TOKOH-TOKOH TIONGHOA DALAM REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TOKOH-TOKOH TIONGHOA DALAM REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA 1"

Transkripsi

1 TOKOH-TOKOH TIONGHOA DALAM REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA 1 Bondan Kanumoyoso Kamis, 25 November :05:57 WIB Tulisan ini menyorot peran masyarakat Tionghoa, terutama tokoh-tokohnya, dalam revolusi kemerdekaan Indonesia ( ). Tulisan ini juga membahas terbentuknya pemerintah Republik Indonesia (RI) serta kiprah para tokoh Tionghoa di dalam lembaga-lembaga pemerintahan yang baru terbentuk. Juga akan dibicarakan afiliasi dan kecenderungan politik dari para tokoh tersebut serta gagasan-gagasan mereka dalam memajukan masyarakat Indonesia. Sebelum masalah-masalah di atas dibahas, terlebih dahulu akan dibicarakan secara singkat perkembangan kesadaran politik di kalangan masyarakat Tionghoa di Jawa dari awal abad 20 sampai dengan masa pendudukan Jepang ( ). Pengantar Periode revolusi kemerdekaan merupakan bagian penting dari sejarah Indonesia yang berisikan kisah perjuangan bangsa di berbagai bidang seperti diplomasi, militer, jurnalisme, sastra, kesehatan, perhubungan dan sebagainya. Perjuangan tersebut terutama ditujukan untuk mempertahankan kemerdekaan, yang diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945, dari ancaman kolonialisme yang ingin ditegakkan kembali oleh Belanda. Berbagai komponen bangsa turut menyumbangkan tenaga dalam revolusi kemerdekaan, diantaranya adalah masyarakat Tionghoa. Peran serta mereka di dalam tahap awal mula berdirinya negara ini, menunjukkan bahwa orang Tionghoa, seperti juga kelompok masyarakat lainnya, merasa Indonesia adalah tanah air mereka yang kedaulatannya wajib mereka bela. Tulisan ini akan menyorot peran masyarakat Tionghoa, terutama tokoh-tokohnya, dalam revolusi kemerdekaan Indonesia ( ). Karangan ini juga akan membahas terbentuknya pemerintah Republik Indonesia (RI) serta kiprah para tokoh Tionghoa di dalam lembaga-lembaga pemerintahan yang baru terbentuk. Juga akan dibicarakan afiliasi dan kecenderungan politik dari para tokoh tersebut serta gagasan-gagasan mereka dalam memajukan masyarakat Indonesia. Sebelum masalah-masalah di atas dibahas, terlebih dahulu akan dibicarakan secara singkat perkembangan kesadaran politik di kalangan masyarakat Tionghoa di Jawa dari awal abad 20 sampai dengan masa pendudukan Jepang ( ). 1 Makalah yang disampaikan pada Seminar Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Tiongkok (PPIT) berjudul Etnis Tionghoa Dalam Pergolakan Revolusi Indonesia, Depok 16 Juli

2 Perkembangan Kesadaran Politik Masyarakat Tionghoa Kesadaran politik di kalangan masyarakat Tionghoa di Jawa mulai tumbuh pada awal abad 20. Pada masa itu paham nasionalisme yang berorientasi ke Tiongkok mulai dianut oleh sebagian orang Tionghoa. Sebagian diantaranya adalah kaum peranakan, memandang dirinya sebagai bagian dari bangsa China. Sebagai wadah dari aspirasi tersebut, kaum Tionghoa mendirikan berbagai organisasi seperti Tiong Hoa Hwee Koan atau THHK 2 (1900), Siang Hwee (1908), dan Soe Po Sia (1908). 3 Gagasan nasionalisme yang berorientasi ke Tiongkok semakin terartikulasi dengan terbitnya koran Sin Po pada tahun Selain menganjurkan nasionalisme Tiongkok, dalam masalah kewarganegaraan, para pendukung koran ini beranggapan bahwa orang Tionghoa di Hindia Belanda adalah rakyat Tiongkok dan bukan kawula Belanda. Meski demikian, tidak semua orang Tionghoa adalah pendukung nasionalisme yang berorientasi ke Tiongkok. Mereka itu terutama adalah kaum peranakan yang mendapat pendidikan Belanda. Pada tahun 1928 kelompok ini mendirikan partai yang diberi nama Chung Hwa Hui (CHH). Para pendukung CHH berpendapat bahwa peranakan Tionghoa adalah kawula Belanda dan harus ikut serta dalam pemerintahan untuk membela kepentingan mereka. 5 Sikap CHH yang pro kepada Belanda mendapat tanggapan dari kaum peranakan yang berorientasi ke Indonesia. Kelompok ini kemudian membangun organisasi bernama Partai Tionghoa Indonesia (PTI) pada tahun Pemimpin PTI, Liem Koen Hian, menyerukan agar kaum peranakan Tionghoa yang menganut nasionalisme Tiongkok menukar obyek orientasi mereka ke Indonesia dan bekerja untuk kemerdekaan Indonesia. 6 Dengan demikian, secara garis besar, sebelum kedatangan Jepang pada tahun 1942, ada tiga golongan utama yang berbeda dalam masyarakat Tionghoa, yaitu mereka yang berorientasi ke Tiongkok, Belanda, dan Indonesia. 2 Pada mulanya THHK bertujuan untuk memperbaiki kebiasaan orang Tionghoa yang berdasarkan pada ajaran Konfusianisme. Dalam perkembangannya THHK menjadi perkumpulan yang ingin memajukan pendidikan orang Tionghoa dan ia berhasil mendirikan cabang di berbagai wilayah di Hindia Belanda. Untuk sejarah THHK Batavia lihat Nio Joe Lan, Riwajat 40-Taon dari Tiong Hoa Hwee Koan Batavia (Batavia: THKK, 1940). 3 Leo Suryadinata, Negara dan Etnis Tionghoa. Kasus Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2002), hlm Tahun 1911 koran Sin Po melebarkan usaha mencakup perniagaan dan percetakan dan berubah dari mingguan menjadi harian. Lihat Ang Yang Goan, Memoar Ang Yang Goan (Jakarta: Yayasan Nabil/Hasta Mitra, 2009), hlm Leo Suryadinata, Tokoh Tionghoa & Identitas Indonesia. Dari Tjoe Bou San Sampai Yap Thiam Hien (Jakarta: Komunitas Bambu, 2010), hlm Ibid., hlm.76. 2

3 Masa pendudukan Jepang berdampak besar terhadap kehidupan masyarakat Tionghoa di Indonesia. Pemerintah pendudukan Jepang menutup seluruh koran yang diterbitkan oleh orang Tionghoa 7 dan melarang orang Tionghoa untuk melakukan kegiatan politik. Sekolah-sekolah berbahasa Belanda juga ditutup dan ini menyebabkan kekuatan kelompok Chung Hwa Hui semakin melemah. Sementara itu, kelompok yang berorientasi ke Tiongkok, terutama Sin Po, beberapa tokohnya ditangkap dan ada yang melarikan diri. Sedangkan kelompok PTI yang beorientasi nasionalisme Indonesia dibubarkan. Liem Koen Hian sebagai tokoh PTI sempat ditangkap pada masa awal pendudukan sebelum kemudian dibebaskan. Pemerintah pendudukan Jepang menyatukan seluruh organisasi Tionghoa ke dalam satu federasi yang diberi nama Hua Ch io Tsung Hui (HCTH). 8 Para pemimpin HCTH ditunjuk oleh pemerintah pendudukan Jepang dan bertanggung jawab kepada mereka. Persiapan Kemerdekaan Menjelang akhir Perang Dunia II, posisi Jepang di Asia dan Pasifik semakin terdesak. Akibat dari perkembangan situasi ini maka pada bulan Maret 1945 Jepang mendirikan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dalam rangka untuk mendapat dukungan dari rakyat. Di dalam lembaga yang dipimpin oleh Soekarno dan Hatta ini terdapat pula beberapa tokoh Tionghoa. Diantara para tokoh Tionghoa itu yang paling menonjol adalah Liem Koen Hian dari PTI. Dalam rapat-rapat BPUPKI dia sering mengemukakan pendapatnya yang mendukung secara penuh kemerdekaan Indonesia. Dalam suatu sidang BPUPKI ia mengemukakan bahwa masyarakat Tionghoa di Jawa tidak lagi menganut kebudayaan Tionghoa. 9 Liem menekankan bahwa masyarakat Tionghoa telah lebih menjadi Indonesia daripada Tiongkok. Meskipun demikian ia mengidentifikasi adanya kebingungan dalam masyarakat Tionghoa tentang posisi mereka karena adanya perubahan situasi, baik nasional maupun internasional. Dalam pandangan Liem, dalam Republik Indonesia yang akan dibentuk nanti, semua orang Tionghoa mesti diakui sebagai warga negara Indonesia. Tokoh Tionghoa kedua yang duduk di dalam BPUPKI adalah Oei Tjong Hauw yang berasal dari CHH. Tentang masalah kewarganegaraan, Oei menganjurkan agar pemerintah Indonesia yang akan datang menyatakan semua orang Tionghoa di Indonesia sebagai warga negara Tiongkok. Ia mengemukakan bahwa setelah pendudukan Jepang maka Undang-Undang Kekaulaan Belanda tidak berlaku lagi. 7 Perkecualian adalah Hong Po, pimpinan Oey Tiang Tjoei yang pro-jepang, diijinkan tetap terbit, namun segera ganti nama sebagai Kung Yung Pao (edisi Melayu dan Mandarin) (tambahan editor). 8 Amy L. Freedman, Political Participation and Ethnic Minorities. Chinese Overseas in Malaysia, Indonesia, and the United States (London: Routledge, 2000), hlm Bagian ini dan beberapa paragraf berikutnya mengacu pada Suryadinata, Negara dan Etnis Tionghoa, hlm

4 Maka banyak orang Tionghoa peranakan yang dengan sendirinya menjadi warga negara Tiongkok. Meskipun demikian Oei berjanji bahwa ia bersama orang-orang Tionghoa lainnya akan bekerja semaksimal mungkin untuk membantu rakyat Indonesia membentuk negara merdeka. Komitmen ini dilatarbelakangi oleh dua hal, yaitu pertama: Tiongkok juga sedang berjuang untuk mencapai kemerdekaannya dan kedua: orang Tionghoa berhutang budi kepada bangsa dan tanah air Indonesia yang telah menyediakan mata pencaharian bagi mereka. Tokoh-tokoh Tionghoa berikutnya yang menjadi anggota BPUPKI adalah mereka yang pada masa kolonial Hindia Belanda tidak tergabung dalam tiga aliran politik utama. Tokoh yang pertama adalah Oey Tiang Tjoei. Ia menganut pandangan bahwa meskipun kaum peranakan memiliki darah campuran, namun hal itu tidak membuat mereka menjadi orang Indonesia. Menurut Oey, dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang akan datang kewarganegaraan Tionghoa sebaiknya diberi pertimbangan yang adil. Secara tidak langsung ia ingin mengatakan bahwa orang Tionghoa sebaiknya dinyatakan sebagai warga negara Tiongkok. Oey tidak melihat adanya pertentangan antara menjadi warga negara Tiongkok dan menjadi anggota masyarakat Indonesia. Hal ini karena dalam pandangan Oey, orang Jepang, Indonesia, dan Tionghoa adalah bangsa Asia dan karena itu perlu untuk bekerja sama dalam mewujudkan Asia Raya. Selain mereka bertiga, masih ada orang Tionghoa di dalam BPUPKI, yakni Tan Eng Hoa dan Yap Tjwan Bing. Tidak banyak keterangan yang diperoleh mengenai kedua tokoh ini. Apa yang diketahui tentang Tan Eng Hoa adalah bahwa dia seorang sarjana hukum. Sedangkan Yap 10 adalah seorang apoteker lulusan Belanda namun memiliki hubungan yang erat dengan kaum nasionalis Indonesia. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, dia bergabung dengan Partai Nasional Indonesia (PNI). Berdasarkan fakta-fakta ini dapat diperkirakan bahwa ia memiliki pandangan yang tidak terlalu berbeda dengan Liem Koen Hian. Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam akhir sidang I BPUPKI, Soekarno menyampaikan pokokpokok pikirannya tentang Pancasila yang kelak akan menjadi dasar negara. Rancangan Undang-Undang Dasar Republik dengan batas wilayah bekas teritori Hindia Belanda berhasil ditetapkan pada tanggal 22 Juni BPUPKI mengakhiri tugasnya dengan merancang konstitusi pertama Indonesia yang menghendaki sebuah republik kesatuan dengan jabatan kepresidenan yang kuat. Sebagai gantinya dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Peresmian pembentukan panitia ini dilaksanakan pada 10 Lebih lanjut tentang Yap Tjwan Bing, lihat otobiografinya, Meretas Jalan Kemerdekaan. Jakarta: Gramedia, Sebagai penghargaan, sejak 2008 namanya diabadikan sebagai nama jalan di kota kelahirannya, Solo, lihat Yap Tjwan Bing, Warga Tionghoa Pertama yang Diabadikan Jadi Nama Jalan, Indopos, 21 dan 22 November 2010, h. 16 (tambahan editor). 4

5 tanggal 7 Agustus 1945, sesuai dengan keputusan Jendral Besar Terauchi, Panglima Tentara Umum Selatan, yang membawahi semua tentara Jepang di Asia Tenggara. Anggota PPKI kebanyakan diambil dari bekas anggota BPUPKI. Dari keseluruhan anggota PPKI, 12 orang adalah wakil dari Jawa, 3 wakil dari Sumatra, 2 dari Sulawesi, 1 dari Kalimantan, Sunda Kecil, Maluku, dan wakil masyarakat Tionghoa. Sebagai wakil masyarakat Tionghoa, sekaligus golongan minoritas lainnya (Arab dan Indo), di dalam PPKI adalah Yap Tjwan Bing. Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang telah menyerah tanpa syarat dan pada tanggal 17 Agustus 1945 atas desakan para pemuda, kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan. Komite Nasional Indonesia Pusat Segera setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, pemerintah pusat dibentuk di Jakarta pada akhir Agustus Dalam pemerintahan baru tersebut Sukarno diangkat sebagai presiden ( ) dan Hatta ditunjuk sebagai wakil presiden ( ). Kepercayaan diberikan kepada kedua tokoh pergerakan tersebut karena para tokoh politik Indonesia pada umumnya meyakini bahwa hanya merekalah yang dapat berurusan dengan pihak Jepang yang pada saat itu secara de facto masih memiliki kekuatan militer yang besar. 11 Karena Pemilihan Umum belum dapat dilaksanakan maka untuk membantu presiden didirikan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Komite-komite nasional yang serupa juga dibentuk di tingkat provinsi dan karesidenan. Para anggota KNIP yang pertama dilantik pada tanggal 29 Agustus Anggota inti dari KNIP terdiri dari 25 orang. Kebanyakan dari mereka sebelumnya merupakan anggota PPKI yang ditunjuk oleh Jepang. Sebagai tambahan, Presiden Sukarno menunjuk 110 orang sebagai anggota KNIP. Dalam bulan-bulan selanjutnya anggota KNIP diperluas menjadi hampir 200 orang. 12 Sidang KNIP pertama kali diadakan pada tanggal 16 Oktober 1945 di Jakarta. Berlaku sebagai pimpinan sidang adalah Kasman Singodimedjo. KNIP dan badan pekerjanya sejak dari awal memang telah mengikutsertakan perwakilan dari masyarakat Tionghoa. Ketika KNIP untuk pertama kali disusun, terdapat dua anggota yang mewakili masyarakat Tionghoa, yaitu Liem Koen Hian dan Yap Tjwan Bing. Perjuangan melalui jalur diplomasi akhirnya mengahasilkan perjanjian Linggarjati yang diselenggarakan pada 22 Oktober sampai 15 November Di dalam perjanjian tersebut, pihak Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia di Pulau Sumatra dan 11 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Jakarta: Serambi, 2008), hlm P.J. Drooglever, Komite Nasional Indonesia Pusat Dan Politik Dalam Negeri Di Republik Indonesia, dalam Denyut Nadi Revolusi Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1997), hlm

6 Jawa. Kedua belah pihak juga menyepakati untuk membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 1 Januari Di dalam RIS akan diikut sertakan RI dan beberapa negara bagian lainnya. Juga disetujui untuk membentuk suatu uni Indonesia- Belanda, yang di dalamnya terdiri dari RIS dan kerajaan Belanda. Uni ini akan secara resmi dipimpin oleh Ratu Belanda. Agar perjanjian Linggarjati diterima secara resmi oleh Indonesia diperlukan persetujuan dari KNIP. Untuk menjamin diterimanya perjanjian tersebut oleh KNIP, pada tanggal 29 Desember 1946 Sukarno mengeluarkan dekrit yang isinya menambah jumlah anggota KNIP dari 200 menjadi 515 orang. Pada awalnya ada penolakan terhadap dekrit ini dari kalangan anggota KNIP. Namun setelah Hatta mengancam bahwa Soekarno dan dirinya akan meletakkan jabatan jika dekrit itu ditolak, akhirnya dekrit tersebut diterima. Di dalam KNIP ada 7 tokoh Tionghoa yang mewakili masyarakat Tionghoa. Diantara mereka 4 berasal dari Jawa Timur, yaitu Yap Tjwan Bing (Madiun), Oey Hway Kiem (Bondowoso), Tan Boen An (Kediri), dan Siauw Giok Tjhan (Malang). Sedangkan 3 wakil lainnya berasal dari Jakarta, yaitu: Liem Koen Hian, Inyo Beng Goat, dan Tan Po Goan. Selain itu masih ada 3 orang Tionghoa yang mewakili partai politik. Mereka adalah Tan Ling Djie dan Oei Gee Hwat yang mewakili Partai Sosialis (PS) dan Lauw Khing Hoo yang mewakili Partai Komunis Indonesia (PKI). Menurut Siauw Giok Tjhan, dari daftar nama tokoh-tokoh Tionghoa yang tergabung di dalam KNIP dapat disimpulkan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah lama ikut aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 13 Selain tiga orang terakhir yang secara jelas tergabung ke dalam partai politik, paling tidak ada tiga tokoh Tionghoa lainnya yang menjadi anggota KNIP yang diketahui merupakan simpatisan atau anggota partai politik tertentu. Mereka adalah Yap Tjwan Bing dan Liem Koen Hian yang merupakan pendukung PNI dan Siauw Giok Tjhan yang merupakan pendukung PS. Khusus mengenai Siauw Giok Tjhan, ia diketahui telah masuk ke dalam Partai Sosialis, khususnya ke dalam kelompok Amir Sjarifuddin, pada akhir bulan Desember Siauw Giok Tjhan, Renungan Seorang Patriot Indonesia (Jakarta: Lembaga Kajian Sinergi Indonesia, 2010), hlm Siauw Tiong Djin, Siauw Giok Tjhan Dalam Pembangunan Nasion Indonesia, Jakarta: Lembaga Kajian Sinergi Indonesia, 2010), hlm.94. 6

7 Tokoh-tokoh Tionghoa Pada Masa Revolusi Dalam masa revolusi kemerdekaan, masyarakat Tionghoa sebagai kelompok minoritas berada dalam kondisi terjepit antara pihak Belanda dan Indonesia. Banyak orang Tionghoa yang berada di wilayah kekuasaan RI menaruh simpati kepada Indonesia. Namun sebaliknya, orang Tionghoa yang berada di wilayah Belanda, sulit untuk menunjukkan dukungan seperti yang ditunjukkan orang Tionghoa di wilayah kekuasaan RI. Pada akhirnya meskipun di dalam hati mereka mendukung Indonesia namun mereka berusaha bersikap netral, walau ada juga sebagian yang terang-terangan bersikap pro- Belanda. Sementara di daerah yang tidak dikuasai oleh RI maupun Belanda, banyak orang Tionghoa yang menjadi korban tindak kekerasan yang dilakukan oleh anggota laskar, para pemuda revolusioner, maupun para penjahat yang berkedok sebagai pejuang. Dengan tuduhan sebagai kaki tangan Belanda, mereka menjadi korban pembunuhan, perampokan, penjarahan, dan pemerkosaan. Peristiwa tindak kekerasan terhadap orang Tionghoa yang mendapat liputan luas antara lain terjadi di Tangerang, Kebumen, dan Malang. Peristiwa Tangerang mendapat kritikan keras dari koran Sin Po yang telah terbit kembali menyusul berakhirnya pendudukan Jepang. Wartawan terkemuka koran ini yaitu Kwee Kek Beng melakukan lawatan langsung ke Tangerang dan melihat penderitaan orang Tionghoa di sana. 15 Kwee menunjukkan simpati yang mendalam terhadap orang Tionghoa dan beriskap sangat kritis terhadap pihak Indonesia. Sikap kritisnya itu bercampur dengan kecenderungannya yang memang anti republik. Apa yang kurang dipertimbangkan oleh Kwee, sebenarnya para pemimpin republik berusaha keras untuk mencegah kerusuhan rasial walaupun upaya tersebut kadang-kadang tidak berhasil. Para bekas anggota PTI dan tokoh peranakan seperti Siauw Giok Tjhan dan Dr.Tjoa Sek Ien justru mengecam dan menyalahkan Belanda atas terjadinya peristiwa Tangerang. 16 Dengan kata lain mereka tidak mau menyalahkan pihak RI dalam peristiwa tersebut. Sikap tegas dalam memihak RI juga ditunjukkan oleh Liem Koen Hian. Pada masa revolusi Liem bersama Rahman Tamin, seorang pengusaha pribumi, melakukan kegiatan penyelundupan senjata untuk membantu para pejuang Indonesia. 17 Pada bulan November 1947, Liem dipercaya oleh pemerintah RI untuk menjadi anggota delegasi dalam perjanjian Renville. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Amir Sjarifuddin 15 Suryadinata, Tokoh Tionghoa, hlm Tentang pandangan Siauw Giok Tjhan terhadap peristiwa Tangerang lihat Siauw, Renungan Seorang Patriot, hlm Suryadinata, Tokoh Tionghoa, hlm.86. 7

8 yang saat itu masih dianggap sebagai orang Partai Sosialis namun di kemudian hari mengaku dirinya telah menjadi komunis sejak lama. Pada peristiwa pemberontakan PKI di Madiun yang gagal banyak orang komunis yang terbunuh dan tertangkap. Diantara mereka yang tertangkap adalah Amir Sjarifuddin yang pernah menjabat sebagai menteri dalam Kabinet Sjahrir dan kemudian pernah pula menjadi Perdana Menteri. Ada bekas wakil Tionghoa di dalam KNIP yang terlibat di dalam peristiwa Madiun, yaitu Oey Gee Hwat. Ia berhasil ditangkap oleh TNI dan kemudian dijatuhi hukuman mati. Sebenarnya Oey Gee Hwat berasal dari Partai Sosialis, namun kemungkinan ia telah beralih menjadi anggota PKI sebelum terjadinya peristiwa Madiun. Dalam masa revolusi ada pula tokoh-tokoh Tionghoa yang menjabat sebagai menteri dalam kabinet pemerintahan republik. Dalam kabinet yang dibentuk oleh Amir Sjarifuddin pada tanggal 3 Juli 1947 Siauw Giok Tjhan ditunjuk sebagai menteri urusan minoritas menggantikan Tan Po Goan. Tan dipandang oleh Amir secara politik lebih dekat kepada Sjahrir. Ketika itu telah terjadi perpecahan di dalam tubuh Partai Sosialis antara kubu Sjahrir dan kelompok Amir. Pada awalnya Siauw menolak untuk menjadi menteri, tetapi akhirnya ia mau menerimanya setelah didesak oleh Amir dan Tan Ling Djie. 18 Menurut Siauw, alasan lain dari kesediaannya menjadi menteri adalah untuk memenuhi janji pemerintah yang tercantum di dalam Manifesto 1 November 1945, yaitu menjadikan semua peranakan Tionghoa, Arab, dan Eropa yang lahir di Indonesia sebagai warga negara dan patriot Indonesia dalam waktu sesingkat mungkin. 19 Kesimpulan Masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah kelompok masyarakat yang memiliki pandangan heterogen. Aspirasi mereka yang diwakili oleh para tokoh-tokohnya menunjukkan bahwa orang Tionghoa telah memiliki kesadaran politik sejak awal abad ke-20. Kebangkitan kaum pergerakan nasional Indonesia terjadi dalam periode yang sama dengan munculnya kesadaran politik di kalangan orang Tionghoa. Meskipun masyarakat Tionghoa memiliki aspirasi politik yang berbeda-beda, namun ada satu ciri kesamaan diantara mereka, yaitu kesadaran sebagai kelompok minoritas yang hidup di tengah suatu bangsa yang sedang membentuk jati dirinya. Berbagai aktivitas tokoh-tokoh Tionghoa dalam masa revolusi kemerdekaan menunjukkan bahwa golongan Tionghoa bukanlah kelompok yang eksklusif dan terpisah dari bangsa Indonesia. Mesekipun selama masa kolonial dan pendudukan Jepang, orang Tionghoa diperlakukan sebagai golongan masyarakat tersendiri yang berbeda dengan 18 Siauw Giok Tjhan, Lima Jaman. Perwujudan Integrasi Wajar (tp.: Jakarta-Amsterdam, 1981), hlm Siauw, Renungan Seorang Patriot, hlm

9 orang pribumi, namun banyak diantara tokoh-tokoh Tionghoa yang menyuarakan aspirasi masyarakatnya yang merasa sebagai bagian integral dari Bangsa Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa sumbangsih masyarakat Tionghoa dalam masa revolusi tidak kalah pentingnya dari sumbangsih kelompok masyarakat lainnya dalam proses pembentukan negara dan bangsa Indonesia. Penulis adalah Pengajar Departemen Sejarah FIB-UI dan kandidat Ph.D Sejarah di Universitas Leiden. 9

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

NASIONALISME ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA, Oleh: Ririn Darini 1

NASIONALISME ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA, Oleh: Ririn Darini 1 NASIONALISME ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA, 1900-1945 Oleh: Ririn Darini 1 Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk melihat munculnya nasionalisme etnis Tionghoa di Indonesia. Nasionalisme etnis Tionghoa di Indonesia

Lebih terperinci

Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional: dari Budi Utomo Samapai Proklamasi , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 6.

Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional: dari Budi Utomo Samapai Proklamasi , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 6. NASIONALISME ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA, 1900-1945 Oleh: Ririn Darini 1 Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk melihat munculnya nasionalisme etnis Tionghoa di Indonesia. Nasionalisme etnis Tionghoa di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PENGARUH NASIONALISME ETNIS KETURUNAN ARAB TERHADAP ETNIS KETURUNAN LAIN DI INDONESIA

BAB IV PENGARUH NASIONALISME ETNIS KETURUNAN ARAB TERHADAP ETNIS KETURUNAN LAIN DI INDONESIA BAB IV PENGARUH NASIONALISME ETNIS KETURUNAN ARAB TERHADAP ETNIS KETURUNAN LAIN DI INDONESIA Menurut Slamet Muljana, Nasionalisme adalah manifestasi kesadaran atau semangat dalam berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena pergantian sistem pemerintahan yang terbilang singkat. Tokoh-tokoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena pergantian sistem pemerintahan yang terbilang singkat. Tokoh-tokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal abad 20, situasi politik Indonesia mengalami jatuh bangun karena pergantian sistem pemerintahan yang terbilang singkat. Tokoh-tokoh intelektual dan kenegaraan

Lebih terperinci

Siauw Giok Tjhan, Sahabat-ku

Siauw Giok Tjhan, Sahabat-ku Siauw Giok Tjhan, Sahabat-ku Go Gien Tjwan 1 Pada tanggal 4 November 1965, lebih dari sebulan setelah Gerakan 30 September yang melakukan kudeta pada tanggal 1 Oktober 1965, Siauw Giok Tjhan diambil oleh

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI A. Politik Identitas Identitas memiliki banyak pengertian tergantung bagaimana identitas itu digunakan. Identitas dapat dipandang sebagai suatu cap terhadap suatu bangsa. Namun di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. political competition and struggles, in which the media, as institution, take a. position (Kahan, 1999: 22).

BAB I PENDAHULUAN. political competition and struggles, in which the media, as institution, take a. position (Kahan, 1999: 22). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah These approaches and almost all the specific literature on media and politics have in common a view of the media as refelction of the society s political competition

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang warga negara Indonesia dengan paspor Indonesia belum tentu orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang warga negara Indonesia dengan paspor Indonesia belum tentu orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan solidaritas kebangsaan. Seorang warga negara Indonesia dengan paspor Indonesia belum tentu orang tersebut adalah bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1 I. PENDAHULUAN A.Latar BelakangMasalah Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara yang baru merdeka

Lebih terperinci

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA A. Sidang PPKI 18 19 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 hanya menyatakan Indonesia sudah merdeka dalam artian tidak mengakui lagi bangsa

Lebih terperinci

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA PASCA KEMERDEKAAN Tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang untuk pertama kalinya dengan keputusan: Mengesahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum kedatangan bangsa Belanda, etnis Tionghoa sudah menyebar ke seluruh Nusantara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum kedatangan bangsa Belanda, etnis Tionghoa sudah menyebar ke seluruh Nusantara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum kedatangan bangsa Belanda, etnis Tionghoa sudah menyebar ke seluruh Nusantara. Secara umum etnis Tionghoa adalah orang-orang yang berasal dari Tiongkok. Sebutan

Lebih terperinci

G30S dan Kejahatan Negara

G30S dan Kejahatan Negara Telah terbit Buku: G30S dan Kejahatan Negara Catatan Penyunting Pada tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 7 pagi, saya bermain catur dengan ayah saya, Siauw Giok Tjhan di beranda depan rumah. Sebuah kebiasaan

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

PERANAN KOMUNITAS TIONGHOA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA

PERANAN KOMUNITAS TIONGHOA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA PERANAN KOMUNITAS TIONGHOA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA Siauw Tiong Djin Globalization menimbulkan anggapan di benak banyak orang bahwa nation-building (pembangunan bangsa) dan esensi nation tidak lagi relevan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme.

Lebih terperinci

UPAYA PENGUATAN NASIONALISME ORANG INDONESIA TIONGHOA PASCA PERISTIWA MEI 1998

UPAYA PENGUATAN NASIONALISME ORANG INDONESIA TIONGHOA PASCA PERISTIWA MEI 1998 UPAYA PENGUATAN NASIONALISME ORANG INDONESIA TIONGHOA PASCA PERISTIWA MEI 1998 THE NATIONALISM REINFORCING OF INDONESIAN CHINESE PEOPLE AFTER BLACK MAY INCIDENT 1998 SKRIPSI Oleh Prilla Marsingga NIM 060910101100

Lebih terperinci

BAB III STATUS KEWARGANEGARAAN KOMUNITAS CINA DI YOGYAKARTA. A. Dasar Hukum Kewarganegaraan Komunitas Keturunan Cina

BAB III STATUS KEWARGANEGARAAN KOMUNITAS CINA DI YOGYAKARTA. A. Dasar Hukum Kewarganegaraan Komunitas Keturunan Cina BAB III STATUS KEWARGANEGARAAN KOMUNITAS CINA DI YOGYAKARTA A. Dasar Hukum Kewarganegaraan Komunitas Keturunan Cina Pada tahun pertama kemerdekaan Republik Indonesia, Pemerintah belum memperhatikan persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebudayaan peranakan Tionghoa merupakan kebudayaan yang paling kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan bahasanya yang merupakan sintesa

Lebih terperinci

BAB III SETTING PENELITIAN

BAB III SETTING PENELITIAN BAB III SETTING PENELITIAN A. Sejarah Etnis Tionghoa di Indonesia Etnis Tionghoa diketahui telah lama tinggal di Indonesia. Jejak pertama kaum Tionghoa di Indonesia dimulai sejak masa Dinasti Han (206

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( ) PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 KELOMPOK 1 A ZIZATUL MAR ATI (14144600200) DEVIANA SETYANINGSIH ( 1 4144600212) NURUL FITRIA ( 1 4144600175) A JI SARASWANTO ( 14144600 ) Kembalinya Belanda

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 BAB II ISI... 4 2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan... 2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia 1945 s.d.1949...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang BAB V KESIMPULAN Sutan Sjahrir dan Tan Malaka merupakan dua contoh tokoh nasional yang memberikan segenap tenaga dan pikirannya pada masa kemerdekaan. Kajian terhadap pemikiran dua tokoh tersebut, tidak

Lebih terperinci

Ajaran Khong Hu Cu : Agama atau Pendidikan Moral?

Ajaran Khong Hu Cu : Agama atau Pendidikan Moral? Ajaran Khong Hu Cu : Agama atau Pendidikan Moral? Ringkasan buku dengan judul KEBUDAYAAN MINORITAS TIONGHOA DI INDONESIA Penulis : Leo Suryadinata Diterjemahkan oleh : Dede Oetomo Penerbit P T Gramedia

Lebih terperinci

KOMUNITAS TIONGHOA DALAM PERGERAKAN POLITIK INDONESIA ( ) Oleh : Sugiyarto Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Undip

KOMUNITAS TIONGHOA DALAM PERGERAKAN POLITIK INDONESIA ( ) Oleh : Sugiyarto Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Undip KOMUNITAS TIONGHOA DALAM PERGERAKAN POLITIK INDONESIA (1926-1942) Oleh : Sugiyarto Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Undip Abstract This research is about political study of the Chinese Peranakan in

Lebih terperinci

BAB IV TANGGAPAN DAN TINDAKAN KOMUNITAS ARAB DALAM MENYIKAPI ADANYA PARTAI ARAB INDONESIA

BAB IV TANGGAPAN DAN TINDAKAN KOMUNITAS ARAB DALAM MENYIKAPI ADANYA PARTAI ARAB INDONESIA BAB IV TANGGAPAN DAN TINDAKAN KOMUNITAS ARAB DALAM MENYIKAPI ADANYA PARTAI ARAB INDONESIA A. Reaksi Pro dan Kontra Pengakuan nasionalisme Indonesia keturunan Arab pada paruh pertama abad ke-20 tidak hanya

Lebih terperinci

Siapa bilang orang Tionghua numpang di Indonesia, Sejarah Cina Peranakan membela Ibu Pertiwi

Siapa bilang orang Tionghua numpang di Indonesia, Sejarah Cina Peranakan membela Ibu Pertiwi Siapa bilang orang Tionghua numpang di Indonesia, Sejarah Cina Peranakan membela Ibu Pertiwi http://www.karnadilim.com/siapa-bilang-orang-tionghua-numpang-di-indonesia-sejarah-cina-peranakan-membela-ibu-pertiwi/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang perjalanan sejarah RI pernah meletus suatu perlawanan rakyat terhadap pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

Lebih terperinci

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

sherila putri melinda

sherila putri melinda sherila putri melinda Beranda Profil Rabu, 13 Maret 2013 DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA Demokrasi berasal dari kata DEMOS yang artinya RAKYAT dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) DOSEN PEMBIMBING : ARI WIBOWO,M.Pd Disusun Oleh : Rizma Alifatin (176) Kurnia Widyastanti (189) Riana Asti F (213) M. Nurul Saeful (201) Kelas : A5-14

Lebih terperinci

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Setelah kabinet Amir Syarifuddin jatuh, atas persetujuan presiden KNIP memilih Hatta sebagai Perdana Menteri. Jatuhnya Amir Syarifuddin membuat kelompok kiri kehilangan basis

Lebih terperinci

Seabad Wayang Orang Ang Hien Hoo di Malang

Seabad Wayang Orang Ang Hien Hoo di Malang Seabad Wayang Orang Ang Hien Hoo di Malang Oleh: Abdul Malik http://www.kompasiana.com/kurakurabiru/seabad-wayang-orang-ang-hien-hoo-di-malang_5535b4686ea834ff25da42d5 17 April 2015 17:49:16 Diperbarui:

Lebih terperinci

pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965

pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965 'Dicina-cinakan' di jalan: pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965 Endang NurdinBBC Indonesia 27 Oktober 2017 http://www.bbc.com/indonesia/dunia-41738253?ocid=wsindonesia.chat-apps.in-app-msg.whatsapp.trial.link1_.auin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai BAB V KESIMPULAN Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai masa penjajahan Belanda merupakan hal yang sangat kompleks. Tan Malaka sedikit memberikan gambaran mengenai kondisi

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) Disusun Oleh : Rizma Alifatin (14144600176) Kurnia Widyastanti (14144600189) Riana Asti F (14144600213) M. Nurul Saeful (14144600201) Sejarah Singkat RIS Pada tanggal

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD SEJARAH PERKEMBANGAN UUD [18 Agustus 1945 dan Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959] Dr. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2017 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun

1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun 1 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun 1900 yang diawali dengan munculnya sekelompok mahasiswa yang membentuk perkumpulan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi adalah pergolakan politik, sosial ekonomi dan kebudayaan yang membawa perubahan terhadap keadaan sebelum terjadinya Revolusi. Tujuan sebuah revolusi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Indonesia dalam Dewan Keamanan PBB. Agresi Militer Belanda II. mengadakan diplomasi lewat jalan perundingan. Cara diplomasi ini

BAB V KESIMPULAN. Indonesia dalam Dewan Keamanan PBB. Agresi Militer Belanda II. mengadakan diplomasi lewat jalan perundingan. Cara diplomasi ini BAB V KESIMPULAN Periode 1946-1949 merupakan periode perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya dari kekuasaan penjajah Belanda. Pelanggaran demi pelanggaran yang dilakukan oleh Belanda

Lebih terperinci

Fakta Sejarah Perjuangan. Siauw Giok Tjhan Tidak Bisa Dihapus!

Fakta Sejarah Perjuangan. Siauw Giok Tjhan Tidak Bisa Dihapus! Fakta Sejarah Perjuangan Siauw Giok Tjhan Tidak Bisa Dihapus! Chan Chung Tak Eddie Lembong, mantan ketua INTI dengan tegas mengatakan, Fakta Sejarah Perjuangan Siauw Giok Tjhan, tidak bisa dihapus dari

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VI / I Alokasi Waktu : 6 x 35 Menit Standar Kompetensi 1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 5 OLEH: TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA 9 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Kemudian dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi Iinkai)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia telah memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden RIS Pada tanggal 16 Desember 1949, Jakarta ibu kota Republik Indonesia Serikat yang baru, rakyat Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai kedatangan Etnis Tionghoa ke Indonesia baik sebagai pedagang maupun imigran serta terjalinnya hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode 1945-1949 merupakan tahun-tahun ujian bagi kehidupan masyarakat Indonesia, karena selalu diwarnai dengan gejolak dan konflik sebagai usaha untuk merebut dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku bangsa, beranekaragam Agama, latar belakang sejarah dan kebudayaan daerah.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)

Lebih terperinci

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa.

I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam etnis suku dan bangsa. Keanekaragaman ini membuat Indonesia menjadi sebuah negara yang kaya

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 1. PERKEMBANGAN SISTEM ADMINISTRASI WiLAYAH INDONESIALatihan Soal 1.1

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 1. PERKEMBANGAN SISTEM ADMINISTRASI WiLAYAH INDONESIALatihan Soal 1.1 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 1. PERKEMBANGAN SISTEM ADMINISTRASI WiLAYAH INDONESIALatihan Soal 1.1 1. Provinsi pertama di Indonesia terbentuk berdasarkan hasil sidang... BPUPKI MPR PPKI DPR

Lebih terperinci

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah. Nama kelompok : Achmad Rafli Achmad Tegar Alfian Pratama Lulu Fajar F Nurul Vita C Kelas : XII TP2 1. Perhatikan penyataan-pernyataan berikut. 1. Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi

Lebih terperinci

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. 13. Mata Pelajaran Sejarah Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Pembentukan BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai) Pembentukan PPKI (Dokuritsu Junbi Inkai) Peristiwa Rengasdengklok Perumusan Teks

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945, Soekarno tampil dihadapan peserta sidang dengan pidato

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Lebih terperinci

SOAL UH PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA A

SOAL UH PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA A SOAL UH PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA A 1. Latar belakang Jepang memberi janji kepada bangsa Indonesia di kelak kemudian hari adalah a. ingin membentuk Asia Timur Raya b. untuk mendewasakan bangsa

Lebih terperinci

SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1

SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1 SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1 FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL SILABUS Fakultas

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SUMBER PENELITIAN SEJARAH DOKUMEN / ARSIP BENDA / PRASASTI PELAKU SEJARAH SISTEM PRA KEMERDEKAAN PENJAJAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan suatu gerakan rakyat, yang bersendikan demokrasi terpimpin,

Lebih terperinci

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah 1 BAB I PNDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemerdekaan Indonesia diperoleh dengan perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan tersebut lebih dikenal dengan sebutan revolusi nasional Indonesia. Revolusi nasional

Lebih terperinci

Daftar Isi Kata Pengantar I Sebuah Imbauan A Sajak-Sajak i Pendirian, Pembangunan dan Perkembangan Ureca Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Ureca

Daftar Isi Kata Pengantar I Sebuah Imbauan A Sajak-Sajak i Pendirian, Pembangunan dan Perkembangan Ureca Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Ureca Daftar Isi Kata Pengantar I Sebuah Imbauan A Sajak-Sajak i Pendirian, Pembangunan dan Perkembangan Ureca Siauw Tiong Djin: Baperki, Ureca Dan Siauw Giok Tjhan 1 Go Gien Tjwan: Riwayat Ureca 39 Dali Santun

Lebih terperinci

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang.

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Indikator Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang Dampak Kebijakan Imperialisme Jepang di Indonesia Uji Kompetensi 2. Kemampuan memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa untuk terlepas dan terbebas dari tekanan bangsa lain. Hal ini senada dengan isi pembukaan UUD 1945. Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK KISI-KISI UKG 2015 SEJARAH Indikator Pencapaian b c d e 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

Materi Sejarah Kelas XII IPS

Materi Sejarah Kelas XII IPS 2. Perjanjian Roem Royen Perjanjian Roem-Royen merupakan perundingan yang membuka jalan ke arah terlaksananya.konferensi Meja Bundar yang menjadi cikal bakal terwujudnya Negara Kesatuan Repulik Indonesia

Lebih terperinci

Pijar-Pijar Gagasan Soekarno

Pijar-Pijar Gagasan Soekarno Peringatan Hari Lahir Pancasila - 01 Juni 2015 11:20 wib Pijar-Pijar Gagasan Soekarno Faisal Ismail, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta PADA sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun

Lebih terperinci

Lampiran 1 Data mentah uji validitas instrumen

Lampiran 1 Data mentah uji validitas instrumen 65 Lampiran 1 Data mentah uji validitas instrumen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1

Lebih terperinci

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. 1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara yang baru yang sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas

BAB I PENDAHULUAN. tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan kisah sentral dalam sejarah Indonesia, melainkan unsur yang kuat dalam persepsi bangsa Indonesia

Lebih terperinci

Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun

Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun 1934-1949 UNIVERSITAS SEBELAS MARET OLEH : Ana Rochayani K 4404012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cina adalah sebuah

Lebih terperinci

B. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

B. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia B. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Gambar 5.8 merupakan salah satu bentuk upaya mewariskan nilai- nilai perjuangan di suatu daerah kepada generasi yang tidak mengalami perjuangan

Lebih terperinci

Menengok Kiprah Suku Tionghoa dalam Sejarah Pers di Indonesia

Menengok Kiprah Suku Tionghoa dalam Sejarah Pers di Indonesia http://indocina.wordpress.com/2010/03/06/menengok-kiprah-suku-tionghoa-dalam-sejarah-pers-di-indonesia/ March 6, 2010 by Juliana Menengok Kiprah Suku Tionghoa dalam Sejarah Pers di Indonesia Awalnya, Sama-Sama

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi Perundingan yang dilakukan pemimpin Republik Indonesia bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti yang kita ketahui dua figur tersebut pernah menjadi presiden Republik Indonesia.

Lebih terperinci

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA Pancasila dalam Konteks Sejarah Bangsa Zaman Kuno Sejak adanya kerajaan-kerajaan di nusantara dan masuknya agama Hindu, Budha, dan Islam unsur-unsur Pancasila sudah ada di masyarakat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I. Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik

BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I. Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I A. Kondisi Politik Sebelum Kabinet Hatta I Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik Indonesia identik dengan jatuh bangunnya kabinet. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda

Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda Senin, 30 Oktober 2017 06:00Reporter : Rendi Perdana Koran Sin Po. 2017 Merdeka.com/rendi Merdeka.com - Alunan biola di tengah Kongres Pemuda II pada 28 Oktober

Lebih terperinci

C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Tabel 2.3 Arti Penting UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 No Unsur Manfaat Akibat apabila tidak ada UUD 1 Warga Negara 2 Bangsa dan Negara Kesimpulan : C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

Denhaag - Belanda 23 Agustus - 2 Nopember 1949

Denhaag - Belanda 23 Agustus - 2 Nopember 1949 Konferensi Meja Bundar Denhaag - Belanda 23 Agustus - 2 Nopember KMB ="Konferensi Meja Bundar" Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan

Lebih terperinci