BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) tahun 2001 menyatakan bahwa depresi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) tahun 2001 menyatakan bahwa depresi"

Transkripsi

1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. World Health Organization (WHO) tahun 2001 menyatakan bahwa depresi berada pada urutan keempat penyakit tersering di dunia. Depresi sering ditemui dalam gangguan jiwa. Prevalensi pada wanita diperkirakan 10-25% dan pada lakilaki 5-12%. Walaupun depresi lebih sering terjadi pada wanita, bunuh diri lebih sering terjadi pada laki-laki terutama usia muda dan usia tua. Manifestasi gejala depresi yang muncul dalam bentuk keluhan yang berkaitan dengan mood (seperti murung, sedih, rasa putus asa) membuat diagnosis depresi dapat dengan mudah ditegakkan, namun bila keluhan psikomotor dan somatik (seperti malas bekerja, lamban, lesu, nyeri ulu hati, sakit kepala yang terus-menerus) yang muncul depresi sering tidak terdiagnosis (Amir, 2005). Di negara maju Amerika, dibutuhkan dana lebih dari US$ 43 milyar per tahun untuk mengatasi depresi dan ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Dari hasil survei WHO di seluruh dunia, angka kejadian depresi pada populasi sebesar 7-12% pada pria dan 20-25% pada wanita dan keluhan yang ditimbulkan akibat depresi seperti sulit berkonsentrasi, merasa gelisah, selalu tegang. Selain itu, kelainan mental yang timbul berupa suka menyendiri, merasa hidupnya tidak berguna, kehilangan semangat hidup dapat 1

2 menurunkan kualitas hidup dan produktivitas kerja penderitanya. Hal yang paling berbahaya adalah meningkatnya kejadian bunuh diri. Menurut WHO tahun 2006, angka kejadian kasus bunuh diri yang ditemukan sebesar 15-20% dan pada sebagian besar kasus, bunuh diri yang tidak direncanakan sebelumnya (WHO, 2011). Hal ini dapat dihindari jika penderita depresi mendapatkan terapi yang tepat. Terapi bagi penderita depresi adalah obat yang dapat meningkatkan mood atau yang lebih dikenal sebagi obat-obat anti depresan (Grollman, 1972). Depresi termasuk gangguan psikosomatik yang terjadi karena berkurangnya pembentukan norepinefrin atau serotonin atau keduanya yang menimbulkan gejala-gejala antara lain rasa sedih, tidak bahagia, putus asa dan sengsara serta penurunan kemauan untuk melakukan suatu pekerjaan (Guyton and Hall, 1997). Serotonin merupakan neurotransmitter monoamin yang terlibat dalam berbagai penyakit yang cukup luas cakupannya, meliputi penyakit psikiatrik: depresi, kecemasan, skizoprenia, dan gangguan obsesif konfulsif; sampai migrain. Penyakit tertentu dimana kekurangan neurotransmitter serotonin, antara lain depresi, dapat diatasi dengan peningkatan ketersediaan serotonin di tempat aksi dengan re-uptake. Contoh obat yang beraksi demikian adalah antidepresan golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) seperti fluoksetin, fluvoksamin, paroksetin, dan sentralin. Obat golongan antidepresan trisiklik juga bekerja menghambat reuptake serotonin, namun tidak selektif karena juga terjadi penghambatan reuptake norepinefrin (Ikawati, 2006). Saat ini terus dikembangkan beberapa 2

3 golongan obat antidepresan yang baru seperti golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), golongan Selective Serotonin Reuptake Enhancer (SSRE), golongan Serotonin Nor Ephinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI), golongan Reversible Inhibitory Monoamine Oxidase type A (RIMA) dan golongan atipik (Trazodon, Nefazodon) (Mudjadid, 2006). Namun sampai saat ini efek samping obat-obat tersebut masih tinggi. Sebagai alternatif, kemudian dikembangkan terapi menggunakan tanaman obat yang berpotensi seba gai antidepresan yaitu tanaman kayu kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr). Kayu kuning merupakan tumbuhan liana dan panjangnya dapat mencapai 20 meter. Di Indonesia, tumbuhan ini memiliki berbagai nama, antara lain tali kuning, oyod sirawan, dan katola (Heyne, 1950). Kandungan spesifik dari kayu kuning yaitu alkaloid yang terdiri dari berberin, jatrorrhizin, palmatin dan kolumbamin (Keawpradub et al., 2005). Hasil penelitian sebelumnya dibuktikan bahwa berberin memiliki kemampuan sebagai penghambat monoamine oxidase-a (MAO-A); enzim yang terlibat dalam reuptake norepinefrin dan serotonin (Kong et al., 2004). Pengukuran efek antidepresan biasanya digunakan metode forced swim test. Metode ini dilakukan dengan cara menghitung lama immobility time yang lebih singkat dibandingkan dengan kelompok uji yg tidak diberikan obat antidepresan atau ekstrak yang berfungsi sebagai antidepresan. Immobility time pada hewan uji diartikan sebagai keadaan putus asa pada manusia yang merupakan salah satu penyebab dari terjadinya depresi (Porsolt et al., 1977). 3

4 Atas dasar latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dalam rangka pengujian keefektifan ekstrak larut air kayu kuning yang mengandung berberin terhadap kemampuan berenang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi bahwa ekstrak larut air kayu kuning yang mengandung berberin klorida dapat bermanfaat sebagai antidepresan dan acuan penelitian selanjutnya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu: 1. Apakah ekstrak larut air kayu kuning yang didalamnya terkandung berberin klorida mampu memberikan efek antidepresan pada mencit putih jantan galur balb-c dengan metode forced swim test? 2. Pada dosis berapakah dari ekstrak larut air kayu kuning yang menunjukkan efek antidepresan paling baik? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui adanya efek antidepresan pada ekstrak larut air batang kayu kuning terhadap mencit putih jantan galur balb-c dengan metode forced swim test. 2. Mengetahui dosis efektif dari ekstrak larut air batang kayu kuning yang dapat berefek sebagai antidepresan. 4

5 D. Tinjauan Pustaka 1. Uraian Tumbuhan a. Nama Lain Arcangelisia flava (L) Merr dikenal sebagai aruey ki koneng di daerah sunda, sedangkan di jawa lebih dikenal dengan sebutan Oyod sirawan, peron kebo, peron sapi, sirawan susu, atau sirawan tai (Heyne, 1950). b. Distribusi Terdapat di dataran rendah sampai 800 meter dari permukaan air laut dan terdapat sebagai tanaman menjalar kayu kuning merupakan tumbuhan asli asia tenggara yang tumbuh di hutan-hutan tropis, antara lain di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya (Supriadi, 2001). c. Kandungan Kimia Batang tanaman Arcangelisia flava mengandung senyawa berberin klorida, jatrorrhizin, 8-hidroksiberberin, limasin dan palmatin (Siwon, 1982). Gambar 1. Struktur berberin klorida (Kametani, 1969) 5

6 d. Manfaat Akar kuning mempunyai berbagai manfaat diantaranya untuk pengobatan penyakit kuning, sebagai obat cacing, obat sariawan, dan di Ambon digunakan sebagai plester pada penyakit cacar (Heyne, 1950). Batang dan akar dari tanaman ini telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai tonik pahit untuk mengobati berbagai penyakit diantaranya sakit kuning (jaundice) dan beberapa penyakit infeksi seperti diare dan abses kulit (Perry and Metzger, 1980). Dari penelitian lain, diketahui bahwa berberin yang merupakan alkaloid isokinolin yang terkandung dalam tanaman kayu kuning ini memiliki banyak aktivitas farmakologi yaitu sebagai antihipertensi, antiinflamasi, antidepresan, antikanker, antimikroba, hipolipidemik, hepatoprotektif dan antidiabetik (Singh et al., 2010). 2. Metode Ekstraksi Ekstraksi adalah proses penarikan zat aktif dalam tumbuhan dengan menggunakan pelarut tertentu. Metode ekstraksi yang tepat tergantung pada tekstur dan kandungan bahan tumbuhan yang akan diekstraksi. Umumnya jaringan tanaman perlu dimatikan untuk mencegah oksidasi enzim atau hidrolisis. Cara yang paling sering digunakan adalah dengan memasukkan jaringan tanaman segar dalam etanol mendidih beberapa saat. Etanol adalah pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan (Harborne, 1984). 6

7 Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstrak simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selaam menit ya ng dihitung sejak air mendidih (Depkes RI, 1995). Jika bahan yang digunakan untuk membuat dekok berasal dari bahan bertekstur keras, bahan yang digunakan dalam infusa berasal dari bahan yang lunak (simplisia, daun dan bunga) seperti daun kumis kucing, daun meniran, daun pegagan, bunga mawar, bunga melati, dan daun sambiloto. Cara membuat infusa hampir sama dengan merebus teh dengan cara simplisia kering gram atau bahan segar gram. Bahan tersebut direbus dala m air mendidih 500 cc selama 15 menit atau sampai volumenya menjadi 250 cc atau dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Setelah direbus airnya disaring dan hasil penyaringan ini disebut infusa. Teknik infusa mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan teknik pembuatan ekstrak yaitu karena teknik infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat serta caranya sederhana. Sedangkan dalam pembuatan ekstrak, kandungan dari bahan tumbuhan dan pelarut yang paling tepat untuk masing-masing kandungan harus diketahui lebih dahulu. Dengan zat pelarut yang tepat, zat aktif yang diinginkan akan terpisah dari bahan aslinya dan bercampur dengan pelarut yang digunakan. Selanjutnya pemisahan zat aktif dari pelarutnya dengan lebih mudah dilakukan untuk memperoleh zat aktif yang benar-benar murni. Metodenya dengan menggunakan alat percolator dan countercurrent screw extractor yang dikenal dengan nama soklet. Dari sini jelas terlihat bahwa metode 7

8 soklet lebih rumit dan mahal dibandingkan dengan metode infusa (Santoso, 1993). Selain karena alasan tersebut, ekstraksi menggunakan infusa dilakukan karena disesuaikan dengan cara pembuatan yang dilakukan oleh masyarakat pembuat obat tradisional (Larisu, 2010). 3. Depresi Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan et al., 1997). Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik. Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Konduksi impuls dapat terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem saraf pusat. Pada penelitian dibuktikan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena menurunnya pelepasan dan transmisi serotonin (menurunnya kemampuan neurotransmisi serotogenik). Beberapa peneliti menemukan bahwa selain serotonin terdapat pula sejumlah neurotransmiter lain yang berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin dan dopamin. Sehingga depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau beberapa neurotransmiter 8

9 aminergik pada sinaps neuron di otak, terutama pada sistem limbik (Willner, 1997). Penurunan jumlah dari serotonin dapat mencetuskan terjadinya gangguan depresi, dan beberapa pasien dengan percobaan bunuh diri atau mengakhiri hidupnya mempunyai kadar cairan cerebrospinal yang mengandung kadar serotonin yang rendah dan konsentrasi rendah dari uptake serotonin pada platelet (Kaplan et al., 1997). Pada gangguan ini, sela in serotonin dan norepinefrin, dopamin juga mempunyai peran. Dopamin merupakan neurotransmitter yang disekresikan oleh neuron dari substansi gria mid brain. Dopamin pada posisi lain mengaktivitasi protein Gi yang berikatan dengan reseptor alfa 2, kondisi ini akan menghambat adenil siklase sehingga camp menurun. Hal ini sebagai umpan balik kanal ion K. Dalam kondisi stress dalam mensekresikan dopamine yang berlebihan sehingga aktivasi protein Gi meningkat dan aktivasi kanal ion K pun meningkat. Hal ini menyebabkan ion K dalam jumlah berlebih akan keluar dari kanal ion sehingga terjadi hiperpolarisasi dan penghambatan transmisi potensial aksi yang berlebihan hingga terjadi hipereksitabelitas jaringan dan mendepresikan susunan syaraf pusat (Ikawati, 2006). 4. Antidepresan Antidepresan merupakan obat-obat yang efektif pada pengobatan depresi, meringankan gejala gangguan depresi. Ada beberapa golongan obat antidepresan 9

10 yang beredar saat ini yaitu: obat antidepresan golongan trisiklik (TCA), inhibitor monoamine oksidase (MAOI), serta inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI). Antidepresan trisiklik adalah kelompok obat yang banyak diresepkan (misal: amitriptilin, klomipramin, dll). TCA bekerja dengan cara menghambat pengambilan neurotransmitter 5-hidroksitriptamin (serotonin) dan noradrenalin (norepinefrin). Obat ini efektif dalam waktu 2-4 minggu dan memiliki efek samping yang tidak menyenangkan yang meliputi pandangan kabur, mulut kering, konstipasi dan retensi urine (Brooker, 2006). Obat lini kedua dalam mengobati gangguan depresi mayor adalah Monoamine Oxidase Inhibitors. MAO Inhibitors meningkatkan ketersediaan neurotransmitter dengan cara menghambat aksi dari Monoamine Oxidase, suatu enzim yang normalnya akan melemahkan atau mengurangi neurotransmitter dalam sambungan sinaptik (Nevid et al., 2005). MAOIs sama efektifnya dengan Tricyclic Antidepressants tetapi lebih jarang digunakan karena secara potensial lebih berbahaya (Reus and Osborne, 2000). Selective Serotonine Reuptake Inhibitors (SSRI) mempunyai struktur yang hampir sama dengan Tricyclic Antidepressants, tetapi SSRI mempunyai efek yang lebih langsung dalam mempengaruhi kadar serotonin. Pertama SSRI lebih cepat mengobati gangguan depresi mayor dibandingkan dengan obat lainnya. Pasienpasien yang menggunakan obat ini akan mendapatkan efek yang signifikan dalam penyembuhan dengan obat ini. 10

11 Kedua, SSRI juga mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Ketiga, obat ini tidak bersifat fatal apabila overdosis dan lebih aman digunakan dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Dan yang keempat SSRI juga efektif dalam pengobatan gangguan depresi mayor yang disertai dengan gangguan lainnya seperti: gangguan panik, binge eating, gejala-gejala pramenstrual (Reus and Osborne, 2000) 5. Uji Efek Antidepresan Uji efek antidepresan dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain uji berenang paksa (forced swim test), uji penggantungan ekor (tail suspension test), dan uji roda berputar (rotate road test). Uji berenang paksa (forced swim test), dengan cara hewan coba yang telah dibuat stres dengan cara dimasukkan kedalam wadah yang telah diisi air dengan ketinggian 25 cm selama 6 menit dan dilakukan pengukuran immobility time. (Porsolt et al., 1977). Pengukuran immobility time dilakukan dengan mengakumulasi waktu hewan coba saat diam atau mengambang bergerak di dalam air, hanya membuat gerakan-gerakan diperlukan untuk menjaga kepala di atas air. Penurunan durasi immobility time dapat diambil sebagai ukuran antidepresan (Zomkowski et al., 2004). Uji penggantungan ekor (tail suspension test) dilakukan dengan cara hewan uji yang akan digunakan dibuat stres dengan cara menggantung ekor tikus pada tiang setinggi 50 cm selama 3 menit setiap hari, perlakuan ini dilakukan 11

12 selama 10 hari (Porsolt et al., 1977). Yang dinilai dari tes ini adalah immobility time hewan uji (Cryan et al., 2005). Uji roda berputar (rotate road test) dilakukan dengan cara hewan uji diletakkan pada alat rotarod yang terdapat batang dengan diameter 3cm yang berputar dengan kecepatan 10 rpm. Kemudian diukur waktu reaksinya. Waktu reaksi yang dihitung mulai mencit diletakkan pada roda berputar sampai waktu hewan coba jatuh dari batang tersebut (Murni, 2006). 6. Uji Berenang Paksa (forced swim test) Forced swim test adalah salah satu metode yang biasa digunakan untuk mengukur efek suatu obat antidepresan pada hewan uji. Khasiat dari suatu obat antidepresan diukur melalui lama immobility time yang lebih singkat dibandingkan dengan kelompok uji yang tidak diberikan obat antidepresan atau ekstrak yang berfungsi sebagai antidepresan. Kemampuan bertahan (immobility time) pada hewan uji diartikan sebagai keadaan putus asa pada manusia yang merupakan salah satu penyebab dari terjadinya depresi (Porsolt et al., 1977). Pengukuran immobility time dilakukan dengan cara memaksa mencit untuk berenang dalam tabung terbuka (diameter 10 cm, tinggi 25 cm) yang berisi air dengan ketinggian 15 cm. Tes ini berdurasi selama 6 menit, dan dinilai pada saat hewan uji tidak bergerak di dalam air. Setiap hewan uji itu dinilai tidak bergerak ketika berhenti berjuang dan tetap mengambang bergerak di dalam air, hanya membuat gerakan-gerakan diperlukan untuk menjaga kepala di atas air. 12

13 Penurunan durasi immobility time selama forced swim test (FST) itu dapat diambil sebagai tanda ukuran antidepresan (Zomkowski et al., 2004). Pada penelitian yang dilakukan oleh Peng et al., (2007), senyawa berberin murni (dosis 20 mg/kg) dapat berkhasiat untuk antidepresan dilihat dari durasi immobility time yang paling singkat dibanding dengan dosis lain. E. LANDASAN TEORI Depresi adalah masalah kesehatan yang banyak dijumpai di masyarakat. Saat ini sejumlah antidepresan telah tersedia yang bekerja melalui mekanisme yang berbeda-beda seperti serotonergik, norefinergik maupun dopaminergik. Senyawa aktif yang ditemukan dalam pada ba tang kayu kuning adalah berberin, jatrorrhizin, 8-hidroksiberberin, dan palmatin (Siwon, 1982). Pada masyarakat, air rebusan batang kayu kuning digunakan untuk obat diare berdarah (Larisu, 2011). Berdasar pada penelitian yang dilakukan oleh Peng et al., (2007), senyawa berberin murni berkhasiat untuk antidepresan, sehingga ekstrak larut air Arcangelisia flava (L.) Merr yang mengandung berberin klorida dapat diprediksi menjadi antidepresan. 13

14 F. HIPOTESIS Ekstrak larut air batang kayu kuning (Arcangelisia flava L.Merr) yang mengandung senyawa alkaloid berberin klorida dengan kadar tertentu, yang diberikan secara per oral dapat berefek sebagai antidepresan terhadap mencit putih jantan galur balb-c yang diuji dengan uji berenang paksa (forced swim test). 14

15 BAB II. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan yang digunakan 1. Alat Penelitian a. Pembuatan serbuk dan ekstrak air batang akar kayu kuning : pisau, grinder, oven, alat-alat gelas, neraca digital, penangas, panci infusa, kompor elektrik, dan corong. b. Uji ketahanan berenang : toples tanpa tutup, stopwatch, gelas ukur, kandang plastik, ember. c. Alat identifikasi kandungan senyawa dalam ekstrak air batang akar kayu kuning : penangas, alat-alat gelas, tabung reaksi, druple plate, bejana KLT, mikro pipet 5-10 µl, white tip, flakon, TLC scanner (CAMAG TLC Scanner 3), lampu UV 254 nm dan UV 366 nm, pinset, cawan porselen, neraca digital. 2. Bahan Penelitian Pembuatan ekstrak air batang kayu kuning : serbuk batang akar kayu kuning, diperoleh dari hutan di Kabupaten Sorong, Papua Barat, Irian Jaya a. Uji ketahanan berenang: Ekstrak air batang akar kayu kuning, Amitriptilin tablet 25 mg, mencit galur balb-c berumur 2-3 bulan dengan berat

16 gram (Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi UGM), air PAM, Air suling (General Labora). b. Identifikasi kandungan senyawa dalam ekstrak air batang akar kayu kuning : plat KLT silika gel 60 F254 (Merck), kertas saring, n-butanol, asam asetat, etanol p.a, air suling, dan Dragendorff. B. Jalan Penelitian 1. Pengumpulan bahan Batang kayu kuning diperoleh dari salah satu hutan di Kabupaten Sorong, Papua Barat, Irian Jaya pada bulan April Identifikasi tumbuhan Batang kayu kuning dideterminasi di Laboratorium Farmakognosi, Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada. Identifikasi ini dilakukan untuk pemastian kebenaran bahan yang digunakan. 3. Preparasi sampel Sebelum batang kayu kuning yang akan digunakan dicuci dengan air mengalir untuk mengurangi kontaminan biotik maupun abiotik; kemudian batang dipotong-potong dan diserut untuk mempercepat proses pengeringan. Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven dengan suhu 50ºC. Pengeringan dengan menggunakan oven dimaksudkan agar suhu lebih stabil dibanding dengan menggunakan sinar matahari langsung. Proses ini dilakukan 16

17 selama 1minggu. Setelah batang tersebut kering kemudian diserbuk dengan menggunakan grinder dengan ukuran 0,75 cm. 4. Penentuan dosis ekstrak dan dosis Amitriptilin Penentuan dosis ekstrak berdasarkan dosis empiris, yaitu pemakaian masyarakat 0,6 gram (Larisu, 2011), untuk manusia dewasa dengan berat 70kg, konversi dosis ke mencit dengan 20gram, faktor konversi 0,0026. JUDPî = JUDP? J%% = JUDP? NJ%% = PJ? NJ%% selanjutnya dibuat orientasi dosis dengan faktor pengali 2 dan 4 JUDP? NJ%%[ JUDP? NJ%% = PJ? NJ%% JUDP? NJ%%[ JUDP? NJ%% = PJ? NJ%% Stok sediaan yang dibuat dalam 200ml, setiap pemberian sebanyak 0,5 ml / 25gBB, sehingga untuk dosis adalah a. PJ? NJ%% = JUDP? J%% Konsentrasi = JUDP? PO = JUDP? PO = 0,39 % b. PJ? NJ%% = JUDP? J%% Konsentrasi = JUDP? PO = JUDP? PO 17

18 = 0,78 % c. PJ? NJ%% = JUDP? J%% Konsentrasi = JUDP? PO = JUDP? PO = 1,56 % Dosis Amitriptilin yang digunakan adalah dosis 1 kali pemakaian yaitu 25 mg, untuk manusia dewasa dengan berat 70 kg, dikonversi ke dosis mencit dengan berat 20gram (faktor konversi 0,0026) PJî = PJ? J%% = PJ? NJ%% selanjutnya dibuat stok sediaan dalam 50 ml, tiap pemberian sebanyak 0,5ml / 25gBB, sehingga untuk dosis : PJ? NJ%% = PJ? J%% Konsentrasi = PJ? PO = PJ? PO = JUDP? PO = 0,01625 % 5. Pembuatan ekstrak larut air kayu kuning dan larutan pembanding Ekstrak larut air kayu kuning dibuat dengan cara infusa 3,12% dengan pelarut air (digunakan sebagai lautan stok). Sebanyak 3,12 gram serbuk 18

19 dipanaskan dalam 100 ml air suling selama 15 menit dengan suhu 90ºC. Hasil yang didapat kemudian disaring dengan kain sampai didapatkan filtrat sebanyak 100 ml; kemudian dilanjutkan dengan uji organoleptis. 6. Analisis kualitatif dan kuantitatif Metode analisis kualitatif yang dilakukan adalah kromatografi lapis tipis untuk mengetahui keberadaaan senyawa alkaloid yang terdapat pada sampel. Selanjutnya untuk menetapkan kadar senyawa digunakan KLT densitometri dengan pengukuran kerapatan bercak dari senyawa pada sampel yang sebelumnya telah dipisahkan dengan cara KLT dan dideteksi dengan TLC Scanner. Sebanyak 5 µl larutan ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT silika gel 60 F 254 menggunakan mikro pipet, kemudian totolan dielusi dengan menggunakan fase gerak n-butanol-asam asetat-air (3:1:1 v/v/v); setelah dielusi, bercak diamati pada UV 254 nm, UV 366 nm dan sinar tampak dan kemudian nilai hrf dihitung, kemudian dilakukan analisis secara spektrodensitometrik untuk diketahui pola kromatogram sediaan uji. Scanning dilakukan dari panjang gelombang nm. Untuk analisis kuantitatif sediaan uji, dibuat larutan stok terlebih dahulu dengan kadar 5 mg/ml dengan senyawa baku berberin klorida yang dilarutkan dalam metanol. Larutan kadar 250 ; 200 ; 100 ; 50 ; dan 25 µg/ml dengan cara pengenceran larutan stok yang telah dibuat. Selanjutnya pada plat 19

20 KLT silika gel 60 F 254, masing-masing ditotolkan pada plat yang telah diaktifkan sebelumnya dengan cara dipanaskan dalam oven selama 10 menit. Volume penotolan sebanyak 5 µl dan dielusi dengan n-butanol-asam asetatair (3:1:1 v/v/v). Setelah terelusi kemudian diukur luas area (AUC) bercak yang diduga merupakan senyawa alkaloid dengan densitometer pada panjang gelombang maksimum. Kemudian untuk menentukan persamaan kurva baku, dihitung regresi dari kadar (µg) vs luas area, dan didapatkan y = bx+a, dengan x sebagai kadar dalam µg dan y sebagai luas area. Sehingga kadar alkaloid dalam sampel dapat dihitung sebagai berberin klorida. 7. Perlakuan pada hewan uji dan uji ketahanan berenang Mencit dibagi dalam 5 kelompok, dengan 2 kelompok kontrol yaitu kontrol positif (+) dan kontrol negatif (-) serta 3 kelompok perlakuan (P1, P2, dan P3). Mencit diadaptasi dengan pemberian pakan secara ad libitum selama 1 minggu. Setelah itu mencit dibuat stres dengan cara merenangkan secara paksa seperti pada prosedur forced swim test selama masing-masing 6 menit pada tabung dengan diameter 10 cm; tinggi 25 cm; ketinggian air 15 cm dengan suhu ± 25ºC pada hari pertama hingga sampai dengan hari ke-14. Kemudian mulai hari ke-15 sampai dengan hari ke-28, setiap hari secara per oral, kelompok kontrol positif (+) diberi amitriptilin, kelompok kontrol negatif (-) diberi plasebo berupa air suling, kelompok P1 diberi larutan sediaan uji dengan dosis 78???, kelompok P2 diberi dosis 20

21 156???, kelompok P3 diberi dosis 312???. Pada hari ke-29 semua kelompok diberi perlakuan berenang secara paksa (forced swim test) selama 6 menit dan diukur immobility time-nya. Immobility time dinilai pada saat hewan uji tidak bergerak di dalam air. Setiap hewan uji itu dinilai tidak bergerak ketika berhenti berjuang dan tetap mengambang bergerak di dalam air, hanya membuat gerakan-gerakan diperlukan untuk menjaga kepala di atas air. Gambar 2. Perlakuan pada hewan uji (force swim test) C. Analisis Hasil 1. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif dengan KLT a. Analisis kualitatif Bercak yang muncul pada plat silika gel 60 F 254 setelah terelusi, diamati warnanya pada sinar tampak, di bawah sinar UV 254 nm dan 366 nm. Kemudian dihitung hrf. Warna yang muncul dibandingkan dengan yang 21

22 terdapat pada literatur. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap adanya senyawa alkaloid berberin dalam larutan sampel dilakukan dengan cara membandingkan pola spektrum sampel dengan pola spektrum standar pada panjang gelombang nm. b. Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan alat TLC scanner. Plat yang telah terelusi tadi di-scan pada panjang gelombang 348 nm, yaitu panjang gelombang maksimal dari standar berberin klorida, kemudian didapat data luas area serta hrf yang terlihat pada pola kromatogram dari senyawa yang terdeteksi. Selanjutnya data luas area yang didapatkan dari standar berberin klorida dibuat kurva baku dengan persamaan regresi linier. Kemudian diperoleh: y = Ax + B, di mana: y = luas area (AUC) x = kadar senyawa A = tetapan regresi B = koefisien regresi Setelah diperoleh persamaan kurva baku, data yang didapat dari sediaan uji dihitung kadarnya dengan cara dimasukkan dalam persamaan kurva baku sehingga didapatkan kadar berberin klorida yang terdapat dalam sediaan uji. 22

23 2. Perhitungan immobility time dan analisisnya Setelah didapat data immobility time dari masing-masing kelompok, kemudian dianalisis dengan software SPSS 17.0 pada taraf kepercayaan 95%. Untuk melihat distribusi data yang diperoleh, diuji dengan uji Shapiro-Wilk. Apabila data terdistribusi normal (p > 0,05), analisis data dilanjutkan dengan one-way ANOVA dan dilanjutkan dengan Post Hoc Scheffe Test untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan apabila data berbeda signifikan (Ho ditolak, jika probabilitas < 0,05). 23

24 D. Skema Penelitian Batang akar kayu kuning Perlakuan pasca panen Simplisia Serbuk simplisia Ekstrak larut air Standarisari ekstrak Perhitungan kadar (densitometer) Penentuan dosis Pembuatan sediaan Perlakuan pada hewan uji 1. Pembagian kelompok dan dosis 2. Adaptasi selama 7 hari 3. Perlakuan (forced swim test) pada hari ke Pemberian sediaan uji pada hari ke Pengumpulan data 5. Uji ketahanan berenang (perhitungan immobility time) pada hari ke-29 Analisis data Gambar 3. Skema penelitian 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. World Health Organization (WHO) tahun 2001 menyatakan bahwa depresi berada pada urutan keempat penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental di laboratorium untuk memperoleh data.data yang dikumpulkan adalah data primer. Pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun ciplukan (Physalis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO Muhammad Irfan Firdaus*, Pri Iswati Utami * Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya

Lebih terperinci

Nofri P. Kurama, Widdhi Bodhi, Weny Wiyono Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT Manado ABSTRACT

Nofri P. Kurama, Widdhi Bodhi, Weny Wiyono Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT Manado ABSTRACT Uji Efek Antidepresan Ekstrak Metanol Jamur Tlethong (Psilocybe cubensis) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus): ditinjau dari Immobility Time Dengan Metode Forced Swim Test Nofri P. Kurama, Widdhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depresi merupakan gangguan emosional dan jiwa yang terjadi akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Depresi merupakan gangguan emosional dan jiwa yang terjadi akibat adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan gangguan emosional dan jiwa yang terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan neurotransmiter di otak, serta dapat disebabkan oleh faktor keturunan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group design)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji 19 BAB III METODOLOGI Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji pendahuluan golongan senyawa kimia, pembuatan ekstrak, dan analisis kandungan golongan senyawa kimia secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental yaitu dengan mengamati kemungkinan diantara variabel dengan melakukan pengamatan terhadap kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENGERINGAN TERHADAP KADAR ANTOSIAN PADA KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.)

PENGARUH METODE PENGERINGAN TERHADAP KADAR ANTOSIAN PADA KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) PENGARUH METODE PENGERINGAN TERHADAP KADAR ANTOSIAN PADA KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) Wiranti Sri Rahayu, Dwi Hartanti, Nasrun Hidayat Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metode eksperimental laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan daun J. curcas terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium kimia program studi

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas

Lebih terperinci

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian yang termasuk gabungan dari penelitian jenis eksperimental laboratorik dan eksperimental

Lebih terperinci

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: Jenny Virganita NIM. M 0405033 BAB III METODE

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Variabel Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu, yaitu penelitian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap kelompok eksperimental

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori dan Rancangan Penelitian Penelitian uji efek tonikum infusa daun landep pada mencit putih jantan ini dapat dikategorikan sebagai penelitian eksperimental dengan rancangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa. 33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriftif dan eksperimental, dilakukan pengujian langsung efek hipoglikemik ekstrak kulit batang bungur terhadap glukosa darah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test Randomized Control

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN A. Lokasi dan subjek sampel penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak bulan Agustus 2012 hingga Maret 2013 di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pembuatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi 40 Lampiran 2. Hasil Determinasi Daun Kersen 41 Lampiran 2. Lanjutan 42 Lampiran 3. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian 43 44 Lampiran 4. Perhitungan Susut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group design. Penelitian dilakukan dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian eksperimental sederhana (posttest only control group

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lebih dari satu miliar orang di dunia menderita disabilitas. Disabilitas atau kecacatan dapat terjadi akibat kondisi kesehatan, kondisi lingkungan, dan faktor lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin B pada pemerah pipi (blush on) yang beredar di Surakarta dan untuk mengetahui berapa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas antioksidan dilakukan di

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA AMAMI IDENTIFIKASI DIAZEPAM METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA AMAMI IDENTIFIKASI DIAZEPAM METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA AMAMI IDENTIFIKASI DIAZEPAM METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS 1. WAKTU DAN TEMPAT Praktikum dilakukan pada hari selasa, 15 November 2016 pada pukul 18:00-21:00 WIB, bertempat di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapatkan perhatian serius. Orang yang mengalami depresi umumnya mengalami gangguan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang berkaitan dengan kerja otak dan ditandai dengan kehilangan minat (anhedonia), suasana hati yang buruk (low mood),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

Farmakoterapi Obat Gangguan Mental. Alfi Yasmina

Farmakoterapi Obat Gangguan Mental. Alfi Yasmina Farmakoterapi Obat Gangguan Mental Alfi Yasmina Psikotropika Antipsikotik/neuroleptik/major tranquilizer Antiansietas/ansiolitik/minor tranquilizer Antidepresi Psikostimulan Psikosis Ditandai: Gangguan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian Eksperimental laboratoris. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan pre dan post test control group design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS LOKOMOTOR DAN PENURUNAN IMMOBILITY TIME

PENINGKATAN AKTIVITAS LOKOMOTOR DAN PENURUNAN IMMOBILITY TIME ANTIDEPRESAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BUNGA CENGKEH (Syzygium aromaticum) DAN EKSTRAK ASETON KULIT PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS LOKOMOTOR DAN PENURUNAN IMMOBILITY TIME PADA

Lebih terperinci

Farmakoterapi Obat Gangguan Mental

Farmakoterapi Obat Gangguan Mental Farmakoterapi Obat Gangguan Mental Alfi Yasmina Psikotropika Antipsikotik/neuroleptik/major tranquilizer Antiansietas/ansiolitik/minor tranquilizer Antidepresi Psikostimulan 1 Psikosis Ditandai: Gangguan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Uji Flavonoid Dari 100 g serbuk lamtoro diperoleh ekstrak metanol sebanyak 8,76 g. Untuk uji pendahuluan masih menggunakan serbuk lamtoro kering,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN 1. Mikroorganisme Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Departemen Farmasi FMIPA UI. 2. Medium dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA Retno Putri Pamungkas, Vivin Nopiyanti INTISARI Analisis Rhodamin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus)

AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus) AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus) Novita Sari, Islamudin Ahmad, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional laboratorik untuk mengetahui kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia BAB 3 PERCOBAAN Pada bab ini dibahas tentang langkah-langkah percobaan yang dilakukan dalam penelitian meliputi bahan, alat, pengumpulan dan determinasi simplisia, karakterisasi simplisia, penapisan fitokimia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorium. B. Lokasi Penelitian Ekstraksi dilakukan di Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subyek Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian pre and post test with control group

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Kategori Penelitian dan Rancangan Percobaan 1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen eksploratif dengan rancangan acak lengkap pola searah.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : sonde lambung, spuit (Terumo), pipet mikro (Propette), pipet pasteur, pipet

Lebih terperinci

simplisia buah Mahkota dewa (phaleria macrocarpa(scheff) Boerl.),

simplisia buah Mahkota dewa (phaleria macrocarpa(scheff) Boerl.), BAB III METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat 1. Bahan-Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. sediaan uji suspensi teofilin, teofilin auhydrous diperoleh dari laboratorium

Lebih terperinci

Metoda-Metoda Ekstraksi

Metoda-Metoda Ekstraksi METODE EKSTRAKSI Pendahuluan Ekstraksi proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Design Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah studi eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control group

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar landep (Barleria prionitis) yang berasal dari Kebun Percobaan Manoko, Lembang. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Rambut jagung (Zea mays L.), n-heksana, etil asetat, etanol, metanol, gliserin, larutan kloral hidrat 70%, air, aqua destilata, asam hidroklorida, toluena, kloroform, amonia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel PBAG di lingkungan sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan daerah Cipaku.

Lebih terperinci