PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 KAJIAN ID, EGO DAN SUPEREGO DALAM DIRI TOKOH NAYLA DAN TOKOH IBU DALAM NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU: SEBUAH KAJIAN PSIKOANALISIS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Disusun Oleh Brigitha Dina Anggraeni JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

2 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI

3 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI

4

5

6 KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akhir dalam menempuh ujian sarjana pada Fakultas Sastra, Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yaitu: 1. Tuhan Yesus Kristus 2. Dr. Yoseph Yapi taum, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I, terima kasih atas bimbingan dan diskusi panjang mengenai psikoanalisis, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik, 3. S. E. Peni Adji, S.S., M.Hum. sebagai dosen pembimbing II, terima kasih atas masukan-masukan dan bimbingannya terhadap saya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik, 4. Seluruh dosen Program Studi Sastra Indonesia yang telah membimbing saya selama menempuh pendidikan di Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. 5. Mama tercinta Mariana Frederika Matanubun, terima kasih atas semangat, nasehat dan doa yang mama berikan padaku, vi

7 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI

8 HALAMAN PERSEMBAHAN Hidup akan terasa indah, bila di saat susah seseorang mampu menikmati kesedihan dengan senyum, dan bila di saat suka seseorang mampu menikmati kesenangan dengan menitikan air mata. Karyaku untuk kemuliaan nama Tuhan viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN... v KATA PENGANTAR... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... viii DAFTAR ISI... ix ABSTRAK... xii ABSTRACT... xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka Landasan Teori Kajian Struktural Tokoh dan Penokohan Teori Psikoanalisis Kajian Id, Ego dan Superego ix

10 Konsep Id Konsep Ego Konsep Superego Metodologi Penelitian Pendekatan Metode Penelitian Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Sistematika Penyajian BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU Pengantar Dimensi Fisik Dimensi Psikis Dimensi Sosiologis Rangkuman BAB III KAJIAN TENTANG ID, EGO DAN SUPEREGO DALAM DIRI TOKOH NAYLA DAN TOKOH IBU DALAM NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU Pengantar Kajian Id, Ego dan Superego Tokoh Nayla x

11 3.2.1 Kekerasan ibu Seksualitas Kajian Id, Ego dan Superego Tokoh Ibu Rangkuman BAB IV PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA xi

12 ABSTRAK Anggraeni, D. Brigitha Kajian tentang Id, Ego dan Superego dalam Diri Tokoh Nayla dan Tokoh Ibu dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu (Sebuah Kajian Psikoanalisis). Skripsi Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengangkat topik terhadap dua tokoh dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Tujuan penelitian (1) mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Nayla, (2) menemukan dan mendeskripsikan gambaran Id, Ego, dan Superego. Penelitian ini menggunakan pendekatan psikoanalisis dengan teori Id, Ego, dan Superego menurut Sigmund Freud. Pendekatan psikoanalisis digunakan untuk menganalisis Id, Ego, dan Superego tokoh Nayla dan tokoh Ibu. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode analisis isi. Hasil analisis psikologis dengan teori Id, Ego, dan Superego Sigmund Freud terhadap dua tokoh yaitu, 1) Nayla, Id pada tokoh Nayla muncul ketika ia mengalami hukuman badan sewaktu masih berusia belasan tahun hanya karena ngompol. Nayla mengompol karena mempertahankan rasa malas tetapi bukan hanya itu saja, Nayla juga tertekan dengan perilaku Ibunya. Ego Nayla pada kepribadian Nayla yang keras. Ego memegang prinsip dan selalu memandang hidup sesuai dengan realitas. Sedangkan Superego tokoh Nayla yaitu ketika dia mempertahankan dirinya untuk tidak mau melakukan hal-hal yang buruk, atau ketika dia tidak ingin di perkosa atau dihukum. 2) Ibu, Id pada tokoh Ibu bekerja menurut prinsip kesenangan dan tujuannya sebagai pemenuhan kepuasan yang segera. Ego ibu adalah mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan Superego ibu adalah mengenai rumah tangganya. Ia sebenarnya tidak ingin rumah tangganya hancur. Pada tokoh Nayla dan tokoh Ibu Id, Ego dan Superegonya tidak seimbang. Dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap tokoh atau manusia Id, Ego, dan Superegonya harus seimbang. xii

13 ABSTRACT Anggraeni, D. Brigitha Studies on the Id, Ego and Superego in Figures Self Mrs. Nayla and figures in the novel Nayla Djenar Maesa Ayu ( A Study of Psychoanalysis ). Thesis Literature Studies Program Indonesia, Indonesian Literature Department, Faculty of Arts, University of Sanata Dharma This study raised the topic of the two characters in the novel Nayla masterpiece Djenar Maesa Ayu. Research purposes ( 1 ) to describe the character and characterization in the novel Nayla, ( 2 ) locate and describe the picture Id, Ego, and Superego. This study uses a psychoanalytical approach to the theory of Id, Ego, and Superego according to Sigmund Freud. Psychoanalytic approach is used to analyze the Id, Ego, and Superego Nayla figures and mother figures. the method used in this research is descriptive method and content analysis method. Results of psychological analysis with the theory Id, Ego, and Superego Sigmund Freud against two individuals, namely, 1 ) Nayla, Id at Nayla figures emerged when he suffered corporal punishment while still in their teens just for bedwetting. Nayla bedwetting as it retains a sense of lazy, but not only that, Nayla was also distressed by her mother's behavior. Ego Nayla harsh personality. Ego holds the principle and always look at life in accordance with reality. While the superego Nayla figures that when he was defending himself for not doing things that are bad, or when he does not want to be raped or punished. 2 ) Mother, mother figure Id at work according to the pleasure principle and the goal as the fulfillment of immediate gratification. Ego 's mother is selfish. While the mother Superego is the household. He did not want his home destroyed. Nayla figures and figures on Mother Id, Ego and superego unbalanced. It can be concluded that each human character or Id, Ego, and Superego must be balanced. xiii

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Psikoanalisis merupakan salah satu aliran dalam Psikologi yang berpandangan bahwa manusia lahir telah membawa warisan (kecerdasan, libido sexsual/ dorongan-dorongan perilaku yang berorientasi pada kesenangan) dari orang tua yang melahirkan, dari gagasannya ini psikoanalisis dapat digolongkan dalam aliran nativisme lawan dari empirisme yang beranggapan manusia lahir bagaikan kertas putih tanpa membawa warisan dari orang tua. Aliran psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud ini berpendapat bahwa struktur kepribadian terdiri dari Id (dorongan, nafsu, libido sexsual), Ego (diri), dan Superego (nilai-nilai). Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Ego berkembang dari Id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai buruk dan moral. Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah. Novel merupakan potret realitas yang terwujud melalui bahasa yang estetis karena sifatnya bersinggungan dengan kehidupan manusia. Dalam hal ini, pengarang bertugas menyampaikan maksud dan tujuan penceritaan kepada 1

15 pembaca melalui karyanya. Ratna, 2009:314 berpendapat bahwa novel menyediakan media yang paling luas sehingga pengarang memiliki kemungkinan yang seluas-luasnya untuk menyampaikan pesan kepada pembaca. Salah satu cara pengarang dalam menyampaikan maksudnya tersebut antara lain melalui penampilan para tokoh yang menjadi fokus cerita. Peneliti mencoba menganalisis novel Nayla karangan Djenar Maesa Ayu dengan pendekatan Psikoanalisis. Teori psikoanalisis yang dipakai pada penelitian ini mengacu pada konsep Sigmund Freud tentang kepribadian. Freud mengatakan bahwa kepribadian terbagi atas tiga aspek: Id, Ego, dan Superego yang selalu ada dalam diri manusia. Perbedaan Id, Ego, dan Superego yang membangun struktur akal pikiran manusia dalam pandangan Freud dapat dijelaskan sebagi berikut. Kesadaran dapat disesuaikan dengan sistem persepsi, mengamati, dan menyusun dunia luar, bawah sadar dapat diberikan kesadaran, manakala sadar dibangun pula berdasarkan hal-hal yang keluar dari sistem sadar bawah sadar (Sudikan, 2004:3). Menurut Freud, Id sebagai sumber insting: bekerja dengan prinsip kesenangan (Pleasure principle) dan pemenuhan langsung (instant gratification) atas kebutuhan, Ego sebagai sarana pemenuhan kebutuhan Id bekerja dengan prinsip realitas (reality principle) dan bersifat rasional, dan Superego sebagai kekuatan pembendung Id bekerja dengan prinsip moralitas (morality principle) dan tidak kenal kompromi. 2

16 Karya sastra adalah dunia baru yang diciptakan oleh pengarang. Dunia baru yang merupakan gabungan dari realitas sosial yang ada dalam lingkungan pengarang maupun dari luar lingkungan pengarang dengan daya imajinasi pengarang dalam mengungkapkan pikiran dan keinginannya. Dapat dikatakan bahwa sastra tidak terlahir dari kekosongan, tetapi sastra lahir dari tanggapan diri pengarang ketika kesadarannya bersentuhan dengan kenyataan. Pengalaman dan refleksi batin atas hal tersebut terlahir dalam karya sastra (Najid, 2003:9). Hal ini juga bisa dilihat dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu yang selalu saja berkutat dengan seks, baik novel maupun cerpennya kebanyakan menceritakan kehidupan seseorang yang selalu terhimpit dengan masalah seks dan psikologi. Buku pertama Djenar yang berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet! Telah cetak ulang 8 kali dan masuk dalam nominasi 10 besar buku terbaik khatulistiwa literary Award 2008, selain juga akan diterbitkan dalam bahasa Inggris. Saat ini cerpen dengan judul yang sama sudah dibuat dalam versi layar lebar. Cerpen Waktu Nayla menyabet predikat cerpen terbaik Kompas 2003, yang dibukukan bersama cerpen Asmoro dalam antologi cerpen pilihan Kompas. Sementara cerpen Menyusu Ayah menjadi cerpen terbaik 2003 versi Jurnal Perempuan dan diterjemahkan oleh Richard Oh ke dalam bahasa Inggris dengan judul Sucking Father untuk dimuat kembali dalam jurnal perempuan versi bahasa Inggris, edisi kolaborasi karya terbaik Jurnal Perempuan. Buku keduanya, Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) juga meraih sukses dan cetak ulang kedua hanya dua hari setelah buku itu diluncurkan pada 3

17 bulan Februari Kumpulan cerpen ini berhasil neraih penghargaan 5 besar Khatulistiwa Literary Award Nayla adalah novel pertama Djenar yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Nayla berkisah tentang kehidupan seorang perempuan yang mengalami masa kecil yang tidak bahagia. Tidak hanya karena ibunya yang sangat keras, bahkan kejam dalam mendidik anaknya, Nayla semasa kecil pun mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh kekasih ibunya. Pada umur tiga belas tahun Nayla lari dari rumah ibunya, dan tinggal bersama ayah dan ibu tirinya untuk masa yang singkat, lalu hidup sendiri setelah ayahnya meninggal. Hubungan cinta dengan dua kekasih yang diceritakan, yaitu dengan seorang perempuan bernama Juli yang dipacarinya pada masa remaja, dan seorang laki-laki bernama Ben yang menjadi pacar Nayla ketika dewasa. Disamping itu, karier Nayla yang gemar menulis cerpen dan akhirnya menjadi pengarang terkenal pun diceritakan. Sejak orang tuanya bercerai, Nayla Kinar ikut bersama Ibunya, sedangkan Ayahnya kawin lagi. Selama hidup bersama sang Ibu Nayla mengalami banyak tekanan kejiwaan maupun fisik seperti saat ia tidak bisa berhenti ngompol, Ibu menusuk vaginanya dengan peniti, begitu pula saat Nayla tidak mau makan sayur maka Ibu memaksanya untuk mengeluarkan makanan yang telah ditelannya dan menyumpal mulutnya dengan kotorannya sendiri, atau saat Nayla menghilangkan tutup pensil setelah menggunakannya, maka Ibu menyuruhnya berjemur di atas atap seng hingga kulit pada telapak kakinya mengelupas. Tekanan yang paling 4

18 menyakitkan bagi Nayla ialah saat ia diperkosa oleh laki-laki teman kencan Ibunya sendiri, padahal umurnya waktu itu masih sembilan tahun. Struktur yang hendak dikaji dalam novel ini adalah tokoh dan penokohan. Tokoh dalam suatu cerita rekaan merupakan unsur penting yang menghidupkan cerita. Kehadiran tokoh dalam cerita berkaitan dengan terciptanya konflik, dalam hal ini berperan membuat konflik dalam sebuah cerita rekaan (Nurgiyantoro, 1995:164). Setiap tokoh mempunyai wataknya sendiri-sendiri. Tokoh adalah bahan yang paling aktif menjadi penggerak jalan cerita karena tokoh ini berpribadi, berwatak, dan memiliki sifat karakteristik tiga dimensional, yaitu: 1) Dimensi fisik ialah ciri-ciri badan, misalnya usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin, keadaan tubuhnya, ciri-ciri muka dan ciri-ciri badani yang lain. 2) Dimensi sosiologis ialah ciri-ciri kehidupan masyarakat, misalnya status sosial, pekerja, jabatan atau peran dalam masyarakat, tingkat pendidikan, pandangan hidup, agama, aktifitas sosial, suku bangsa dan keturunan. 3) Dimensi psikologis ialah latar belakang kejiwaan, misalnya mentalitas, ukuran moral, temperamen, keinginan, perasaan pribadi, IQ dan tingkat kecerdasan keahlian khusus (Soediro Satoto, 1998:44-45). Dalam karya sastra, konflik-konflik yang dialami tokoh-tokohnya merupakan cerminan dari kehidupan kita sehari-hari yang tidak akan pernah bisa 5

19 lepas dari rasa bahagia, senang, sedih, dan juga rasa moral. Demikian juga pada karya sastra atau novel, yang diungkapkan oleh seorang pengarang adalah sebuah ungkapan kejiwaan yang tertampung dalam karya-karyanya. Menurut Freud (1991:83), kesedihan merupakan suatu proses yang sangat panjang dan kesulitan, ini diikuti dengan lenyapnya nafsu libido dan objek cinta yang meninggalkannya, dan diarahkan pada kesulitan yang lebih umum yang dialami oleh setiap orang saat meninggalkan posisi libido, melankolia juga sering ditimbulkan oleh kehilangan orang yang dicintainya, meskipun kehilangan tersebut mungkin disebabkan oleh penolakan atau ditinggalkan, bukan kematian. Dalam Koswara (1991:109), Abraham Maslow berpendapat bahwa dalam psikologi terdapat tiga revolusi yang mempengaruhi pemikiran personologis modern, yaitu: psikoanalisis yang menghadirkan manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri dan konflik-konflik; behaviorisme mencirikan manusia sebagai korban yang fleksibel, pasif dan penurut terhadap stimulasi lingkungan; psikologi humanistik yang muncul dengan menampilkan gambaran manusia yang berbeda dengan gambaran manusia dari psikoanalisis maupun behaviorisme yakni berupa gambaran manusia sebagai makhluk yang bebas dan bermartabat serta selalu bergerak ke arah pengungkapan. Konsep kepribadian Freud tersebut termasuk dalam pemikiran psikoanalisis, jika dikaitkan dengan trauma tokoh Nayla yang berdampak pada kehidupan dan dunia kepengarangannya, memperlihatkan neurosis, semacam gangguan yang ditandai dengan konflik, reaksi kecemasan, kerusakan parsial pada kepribadian dan kadangkala disertai oleh fobia (Freud, 2003:166). Gejala tersebut 6

20 lahir dari rasa takut dan kecemasan yang disebabkan oleh trauma masa lalu, pengaruh sosial, dan alam tak sadar (Id) dari pengarang (tokoh Nayla sebagai penulis) yang tertuang ke dalam karya sastra. Menurut Freud pengalaman-pengalaman traumatis berpengaruh terhadap kejiwaan. Setiap trauma pasti memiliki dampak yang unik pada diri seseorang yang dapat dipahami melalui latar belakang individual. Dalam khasus Nayla, ia mengalami penyiksaan fisik maupun psikis oleh ibunya, dan mengalami pelecehan seksual oleh pacar ibunya. Beranjak remaja ia pernah tinggal di Rumah Perawatan Anak Nakal sehingga ketika dewasa ia menjadi pribadi yang mengalami depresi. Depresi adalah perasaan tidak mampu, tidak kompeten, kehilangan harga diri, dan merasa bertanggung jawab terhadap semua kejadian buruk (pada diri dan lingkungannya). Akar masalahnya adalah kehilangan cinta dari orang tua, dari teman, dan orang terdekat. Hal tersebut berpengaruh pada karier Nayla sebagai seorang penulis. Karya-karya tokoh Nayla pun digambarkan sebagi semacam ungkapan trauma masa lalunya. Melihat tema yang diangkat dalam kebanyakan tulisan tokoh Nayla, seperti seksualitas dan dunia perempuan, penulis berpendapat bahwa di balik itu semua sebenarnya terdapat sesuatu yang ingin disampaikan dan diekspresikan oleh tokoh Nayla, dan memiliki keterkaitan dengan trauma yang pernah dialaminya. Tinjauan psikoanalisis dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu dipilih sebagai topik penelitian karena tokoh perempuan (Nayla dan Ibu) mengalami neurotis yang sangat tepat dikaji menggunakan teori psikoanalisis dan Djenar 7

21 Maesa Ayu merupakan pengarang perempuan yang berani mengungkapkan seksualitas perempuan secara jelas, pelecehan seksual serta kekerasan dalam rumah tangga, dan beberapa tokoh yang diciptakan mempunyai karakter yang kuat. Beberapa karya Djenar juga mendapat penghargaan Khatulistiwa Literery Award 2005 termasuk novel Nayla yang meraih lima besar. Pendekatan psikoanalisis digunakan untuk penelitian ini karena novel Nayla tergambar gejala kejiwaan tokohnya. Jadi, kedua tokoh yang akan diungkapkan mempunyai gejala kejiwaan yang dapat diungkapkan dengan menggunakan teori psioanalisis. Tokoh ibu yang selalu menghukum Nayla, mencontohkan hidup bebas, dan tidak mengenalkan norma masyarakat dan agama, hal ini berdampak pada Nayla. Semua tingkah laku dan bentuk sifat yang ada dalam tokoh ibu akan membentuk tingkah laku Nayla pada saat dewasa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: 2.1 Bagaimana tokoh dan penokohan dalam novel Nayla? 2.2 Bagaiman gambaran Id, Ego, dan Superego dalam diri tokoh Nayla dan Ibu dalam novel Nayla? 8

22 1.3 Tujuan Penelitian 3.1 Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Nayla. 3.2 Menemukan dan mendeskripsikan gambaran Id, Ego, dan Superego tokoh Nayla dan Ibu dalam novel Nayla. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian mencakup dua dimensi, yakni keilmuan dan praktis. Manfaat keilmuan dalam kasus ini bersifat confirmatory (membenarkan) bahwa ada hubungan antara psikologi dan sastra sebagai teori yang dilontarkan oleh pakar-pakar sastra. Manfaat praktis merujuk kepada nilai kegunaan bagi kehidupan dan pengajaran sastra. Dari sisi manfaat kehidupan kita bisa belajar dari kasus Nayla yang mengalami frustrasi berat akibat dari korban pendidikan orang tua yang keras dan keliru. Dengan mengambil hikmah isi cerita itu, kita bisa belajar dan menjadi tahu tentang frustrasi dan menyikapi nasib yang menimpa kapan saja tanpa harus mereaksinya secara eksesif berlebihan. Manfaat dari pengajaran creative wreating yaitu para penulis perlu memiliki kesadaran tentang Id, Ego, dan Superego serta dinamika agar karya sastra semakin bermutu. 9

23 1.5 Tinjauan Pustaka Studi Id, Ego dan Superego pernah dilakukan oleh Andi Nurwahyudi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro dengan judul Aspek Psikologis Tokoh Utama dalam Novel Antara Dua Hati Karya Maria A. Sardjono. Dalam skripsinya Andi Nurwahyudi mengungkap analisis struktural dan menganalisis bentuk perubahan psikologis tokoh utama, dengan tokoh utama Anggraini. Digambarkan Anggaraini memiliki gejolak seksual dengan laki-laki, dalam hal ini tidak hanya pada satu laki-laki yaitu Sahat dan Totok. Perubahan terjadi pada saat kesadarannya bahwa pada saat berciuman yang dicium bukan Sahat, melainkan Totok, sehingga terjadi penolakan oleh Anggraini. Selain itu, Ike Yulianti (A2A ), dengan skripsi berjudul Gender di dalam Novel Ca Bau Kan Karya Remy Sylado. Dalam skripsi Ike Yulianti, mengungkap perjalanan hidup seseorang perempuan bernama Tinung untuk mencari kebahagiaan hidup. Mengungkap persoalan gender yang dialami oleh Tinung yang adanya bentuk perstereotipan, serta mengungkap perubahan psikologi yang dialami oleh tokoh Tinung pada diri sendiri, keluarga atau lingkungannya. Penelitian tentang kajian yang berkaitan dengan teori psikoanalisis pernah dilakukan oleh Iin Indra Nuraeni, S.S.Ing., M.Pd. dengan judul Katak Hendak Menjadi Lembu, karya Nur Sutan Iskandar. Dalam penelitian ini teori Freud digunakan untuk menemukan bahwa kepribadian tokoh-tokoh dan kejadiankejadian dalam novel karya Nur Sutan Iskandar ini yang ternyata sangat sesuai 10

24 dengan teori-teorinya mengenai kepribadian manusia yang dikuasai oleh Id, Ego, dan Superego. Penelitian tentang kajian psikoanalisis juga pernah dilakukan oleh Edoard Baweh Yekameam dengan judul Kepribadian Tokoh Utama Antagonis dalam Film My Way: Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud. Film My Way dipilih menjadi objek penelitian karena diangkat dari kisah nyata yang menampilkan berbagai peristiwa dan konflik di medan perang sehingga mempengaruhi kepribadian tokoh utama antagonis, yaitu Tatsuo dan pendekatan psikoanalisis dari aspek Id, Ego dan Superego digunakan untuk mendeskripsikan kepribadian tokoh utama dan dinamika antara ketiga aspek tersebut. Penelitian tentang kajian yang berkaitan dengan teori psikoanalisis pernah dilakukan oleh Jaafar Abdul Rahim (2004) dengan judul Perjudian Menurut Nazrah Teori Psikoanalisis yang mempunyai simpulan bahwa novel ini memiliki teknik penceritaan yang begitu mudah, dan berbagai kemelut konflik jiwa yang terjadi pada tokoh utamanya yakni Pak Mat. Pak Mat mengalami berbagai kemelut konflik batin yang terlihat pada kematian orang-orang yang dicintainya dan juga banyak permasalahan yang harus ia hadapi sendiri, di antaranya perampasan hak tanah secara paksa yang dilakukan oleh kerajaan dan robohnya rumah miliknya oleh kaki tangan pejabat tanah. Penelitian yang berkaitan dengan psikoanalisis juga pernah dilakukan oleh Setyo Yuwono Sudikan dalam makalahnya yang berjudul Novel Kenanga Karya Oka Rusmini: Suatu Pendekatan Hermeneuitik Freudian (2004). Simpulan penelitian ini adalah tokoh utamanya yaitu Kenanga mengalami berbagai konflik 11

25 batin, kecemasan, dan konflik psikis, ketidakberdayaannya menghadapi realitas di luar dirinya (lingkungannya). Namun tidak hanya Kenanga yang mengalaminya, tokoh-tokoh yang lain pun mengalaminya yang dianalisis melalui Id, Ego, dan Superego. Tinjauan psikologi sastra juga pernah diteliti oleh Wishnu Yuliardani, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul Penyebab dan Tipe Kenakalan Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu: Tinjaun Psikologi Sastra (2007). Simpulan penelitian ini yaitu ditemukan hal-hal yang mengarah pada suatu tindak kenakalan, sehingga peneliti ini menganalisis struktur cerita dalam novel Nayla khususnya tokoh Nayla dan Ibu yang sangat mempengaruhi keberadaan dan penceritaan tokoh Nayla. Analisis penyebab dan tipe kenakalan tokoh Nayla sangat beragam, antara lain: membolos sekolah, memalak orang, berantem, merampok taksi, mabuk-mabukan, dan seks bebas termasuk lesbian. Novel Nayla juga pernah diteliti oleh Maria Saraswati Setyaningrum dari Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2007) dengan judul Bentuk-bentuk Kompensasi Inferioritas Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu: Suatu Tinjauan Psikologi Sastra. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Nayla digambarkan sebagai seorang perempuan yang berasal dari keluarga broken home, karena kedua orangtuanya berpisah saat Nayla belum dilahirkan. Selama tinggal bersama Ibunya, Nayla sering mengalami kekerasan fisik. Nayla juga sering mengalami pelecehan seksual atau pemerkosaan oleh pacar Ibunya. Semua itu menyebabkan Nayla mengenal dunia malam. 12

26 1.6 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan teori psikoanalis Sigmund Freud; Id, Ego, dan Superego, teori psikoanalisis, serta tokoh dan penokohan pada tokoh yang ada dalam novel sebagai landasan teori Kajian Struktural Tokoh dan Penokohan Dalam studi ini, kajian struktur dibatasi pada aspek tokoh dan penokohan. Hal ini berkaitan erat dengan judul dan tujuan yaitu Id, Ego, dan Superego tokoh Nayla. Keberlangsungan sebuah novel sangat dipengaruhi oleh hadirnya seseorang atau beberapa orang yang menjadi tokoh. Tokohlah yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa cerita tersebut. Tokoh tentu saja dilengkapi dengan watak atau karakteristik tertentu. Menurut Jones (melalui Nurgiyantoro, 2005:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita hingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Tokoh adalah suatu kepribadian fiksi yang mewakili suatu figur dengan predikat penilaian tertentu baik secara fisik maupun mental. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, terdapat dua jenis tokoh yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan (Nurgiantoro, 13

27 1995: ). Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenal kejadian. Tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung maupun tidak langsung. Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Ada beberapa cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang. Jadi pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Cara dramatik, ialah cara menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh dalam suatu cerita. ( Teori Psikoanalisis Teori psikoanalisis yang dipakai pada penelitian ini mengacu pada konsep Sigmund Freud tentang kepribadian. Freud mengatakan bahwa kepribadian terbagi atas tiga aspek, yaitu: Id, Ego, dan Superego yang selalu ada dalam diri manusia. Perbedaan Id, Ego, dan Superego yang membangun struktur akal pikiran manusia dalam pandangan Freud dapat dijelaskan sebagai berikut. Kesadaran dapat disesuaikan dengan sistem persepsi, mengamati, dan menyusun dunia luar, bawah sadar dapat diberikan 14

28 kesadaran, manakala sadar dibangun pula berdasarkan hal-hal yang keluar dari sistem sadar bawah sadar (Sudikan, 2004:3). Dalam karya sastra, konflik-konflik yang dialami tokoh-tokohnya merupakan cerminan dari kehidupan kita sehari-hari yang tidak akan pernah bisa lepas dari rasa bahagia, senang, sedih, dan juga rasa moral. Demikian juga pada karya sastra atau novel, yang diungkapkan oleh seorang pengarang adalah sebuah ungkapan kejiwaan yang tertampung dalam karyakaryanya.menurut Freud (1991:83), kesedihan merupakan suatu proses yang sangat panjang dan kesulitan, ini diikuti dengan lenyapnya nafsu libido dan objek cinta yang meninggalkannya, dan diarahkan pada kesulitan yang lebih umum yang dialami oleh setiap orang saat meninggalkan posisi libido, melankolia juga sering ditimbulkan oleh kehilangan orang yang dicintainya, meskipun kehilangan tersebut mungkin disebabkan oleh penolakan atau ditinggalkan, bukan kematian. Dalam Koswara (1991:109), Abraham Maslow berpendapat bahwa dalam psikologi terdapat tiga revolusi yang mempengaruhi pemikiran personologis modern, yaitu: psikoanalisis yang menghadirkan manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri dan konflik-konflik; behaviorisme mencirikan manusia sebagai korban yang fleksibel, pasif dan penurut terhadap stimulus lingkungan; psikologi humanistik yang muncul dengan menampilkan gambaran manusia yang berbeda dengan gambaran manusia dari psikoanalisis maupun behaviorisme yakni berupa gambaran manusia 15

29 sebagai makhluk yang bebas dan bermartabat serta selalu bergerak ke arah pengungkapan. Koswara (1991:109) menyatakan bahwa kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kehidupan masyarakat Kajian Id, Ego dan Superego Konsep Id Freud (1980:xxxiii) menyatakan bahwa Id adalah lapisan psikis yang paling dasariah: yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan-keinginan yang direpresi. Id menjadi bahan dasar bagi pembentukan psikis lebih lanjut dan tidak terpengaruh oleh kontrol pihak ego dan prinsip realitas. Koswara (1991:32) mengatakan bahwa Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang dialaminya terdapat naluri-naluri bawaan. Id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatankegiatan yang perlu dilakukan. Id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses. Proses pertama adalah tindakan-tindakan refleks, yakni suatu bentuk tingkah laku atau 16

30 tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera. Serta adanya pada individu merupakan bawaan. Proses yang kedua adalah proses primer, yakni suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit (Koswara, 1991:33). Freud menambahkan bahwa pikiran autistic atau anganangan sangat diwarnai oleh pengaruh proses primer, gambaran-gambaran mentah yang bersifat memenuhi hasrat ini merupakan satu-satunya kenyatan yang dikenal Id. Jadi, Id merupakan sistem yang paling dasar yang dimiliki oleh manusia. Id tidak membutuhkan perintah dari sistem yang lainnya karena Id akan bekerja secara otomatis Konsep Ego Menurut Freud (1980:xxxiii), ego terbentuk dengan diferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar. Aktivitasnya bersifat sadar, prasadar, maupun tak sadar. Ego seluruhnya dikuasai oleh prinsip realitas, tugas ego adalah untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan untuk memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik antara keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain, juga mengontrol apa yang mau masuk kesadaran yang akan dikerjakan. Masih menurut Freud (dalam Koswara, 1991:34), ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. 17

31 Menurut Koswara (1991:33-34), ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyatan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Jadi dalam hal ini, ego merupakan alat pengarah menuju dunia objek dan menjalankan prinsipnya berdasarkan kenyataan dan merupakan hasil persinggungan dengan dunia luar atau realitas kehidupan Konsep Superego Menurut Freud (1980:xxxiii), Superego dibentuk dengan melalui proses internalisasi dari nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figure yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru. Menurut Koswara (1991:34-35) fungsi utama superego adalah sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impulsimpuls naluri Id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat; mengarahkan ego pada tujuantujuan yang sesuai dengan moral daripada dengan kenyataan; dan mendorong individu kepada kesempurnaan. 1.7 Metodologi Penelitian Pendekatan Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologis analisis. Pendekatan psikologis pada dasarnya 18

32 berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu: pengarang, karya sastra, dan pembaca dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra (Ratna, 2007:61). Peneliti melakukan analisis isi untuk menganalisis data-data yang telah dikumpulkan (Ratna 2010: 48). Peneliti menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud pada novel Nayla untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan pada novel Nayla, kemudian mendeskripsikan Id, Ego dan Superego pada tokoh Nayla dan Ibu Metode Penelitian Ada dua jenis metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif dan metode analisis isi. Metode deskriptif merupakan metode pemecah masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya untuk memberikan bobot lebih tinggi pada metode ini (Namawi dan Martini, 1994: 73). Peneliti menggunakan metode analisis isi dengan menganalisis isi laten dari sebuah teks sastra dan menggabungkannya dengan isi komunikasi sebagai pesan yang terkandung dalam teks. Isi dalam metode analisis ini terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen atau naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi. Isi 19

33 laten adalah isi sebagaimana dimaksudkan oleh penulis, sedangkan isi komunikasi adalah isi sebagaimana terwujud dalam hubungan naskah dengan konsumen (Ratna, 2004:48). Karena penelitian ini menggunakan kajian psikoanalisis, peneliti akan langsung memaparkan tokoh dan penokohan tokoh Nayla untuk menjelaskan isi laten dari teks sastra. Teks laten tersebut berupa deskripsi dinamika dalam kajian struktur disamakan dengan kajian tokoh dan penokohan Teknik Pengumpulan Data Teknik studi pustaka digunakan dalam pengumpulan data. Teknik tersebut digunakan untuk mendapatkan data yang ada, berupa buku-buku referensi, artikel, dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan objek tersebut. Teknik simak dan teknik catat juga digunakan dalam penelitian ini. Teknik simak digunakan untuk menyimak teks sastra yang telah dipilih sebagai bahan penelitian. Teknik catat digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap sesuai danmendukung peneliti dalam memecahkan rumusan masalah Sumber Data Judul Buku Pengarang : Nayla : Djenar Maesa Ayu 20

34 Tahun Terbit : 2005 Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta Halaman : Sistematika Penyajian Penyajian hasil penelitian diuraikan dalam beberapa bab. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II merupakan analisis dinamika dalam struktur yaitu tokoh Nayla dalam novel Nayla. Bab III berisi tentang analisis Id, Ego, dan Superego yang terdapat dalam tokoh Nayla dan Ibu. Bab IV merupakan bab terakhir yang menjadi penutup atas isi makalah. Bab IV berisi mengenai kesimpulan dan saran. 21

35 BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU 2.1 Pengantar Dalam bab ini, akan dianalisis tokoh dan penokohan dalam novel Nayla. Keberlangsungan sebuah novel sangat dipengaruhi oleh hadirnya seseorang atau beberapa orang yang menjadi tokoh. Tokohlah yang mengalami peristiwaatau perlakuan dalam berbagai peristiwa cerita tersebut. Tokoh tentu saja dilengkapi dengan watak atau karakteristik tertentu. Hartono (2003: 5) menjelaskan pendapat Freud, bahwa alam tak sadar dapat mempengaruhi dinamika kepribadian tokoh. Berbagai kebutuhan badaniah manusia menimbulkan berbaga ketegangan atau kegairahan dan akan terungkap melalui sejumlah perwakilan mental dalam bentuk dorongan/keinginan yang dinamakan naluri. Jadi naluri adalah perwujudan ketegangan badaniah yang berusaha mencari pengungkapan dan peredaan serta merupakan bawaan tiap makhluk hidup. Dinamika tersebut akan membentuk struktur kepribadian yang terbagi menjadi id, ego, dan superego. Id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, dimana ia selalu mencari kesenangan dan menghindari ketegangan. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, ego dapat menunda pemuasan diri dan mencari pemuasan lain yang sesuai dengan batasan lingkungan dan hati nurani. Superego 22

36 merupakan perwakilan dari berbagai nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Pada novel Nayla, Id dalam tokoh Nayla selalu dominan. Dalam novel Nayla, peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tokoh Nayla menentukan perjalanan hidupnya. Peristiwa yang dialami oleh Nayla membuatnya bertahan. Dalam bab ini akan dianalisis dimensi fisik, psikis dan sosiologis dua tokoh yaitu Nayla dan Ibunya. Kedua tokoh ini dipilih karena menjadi tokoh protagonis dan antagonis. 2.2 Dimensi Fisik Dimensi fisik adalah keadaan fisik tokohnya meliputi usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin, keadaan tubuh (tinggi, pendek, gagah, pincang, dan sebagainya), ciri wajah (cantik, jelek, keriput, dan sebagainya), serta ciri khas yang spesifik. Lebih lanjut peneliti akan menjelaskan tentang dimensi fisik tokoh dalam novel Nayla. Nayla adalah anak remaja yang usianya sudah menjelang sepuluh tahun. Dengan usia yang menjelang sepuluh tahun ia masih saja mengompol. Ketika ia mengompol Ibu selalu menusukan peniti ke selangkangannya bahkan ke vaginanya. Hal ini sudah dialami Nayla berkali-kali sehingga menurut Nayla hal ini sudah biasa. Tampak pada kutipan berikut. (1) Tapi kini, beberapa tahun kemudian, tak ada satu peniti pun yang membuat Nayla gentar maupun gemetar. Ia malah menantang dengan memilih peniti yang terbesar. Membuka pahanya lebar-lebar. Tak terisak. Tak meronta. Membuat Ibu semakin murka. Tak hanya 23

37 selangkangan Nayla yang ditusukinya. Tapi juga vaginanya. Nayla diam saja. Tak ada sakit terasa. Hanya nestapa. Tak ada takut. Hanya kalut. Pertanyaan-pertanyaan masih kerap hadir di kepalanya walaupun fisiknya sudah terbiasa. Ia masih saja heran kenapa setiap malam ngompol di celana padahal sudah menjelang sepuluh tahun usianya (Nayla, 2005:2). Kutipan (1) mendeskripsikan tokoh Nayla yang mempunyai fisik tegar. Rasa tegarnya karena ia sudah terbiasa ditusuki dengan peniti. Hukuman yang Ibu berikan membuat Nayla menjadi anak yang tegar dan ketika ia disiksa oleh Ibunya ia pun sudah merasa terbiasa. Begitu pula dengan Ibunya yang mempunyai fisik yang tegar dan kuat. Hal ini tampak pada kutipan berikut. (2) Ibu memang orang yang kuat. Tak akan pernah saya sekuat Ibu. Saya tak pernah melihat Ibu begitu mencintai laki-laki seperti ia mencintai Om Indra. Tapi ketika hubungan mereka berakhir pun, Ibu terlihat biasa-biasa saja. Ya, saya tak akan pernah sekuat Ibu. Ibu yang dulu, maupun Ibu yang sekarang. Ibu yang semakin kuat saja setelah putus dengan Om Indra. Ia tidak hanya memasuki vagina saya dengan peniti setiap kali saya ngompol. Ia memukuli saya tanpa sebab yang bisa diterima akal sehat. Karena Ibu berkuasa. Karena Ibu kuat (Nayla, 2005:112). Kutipan (2) menjelaskan bahwa Ibu mempunyai fisik yang kuat dan tegar. Dengan fisik Ibu yang seperti itu ia selalu saja menyiksa Nayla tanpa alasan yang tepat. Hanya karena ngompol Ibu lalu menusiki vagina Nayla dengan peniti. Ibu tak melihat dan mencoba mengerti bagaimana perasaan Nayla. 24

38 2.3 Dimensi Psikis Dimensi psikis dari tokoh melukiskan latar belakang kejiwaan, kebiasaan, sifat dan karakternya seperti misalnya mentalitas, ukuran moral dan kecerdasan, temperamen, keinginan, dan perasaan pribadi, kecakapan dan keahlian khusus. Nayla ingin melihat Ibu seperti Ibu-ibu lainnya yang menjaga dan menyayangi anaknya dengan tulus bukan dengan siksaan. Rasa cinta Ibu yang tidak dirasakan oleh Nayla membuatnya kepikiran. Dalam benaknya ia selalu menyalahkan sosok Ibu yang dimilikinya. Hal ini tampak dalam kutipan berikut. (3) Rasa sakit di hatinya pun masih kerap menusuk setiap kali melihat sosok Ibu tak ubahnya monster. Padahal ia ingin melihat ibu-ibu lain yang biasa dilihatnya di sekolah ataupun di ruang tunggu dokter. Ia ingin Ibu seperti ibu-ibu lain yang terkejut ketika anak kandungnya jatuh hingga terluka dan mengeluarkan darah, bukan sebaliknya membuat berdarah. Nayla ingin punya ibu, tapi bukan ibunya sendiri. Nayla ingin memilih tak punya ibu, ketimbang punya Ibu yang mengharuskannya memilih peniti (Nayla, 2005:2). Kutipan (3) membuat Nayla semakin tenggelam dengan perasaannya terhadap Ibu. Ia ingin mempunyai Ibu seperti ibu-ibu lainnya bukan Ibu yang memilih peniti. Itulah perasaan yang dialami Nayla saat ini. Menahan rasa sakit di hatinya dan mencoba terus tegar saat Ibu memilih peniti. Menurut Ibu yang dilakukannya memilih peniti adalah hal yang baik, agar Nayla tidak ngompol dan tidak membuat kesalahn lagi. Ibu ingin Nayla mengikuti sifat Ibunya bukan Ayahnya yang telah meninggalkan mereka. Karena selama ini Nayla tinggal bersama Ibunya. Hal ini tampak pada kutipan berikut. (4) Kamu tak pernah tahu, anakku, seberapa dalam Ayahmu menyakiti hatiku. Ia menyakiti kita dengan tidak mengakui janin yang kukandung adalah keturunannya. Ia meninggalkan kita begitu saja tanpa mengurus ataupun mendiskusikan terlebih dulu masalah perceraian. Aku yang 25

39 merawatmu penuh dengan ketegaran sejak kamu berada di dalam kandungan. Aku yang membesarkanmu penuh ketabahan. Aku menyediakan segala kebutuhan sandang dan pangan. Akan kubuktikan kepadanya, anakku, bahwa aku bisa berdiri sendiri tanpa perlu ia mengulurkan tangan. Kamu milikku, bukan milik ayahmu (Nayla, 2005:6). Kutipan tersebut membuktikan bahwa perasaan Ibu sangat hancur atau sangat membenci ayah. Sikap ayah yang meninggalkan ibu begitu saja membuat ibu harus tegar dan bekerja keras membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan Nayla. Kerja keras Ibu selama ini untuk Nayla. Ia ingin Nayla tak mengikuti sifat ayahnya. Tokoh ibu berwatak keras. Semua yang ibu inginkan harus tercapai. Ibu juga memegang prinsip bahwa Nayla harus menjadi seperti yang ia inginkan. Setiap keputusan yang sudah ibu buat tidak bisa diubah dan ditawar lagi. Ibu selalu memandang semua benar dan salah menurut aturannya. Bahkan bentuk kedisiplinan yang diterapkan untuk Nayla juga sesuai dengan aturannya, bila Nayla melakukan kesalahan, ibu menghukum tanpa melihat sebab akibat nayla melakukan kesalahan itu. Seperti saat Nayla tetap mengompol dan ibu menghukumnya dengan menusukkan peniti ke selangkangan dan vagina Nayla. Bentuk watak keras ibu juga terlihat karena ibu tidak mau mendengar alasan Nayla mengapa masih mengompol pada malam hari, sebenarnya bukan karena malas tetapi ada alasan lain. Kutipan ini juga menunjukan bahwa tokoh ibu berperilaku keras. Perilaku keras diakibatkan Ego yang mempengaruhi kepribadiannya. 26

40 Faktor dari lingkungan juga membentuk kepribadian Nayla seperti lingkungan fisik saat Nayla tinggal di jalanan, faktor status sosial dan budaya. Faktor lingkungan fisik dalam novel ini, lingkungan tempat Nayla pernah tinggal di jalanan dan mencari nafkah juga dari jalanan. Sikap Nayla yang keras serta berani menghadapi semua yang menentang itu juga karena lingkunagn fisik 2.4 Dimensi Sosiologis Dimensi sosiologis menunjukkan latar belakang kedudukan tokoh tersebut dalam masyarakat dan hubungannya dengan tokoh lainnya misalnya status sosial, pekerjaan, pandangan hidup, aktivitas sosial, suku (bangsa dan keturunan). Setiap dimensi sosiologis memberikan konsekuensi, misalnya dalam melukiskan watak, pakaian, latar belakang, kebiasaan, bahasa yang digunakan, dan sebagainya. Nayla yang tumbuh menjadi gadis dewasa tidak menyadari bahwa sikap yang dia ambil salah. Karena tertekan dan tidak suka dengan sikap Ibunya yang selalu menghukumnya, Nayla selalu mencari rasa aman lewat alkohol. Sampai ia bekerja sebagai juru lampu di diskotek, dan bertemu dengan Juli. Saat ia bekerja sebagai juru lampu umur dia baru empat belas tahun. (5) Adalah Juli yang pertama kali menawarkan persahabatan di hari pertama saya bekerja sebagai juru lampu di diskotek. Adalah juga Juli yang mengajari saya berbagai hal yang semula tak saya pahami. Mulai dari beat per menit hingga cara menghadapi tamu laki-laki yang genit. Kutipan (5) membuktikan bahwa Nayla mengalami frustasi atau dampak 27

41 perkembangan anak yang ditimbulkan oleh perilaku orang tua. Akibat ibu yang selalu menyiksa Nayla, akhirnya Nayla tumbuh menjadi anak yang nakal dan kenal dengan dunia malam. Tapi dengan kehidupannya sekarang ia bisa membuktikan kepada Ibunya bahwa ia bisa hidup tanpa bantuan orang tuanya dan akhirnya ia menjadi seorang penulis. (6) INTERVIEW 1 Kapan pertama kali suka nulis? Hmmm... sejak mulai bisa nulis pasti. Apa yang menjadi inspirasi Mbak ketika nulis? Apa ya? Gak tentu. Saya pikir semua hal menjadi inspirasi saya. Saya punya pengalaman harafiah dan nonharafiah sejak dilahirkan sampai detik ini. Referensi inilah yang saya tuangkan ke dalam tulisan. (Nayla, 2005:116) Ketika Nayla menjadi seorang penulis pun, Ibu masih saja memarahinya karena tulisan yang ia buat. Ibu merasa tulisan Nayla tak pantas dimuat di majalah, karena tulisan yang Nayla buat hanya omong kosong. Nayla menuliskan pengalaman hidupnya dan orang-orang di sekitarnya, dari ibunya yang bekerja sebagai pelacur, ayahnya, ibu tirinya, pacarnya, dan lain-lain. (7) Aku tak mau kamu menjadi perempuan kosong tanpa isi. Batinmu, fisikmu, otakmu, harus kaya. Hanya dengan itu kamu bisa menaklukkan mereka. Contohlah aku. Aku tak butuh mereka. Lihat betapa banyak laki-laki yang takluk padaku. Lihat betapa mereka rela meyerahkan jiwa dan raganya hanya untukku. Kamu pun harus bisa seperti aku. (Nayla, 2005:8) Kutipan (7) menjelaskan bahwa dimensi sosial Ibu harus diikuti oleh Nayla. Nayla harus mengikuti jejak atau sifat Ibu. Ibu tidak ingin Nayla sama seperti Ayahnya. Ibu ingin Nayla mencontohnya, karena menurut Ibu hidup ini keras. 28

42 Jadi Nayla harus benar-benar dewasa dan pandai. Agar kelak Nayla bisa menaklukan laki-laki sama seperti Ibunya. Dimensi-dimensi dalam tokoh novel ini terutama pada tokoh yang menonjol yaitu Nayla dan Ibu menyebabkannya melakukan dinamika Id, Ego, dan Superego yang dalam bab III akan dianalisis dan dideskripsikan. 2.5 Rangkuman Analisis dalam bab II ini mengungkapkan tokoh dan penokohan Nayla dan Ibunya. Kedua tokoh ini dipilih karena mengungkapkan tokoh kita dan memiliki masalah kajian analisis terhadap tokoh Nayla dan Ibunya. Tokoh Nayla menghasilkan pandangan lebih dari dimensi fisik yaitu usianya yang sudah remaja tetapi ia masih saja mengompol. Ketika ia mengompol Ibu selalu menusukan peniti keselangkangannya bahkan ke vaginanya. Dimensi psikis Nayla yaitu Nayla ingin melihat Ibu seperti Ibu-ibu lainnya yang menjaga dan menyayangi anaknya dengan tulus bukan dengan siksaan. Dimensi sosiologis Nayla ialah ketika Nayla tumbuh menjadi gadis dewasa dan ia tidak menyadari bahwa sikap yang diambilnya salah. Karena tertekan dan tidak suka dengan sikap Ibunya yang selalu menghukumnya, Nayla selalu mencari rasa aman lewat alkohol. Analisis terhadap tokoh Ibu menunjukkan dimensi fisik Ibu yang kuat dan tegar. Dengan fisik Ibu yang tegar dan kuat membuat ia selalu menyiksa Nayla tanpa alasan yang tepat. Hanya karena Nayla mengompol, Ibu selalu menusuki 29

43 vagin Nayla dengan peniti. Ibu tak melihat dan mencoba mengerti bagaimana perasaan Nayla. Dimensi psikis Ibu yaitu perasaan Ibu sangat hancur dan sangat membenci ayah. Ibu membenci ayah karena ayah meninggalkan ibu begitu saja. Oleh karena itu Ibu harus tegar dan bekerja keras atau membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan Nayla. Dimensi sosiologis Ibu yaitu ia ingin sikapnya diikuti oleh Nayla. Nayla harus mengikuti jejak atau sifat Ibu. Ibu tidak ingin Nayla sama seperti Ayahnya. Ibu ingin Nayla mencontohnya, karena menurut Ibu hidup ini keras. Jadi Nayla harus benar-benar dewasa dan pandai. Agar kelak Nayla bisa menaklukkan lakilaki sama seperti Ibunya. Itulah latar belakang Ibu yang ia terapkan untuk anaknya Nayla. Tokoh Ibu memang berwatak keras. Semua yang Ibu inginkan harus tercapai. Ibu juga memegang prinsip bahwa Nayla harus menjadi seperti yang ia inginkan. Setiap keputusan yang sudah Ibu buat tidak bisa diubah dan ditawar lagi. Bahkan bentuk kedisiplinan yang diterapkan untuk Nayla juga sesuai dengan aturannya, bila Nayla melakukan kesalahan, Ibu menghukum tanpa melihat sebab akibat Nayla melakukan kesalahan itu. Seperti saat Nayla tetap mengompol dan Ibu menghukumnya dengan menusukkan peniti ke selangkangan dan vagina Nayla. Penyiksaan fisik dan psikis serta pelecehan seksual yang dialami Nayla pada waktu kecil memberikan dampak trauma dalam kehidupannya. Trauma tersebut berpengaruh terhadap kepribadian Nayla. Struktur kepribadian Nayla 30

44 berkembang dengan tidak seimbang. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya Id yang terlalu mendominasi dalam kepribadian Nayla. Ego selalu dituntut untuk memenuhi apa yang diinginkan oleh Id tanpa memikirkan norma-norma yang ada. Semua terjadi disebabkan tidak terbentuknya Superego yang baik dalam kepribadian Nayla. Struktur kepribadian yang tidak seimbang juga mengakibatkan Nayla mengalami gangguan kepribadian seperti neurosis dan depresi. Pengalaman-pengalaman traumatis pada masa kecil memberikan inspirasi terhadap tulisan-tulisan Nayla, khususnya penyiksaan yang dilakukan oleh Ibu dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh kekasih Ibunya. Hal yang menjadi inspirasi Nayla dalam dunia kepengarangannya yaitu seksualitas dan dunia perempuan. Hubungan problematis Ibu dan anak dan seksualitas kerap menjadi tema dalam setiap tulisannya. Dalam dunia kepengarangannya, Nayla menghasilkan sebuah cerita pendek yang berjudul Laki-laki Binatang!, dan dua buah tulisan yang membahas seksualitas dan pelecahan seksual. Trauma yang mengikat kehidupan Nayla berdampak pada tulisan-tulisan yang dihasilkannya. Selalu menonton, gaya penulisan Nayla yang cenderung menggunakan stream of consciousness, yaitu teknik aliran kesadaran, dan dalam setiap tulisannya selalu dibumbui oleh seksualitas dari sudut pandang dunia perempuan. Hal yang sangat menarik adalah masalah kejiwaan yang berkaitan dengan interaksi Id, Ego dan Superego. Hal ini akan dibahas di dalam bab III. 31

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Oleh: Esa Putri Yohana 1 Abstrak Skripsi ini berjudul Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah dunia baru yang diciptakan oleh pengarang. Dunia baru yang merupakan gabungan dari

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah dunia baru yang diciptakan oleh pengarang. Dunia baru yang merupakan gabungan dari A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah dunia baru yang diciptakan oleh pengarang. Dunia baru yang merupakan gabungan dari realitas sosial yang ada dalam lingkungan pengarang maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari sebuah proses gejolak dan perasaan seorang pengarang terhadap realitas sosial yang merangsang kesadaran pribadinya. Dengan kedalaman

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

TEORI PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

TEORI PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD TEORI PSIKOANALISIS Teori psikoanalisis yang dipakai mengacu pada konsep Sigmund Freud tentang kepribadian. Dalam Koswara (1991:109), Abraham Maslow berpendapat bahwa dalam psikologi terdapat tiga revolusi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep didefinisikan sebagai ling gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sama halnya dengan sebuah seni, namun seni bukanlah sesuatu hal yang monoton. Setiap era, seni selalu berubah termasuk sastra, dengan kata lain sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya, perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan serta

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat pada tokoh utama Pasien 23 dalam cerpen Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Akutagawa Ryunosuke

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka simpulan hasil penelitian sebagai berikut: Pengkajian perwatakan novel Di Kaki Bukit Cibalak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA TOKOH-TOKOH NOVEL BIOLA PASIR DARI MASA LALU KARYA D.K. SUMIRTA Ni Komang Dewi Anggraeni email: dewianggraeni081292@gmail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang telah dialaminya sendiri atau pengalaman yang dialami oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang telah dialaminya sendiri atau pengalaman yang dialami oleh orang BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Karya sastra merupakan suatu hasil cipta sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra diciptakan pengarang berdasarkan pengalaman

Lebih terperinci

PSIKOLOGI TOKOH AKU DALAM NOVEL SURAT PANJANG TENTANG JARAK KITA YANG JUTAAN TAHUN CAHAYA KARYA DEWI KHARISMA MICHELLIA ARTIKEL ILMIAH

PSIKOLOGI TOKOH AKU DALAM NOVEL SURAT PANJANG TENTANG JARAK KITA YANG JUTAAN TAHUN CAHAYA KARYA DEWI KHARISMA MICHELLIA ARTIKEL ILMIAH PSIKOLOGI TOKOH AKU DALAM NOVEL SURAT PANJANG TENTANG JARAK KITA YANG JUTAAN TAHUN CAHAYA KARYA DEWI KHARISMA MICHELLIA ARTIKEL ILMIAH DEWI INDAH SUPRIANI NPM 10080268 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang di idealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh,

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia kedudukannya di muka bumi ini, karena interaksinya dengan lingkungan tidak hanya dibekali oleh naluri (insting)

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra mempunyai beberapa definisi, yaitu karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai ilmu pengetahuan. Badrun mengungkapkan definisi serta

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL MENITI LANGKAH KARYA SUTRI YANINGSIH MANIK DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL MENITI LANGKAH KARYA SUTRI YANINGSIH MANIK DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL MENITI LANGKAH KARYA SUTRI YANINGSIH MANIK DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Endang WidyasTuty Pratiwi Program Studi Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang dikemukakan oleh Horatius, yaitu dulce et utile yang berarti menghibur dan mengajar. Kesenangan dan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009 86 BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap citra tokoh anak yang ditampilkan dalam tujuh cerpen yang dimuat dalam jurnal Prosa edisi Yang Jelita yang Cerita, didapat kesimpulan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Rashomon hasil karya Akutagawa Ryunosuke pertama kali dipublikasikan di majalah sastra

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Psikoanalisa Sigmund Freud 3 sumber utama yang mempengaruhi gerakan Psikonalisa: 1. Ketidaksadaran Mental events mulai dari yang sama sekali tidak disadari sampai yang jelas disadari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir melalui pengarang-pengarang yang cerdas di kalangan masyarakat.sastra muncul karena pengaruh dari zaman ke zaman, mulai dari sastra lama kemudian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya novel adalah sebuah karya sastra yang membangun sebuah dunia yang utuh sesuai dengan keinginan pengarangnya. Dunia tersebut dapat dikatakan sebagai luapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS MORAL TOKOH UTAMA NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS MORAL TOKOH UTAMA NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MORAL TOKOH UTAMA NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA ARTIKEL ILMIAH AFDAL RIFNANDA NPM 10080248 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, baik

Lebih terperinci

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (precon scious), dan

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan pada bab analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL AMBA KARYA LAKSMI PAMUNTJAK ARTIKEL ILMIAH RIANTO NPM

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL AMBA KARYA LAKSMI PAMUNTJAK ARTIKEL ILMIAH RIANTO NPM ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL AMBA KARYA LAKSMI PAMUNTJAK ARTIKEL ILMIAH RIANTO NPM. 10080307 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih kita kenal sebagai bunuh diri atau disebut juga jisatsu. Jisatsu merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH NAYLA DALAM NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU

STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH NAYLA DALAM NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH NAYLA DALAM NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) AFRI NOKI NPM 10080400 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dengan segala problematika yang melingkupinya merupakan salah satu topik yang tidak ada habisnya dibahas. Dalam diri seorang anak, melekat hak untuk mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) Widya Haznawati 1 Arif Mustofa 2, Riza Dwi Tyas.W 3 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Di Titik Nol Karya El-Saadewi

Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Di Titik Nol Karya El-Saadewi Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Di Titik Nol Karya El-Saadewi Ni Kadek Enny Muliandayani 1*, I Ketut Sudewa 2, I Ketut Nama 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada dasarnya mengungkapkan kejadian, namun kejadian tersebut bukanlah fakta yang sesungguhnya melainkan fakta dari hasil pemikiran pengarang. Pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu karya tulis yang memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai kehidupan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan, karena dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan, karena dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Pendekatan Psikoanalisa Tokoh : Sigmund Freud Lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Wafat di London, 23 September 1939 Buku : The Interpretation of Dreams (1900) Tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra, sedangkan pemahaman dari sisi lain dianggap belum biasa mewadahi

BAB I PENDAHULUAN. sastra, sedangkan pemahaman dari sisi lain dianggap belum biasa mewadahi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Kajian Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi (Hartoko melalui Endaswara, 2008:70). Dasar konsep dari psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciptaan sosial yang menampilkan gambaran kehidupan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciptaan sosial yang menampilkan gambaran kehidupan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan gejala kejiwaan yang didalamnya terdapat fenomenafenomena kehidupan yang sesuai dengan realita masyarakat. Sastra bisa dipahami sebagai lembaga yang

Lebih terperinci

Abstract. Keywords : Psychology literature, figures, plot and setting.

Abstract. Keywords : Psychology literature, figures, plot and setting. 1 PENOKOHAN DALAM NOVEL YUKI GUNI KARYA KAWABATA YASUNARI KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA Putu Ika Suarmayani 0601705022 Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra, Universitas Udayana Abstract The main object

Lebih terperinci