Modul #2 NLP Presupposition Darmawan Aji, Certified NLP Trainer Page 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modul #2 NLP Presupposition Darmawan Aji, Certified NLP Trainer Page 1"

Transkripsi

1 Modul #2 NLP Presupposition Darmawan Aji, Certified NLP Trainer Page 1 NLP memiliki asumsi-asumsi yang dijadikan landasan dari bangunan NLP. Tanpa asumsiasumsi ini, metodologi maupun teknik NLP tidak dapat beroperasi dengan sempurna Berikut adalah 12 asumsi terpenting di dalam NLP (Oya, para praktisi NLP memberikan istilah PRESUPOSISI untuk asumsi-asumsi ini) 1. Kita selalu sedang berkomunikasi. 2. Kualitas komunikasi diukur dari respon yang kita dapatkan, bukan sekedar dari apa yang kita maksudkan. 3. Orang-orang merespon peta mereka terhadap kenyataan, bukan merespon kenyataan secara langsung. 4. Keberagaman itu sesuatu yang wajar bahkan diperlukan, mereka yang paling fleksibel-lah yang akan mengendalikan situasi. 5. Orang-orang selalu mengambil keputusan terbaik berdasarkan pilihan yang tersedia pada saat itu. 6. Ada niat baik di balik setiap perilaku. 7. Setiap perilaku bermanfaat pada konteks tertentu. 8. Pengalaman memiliki struktur. Chunking. Segala sesuatu dapat diselesaikan bila kita memecahnya ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil. 9. Jika seseorang mampu melakukan sesuatu, kita pun dapat belajar untuk melakukannya. 10. Kita telah memiliki sebagian besar sumberdaya yang kita butuhkan untuk sukses. 11. Tidak ada kegagalan, hanya ada umpan balik. 12. Jika apa yang Anda lakukan belum berhasil, lakukan dengan cara yang berbeda. Berikut penjelasan masing-masing asumsi di atas. #1 Kita selalu sedang berkomunikasi. Mustahil bagi kita untuk tidak berkomunikasi. Bahkan ketika kita diam, pada saat itu kita sedang mengomunikasikan sesuatu. Proses komunikasi terjadi secara verbal dan non-verbal. Menurut Albert Mehrabian, komunikasi verbal hanya menyumbang 7% dari proses komunikasi, 93% proses komunikasi berlangsung secara non verbal. Maka, selain penting bagi kita merancang apa yang akan kita komunikasikan, jauh lebih penting juga merancang bagaimana kita mengkomunikasikannya. Mengapa? Karena cara kita berkomunikasi memengaruhi persepsi dan penerimaan orang lain. #2 Makna (Kualitas) komunikasi diukur dari respon yang kita dapatkan, bukan sekedar dari apa yang kita maksudkan. Karena 93% proses komunikasi berlasngsung secara non verbal maka kita harus mulai lebih peka terhadap bahasa-bahasa non-verbal dari kawan bicara kita. Komunikasi adalah proses

2 dua-arah. Untuk melihat apa yang sudah kita komunikasikan, lihat respon yang kita dapatkan. Kita tidak mungkin mengetahui persis apa yang dipahami oleh orang lain kecuali dengan mengamati respon verbal dan non-verbal mereka. Kita tidak tahu apakah pesan yang saya sampaikan diterima dengan baik atau tidak, yang kita lakukan adalah memperhatikan (mengkalibrasi) bagaimana orang lain merespon kita. Ketika respon orang lain berbeda dengan yang kita maksudkan, maka kita bertanggungjawab untuk mengubah cara komunikasi kita agar respon yang kita terima sama dengan apa yang kita maksudkan. Kita bertanggungjawab terhadap kata-kata kita, mutu suara kita, dan bahasa tubuh kita. Bila kita menerima respon sesuai dengan maksud kita, artinya kita telah berkomunikasi dengan baik. Namun bila respon yang kita terima tidak sesuai dengan apa yang kita maksudkan, maka kita harus mengubah pendekatan dan cara komunikasi kita Karena tujuan dari proses komunikasi adalah mendapatkan respon sesuai dengan maksud kita maka kita perlu mengamati, mendengarkan, menerima umpan balik, dan menyesuaikan cara kita berkomunikasi. Page 2 #3 Orang-orang merespon peta mereka terhadap kenyataan, bukan merespon kenyataan secara langsung. Setiap proses komunikasi mengalami filterisasi. Kita tidak menyerap informasi dari sekitar kita (realitas eksternal) secara utuh. Setiap realitas eksternal yang kita terima melalui indera kita telah melalui proses filterisasi, tergantung minat, nilai, dan keyakinan kita masingmasing. tidak heran bila informasi yang sama, direspon berbeda oleh orang yang berbeda. Apa yang direkam otak kita bukanlah realitas eksternal, melainkan realitas internal (persepsi terhadap kenyataan) kita masing-masing. Jika realitas eksternal diibaratkan wilayah maka realitas internal adalah peta -nya. Peta bukanlah wilayah, peta hanya penggambaran sederhada dari wilayah yang sebenarnya. #4 Keberagaman itu sesuatu yang wajar bahkan diperlukan, mereka yang paling fleksibel-lah yang akan mengendalikan situasi. Karena setiap orang memiliki filter yang berbeda, maka wajar jika setiap orang memiliki realitas internal yang berbeda-beda. Setiap orang memiliki peta yang unik bergantung pengalaman hidupnya. Maka, wajar bila keberagaman perilaku terjadi di atas bumi ini. Sikap kita sebagai orang yang sudah paham adalah berusaha menghargai dan memahami perilaku dan peta orang lain. Karena keberagaman adalah wajar dan bahkan diperlukan, sungguh tak enak bila setiap orang berperilaku sama bukan? Tugas kita adalah menjadi fleksibel dengan menghargai keunikan realitas internal masing-masing orang. Dengan menjadi fleksibel kita akan mengendalikan situasi. Orang yang berbeda memerlukan perlakuan berbeda. Hargai perbedaan, nikmati keberagaman. Jadilah fleksibel, sesuaikan pendekatan Anda, hargai keunikan orang lain, dan Anda akan menjadi orang yang mengendalikan sistem. Termasuk ketika memandang perilaku seseorang yang dianggap negatif. Maka, kita idealnya mampu memisahkan antara perilaku (behavior) tersebut dengan niat (intention) di baliknya. Seringkali kita perlu berasumsi bahwa ia telah mengambil keputusan terbaik berdasarkan sumberdaya yang ia miliki pada saat itu.

3 #5 Orang-orang selalu mengambil keputusan terbaik berdasarkan pilihan yang tersedia pada saat itu. Karena setiap orang merespon peta mereka, maka pilihan-pilihan perilaku yang mereka miliki bergantung pada sempit luas-nya peta yang mereka miliki pada saat itu. Apapun yang mereka pilih kita asumsikan sebagai pilihan terbaik berdasarkan pemahaman mereka pada saat itu. Meluaskan peta kita akan memperluas pilihan-pilihan yang tersedia. Dulu, saya seringkali bingung dengan tindakan bodoh yang diambil oleh orang lain. Pada saat itu, saya belum mampu melihat dari kacamata orang tersebut. Saya hanya memandang dari kacamata saya sendiri sehingga tidak memahami posisi orang tersebut. Sampai akhirnya saya memahami bahwa orang lain mengambil keputusan yang saya anggap bodoh pada saat itu karena memang itulah pilihan terbaik menurut peta mereka. Manusia membuat pilihan terbaik berdasarkan sumberdaya yang tersedia saat itu. Pemahaman ini membuat saya lebih bijak dalam menilai keputusan-keputusan orang lain. Maka, tugas kita adalah memperkaya peta orang lain, sehingga mereka memiliki pilihan-pilhan yang lebih luas dalam kehidupan mereka. Demikian pula diri kita. Kita bertindak berdasarkan sumberdaya yang tersedia saat itu. Penyesalan selalu datang terlambat. Kita semua pasti ingat sewaktu kita tidak melakukan sesuatu dengan optimal di masa lalu, melakukan hal bodoh, atau berperilaku yang sekarang kita sesali. Namun, itulah pilihan terbaik kita saat itu. Karena kita merasa itulah yang benar, itulah yang masuk akal berdasar informasi yang terbatas dan tidak lengkap pada saat itu. Page 3 #6 Ada niat baik di balik setiap perilaku. Niat kita baik, hanya perilaku yang dihasilkan berbeda. Manusia tidak dapat diukur hanya dari perilakunya. Manusia lebih dari sekedar jumlah perilakunya. Ada perbedaan yang mencolok antara maksud dan perilaku yang dihasilkan. #7 Setiap perilaku bermanfaat pada konteks tertentu. Anda tentu tahu fobia. Menurut Anda apakah perilaku fobia itu bermanfaat? Saya jawab ya, dalam konteks tertentu perilaku fobia sangat bermanfaat. Ciri-ciri perilaku fobia adalah mengalami satu kali namun ingatnya berkali-kali, bukankah kemampuan ini sangat bermanfaat bila kita terapkan dalam konteks belajar? #8 Pengalaman memiliki struktur. Chunking. Segala sesuatu dapat diselesaikan bila kita memecahnya ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Di dalam konteks NLP yang dimaksud pengalaman adalah segala sesuatu yang dapat kita bayangkan dan rasakan di dalam benak kita. Maka, ada tiga macam pengalaman: Pengalaman yang didapat tanpa usaha segala sesuatu yang pernah kita lihat, dengar, dan lakukan dalam hidup. Memori, perilaku dan kebiasaan masuk dalam kelompok ini. Pengalaman hasil belajar semua pengetahuan dan keterampilan yang kita dapatkan. Pengalaman imajinatif apapun yang pernah kita bayangkan dalam benak kita, imajinasi misalnya.

4 Maka, yang dimaksud dengan pengalaman di dalam NLP menjadi sangat luas: memori, perilaku, kebiasaan, pengetahuan, keterampilan, bahkan imajinasi. Dalam konteks NLP semua pengalaman ini menggunakan sistem neurologi yang sama. Nah, asumsi di dalam NLP menyebutkan bahwa pengalaman memiliki struktur. Jika sebuah pengalaman diibaratkan sebuah bangunan maka setiap pengalaman terdiri dari batu bata yang sama. Konsekuensinya, setiap pengalaman terdiri dari batu bata yang sama maka kita dapat mengubah pengalaman dengan menyusun ulang batu bata -nya. Setiap pengalaman terdiri dari batu bata sebagai berikut: Page 4 Gambar (bayangan) Visual (V) Suara Auditory (A) Sensasi Kinesthetic (K) Bau Olfactory (O) Rasa Gustatory (G) Setiap pengalaman kita dapat dipecah menjadi lima unsur seperti di atas. Dalam istilah NLP, kita merepresentasikan pengalaman kita dalam gambar (bayangan), suara, sensasi, bau, dan rasa. Kelima cara ini adalah sumberdaya kita untuk berubah. Coba Anda ingat satu pengalaman menyenangkan dalam hidup Anda. Apa yang muncul dalam benak Anda? Apakah Anda membayangkan (V) pengalaman tersebut? Apakah Anda mendengar suara (A) yang berkaitan dengan pengalaman tersebut? Sensasi (K) apa yang Anda rasakan di tubuh Anda sekarang? Sekarang, buat gambarnya menjadi lebih besar dan lebih terang. Buat suaranya semakin jelas. Rasakan sensasi di tubuh Anda semakin menguat. Apa yang terjadi sekarang? Apakah pengalaman ini terasa semakin kuat? Ya, hanya dengan mengubah struktur pengalaman kita, kita dapat memperkuat pengalaman tersebut. Kita pun dapat memperlemahnya jika kita mau. Kesimpulannya: kita dapat mengubah makna dan intensitas emosi dari pengalaman kita dengan mengubah strukturnya. Bahkan Richard Bandler pernah berkata: Kemampuan mengubah struktur dari pengalaman kita seringkali lebih bernilai daripada mengubah isi dari pengalaman kita. #9 Jika seseorang mampu melakukan sesuatu, kita pun dapat belajar untuk melakukannya. Konsekuensi lainnya, karena setiap pengalaman (perilaku, kebiasaan, keahlian) terdiri dari batu bata yang sama maka kita dapat mengakuisisi pengalaman orang lain asal kita tahu struktur bangunan pengalaman orang tersebut. Dalam kacamata NLP, keahlian seseorang adalah hasil dari urut-urutan dan susunan batu bata -nya dan bila kita tahu susunan batu bata -nya kita akan mampu meniru keahlian bahkan bakat yang dimiliki orang lain. Ini akan menjadi semakin menarik, karena di sinilah muncul sebuah asumsi baru: Jika seseorang mampu melakukan sesuatu, kita pun dapat belajar untuk melakukannya.

5 #10 Kita telah memiliki sebagian besar sumberdaya yang kita butuhkan untuk sukses. Memahami asumsi-asumsi di atas membuat kita sadar bahwa sebenarnya sumberdaya yang dibutuhkan untuk sukses telah ada pada diri setiap orang. Setiap orang sudah tahu apa yang diperlukan untuk sukses, hanya saja sedikit yang melakukan apa yang sudah mereka ketahui. Demikian pula saat seseorang ingin berubah, pada dasarnya ia telah mempunyai sumberdaya yang ia perlukan untuk berubah. Namun seringkali ia tidak menyadarinya. Maka, yang perlu ia lakukan adalah menyadarinya dan memperkuat sumberdaya yang ada. Dan itulah yang dilakukan oleh seorang coach maupun therapist. Seorang coach dan therapist hanya bertugas menggali sumberdaya dari klien-nya dan memperkuatnya. Sumberdayanya sudah ada di dalam diri klien-nya. Sumberdaya-nya sudah ada dalam diri kita. Di dalam pengalaman kita, kita memiliki akses terhadap memori ketiika kita melakukan sesuatu dengan baik (apapun itu: menjual, berbicara di depan umum, melukis ), atau memori ketika orang lain melakukan sesuatu dengan baik, atau kita mungkin pernah membaca atau melihat tokoh fiktif melakukan sesuatu dengan baik. Jika kita dapat mengakses memori ini dan masuk ke dalamnya, kita dapat mendayagunakan daya kreasi kita untuk menciptakan pola untuk melakukan sesuatu dengan baik. Kita memiliki sumberdaya yang dibutuhkan untuk sukses, mereka hanya butuh diakses, diperkuat, dan diurutkan. Page 5 #11 Tidak ada kegagalan, hanya ada umpan balik. Setiap hasil dan perilaku adalah pencapaian, meskipun mereka sesuai dengan hasil yang diinginkan maupun tidak. Ada kalanya kita menyesali kegagalan yang pernah menimpa kita. Semakin kita menyesali dan mengingkari kegagalan tersebut, semakin kita tidak mendapatkan apa-apa. Berbeda ketika kita mulai belajar menerimanya, pada saat itulah kita mendapatkan umpan balik; masukan; pembelajaran. Dan dengan umpan balik tersebut kita dapat menyesuaikan langkah kita selanjutnya. Segala sesuatu terjadi pada waktunya. Segala sesuatu terjadi karena suatu sebab. Segala sesuatu terjadi pasti ada hikmahnya. Maka, tidak ada yang namanya kegagalan, yang ada hanyalah umpan balik dan pembelajaran agar kita dapat menyesuaikan diri dan berbuat lebih baik lagi di masa depan. #12 Jika apa yang Anda lakukan belum berhasil, lakukan dengan cara yang berbeda. Sebagian besar manusia memiliki kecenderungan untuk persisten/tekun. Saat mereka melakukan sesuatu dan belum berhasil, mereka cenderung untuk mengulangi cara yang sama dengan lebih keras, lebih lama, dan lebih sering. Ketika seorang anak tidak memahami sebuah pelajaran, orangtuanya seringkali meneriakkan kalimat yang sama berulang-ulang daripada mencoba dengan satu kalimat baru lainnya. Dan ketika sebuah hukuman tidak mengubah perilaku seseorang, kesimpulan yang seringkali muncul adalah hukuman tersebut tidak mencukupi, sehingga kita perlu meningkatkannya. Bagaimana jika kita mulai berpikir, bahwa ketika satu cara belum membuahkan hasil, inilah saatnya mencoba cara lain. Ketika satu cara tidak berhasil, maka cara yang berbeda memiliki peluang keberhasilan yang lebih besar dibandingkan dengan cara yang sama. Cukuplah disebut sebagai orang gila, seseorang yang mengulang-ulang cara yang sama dan berharap mendapatkan hasil yang berbeda. Albert Einstein

6 Tugas 02 Pernahkah rekan-rekan memiliki pengalaman yang terkait dengan 10 presuposisi di atas? Bila ada. Tuliskan pengalaman rekan-rekan dan kirimkan ke Page 6

Modul #4 Sistem Representasi Darmawan Aji Page 1

Modul #4 Sistem Representasi Darmawan Aji Page 1 Modul #4 Sistem Representasi Darmawan Aji Page 1 Kita berhubungan dengan dunia luar melalui: Apa yang kita LIHAT Apa yang kita DENGAR Apa yang kita SENTUH Apa yang kita BAUI Apa yang kita KECAP Di dalam

Lebih terperinci

Modul #6 Submodalitas

Modul #6 Submodalitas Modul #6 Submodalitas Darmawan Aji, CHt, CT.NLP, QWP Page 1 Pada saat kita berimajinasi maupun mengingat, kita menggunakan sistem neurologi yang sama. Dalam NLP kita menyebut proses tersebut sebagai re-presentasi

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Komunikasi Intra Personal. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Public Relation

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Komunikasi Intra Personal. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Public Relation PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: Komunikasi Intra Personal Fakultas Ilmu Komunikasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Public Relation www.mercubuana.ac.id Definisi: Komunikasi Intrapersonal Komunikasi

Lebih terperinci

Teori Peniruan Media Massa

Teori Peniruan Media Massa Modul ke: Teori Peniruan Media Massa Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Komunikasi massa mentransformasikan suatu pesan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 KETRAMPILAN INTERPERSONAL

BAB 2 KETRAMPILAN INTERPERSONAL BAB 2 KETRAMPILAN INTERPERSONAL 1. DEFINISI KETRAMPILAN INTERPERSONAL Ketrampilan interpersonal didefinisikan sebagai ketrampilan untuk mengenali dan merespon secara layak perasaan, sikap dan perilaku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia yaitu berbahasa. Berbahasa merupakan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seseorang adalah hasil interaksi antara komponen fisik, pikiran, emosi dan keadaan lingkungan. Namun, untuk memperkuat kontrol manusia terhadap perilakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai fasilitator memiliki pengaruh yang besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satunya guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intan Mara Mutiara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intan Mara Mutiara, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara. Bahasa

Lebih terperinci

PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM

PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT BAGIAN PSIKOLOGI KLINIS FAKULTAS PSIKOLOGI UNDIP BEKERJASAMA DENGAN RS. HERMINA BANYUMANIK SEMARANG PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM SEMARANG, 23 AGUSTUS 2014

Lebih terperinci

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa Keith Johnstone (1999) menjelaskan bahwa mendongeng atau bercerita (storytelling) merupakan produk seni budaya kuno. Hampir semua suku bangsa di dunia memiliki tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun. Usia dini merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Dalam masa tumbuh

Lebih terperinci

NLP TM FOR HR PROFESSIONAL Bersama: HINGDRANATA NIKOLAY Licensed Trainer of NLP TM

NLP TM FOR HR PROFESSIONAL Bersama: HINGDRANATA NIKOLAY Licensed Trainer of NLP TM NLP TM FOR HR PROFESSIONAL Bersama: HINGDRANATA NIKOLAY Licensed Trainer of NLP TM Copyright 2009 HINGDRANATA NIKOLAY Halaman 1 MENJADI PROFESIONAL HR DENGAN MANTAP Memutuskan menjadi Profesional HR yang

Lebih terperinci

Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok

Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok Monday, September 03, 2012 http://www.esaunggul.ac.id/article/merancang-strategi-komunikasi-memenangkan-pemilih-dan-kelompok / Dr. Erman Anom,

Lebih terperinci

Pertemuan 2 KARAKTERISTIK INDIVIDU BERFIKIR KREATIF

Pertemuan 2 KARAKTERISTIK INDIVIDU BERFIKIR KREATIF Pertemuan 2 KARAKTERISTIK INDIVIDU BERFIKIR KREATIF Kerangka Kerja Berpikir Efektif : Tahapan dalam berfikir efektif terdiri dari : 1. Tahap Menganalisis. Menguraikan kedalam bagian-bagian; membagi suatu

Lebih terperinci

Modul ke: PENDIDIKAN ETIK. Komunikasi Efektif. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen

Modul ke: PENDIDIKAN ETIK. Komunikasi Efektif. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Modul ke: PENDIDIKAN ETIK Komunikasi Efektif Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Bagian Isi Pendahuluan Menjadi Pendengar Yang Baik Kekuatan Kata-kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan merupakan hal penting dalam cakrawala kehidupan, Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan

Lebih terperinci

Positif Hadapi Kritik, Let's Move on!

Positif Hadapi Kritik, Let's Move on! Positif Hadapi Kritik, Let's Move on! Yakin, berani menerima kritik? Yakin, bisa kuat dan berlapang dada? Jujur saja, rasanya hampir setiap hal dalam diri saya menginginkan kesempurnaan termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya sastra terdapat kenyataan yang dialami oleh masyarakat itu

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Pembelajaran Kanji Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji berarti mempelajari bentuk, arti dan cara baca dari sebuah kanji. Kanji

Lebih terperinci

Copyright

Copyright Copyright www.tipsbayi.com Informasi dalam ebook ini tidak boleh direproduksi dan dijiplak dengan cara apapun termasuk mencetak, mem-fotokopi, mendownload dan mengirim secara elektronik tanpa izin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan sesamanya dengan salah satunya berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu hal yang saling mengirim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Diciptakan dengan istimewa serta sempurna. Dengan memiliki akal pikiran dan hati yang dapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian, kontribusi penelitian, keterbatasan,

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian, kontribusi penelitian, keterbatasan, BAB V PENUTUP Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian, kontribusi penelitian, keterbatasan, dan saran bagi penelitian mendatang. Simpulan dipaparkan untuk menjelaskan pemahaman perilaku konsumen secara

Lebih terperinci

Transkrip Video Modul 2.2. Kursus Membaca Cepat Online

Transkrip Video Modul 2.2. Kursus Membaca Cepat Online Transkrip Video Modul 2.2. Kursus Membaca Cepat Online http://www.membacacepat.com Modul 2 Bagian 2 Membaca Aktif dan Kritis Terima kasih Anda telah bergabung kembali bersama saya, Muhammad Noer dalam

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk

Lebih terperinci

TEKNIK MELOBBY & PERSUASI

TEKNIK MELOBBY & PERSUASI TEKNIK MELOBBY & PERSUASI Makalah ini disamkan dihadapan peserta pengkaderan DPD Golkar DIY di Kaliurang O L E H Drs. Mulyo Prabowo, M.Pd NIP. 131656350 JURUSAN KURUKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

MENULIS ITU BERCERITA!

MENULIS ITU BERCERITA! SERI JURNALISME DESA MENULIS ITU BERCERITA! Menulis itu (terasa) sulit. Demikian komentar banyak orang ketika mereka harus menulis. Benar kah demikian? Atau barangkali itu hanya pikiran kita saja? Sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

MERANCANG STRATEGI KOMUNIKASI UNTUK MEMPEROLEH DUKUNGAN PEMILIH DAN KELOMPOK

MERANCANG STRATEGI KOMUNIKASI UNTUK MEMPEROLEH DUKUNGAN PEMILIH DAN KELOMPOK MERANCANG STRATEGI KOMUNIKASI UNTUK MEMPEROLEH DUKUNGAN PEMILIH DAN KELOMPOK Erman Anom Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika perusahaan semakin menuntut kemampuan dan kompetensi karyawan. Salah satu kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

PERSIAPAN UNTUK PUBLIC SPEAKING

PERSIAPAN UNTUK PUBLIC SPEAKING PERSIAPAN UNTUK PUBLIC SPEAKING 1. Topic. Persiapan pertama untuk berbicara di depan umum adalah ter fokus kepada pemilihan topik yang tepat dan menarik. Topik adalah pokok atau subjek pembicaraan. Menurut

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Nina Maftukha S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain

Lebih terperinci

ETIK UMB Berpikir Positif

ETIK UMB Berpikir Positif Modul ke: 04 Defi Fakultas Teknik ETIK UMB Berpikir Positif Norita ST., MT Program Studi Teknik Industri Ungkapan Sumber Prilaku adalah pikiran. Dengan pikiran manusia bisa maju atau mundur. Dengan pikiran

Lebih terperinci

DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN Dosen : Diana Ma rifah DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN Menurut George R. Terry, dasar pengambilan keputusan dibedakan menjadi 5 (lima) macam. Kelima macam dasar pengambilan keputusan

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS MAHASISWA DAN PELAJAR

PELUANG BISNIS MAHASISWA DAN PELAJAR PELUANG BISNIS MAHASISWA DAN PELAJAR O L E H ARIF NOVIAN HADI 10.12.5022 S1-SI-2I Masuki Dunia Bisnis Selagi Anda Masih Muda Kalau mahasiswa dan pelajar ditanya apa yang akan dilakukan setelah lulus kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa kedalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi PERSEPSI Fakultas 06FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM PERSEPSI? Kata persepsi seringkali diucapkan dalam proses komunikasi sehari-hari. Ada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih Pengertian Hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan ra ngsangan internal(pikiran) dan rangsangan eksternal(dunia

Lebih terperinci

Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok - edit

Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok - edit esaunggul.ac.id http://www.esaunggul.ac.id/article/merancang-strategi-komunikasi-memenangkan-pemilih-dan-kelompok/ Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok - edit Dr. Erman Anom,

Lebih terperinci

Menyampaikan Pesan. Ita Mutiara Dewi

Menyampaikan Pesan. Ita Mutiara Dewi Menyampaikan Pesan Ita Mutiara Dewi A. PENDAHULUAN Menyampaikan pesan bukan sekedar berbicara dengan orang lain, banyak aspek yang perlu dipelajari. Salah satu yang perlu dipahami adalah, proses pembelajaran

Lebih terperinci

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana PERSEPSI INTI KOMUNIKASI Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pengertian Persepsi atau perception adl hal sederhana dari getaran apapun dari pikiran sehat kita. Persepsi sebagai proses yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAGUS ITU!!! Beautiful Mind Beatiful Life : I

BAGUS ITU!!! Beautiful Mind Beatiful Life : I Beautiful Mind Beatiful Life : I BAGUS ITU!!! Ilustrasi : Setiap pagi sepasang suami isteri selalu menikmati sarapan pagi bersama di ruang makan rumahnya. Ruang makan itu berjendela besar dan menghadap

Lebih terperinci

Mempersiapkan Diri Sebelum Berkomunikasi Dengan Anak, (2)

Mempersiapkan Diri Sebelum Berkomunikasi Dengan Anak, (2) Mempersiapkan Diri Sebelum Berkomunikasi Dengan Anak, (2) Berdasarkan pengalaman klinik dalam menangani masalah anak-anak, hampir sebagian besar kasus berasal dari masalah komunikasi antara orang tua dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia dan kehidupan kita sering mendengar tentang kepemilikan harga diri. Tiap manusia yang ada di dunia ini pasti memiliki harga diri dan tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk penguasaan konsep sepanjang kehidupan mereka. Semua indera yang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk penguasaan konsep sepanjang kehidupan mereka. Semua indera yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Seorang individu dilahirkan dengan berbagai macam indera yang sangat dibutuhkan untuk penguasaan konsep sepanjang kehidupan mereka. Semua indera yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model Quantum Teaching Quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi cahaya. Quantum Teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di

Lebih terperinci

KONSEP dan MAKNA BELAJAR Belajar dan Pembelajaran Tahun 2013

KONSEP dan MAKNA BELAJAR Belajar dan Pembelajaran Tahun 2013 KONSEP dan MAKNA BELAJAR Belajar dan Pembelajaran Tahun 2013 Anak Belajar dari Kehidupannya Children Learn What They Live (by Dorothy Law Nolte) Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina.

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada akhir tahun belakangan ini salah satu organisasi Transnasional (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pasalnya hal

Lebih terperinci

1 2 http://creativegapminding.com 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 MODUL 4 COACHING UNTUK MENGEMBANGKAN ORANG A. SUB POKOK BAHASAN - Arti, Tujuan dan Penggunaan Coaching - Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal manusia hadir di muka bumi, yang menjadi perbincangan manusia adalah mengenai kehidupannya. Manusia lahir di dunia ini sebagai seorang bayi, lalu tumbuh

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 35 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang berisi informasi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Saat proses tersebut berlangsung, sumber

Lebih terperinci

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia nomor 65 tahun

Lebih terperinci

IFA HANIFAH MISBACH, S.Psi, Psikolog UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

IFA HANIFAH MISBACH, S.Psi, Psikolog UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA IFA HANIFAH MISBACH, S.Psi, Psikolog UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Interview merupakan salah satu alat ukur untuk memperoleh informasi antara dua orang yang dilakukan dengan cara dua arah di dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Persepsi Modul 1 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Persepsi dapat diartikan sebagai bagaimana

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Perkembangan bahasa Tahap perkembangan yang paling menakjubkan pada masa anak adalah saat anak mulai bisa berbicara Arti bahasa : Adalah suatu sistem komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deskripsi memiliki makna gambaran. Gambaran akan suatu keadaan atau perwujudan sebuah benda atau seseorang. Mendeskripsikan adalah cara agar seorang pembaca dapat membayangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat. 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiiki sifat-sifat yang abadi dengan memuat kebenarankebenaran

Lebih terperinci

Membongkar Rahasia Kekuatan Pikiran, Emosi dan Alam Semesta

Membongkar Rahasia Kekuatan Pikiran, Emosi dan Alam Semesta Membongkar Rahasia Kekuatan Pikiran, Emosi dan Alam Semesta 24 DAFTAR ISI Halaman Ucapan Terima Kasih Kata Pengantar dari Supardi Lee Kata Pengantar Pendahuluan 14 BAGIAN 1. MENGUBAH ALUR KEHIDUPAN 19

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH Oleh: Sri Maslihah PENDAHULUAN Dunia anak adalah dunia yang senantiasa menarik perhatian dengan berbagai tingkah laku anak yang luar biasa dinamis, variatif dan inovatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini diselenggarakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam masyarakat modern, karena dapat membuat manusia

Lebih terperinci

The Wonders of Mercy #1 Keajaiban Anugerah #1 BIGGER THAN YOUR MISTAKES LEBIH BESAR DARIPADA KESALAHANMU

The Wonders of Mercy #1 Keajaiban Anugerah #1 BIGGER THAN YOUR MISTAKES LEBIH BESAR DARIPADA KESALAHANMU The Wonders of Mercy #1 Keajaiban Anugerah #1 BIGGER THAN YOUR MISTAKES LEBIH BESAR DARIPADA KESALAHANMU PEMBUKAAN: Kita akan memulai sebuah seri khotbah baru berjudul: The Wonders of Mercy atau Keajaiban

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, DISKUSI & SARAN. Mengacu pada hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat

BAB V SIMPULAN, DISKUSI & SARAN. Mengacu pada hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat BAB V SIMPULAN, DISKUSI & SARAN 5.1 Simpulan Mengacu pada hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kreativitas tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif. Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada dasarnya mengungkapkan kejadian, namun kejadian tersebut bukanlah fakta yang sesungguhnya melainkan fakta dari hasil pemikiran pengarang. Pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menginterpretasikan makna (Wood, 2007:3). baik, contohnya adalah individu yang menyandang autisme.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menginterpretasikan makna (Wood, 2007:3). baik, contohnya adalah individu yang menyandang autisme. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan melakukan komunikasi. Komunikasi itu sendiri tentunya merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat terpisahkan.

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan tidak

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I

HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I Disusun Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: MD. ARDIANSYAH F

Lebih terperinci

rutinitas dan enggan berpikir tentang hal-hal yang baru. Semua itu dibentuk oleh mindset kita.

rutinitas dan enggan berpikir tentang hal-hal yang baru. Semua itu dibentuk oleh mindset kita. Banyak Entrepreneur yg tidak menyadari bahwa dunia ini penuh dgn perubahan dan mereka tdk boleh duduk-duduk enak melewati hidup dari keuntungan tanpa kewaspadaan. Manusia merasakan perubahan, tetapi manusia

Lebih terperinci

PERILAKU REMAJA PENGGUNA GAME ONLINE

PERILAKU REMAJA PENGGUNA GAME ONLINE PERILAKU REMAJA PENGGUNA GAME ONLINE (Studi Deskriptif Kualitatif Perilaku Remaja Pengguna Game Online di Saribudolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun) Saidah H. Naibaho 100904120 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Generasi Santun. Buku 1B. Timothy Athanasios

Generasi Santun. Buku 1B. Timothy Athanasios Generasi Santun Buku 1B Timothy Athanasios Teori Nilai PENDAHULUAN Seorang pendidik terpanggil untuk turut mengambil bagian dalam menumbuhkembangkan manusia Indonesia yang utuh, berakhlak suci, dan berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah saja tentu akan membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira dalam belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Andrea Hirata, penulis buku Laskar Pelangi bisa sukses bukan karena ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Andrea Hirata, penulis buku Laskar Pelangi bisa sukses bukan karena ilmu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Andrea Hirata, penulis buku Laskar Pelangi bisa sukses bukan karena ilmu finance yang ia pelajari di Sorbonne Perancis, akan tetapi karena kemampuan daya imajinasi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa aktif dalam kegiatan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 01 Fakultas Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Public Relation www.mercubuana.ac.id Psychology: * The science

Lebih terperinci

note AQUARIUS THE ATTRACTOR FACTOR (2ND EDITION) note Learn More in Less Time D27 AQUARIUS

note AQUARIUS THE ATTRACTOR FACTOR (2ND EDITION) note Learn More in Less Time D27 AQUARIUS Learn More in Less Time THE ATTRACTOR FACTOR (2ND EDITION) 5 Easy Steps for Creating Wealth (or Anything Else) From the Inside Out OLEH : JOE VITALE JOHN WILEY & SON, INC 295 AGES ISBN-13 : 978-0470286425

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum seorang praktisi Public Relations memiliki tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum seorang praktisi Public Relations memiliki tugas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Secara umum seorang praktisi Public Relations memiliki tugas untuk membangun dan membentuk sebuah komunikasi dan hubungan yang baik dengan para stakeholder

Lebih terperinci

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN TEORI TEORI BELAJAR Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam

Lebih terperinci

Kewirausahaan I. Motivasi menjadi Pengusaha Sukses. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen.

Kewirausahaan I. Motivasi menjadi Pengusaha Sukses. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen. Modul ke: Kewirausahaan I Motivasi menjadi Pengusaha Sukses Fakultas EKONOMI Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Rizal, S.ST., MM. Mengalahkan Mitos Berdasarkan contoh kasus, Segudang prestasi

Lebih terperinci

Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi

Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi Proses Kognitif Proses kognitif dalam diri manusia terdiri dari : Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi 1. Sensasi - Tahap paling awal dalam penerimaan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I Kategori Keterampilan Kepemimpinan 1. Keterampilan reaksi Yaitu keterampilan untuk menanggapi, yang menjadikan pemimpin mudah untuk

Lebih terperinci