BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I. Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik
|
|
- Hartanti Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I A. Kondisi Politik Sebelum Kabinet Hatta I Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik Indonesia identik dengan jatuh bangunnya kabinet. Menurut Herbert Feith, jatuh bangunnya kabinet ketika itu karena pemimpin sentral Republik Indonesia terpecah mengenai berbagai aspek dari pandangan dan persepsi mengenai Republik Indonesia dan dunia. Dalam bidang politik luar negeri, persaingan antar elit terjadi di seputar dua pertanyaan, yaitu; pertama, bagaimana menghadapi Belanda; dan kedua, persoalan perumusan identitas internasional Republik Indonesia. Mengenai yang pertama, pemerintah Republik Indonesia menghadapi tekanan politik yang amat kuat dalam perundingan dengan Belanda. Mengenai yang kedua, para elit bersaing, yang terpecah dalam garis politik dan ideologi, serta berbeda pandangan dalam konteks bipolarisme dunia. 1 Dari argumen Herbert Feith dapat diuraikan beberapa contoh peristiwa sebagai berikut: 1. Tekanan Politik Belanda dalam Perundingan. Pada tanggal 17 Maret 1946 Sutan Syahrir mengajukan satu usul kompromi dengan memberikan konsesi yang tak sesuai dengan ikrar proklamasi. 2 Salah satunya adalah pengakuan secara de facto Republik Indonesia atas Jawa dan Sumatra oleh Belanda. Hal ini mengakibatkan 1 Ganewati Wuryandari, Dharurodin Mashad, Tri Nuke Pujiastuti, dkk, Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm Adam Malik, Mengabdi Republik Jilid II: Angkatan 45, Jakarta: Gunung Agung, 1984, hlm
2 23 pertentangan berbagai golongan mengenai hasil Perjanjian Linggarjati terutama para pengikut Tan Malaka dalam Persatuan Perjuangan. 3 Pada malam hari tanggal 27 Juni 1946 Sutan Syahrir ditangkap oleh satuan - satuan tentara di Surakarta dalam perjalanan keliling ke Jawa Timur. Penangkapan Sutan Syahrir ini diharapkan akan memungkinkan Dwitunggal memberikan kemerdekaan 100 persen. Untuk menyikapi peristiwa penangkapan Sutan Syahrir maka tanggal 30 Juni 1946 melalui siaran radio Presiden Sukarno menyatakan bahwa penangkapan Sutan Syahrir membahayakan persatuan bangsa. Pernyataan Presiden Sukarno menggoyahkan kepercayaan diri pihak oposisi sehingga tanggal 3 Juli 1946 satuan - satuan tentara membebaskan tawanan dan mengirimkan delegasi kepada Presiden Sukarno di Yogyakarta supaya presiden membubarkan kabinet. 4 Dikirimlah delegasi untuk menyampaikan tujuan penangkapan Sutan Syahrir kepada presiden, tetapi mengalami kegagalan. 5 Peristiwa 3 Juli 1946 ini menjadi bukti betapa berbahayanya persaingan elit politik dalam negeri yang dapat menimbulkan perang saudara di Jawa Tengah. Pemerintah menyalahkan Tan Malaka sebagai orang yang bertanggung jawab atas semua peristiwa ini. 6 Setelah penculikan 3 Ibid., hlm M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern , Jakarta: Serambi, 2005, hlm Soe Hok Gie, Orang - orang di Persimpangan Kiri Jalan: Kisah Pemberontakan Madiun September 1948, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1997, hlm M.C. Ricklefs, op.cit., hlm. 450.
3 24 Sutan Syahrir maka pemerintahan dipegang oleh Presiden Sukarno, tindakan presiden memegang kekuasaan pemerintah tersebut dilakukan dengan mendapat persetujuan dari menteri - menteri yang ada. Dengan pengambilan kekuasaan itu maka otomatis kekuasaan pemerintah langsung dibawah tanggung jawab presiden, sedangkan Kabinet Syahrir II didemisioner. 7 Perundingan selanjutnya dengan Belanda yaitu perundingan Renville. Penandatanganan Persetujuan Renville menimbukan suatu krisis kabinet dalam Republik Indonesia. Sebelumnya Masyumi yang merupakan partai politik terbesar telah mengundurkan diri dari kabinet tanggal 16 Januari Masyumi dan PNI menyatakan bahwa mereka tidak dapat mendukung Mr. Amir Syarifuddin lagi sebagai perdana menteri dan bahwa dukungan mereka kepada setiap pemerintahan mendatang akan tergantung kepada apakah mereka mempunyai posisi dominan didalamnya. Mereka tidak akan mendukung pelaksanaan suatu persetujuan yang tidak mereka setujui itu, kecuali jika yang memimpin bukan dari kelompok yang bertanggungjawab atas persetujuan itu. 8 Pernyataan Masyumi dan PNI sudah terlihat ketidaksukaan terhadap kepemimpinan Mr. Amir Syarifuddin setelah Persetujuan Renville dan mengharapkan pergantian kepemimpinan secepatnya. 7 Mr. Achmad Sanusi, Perkembangan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Bandung: Penerbit Universitas, 1958, hlm George McTurnan Kahin, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, Semarang: UNS Press, 1995, hlm. 290.
4 25 Dengan pengunduran diri kedua partai itu, kini Mr. Amir Syarifuddin hanya mempunyai dukungan dari Sayap Kiri. Karena itu ia lalu mengundurkan diri sebagai perdana menteri. 9 Dibutuhkannya pemimpin yang kuat dalam menjalankan Persetujuan Renville dikarenakan situasi yang sangat panas dalam hubungannya dengan Belanda dan Angkatan Perang Republik Indonesia yang merasa dirugikan. Akan tetapi Masyumi dan PNI tidak berminat memegang tanggung jawab utama dalam melaksanakan syarat - syarat utama yang tidak mereka sukai itu. 2. Persaingan Elit Politik yang Terpecah dalam Garis Politik dan Ideologi. Tiga pasangan pemimpin angkatan 1945 dengan tiga dinamika perjuangan memberikan warna khas bagi revolusi Indonesia. Ketiga pasangan itu yaitu; Ir. Sukarno dengan Drs. Mohammad Hatta, Sutan Syahrir dengan Mr. Amir Syarifuddin, dan Tan Malaka dengan Jenderal Sudirman. Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta duduk manunggal dalam pucuk pimpinan negara dan pemerintahan dari kalangan nasionalis, Sutan Syahrir dan Mr. Amir Syarifuddin membentuk suatu kekuatan baru yang bersendi pada pemikiran intelektualistis sebagai alumni dari PNI Gaya Baru dan Partindo, disamping itu pasangan Tan Malaka dan Jenderal Sudirman mempunyai urat dan akar langsung di kalangan pemuda - pemuda radikal dan anggota pasukan PETA Ibid., hlm Adam Malik, op,cit., hlm. 90.
5 26 Masa kabinet pertama ditandai dengan orang - orang yang menduduki kabinet sebagai kolaborator Jepang menjadi senjata Belanda dalam melakukan provokasi, dengan harapan Sekutu menilai pemerintah Republik Indonesia adalah buatan Jepang. Munculnya isu ini memberikan peluang Sutan Syahrir untuk melakukan kampanye bahwa perubahan dalam pemerintahan dianggap perlu guna memperkokoh kedudukan Republik Indonesia di dunia internasional, maka muncullah Sutan Syahrir dengan predikat bukan kolaborator Jepang ke panggung politik sebagai pimpinan eksekutif ditemani Mr. Amir Syarifuddin. Kampanye Sutan Syahrir untuk merombak pimpinan pemerintahan dan menghapus kolaborator Jepang menyinggung posisi Jenderal Sudirman sebagai pimpinan PETA. Maka Jenderal Sudirman mendekati Tan Malaka sebagai kekuatan penentang Sutan Syahrir. Semenjak tahun 1946 pimpinan tertinggi pemerintahan dipegang oleh pasangan Sutan Syahrir dengan Mr. Amir Syarifuddin dan pasangan Ir. Sukarno dengan Drs. Mohammad Hatta yang mendukung politik diplomasi Sutan Syahrir. Sebaliknya politik diplomasi ini ditentang oleh kelompok Tan Malaka dengan Jenderal Sudirman yang condong kepada garis politik keras. Maka pada proses diplomasi pertama dengan Belanda mengenai Perjanjian Linggarjati pasangan Tan Malaka dan Jenderal Sudirman menjadi oposisi terhadap kebijakan Sutan Syahrir melalui Persatuan Perjuangan. Peristiwa 3 Juli 1946 menjadi bukti sikap elit politik terhadap kebijakan Pemerintah. Reaksi atas peristiwa 3 Juli 1946 pasangan Ir. Sukarno dengan
6 27 Drs. Mohammad Hatta berperan sebagai penengah, Jenderal Sudirman sendiri bersikap luwes, sedangkan kelompok Tan Malaka ditangkap. Salah satu corak sistem pemerintahan parlementer di Republik Indonesia yaitu menganut banyak partai, maka dalam menjalankan pemerintahan tidak ada partai yang dominan. Koalisi dari berbagai macam partai merupakan salah satu cara dalam memperkuat jalannya pemerintahan. Sedangkan partai yang tidak tergabung dalam koalisi membentuk oposisi. 11 Pertentangan tidak hanya muncul dalam setiap individu tetapi juga muncul dalam partai politik yang bergabung dalam kelompok tertentu. Setelah muncul Persatuan Perjuangan yang berimbas pada pergolakan Kabinet Syahrir II, maka harapan muncul dengan menyatukan berbagai kalangan partai politik dalam Kabinet Syahrir III. Campur tangan presiden dalam pembentukan komposisi kabinet masih besar, kekuatan nasionalis (Partai Sosialis dan Partai Nasional Indonesia), agama (Masyumi dan Partai Kristen) dan komunis dari Partai Komunis Indonesia. Komposisi partai dalam kabinet diharapkan dapat menghancurkan kekuatan Dr. H.J. van Mook melalui meja perundingan. Setelah melalui perundingan dengan Belanda dan Agresi Militer Belanda I memunculkan pertentangan dalam kehidupan kepartaian di Republik Indonesia. 12 Pertentangan ini memecah kekuatan menjadi dua kelompok yang saling beradu. Kedua kelompok itu ialah partai - partai pendukung pemerintah 11 Mr. Achmad Sanusi, op.cit., hlm Adam Malik, op.cit., hlm
7 28 mengenai hasil Perjanjian Linggarjati. Kelompok yang mendukung Pemerintah dikenal dengan sebutan Sayap Kiri yang berasal dari Partai Sosialis, Pesindo, Partai Buruh, dan Partai Komunis Indonesia. Kelompok yang menentang Pemerintah dikenal dengan sebutan Benteng Republik yang berasal dari PNI, Masyumi, dan Partai Rakyat. Pertentangan kedua kelompok ini nampak jelas pada rapat pleno KNIP di Malang yang berlangsung antara tanggal 25 Februari sampai 5 Maret Dalam rapat pleno terjadi perdebatan antara Sayap Kiri yang mendukung Dekrit Presiden dan Benteng Republik yang menentangnya. Dekrit Presiden ini bertujuan supaya KNIP meratifikasi 13 Perjanjian Linggajati. Dalam keadaan macet ini muncul Wakil Presiden Mohammad Hatta yang mengancam akan mundurnya Dwitunggal dari jabatan apabila Dekrit Presiden mengenai jumlah anggota KNIP sampai ditolak dalam sidang. 14 B. Mohammad Hatta Terpilih sebagai Perdana Menteri Setelah panjang lebar menguraikan berbagai peristiwa sebagai penguat pernyataan Herbert Feith mengenai akibat jatuh bangunnya kabinet, maka pembahasan tertuju kepada Drs. Mohammad Hatta sebagai orang yang terpilih 13 Hak ratifikasi diserahkan kepada Presiden untuk melakukan perjanjian dengan negara lain, menyatakan perang dan lainnya. Setelah keluar Maklumat Wakil Presiden Nomor X tertanggal 16 Oktober 1945 KNIP di berikan kekuasaan legislatif dan mempunyai hak ratifikasi juga. Sehingga dalam menyatakan perang, membuat perdamain dan perjanjian dengan negara lain Presiden harus meminta persetujuan KNIP. Mr. Assaat, Hukum Tata Negara Republik Indonesia dalam Masa Peralihan, Yogyakarta: Badan Penerbit Nasional, 1947, hlm Adam Malik, op.cit., hlm. 177.
8 29 untuk memimpin kabinet. Ramalan mengenai terpilihnya Drs. Mohammad Hatta sebagai pengganti Mr. Amir Syarifuddin sudah tercium jauh hari sebelum Kabinet Amir Syarifuddin jatuh. Terpilihnya Drs. Mohammad Hatta sebagai perdana menteri terkait dengan kondisi kabinet sebelumnya sesuai dengan pendapat Herbert Feith, ditambah dengan besarnya pencitraan pemimpin Republik Indonesia kala itu dimana terjadi ketergantungan tokoh politik kepada Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta. Pada tanggal 24 Januari 1948 Kabinet Amir Syarifuddin menyerahkan jabatannya sebagai perdana menteri kepada presiden. Malam itu juga presiden menunjuk Drs. Mohammad Hatta sebagai formatur kabinet. 15 Tanggal 6 Februari 1948 Drs. Mohammad Hatta bertemu Ir. Soekarno, pembicaraan kedua tokoh ini terutama pada krisis kabinet. Menurut Ir. Sukarno banyak pemimpin - pemimpin partai yang mendekati dia, seperti Dr. Sukiman W., Mangunsarkoro dan Dr. J. Leimena, mereka menyarankan Wakil Presiden Mohammad Hatta merangkap sebagai perdana menteri. 16 Ketika Drs. Mohammad Hatta baru pulang dari Sumatra, datanglah Sutan Syahrir, Dr. J. Leimena dan beberapa tokoh lainnya untuk menjelaskan kondisi yang terjadi dan mereka berpendapat hanya Drs. Mohammad Hatta yang dapat menyelamatkan keadaan. Selanjutnya mereka menanyakan kesediaan Drs. Mohammad Hatta untuk menjadi calon perdana Januari Kabinet Amir Bubar, Moh. Hatta Formateur, Kedaulatan Rakyat, Mohammad Hatta, Memoir, Jakarta: Tintamas, 1979, hlm. 523.
9 30 menteri, dan tawaran ini diterima Drs. Mohammad Hatta dengan syarat bahwa PNI dan Masyumi mendukungnya. 17 Kedudukan Dwitunggal tidak hanya merupakan simbol negara dilihat dari dasar konstitusionalnya tetapi juga sebagai pemimpin - pemimpin besar yang merupakan pusat dari kepercayaan rakyat. 18 Kelebihan tersebut terbukti pada rapat pleno KNIP di Malang, dengan campur tangan Dwitunggal sikap tidak percaya partai oposisi terhadap Pemerintah dapat dihilangkan mengingat kondisi yang sangat krisis. Dimasa pemerintahan Republik Indonesia telah dicoba mengubah sistem pemerintahan presidensil menjadi sistem pemerintahan parlementer yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada BPKNIP. Presiden dan wakil presiden dilindungi oleh kabinet yang bertanggungjawab politik, yang setiap waktu dapat diganti kalau perlu. Tetapi dalam praktek ternyata berbeda, bahwa bukan kabinet yang melindungi presiden dan wakil presiden, dan memagari mereka dengan tanggungjawabnya, melainkan sebaliknya. Dimana - mana presiden dan wakil presiden harus bertindak untuk mempergunakan kewibawaannya untuk melindungi posisi kabinet dari kecaman dan serangan rakyat yang tidak puas. Sampai wakil presiden dalam Sidang KNIP terpaksa 17 Soe Hok Gie, op.cit., hlm Mr. Achmad Sanusi, op.cit., hlm. 70.
10 31 bersuara untuk mempertahankan politik pemerintah yang digugat dan dikecam sehebat - hebatnya oleh berbagai golongan didalamnya. 19 Tidak ada jalan lain bagi Presiden Sukarno pada waktu itu untuk mengatasi pertentangan partai politik, kecuali menunjuk Wakil Presiden Mohammad Hatta membentuk kabinet yang baru dengan sistem presidensil, yang bebas dari ikatan partai. 20 Mengingat kekuatan Dwitunggal di dalam rakyat yang besar dapat memungkinkan meyelesaikan kekacauan yang terjadi. Tindakan ini untuk mengisi kekosongan secepatnya pasca mundurnya Mr. Amir Syarifuddin. Maka tanggal 29 Januari 1948, Presiden Soekarno mengangkat Drs. Mohammad Hatta menjadi perdana menteri melalui Maklumat Presiden Nomor 3 Tahun Secara pribadi Drs. Mohammad Hatta dikenal sebagai seorang yang jujur, antikorupsi, memegang teguh prinsip, tegas, terampil berorganisasi, memiliki intelektualitas tak tertandingkan, dan pemegang paham sosialisme yang setia. Sifat yang khas dari Drs. Mohammad Hatta adalah sanggup menjadi seorang rasional tanpa harus kebarat - baratan. Tokoh yang taat beragama ini kerap dikisahkan menjauhi dansa dan berbagai warna - warni pergaulan barat. Drs. Mohammad Hatta yang berorientasi kerakyatan mengambil teladan dari barat dalam urusan disiplin dan berorganisasi Mohammad Hatta, Beberapa Pokok Pikiran, Jakarta: UI-Press, 1992, hlm Mr. Achmad Sanusi, op.cit., hlm Salman Alfarisi, Mohammad Hatta: Biografi Singkat ( ), Yogyakarta: Garasi, 2009, hlm
11 32 C. Pembentukan Kabinet Hatta I Pembentukan suatu kabinet presidensil yang bersifat nasional dan mencakup semua partai, tampaknya merupakan satu - satunya jalan yang cepat untuk menciptakan pimpinan kuat yang dibutuhkan. Drs. Mohammad Hatta berusaha membentuk suatu pemerintahan nasional yang mengikutsertakan semua partai besar. 22 Corak kabinet presidensil yang didalamnya terdapat dualisme fungsi Drs. Mohammad Hatta sebagai perdana menteri dan wakil presiden secara teori bentuk pertanggungjawaban menteri langsung kepada presiden. Tetapi dikarenakan presiden tidak mempunyai alat dalam mengawasi kinerja menterinya maka presiden tidak dapat meminta pertanggungjawaban dengan memuaskan. Melihat hubungan presiden dengan KNIP maka bentuk pertanggungjawaban menteri dilakukan dengan cara presiden mempersilahkan menteri memberikan keterangan dan pembelaannya kepada KNIP. Pertanggungjawaban menteri adalah pertanggungjawaban presiden juga. 23 Drs. Mohammad Hatta dalam posisinya sebagai wakil presiden bertanggungjawab kepada presiden dan posisinya sebagai perdana menteri bertanggungjawab kepada KNIP. Dalam praktek Kabinet Hatta I tidak mutlak menganut sistem pemerintahan presidensil maupun parlementer tetapi merupakan kabinet kawin silang diantara keduanya George McTurnan Kahin, loc.cit. 23 Mr. Assaat, op.cit., hlm Lambert Giebels, Soekarno Biografi , Jakarta: Grasindo, 2001, hlm. 452.
12 33 Susunan Kabinet Hatta I yang terbentuk pada tanggal 29 Januari 1948 sebagai berikut: 25 Kementrian Nama Partai 1. Perdana Menteri 2. Menteri Luar Negeri 3. Menteri Dalam Negeri 4. Menteri Pertahanan 5. Menteri Kehakiman 6. Menteri Penerangan 7. Menteri Keuangan : Drs. Mohammad Hatta : Haji Agus Salim : Dr. Sukiman W. : Drs. Mohammad Hatta : Mr. Susanto Tirtoprodjo : Mohamad Natsir : Mr. A.A. Maramis Non Partai Non Partai Masyumi Non Partai PNI Masyumi PNI 8. Menteri Persediaan Makanan Rakyat : I.J. Kasimo PKRI 9. Menteri Kemakmuran 10. Menteri Perhubungan 11. Menteri Pekerjaan Umum 12. Menteri Perburuhan dan Sosial 13. Menteri Pembangunan dan Pemuda : Sjafruddin Prawiranegara : Ir. Djuanda : Ir. Djuanda 26 : Kusnan : Supeno 27 Masyumi Non Partai Non Partai Non Partai 28 PSI 25 Departemen Penerangan, Susunan dan Program Kabinet Republik Indonesia Selama 25 Tahun , Jakarta: Pradnja Paramita, 1970, hlm Pada tanggal 13 April 1948 Ir. Djuanda diberhentikan sebagai Menteri Pek. Umum dan Ir. Laoh dari PNI diangkat sebagai Menteri Pekerjaan Umum (Keputusan Presiden Tanggal 13 April 1948 No. 40-A C-1948). Ibid. 27 Meninggal pada tanggal 24 Februari Berhubungan dengan meninggalnya Supeno dan karena jabatan itu tidak diisi, maka jumlah jabatan kurang satu. Ibid. 28 Berbeda dengan yang tercantum dalam susunan kementrian dalam Departemen Penerangan bahwa Kusnan dari Persatuan Guru Republik Indonesia
13 Menteri P. P. & K. 15. Menteri Agama 16. Menteri Kesehatan 17. Menteri Negara : Mr Ali Sastroamidjojo : K.H Masjkur : Dr. J. Leimena : Sultan HB ke IX PNI Masyumi Parkindo Non Partai Perdana Menteri Mohammad Hatta dalam pidatonya yang pertama dengan Badan Pekerja KNIP pada tanggal 16 Februari 1948 memberikan keterangan menganai sifat kabinet yang dipimpinnya sebagai berikut: Kabinet ini, seperti dikatahui adalah Kabinet Presiden, dan dimagsud untuk sementara waktu saja. Apabila telah ada kemungkinan untuk membentuk suatu Kabinet Parlementer, maka kami bersedia mengundurkan diri dan memberi jalan akan timbulnya Kabinet Parlemeter itu. 29 Keterangan Perdana Menteri Mohammad Hatta dengan pertimbangan bahwa tidak ada partai yang mengakibatkan Kabinet Amir II jatuh menjadi formatur, sehingga apabila tidak secepatnya dibentuk kabinet baru akan menimbulkan krisis yang berkepanjangan. Apabila Masyumi dan PNI menjadi formatur yang jelas - jelas menentang Persetujuan Renville pasti akan menimbulkan anggapan negatif dari dunia internasional. Maka dari itu anggota - anggota yang menempati kementrian terdiri dari orang - orang yang ahli dan (PGRI). Penulis cantumkan Kusnan sebagai non partai hal ini didasarkan bahwa PGRI bukan merupakan partai, diperkuat dengan uraian Kusnan sendiri dan Kusnan bukan sebagai wakil SOBSI tetapi sebagai perorangan. Rh. Koesnan, Membantu Perdana Menteri Bung Hatta, Dalam Hatta (Ed), Bung Hatta: Mengabdi Pada Tjita tjita Perdjoangan Bangsa, Jakarta: Panitia Peringatan Ulang Tahun Bung Hatta ke 70, 1972, hlm Dan Menteri Kusnan Bukan Wakil SOBSI, Kedaulatan Rakyat, 3 Februari Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato Dari Tahun 1942 sampai dengan 1949, Jakarta: Yayasan Idayu, 1981, hlm 151.
14 35 terampil, bukan sekedar merupakan perimbangan partai - partai politik yang ada. 30 Penempatan Kusnan sebagai menteri perburuhan dan sosial dapat dijadikan bukti bahwa Drs. Mohammad Hatta menunjuk orang yang ahli dan terampil, dengan dasar keberanian Kusnan mengkeritik dengan pedas, tatapi jujur dan objektif terhadap kebijaksanaan pemerintah pada bidang pendidikan dan pengajaran. 31 Namun demikian, Drs. Mohammad Hatta tidak mampu mendamaikan Sayap Kiri. Sayap Kiri mengubah dirinya menjadi kelompok Front Demokrasi Rakyat (FDR) menuntut minimum sembilan jabatan kabinet 32, yaitu Kementrian Pertahanan, Kementrian Perburuhan dan Sosial, Kementrian Kemakmuran, Kementrian Pembagian Makanan, Kementrian Penerangan, Kementrian Luar Negeri, Kementrian Perhubungan, Kementrian P.D.K., Kementrian Kehakiman dan Kementrian dalam Negeri. 33 Dalam menanggapi tuntutan FDR, Mohammad Hatta menyatakan bahwa: Dari sikap FDR itu aku merasa, bahwa mereka akan mengadakan sabotase. Pendapatku sudah bulat, aku akan menerima satu orang dari antara mereka dan yang seorang itu ialah Mr. Amir Syarifuddin sendiri, tetapi tidak untuk Menteri Pertahanan. Menteri Pertahanan akan kurangkap sendiri, sebab Sultan Hamengkubuwono mengatakan, bahwa ia tidak sanggup mengatasi T.N.I. 34 (Ed), loc.cit. 30 Ibid., hlm Rh. Koesnan, Membantu Perdana Menteri Bung Hatta, Dalam Hatta 32 Berbeda dalam bukunya George McTurnan Kahin, dimana Sayap Kiri menuntut empat jabatan kabinet. George McTurnan Kahin, op.cit., hlm Mohammad Hatta, Memoir, op.cit., hlm Ibid., hlm. 526.
15 36 Tuntutan Sayap Kiri dengan Mr. Amir Syarifuddin sebagai menteri pertahanan ditentang oleh Masyumi dikarenakan dengan pertimbangan kejadian - kejadian dahulu. Dalam kabinet ini Masyumi dan PNI adalah yang dominan, kabinet ini juga meliputi Partai Katolik dan Kristen, dan anggota - anggota dari Partai Sosialis Syahrir George McTurnan Kahin, loc.cit.
I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. begitu saja, terdapat suatu proses sebagai pemenuhan unsur - unsur pembentukan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teori terjadinya suatu negara mengatakan bahwa suatu negara tidak terjadi begitu saja, terdapat suatu proses sebagai pemenuhan unsur - unsur pembentukan negara.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku
Lebih terperinciBAB X RUNTUHNYA KABINET AMIR SYARIFUDDIN DAN MOH. HATTA
BAB X RUNTUHNYA KABINET AMIR SYARIFUDDIN DAN MOH. HATTA Bab ke 10 ini akan membahas mengenai runtuhnya Kabinet Amir Syarifuddin dan Moh. Hatta. Kabinet Amir Syarifuddin dan Kabinet Moh, Hatta merupakan
Lebih terperinciPROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI
www.bimbinganalumniui.com 1. Setelah kabinet Amir Syarifuddin jatuh, atas persetujuan presiden KNIP memilih Hatta sebagai Perdana Menteri. Jatuhnya Amir Syarifuddin membuat kelompok kiri kehilangan basis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI KABINET HATTA I DALAM MENJALANKAN PEMERINTAHAN UNTUK MENDAPATKAN PENGAKUAN INTERNASIONAL
BAB IV STRATEGI KABINET HATTA I DALAM MENJALANKAN PEMERINTAHAN UNTUK MENDAPATKAN PENGAKUAN INTERNASIONAL A. Hasil Program Kerja Kabinet Hatta I Masa kerja Kabinet Hatta I dimulai pada tanggal 29 Januari
Lebih terperinciB A B III KEADAAN AWAL MERDEKA
B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA A. Sidang PPKI 18 19 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 hanya menyatakan Indonesia sudah merdeka dalam artian tidak mengakui lagi bangsa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1 I. PENDAHULUAN A.Latar BelakangMasalah Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara yang baru merdeka
Lebih terperinciPERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN
PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya
Lebih terperinci1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun
1 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun 1900 yang diawali dengan munculnya sekelompok mahasiswa yang membentuk perkumpulan
Lebih terperinciMR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA ( ) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia
MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA (1911 1989) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia MAKALAH Disampaikan dalam Seminar Nasional Pengusulan Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Pahlawan
Lebih terperinciA. Pengertian Orde Lama
A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode
Lebih terperinciPERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )
PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 KELOMPOK 1 A ZIZATUL MAR ATI (14144600200) DEVIANA SETYANINGSIH ( 1 4144600212) NURUL FITRIA ( 1 4144600175) A JI SARASWANTO ( 14144600 ) Kembalinya Belanda
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh
Lebih terperinciDari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.
Nama kelompok : Achmad Rafli Achmad Tegar Alfian Pratama Lulu Fajar F Nurul Vita C Kelas : XII TP2 1. Perhatikan penyataan-pernyataan berikut. 1. Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang
BAB V KESIMPULAN Sutan Sjahrir dan Tan Malaka merupakan dua contoh tokoh nasional yang memberikan segenap tenaga dan pikirannya pada masa kemerdekaan. Kajian terhadap pemikiran dua tokoh tersebut, tidak
Lebih terperinciTUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )
TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) DOSEN PEMBIMBING : ARI WIBOWO,M.Pd Disusun Oleh : Rizma Alifatin (176) Kurnia Widyastanti (189) Riana Asti F (213) M. Nurul Saeful (201) Kelas : A5-14
Lebih terperinciBAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB)
BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) D alam Bab sebelumnya telah dibahas upaya Indonesia mempertahankan kemerdekaan dan penyelesaikan permasalahan dengan Belanda melalui perjanjian-perjanjian yang disepakati
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 BAB II ISI... 4 2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan... 2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia 1945 s.d.1949...
Lebih terperinciMATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 5 OLEH: TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA 9 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Kemudian dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi Iinkai)
Lebih terperinciBAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA
23 BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA A. Masa Tahun 1945-1949 Masa Tahun 1945-1949 sebagai masa berlakunya UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 menghendaki sistem pemerintahan
Lebih terperinciBAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA
BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Pembentukan BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai) Pembentukan PPKI (Dokuritsu Junbi Inkai) Peristiwa Rengasdengklok Perumusan Teks
Lebih terperinciMateri Sejarah Kelas XII IPS
2. Perjanjian Roem Royen Perjanjian Roem-Royen merupakan perundingan yang membuka jalan ke arah terlaksananya.konferensi Meja Bundar yang menjadi cikal bakal terwujudnya Negara Kesatuan Repulik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan
Lebih terperinciPASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN ( ) Insan Fahmi Siregar. Abstract PENDAHULUAN
PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN (1945-1960) Insan Fahmi Siregar Abstract liberal democracy era, Masyumi members had seats in parliament and the party supplied prime ministers Key
Lebih terperinciTinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma
10 II. Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Peranan Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
Lebih terperinciSistem Pemerintahan Negara Indonesia semenjak 1945
Sistem Pemerintahan Negara Indonesia semenjak 1945 Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Konsepsi Presiden Soekarno Secara etimologis, konsepsi berasal dari perkataan konsep, sedangkan konsep diartikan sebagai rancangan atau buram surat,
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : XII/1 Standar : 1. Menganalisis Perjuangan sejak Proklamasi hingga Lahirnya 1.1. Menganalisis
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan suatu gerakan rakyat, yang bersendikan demokrasi terpimpin,
Lebih terperinciSejarah Berdirinya Masyumi
Sejarah Berdirinya Masyumi Sejarah Berdirinya Masyumi Latar Belakang Berdirinya Partai Masyumi Tanggal 21 september 1937 atas kesadaran pemimpinpemimpin Organisasi Islam, mereka menyatukan diri dalam suatu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959) sangat menarik untuk dikaji. Militer adalah organ yang penting yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa di dunia memiliki hak yaitu mendapatkan kemerdekaan, seperti didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan
Lebih terperinciSOAL UH PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA A
SOAL UH PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA A 1. Latar belakang Jepang memberi janji kepada bangsa Indonesia di kelak kemudian hari adalah a. ingin membentuk Asia Timur Raya b. untuk mendewasakan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan diikuti keadaan politik yang semakin rawan dengan munculnya rasa tidak puas dari daerah terhadap
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )
REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) Disusun Oleh : Rizma Alifatin (14144600176) Kurnia Widyastanti (14144600189) Riana Asti F (14144600213) M. Nurul Saeful (14144600201) Sejarah Singkat RIS Pada tanggal
Lebih terperinciPANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik
Lebih terperincisherila putri melinda
sherila putri melinda Beranda Profil Rabu, 13 Maret 2013 DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA Demokrasi berasal dari kata DEMOS yang artinya RAKYAT dan
Lebih terperinciSEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA
SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA Nama : Chikita Putri M. Kelas : 8A Panitia Sembilan Panitia Sembilan dibentuk pada 1 Juni 1945. Panitia Sembilan ini adalah panitia yang beranggotakan
Lebih terperinciSILABUS. Lampiran 2 : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : SEJARAH INDONESIA MODERN. : Desvian Bandarsyah, M.Pd
Lampiran 2 SILABUS Tgl Efektif : No. Dokumen :FM-AKM-03-002 No.Revisi : 00 FAKULTAS PROGRAM STUDI MATA KULIAH KELAS/SKS WAKTU DOSEN : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : PENDIDIKAN SEJARAH : SEJARAH
Lebih terperinciLATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959
LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 A. Latar Belakang 1. Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Indonesia dalam Dewan Keamanan PBB. Agresi Militer Belanda II. mengadakan diplomasi lewat jalan perundingan. Cara diplomasi ini
BAB V KESIMPULAN Periode 1946-1949 merupakan periode perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya dari kekuasaan penjajah Belanda. Pelanggaran demi pelanggaran yang dilakukan oleh Belanda
Lebih terperinciKelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia
Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Sistem pemerintahan negara Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Semuanya itu tidak terlepas dari sifat dan watak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dikemukakan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian
Lebih terperinciLATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )
LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) 1. Lembaga tinggi negara yang terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD adalah a. DPR c. DPD e. MK f. MA 2. Yang bukan Tugas MPR adalah a. Melantik Presiden
Lebih terperinciBAB XIV PENGAKUAN KEDAULATAN INDONESIA OLEH BELANDA
BAB XIV PENGAKUAN KEDAULATAN INDONESIA OLEH BELANDA Pada Bab terakhir ini akan dibahas mengenai pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda yang merupakan hasil Konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan
Lebih terperinciBAB II SEBAB-SEBAB DIGUNAKANNYA DIPLOMASI DALAM MEMPERTAHAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA ( ) A. Konflik Terjadi Berkelanjutan
BAB II SEBAB-SEBAB DIGUNAKANNYA DIPLOMASI DALAM MEMPERTAHAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (1946 1949) A. Konflik Terjadi Berkelanjutan Lahirnya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan buah
Lebih terperinciPresiden Seumur Hidup
Presiden Seumur Hidup Wawancara Suhardiman : "Tidak Ada Rekayasa dari Bung Karno Agar Diangkat Menjadi Presiden Seumur Hidup" http://tempo.co.id/ang/min/02/18/nas1.htm Bung Karno, nama yang menimbulkan
Lebih terperinciRangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR
Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VI / I Alokasi Waktu : 6 x 35 Menit Standar Kompetensi 1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses
Lebih terperinciSEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM KTSP 2006 & K-13
Kurikulum 2006/2013 Kelas XII Sejarah PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI BERBAGAI DAERAH II SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM KTSP 2006 & K-13 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menganalisis
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu ditetapkan Peraturan Tata-tertib Dewan Perwakilan Rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang
Lebih terperinciPERANAN SUTAN SJAHRIR DALAM PEMERINTAHAN INDONESIA ( )
PERANAN SUTAN SJAHRIR DALAM PEMERINTAHAN INDONESIA (1945-1947) Bernarda Prihartanti Abstract This research aims to describe and analyze the background of Sutan Sjahrir s life, his participation in 1945-1947,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti yang kita ketahui dua figur tersebut pernah menjadi presiden Republik Indonesia.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi
1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi Islam merupakan sebuah ideologi yang melahirkan aturan-aturan yang mengatur kehidupan manusia
Lebih terperinciSEJARAH LAHIRNYA PANCASILA
SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA Pancasila dalam Konteks Sejarah Bangsa Zaman Kuno Sejak adanya kerajaan-kerajaan di nusantara dan masuknya agama Hindu, Budha, dan Islam unsur-unsur Pancasila sudah ada di masyarakat,
Lebih terperinciMasa Pemerintahan Orde Lama. Masa Pemerintahan Orde Baru
Masa Pemerintahan Orde Lama Masa Pemerintahan Orde Baru A. Orde Lama Orde lama adalah sebutan bagi orde pemerintahan sebelum orde baru yang dianggap tidak melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi adalah pergolakan politik, sosial ekonomi dan kebudayaan yang membawa perubahan terhadap keadaan sebelum terjadinya Revolusi. Tujuan sebuah revolusi
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA
TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA Nama : Dini Fathnin Suroyo NIM :11.02.8137 Kelompok A Dosen : Drs. Khalis Purwanto,MM DIII MANAJEMEN INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PANCASILA
Lebih terperinciKEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa
Lebih terperinciSEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA Tatap muka ke -3 suranto@uny.ac.id 1 Asalmula Pancasila Pancasila sebagai dasar negara RI digali dari nilai-nilai agama dan budaya bangsa Indonesia Sebelum Pancasila disahkan
Lebih terperinciSOAL CPNS SEJARAH.
SOAL CPNS SEJARAH Petunjuk! Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Salah satu akibat yang dapat dirasakan oleh seluruh bangsa Indonesia sebagai akibat penyebaran agama Islam, yaitu a. Pelestarian kesenian
Lebih terperinciAKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA
AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA PASCA KEMERDEKAAN Tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang untuk pertama kalinya dengan keputusan: Mengesahkan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA Nama : Ika Nur Lathifah NIM : 11.11.5445 Kelompok Jurusan Dosen : E : S1-TI : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jalan Ring Road Utara Condong Catur,
Lebih terperinciBAB IV KIPRAH POLITIK AMIR SYARIFFUDIN PADA PEMERINTAHAN SUTAN SJAHRIR DAN PADA MASA MENJABAT PERDANA MENTERI
BAB IV KIPRAH POLITIK AMIR SYARIFFUDIN PADA PEMERINTAHAN SUTAN SJAHRIR DAN PADA MASA MENJABAT PERDANA MENTERI A. Amir Syariffudin ketika menjabat Menteri Penerangan Dan Menteri Keamanan Rakyat Pada Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)
BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
Lebih terperinciTugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA
Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Nama : Muhammad Anis NIM : 11.11.5300 Kelompok : E Jurusan S1 TI Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. ABSTRAKSI Artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang
168 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat
Lebih terperinciKomunisme dan Pan-Islamisme
Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah sekian lama berada dalam belenggu penjajahan, tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Proklamasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan
Lebih terperinciMODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA
MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Sejarah lahirnya Pancasila Tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk
Lebih terperinciPENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri
PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri LIMA ALIRAN PEMIKIRAN POLITIK DI INDONESIA Terdapat lima aliran pemikiran politik di Indonesia,
Lebih terperinciSEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia
68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara
Lebih terperinciPresiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Herlambang P. Wiratraman 2017
Presiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia Herlambang P. Wiratraman 2017 Pokok Bahasan Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Wewenang Presiden dan Wakil Presiden Kedudukan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis
BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi
Lebih terperinciTentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKRETARIAT DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG-ROYONG. SEKRETARIAT DAERAH.
Bentuk: Oleh: PENETAPAN PRESIDEN (PENPRES) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 5 TAHUN 1960 (5/1960) Tanggal: 23 SEPTEMBER 1960 (JAKARTA) Sumber: LN 1960/103; TLN NO. 2042 Tentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis
Lebih terperinciSosialisme Indonesia
Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai
Lebih terperinciNasionalisme Sukarno dan Nasionalisme Hatta. ( Suatu Studi Perbandingan Mengenai Konsep Nasionalisme menurut Sukarno dan Hatta )
Nasionalisme Sukarno dan Nasionalisme Hatta ( Suatu Studi Perbandingan Mengenai Konsep Nasionalisme menurut Sukarno dan Hatta ) A. Latar Belakang 1. Identifikasi Permasalahan Sukarno dan Hatta adalah dua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciINDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL ( )
INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL (1949 1959) a. Dalam bidang politik b. Dalam bidang ekonomi c. Dalam bidang sosial budaya 1 a. Dalam bidang Politik Athif Ke-Ren Sistem Pemerintahan Parlementer Menteri
Lebih terperinciSEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SUMBER PENELITIAN SEJARAH DOKUMEN / ARSIP BENDA / PRASASTI PELAKU SEJARAH SISTEM PRA KEMERDEKAAN PENJAJAHAN
Lebih terperinciMODUL KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA MATERI : KEHIDUPAN POLITIK MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA
MODUL KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA MATERI : KEHIDUPAN POLITIK MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd. PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasakom merupakan hasil buah pikiran Presiden Soekarno yang dijadikannya sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita yang belum
Lebih terperinciPENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1959 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PENETAPAN PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 1959 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN, Menimbang : 1. bahwa sebagai lanjutan dari Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang tertanggal 5 Juli 1959 tentang kembali
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciKetika Bung Karno Didemo Tentara
Ketika Bung Karno Didemo Tentara http://www.berdikarionline.com/bung-karno-dan-peristiwa-17-oktober-1952/ Apa yang terjadi pada 17 oktober 1952? Pagi-pagi sekali, 17 oktober 1952, 5000-an orang muncul
Lebih terperinciPemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI
Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer *PRRI/Permesta Pemberontakan Ideologi PKI tahun 1948 PKI tahun 1965 Pemberontakan PRRI/Permesta Tokoh yang
Lebih terperinciSEJARAH PERKEMBANGAN UUD
SEJARAH PERKEMBANGAN UUD [18 Agustus 1945 dan Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959] Dr. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2017 Pokok Bahasan
Lebih terperinci