- Dengan jumlah lansia yang banyak, akan membutuhkan area bangunan yang lebih luas, dengan banyaknya ruangan yang dapat membingungkan para lansia. 2)
|
|
- Erlin Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV ANALISA PERMASALAHAN Analisa Manusia Analisa Lansia 1) Jumlah Lansia Lansia merupakan penghuni utama dalam sebuah panti werdha. Para lansia akan tinggal di panti werdha tersebut dalam jangka waktu panjang. Dari hasil survey ke berbagai panti werdha, rata rata jumlah lansia yang berada di panti werdha swasta dengan adanya iuran bulanan adalah lansia. Dengan banyaknya jumlah lansia dan kurangnya tenaga kerja yang seimbang, menyebabkan lansia sering mengalami berbagai masalah seperti jatuh tanpa sepengetahuan perawat, kebingungan arah, kurang melakukan aktivitas, dan lain sebagainya. Dengan jumlah lansia yang tidak terlalu banyak, perhatian perawat dan dana panti werdha dapat lebih terfokuskan, terutama bagi lansia yang terlantar yang berada di panti werdha swasta tanpa adanya iuran bulanan. Berikut merupakan beberapa poin analisa pertimbangan penulis dalam memilih jumlah lansia: - Ketentuan dari panti werdha yang akan dirancang (menyesuaian dengan dana dan jumlah perawat). - Banyaknya perhatian yang dibutuhkan para lansia terlantar, untuk memebuhi keamanan fisik dan psikologis mereka.
2 - Dengan jumlah lansia yang banyak, akan membutuhkan area bangunan yang lebih luas, dengan banyaknya ruangan yang dapat membingungkan para lansia. 2) Fisik Lansia Beberapa masalah pada fisik lansia yang ditemukan adalah: - Penglihatan Seiring bertambahnya usia, para lansia semakin kehilangan daya akomodasi penglihatan (semakin kabur dan hilangnya kedetilan penglihatan), serta sulit membedakan warna. Selain itu, pupil lansia yang semakin mengecil menyebabkan masuknya cahaya ke mata semakin minim. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dilihat dari kondisi penglihatan lansia adalah: Pencahayaan yang banyak, baik alami maupun buatan (individu berusia diatas 60 tahun membutuhkan pencahayaan 3x lebih banyak daripada indidu di usia 20 tahunan). Kesilauan, baik dari penggunaan material, pencahayaan alami, maupun pencahayaan buatan. Pengkontrasan warna, untuk mempermudah lansia membedakan pembagian area pada interior bangunan, serta pemilihan warna yang tepat (bertambahnya unsur warna kuning pada penglihatan lansia) Penerapan pencahayaan buatan yang tidak menyilaukan, namun dapat memberi pencahayaan yang cukup pada interior ruangan. Selain itu, kekonsistenan dan kesamaan pada tekstur pencahayaan sangat penting
3 agar tidak menimbulkan bayangan dan ilusi perbedaan level pada dinding dan lantai yang dapat menggangu psikologi lansia. Perubahan level pencahayaan secara gradual antar ruang dan akses dari dalam bengunan ke luar bangunan. Pengkombinasian warna dan cahaya pada interior ruaangan, agar mempermudah penglihatan lansia dan membuat lansia merasa lebih nyaman. - Pendengaran Pada lansia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress, kemampuan pendengaran akan semakin menurun. Selain itu, gangguan akustik seperti kebisingan dan gema pada interior bangunan juga dapat menggangu pendengaran lansia, termasuk kesulitan tidur saat beristirahat. Unsur akustik yang baik dapat membantu meningkatkan pendengaran dan menekan gangguan pendengaran pada lansia. Lansia dengan pendengaran yang buruk juga berdampak pada hubungan sosial antar sesama lansia. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dilihat dari kondisi pendengaran lansia adalah: Penggunaan material interior (lantai, ceiling, dan dinding) yang dapat menyerap suara, agar suara suara tidak memantul atau terjadi gema. Pengaturan area duduk yang mempermudah mendengar percakapan. Pencahayaan yang cukup agar para lansia dapat membaca bibir lawan bicara.
4 - Penciuman Penerapan material yang salah pada interior sangat berbengaruh pada penciuman lansia. Material yang dugunakan harus tidak berbau atau beracun. Dengan semakin menurunnya penciuman lansia dan material interior yang berbau, maka akan menyebabkan kesehatan para lansia terganggu. Selain itu, bukaan bukaan yang ada pada bangunan sangat penting untuk jalannya sirkulasi udara. - Peraba Pada sistem peraba, lansia mengalami kemunduran dalam merasakan sakit, tekanan, panas, dan dingin. Kulit juga menjadi lebih tipis pada dermisnya, dan mengalami penurunan elstisitas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dilihat dari kondisi peraba lansia adalah: Pemilihan material pada interior bangunan yang tepat agar kulit lansia tidak terluka ketika membentur atau menyentuh material material tersebut. Pencahayaaan alami yang cukup guna membantu kesehatan kulit lansia. - Otot Kinerja otot yang melemah dan interaksi otot yang semakin berkurang menyebabkan para lansia sering mengalami gangguan otot seperti sering jatuh, kram, dan kesemutan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dilihat dari kondisi otot para lansia adalah: Daya tarik yang ditimbulkan dari ruang ruang interior agar tertarik untuk berjalan dan keluar dari satu ruangan ke ruangan lain.
5 Tersedianya area untuk melatih fisik lansia seperti senam pagi dan fisioterapi. Adanya pegangan pegangan atau grab bars para berbagai sisi ruangan yang dapat digunakan lansia jika kondisi otot atau keseimbangan menurun. Sirkulasi ruangan yang mudah dilalui oleh para lansia. Penerapan aksesoris pada unsur interior seperti handle pintu yang mudah dibuka oleh lansia ketika tangan mengalami kram. Penggunaan material pada lantai yang menekan rasa capai pada otot kaki ketika melewati berbagai ruangan. Cukupnya area duduk untuk lansia ketika merasa capai. - Beser Menurunnya kemampuan untuk menahan air kecil atau air besar merupakan hal yang umum pada lansia. Namun, Beser tanpa disadari sering menimbulkakn msalah kesehatan dan sosial. Dalam hal ini, penerapan material untuk lantai dan furnitur harus lebih diperhatikan. Selain itu, jarak kamar mandi dari berbagai area aktivitas sebaiknya tidak terlalu jauh. - Suhu tubuh Pada masa usia lanjut, kemampuan untuk memproduksi panas tubuh akan semakin berkurang, sehingga para lansia mudah merasa kedinginan. Dalam hal ini, penerapan bukaan bukaan pada bangunan (masuknya udara sejuk atau hangat), serta penggunaan pendingin ruangan harus lebih diperhatikan.
6 - Daya ingat Semakin menurunnya daya ingat lansia, kemampuan mereka untuk mengingat pembagian ruang juga akan semakin berkurang, terutama bagi para lansia yang baru memasuki panti werdha. Dalam hal ini, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: Penerapan material atau unsur dekorasi sebagai daya tarik dan pengingat ruang. Sirkulasi antar ruang yang tidak membingungkan lansia. 3) Psikologi Lansia Masalah masalah psikologi yang ditemukan adalah: - Sifat Hal umum yang terjadi pada lansia adalah kemunduran psikis seperti kembali ke masa anak anak, manja, dan sulit diatur, terutama karena lansia lansia tersebut merupakan lansia yang dulunya terlantar dan sudah terbiasa dengan kebebasan. Dari hasil survey, kedisiplinan dan kasih sayang yang diberikan dari perawat merupakan salah satu cara untuk membuat mereka mengikuti kegiatan panti dengan baik. Lansia yang banyak mengalami kemunduran psikis, cenderung lebih sulit untuk bersosialisasi. Aktifitas aktifitas yang dilakukan secara grup seperti senam pagi dan nonton bersama, termasuk pengaturan posisi duduk, secara perlahan dapat membantu meningkatkan hubungan sosial mereka. - Harga diri Dari hasil survey, beberapa masalah yang didapat adalah rasa rendah diri yang dialami lansia karena tergolong tidak mampu, serta rasa
7 tidak berguna karena tidak dapat melakukan kegiatan kegiatan yang dulunya mereka lakukan. Kegiatan - kegiatan pengganti seperti gardening, merajut, game ringan, kerajinan tangan, dan lain sebagainya dapat membantu mereka merasa lebih nyaman dengan diri sendiri. Selain itu, kegiatan kegiatan tersebut dapat membantu lansia menghilangkan rasa bosan, meningkatkan daya ingat dan memperlambat proses Alzheimer. - Kenangan masa lalu Sebagian besar dari lansia terlantar yang berada beberapa panti werdha yang penulis datangi mengalami trauma akan masa lalu mereka. Hal tersebut terlihat dari penghindaran, reaksi perlawanan, serta emosi yang berubah dari mereka ketika adanya pembicaraan tentang masa lalu mereka. Interior yang dirancang harus dapat membuat mereka merasa nyaman dengan diri sendiri dan keadaan lingkungan yang baru. - Diogenes syndrome Salah satu masalah yang cukup banyak ditemui pada lansia yang terlantar adalah adanya diogenes syndrome. Diogenes syndrome merupakan gangguan psikologi pada lansia yang menyebabkan lansia tidak memiliki kepedulian akan dirinya sendiri atau self neglect. Beberapa ciri lansia yang mengalami diogenes syndrome adalah tidak ingin makan, tidak menjaga kebersihan, senang mengumpulkan berbagai jenis barang, sifat terkadang berubah, dan tingkah laku terkadang agresif. Belum ditemukan penyebab pasti dari gangguan psikologis ini, namun dari hasil penelitian, diogenes syndrome erat kaitannya dengan kemiskinan, keterlantaran, tidak adanya hubungan sosial, kepikunan parah, dan stress.
8 Perawatan jangka panjang dari panti jompo dan psikolog telah terbukti dapat membantu mengatasi gangguan ini. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kasus diegones syndrome diantaranya: Material pada bangunan panti agar kehigenisan bangunan terjaga dan tidak memperburuk kondisi fisik para lansia. Pencahayaan dan penghawaan yang baik untuk kesehatan fisik dan psikologis lansia. Penggunaan kunci pada beberapa ruangan dan furnitur. Beberapa ruang seperti kamar dan kamar mandi sebagiknya tidak menggunakan kunci agar perawat dapat mengawasi kegiatan yang sedang dilakukan para lansia. - Masalah Kereligiusan Sebagian lansia mengalami kecenderungan untuk berhenti mempercayai adanya Tuhan. Dengan kehilangan kepercayaan pada Tuhan, lansia menjadi berhenti mempelajari makna hidup, memiliki pemikiran yang menyimpang (menuduh tanpa alasan atau mengkritik berbagai situasi dengan kejam), dan merasa letih dengan kehidupan. Dari hasil survey, hal yang dapat dilakukan adalah dengan dorongan dan kasih sayang dari perawat, lngkungan tinggal yang positif, serta kegiatan keagamaan yang dibawakan oleh pengunjung. - Masalah kematian Rasa takut kan kematian merupakan hal yang umum yang dialami oleh para lansia. Rasa takut yang dialami oleh para lansia dapat menyebabkan stress dan gangguan kesehatan. Interior yang dirancang
9 untuk para lansia tersebut harus dapat membantu menekan rasa takut mereka. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya penekanan rasa takut pada lansia adalah: Citra interior yang ceria Penerapan warna, meterial, dan pencahayaan yang baik agar memberikan kesan hangat, nyaman, dan aman. 4) Alzheimer Alzheimer perupakan penyakit neurodegeratif, yang seringkali tersembunyi, membahayakan, dan berkembang secara progresif. Tidak semua lansia mengalami Alzheimer. Ciri ciri klinis penderita Alzheimer adalah kepikunan, menurunnya kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari hari, perubahan kepribadian dan tingkah laku, sering mengalami kebingungan, dan ketidak mampuan untuk mengurus diri sendiri. Alzheimer tidak dapat disembuhkan namun dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup, gizi seimbang, lingkungan tinggal yang baik, serta pengobatan yang tepat. Kondisi lingkungan dapat dijadikan treatment pada penderita alzheimer dengan cara menghasilkan dan mempertahankan lingkungan tinggal yang positif (aktivitas, kegiatan sosial, progam perawatan, dan kenyamanan, termasuk penghijauan). 5) Adaptasi pada lingkungan baru Para lansia yang senang dan sudah terbiasa hidup dengan kebebasan cenderung ingin kembali ke tempat asal mereka, lebih sulit beradaptasi dan mengikuti kegiatan panti dengan baik. Selain peratian, dan
10 kekeluargaan, ragam aktivitas yang dapat menarik minat atau perhatian lansia juga dapat membatu proses pengadaptasian para lansia. 6) Lansia Berkebutuhan Khusus Lansia berkebutuhan kushus merupakan lansia yang memerlukan perhatian lebih pada aktivitas kesehariannya. Hal ini dikarenakan kondisi fisik lansia yang buruk, yang disebabkan oleh penyakit atau trauma akan kejadian masa lalu seperti jatuh atau kecelakaan lainnya, yang menyebabkan lansia membutuhkan kursi roda, alat bantu jalan ataupun bed rest. - Alat Bantu jalan & Kursi roda Lansia dengan alat bantu jalan atau kursi roda membutuhkan sirkulasi yang lebih besar agar para lansia dapat dengan mudah berpindah area tanpa membentur sisi ruangan dan berbagai furnitur. Dengan sirkulasi yang cukup juga membuat para lansia merasa lebih aman dalam melakukan berbagai aktivitas. Selain itu, pengkontrasan material border pada dua sisi lantai dapat membantu lansia agar tidak membentur dinding. - Bed rest Dalam kasus ini, lansia dalam kondisi bed rest merupakan lansia yang tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari dnegan mandiri. Mereka membutuhkan perhatian dan perawatan ekstra. Dari ahsil survey, lansia lansia pada kondisi bed rest cenderung merasa bosan, letih, stress, dan tidak bersemangat, terutama yang memiliki kamar sendiri. Interior kamar dan kegiatan yang diberikan kepada lansia dalam kondisi bed rest harus dapat meningkatkan semangat hidup mereka, contohnya melalui interaksi sosial yang mudah dilakukan dengan pengaturan tempat tidur
11 yang tepat, adanya aktivitas ringan yang dapat dilakukan, serta ruang interior yang memiliki cukup pencahayaan dan memberikan kesan ceria. 7) Aktivitas Lansia Kegiatan yang dilakukan para lansia di Wisma Sahabat Baru dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu aktivitas keseharian pada saat tidak ada pengunjung, dan aktivitas lansia pada saat ada pengunjung. Pengunjung yang datang biasanya menyertakan acara khusus untuk para lansia. Namun beberapa pengunjung hanya datang untuk menemani aktivitas keseharian para lansia. Secara umum, aktivitas para lansia pada kesehariannya di Wisma Sahabat Baru saat tidak ada kunjungan berupa: - Bangun pagi: Sebagian lansia dapat bangun sesuai jam pagi yang telah ditentukan perawat, sebagian lansia harus dibangunkan oleh perawat. - Mandi: Sebagian lansia dapat mandi sendiri, sebagian lansia harus dibantu oleh perawat. - Sarapan: Semua lansia sarapan bersama di satu ruang dengan pengawasan beberapa perawat. - Senam pagi: Kegiatan senam pagi dilakukan di luar bangunan dengan tujuan agar lansia juga adapt berjemur. Kegiatan senam pagi juga diselingi dengan fisioterapi ringan untuk kaki dan tangan. - Teh dan snack: Kegiatan ini dilakukan bersama sama di area makan, sambil menonton TV. - Makan siang: Makan siang dilakukan bersama di area makan, dengan pengawan beberapa perawat. Setelah makan siang, para lansia
12 cenderung tidak melakukan kegiatan aktivitas, selain beristirahat, menonton TV dan bercengkrama. - Mandi sore: Sebagian lansia dapat mandi sendiri, sebagian lansia harus dibantu oleh perawat. Setelah mandi sore, para lansia cenderung tidak melakukan kegiatan aktivitas, selain beristirahat, menonton TV dan bercengkrama. - Makan malam: Makan malam dilakukan bersama di area makan, dengan pengawan dari beberapa perawat. Setelah makan malam, para lansia cenderung tidak melakukan kegiatan aktivitas, selain beristirahat, menonton TV dan bercengkrama. - Tidur: Beberapa lansia mengalami kesulitan tidur dikarenakan berbagai macam hal seperti rasa khawatir, takut, dan kebisingan dari luar. Kegiatan yang dilakukan para lansia di Wisma Sahabat Baru Ketika mendapat kunjungan yang menyertakan acara khusus berupa: - Bangun pagi: Sebagian lansia dapat bangun sesuai jam pagi yang telah ditentukan perawat, sebagian lansia harus dibangunkan oleh perawat. - Mandi: Sebagian lansia dapat mandi sendiri, sebagian lansia harus dibantu oleh perawat. - Sarapan: Semua lansia sarapan bersama di satu ruang dengan pengawasan beberapa perawat. - Senam pagi: Kegiatan senam pagi dilakukan di luar bangunan dengan tujuan agar lansia juga adapt berjemur. Kegiatan senam pagi juga diselingi dengan fisioterapi ringan untuk kaki dan tangan.
13 - Mengikuti acara yang diberikan: acarnya yang diberikan biasanya termasuk makan bersama, ibadah, game ringan, karaoke, dan lain sebagainya. - Mandi sore: Sebagian lansia dapat mandi sendiri, sebagian lansia harus dibantu oleh perawat. Setelah mandi sore, para lansia cenderung tidak melakukan kegiatan aktivitas, selain beristirahat, menonton TV dan bercengkrama. - Makan malam: Makan malam dilakukan bersama di area makan, dengan pengawan dari beberapa perawat. Setelah makan malam, para lansia cenderung tidak melakukan kegiatan aktivitas, selain beristirahat, menonton TV dan bercengkrama. - Tidur: Beberapa lansia mengalami kesulitan tidur dikarenakan berbagai macam hal seperti rasa khawatir, takut, dan kebisingan dari luar. Dari data aktivitas lansia yang didapat, dapat disimpulkan bahwa jika tidak ada kunjungan, pada siang dan sore hari para lansia cenderung kurang melakukan aktivitas, yang dimana dapat memperburuk kondisi fisik dan kinerja otak lansia. Selain itu, Sirkulasi dan progam ruang harus dirancang secara tepat agar mempermudah lansia dan para pengunjung dalam melakukan berbagai aktivias. 8) Ergonomi Ergonomi pada interior panti werdha harus disesuaikan dengan kebutuhan para lansia, terutama lansia yang memiliki kebutuhan khusus seperti kursi roda dan alat bantu jalan.
14 Gambar 4.1 Gambar Dimensi Tubuh Lansia Sumber: Dimensi Manausia dan Ruang Interior, h43 Gambar 4.2 Gambar Dimensi Tubuh Lansia pada Posisi Duduk Sumber: Dimensi Manausia dan Ruang Interior, h43
15 Gambar 4.3 Gambar Dimensi Tubuh Lansia pada Posisi Berdiri Sumber: Dimensi Manausia dan Ruang Interior, h43 Gambar 4.4 Gambar Data Dimensi Area Kerja Lansia Sumber: International Journal of Occupational Safety and Ergonomics, 2001, Vol 7
16 Gambar 4.5 Gambar Data Dimensi pada Tempat Penyimpanan untuk Lansia Sumber: International Journal of Occupational Safety and Ergonomics, 2001, Vol 7 Gambar 4.6 Gambar Data Dimensi Pengguna Kursi Roda Sumber: Dimensi manusia dan Ruang Interior, h283
17 Gambar 4.7 Gambar Data Dimensi Pengguna Kursi Roda dan Alat Bantu Jalan Sumber: Dimensi manusia dan Ruang Interior, h
18 Analisa Perawat Para perawat dibagi menjadi tiga shift, yaitu shift pagi, siang - sore, dan malam. Secara umum, kegiatan yang dilakukan perawat dalam kesehariannya berupa: - Bangun pagi mandi sarapan. - Membangunkan Lansia menyiapkan sarapan untuk para lansia. - Membantu para lansia mandi: Dilakukan perawat shift pagi. - Menemani lansia sarapan: Dilakukan perawat shift pagi. - Membantu kegiatan senam pagi dan fisioterapi lansia. - Menyiapkan teh dan snack untuk para lansia. - Makan siang: Makan siang dilakukan secara bergantian. - Membantu para lansia mandi: Dilakukan perawat shift siang- sore - Mandi sore - Menyiapkan makan malam lansia. - Menemani lansia makan: Dilakukan perawat shift malam - Makan malam: Makan malam dilakukan secara bergantian. - Menemani para lansia tidur: Dilakukan perawat shift malam Masalah yang sering dialami oleh para perawat adalah terlalu letih, kesulitan dalam mengatur para lansia, dan rasa jenuh dalam melakukan aktivitas sehari hari. Kesan yang ditimbulkan sebuah ruang dapat mempengaruhi semangat kerja dan suasana hati para perawat. Selain itu, area istirahat untuk perawat penting untuk menenangkan pikiran, sharing, dan melakukan hobi.
19 Analisa Pengunjung Pengunjung yang datang umumnya berupa donatur perorang dan perkelompok dari berbagai organisasi seperti organisasi keagamaan, sekolah, dan lain sebagainya. Pengunjung perorang biasanya mengikuti dan menemani aktivitas yang dilakukan oleh para lansia. Para pengunjung yang datang secara kelompok, biasanya mengikuti dan menemani aktivitas yang dilakukan oleh para lansia atau memberikan acara khusus untuk para lansia, yang dimana acara acara tersebut dapat beragam. Dengan demikian, luasan pada area semi publik untuk melakukan kegiatan pengunjungan sosial dan penghiburan harus mencukupi Analisa Kebutuhan Ruang Ruang ruang yang didapat berdasarkan analisa pada lansia dan perawat adalah: 1) Publik - Area receptionist, sebagai area untuk menerima tamu dan melakukan pendaftaran ketika memasukan lansia ke panti. - Ruang tamu, sebagai tempat untuk menerima dan berbincang dengan tamu. 2) Semi Publik - Area rekreasi, sebagai area bagi para lansia untuk melakukan kegiatan hobi dan permainan ringan. - Ruang potong rambut, sebagai area bagi para lansia untuk memotong rambut.
20 - Lounge, sebagai area bagi para lansia untuk menonton TV, bercengkrama, dan melakukan kegiatan sosial. - Ruang kesehatan, sebagai tempat penyimpanan obat obatan dan tempat lansia melakukan check up kesehatan 1 minggu sekali. - Ruang psikolog, sebagai tempat bagi para lansia untuk melalukan konseling dengan psikolog. 3) Privat - Ruang makan, sebagai area bagi para lansia untuk makan bersama. - Ruang fisioterapi, sebagai area untuk para lansia melakukan kegiatan fisioterapi kaki dan tangan. - Area senam, sebagai area untuk para lansia melakukan kegiatan senam pagi dan berjemur. - Kamar tidur lansia, sebagai area bagi para lansia beristirahat dan tidur. - Kamar tidur perawat, sebagai area bagi para perawat untuk beristirahat dan tidur. - Ruang duduk perawat, sebagai area untuk perawat melakukan kegiatan hobi, menonton TV, bercengkrama, dan sebagainya. - Ruang makan perawat, sebagai area bagi para perawat untuk makan bersama. - Ruang kerja, sebagai tempat bagi pengurus untuk mengatur dan mengelola panti 4) Service - Kamar mandi lansia, sebagai tempat bagi para lansia melakukan kegiatan mandi.
21 - Kamar mandi perawat, sebagai tempat bagi para perawat melakukan kegiatan mandi. - Dapur lansia, sebagai area untuk membuat kebutuhan pangan untuk para lansia. - Gudang, sebagai tempat penyimpanan alat alat yang akan dibutuhkan oleh para lansia. - Area loundry, sebagai area untuk mencuci pakaian. - Kamar jenazah, sebagai area untuk memandikan dan secara sementara, menaruh tubuh lansia yang telah meninggal. Berikut merupakan hasil perhitungan untuk progam ruang yang akan diterapkan pada perancangan panti werdha ini:
22 Gambar 4.8 Perhitugan Program Ruang untuk Area Publik dan Semi Publik
23 Gambar 4.9 Perhitugan Program Ruang untuk Area Semi Publik
24 Gambar 4.10 Perhitugan Program Ruang untuk Area Semi Publik dan Privat
25 Gambar 4.11 Perhitugan Program Ruang untuk Area Privat
26 Gambar 4.12 Perhitugan Program Ruang untuk Area Privat
27 Gambar 4.13 Perhitugan Program Ruang untuk Area Privat
28 Gambar 4.14 Perhitugan Program Ruang untuk Area Service
29 Gambar 4.15 Perhitugan Program Ruang untuk Area Service
30 Gambar 4.16 Program dan Hubungan Antar Ruang
31 Gambar 4.17 Diagram Bubble Lantai Dasar
32 Gambar 4.18 Diagram Bubble Lantai Atas
33 - Zoning Alternatif 1 Gambar 4.19 Zoning Alternatif 1 Ground Floor KELEBIHAN KEKURANGAN Area privat mendapat pencahaayaan yang baik pada pagi hari Area publik kurang mendapat penghijauan Area semi publik, privat dan service mengelilingi taman Dengan adanya skylight, area publik, semi publik, privat, dan service cukup mendapat pencahayaan pada siang hari Dengan tampak depan bangunan yang sebagian besar tertutup, area publik dan semi publik tidak panas dan silau pada siang dan sore hari Area semi publik berada di antara privat dan service, mempermudah lansia dalam mejalani aktivitas
34 Akses taman samping dapat langsung menuju ke area service Tabel 4.1 Tabel Analisis Zoning Alternatif 1 (Ground Floor) First & Second Floor KELEBIHAN KEKURANGAN Dengan tampak depan bangunan yang sebagian besar tertutup, area semi publik tidak panas dan silau pada sore hari Area semi publik (dibagian atas) tidak mengelilingi void dan taman, sehingga kurang mendapat penghijauan Area privat dan service mendapat cukup pencahayaan pada pagi hari Dengan adanya skylight, area privat dan semi publik mendapat cukup pencahayaan pada siang hari Area privat (perawat) mengelilingi void, mempermudah pengawasan terhadap lansia. Akses tangga dekat dengan area service dan privat Akses taman samping dapat langsung menuju ke area service Tabel 4.2 Tabel Analisis Zoning Alternatif 1 (First & Second Floor)
35 - Zoning Alternatif 2 Gambar 4.20 Zoning Alternatif 2 Ground Floor KELEBIHAN KEKURANGAN Area privat, semi publik dan service mendapat pencahaayaan yang baik pada pagi hari Area publik kurang mendapat penghijauan Area semi publik, privat dan service mengelilingi taman Area publik dan semi publik jauh dari service untuk pengunjung dan lansia Dengan adanya skylight, area publik dan semi publik cukup mendapat pencahayaan pada siang hari Tidak ada akses langsung menuju ke area service Dengan tampak depan bangunan yang sebagian besar tertutup, area publik dan semi publik tidak panas dan silau pada sore hari Tabel 4.3 Tabel Analisis Zoning Alternatif 2 (Ground Floor)
36 First & Second Floor KELEBIHAN KEKURANGAN Dengan tampak depan bangunan yang sebagian besar tertutup, area privat dan semi publik tidak panas dan silau pada sang dan sore hari Area semi publik (dibagian atas) tidak mengelilingi void dan taman, sehingga kurang mendapat penghijauan Area privat dan service mendapat pencahayaan yang baik pada pagi hari Dengan adanya skylight, area privat dan semi publik mendapat cukup pencahayaan pada siang hari Area privat (perawat) mengelilingi void, mempermudah pengawasan terhadap lansia. Akses tangga dekat dengan area service dan privat Tabel 4.4 Tabel Analisis Zoning Alternatif 2 (First & Second Floor)
37 - Zoning Alternatif 3 Gambar 4.21 Zoning Alternatif 3 Ground Floor KELEBIHAN KEKURANGAN Area privat mendapat pencahaayaan yang baik pada pagi hari Area publik kurang mendapat penghijauan Area semi publik, privat dan service mengelilingi taman Dengan adanya skylight, area publik, semi publik, privat, dan service cukup mendapat pencahayaan pada siang hari Dengan tampak depan bangunan yang sebagian besar tertutup, area publik dan semi publik tidak panas dan silau pada sore hari Area semi publik berada di antara privat dan service, mempermudah lansia dalam mejalani aktivitas
38 Akses taman samping dapat lansung menuju ke area service Tabel 4.5 Tabel Analisis Zoning Alternatif 3 (Ground Floor) First & Second Floor KELEBIHAN KEKURANGAN Dengan tampak depan bangunan yang sebagian besar tertutup, area semi publik tidak panas dan silau pada sore hari Area semi publik (dibagian atas) tidak mengelilingi void dan taman, sehingga kurang mendapat penghijauan Area privat dan service mendapat cukup pencahayaan pada pagi hari Area service jauh dari publik dan semi publik Dengan adanya skylight, area privat dan semi publik mendapat cukup pencahayaan pada siang dan sore hari Akses dari tangga jauh dari area service Area privat (perawat) mengelilingi void, mempermudah pengawasan terhadap lansia. Tabel 4.6 Tabel Analisis Zoning Alternatif 3 (First & Second Floor)
39 - Grouping Alternatif 1 Gambar 4.22 Grouping alternatif 1 - Ground Floor KELEBIHAN KEKURANGAN Area kamar tidur dekat dengan taman, kamar mandi dan ruang makan Dapur jauh dari akses tangga menuju ke latai atas Area senam dekat dengan area fisioterapi Dapur dekat dengan ruang makan
40 Lounge dekat dengan ruang serbaguna dan ruang rekreasi Ruang serbaguna, lounge, ruang rekreasi, ruang ibadah, dan kamar tidur dekat dengan kamar mandi Ruang makan, area senam, area fisioterapi, kamar tidur, dapur, ruang kesehatan, ruang rekreasi, lounge, dan ruang potong rambut mengeliliingi taman Dengan adanya void, mempermudah pengawasan kepada lansia pada ruang makan, area rekreasi, lounge, dan ruang serbaguna Pada kamar tidur, dapat ditambahkan bukaan bukaan untuk memaksimalkan pencahyaan dan sirkulasi udara Kamar tidur, ruang makan, area senam, area fisioterapi, ruang ibadah, dan dapur mendapat pencahayaan yang baik pada pagi hari Area dapur memiliki bukaan langsung pada ceiling Tabel 4.7 Tabel Analisis Grouping Alternatif 1 (Ground Floor)
41 Gambar 4.23 Grouping alternatif 1 First Floor KELEBIHAN KEKURANGAN Area perawat dan lansia cukup terpisah sehingga aktivitas perawat tidak menggangu kegiatan lansia Ruang serbaguna perawat jauh dari area duduk perawat dan ruang kerja Kamar mandi tersebar di tiga bagian, mempermudah pengaksesan ke kamar mandi Ruang jenazah sulit diakses Dapur dekat dengan ruang makan Ruang duduk perawat dekat dengan void dan kamar
42 lansia mempermudah pengawasan terhadap lansia Kamar tidur perawat dekat dengan ruang duduk perawat Dengan adanya skylight, pencahayaan pada kamar tidur lansia, ruang psikolog, ruang kerja, dan ruang serbaguna dapat lebih dimaksimalkan Tabel 4.8 Tabel Analisis Grouping Alternatif 1 (First & Second Floor) Gambar 4.24 Grouping alternatif 1 Second Floor
43 - Grouping Alternatif 2 Gambar 4.25 Grouping alternatif 2 - Ground Floor KELEBIHAN KEKURANGAN Area kamar tidur dekat dengan taman, kamar mandi dan ruang makan Dapur jauh dari akses tangga menuju ke latai atas Area senam dekat dengan area fisioterapi Dapur dekat dengan ruang makan Lounge dekat dengan ruang serbaguna dan ruang rekreasi
44 Ruang serbaguna, lounge, ruang rekreasi, ruang ibadah, dan kamar tidur dekat dengan kamar mandi Pada ruang serbaguna dapat diberikan akses ramp untuk menuju ke lantai atas dengan panjang ramp ± 15 m 2 Ruang makan, area senam, area fisioterapi, kamar tidur, dapur, ruang kesehatan, ruang ibadah, ruang rekreasi, dan lounge mengeliliingi taman Dengan adanya void, mempermudah pengawasan kepada lansia pada ruang makan, area rekreasi, lounge, dan ruang serbaguna Pada kamar tidur, dapat ditambahkan bukaan bukaan untuk memaksimalkan pencahyaan dan sirkulasi udara Kamar tidur, ruang makan, area senam, area fisioterapi, dan dapur mendapat pencahayaan yang baik pada pagi hari Area dapur memiliki bukaan langsung pada ceiling Tabel 4.9 Tabel Analisis Grouping Alternatif 2 (Ground Floor)
45 Gambar 4.26 Grouping alternatif 2 First Floor KELEBIHAN KEKURANGAN Area perawat dan lansia cukup terpisah sehingga aktivitas perawat tidak menggangu kegiatan lansia Area dapur cukup jauh dari akses tangga Kamar mandi tersebar di tiga bagian, mempermudah pengaksesan ke kamar mandi Dapur dekat dengan ruang makan Ruang duduk perawat dekat dengan void dan kamar lansia, mempermudah pengawasan terhadap lansia
46 Kamar tidur perawat dekat dengan ruang duduk perawat Dengan adanya skylight, pencahayaan pada kamar tidur lansia, ruang psikolog, ruang kerja, dan ruang serbaguna dapat lebih dimaksimalkan Ruang psikologi dekat dengan ruang kesenian Tabel 4.10 Tabel Analisis Grouping Alternatif 2 (First & Second Floor) Gambar 4.27 Grouping alternatif 2 Secon Floor
47 - Grouping Alternatif 3 Gambar 4.28 Grouping alternatif 3 - Ground Floor KELEBIHAN KEKURANGAN Kamar tidur dekat dengan taman, kamar mandi, ruang makan, dan ruang ibadah Dapur jauh dari akses tangga menuju ke latai atas Area senam dekat dengan area fisioterapi Pada area serbaguna, tidak dapat diberikan akses ramp (masalah konstruksi)
48 Dapur dekat dengan ruang makan Area makan yang terpisah mempersulit pengawasan terhadap lansia Ruang makan, kamar lansia, area senam, area fisioterapi, ruang serbaguna, dapur, ruang kesehatan, ruang ibadah, ruang rekreasi, lounge, dan ruang potong rambut mengeliliingi taman Dengan adanya void, mempermudah pengawasan kepada lansia pada ruang makan, area rekreasi, lounge, dan ruang serbaguna Kamar lansia, ruang makan, area senam, ruang serbaguna, dan dapur mendapat pencahayaan yang baik pada pagi hari Area dapur memiliki bukaan langsung pada ceiling Pada kamar tidur, dapat diberikan bukaan untuk memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan Tabel 4.11 Tabel Analisis Grouping Alternatif 3 (Ground Floor)
49 Gambar 4.29 Grouping alternatif 3 First Floor KELEBIHAN KEKURANGAN Area perawat dan lansia cukup terpisah sehingga aktivitas perawat tidak menggangu kegiatan lansia Area dapur cukup jauh dari akses tangga Kamar mandi tersebar di tiga bagian, mempermudah pengaksesan ke kamar mandi Dapur dekat dengan ruang makan Ruang duduk perawat dekat dengan void dan kamar lansia mempermudah pengawasan terhadap lansia
50 Kamar tidur perawat dekat dengan ruang duduk perawat Dengan adanya skylight, pencahayaan pada kamar tidur lansia, ruang psikolog, ruang kerja, dan ruang serbaguna dapat lebih dimaksimalkan Ruang psikolog dekat dengan ruang kesenian Tabel 4.12 Tabel Analisis Grouping Alternatif 3 (First & Second Floor) Gambar 4.30 Grouping alternatif 3 Second Floor
51 4. 3. Analisa Site Analisa makro Gambar 4.31 Jakarta Selatan dan Daerah Sekitar Jakarta Selatan berupakan daerah dengan dengan luas 141,27 Km 2, dengan jumlah populasi pada sensus 2010, dan merupakan daerah terpadat setelah Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Jakarta Selatan berbatasan dengan Jakarta Pusat ke utara, Jakarta Timur ke timut, Depok ke selatan, Jakarta Barat di Barat Laut, dan Tangerang ke barat. Dari hasil wawancara dengan pihak panti, kebanyakan lansia yang berada di panti, berasal dari berbagai daerah di Jakarta. Di Jakarta Selatan juga terdapat Taman Langsat (taman khusus lansia) di Jl. Langsat, Kebayoran Baru.
52 Analisa Mikro Gambar 4.32 Lokasi Site dan Daerah Sekitar Gambar di atas merupakan daerah di sekitar Jl. Bangka Raya. Lokasi bangunan merupakan lokasi yang dikelilingi oleh perumahan, rumah kontor, pertokoan, dan dekat dengan klinik kesehatan 24 jam (Klinik Esti) dan Klinik Puri Nugraha 1. Lokasi tersebut dapat dicapai dengan berbagai transpotasi umum, seperti bus (H. Mampang Prapatan, H. Duren Tiga, H. Kuningan Barat, H. Kuningan Timur, dan Terminal Blom M) dan transportasi umum lainnya. Dengan beberapa tempat ibadah seperti Gereja Kristus Kebayoran Baru di Mampang Prapatan, St. Yohanes Penginjil di Melawai, dan tempat ibadah lainnya.
53 Gambar 4.33 Lokasi Site dan Daerah Sekitar (2) Gambar di atas merupakan tampak atas dari bangunan yang akan dipakai untuk proyek ini. Berikut merupakan data mengenai bangunan tersebut. Jenis Bangunan : Rumah Kantor Lokasi : Jl. Bangka Raya no 100 Arah Bangunan Depan Bangunan : Menghadap ke Barat : Gedung Kantor Money Changer
54 Kanan Bangunan : Perumahan Kiri Bangunan : Tanah kososng Bangunan berada pada loaksi yang ramai akan perumahan namun bukan merupakan lokasi yang dipenuhi dengn kebisingan kendaraan. Selain itu, lokasi bangunan cukup hijau dengan adanya pepohonan besar di dua sisi jalan. Gambar 4.34 Gambar 4.35 Foto Lingkungan Jalanan di Foto Lingkungan Jalanan di
55 depan Bangunan Depan Banguna (2) Gambar 4.36 Gambar 4.37 Foto Lingkungan Jalanan di Foto Lingkungan Jalanan di Depan - Kanan Bangunan Depan - Kanan Banguna (2) Gambar 4.38 Gambar 4.39 Foto Lingkungan Jalanan di Foto Lingkungan Jalanan di Depan Kiri Bangunan Depan - Kiri Banguna (2) Analisa Bangunan Analisa Keseluruhan Bangunan merupakan bangunan bertingkat 2 ¼, dengan luas total sebesar ±1200 m 2, dan luas lahan ±960 m 2. Dari segi pencahayaan, cahaya matahari yang masuk dimaksimalkan dengan penggunaan material kaca (dinding full glass) di berbagai area dan skylight. Karena bangunan menghadap ke barat laut, pada sore hari, cahaya matahari seperti cahaya matahari pada jam tiga sore, dapat menggangu penglihatan. Dengan area
56 depan bangunan yang tertutup, cahaya matahari pada sore hari tidak dapat masuk secara maksimal, dan kebisingan dari depan bangunan dapat lebih ditekan. Pada area interior bangunan terdapat beberapa void yang dapat memberikan kesan lapang atau terbuka, dan dapat digunakan sebagai pemaksimalan pengawasan perawat terhadap para lansia. Selain itu, dengan adanya indoor garden, suasana nyaman akan tebih tercapai Analisa Sirkulasi Vertikal dan Horizontal - Ground Floor Gambar 4.40 Denah Ground Floor Sirkulasi Horizontal pada lantai dasar berupa ruangan ruangan tertutup dengan sebagian besar material dinding berupa kaca, hal tersebut mempermudah visualisasi antar ruang, namun mempersulit pengaksesan ke berbagai ruang. Pengaksesan yang cukup berliku antar ruang dapat mengganggu aktivitas yang sedang dilakukan di ruangan ruangan tersebut,
57 dan dapat sering terjadi persilangan arus sirkulasi, bila material dinding yang digunakan bukan merupakan kaca. Tangga dan ramp merupakan sirkulasi vertikal yang digunakan pada bangunan ini. Terdapat empat tangga dan dua ramp pada interior bangunan, dan satu ramp pada eksterior bangunan. Ramp pada interior bangunan digunakan unuk mencapai beberapa area khusus pada bangunan. Dengan lebar tangga rata rata > 1 m 2, dan lebar anak tangga 30 cm, kenyamanan dalam penggunaan tangga dapat lebih dicapai. Selain itu, area pencapaian tangga memiliki sirkulasi yang cukup. Untauk salah satu ramp pada ruang depan dengan lebar 1 m 2, dan kecuraman lebih dari 10 o, dapat membahayakan pengguna, terutama bila tidak ada handrail. - Second Floor Gambar 4.41 Denah First Floor Sirkulasi Horizontal pada lantai atas berupa ruangan ruangan terbuka dengan partisi kaca dan selasar untuk area sirkulasi (pada area kerja
58 di sebelah kanan pada gambar 3.125). Lebar selasar berupa 920 cm, dengan penahayaan yang banyak didapat dari skylight. Pada area tinggal (sebelah kiri pada gambar 3.125) sirkulasi cukup terbuka dan luas. Sirkulasi vertikal pada lantai ini berupa empat buah tangga untuk menuju ke lantai dasar dan lanitai atas. Tangga pada area tinggal memiliki lebar > 1 m 2, dan lebar anak tangga 30 cm, dengan sirkulasi area pencapaian tangga yang cukup luas. Dengan demikian, kenyamanan dalam penggunaan tangga dapat lebih dicapai. Untuk tangga putar, akses untuk menuju ke tangga cukup sempit dan tertutup dengan tujuan untuk menyembunyikan tangga dari luar ruang dan untuk pemakaian tertentu. Tangga yang berada di area skylight dapat menyebabkan kesilauan saat menaiki atau menuruni tangga. Gambar 4.42 Denah Second Floor Sirkulasi vertikal pada lantai ini terbagi menjadi dua bagian, berupa area terbuka dan luas dengan akses dari 2 buah tangga yang terletak di dua
59 sisi area. Dengan demikian, lahan di tengah area menjadi lebih luas dan fungsional.
Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1
BAB V KONSEP PERANCANGAN INTERIOR 5. 1. Dasar dan Tujuan Setelah melewati proses analisis, penulis mengambil tema refreshment atau penyegaran sebagai konsep desain yang akan diterapkan pada perancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah memasuki usia 60 tahun, manusia pada umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, manusia mengalami kesulitan dalam
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia 5.1.1. Gaya Perancangan Gaya arsitektur yang dipakai pada bangunan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia ini direncanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data dari berbagai sumber, salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya.
Lebih terperinciBAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin
BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY
81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental
Lebih terperinciDENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1
0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merawat kesehatan gigi memang sangat penting. Dengan gigi yang baik juga dapat menambah kepercayaan diri orang tersebut saat menjalani aktifitas sehari-hari. Saat masih
Lebih terperinciTabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1. Kegiatan Nonton TV 2/ % - Baca koran/buku 4/ % - Melakukan hobi/
Lampiran 1 Hari Ke-1: 16 Maret 2015 Tabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1 Waktu Jenis Aktivitas/ Jumlah Persentase Penelitian Kegiatan Lansia 13.00 - Nonton TV 2/32 6.25% - Baca koran/buku
Lebih terperinciBAB IV ANALISA STUDI KASUS
BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.
BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria
Lebih terperinciBAB VI KONSEP RANCANGAN
BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan
Lebih terperinciDi sisi lain ada pula café yang mengizinkan hewan peliharaan makan bersama pemiliknya namun pemilik hewan diminta untuk makan di luar area
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Banyaknya sarana rekreasi saat ini sangat bermanfaat bagi manusia untuk beristirahat sejenak dari rutinitas sehari-hari. Namun sarana rekreasi tersebut tidak memungkinkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERANCANGAN
BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi
Lebih terperinciBAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki
BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan
Lebih terperinciKONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perencanaan 5.1.1 Tata Ruang Makro A. Konsep Pola Ruang Rumah susun diharapkan akan menekan pembangunan perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian
Lebih terperinciHASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek
BAB IV HASIL PERANCANGAN 4.1 Deskripsi Umum Projek Tema yang dibahas dalam perancangan ini adalah Reborn, merupakan bagian dari kehidupan atau perjalanan yang tampak dari kacang hijau, pada saat itu kita
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian
BAB VI HASIL RANCANGAN Hasil perancangan yang menggunakan konsep dasar dari prinsip teritorial yaitu privasi, kebutuhan, kepemilikan, pertahanan, dan identitas diaplikasikan dalam perancangan tapak dan
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Usia dini merupakan suatu masa keemasan (golden age) bagi setiap manusia. Hal ini dikarenakan, pada masa ini lah seseorang dapat membentuk perilaku dan kepribadiannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya arsitektur selalu bertujuan untuk menunjang dan mendukung kehidupan penggunanya. Pengguna karya arsitektur juga sering disebut sebagai user. User bisa
Lebih terperincisebaya, dan masyarakat. Hubungan ini dikaji sebagai bentuk kegiatan yang diikuti para lansia dalam kehidupan sehari hari. Pada umumnya, hubungan sosia
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lansia (lanjut usia) merupakan periode dimana seorang individu telah mencapai kematangan dalam ukuran, fungsi, dan telah menunjukan kemunduran baik fisik, maupun
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERANCANGAN
BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi
Lebih terperincib e r n u a n s a h i jau
01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka
Lebih terperinciBAB III : DATA DAN ANALISA
BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciBAB V 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Pusat Rehabilitasi Medik ini adalah menciptakan suasana nyaman yang membuat pasien merasa baik. Artinya jika pasien merasa baik, maka pasien akan lebih
Lebih terperinciEVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA
EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA Susy Irma Adisurya Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti E-mail: susyirma@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,
BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai
Lebih terperinciB A B 4 A N A L I S I S
B A B 4 A N A L I S I S Pada bab ini saya ingin melakukan analisis terhadap data yang sudah didapat dari studi kasus berdasarkan tiga teori pada bab sebelumnya. Pertama, saya ingin melihat hubungan keempat
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)
BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan
Lebih terperinci03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN
03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN AKSESIBILITAS 31 Pada bab pembahasan ini akan memaparkan kritik desain yang dikaji bedasarkan hasil dari pendekatan masalah yang dikaji dengan teori mengenai aspek psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) salah satunya disebabkan oleh pelayanan sarana kesehatan yang belum memadai. Dengan memperbaiki pelayanan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan
73 BAB IV KONSEP DESAIN IV.1 Konsep Ruang (Citra Ruang) Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan dengan bergaya futurisctic. Konsep fun ini diartikan sebagai sesuatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan ini merupakan sebuah pengantar untuk menjabarkan hal-hal yang menjadi landasan penelitian seperti latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup,
Lebih terperinciABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Padatnya aktivitas pada zaman modern ini menyebabkan banyak orang yang mengalami stress, lelah, dan jenuh. Untuk itu dibutuhkan sebuah sarana yang mampu memberikan fasilitas yang lengkap bagi pengunjungnya
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA DAN BAHASAN
27 BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Analisa Aspek Manusia 4.1.1. Analisa Pelaku Kegiatan Tabel 4.1 Analisa pelaku kegiatan No Pelaku Keterangan 1 Penghuni atau pemilik rumah susun Memiliki unit ataupun menyewa
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis
185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa
Lebih terperinciREDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA
REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4.1 Alternatif Zoning 1 ANALISA : Letak zona publik berada di dekat pintu masuk karena zona tersebut diperunttukan bagi pengunjung yang baru datang. Pada alternative zona
Lebih terperinciBAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum
BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sentra industri batu marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum dalam Three Dimension Sustainability:
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Untuk menciptakan kehidupan yang seimbang, maka manusia harus dapat membangun hubungan antara manusia dengan
Lebih terperinciKISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA
LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber:
BAB I PENDAHULUAN Pengertian panti jompo menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata panti jompo diartikan sebagai tempat merawat dan menampung jompo. Perda No, 15 Tahun 2002 mengenai Perubahan atas Perda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pariwisata, hotel mempunyai peran yang sangat penting dimana hotel merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih seseorang atau beberapa orang
Lebih terperinciPERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC
PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR Oleh: Siswanti Asri Trisnanih (1401083134) 08 PAC School of Design Interior Design Department Universitas Bina Nusantara
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Utama Perencanaan Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta ini bertujuan merancang sebuah fasilitas pembinaan remaja dengan menghasilkan konsep tata ruang yang mendukung
Lebih terperinciperawatan badan, pengencangan bagian tubuh, foot theraphy, gym, serta konsultasi dengan dokter- dokter spesialis.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior pada Tempat Perawatan Kulit dan Tubuh Cantik memang dambaan setiap insan wanita namun jika ditelaah dengan pikiran yang terbuka, kecantikan memiliki
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
28 Pusat Rehabilitasi Bagi Pengguna Narkoba Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Pelaku dan Kegiatan. Konsep Pelaku Pelaku kegiatan yang beraktivitas
Lebih terperinciSEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG
V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang
Lebih terperinciBAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI
BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI 5.1. Konsep Pengolahan Lahan Rusuna Bertingkat Tinggi 5.1.1. Skenario Pengolahan Lahan Gambar 5.1. Skenario pengolahan
Lebih terperinciberfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Solusi-solusi desain yang diterapkan oleh biro Kas+Architecture dalam perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, sejalan dengan kajian teori
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisa yang dilakukan, terdapat beberapa variabel aksesibilitas dan penataan ruang berdasarkan sistem terapi yang perlu diperhatikan
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Aplikasi Konsep Aplikasi konsep recreative design diaplikasikan pada bentukan masa yang terpisah untuk setiap fungsi yang berbeda. Setiap masa bangunan dipisahkan oleh ruang
Lebih terperinciGambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam
Gambar 4. Blok Plan Asrama UI Sumber : Survei Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam perawatan atau maintenance AC tersebut. Kamar untuk yang memakai AC merupakan kamar yang paling besar
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA 3.1. Arsitektur Perilaku Setiap orang pasti merasakan ketakutan tertentu secara psikologis mengenai hal yang berkenaan dengan Rumah Sakit. Hal ini dikarenakan kita takut akan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PROYEK
BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1. DESKRIPSI PROYEK Pemilihan lokasi proyek berada di Jln Gudang air No. 14 C Kampung Dukuh, Jakarta Timur, karena lokasi tersebut sesuai Implementasi kebijakan provinsi DKI
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK 1.1.1 Tinjauan Umum Gereja Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN INTERIOR IV.1. Konsep Perancangan Konsep Perancangan hotel resort merupakan kesimpulan dari analisis Perancangan hotel resort. Konsep Perancangan hotel resort di pantai Jakarta
Lebih terperinciBab V Konsep Perancangan
Bab V Konsep Perancangan A. Konsep Makro Konsep makro adalah konsep dasar perancangan kawasan secara makro yang di tujukan untuk mendefinisikan wujud sebuah Rest Area, Plasa, dan Halte yang akan dirancang.
Lebih terperinciBAB IV. KONSEP PERANCANGAN
BAB IV. KONSEP PERANCANGAN IV. 1 Konsep Citra Pada Ayu Balinese Beauty & Spa ini memilih untuk memberikan kesan citra seperti pada tabel dibawah ini. Bagan 4. 1 Konsep Citra IV. 2 Latar Belakang Pemilihan
Lebih terperinciBab IV. Konsep Perancangan
Bab IV Konsep Perancangan 4.1 Konsep Perancangan Konsep perancangan pada proyek ini didasari oleh tinjauan data mengenai sifat dan karakteristik pasien, dimana beberapa dari pasien dewasa maupun anak-anak
Lebih terperinciBAB V. KONSEP PERANCANGAN
BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN RUMAH SAKIT ANAK DI BANDUNG
BAB III PERANCANGAN RUMAH SAKIT ANAK DI BANDUNG 3.1 Tema Perancangan Tema Dalam Perancangan Interior Rumah Sakit Anak di Bandung ini adalah Wonderland (Tanah Impian). Konsep tema ini didasari oleh tinjauan
Lebih terperinciBAB 4 KONSEP PERANCANGAN
BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan Peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang saat ini menjadi persoalan yang memprihatinkan. Peningkatan jumlah pengguna dari tahun ke tahun
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan
Lebih terperinci5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung
5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung
Lebih terperincibahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yan
BAB V KONSEP PERANCANGAN Setelah melakukan pengamatan dan analisa pada bab sebelumnya, maka bangunan gereja St. Monika BSD memerlukan suatu peremajaan pada bagian interior berupa pengembangan komposisi
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN DESAIN
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN DESAIN 5.1 KONSEP 5.1.1 Ide Dasar Perancangan Konsep Desain merupakan salah satu proses dalam tahapan mendesain. Pada Gaya yang di angkat untuk penerapan desain playgroup ini adalah
Lebih terperinciKONSEP PERANCANGAN INTERIOR RUANG TIDUR UTAMA
2011 KONSEP PERANCANGAN INTERIOR RUANG TIDUR UTAMA RUMAH TINGGAL BAPAK Ir. Budiman, M.A. Jl. Merdeka Barat 12 Jakarta Designed by: Karina Larasati NIM. 00987654333 JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FBS UNY
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini, salon kecantikan merupakan tempat wajib terutama bagi kaum wanita untuk datang dan melakukan perawatan-perawatan untuk memperindah dan mempercantik tubuh,
Lebih terperinciABSTRAK. Beberapa tempat olahraga terutama tempat fitness dari hasil survey lebih berupa ruang khusus
ABSTRAK Pokok masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana menerapkan konsep Pop Art pada sebuah Sports Club di Bandung dan bagaimana proses pengaplikasiannya sehingga menghasilkan sebuah desain
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan kejiwaan atau sakit jiwa bisa dialami semua kalangan masyarakat, baik kaya maupun miskin, pria maupun wanita, tua maupun muda. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i. ABSTRAK...iii. DAFTAR ISI...iv. DAFTAR GAMBAR...vii. DAFTAR TABEL...xi BAB I PENDAHULUAN...1
ABSTRAK Tempat hiburan dapat berupa sarana untuk bersantai, pertemuan bisnis, reuni, arisan dan lain sebagainya. Tumbuhnya fasilitas tempat hiburan ini merupakan konsumeritas yang menciptakan kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan masyarakat yang memelihara hewan peliharaan terutama anjing dan kucing semakin banyak pada saat ini. Kebanyakan masyarakat merasa tertarik untuk memelihara
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...
DAFTAR ISI PROYEK AKHIR SARJANA... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PENGESAHAN....iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,
BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SINTESIS
BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,
Lebih terperinci2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan pelayanan jasa kesehatan sering kali menimbulkan tekanan psikologis dan ekonomi bagi konsumennya. Selama
Lebih terperinciKata kunci : lansia, panti wreda, home not alone, American classic.
ABSTRAK Proses penuaan adalah suatu proses yang pasti dilalui oleh setiap manusia. Setiap hari manusia semakin bertambah tua, dengan bertambah tua maka manusia memiliki kemunduran fungsi-fungsi tubuh seperti
Lebih terperinciPERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT
PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT SIRKULASI PADA TAPAK Fungsi dari sirkulasi adalah untuk menghubungkan ruangan yang satu dengan ruangan lainnya. Ruangan-ruangan yang ada dapat juga digunakan
Lebih terperinciTL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3
TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah
Lebih terperinciBAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK
BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK 4.1. Profil Proyek Perencanaan Hotel Wisma NH berada di jalan Mapala Raya no. 27 kota Makasar dengan pemilik proyek PT Buanareksa Binaperkasa. Di atas tanah seluas 1200 m2
Lebih terperinci