BAB II LANDASAN TEORI. luas objek dan pemanfaatannya, misalnya untuk mengenal tulisan tangan ekspresi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. luas objek dan pemanfaatannya, misalnya untuk mengenal tulisan tangan ekspresi"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian di bidang pengenalan huruf, karakter atau tulisan tangan sangat luas objek dan pemanfaatannya, misalnya untuk mengenal tulisan tangan ekspresi matematika (Genoe et all, 2006; MacLean dan Labahn, 2010), pengenalan tulisan tangan untuk pembuktian authorship identifikasi penulis (Muda et all, 2009), pengenalan tulisan tangan dari layar sentuh sebuah gadget (Aminulloh dkk, 2008). Penelitian pengenalan tulisan tangan juga telah dilakukan pada variasi tulisan di beberapa belahan dunia, misalnya pengenalan tulisan tangan Tamil (Kannan dan Prabhakar, 2008; Shanthi dan Duraiswamy, 2007; Venkatesh dan Sureshkumar, 2009), pengenalan tulisan Devnagari (Atul dan Mishra, 2007; Shrivastava dan Gharde, 2010), pengenalan tulisan Arab (Al-Alaoui et all, 2009; Al-Jawfi et all, 2009; Ali Abed et all, 2010; Abed et all, 2010; Abu-Ain et all, 2011; Affar et all, 2009; Amin dan Darwish, 2006; Khemakhem dan Belghith, 2009; Leila dan Mohammed, 2007; Njah et all, 2007), pengenalan tulisan China (Su et all, 2008), pengenalan pola huruf Jepang (Kana) (Wirayuda dkk, 2008), pengenalan tulisan tangan Azerbaijani (Aliyeva dan Ismayilov, 2008), pengenalan tulisan tangan Persia (Baghshah et all, 2005), pengenlanan tulisan tangan Bengali (Sarowar et all, 2009), pengenalan tulisan tangan Sinhala (Kodituwakku dan Nilanthi, 2010), pengenalan tulisan tangan Bangla (Naser et all, 2009), pengenalan karakter Urdu Nastalique (Sattar et all, 2009). Di Indonesia juga terdapat variasi tulisan daerah.

2 10 Beberapa diantaranya sudah diangkat menjadi objek penelitian pengenalan tulisan tangan, yaitu pengenalan huruf Bali (Wirayuda dkk, 2009), pengenalan tulisan Jawa-Hanacaraka (Winardi dkk, 2010) yang melakukan pengembangan metode pada tahap pre-processing, pengenalan tulisan tangan aksara Sunda (Mubarok dkk, 2010), pengenalan huruf Lontara Bugis-Makasar (Alwi, 2009) dan pengenalan alfabet Batak Toba (Panggabean dan Rønningen, 2009) menggunakan metode simplified chain code. Selain objek tulisan yang dikenali beragam, penelitian pengenalan tulisan tangan juga dilakukan dengan menggunakan metode yang beragam, baik pada tahap akuisisi data, proses awal, ekstraksi ciri karakter dan bahkan pada tahap klasifikasi. Munggaran dkk (2009) melakukan pengenalan tulisan secara online (data diperoleh secara langsung dari alat input berupa keyboard, mouse atau touch pen) untuk akuisisi karakter dengan tepat dengan segmentasi berdasarkan karakteristik perubahan koordinat Y dari setiap pembentukan huruf. Gatos et all (2006) melakukan pengenalan huruf kursif dengan akuisisi data secara offline (data diperoleh dari hasil scan citra atau kamera digital) dengan kombinasi normalisasi dan ekstraksi ciri hybrid. Wu dan Yu (2008) memaparkan tentang pemanfaatan alat touchless (akuisisi data menggunakan kamera web) untuk pengenalan tulisan tangan menggunakan JST dan diperoleh hasil pengenalan dan kecepatan yang cukup baik. Nuryuliani dkk (2009 dan 2010) yang melakukan pengenalan huruf Latin dengan menggunakan pola segmen untuk ekstraksi cirinya. Razak et all (2008) melakukan kajian beberapa metode segmentasi pada pengenalan tulisan. Senouci et all (2007) memaparkan metode segmentasi untuk

3 11 pengenalan kata yang menghasilkan 81.05% akurasi dan secara keseluruhan akurasi pengenalan yang dicapai adalah 91%. Pengenalan tulisan tangan merupakan salah satu contoh aplikasi pengenalan pola yang cukup kompleks. Tidak adanya fungsi matematika yang jelas untuk menghasilkan translasi yang diinginkan membuat penerjemahan karakter atau tulisan tangan menjadi sesuatu yang cukup sulit, karena untuk menghasilkan translasi salah satu caranya adalah dengan korelasi piksel demi piksel yang membutuhkan waktu yang relatif lama. Selain itu, tidak memadainya basis pengetahuan yang diakibatkan aturan-aturan pengetahuan yang sulit dirumuskan dan keterlibatan data yang mengandung noise dan berjumlah cukup besar (perlu pemrosesan cepat), membuat penelitian di bidang pengenalan karakter atau tulisan tangan membutuhkan metode jaringan saraf tiruan (JST) untuk penyelesaian untuk klasifikasinya (Puspitaningrum, 2009). JST memperoleh pengetahuan melalui proses pembelajaran. Venkatesh dan Sureshkumar (2009) menggunakan metode JST Kohonen's Self Organizing Map untuk pengenalan tulisan tangan Tamil. Mubarok dkk (2010) menggunakan metode Kohenen Neural Network untuk pengenalan tulisan tangan aksara Sunda. Asworo (2009) melakukan penelitian pengenalan tulisan angka dan abjad Latin dengan membandingkan kinerja metode JST Kohonen dan Learning Vector Quantization (LVQ) yang membuktikan akurasi hasil pengenalan pada LVQ lebih tinggi (86%) dari metode Kohonen (68%). Wirayuda dkk menggunakan Learning Vector Quantization (LVQ) untuk pengenalan pola huruf Jepang (Kana) (2008) dan pengenalan huruf Bali (2009) dengan menghasilkan persentase pengujian

4 12 70% pada data uji dengan penulis yang berbeda dan di atas 80% dengan penulis yang tulisannya pernah menjadi data training. Ismail et all (2010) mengangkat penelitian identifikasi tanda tangan menggunakan metode ekstraksi ciri fourier descriptor dan chain codes dan metode untuk klasifikasinya menggunakan JST multilayer feed forward. Al-Jawfi et all (2009) melakukan pengenalan tulisan tangan huruf Arab menggunakan JST LeNet yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap untuk mengenal bentuk utama dari huruf dan tahap untuk pengenalan titik. Salah satu metode JST yang sering digunakan untuk pengenalan tulisan tangan adalah Backpropagation. Metode Backpropagation sangat baik dalam menangani masalah pengenalan pola-pola kompleks, sehingga sering pula dipilih untuk kasus pengenalan karakter (Puspitaningrum, 2006). Aplikasi memakai jaringan ini untuk masalah yang melibatkan pemetaan sekumpulan masukan terhadap sekumpulan target keluaran, jadi Backpropagation termasuk kategori jaringan dengan pelatihan terbimbing (Setiawan, 2005; Puspitaningrum, 2006). Park et all (2008) dan Salameh dan Otair (2008) menggunakan Backpropagation untuk membangun aplikasi OCR (Optical Character Recognition). Sarowar et all (2009) mengembangkan pengenalan tulisan tangan Bengali menggunakan heuristik untuk membuat pelatihan JST Backpropagation semakin baik. Mathur et all (2008) mengkombinasikan JST Backpropagation dan algoritma genetika yang menghasilkan efisiensi 71%. JST Backpropagation memiliki waktu pelatihan yang lambat, karena gradien error unit-unit tersembunyi diturunkan dari penyiaran kembali error-error yang diasosiasikan dengan unit-unit output (perambatan balik). Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan kesetimbangan

5 13 antara respon yang benar terhadap pola pelatihan (kemampuan memorisasi) dan respon yang baik terhadap pola-pola input baru (kemampuan generalisasi) (Puspitaningrum, 2006). Akan tetapi terdapat salah satu teknik untuk mempercepat pelatihan, yaitu dengan penambahan momentum seperti pada penelitian Otair dan Samlameh (2008) mengembangkan pengenalan tulisan tangan yang menghasilkan proses pengenalan yang lebih cepat dibandingkan Backpropagation tanpa momentum. Penambahan momentum dimaksudkan untuk menghindari perubahan bobot yang mencolok akibat adanya data yang sangat berbeda dengan yang lain. Disamping arsitektur jaringan dan algoritma pelatihan/pembelajaran, sebuah JST ditentukan oleh fungsi aktifasi / fungsi transfer yang digunakan. Pada JST terbimbing, termasuk metode Backpropagation pada umumnya menggunakan fungsi aktifasi sigmoid untuk membangkitkan nilai output. Fungsi sigmoid biner memiliki beberapa karakteristik penting untuk jaringan Backpropagation, yaitu kontinu, dapat diturunkan dan tidak menurun secara monoton, dan turunannya mudah untuk dilakukan perhitungan (Puspitaningrum, 2006, Siang, 2009). Brüderle et all (2006) melakukan pengenalan angka dengan menggunakan fungsi aktifasi sederhana dimana akurasi pengenalan dapat diatur berdasarkan parameter fungsi. Dalam penelitian ini dilakukan pengenalan tulisan tangan aksara Batak Toba dimana akuisisi citra dilakukan dengan menggunakan kamera digital untuk meng-capture tulisan tangan aksara Batak Toba yang ditulis di kertas. Citra tersebut kemudian diolah, yaitu dengan mengubahnya mejadi citra biner dan

6 14 ditransformasi menggunakan Wavelet sehingga menjadi masukan untuk proses klasifikasi menggunakan metode Bakpropagation Hipotesis Berdasarkan beberapa literatur yang telah dikaji di atas dan fakta-fakta yang diperoleh pada penelitian-penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil hipotesis bahwa metode JST Backpropagataion merupakan metode yang tepat atau cocok untuk menyelesaikan permasalahan pada penelitian ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah pengenalan tulisan tangan aksara Batak Toba, dimana tidak tersedia fungsi matematis yang jelas untuk menghasilkan translasi yang diinginkan, tidak memadainya basis pengetahuan yang diakibatkan aturan-aturan pengetahuan yang sulit dirumuskan dan keterlibatan data yang mengandung noise dan berjumlah cukup besar (perlu pemrosesan cepat) dimana permasalahan seperti ini cocok diselesaikan dengan metode JST Backpropagation Landasan Teori Aksara Batak Toba Aksara (surat) Batak termasuk keluarga tulisan India. Aksara India yang tertua adalah aksara Brahmi yang menurunkan dua kelompok tulisan, yakni kelompok India Utara (Aksara Nagari) dan kelompok India Selatan (Aksara Palawa). Aksara Palawa paling berpengaruh di Indonesia dan tulisan asli Indonesia berinduk pada aksara tersebut. Kerabat aksara Batak yang paling dekat

7 15 adalah aksara-aksara Nusantara (aksara-aksara turunan India yang terdapat di kepulauan Asia Tenggara), khususnya yang di Sumatera. Gambar 2.1. Silsilah Aksara (Kozok, 2009) Aksara Nusantara asli dapat dibagi atas lima kelompok : 1. Aksara Hanacaraka (Jawa, Sunda, Bali) 2. Surat Ulu (Kerinci, Rejang, Lampung, Lembak, Pasemah dan Serawi) 3. Surat Batak (Angkola-Mandailing, Toba, Simalungun, Pakpak Dairi, Karo) 4. Aksara Sulawesi (Bugis, Makasar dan Bima) 5. Aksara Filipina (Bisaya, Tagalog, Tagbanwa, Mangyan) Aksara Batak diklasifikasikan sebagai abugida, yaitu paduan antara silabogram (sistem tulisan dengan satuan dasar berupa konsonan yang diikuti oleh sebuah vokal) dan abjad. Seperti aksara Batak dan aksara Nusantara lainnya,

8 16 aksara Batak Toba terdiri atas dua perangkat huruf yang masing-masing di sebut ina ni surat dan anak ni surat. Urutan yang diketahui selama ini dan sering dipakai di sekolah adalah a-ha-na-ra-ta-ba-wa-i-ma-nga-la-pa-sa-da-ga-ja. Urutan ini adalah ciptaan baru dan tidak memiliki landasan tradisional. Urutan tersebut digunakan agar mudah untuk diingat dalam bentuk kalimat aha na rata bawa i mangalapa sada gaja yang artinya apa yang hijau lelaki itu memotong seekor gajah Ina Ni Surat Ina ni surat (ina = ibu) terdiri dari huruf-huruf silabik dasar yang diakhiri bunyi /a/ (kecuali untuk huruf i dan u) seperti yang ditunjukkan tabel 2.1. Tabel 2.1. Huruf-huruf ina ni surat dan variannya (Kozok, 2009; Simatupang, 2006) a a varian a ta t nga < da d nya [ ha/ka h ba b la l ga g i I na n varian n wa w varian w pa p varian p ja j u U ra r ma m varian m sa s ya y Gambar 2.2. Huruf-huruf Ina ni surat (Font tradisional)

