BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut tersedianya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut tersedianya"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut tersedianya sumber daya manusia (yang selanjutnya disebut personel) yang handal, menempatkan Perwira sebagai roda penggerak (pemrakarsa dan pendorong dalam penyelenggaraan kegiatan, konseptor dalam perencanaan kegiatan dan pemikir untuk menghadapi tantangan yang akan dihadapi) sekaligus pencipta (pemimpin organisasi yang menyediakan dan mengembangkan SDM) personel tersebut. Persoalan yang sering dihadapi dalam di lingkungan militer saat ini adalah terkait dengan pembinaan perwira yang menuntut perhatian tersendiri ditengah-tengah masalah pengelolaan manajemen organisasi yang begitu kompleks. Perhatian tersebut semakin lama semakin meningkat yang dalam hal ini adalah manajemen pengelolaan organisasi dan kebutuhan personel perwira yang semaik meningkat baik kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas saja rasio ketersediaan perwira dengan jabatan struktural di TNI dalam hal ini TNI AU masih terjadi ketimpangan yang mengakibatkan permasalahan yang dihadapi perwira belum bisa terselesaikan dengan maksimal. Kenyataannya, bahwa formasi jabatan struktural masih sangat terbatas sedangkan ketersediaan jumlah perwira cukup banyak. 1

2 2 Belum lagi dalam tinjauan kualitas, dengan melihat fenomena yang terjadi di organisasi TNI AU, tidak semua personel perwira memiliki kualitas yang unggul dan ini bisa membawa dampak yang luas dan kompleks apabila tidak diperhatikan oleh Pimpinan atau manajemen di TNI AU. Selain dari itu kedudukan perwira yang berpredikat unggul juga diharapkan menjadi teladan atau menjadi supervisor bagi anak buahnya sehingga peranan perwira sebagai konseptor, pemrakarsa dan pemimpin dalam organisasi di TNI AU bisa tercapai maksimal dan lebih merata. Disadari atau tidak bahwasanya personel dalam hal ini perwira merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap kegiatan di TNI AU, yang hal ini dapat diindikasikan dengan penggunaan teknologi yang digunakan semakin canggih harus mampu didukung oleh perwira sebagai pelaksana dan perencana kegiatan sehingga mampu menghasilkan yang diharapkan. Oleh karena itu peranan perwira dalam organisasi sangat diperlukan dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Personel yang merupakan aset yang terdiri dari orang-orang yang ada dalam organisasi memiliki kemampuan, bakat dan semangat untuk bekerja dan semua itu mereka digunakan dalam mengerjakan pekerjaan mereka. (human capital). Oleh karena itu setiap organisasi dituntut untuk bekerja lebih cepat, efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dengan demikian faktor personel perlu mendapat prioritas utama dalam pengelolaannya sehingga dapat dimanfaatkan sesuai yang diharapkan.

3 3 Tuntutan untuk menghadapi era globalisasi yang sangat dinamis, hal ini akan berimplikasi pada TNI AU harus mampu menyesuaikan perubahan tersebut dalam mencapai tujuan TNI AU. Keberhasilan TNI AU dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung pada prestasi kerja dan kemampuan personel perwiranya dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka. Oleh karena itu satuan kerja yang berada di organisasi TNI AU perlu memikirkan cara yang lebih tepat dilakukan agar dapat dikembangkan bagi perwiranya guna mendorong kemajuan dan tujuan TNI AU. Peningkatan prestasi kerja para personel menjadi semakin penting mengingat perubahan arah kebijakan Pemerintah dan Pimpinan TNI AU sebagaimana yang dikehendaki oleh semangat reformasi untuk lebih luas memberikan ruang gerak dan peran serta yang lebih besar kepada personelnya dan yang mana perwiranya lebih berperan sebagai fasilitator dan dinamisator (Wahyuningrum: 2008). Organisasi atau instansi diharapkan mampu mengoptimalkan kemampuan personel yang dimilikinya agar pencapaian tujuan dapat tercapai, namun hal tersebut terlalu sederhana dikarenakan masih perlu pemahaman yang baik tentang organisasi oleh personel dan adanya strategi pengembangan personel yang matang dalam meningkatkan prestasi kerjanya. Untuk meningkatkan dan mencapai prestasi kerja yang optimal bagi personel dalam organisasi termasuk di TNI AU dapat dilakukan dengan berbagai cara yang salah satunya adalah promosi jabatan. Promosi jabatan diberikan kepada personel yang memiliki prestasi kerja yang tinggi dan terukur serta adanya dukungan kemampuan personel yang memadahi.

4 4 Berdasarkan keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Kep/644/XII/2012 tanggal 12 Desember 2012 tentang Buku Petunjuk Teknis Kenaikan Pangkat Prajurit bahwa setiap prajurit yang dipromosikan pada jabatan yang lebih tinggi pada dasarnya disetujui kenaikan pangkatnya dan merupakan penyesuaian dengan jabatan yang disandangnya. Kenaikan pangkat merupakan penghargaan atau anugerah dari negara atas pengabdian prajurit yang berakibat terhadap perubahan administrasi. Penghargaan atau anugerah ini diberikan atas dedikasi dan prestasi kerja yang dihasilkan oleh prajurit yang bersangkutan. Sementara itu dalam Keputusan tersebut pangkat prajurit dapat digolongkan dalam: a. Pangkat Perwira. Pangkat perwira dapat dikelompokkan dalam: 1) Perwira Tinggi yang terdiri dari: a) Marsekal TNI atau golongan eselon IV. b) Marsekal Madya (Marsdya) TNI atau golongan eselon III. c) Marsekal Muda (Marsda) TNI atau golongan eselon II. d) Marsekal Pertama (Marsma) TNI atau golongan eselon I. 2) Perwira Menengah yang terdiri dari: a) Kolonel atau golongan IV. b) Letnan Kolonel (Letkol) atau golongan V c) Mayor atau golongan VI. 3) Perwira Pertama yang terdiri dari: a) Kapten atau golongan VII b) Letnan Satu (Lettu) atau golongan VIII

5 5 c) Letnan Dua (Letda) atau golongan IX. b. Pangkat Bintara. Kelompok pangkat bintara dapat terbagi dalam: 1) Bintara Tinggi yang terdiri dari: a) Pembantu Letnan Satu (Peltu). b) Pembantu Letnan Dua (Pelda). 2) Bintara terdiri dari: a) Sersan Mayor (Serma). b) Sersan Kepala (Serka). c) Sersan Satu (Sertu). d) Sersan Dua (Serda). c. Pangkat Tamtama. Pangkat tamtama terdiri dari: 1) Kopral Kepala (Kopka). 2) Kopral Satu (Koptu). 3) Kopral Dua (Kopda). 4) Prajurit Kepala (Praka). 5) Prajurit Satu (Pratu). 6) Prajurit (Prada). Dengan adanya penggolongan pangkat ini maka promosi jabatan bagi prajurit merupakan kenaikan satu tingkat lebih tinggi yang diperolehnya atas prestasi kerjanya. Selain itu dengan adanya promosi jabatan maka personel tersebut merasa dihargai dan diakui kemampuan prestasi kerjanya oleh atasan atau Pimpinan TNI AU sehingga akan menghasilkan keluaran (output) yang berupa tinggi dan akan mempertinggi loyalitas (kesetiaan) pada TNI AU. Oleh karena itu

6 6 penilaian prestasi kerja personel merupakan tolok ukur utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Sebagai salah satu organisasi di lingkungan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, Dinas Kesehatan Angkatan Udara (yang selanjutnya disebut Diskesau) yang merupakan badan pelaksana pusat di tingkat Mabesau yang mempunyai fungsi berdasarkan Keputusan Kasau Nomor Kep/4/III/2004 tanggal 1 Maret 2004 sebagai berikut: a. Merumuskan dan menyusun kebijakan teknis dalam bidang pembinaan kesehatan. b. Merumuskan dan menyusun sistem pembinaan kesehatan. c. Menyusun perencanaan dan program dalam pembinaan kesehatan. d. Merencanakan dan melaksanakan kebutuhan alat kesehatan yang menjadi tanggungjawabnya. e. Menyelenggarakan fungsi dukungan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan personel, kesehatan dan jasmani, pembinaan kesehatan matra kedirgantaraan, pembinaan jasmani dan penelitian bidang kesehatan. Diskesau merupakan organisasi yang bertanggungjawab atas penyelenggaaan pembinaan dibawahnya yaitu pelaksana teknis antara lain Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (Lakespra) Saryanto, Lembaga Kesehatan Gigi dan Mulut (Lakesgilut), Lembaga Farmasi TNI AU (Lafiau), RSAU dr. Esnawan Antariksa dan RSAU Tk II dr. Salamun. Begitu beratnya tugas yang diemban oleh Diskesau dalam pembinaan kesehatan baik pembinaan personel, pembinaan pelayanan kesehatan dan pembinaan jasmani

7 7 personel kesehatan. Proses pembinaan personel di lingkungan kesehatan dimulai dari perekrutan personel, pemberian pendidikan kemiliteran dan keprofesian serta kematraan, penyaluran personel pada satuan kerja dan promosi jabatan atas prestasi kerjanya. Proses pembinaan personel berlaku secara keseluruhan di tingkatan kepangkatan termasuk pada level pangkat perwiranya. Tugas yang diemban oleh seorang Pamen berpangkat Mayor atau golongan VI menjadi bagian yang memegang peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan pada level tersebut lebih banyak dibutuhkan pemikiran konsepnya dan penggerak selaku pemimpin dalam organisasinya. Namun demikian tuntutan dari organisasi untuk dapat memberikan kualitas hasil prestasi kerja bukanlah perkara yang sangat mudah. Hal ini dikarenakan latar belakanng pendidikan yang dimiliki oleh Pamen golongan VI masih variatif yang disebabkan sumber masukan atau rekrutmen Pamen tersebut. Ada yang berasal dari sumber dari sarjana dan ada yang bersumber dari pendidikan pembentukan militer yang berjenjang. Keadaaan ini yang berimplikasi pada tingkatan pendidikan yang dimiliki Pamen golongan VI bervariasi mulai dari pendidikan SMA, Diploma III, Stata I, Strata II dan masa kerja dinas yang dimilikinya bervariatif serta jumlah Pamen yang berpangkat Mayor atau golongan VI di Diskesau, RSAU dr. Esnawan Antariksa dan Lakespra Saryanto. Untuk dapat memberikan gambaran tentang tersebut maka dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini.

8 8 NO Tabel 1.1 Tingkat Pendidikan Perwira Menengah Korp (Bidang Profesi) Kesehatan Golongan VI di Lingkungan Kesehatan TNI AU KUALIFIKASI PENDI DIKAN MASA KERJA (dlm thn) JMLH PA- MEN GOL VI SATUAN KERJA PER SEN TASE 1. Dokter spesialis 15 1,3,1 Diskesau, Lakespra, RSAU 11,4 2. Dokter umum 19 1 Diskesau 2,3 3. Apoteker 12 s.d 13 3, 2 RSAU Esnawan dan Lakespra 11,4 4. D3 Farmasi 11 2 RSAU Esnawan 4,6 5. Asisten Apoteker 22 1 RSAU Esnawan 2,3 6. S1 Kesmas 18 1 RSAU Esnawan 2,3 7. D3 Kesmas 18 2 RSAU Esnawan 4,6 8. S1 Keperawatan 20 2 RSAU Esnawan 4,6 9. D3 Keperawatan 14 s.d 20 2, 2 Diskesau, 10 Lakespra, RSAU 10. SPK 20 1 RSAU Esnawan 2,3 11. D3 Gizi 18 1 RSAU Esnawan 2,3 12. D3 Fisioterapi 18 2 RSAU Esnawan 4,6 13. D3 Analis medis 17 1, 2 Lakespra, RSAU 6,8 14. D3 Radiologi 15 1, 1 Diskesau, RSAU 4,6 15. D3 Elektromedis 17 1 RSAU Esnawan 2,3 16. D3 Refraksionis 18 1,1 Lakespra, RSAU 4,6 J u m l a h Sumber: Perkasau No 172/XII/2014 tanggal 28 Desember 2014 tentang DSP di Lingkungan Mabesau dan Kotama Mabesau. 31,8 Berdasarkan Tabel 1.1 diatas dapat dilihat kemampuan Pamen golongan VI yang memiliki pendidikan formal sejumlah 44 orang dengan 2 orang (4,6%) berlatar belakang pendidikan setingkat SMA, 31 orang (70,5%) berlatar belakang pendidikan Diploma III, 8 orang (18,2%) berlatar belakang Strata I dan 5 orang (11,4%) berlatar belakang pendidikan Strata II. Sedangkan yang memiliki masa kerja bagi Pamen golongan VI bervariatif dari 11 s.d 20 tahun sehingga semakin

9 9 lama masa kerja maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh Pamen tersebut. Selanjutnya apabila dihadapkan dengan formasi kebutuhan Pamen golongan V maka dapat dilihat pada Tabel 1.2 dibawah ini. Tabel 1.2 Daftar Rasio Formasi Kebutuhan Personel Perwira Kesehatan TNI AU N O GOL KORP/BIDANG PROFESI TO TAL KAL KES ADM MUL TI DOK APT PSI JAS PMD PRS KU SET 1 IV - 4,3/- 0,3/- -/- 0,5/- 0,8/- -/- -/- -/- -/0,5 6/- 3 V - 2,8/12,3 0,5/0,5 -/- 2/- 3,5/2,8 -/- 0,5/- 0,3/0,3 -/0,5 9,5/16 5 VI - 0,5/3,3 -/- -/- -/- 1/8,5 -/- -/- -/- -/1,5 2/13,5 6 III D - -/2,8 -/0.3 -/0,3 -/0,3 0,8/2,8 0,5/0,5 -/- 0,3/0,5-1,5/7,5 7 III C - -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/- 8 III B - -/3 -/- -/- -/- -/3 -/- -/- -/- -/- -/6 9 III A - -/3 -/- -/- -/- -/3 -/- -/- -/- -/- -/6 Ket: IV = Kolonel, V = Letkol, VI = Mayor, III D = Kapten, III B = Lettu, III A = Letda, Dok = Dokter, APT = apoteker, PSI = psikologi, JAS= jasmani, PMD = paramedis, PRS= personel, KU = keuanngan, SET = Sekretariat Sumber: Perkasau No 172/XII/2014 tanggal 28 Desember 2014 tentang DSP di Lingkungan Mabesau dan Kotama Mabesau. Berdasarkan Tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa formasi kebutuhan personel pada berbagai tingkatan kepangkatan sangat bervariatif baik kualifikasi maupun jumlah yang menempati. Nilai tersebut merupakan rasio perbandingan antara jumlah personel yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dengan jumlah personel yang akan menempati. Sementara itu apabila dihadapkan pada beban pekerjaan yang dihadapi oleh personel kesehatan sangat kontradiktif. Artinya sebagai salah satu satuan TNI AU

10 10 yang memiliki kesiapsiagaan yang tinggi dan juga memiliki fungsi pembinaan personel maka tingkat kesadaran yang timbul dalam diri setiap personel kesehatan cukup rendah dan macam alasan dalam melaksanakan pekerjaan bervariasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1.3. Dorongan Diri Pada Pamen Golongan VI dalam Menyelesaikan Pekerjaan NO ALASAN PERSONEL KET 1 Pekerjaaan tersebut membebani diri 20 36,6 % 2 Pekerjaan sebagai keterpaksaan 10 15,5 % 3 Pekerjaan sebagai bentuk rutinitas 14 47,9 % Jumlah % Sumber : Data yang telah diolah (2015) Berdasarkan Tabel 1.3 dapat diuraikan bahwa Pamen berpangkat Mayor atau golongan VI mempunyai persepsi bahwa pekerjaan yang diberikan kepadanya merasa terbebani dengan jawabannya sebanyak 20 orang (36,6%), sedangkan sebanyak 10 orang memberikan pandangan bahwa pekerjaan yang diberikan merupakan keterpaksaan saja sehingga tidak ada inovasi dalam melakukan pekerjaan ( 15,5%) dan sebanyak 14 orang memberikan persepsi bahwa mereka melakukan pekerjaan hanya sebagai rutinita saja (47,9%). Dari uraian yang telah dijelaskan diatas dan berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan, bahwa promosi jabatan struktural golongan V belum dapat dilaksanakan secara optimal dikarenakan prestasi kerja personel Pamen tersebut belum optimal dan terukur sehingga peneliti mengambil judul pada penelitiannya

11 11 PENGARUH KOMPETENSI, MASA KERJA DAN MOTIVASI MELALUI PRESTASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING TERHADAP PROMOSI JABATAN STRUKTURAL GOLONGAN V (STUDI EMPIRIS PERWIRA MENENGAH KESEHATAN DI RSAU dr. ESNAWAN ANTARIKSA) Identifikasi, Perumusan dan Batasan Masalah Identifikasi Masalah. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat di identifikasi permasalahnnya sebagai berikut: a. Pamen berpangkat mayor yang memiliki latar berlatar belakang pendidikan profesi sebagai dokter sedikit. b. Pamen yang memiliki profesi perawat, tenaga keteknisian medis dan bukan tenaga dokter jumlahnya cukup banyak. c. Pamen berpangkat mayor dengan masa kerja cukup banyak. d. Ketersediaan formasi jabatan struktural golongan V yang tersedia sangat terbatas. e. Kesadaran seorang Pamen untuk melaksanakan tugas masih belum optimal. f. Tidak tercapainya target waktu dalam menyelesaikan pekerjaan yang sesuai dengan harapan.

12 Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: a. Apakah Kompetensi berpengaruh terhadap Promosi Jabatan Struktural golongan V? b. Apakah Masa Kerja berpengaruh terhadap Promosi Jabatan Struktural golongan V? c. Apakah Motivasi berpengaruh terhadap Promosi Jabatan Struktural golongan V? d. Apakah Prestasi Kerja berpengaruh terhadap Promosi Jabatan Struktural golongan V? e. Apakah Kompetensi berpengaruh terhadap Prestasi Kerja? f. Apakah Masa Kerja berpengaruh terhadap Prestasi Kerja? g. Apakah Motivasi berpengaruh terhadap Prestasi Kerja? h. Apakah Kompetensi, Masa Kerja dan Motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap Prestasi Kerja? i. Apakah Kompetensi, Masa Kerja dan Motivasi secara bersama-sama melalui Prestasi Kerja berpengaruh terhadap Promosi Jabatan Struktural Golongan V? Batasan Masalah. Dalam penelitian ini agar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien, perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan diteliti. Mengingat luasnya cakupan masalah yang mempengaruhi promosi jabatan struktural golongan V maka

13 13 penelitian dibatasi pada personel Pamen Kesehatan yang berpangkat Mayor dan berdinas di RSAU dr. Esnawan Antariksa Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian. a. Untuk mengetahui hubungan pengaruh Kompetensi terhadap Promosi Jabatan Struktural golongan V. b. Untuk mengetahui hubungan pengaruh Masa Kerja terhadap Promosi Jabatan Struktural golongan V. c. Untuk mengetahui hubungan pengaruh Motivasi terhadap Promosi Jabatan Struktural golongan V. d. Untuk mengetahui hubungan pengaruh Prestasi Kerja terhadap Promosi Jabatan Struktural golongan V. e. Untuk mengetahui hubungan pengaruh Kompetensi terhadap Prestasi Kerja. f. Untuk mengetahui hubungan pengaruh Masa Kerja terhadap Prestasi Kerja. g. Untuk mengetahui hubungan pengaruh Motivasi terhadap Prestasi Kerja. h. Untuk mengetahui hubungan pengaruh Kompetensi, Masa Kerja dan Motivasi secara bersama-sama terhadap Prestasi Kerja. i. Untuk mengetahui hubungan pengaruh Kompetensi, Masa Kerja dan Motivasi melalui Prestasi Kerja secara bersama-sama terhadap Promosi Jabatan Struktural Golongan V Tujuan Penelitian. a. Untuk mengetahui dan menganalisis kuat pengaruh Kompetensi terhadap Promosi Jabatan Struktural golongan V.

14 14 b. Untuk mengetahui dan menganalisis kuat pengaruh Kerja terhadap Promosi Jabatan Struktural golongan V. c. Untuk mengetahui dan menganalisis kuat pengaruh Motivasi terhadap Promosi Jabatan Struktural golongan V. d. Untuk mengetahui dan menganalisis kuat pengaruh Prestasi Kerja terhadap Promosi Jabatan Struktural golongan V. e. Untuk mengetahui dan menganalisis kuat pengaruh Kompetensi terhadap Prestasi Kerja. f. Untuk mengetahui dan menganalisis kuat pengaruh Masa Kerja terhadap Prestasi Kerja. g. Untuk mengetahui dan menganalisis kuat pengaruh Motivasi terhadap Prestasi Kerja. h. Untuk mengetahui dan menganalisis kuat pengaruh Kompetensi, Masa Kerja dan Motivasi secara bersama-sama terhadap Prestasi Kerja. i. Untuk mengetahui dan menganalisis kuat pengaruh Kompetensi, Masa Kerja dan Motivasi melalui Prestasi Kerja secara bersama-sama terhadap Promosi Jabatan Struktural Golongan V Manfaat dan Kegunaan Penelitian Manfaat Penelitian. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dakam memberikan gambaran tentang pengaruh kompetensi, masa kerja dan motivasi sehingga menghasilkan penilaian prestasi kerja bagi Pamen Kesehatan golongan VI yang

15 15 optimal mampu berimplikasi adanya pemberian promosi jabatan Struktural golongan V Kegunaan Penelitian. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan bagi: a. Aspek Teoritis. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang bermanfaat dan positif dalam pengembangan wawasan pengetahuan dan keilmuan di bidang manajemen sumber daya manusia terutama yang berkaitan dengan kompetensi,masa kerja dan motivasi personel serta pengetahuan penilaian prestasi yang menghasilkan pemberian promosi jabatan. b. Aspek Praktis. 1) Bagi peneliti dapat dijadikan bahan untuk mengimplementasikan dari teori-teori yang diberikan selama pembelajaran dan penugasan dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia. 2) Bagi organisasi yang diljadikan tempat penelitian dengan memberikan masukan untuk pengembangan organisasi dalam memberikan promosi jabatan yang lebih tinggi.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Lampiran. Gambar 1. Foto Jenderal Abdul Haris Nasution. Sumber:

Lampiran. Gambar 1. Foto Jenderal Abdul Haris Nasution. Sumber: 108 Lampiran Gambar 1. Sumber: www.google.com Foto Abdul Haris Nasution 109 Gambar 2 Foto Nasution saat sebagai siswa di Sekolah Raja (HIK) di Bukit Tinggi 1934 Sumber: TIM PDAT, Stanley Adi Prasetyo dan

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2003 TENTANG PENYESUAIAN GAJI POKOK ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2001 KE DALAM PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor : SE / 15 / III / tentang

SURAT EDARAN Nomor : SE / 15 / III / tentang SURAT EDARAN Nomor : SE / 15 / III / 2012 tentang PEMBUATAN DAN PENGIRIMAN LAPORAN PERSONEL (BENTUK KU-102) MENURUT DAFTAR PEMBAYARAN PENGHASILAN (DPP) DI LINGKUNGAN ANGKATAN DARAT 1. Dasar : a. Surat

Lebih terperinci

KEPANGKATAN MILITER/POLISI DALAM ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1973 Tanggal 21 Mei 1973

KEPANGKATAN MILITER/POLISI DALAM ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1973 Tanggal 21 Mei 1973 KEPANGKATAN MILITER/POLISI DALAM ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1973 Tanggal 21 Mei 1973 Menimbang: Presiden Republik Indonesia, a. bahwa sesuai dengan integrasi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan secara profesional serta produktif. Konsep pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan secara profesional serta produktif. Konsep pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam menghadapi reformasi birokrasi maka pengelolaan suatu organisasi harus dilakukan secara profesional serta produktif. Konsep pengembangan umumnya dilakukan terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KESEPULUH ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDELAPAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI

BAB II DISKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI 8 BAB II DISKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI 2.1. Sejarah Inspektorat Jenderal TNI 2.1.1. Struktur Organisasi Organisasi Inspektorat Jenderal Tentara Nasional Indonesia dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2015 SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KESEBELAS ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI

BAB II DESKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI BAB II DESKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI 2.1. Sejarah Inspektorat Jenderal TNI Satuan kerja Inspektorat Jenderal Tentara Nasional Indonsia dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta No.1957, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Jabatan ASN. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PRAJURIT

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN PENGHASILAN ANGGAUTA ANGKATAN DARAT, ANGKATAN LAUT DAN ANGKATAN UDARA DI PROPINSI IRIAN BARAT PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dengan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Kepegawaian. Administrasi. Tataran. Wewenang.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Kepegawaian. Administrasi. Tataran. Wewenang. No.130, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Kepegawaian. Administrasi. Tataran. Wewenang. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG TATARAN WEWENANG BIDANG ADMINISTRASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KESEBELAS ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 7 TAHUN 1977 TENTANG PERATURAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor : SE/ 07 / II / tentang

SURAT EDARAN Nomor : SE/ 07 / II / tentang MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT DIREKTORAT KEUANGAN SURAT EDARAN Nomor : SE/ 07 / II / 2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PRAJURIT DAN PNS DI LINGKUNGAN ANGKATAN DARAT 1. Dasar : a. Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budi Setiawan Marlianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budi Setiawan Marlianto, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini tujuan individu untuk bekerja tidak hanya mencari uang saja, melainkan untuk memenuhi kebutuhan yang lain seperti kebutuhan untuk dihargai, membentuk

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DISMINPERSAU

BAB II DESKRIPSI DISMINPERSAU BAB II DESKRIPSI DISMINPERSAU 2.1 Sejarah Organisasi Perjalanan TNI Angkatan Udara sebagai sebuah angkatan perang, memang terkesan unik. Selain proses kelahirannya yang begitu singkat, yaitu sekitar tujuh

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG PENGALIHAN STATUS ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL UNTUK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Lembaga Kepresidenan adalah sebuah lembaga yang menjadi titik sentral dari pelaksanaan kegiatan pemerintahan di Indonesia, oleh karena

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG PENGALIHAN STATUS ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL UNTUK

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN BULAN JANUARI TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN BULAN JANUARI TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN PENGADILAN MILITER I-04 PALEMBANG Jl. H. Bastari Komplek Ogan Permata Indah (OPI) Jakabaring Palembang Telp/Fax. (0711) 5620579 Email : palembang@dimil.org LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI L1 LAMPIRAN Hasil wawancara Person Purnawirawan TNI Tanggal wawancara 31 Oktober 2012 Jam wawancara 12.00-13.00 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana struktur organisasinya?

Lebih terperinci

PERAN TENAGA KESEHATAN VOKASIONAL DALAM PENGUATAN PELAYANAN PRIMER DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERAN TENAGA KESEHATAN VOKASIONAL DALAM PENGUATAN PELAYANAN PRIMER DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERAN TENAGA KESEHATAN VOKASIONAL DALAM PENGUATAN PELAYANAN PRIMER DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Disampaikan dalam Pertemuan Koordinasi Nasional Pengembangan

Lebih terperinci

KEMENHAN. Dosen. Tetap. Gaji. Tunjangan.

KEMENHAN. Dosen. Tetap. Gaji. Tunjangan. No.1260, 2014 KEMENHAN. Dosen. Tetap. Gaji. Tunjangan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG GAJI DAN TUNJANGAN DOSEN TETAP UNIVERSITAS PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2015, No e. bahwa berdasarkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang

2015, No e. bahwa berdasarkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1847, 2015 KEMENHAN. Pegawai. Diklat. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 2014 TENTANG PEDOMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1977 TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERLAKUAN JABATAN FUNGSIONAL RUMPUN KESEHATAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

WORKSHOP ANALISA JABATAN DAN ANALISA BEBAN KERJA TINGKAT KABUPATEN

WORKSHOP ANALISA JABATAN DAN ANALISA BEBAN KERJA TINGKAT KABUPATEN WORKSHOP ANALISA JABATAN DAN ANALISA BEBAN KERJA TINGKAT KABUPATEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN

Lebih terperinci

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran pada pendidikan dasar kecabangan Ajen.

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran pada pendidikan dasar kecabangan Ajen. KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PENGETAHUAN PEMBINAAN PERSONEL BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan kesehatan untuk menunjang Indonesia Sehat 2010 diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif, serta mampu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR: 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi membawa banyak perubahan pada hampir segala bidang di Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang

Lebih terperinci

2017, No (Lembaran Negara Republik Indoinesia Tahun 2010 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5120); 5. Peraturan Pemeri

2017, No (Lembaran Negara Republik Indoinesia Tahun 2010 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5120); 5. Peraturan Pemeri No.884, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pengisian Jabatan TNI. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PENGISIAN JABATAN OLEH PRAJURIT TENTARA NASIONAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN DAN JABATAN FUNGSIONAL NONKESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia (human resource quality), agar memiliki

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia (human resource quality), agar memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedudukan dan peran TNI Angkatan Laut sebagai unsur utama kekuatan pertahanan di laut yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN RI. Jabatan Fungsional. Rumpun Kesehatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN RI. Jabatan Fungsional. Rumpun Kesehatan. No.430, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN RI. Jabatan Fungsional. Rumpun Kesehatan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERLAKUAN JABATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG DOSEN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG DOSEN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG DOSEN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN I PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN I PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN POKOK-POKOK ORGANISASI DAN PROSEDUR STAF UMUM TENTARA NASIONAL INDONESIA (POP SUM TNI) POKOK-POKOK

Lebih terperinci

Disampaikan oleh Biro Kepegawaian Yogyakarta, 3 Oktober 2014 KEBIJAKAN FORMASI D-IV KESEHATAN

Disampaikan oleh Biro Kepegawaian Yogyakarta, 3 Oktober 2014 KEBIJAKAN FORMASI D-IV KESEHATAN Disampaikan oleh Biro Kepegawaian Yogyakarta, 3 Oktober 204 KEBIJAKAN FORMASI D-IV KESEHATAN Tanggung jawab Visioner Adaptif Birokrasi dinamis Orientasi pelayana n publik KEBUTUHAN JUMLAH & JENIS PEGAWAI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA 1 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 28 TAHUN 2006 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 28 TAHUN 2006 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentan

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentan No.157, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Universitas Pertahanan. Dosen. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG DOSEN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS PERTAHANAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2109, 2014 KEMENHAN. Prajurit Tentara Nasional Indonesia. Tenaga Profesi. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA PROFESI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TNI (Tentara Negara Indonesia) dalam negara kita mengemban tugas sebagai alat pertahanan negara. Yang dimaksud pertahanan negara adalah segala usaha untuk menegakkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1877, 2014 KEMENKES. Jabatan Fungsional. Pembinaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 207, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Jabatan Struktural Dan Fungsional. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Tantangan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah. dengan menggali segenap potensi yang terdapat di wilayah Indonesia, baik darat,

Tantangan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah. dengan menggali segenap potensi yang terdapat di wilayah Indonesia, baik darat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan dengan menggali segenap potensi

Lebih terperinci

[Catatan Penyunting: Didalam dokumen ini terdapat format gambar]

[Catatan Penyunting: Didalam dokumen ini terdapat format gambar] GOLONGAN I ] 2. Prajurit II Diangkat dari Prajurit 11 yang telah bekerja dalam pangkat itu sekurangkurangnya 2 tahun, dan mempunyai konduite baik. 3. Prujurit-Kader Diangkat dari pangkat Prajurit I yang

Lebih terperinci

LOGO PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

LOGO PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN LOGO PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN Yuti Suhartati.,S.Kp. M.Kes Kepala Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Hotel Ambhara, 20 Juni 2017 www.themegallery.com Overview Pendahuluan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.323, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Badan Pertimbangan. Jabatan. Kepangkatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG BADAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1950 TENTANG PERATURAN SEMENTARA TENTANG PEMBERIAN SOKONGAN KEPADA JANDA DAN ANAK PIATU DARI ANGGOTA TENTARA R.I.S./BEKAS ANGGOTA T.N.I. PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN KETERANGAN BELAJAR, IZIN BELAJAR, TUGAS BELAJAR, SURAT KETERANGAN TANDA LAPOR TELAH MEMILIKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik, efisien, efektif

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK IDNONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK IDNONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK IDNONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN, Menimbang : 1. bahwa perlu diadakan penyempurnaan dari ketentuan hukum mengenai kedudukan

Lebih terperinci

LAPORAN CATURWULAN I PENGADILAN MILITER III-14 DENPASAR TAHUN 2016

LAPORAN CATURWULAN I PENGADILAN MILITER III-14 DENPASAR TAHUN 2016 PENGADILAN MILITER III-14 DENPASAR JL. YOS SUDARSO NO. 1 TELP. (0361) 262946 FAX. (0361) 262946 DENPASAR Web:dilmil_denpasar.go.id dan, email :dilmildenpasar@yahoo.co.id LAPORAN CATURWULAN I PENGADILAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1950 TENTANG PERATURAN SEMENTARA TENTANG PEMBERIAN SOKONGAN KEPADA JANDA DAN ANAK PIATU DARI ANGGOTA TENTARA R.I.S./BEKAS ANGGOTA T.N.I. PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa perlu diadakan penyempurnaan dari ketentuan hukum mengenai

Lebih terperinci

ILUSTRASI DAN PERHITUNGAN BESAR MANFAAT ASURANSI ASABRI

ILUSTRASI DAN PERHITUNGAN BESAR MANFAAT ASURANSI ASABRI 11 2013, No.488 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BESAR MANFAAT ASURANSI ASABRI 1. Umum. ILUSTRASI DAN PERHITUNGAN BESAR MANFAAT ASURANSI ASABRI a.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL DOKTER, DOKTER GIGI, APOTEKER, ASISTEN APOTEKER, PRANATA LABORATORIUM KESEHATAN, EPIDEMIOLOG KESEHATAN, ENTOMOLOG KESEHATAN, SANITARIAN, ADMINISTRATOR

Lebih terperinci

LAPORAN TRIWULAN I PENGADILAN MILITER III-14 DENPASAR TAHUN 2014

LAPORAN TRIWULAN I PENGADILAN MILITER III-14 DENPASAR TAHUN 2014 PENGADILAN MILITER III-14 DENPASAR JL. YOS SUDARSO NO. 1 DENPASAR TELP. (0361) 262946 FAX. (0361) 262946 Web:dilmil_denpasar.go.id dan, email : denpasar@dilmil.org LAPORAN TRIWULAN I PENGADILAN MILITER

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 196, 2000 KEPEGAWAIAN.PANGKAT.Pegawai Negeri Sipil. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1.1.Sejarah RSAU dr. Esnawan Antariksa. Sejarah RSAU Antariksa tidak bisa melepaskan diri dari sejarah kesehatan Lanud Halim Perdanakusuma yang saat itu masih bernama Pangkalan Udara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didalam suatu organisasi maupun instansi yang bergerak dalam sektor pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. didalam suatu organisasi maupun instansi yang bergerak dalam sektor pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting didalam suatu organisasi maupun instansi yang bergerak dalam sektor pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace No. 3402 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 9) TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas manus1a yang penting untuk

BABI PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas manus1a yang penting untuk BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas manus1a yang penting untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Manusia sebagai makhluk sosial dan individu mencari pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (TNI) merupakan komplemen untuk mendukung tugas-tugas TNI, oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (TNI) merupakan komplemen untuk mendukung tugas-tugas TNI, oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di dalam organisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan komplemen untuk mendukung tugas-tugas TNI, oleh karena

Lebih terperinci

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014 Pemetaan Tenaga Kesehatan Mutu Tenaga Kesehatan Untuk Memenuhi: 1.Hak dan Kebutuhan Kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan Pegawai

Lebih terperinci

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf No.1393, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Hukuman Disiplin. Penjatuhan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN HUKUMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di dalam rumah sakit. terdapat suatu Unit Rekam Medis yang merupakan komponen

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di dalam rumah sakit. terdapat suatu Unit Rekam Medis yang merupakan komponen 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi penting yang berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Rumah Negara. Pembinaan. Tata Cara. Pencabutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Rumah Negara. Pembinaan. Tata Cara. Pencabutan No.554, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Rumah Negara. Pembinaan. Tata Cara. Pencabutan DEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 30 TAHUN

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.315, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. ORTA RS Kelas B dr. Suyoto. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KELAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negar

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2011 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Pembinaan. Pengembangan Karir. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POLA PEMBINAAN

Lebih terperinci

PENGADILAN MILITER III-16 M A K A S S A R DAFTAR : RENCANA SIDANG PENGADILAN MILITER III-16 MAKASSAR BULAN MARET 2015 DI MAKASSAR.

PENGADILAN MILITER III-16 M A K A S S A R DAFTAR : RENCANA SIDANG PENGADILAN MILITER III-16 MAKASSAR BULAN MARET 2015 DI MAKASSAR. PENGADILAN MILITER III-16 M A K A S S A R DAFTAR : RENCANA SIDANG PENGADILAN MILITER III-16 MAKASSAR BULAN MARET 2015 DI MAKASSAR. NO HARI NAMA, PANGKAT, NRP., NO. REG PERKARA TGL SIDANG JABATAN, KESATUAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 - 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERENCANAAN DAN PENATAAN APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA TNI AU GUNA MENINGKATKAN PROFESIONALISME PRAJURIT DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS TNI ANGKATAN UDARA

OPTIMALISASI PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA TNI AU GUNA MENINGKATKAN PROFESIONALISME PRAJURIT DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS TNI ANGKATAN UDARA MARKAS BESAR ANGKATAN UDARA STAF AHLI OPTIMALISASI PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA TNI AU GUNA MENINGKATKAN PROFESIONALISME PRAJURIT DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS TNI ANGKATAN UDARA Pendahuluan 1. Tugas TNI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan Pegawai

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POLA PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Sesuai dengan data hasil penelitian dan pembahasan terhadap data hasil penelitian sebagaimana telah penulis paparkan, penulis dapat menyimpulkan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Agar berjalanya pelayanan rumah sakit, unsur tenaga memegang peranan yang sangat penting dalam proses tersebut. Tenaga manusia merupakan faktor sentral dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 72 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 72 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG TIM SELEKSI PESERTA DIKLAT INSTANSI (TSPDI) KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa untuk menyelenggarakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di

I. PENDAHULUAN. rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Untuk itu dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

RAHASIA PENGGUNAAN PRAJURIT BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA PENGGUNAAN PRAJURIT BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA PENGGUNAAN PRAJURIT BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Penggunaan prajurit sebagai bagian integral dari pembinaan prajurit berlangsung dalam

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 06 Tahun 2009 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN JABATAN DAN KEPANGKATAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 06 Tahun 2009 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN JABATAN DAN KEPANGKATAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 06 Tahun 2009 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN JABATAN DAN KEPANGKATAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci