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan sekarang ini, perusahaan tidak lagi berhadapan pada tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungkapan informasi oleh perusahaan merupakan hal yang penting khususnya bagi para investor. Pengungkapan informasi tersebut disajikan perusahaan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan

Lebih terperinci

STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA. Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P

STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA. Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P 4108100055 IKHTISAR Menjadikan galangan kapal menjadi industri yang mampu menerapkan konsep industri hijau.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (corporate social responsibility) dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang

PENDAHULUAN. (corporate social responsibility) dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Satu terobosan besar perkembangan gema tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita pikirkan bersama mengingat dampak yang buruk dari pengelolaan lingkungan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya kegiatan operasional dan berkumpulnya semua faktor pendukung kegiatan operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tanggung jawab bukan hanya kepada pemegang saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga kepada lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berjalannya kegiatan usaha dari perusahaan di suatu negara akan melibatkan pihak-pihak atau lingkungan sekitarnya sebagai penunjang bergeraknya kegiatan bisnis

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Konseptualisasi CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-1 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat

Lebih terperinci

mengalami penurunan kondisi sosial (Anggraini, 2006).

mengalami penurunan kondisi sosial (Anggraini, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai dengan donimasi mesin sebagai alat produksi. Revolusi ini melahirkan industri dan kapitalisme

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam minyak dan gas bumi (MIGAS) adalah sumber daya tidak

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam minyak dan gas bumi (MIGAS) adalah sumber daya tidak 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam minyak dan gas bumi (MIGAS) adalah sumber daya tidak terbarukan (unrenewable resources), dalam pengelolaannya dibutuhkan kehati-hatian dan ketelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Melalui CSR perusahaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Melalui CSR perusahaan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang CSR (Corporate Social Responsibility) saat ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat umum, sebagai respon perusahaan terhadap lingkungan masyarakat. CSR berkaitan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PENGGUNAAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) SEBAGAI EVALUASI KEAMANAN INFORMASI PADA PT.PLN DISTRIBUSI JATIM Roodhin Firmana; Bekti Cahyo Hidayanto, S.Si,

Lebih terperinci

PROPER : PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PROPER : PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN PROPER : PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN Pendahuluan Penilaian Peringkat Kinerja Penaatan dalam Pengelolaan Lingkungan mulai dikembangkan oleh Kementerian Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam laporan tahunan perusahaan (annual report). Informasi tambahan itu dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam laporan tahunan perusahaan (annual report). Informasi tambahan itu dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, sektor bisnis juga semakin berkembang. Tetapi, sebagian besar perusahaan di Indonesia masih fokus untuk mengungkapkan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung jawab pemerintah saja. Setiap warga negara mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan BAB I PENDAHULUAN 14. Latar Belakang Masalah Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengeruk keuntungan semata. Kontribusinya terhadap komunitas hanya

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengeruk keuntungan semata. Kontribusinya terhadap komunitas hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Revolusi industri pada dekade 19-an, telah mengakibatkan adanya ledakan industri. Di era itu, perusahaan memandang dirinya sebagai organisasi yang bertujuan mengeruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang mengelola sumber daya alam dan lingkungan, maka konsep

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang mengelola sumber daya alam dan lingkungan, maka konsep BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya kesadaran dan munculnya berbagai tuntutan terhadap perusahaan yang mengelola sumber daya alam dan lingkungan, maka konsep tanggung jawab

Lebih terperinci

SOSIALISASI MEKANISME PENILAIAN MANDIRI PROPER SEKRETARIAT PROPER KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

SOSIALISASI MEKANISME PENILAIAN MANDIRI PROPER SEKRETARIAT PROPER KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP SOSIALISASI MEKANISME PENILAIAN MANDIRI PROPER 213-214 SEKRETARIAT PROPER KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP MekanismePenilaianPROPERPROPER BOBOT X = EMAS S C O R E Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sering dipandang sebagai pedang bermata dua, perusahaan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, namun di sisi lain perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi sekarang ini menyebabkan persaingan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi sekarang ini menyebabkan persaingan dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini menyebabkan persaingan dalam dunia usaha menjadi bertambah ketat. Banyak badan usaha yang membangun usaha kecil menengah yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953. Setelah itu,csr

Lebih terperinci

KAJIAN CAPAIAN PROGRAM BERBASIS KOLABORASI MELALUI TANGGUNG JAWAB SOSIAL LINGKUNGAN (TJSL/ CSR) TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG

KAJIAN CAPAIAN PROGRAM BERBASIS KOLABORASI MELALUI TANGGUNG JAWAB SOSIAL LINGKUNGAN (TJSL/ CSR) TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG KAJIAN CAPAIAN PROGRAM BERBASIS KOLABORASI MELALUI TANGGUNG JAWAB SOSIAL LINGKUNGAN (TJSL/ CSR) TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Kota Bandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh masyarakat maupun lapangan kerja. Namun di sisi lain tidak

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh masyarakat maupun lapangan kerja. Namun di sisi lain tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek yang positif dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Paradigma dalam CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-7 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama negara-negara berkembang, khususnya Indonesia. Ditambah lagi. baru yang memanfaatkan kawasan Free Trade Area dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terutama negara-negara berkembang, khususnya Indonesia. Ditambah lagi. baru yang memanfaatkan kawasan Free Trade Area dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi yang ditandai dengan adanya keterbukaan dan kebebasan mengakibatkan terjadinya perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama negara-negara berkembang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperkuat dan memperluas

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperkuat dan memperluas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperkuat dan memperluas bisnis mereka. Terutama dalam era globalisasi ini, persaingan antar perusahaan menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) tidak lepas dari pengoperasian perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang selalu bersinggungan dengan kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup popular di Indonesia dalam beberapa tahun ini. Di Indonesia, praktik CSR telah mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh kesadaran perusahaan terhadap fakta tentang adanya jurang pemisah yang semakin lebar antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Isu mengenai lingkungan bukan lagi merupakan suatu isu yang baru. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ini dikuasai oleh Negara dan diusahakan untuk kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ini dikuasai oleh Negara dan diusahakan untuk kemakmuran rakyat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan hasil bumi, baik itu perkebunan, pertanian, pertambangan, dan lain sebagainya. Kekayaan yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur Pengukuran Efisiensi pada Bagian Produksi Genteng di PT. Wisma Wira Jatim Surabaya dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Farida Pulansari ST.MT Teknik Industri FTI-UPN Veteran Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan baik

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan baik untuk pribadi, keluarga, masyarakat, perusahaan, pemerintah maupun dunia. Lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan oleh masing-masing perusahaan. Saat ini, Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan oleh masing-masing perusahaan. Saat ini, Corporate Social BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat perusahaan mulai berkembang, kesadaran dalam mengurangi dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan operasional perusahaan perlu ditingkatkan oleh

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN SKRIPSI PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN Mahasiswa Program Strata Satu (S-1) Jurusan Akuntansi Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Lampiran. 200 20 202 203 204 2 3 4 5 6 7 8 9 PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 67,7 68 68,5 7 72,2 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA. Meningkatkan indek kualitas pembangunan manusia

Lebih terperinci

PERAN PROPER SEBAGAI PENDORONG PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERAN PROPER SEBAGAI PENDORONG PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PERAN PROPER SEBAGAI PENDORONG PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh : Mahmudi, ST. MT *) ABSTRAK PROPER adalah Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan

Lebih terperinci