9 Anak Ni Surat Bunyi /a/ pada ina ni surat dapat diubah dengan menambah nilai fonetisnya. Pengubah ini disebut diakritik. Diakritik dalam anak ni surat sebagai berikut : 1. Bunyi /e/ (pepet/keras) disebut hatadingan, dengan menambah garis kecil disebelah kiri atas ina ni surat, contoh : /pa/ p pe pe /ba/ b be be /ga/ g ge ge 2. Bunyi /ng/ disebut paninggil, dengan menambah garis kecil disebelah kanan atas ina ni surat, contoh : /pa/ p pang p^ /ba/ b bang b^ /ga/ g gang g^ 3. Bunyi /u/ disebut haborotan disebelah bawah ina ni surat, contoh : /pa/ p pu P /ba/ b bu B /ga/ g gu G 4. Bunyi /i/ disebut hauluan bentuk lingkaran kecil setelah ina ni surat, contoh: /pa/ p pi pi /ba/ b bi bi /ga/ g gi gi

10 18 5. Bunyi /o/ disebut sihora atau siala berupa tanda kali setelah ina ni surat, contoh: /pa/ p po po /ba/ b bo bo /ga/ g go go 6. Tanda mati untuk menghilangkan bunyi /a/ pada ina ni surat disebut pangolat, contoh: laha lh menjadi lah lh\ pasa ps menjadi pas ps\ mara mr menjadi mar mr\ Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah salah satu cabang dari bidang kecerdasan buatan. Beberapa penulis (Liu et all, 2006; Fatta, 2009) mengutip beberapa definisi pengenalan pola dari beberapa peneliti sebelumnya, yaitu penentuan suatu objek fisik atau kejadian ke dalam salah satu atau beberapa kategori (Duda dan Hart, 1973), ilmu pengetahuan yang menitik-beratkan pada deskripsi dan klasifikasi (pengenalan) dari suatu pengukuran (Schalkoff, 1992). Secara garis besar dapat dirangkum bahwa pengenalan pola merupakan cabang kecerdasan buatan yang menitikberatkan pada metode pengklasifikasian objek ke dalam kelas-kelas tertentu untuk menyelesaikan masalah tertentu, dengan memetakan (menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif) suatu fitur, yang merupakan ciri utama suatu objek (yang dinyatakan dalam sekumpulan bilangan-

11 19 bilangan) ke suatu kelas yang sesuai. Proses pemetaan ini menyangkut inferensi, baik secara eksplisit menggunakan statistik (misalnya dalam aturan Bayesian) maupun tak eksplisit dengan suatu jaringan keputusan (misalnya JST atau logika fuzzy) (Fatta, 2009). Sedangkan pola adalah suatu entitas yang terdefinisi (mungkin secara samar) dan dapat diidentifikasi serta diberi nama. Pola bisa merupakan kumpulan hasil pengukuran atau pemantauan dan bisa dinyatakan dalam notasi vektor dan matriks, contoh : sidik jari, raut wajah, gelombang suara, tulisan tangan dan lain sebagainya (Murni, 1992; Putra, 2010). Dalam pengenalan pola, data yang akan dikenali biasanya dalam bentuk citra atau gambar, akan tetapi ada pula yang berupa suara. Pengenalan pola memainkan peran penting dalam berbagai bidang rekayasa, Beberapa contoh pemanfaatan pengenalan pola salah satunya untuk sistem keamanan, misalnya pengenalan suara yang digunakan sebagai kunci pada sistem rahasia, pengenalan sidik jari yang dipakai sebagai pengganti password atau pin untuk mengakses sistem komputer tertentu, pengenalan wajah untuk mengidentifikasi para buronan dengan melakukan scanning pada sejumlah besar data wajah para pelaku yang sudah masuk dalam basis data berdasarkan foto pelaku kejahatan tersebut dan sebagai pengganti password atau PIN. Pemanfaatan pengenalan pola lainnya adalah pengenalan tulisan tangan atau karakter untuk mengenali bentuk karakter secara terbatas, sehingga pemindahan isi suatu dokumen ke dalam komputer untuk diolah lebih lanjut dapat dilakukan secara otomatis tanpa proses pengetikan kembali dokumen tersebut. Contoh aplikasi tersebut adalah aplikasi perbankan menggunakan pengenalan tulisan untuk

12 20 membuktikan pelaku transaksi adalah orang yang benar-benar berhak. Selain itu pengenalan tulisan tangan dimanfaatkan untuk penyortiran surat secara otomatis. Form atau surat dipindai sehingga menghasilkan gambar digital yang diubah menjadi karakter-karakter yang akan disimpan ke dalam basis data. Di bidang kesehatan atau kedokteran pengenalan pola dimanfaatkan untuk pengenalan citra medis yang dirancang untuk membantu para dokter untuk diagnosis, contohnya citra X-ray, klasifikasi sel darah putih. Pemanfaatan pengenalan pola lainnya adalah di bidang militer misalnya untuk pengenalan objek yang dibidik secara otomatis, di bidang geografi untuk klasifikasi bebatuan dan topografi permukaan bumi, atau di bidang pertanian misalnya untuk mengetahui ragam vegetasi, jenis dan kondisi tanah (Liu et all, 2006; Fatta, 2009; Murni, 1992) Pengenalan Tulisan Tangan Menurut Plamondon dan Srihari (Wu dan Yu, 2008), pengenalan tulisan tangan adalah proses perubahan suatu bahasa yang dihadirkan dalam bentuk ruang melalui tulisan menjadi representasi simbolik. Tahapan umum yang dilakukan pada sistem pengenalan tulisan tangan terdiri dari (Cheriet et all, 2007; Fatta, 2009; Putra, 2010) : 1. Data acquisition / pemerolehan data Tahapan ini adalah tahap pemerolehan data dari sensor (misal pada kamera) yang digunakan untuk menangkap objek dari dunia nyata dan selanjutnya diubah menjadi sinyal digital (sinyal yang terdiri dari sekumpulan bilangan) melalui proses digitalisasi. Terdapat dua metode utama yang

13 21 digunakan untuk pengenalan tulisan (yang biasa disebut recognition system), yaitu pengenalan tulisan secara offline dan online. Pada sistem pengenalan tulisan online, inputan tulisan bersifat temporer diperoleh secara langsung dari alat input digital. Contoh sistem pengenalan tulisan tangan online adalah pengenalan tulisan tangan pada PDA. Pada sistem pengenalan tulisan secara offline, input tulisan diperoleh dari teks tulisan yang di-scan terlebih dahulu atau dari kamera (Abu-Ain et all, 2011; Al-Alaoui et all, 2009; Leila dan Mohammed, 2007). Contoh pengenalan tulisan tangan offline adalah pembacaan alamat pada kartu pos atau surat, data-data yang ditulis pada form tertentu yang kemudian dibaca oleh OCR dan lainnya. 2. Data preprocessing / pemrosesan awal data Pada tahapan ini informasi dari citra huruf ditonjolkan, derau/noise dan kompleksitas ciri diminimalisasi, ukuran dan bentuk huruf dinormalisasikan agar diperoleh akurasi yang tinggi untuk tahap selanjutnya. 3. Feature extraction / ekstraksi ciri Pada bagian ini terjadi ekstraksi ciri untuk mendapatkan karakteristik pembeda yang mewakili sifat utama dengan memisahkannya dari fitur yang tidak diperlukan untuk proses klasifikasi. Ekstraksi ciri biasanya diikuti oleh prosedur reduksi dimensi citra untuk mengurangi kerumitan komputasi pada tahap klasifikasi dan memungkinkan untuk meningkatkan akurasi.

14 22 4. Data recognition (classification) / pengenalan data (klasifikasi) Tahapan ini berfungsi untuk mengelompokkan fitur ke dalam kelas yang sesuai dengan menggunakan algoritma klasifikasi tertentu. Hasil dari tahapan ini adalah klasifikasi dari objek yang ditangkap ke dalam kriteriakriteria yang telah ditentukan. Output dari klasifikasi adalah sebuah kelas karakter yang unik atau sebuah daftar urut dari kelas-kelas dengan nilai kepercayaan masing-masing. Tahapan pengenalan tulisan tangan digambarkan seperti gambar 2.3. Gambar 2.3. Tahapan pengenalan tulisan tangan (Fatta, 2009) Jaringan Saraf Tiruan (JST) Jaringan saraf tiruan (JST) adalah sebuah sistem pengolahan informasi yang karakteristik kinerjanya menyerupai jaringan saraf biologis. Jaringan saraf tiruan telah banyak dikembangkan sebagai generalisasi model matematika dari pengertian manusia atau saraf biologi, berdasarkan pada asumsi-asumsi bahwa : 1. Pemrosesan informasi terjadi pada banyak elemen-elemen sederhana yang disebut saraf (neuron). 2. Sinyal-sinyal disampaikan antar saraf atas/pada jalur-jalur hubungan (connection link).

15 23 3. Setiap jalur hubungan mempunyai sebuah bobot hubungan (associated weight), yang mana di dalam jaringan saraf yang khas, ini menggandakan sinyal transmisi/pengiriman. 4. Setiap saraf menggunakan fungsi aktivasi (activation function), biasanya nonlinier, untuk jaringan inputnya (penjumlahan dari bobot sinyal input) untuk menentukan sinyal outputnya. JST ditentukan oleh tiga hal : 1. Pola hubungan antar sarafnya (disebut arsitektur) 2. Metode penentuan bobot pada hubungan-hubungannya (disebut pembelajaran, pengetahuan atau algoritma) 3. Fungsi aktivasinya. Sebuah jaringan saraf terdiri atas sejumlah besar elemen pemrosesan sederhana yang disebut saraf (neuron), unit (units), sel (cells), atau titik (nodes). Setiap saraf menerima sinyal dari lingkungannya atau jaringan saraf lainnya, dan mengirimkan sinyal tersebut ke saraf lain yang berhubungan, dengan memakai jalur komunikasi langsung, masing-masing disebut dengan bobot hubungan (Engelbrecht, 2007; Santoso, 2000). Bobot menunjukkan informasi yang telah digunakan oleh jaringan untuk memecahkan masalah Backpropagation JST yang menggunakan Backpropagation dapat dipahami dalam beberapa tingkatan. Pada satu tingkat Backpropagation merupakan kumpulan dari persamaan-persamaan vektor, pada tingkat lainnya dapat dipandang sebagai suatu

16 24 program komputer dan tingkat lainnya lagi dipandang sebagai suatu sistem berlapis dengan simpul-simpul yang saling berinteraksi. Data yang memasuki JST melalui input. Simpul-simpul pada lapisan input bersifat pasif, tidak melakukan perhitungan; masing-masing mengirimkan nilai data tersebut melalui bobot-bobot sambungan ke simpul-simpul yang tersembunyi (hidden). Semua simpul tersembunyi menerima data dari lapisan input, tetapi karena setiap simbol mempunyai paket bobot yang berbeda, maka hasil dari nilai paket-paket tersebut juga berbeda. Setiap simpul tersembunyi mengolah input-inputnya dan mengirimkan hasilnya ke lapisan output. Simpul-simpul output mempunyai satu paket bobot yang berbeda dan mengolah nilai input dan output. Hasil latihan adalah suatu paket nilai-nilai variabel, satu untuk setiap output. Simpul-simpul tersembunyi tidak mempunyai hubungan langsung dengan input dan output. Simpul-simpul tersembunyi dan simpul-simpul output mengolah input-input yang diterimanya dalam dua tahap. Masing-masing dari mereka mengalikan setiap input dengan bobot-bobotnya, menambahkan hasilnya untuk mendapatkan total penjumlahan dan kemudian melewatkan jumlahnya melalui suatu fungsi tertentu untuk mendapatkan hasil. Inti algoritma belajar Backpropagation terletak pada kemampuannya untuk mengubah nilai-nilai bobotnya untuk menanggapi adanya kesalahan (Santoso, 2000).

17 Arsitektur Jaringan Backpropagation terdiri dari banyak lapisan (multilayer neural network), yaitu satu lapisan input mulai dari unit input 1 sampai n, lapisan tersembunyi (hidden layer) yang minimal berjumlah satu, mulai dari unit tersembunyi 1 sampai p dan lapisan output mulai dari unit output 1 sampai m. Nilai m, p, n adalah bilangan integer menurut arsitektur yang dirancang (Puspitaningrum, 2006). Arsitektur JST dengan 1 hidden layer ditunjukkan oleh gambar 2.4 dan arsitektur JST dengan 2 hidden layer ditunjukkan pada gambar 2.5. Gambar 2.4. Arsitektur Backpropagation dengan satu hidden layer (Fausset, 1994)

18 26 ` Gambar 2.5. Contoh Arsitektur Backpropagation dengan Dua Hidden Layer Fungsi Aktivasi Fungsi aktivasi yang dipakai dalam algoritma Backpropagation harus memenuhi beberapa syarat yaitu: kontinu, dapat didiferensiasi dan secara monoton tidak menurun. Salah satu fungsi aktivasi yang sesuai adalah fungsi sigmoid biner dengan range (0,1) dengan rumus (Siang, 2009) : f (x) = ( ) (2.1) dengan turunannya: f (x) = f (x)[1 f (x)] (2.2) Fungsi lainnya adalah fungsi sigmoid bipolar dengan range (-1,1) yang memiliki rumus.

19 27 f (x) = dengan turunannya: ( ) 1 (2.3) f (x) = [1 + f (x)][1 f (x)] (2.4) Algoritma Pelatihan Algoritma pelatihan untuk Backpropagation 1 hidden layer adalah sebagai berikut (Fausett, 1994) : Langkah 0 : inisialisasi bobot (harga acak kecil) Langkah 1 : selama kondisi berhenti salah, kerjakan langkah 2-9 Langkah 2 : untuk setiap pasangan, lakukan langkah 3-8 Feedforward : Langkah 3 : setiap unit input (X i, i = 1,,n), menerima sinyal masukan x i, dan mengirimkan ke semua unit lapisan tersembunyi. Langkah 4 : setiap lapisan tersembunyi (Z j, j = 1,,p), jumlahkan sinyal input bobotnya : z_in = v + x v (2.5) gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal keluaran : z = f(z_in ) (2.6) dan kirim sinyal ini ke semua unit keluaran. Langkah 5 : setiap unit output (Yk, k = 1,,m), jumlahkan sinyal input bobotnya, y_in = w + z w (2.7)

20 28 dan gunakan fungsi aktivasinya untuk menghitung sinyal keluaran y = f(y_in ) (2.8) Kesalahan Backpropagation (tahap umpan balik): Langkah 6 : setiap unit keluaran (Y k, k = 1,,m), menerima pola target yang berhubungan dengan pola pelatihan input, hitung informasi kesalahannya, δ = (t y )f (y_in ) (2.9) menghitung koreksi bobot w = αδ z (2.10) menghitung koreksi bias w = αδ (2.11) mengirim harga δ k ke unit-unit lapisan bawah. Langkah 7 : setiap unit tersembunyi (Z j, j=1,,p) jumlahkan input delta δ_in = δ w (2.12) kalikan dengan turunan fungsi aktivasi untuk menghitung informasi error δ = δ f (z_in ), (2.13) menghitung koreksi bobot : v = αδ x (2.14) dan menghitung koreksi bias v = αδ (2.15) Perbarui bobot dan bias :

21 29 Langkah 8 : setiap unit keluaran (Y k, k=1,,m) memperbarui bias dan bobot (j=0,,p) : w (baru) = w (lama) + w (2.16) Setiap unit tersembunyi (Zj, j=1,,p) memperbaui bias dan bobot (i=0,,n) v (baru) = v (lama) + v (2.17) Langkah 9 : pengetesan kondisi berhenti. JST Backpropagation dengan dua hidden layer memiliki algoritma pelatihan yang mengalami perubahan seperti berikut (Fausett, 1994). Langkah 0 : inisialisasi bobot (harga acak kecil) Langkah 1 : selama kondisi berhenti salah, kerjakan langkah 2-11 Langkah 2 : untuk setiap pasangan, lakukan langkah 3-10 Feedforward : Langkah 3 : setiap unit input (X i, i = 1,,n), menerima sinyal masukan x i, dan mengirimkan ke semua unit hidden layer 1. Langkah 4 : setiap unit hidden layer 1 (Za j, j = 1,,p), jumlahkan sinyal input bobotnya : za_in = v + x v (2.18) Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal keluaran: za = f(za_in ) (2.19) dan kirim sinyal ini ke semua unit keluaran.

22 30 Langkah 5 : setiap unit hidden layer 2 (Zb k, k = 1,,q), jumlahkan sinyal input bobotnya, zb_in = w + za w (2.20) dan gunakan fungsi aktivasinya untuk menghitung sinyal keluaran zb = f(zb_in ) (2.21) Langkah 6 : setiap unit output (Yl, l = 1,,m), jumlahkan sinyal input bobotnya, y_in = w + zb w (2.22) dan gunakan fungsi aktivasinya untuk menghitung sinyal keluaran y = f(y_in ) (2.23) Kesalahan Backpropagation (tahap umpan balik): Langkah 7 : setiap unit keluaran (Y l, l = 1,,m), menerima pola target yang berhubungan dengan pola pelatihan input, hitung informasi kesalahannya, δ_out = (t y )f (y_in ) (2.24) menghitung koreksi bobot w = α. δ_out. zb (2.25) menghitung koreksi bias w = αδ_out (2.26) mengirim harga δ_out l ke unit-unit lapisan bawah.

23 31 Langkah 8 : setiap unit tersembunyi (Zb k, k=1,,q) jumlahkan input delta δ_hid2_in = δ_out w (2.27) kalikan dengan turunan fungsi aktivasi untuk menghitung informasi error δ_hid2 = δ_hid2_in. zb. (1 zb ) (2.28) menghitung koreksi bobot: w = α. δ_hid2. za (2.29) dan menghitung koreksi bias: w = α.δ_hid2 (2.30) Langkah 9 : setiap unit tersembunyi (Za j, j=1,,p) jumlahkan input delta δ_hid1_in = δ_hid2 w (2.31) kalikan dengan turunan fungsi aktivasi untuk menghitung informasi error δ_hid1 = δ_hid1_in. za. (1 za ) (2.32) menghitung koreksi bobot : v = α. δ_hid1. x (2.33) dan menghitung koreksi bias: v = α. δ_hid1 (2.34) Perbarui bobot dan bias : Langkah 10 : setiap unit keluaran (Y l, l=1,,m) memperbarui bias dan bobot (k=0,,q) :

24 32 w (baru) = w (lama) + w (2.35) Setiap unit tersembunyi (Zb k, k = 1,, q) memperbaui bias dan bobot (j=0,,p) w (baru) = w (lama) + w (2.36) Setiap unit tersembunyi (Za j, j=1,,p) memperbaui bias dan bobot (i=0,,n) v (baru) = v (lama) + v (2.37) Langkah 11 : pengetesan kondisi berhenti Pembaharuan Bobot dengan Momentum Penambahan parameter momentum dalam meng-update bobot seringkali bisa mempercepat proses pelatihan. Hal ini disebabkan karena momentum memaksa proses perubahan bobot terus bergerak sehingga tidak terperangkap dalam minimum-minimum lokal. Jika parameter momentum digunakan maka persamaan-persamaan peng-update-an bobot dengan langkah pelatihan t, dan t+1 untuk langkah pelatihan selanjutnya mengalami modifikasi sebagai berikut (Fausset, 1994) : w jk (t+1) = α k z j + µ w jk (t) (2.38) dan v ij (t+1) = α j x 1 + µ v ij (t) (2.39) sehingga persamaan untuk menghitung bobot baru adalah sebagai berikut : w (t + 1) = w (t) + (α z + µ. (w (t) w (t 1)) (2.40) dan

25 33 v (t + 1) = v (t) + (α x + µ. (v (t) v (t 1)) (2.41) dengan w jk (t), v ij (t) = bobot awal pola kedua (hasil dari iterasi pola pertama). w jk (t 1), v ij (t-1) = bobot awal pada iterasi pola pertama µ = parameter momentum dalam range antara 0 sampai Wavelet Dalam proses ekstraksi ciri dilakukan transformasi citra untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas yang terkandung dalam citra tersebut. Transformasi atau alih ragam citra pada bagian ini adalah perubahan ruang (domain) citra ke domain lainnya. Melalui proses transformasi, citra dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari sinyal dasar (basic signals) yang sering disebut dengan fungsi basis (basis function) (Putra, 2010). Wavelet diartikan sebagai small wave atau gelombang singkat. Transformasi Wavelet akan mengkonversi suatu sinyal ke dalam sederetan Wavelet. Gelombang singkat tersebut merupakan fungsi yang terletak pada waktu berbeda. Transformasi Wavelet mampu memberikan informasi frekuensi yang muncul dan memberikan informasi tentang skala atau durasi atau waktu. Wavelet dapat digunakan untuk menganalisa suatu bentuk gelombang (sinyal) sebagai kombinasi dari waktu (skala) dan frekuensi (Putra, 2010). Proses transformasi pada Wavelet dapat dicontohkan sebagai berikut. Citra yang semula ditransformasi dibagi (didekomposisi) menjadi empat sub-citra baru untuk menggantikannya. Setiap sub-citra berukuran ¼ kali dari citra asli. Tiga

26 34 sub-citra pada posisi kanan atas, kanan bawah dan kiri bawah akan tampak seperti versi kasar dari citra asli karena berisi komponen frekuensi tinggi dari citra asli. Sedangkan untuk sub-citra pada posisi kiri atas tampak seperti citra asli dan lebih halus, karena berisi komponen frekuensi rendah dari citra asli. Sub-citra pada bagian kiri atas (frekuensi rendah) tersebut dibagi lagi menjadi empat sub-citra baru. Proses diulang sesuai dengan level transformasi yang diinginkan. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada gambar 2.6. LL2 HL2 LH2 HH2 LH1 LH1, HL1, dan HH1 merupakan hasil dekomposisi level 1. LL1 tidak diperlihatkan pada gambar karena langsung HL1 HH1 didekomposisi lagi menjadi LL2, LH2, HL2 dan HH2 Gambar 2.6. Dekomposisi Citra (Santoso, 2011) Pada citra 2 dimensi, terdapat dua cara untuk mentransformasi atau mendekomposisi nilai-nilai pikselnya, yaitu dekomposisi standar dan tak standar. Keduanya diperoleh berdasarkan transformasi Wavelet 1 dimensi. Dekomposisi standar menggunakan transformasi Wavelet 1 dimensi pada tiap baris citra dan kemudian pada tiap kolom. Dekomposisi tak standar diperoleh dengan mengkombinasikan pasangan transformasi baris dan transformasi kolom secara bergantian. Pada langkah pertama diterapkan transformasi Wavelet 1 dimensi pada baris, kemudian diterapkan alihragam Wavelet 1 dimensi pada kolom, proses tersebut diulang sesuai dengan level yang diinginkan.

27 Wavelet Haar Wavelet Haar diperkenalkan oleh Alfred Haar pada tahun Untuk Wavelet Haar 1 dimensi, fungsi basis untuk ruang Vj disebut dengan fungsi penyekalaan. Basis sederhana pada Vj diberikan sebagai fungsi penyekalaan dan translasi sebagai berikut (Putra, 2010) : dengan (x) = 2 x i i = 0,1,2,,2 j -1 (2.42) (x) = 1 0 untuk 0 x < 1 untuk lainnya (x) sering disebut dengan fungsi penyekalan (scaling function). Sebagai contoh fungsi basis untuk ruang V 2 seperti telihat pada gambar 2.7 dibawah ini. Gambar 2.7 Fungsi Basis Ruang V 2 Fungsi wavelet yang sesuai dengan fungsi penyekalaan diatas disebut dengan wavelet Haar, yang diberikan dengan persamaan: Ψ (x) = Ψ(2 x i) i = 0,1,,2 j (2.43) dengan 1 Ψ(x) = 1 0 untuk 0 x < ½ untuk ½ x < 1 untuk lainnya dan Ψ(x) sering disebut dengan fungsi wavelet (wavelet function atau mother wavelet).

28 C# dan.net Framework C# merupakan bahasa pemrograman berorientasi objek untuk framework Microsoft.NET. C# didasarkan pada bahasa pemrograman C++ yang memiliki kemiripan dengan beberapa bahasa pemrograman seperti Visual Basic, Java dan Delphi. C# memerlukan CLR (Common Language Runtime) untuk dapat dijalankan, yang berarti juga membutuhkan.net Framework. Pada CLR tersedia library-library yang diperlukan oleh aplikasi-aplikasi yang dibuat, dimana berlangsung eksekusi, pengelolaan sumber daya, hingga penanganan error secara otomatis. Untuk dapat membuat proyek-proyek menggunakan bahasa pemrograman C# dan memanfaatkan teknologi.net yang harus dipersiapkan adalah.net Framework dan Microsoft Visual Studio (Komputer, 2008; Ferdiana, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam, dimana salah satunya terwujud dalam aksara atau tulisan asli

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam, dimana salah satunya terwujud dalam aksara atau tulisan asli BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki warisan kekayaan budaya yang beragam, dimana salah satunya terwujud dalam aksara atau tulisan asli daerah yang termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kategori Aksara Nusantara. Secara garis besar menurut Kertasari et. al (2009),

BAB I PENDAHULUAN. dalam kategori Aksara Nusantara. Secara garis besar menurut Kertasari et. al (2009), BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan memiliki beribu-ribu warisan budaya yang tersebar di seluruh penjuru nusantara. Diantara banyaknya warisan budaya tersebut

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ANALISIS PENGENALAN TULISAN TANGAN AKSARA HANACARAKA

RANCANG BANGUN ANALISIS PENGENALAN TULISAN TANGAN AKSARA HANACARAKA RANCANG BANGUN ANALISIS PENGENALAN TULISAN TANGAN AKSARA HANACARAKA Sugeng Winardi1), Hamzah2) 1) Sistem Informasi Universitas Respati Yogyakart 2)Teknik Informatika Universitas Respati Yogyakarta Jl Laksda

Lebih terperinci

Analisis Unjuk Kerja Pelatihan JST Backpropagation pada Pengenalan Tulisan Tangan Aksara Batak Toba

Analisis Unjuk Kerja Pelatihan JST Backpropagation pada Pengenalan Tulisan Tangan Aksara Batak Toba Analisis Unjuk Kerja Pelatihan JST Backpropagation pada Pengenalan Tulisan Tangan Aksara Batak Toba Suriski Sitinjak 1, B Yudi Dwiandiyanta 2, Ernawati 3 Program Studi Magister Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

PENGENALAN AKSARA JAWAMENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ)

PENGENALAN AKSARA JAWAMENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) PENGENALAN AKSARA JAWAMENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) Alfa Ceria Agustina (1) Sri Suwarno (2) Umi Proboyekti (3) sswn@ukdw.ac.id othie@ukdw.ac.id Abstraksi Saat ini jaringan saraf tiruan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Backtracking Dalam Game Pencaria Kata Menggunakan Aksara Batak Toba

Penerapan Algoritma Backtracking Dalam Game Pencaria Kata Menggunakan Aksara Batak Toba Penerapan Algoritma Backtracking Dalam Game Pencaria Kata Menggunakan Aksara Batak Toba Melva Lumban Gaol Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera Utara naiposposmelva@yahoo.co.id Kristin L Sitompul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian-penelitian yang mengangkat bidang pengenalan pola, huruf ataupun pengenalan aksara telah banyak dilakukan dan begitu juga objek dan pemanfaatannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

Oleh: Ulir Rohwana ( ) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Isa Irawan, M.T.

Oleh: Ulir Rohwana ( ) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Isa Irawan, M.T. Oleh: Ulir Rohwana (1209 100 702) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Isa Irawan, M.T. DAFTAR ISI I II III IV V VI PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI HASIL DAN PENGUJIAN

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Digunakan untuk meminimalkan error pada output yang dihasilkan oleh jaringan. Menggunakan jaringan multilayer. Arsitektur Jaringan Proses belajar & Pengujian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas teori yang digunakan sebagai landasan pengerjaan pengenalan kata berdasarkan tulisan tangan huruf Korea (hangūl) menggunakan jaringan saraf tiruan propagasi balik.

Lebih terperinci

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan IMPLEMENTASI JARINGAN SARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI SERVICE KENDARAAN RODA 4 DENGAN METODE BACKPROPAGATION (STUDI KASUS PT. AUTORENT LANCAR SEJAHTERA) Muhammad Fahrizal Mahasiswa Teknik Informatika STMIK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Estimasi Needs

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas landasan teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teknik-teknik yang dibahas mengenai pengenalan pola, prapengolahan citra,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 1-6 1

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 1-6 1 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 1-6 1 Pengenalan Tulisan Tangan Huruf Latin Bersambung Secara Real Time Menggunakan Algoritma Learning Vector Quantization Ulir Rohwana dan M Isa Irawan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital BAB II DASAR TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f (x,y) dua dimensi,dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh Sudharmadi Bayu Jati Wibowo

Lebih terperinci

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc IIS AFRIANTY, ST., M.Sc Sistem Penilaian Tugas dan Keaktifan : 15% Quiz : 15% UTS : 35% UAS : 35% Toleransi keterlambatan 15 menit Handphone: Silent Costume : aturan UIN Laki-laki Perempuan Menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Jawa yang pada dasarnya terdiri atas dua puluh aksara pokok (nglegena),

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Jawa yang pada dasarnya terdiri atas dua puluh aksara pokok (nglegena), BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aksara Jawa Carakan (Abjad/Aksara Jawa) adalah huruf yang digunakan dalam ejaan bahasa Jawa yang pada dasarnya terdiri atas dua puluh aksara pokok (nglegena), yang ditunjukkan

Lebih terperinci

Koreksi atas Penulisan Aksara Batak Toba

Koreksi atas Penulisan Aksara Batak Toba Koreksi atas Penulisan Aksara Batak Toba Ama ni Pardomuan Semula aksara Batak hanya dipahami dan dimengerti oleh kalangan yang sangat terbatas saja yaitu para ahli mejik (magic) dan pengobatan (datu atau

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK Fany Hermawan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur 112-114 Bandung E-mail : evan.hawan@gmail.com

Lebih terperinci

Pola adalah entitas yang terdefinisi dan dapat diidentifikasi melalui ciri-cirinya (features).

Pola adalah entitas yang terdefinisi dan dapat diidentifikasi melalui ciri-cirinya (features). Pola adalah entitas yang terdefinisi dan dapat diidentifikasi melalui ciri-cirinya (features). Ciri-ciri tersebut digunakan untuk membedakan suatu pola dengan pola lainnya. Ciri yang bagus adalah ciri

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation 1 Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Reza Subintara Teknik Informatika, Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

Perbandingan Antara Metode Kohonen Neural Network dengan Metode Learning Vector Quantization Pada Pengenalan Pola Tandatangan

Perbandingan Antara Metode Kohonen Neural Network dengan Metode Learning Vector Quantization Pada Pengenalan Pola Tandatangan Jurnal Sains & Matematika (JSM) ISSN Kajian 0854-0675 Pustaka Volume14, Nomor 4, Oktober 2006 Kajian Pustaka: 147-153 Perbandingan Antara Metode Kohonen Neural Network dengan Metode Learning Vector Quantization

Lebih terperinci

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH 7B. Standar Backpropagation (BP) Backpropagation (BP) merupakan JST multi-layer. Penemuannya mengatasi kelemahan JST dengan layer tunggal yang mengakibatkan perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, M. Rhifky Wayahdi 2 1 Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perangkat keras komputer berkembang dengan pesat setiap tahunnya selalu sudah ditemukan teknologi yang lebih baru. Meskipun demikian masih banyak hal yang belum dapat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. luar dan daging iga sangat umum digunakan di Eropa dan di Amerika Serikat

BAB II DASAR TEORI. luar dan daging iga sangat umum digunakan di Eropa dan di Amerika Serikat 6 BAB II DASAR TEORI 2.1. Daging Sapi dan Daging Babi 2.1.1.Daging Sapi Daging sapi adalah daging yang diperoleh dari sapi yang biasa dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan. Di setiap daerah,

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN BANYAKNYA JUMLAH KELAS POLA YANG DIKENALI DAN TINGKAT KERUMITAN POLANYA

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN BANYAKNYA JUMLAH KELAS POLA YANG DIKENALI DAN TINGKAT KERUMITAN POLANYA ISSN: 1693-6930 159 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN BANYAKNYA JUMLAH KELAS POLA YANG DIKENALI DAN TINGKAT KERUMITAN POLANYA Iwan Suhardi, Riana T. Mangesa Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Computer Vision terutama dalam bidang pengenalan wajah berkembang pesat, hal ini tidak terlepas dari pesatnya

Lebih terperinci

PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing. Tugas Ujian Sarjana

PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing. Tugas Ujian Sarjana PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing Tugas Ujian Sarjana. Penjelasan Learning Vector Quantization (LVQ) Learning

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 1 Edisi.,Volume,. Bulan.. ISSN :

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 1 Edisi.,Volume,. Bulan.. ISSN : Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) Edisi.,Volume,. Bulan.. ISSN : 289-933 ANALISIS METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK PENGENALAN SEL KANKER OTAK Novita Handayani Teknik Informatika

Lebih terperinci

Analisis Jaringan Saraf Tiruan Model Perceptron Pada Pengenalan Pola Pulau di Indonesia

Analisis Jaringan Saraf Tiruan Model Perceptron Pada Pengenalan Pola Pulau di Indonesia Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA (JITIKA) Vol.11, No.1, Februari 2017 ISSN: 0852-730X Analisis Jaringan Saraf Tiruan Model Perceptron Pada Pengenalan Pola Pulau di Indonesia Muhammad Ulinnuha

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan Peramalan Inventory Barang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Aksara Batak Aksara adalah suatu sistem simbol visual yang tertera pada kertas maupun media lainnya (batu, kayu, kain, dll) untuk mengungkapkan unsur-unsur yang ekspresif dalam

Lebih terperinci

Studi Modifikasi standard Backpropagasi

Studi Modifikasi standard Backpropagasi Studi Modifikasi standard Backpropagasi 1. Modifikasi fungsi objektif dan turunan 2. Modifikasi optimasi algoritma Step Studi : 1. Studi literatur 2. Studi standard backpropagasi a. Uji coba standar backpropagasi

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

EVALUASI PENGARUH FUNGSI AKTIFASI DAN PARAMETER KEMIRINGANNYA TERHADAP UNJUKKERJA PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

EVALUASI PENGARUH FUNGSI AKTIFASI DAN PARAMETER KEMIRINGANNYA TERHADAP UNJUKKERJA PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN EVALUASI PENGARUH FUNGSI AKTIFASI DAN PARAMETER KEMIRINGANNYA TERHADAP UNJUKKERJA PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (Studi Kasus pada Pengenalan Karakter Angka Tulisan Tangan) Iwan Suhardi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Identifikasi Otentifikasi Citra Tanda Tangan Menggunakan Wavelet dan Backpropagation

Identifikasi Otentifikasi Citra Tanda Tangan Menggunakan Wavelet dan Backpropagation Identifikasi Otentifikasi Citra Tanda Tangan Menggunakan Wavelet dan Backpropagation Resa Abdilah 1, Esmeralda C. Djamal, Ridwan Ilyas Jurusan Informatika, Fakultas MIPA Universitas Jenderal Achmad Yani

Lebih terperinci

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Junia Kurniati Computer Engineering Department Faculty of Computer Science Sriwijaya University South Sumatera Indonesia

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION 1 Andrian Rakhmatsyah 2 Sayful Hakam 3 Adiwijaya 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian maupun pembuatan aplikasi mengenai pengenalan karakter / pengenalan pola ataupun yang berhubungan dengan Jaringan Syaraf Tiruan terlebih dengan metode Backpropagation

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING DISTANCE

APLIKASI PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING DISTANCE APLIKASI PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING DISTANCE Matheus Supriyanto Rumetna 1*, Marla Pieter, Monica Manurung 1 1 Fakultas Ilmu Komputer dan Manajemen, Universitas Sains

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini akan dibahas mengenai teori-teori pendukung pada penelitian ini. Adapun teori tersebut yaitu teori jaringan saraf tiruan dan algoritma backpropragation. 2.1. Jaringan Saraf

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan proses pengolahan citra digital (digital image processing), dimana data berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan proses pengolahan citra digital (digital image processing), dimana data berupa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awalnya, komputer hanya dapat digunakan untuk melakukan pemrosesan terhadap data numerik. Tetapi pada sekarang ini, komputer telah membawa banyak perubahan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PENGENALAN POLA AKSARA HANACARAKA

PENERAPAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PENGENALAN POLA AKSARA HANACARAKA PENERAPAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PENGENALAN POLA AKSARA HANACARAKA Sugeng Winardi 1), Hamzah 2) 1 Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Respati Yogyakarta email: wins_good@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Pegawai atau karyawan merupakan

Lebih terperinci

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA Iwan Suhardi, Toleransi Jaringan Syaraf Tiruan TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA Iwan Suhardi Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sel Darah Merah Sel darah merah atau eritrositmemiliki fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Pertemuan 11 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Pertemuan 11 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Pertemuan 11 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom Outline Konsep JST Model Struktur JST Arsitektur JST Aplikasi JST Metode Pembelajaran Fungsi Aktivasi McCulloch

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA Pembimbing: Desi Fitria Utami M0103025 Drs. Y. S. Palgunadi, M. Sc

Lebih terperinci

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah Karakter Braille Ke Bentuk Abjad

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah Karakter Braille Ke Bentuk Abjad The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan dalam penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk bisa mendukung sistem secara utuh dibutuhkan teori-teori yang mendukung dalam pengembangan aplikasi ini. Teori-teori yang dibutuhkan meliputi pengenalan tanda tangan dan teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL

PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL Oleh : ACHMAD FAUZI ARIEF 1203 109 007 Dosen Pembimbing : Drs. Nurul Hidayat, M.Kom JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan materi yang mendukung dalam pembahasan evaluasi implementasi sistem informasi akademik berdasarkan pengembangan model fit HOT menggunakan regresi linier

Lebih terperinci

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Decy Nataliana [1], Sabat Anwari [2], Arief Hermawan [3] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi, LAMPIRAN 15 Lampiran 1 Algoritme Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Standar Langkah 0: Inisialisasi bobot (bobot awal dengan nilai random yang paling kecil). Langkah 1: Menentukan maksimum epoch, target

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA (Studi Eksplorasi Pengembangan Pengolahan Lembar Jawaban Ujian Soal Pilihan Ganda di

Lebih terperinci

MILIK UKDW. Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MILIK UKDW. Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini, jaringan syaraf tiruan telah berkembang dengan pesat. Berbagai aplikasi telah memanfaatkan jaringan syaraf tiruan dalam penerapannya,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari 2010 50 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur Dengan Menggunakan Algoritma Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Suara Manusia Menurut Inung Wijayanto (2013), produksi suara manusia memerlukan tiga elemen, yaitu sumber daya, sumber suara dan pemodifikasi suara. Ini adalah dasar dari teori

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI

IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI Andi Harmin Program Studi : Teknik Komputer STMIK Profesional Makassar andiharmin1976@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PENGENALAN POLA DENGAN TINGKAT VARIASI POLA : STUDI KASUS PENGENALAN POLA KARAKTER HURUF DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN)

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PENGENALAN POLA DENGAN TINGKAT VARIASI POLA : STUDI KASUS PENGENALAN POLA KARAKTER HURUF DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN) ISSN: 1693-6930 1 ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PENGENALAN POLA DENGAN TINGKAT VARIASI POLA : STUDI KASUS PENGENALAN POLA KARAKTER HURUF DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN) Iwan Suhardi Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) 3 JARINGAN SYARAF BIOLOGIS (JSB) Otak manusia berisi sekitar 0 sel syaraf (neuron) yang bertugas untuk memproses informasi yang masuk. Tiap sel syaraf dihubungkan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. untuk pengguna interface, membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. untuk pengguna interface, membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak. 29 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Sistem Pada dasarnya untuk pembuatan aplikasi ini, yakni aplikasi pengenalan suara untuk pengguna interface, membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak.

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci