BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini dipaparkan mengenai konsep, landasan teori dan beberapa penelitian peneliti sebelumnya. Selanjutnya pada konsep dijelaskan pengertian dari istilah-istilah yang terdapat pada penelitian ini. 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui keaslian karya ilmiah. Oleh karena itu dipaparkan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini Penelitian Peneliti Terdahulu Penelitian yang menyangkut psikologi sastra sudah banyak dilakukan, salah satunya seperti: Lissa Ernawati (2009), dengan penelitiannya Novel Rojak Karya Fira Basuki: Analisis Psikologi Sastra yang memaparkan keadaan psikologis tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Rojak dan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel tersebut. Dalam novel Rojak tergambar keadaan psikologi tokohtokohnya, ditinjau dari segi kesepian, frustasi, dan kepribadian. Lalu di bawah ini beberapa penelitian sebelumnya di Cina yang menjadikan tokoh Liu Bei dan Cao Cao pada roman klasik Kisah Tiga Negara sebagai objek kajiannya dengan menggunakan pendekatan intrinsik. Li Guo Ping (1999): pada jurnal China Academic Electronic Journal Publishing House dengan judul Lun Liu Bei de Ben Bhi Ji Qi de Shi yang

2 menggambarkan tentang nilai-nilai kebajikan yang dilakukan Liu Bei untuk masyarakat Cina pada saat itu juga tentang sumpah persaudaraan antara Liu Bei dengan kedua suadara angkatnya Guan Yu dan Zhang Fei yang dijunjung tinggi oleh Liu Bei memiliki dampak yang mendalam bagi masyarakat Cina pada masa sekarang. Wang Li (2000): yang dipublikasikan oleh China Academic Journal Electronic Publishing House yang berjudul San Guo Yan Yi Zhong Cao Cao Xing Xiang de Zai Tan Tao mengungkapkan bahwa tokoh Cao Cao memiliki karakter yang kompleks, Cao Cao demi tujuannya menghalalkan segala cara termasuk membunuh rakyat yang tak bersalah.tapi Cao Cao juga seorang pahlawan karena tujuannya adalah untuk mempersatukan seluruh Cina dibawah kepemimpinannya. Yu Feng Chun (2001): dipublikasikan oleh Journal of ChangChun University pada penelitiannya yang berjudul Lun Liu Bei de Ren yu Lei yang menyebutkan bahwa Liu Bei dalam catatan sejarah sering kali menangis ketika menghadapi masalah. Lalu masih ada Zhang Zuo Yao (2004): pada jurnal China Academic Journal Electronic Publishing House yang berjudul San Guo Yan Yi, Shi Zen Me Yang Su Zao Liu Bei Xing Xiang de yang menggambarkan tentang sisi ke-heroan tokoh liu bei dan perjuangannya dalam melawan Cao Cao dan dalam penelitiannya dia juga sedikit membandingkan sifat kedua tokoh ini. Zhu Hong Bo (2007) : pada Journal of School of Chinese Languange and Culture Nanjing University yang berjudul Gong Shou Liu Fang yang mengungkapkan tentang devaluasi sikap Cao Cao yang sering disalah artikan menjadi buruk karena disisi lain Cao Cao adalah pahlawan ditengah keadaan negara yang kacau balau.

3 Hu Xian Kai (2008) : dalam jurnal Journal of Hu Bei University of Economic yang berjudul San Guo Yan Yi Cao Cao Xingxiang Xin Kan menggambarkan bahwa Cao Cao memiliki kepribadian yang pintar, memiliki akal yang banyak, memiliki strategi yang kuat dan seorang dengan karakter yang kompleks. Zhang Xiao Dong (2010) : 125 pada China Academic Journal Electronic Publinshing House dengan penelitiannya San Guo Yan Yi, Cao Cao Renwu Xingxiang Qiangxi yang memaparkan kepribadian tokoh Cao Cao yang sebagian besar memiliki sifat buruk karena ambisinya untuk menguasai Cina. Wang Tong Zhou (2010) : pada Journal of South-Central University for Nationalities (Humanities and Social Sciences) yang dalam penelitiannya berjudul San Guo Yan Yi de Wenti Xing Zhi yu Liu Bei Xingxiang Su Zao yang mendeskripsikan lebih dalam tentang sifat-sifat Liu Bei. Hubungan jalan cerita dan penggambaran kisah sejarah yang terdapat dalam Roman Kisah Tiga Negara. Beberapa penelitian sebelumnya yang menganalisis tokoh utama Liu Bei dan Cao Cao di atas semuanya menggunakan pendekatan intrinsik yang mana hanya memaparkan karakter kedua tokoh tersebut, sedangkan perbedaannya pada penelitian ini penulis akan menganalisis kedua tokoh utama tersebut dengan menerapkan pendekatan intrinsik yaitu: penokohan dan ekstrinsik yaitu: psikologi sastra secara bersamaan. 2.2 Konsep Dalam konsep akan dipaparkan variabel-variabel yang terdapat dalam judul skripsi ini. Pertama-tama penulis akan memaparkan tentang roman, tokoh, dan kepribadian:

4 a. Roman b. Tokoh c. Kepribadian Roman Roman adalah satu jenis karya sastra yang merupakan satu bagian dari epik panjang dan dalam perkembangannya roman menjadi satu jenis karya sastra yang sangat digemari. Menurut Ruttkowski dan Reichman (1974:37) sebagai karya sastra epik panjang, roman berisi paparan cerita panjang yang terdiri dari beberapa bab dimana antara bab satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Biasanya roman bercerita tentang satu tokoh dari hidup sampai mati.kata Roman berasal dari bahasa Prancis romanz yang ditujukan pada semua hasil karya sastra dari golongan rakyat jelata.roman merupakan karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing (Kamus Besar Bahasa Indonesia, ). Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa roman adalah suatu karya sastra dengan epik panjang yang menceritakan keseluruhan hidup suatu tokoh bersamaan dengan permasalahan yang dihadapi terutama masalah yang menyangkut hubungan sosialnya. Agar dapat memahami sebuah roman kita harus dapat membedakannya dari romanroman jenis lain.roman diklasifikasikan ke dalam kelompok berdasarkan pengutamaannya.ruttkowski dan Reichman (1974:23) mengatakan bahwa dalam sebuah roman lebih diutamakan penggambaran sebuah atau beberapa tokoh,maka roman itu disebut Figurenroman, roman penggambaran tentang sebuah dunia disebut Raumroman,

5 roman yang mengkisahkan pembentukan suatu tindakan menarik atau tingkah laku disebut Handslungroman. Dari paparan tersebut bisa disimpulkan bahwa roman klasik Kisah Tiga Kerajaan juga dapat digolongkan ke dalam jenis roman yang menggambarkan beberapa tokoh pada ceritanya atau yang disebut Figurenroman Tokoh Tokoh dalam karya sastra adalah sosok yang mengambil peran penting dalam suatu karya sastra dan dalam satu cerita tokoh merupakan sosok yang bertugas menjalankan alur cerita. Tokoh tidak kalah menarik dalam studi psikologi sastra karena tokoh merupakan objek yang mencerminkan sisi kejiwaan dari suatu karakter. Tokoh-tokoh yang muncul dimaksudkan untuk melakukan suatu objek dalam suatu cerita. Tokoh cerita menurut Abraham(dalam Nurgiyantoro 2000:165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang diekpresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbedabeda.seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut tokoh inti(tokoh utama). Sedangkan tokoh yang peranannya tidak penting karena kemunculannya hanya melengkapi, melayani dan mendukung tokoh utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Dalam melakukan analisis yang menjadi tumpuan adalah tokoh utama karena sering kali cerita berfokus pada tokoh utama sedangkan tokoh kedua, tokoh ketiga, dan seterusnya kurang mendapat perhatian karena cerita tidak berpusat pada mereka.

6 Dalam satu karya sastra untuk menentukan tokoh mana yang merupakan tokoh utama, pembaca dapat menemukannya dengan jalan melihat intensitas kemunculan suatu tokoh dalam cerita tersebut. Selain itu dapat juga dengan melihat petunjuk yang diberikan oleh pengarang. Aminuddin dalam (Pradopo, 1995:80). Tokoh utama biasanya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarang, dan tokoh tambahan hanya dibicarakan ala kadarnya Menurut Aminuddin (Siswanto, 2008: 144) dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh. Dapat dibedakan atas tokoh protagonis, antagonis dan tokoh tritagonis. 1. Tokoh protagonis adalah tokoh yang wataknya disukai pembacanya. Biasanya, watak tokoh ini baik dan positif, contohnya dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik, pandai, mandiri, dan setia kawan. Dalam kehidupan nyata jarang ada orang yang memiliki sifat yang sempurna, karena setiap orang mempunyai sisi kelemahan masing-masing. Oleh sebab itu, ada juga watak protagonis juga menggambarkan dua sisi kepribadian yang berbeda. Contohnya orang yang berbohong jelas sekali merupakan satu kesalahan tetapi seorang tokoh dengan sadar melakukannya tetapi karena keadaan tertentu terpaksa melakukannya demi kebaikan. Contoh lainnya seorang yang dermawan memberikan sumbangan ke panti asuhan tanpa memberitahu namanya. Dermawan tersebut memperoleh uang sumbangannya berasal dari hasil mencuri. Dari sisi ini tokoh tergambar memiliki sifat yang sangat pahlawan atau hero bagi orang yang membutuhkan. 2. Tokoh Antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negatif, seperti pendendam, licik, pembohong, menghalalkan segala cara, sombong, iri, suka

7 pamer, dan ambisius. Meskipun demikian, ada juga tokoh-tokoh antagonis yang bercampur dengan sifat-sifat yang baik. Contohnya, tokoh yang selalu mencelakai orang lain demi mencapai tujuannya, dengan sengaja mengadu domba pihak satu dengan pihak lainnya agar terlihat baik di depan orang lain. 3. Tokoh tritagonis adalah tokoh yang tidak memiliki sifat keduanya, protagonis dan antagonis. Tokoh ini sering kali menjadi penengah diantara tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh ini disebut juga tokoh pendamai. Contonya, perselisiahan yang terjadi antara tokoh protagonis dan antagonis sering kali menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Dalam hal ini tokoh tritagonis menjadi pihak penengah diantara keduanya Kepribadian Kata kepribadian (personality) berasal dari bahasa Latin Pesona, mengacu pada topeng yang dipakai oleh aktor romawi dalam pertunjukan drama Yunani. Para aktor Romawi kuno memakai topeng(pesona) untuk memainkan perannya atau penampilan palsu. Defenisi ini, tentu saja, bukan defenisi yang bisa diterima. Ketika Psikolog menggunakan istilah ini kepribadian, mereka mengacu kepada sesuatu yang lebih dari peran yang dimainkan seseorang. Kepribadian adalah pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif permanent dan memberikan, baik konsistensi maupun individualisme pada prilaku seseorang. Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungannya dengan alam sekitarnya. Psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku (Miller,

8 1974: 4). Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan (Chaplin: 1972). Dapat disimpulkan dari beberapa kutipan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatunya tentang manusia dan sekelilingnya,dan juga pemikiran tentang manusia itu sendiri yang mempengaruhi tingkah laku manusia itu sendiri. Kemudian psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari pikiran (mind), namun dalam perkembangannya, kata pikiran (mind) berubah menjadi behaviour (tingkah laku), sehingga Psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia (Mussen dan Rosenzwig, 1975: 5). 2.3 Landasan Teori Teori adalah dasar bagi peneliti dalam melakukan tahap pengerjaan menganalisis objek penelitian karya ilmiah. Dalam analisis tokoh utama pada roman klasik Kisah Tiga Kerajaan teori struktural roman digunaka peneliti dalam menganalisis unsur intrinsik roman beserta menggunakan teori Sigmund Freud (id, ego, superego) dalam menganalisis unsru ekstrinsik roman: psikologi sastra Unsur intrinsik roman Di bawah ini dipaparkan unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada roman beserta pengertiannya masing-masing.

9 1. Tema Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan sebagai titik awal pengarang dalam memaparkan karya ciptaannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan roman oleh pengarangnya (Aminuddin, 1984: 98). Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya. Seorang pengarang akan memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melakukan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca dapat memahami tema ketika mereka bisa memahami unsur-unsur yang menjadi media yang memaparkan tema tersebut, menyimpulkan makna yang terkandung serta mampu manghubungkan dengan tujuan penciptaan pengarangnya (Aminuddin, 1984: 108). Dalam menentukan tema, pembaca dapat melihatnya tersamar dalam seluruh elemen karya sastra melalui dialog-dialog tokoh-tokohnya, jalan pikirannya, kejadiankejadiannya, setting cerita untuk mempertegas tema. Penulis yang besar dan sudah punya image pribadi dalam setiap karyanya selalu kembali pada persoalan besar yang sama untuk dijadikan tema. Penyair besar W.S. Rendra selalu mengangkat tema yang berhubungan dengan orang-orang yang menjadi terkutuk oleh masyarakat karena nasibnya yang buruk. 2. Plot atau alur Plot atau alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku (Abraham dalam Siswanto, 2008: 159). Plot atau alur memiliki pengertian yang berbeda dengan jalan cerita tetapi masih dalam konteks yang sama. Jalan cerita memuat kejadian yang tentunya

10 memiliki sebab dan akibat dan yang menggerakkan jalan cerita tersebut adalah plot, yaitu segi roana dari kejadian. Suatu kejadian baru bisa disebut cerita kalau didalamnya ada perkembangan kejadian. Intisari plot adalah konflik, tetapi suatu konflik tidak bisa secara tiba-tiba dipaparkan begitu saja, harus ada dasar yang menjadi landasan dari konflik tersebut. Aminuddin (dalam Siswanto, 2008: 159) membagi plot manjadi 5 unsur yaitu: 1. Eksposisi atau pengenalan 2. Komplikasi 3. Klimaks 4. Resolusi 5. Konklusi Eksposisi atau pengenalan adalah tahap peristiwa dalam suatu cerita, yang memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Yang dikenalkan dari tokoh ini, misalnya nama, asal, ciri fisik, dan sifatnya. Konflik adalah titik awal dari suatu konflik dalam suatu cerita. Masalah-masalah timbul dan terjadi karena adanya pertentangan antara satu tokoh, dua tokoh, antara tokoh dan masyarakat, antara tokoh dan alam serta antara tokoh dan Tuhan. Timbulnya konflik sering kali berhubungan erat dengan unsur watak atau tema, atau setting. Karena watak tokoh yang begitu rupa bisa menimbulkan permasalahan dengan orang lain atau lingkungan sekitarnya. Klimaks adalah bagian alur cerita yang menggambarkan puncak ketegangan, teutama dipandang dari segi emocional pembaca. Klimaks juga merupakan puncak dari segala masalah yang diikuti oleh crisis atau titik balik.

11 Resolusi adalah bagian struktur alur sesudah tercapai klimaks. Pada tahap ini peristiwa-peristiwa yang terjadi menunjukkan perkembangan cerita ke arah penyelesaian. Konklusi merupakan tahap akhir dari suatu plot cerita. Dalam tahap ini semua masalah teruraikan, kesalahpahaman dijelaskan, rahasia dibuka. Ada dua macam konklusi yaitu: tertutup dan terbuka. Konklusi tertutup adalah penyelesaian cerita yang diberikan oleh sastrawan. Konkulsi tertutup adalah bentuk penyelesaian cerita yang diserahkan lepada pembaca. 3. Setting Setting secara sederhana diartikan sebagai latar cerita. Menurut Aminuddin (dalam Siswanto, 2008: 149) setting memiliki batasan sebagai latar peristiwa, secara lengkap mengulas tentang suatu wilayah. Melalui setting suatu wilayah tertentu dapat dilihat bagaimana pembentukan watak seorang karakter, tema, dan karakter cerita. Jadi jelas bahwa pemilihan setting dapat membentuk tema dan plot. 4. Sudut pandang (point of view) Sudut pandang adalah tempat dimana sastrawan memandang ceritanya, bagaimana kisah tersebut diceritakan. Sudut pandang sangat mempengaruhi pembaca karena sudut pandang adalah cara pengarang berkomunikasi dengan pembaca sehingga pesan yang terkandung dapat tersampaikan dengan baik lepada pembaca. Ada empat macam sudut pandang yaitu: 1. Omniscient point of view (sudut pandang yang berkuasa). Disini pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya, pengarang juga berkuasa untuk menghapus

12 dan menciptakan tokohnya, mengatur jalan pikiran tokoh hingga mengkomentari kelakuan para pelaku. 2. Obejctive point of view, hampir sama dengan omniscient hanya saja pengarang tidak memberikan komentar apa pun mengenai kelakuan tokohnya. 3. Sudut pandang orang pertama, teknik ini ditandai dengan menggunakan kata aku dalam penceritaannya, persis seperti menceritakan pengalaman sendiri. 4. Sudut pandang peninjau. Dalam teknik ini pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Sudut pandang peninjau ini lebih dikenal dengan sudut pandang orang ketiga Psikologi Sastra Istilah psikologi sastra memiliki empat kemungkinan pengertian. Yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pribadi. Yang kedua adalah studi proses kreatif dimana mengkaji tentang proses-proses selama pembentukan satu karya sastra. Yang ketiga studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra dan yang keempat mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca). Yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah pengertian yang ketiga, studi tipe dan hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Pada penelitian ini teori kepribadian (Id, Ego, dan Superego) yang diusung oleh pakar psikologi Sigmnud Freud yang menjadi landasan teori penulis dalam menganalisis tokoh utama Liu Bei dan Cao Cao yang terdapat pada roman klasik Kisah Tiga Kerajaan.

13 1. Pengertian psikologi sastra Dalam mengkaji suatu prilaku berdasarkan tinjauan Psikologi sastra tentu berkaitan dengan kejiwaan yang tekandung dalam karya sastra itu sendiri karena pada dasarnya psikologi adalah kejiwaan yang kemudian dikaitkan dengan satu hasil karya sastra. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak lepas dari kejiwaan masing-masing, sehingga psikologi sastra mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan (Endraswara 2003:96). Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspekaspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika teks berupa drama maupun prosa. Sedangkan jika berupa puisi, tentu akan tampil melalui larik-larik dan pilihan kata yang khas. Hubungan antara psikologi dan sastra Psikologi sastra mengenal karya sastra sebagai pantulan jiwa. Pengarang akan menangkap gejala kejiwaan yang lalu diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri dan pengalaman hidup disekitar pengarang akan terproyeksi secara langsung ke dalam teks sastra. Karya sastra dan psikologi memang memiliki pertautan yang erat secara tak langsung dan fungsional(jatman,1985:165). Pertautan tak langsung, karena baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama yaitu kehidupan manusia. Psikologi dan sastra memiliki hubungan yang fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lai, bedanya dalam psikologi gejala tersebut lebih riil, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif. Tugas

14 Psikologi adalah menganalisis kesadaran kejiwaan manusia yang terdiri dari unsur-unsur structural yang sangat erat hubungannya dengan proses-proses panca indera. 2. Sistem Kepribadian menurut Sigmund Freud Dalam kajian psikologi sastra yang berusaha mengungkap aspek kepribadian yang meliputi 3 bagian yang lebih dikenal sebagai 3 sistem kepribadian yaitu, (id, ego, super ego). a. Id adalah inti dari kepribadian yang sepenuhnya tidak disadari yang berpegang pada asas kesenangan yang didorong oleh pencapaian kepuasan. Id adalah acuan penting untuk memahami mengapa seniman/sastrawan menjadi kreatif.(atmaja:1988:231). Id adalah aspek kepribadian yang gelap dalam alam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai dan agaknya berupa energi buta. Id adalah system kepribadian yanga da sejak lahir bahkan mungkin sebelum lahir,dan diturunkan secara genetik,langsung berkaitan dengan dorongn-dorongan biologis manusia dan merupakan sumber energi manusia,sehingga Freud mengatakan bahwa ini adalah jembatan antara segi biologis dan psikis manusia. Id bekerja berdasarkan prinsip-prinsip yang amat primitif sehingga bersifat KAOTIK (kacau tanpa aturan),tidak mengenal moral dan tidak memiliki rasa benar-salah. b. Ego atau saya, merupakan sisi eksekutif yang mengambil keputusan dari kepribadian. Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan yang menggantikan prinsip kesenangan Id. Dengan kata lain kesenangan bukan prioritas utama dalam prinsip kerja Ego atau dapat dikatakan juga Ego bertugas mengontrol dorongan Id karena

15 Ego selalu bersifat realistis. Freud mengatakan bahwa ego merupakan satu satunya jembatan seseorang berkomunikasi dengan dunia luar. c. Superego, dalam psikologi yang dikemukakan oleh freud superego mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip prinsip moralitas dan idealis yang berbeda dengan prinsip kesenangan dan prinsip realitas dari ego. Super ego berkembang dari ego.

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu karya yang terlahir dari perasaan dan imajinasi, perasaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu karya yang terlahir dari perasaan dan imajinasi, perasaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Sastra adalah suatu karya yang terlahir dari perasaan dan imajinasi, perasaan manusia sehingga menimbulkan kesan yang menarik. Sastra sering kali tercipta dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif dimana manusia beserta kehidupannya menjadi objeknya. Sebagai hasil seni kreatif sastra juga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yaitu tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Pertama-tama penulis memaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden Flower Berdasarkan Pendekatan Struktural. Film yang akan penulis analisis diadaptasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi, menyampaikan pendapat, mengapresiasikan pikiran sehingga tercipta pengertian antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Panuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam ilmu multimedia, animasi merupakan hasil dari kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa melalui sebuah aplikasi multimedia sehingga menghasilkan gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah usaha untuk merekam isi jiwa sastrawannya yang berupa ungkapan pribadi manusia yang terdiri dari dari pengalaman, pemikiran, perasaan, ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa yang dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan jiwa dalam penelitian ini berupa kecemasan neurosis tokoh.

Lebih terperinci

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu pengetahuan. Studi sastra memiliki metode-metode yang absah dan ilmiah, walau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, ide-ide, dan perasaan terkait segala permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, ide-ide, dan perasaan terkait segala permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sarana yang digunakan pengarang untuk mengungkapkan pikiran, ide-ide, dan perasaan terkait segala permasalahan kehidupan manusia melalui bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tetapi penelitian yang di fokuskan pada plot masih jarang dilakukan. Adapun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tetapi penelitian yang di fokuskan pada plot masih jarang dilakukan. Adapun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Yang Relevan Penulusuran pustaka yang telah dilakukan, diketahui bahwa penelitian tentang perbandingan dalam novel sudah ada, antara lain tokoh, latar dalam novel. Tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nurgiyantoro (2012:70) dalam penciptaan sebuah karya sastra, pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada hakekatnya pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tokoh dan penokohan merupakan dua unsur yang tidak dapat terpisahkan dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010) menyatakan bahwa tokoh

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kemampuan Kemampuan menyimak manusia sangat terbatas. Manusia yang sudah terlatih baik dan sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI Ma mur Saadie SASTRA GENRE SASTRA nonimajinatif - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan harian Puisi imajinatif Prosa Fiksi Drama GENRE SASTRA

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang bersifat imajinatif. Hal tersebut sependapat dengan Nurgiyantoro (2005:2) sebagai hasil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Plato,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil karya seseorang baik lisan maupun tulisan jika mengandung unsur estetik maka akan banyak disukai oleh semua kalangan. Di era globalisasi seperti saat ini, banyak

Lebih terperinci

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA TOKOH-TOKOH NOVEL BIOLA PASIR DARI MASA LALU KARYA D.K. SUMIRTA Ni Komang Dewi Anggraeni email: dewianggraeni081292@gmail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE DEVIL S WHISPER DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE DEVIL S WHISPER DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE DEVIL S WHISPER DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD 2.1 Definisi Novel Sebutan novel berasal dari bahasa Itali, yaitu novella yang berarti sebuah barang baru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia kedudukannya di muka bumi ini, karena interaksinya dengan lingkungan tidak hanya dibekali oleh naluri (insting)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP & LANDASAN TEORI. Welleck (1981:2), Sastra identik dengan kata-kata yang menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP & LANDASAN TEORI. Welleck (1981:2), Sastra identik dengan kata-kata yang menggambarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP & LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Welleck (1981:2), Sastra identik dengan kata-kata yang menggambarkan perasaan yang sedang dirasakan, proses imajinasi dan kreativitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sastra adalah sebuah media bagi pengarang untuk menuangkan ide kreatif dan imajinasinya. Dalam menciptakan sebuah karya kreatif, seorang pengarang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual dapat dijadikan pedoman hidup. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian yang dilakukan oleh Maimun Ladiku (2008) Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang) BAB II LANDASAN TEORI A. Tokoh dan Penokohan 1. Tokoh Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci