Lili Marliyah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, IKIP Veteran Semarang Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lili Marliyah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, IKIP Veteran Semarang Abstrak"

Transkripsi

1 ANALISIS KEBIJAKAN KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA ( KKNI) (Strategi Meningkatakan Standar Kualitas SDM melalui Pendidikan formal, informal dan non formal) Lili Marliyah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, IKIP Veteran Semarang lilimarliyah@rocketmail.com Abstrak Dalam persepektif ekonomi, pendidikan merupakan human investment yang harus dapat menghasilkan SDM penggerak pembangunan ekonomi nasional, meningkatkan daya saing nasional dan kemandirian bangsa,yang menjadi syarat mutlak dalam persaingan dalam era globalisasi. Era globalisasi memiliki cirri utama, persaingan yang semakin ketat dalam kehidupan terutama tantangan dalam menyiapkan SDM sehingga tuntutan terhadap pengelolaan serta peningkatan mutu tenaga kerja kesetaraan kualifikasinya dengan tenaga kerja asing akan menjadi satu tantangan perekonomian Indonesia. Penetapan KKNI sebagai pedoman untuk menetapkan kualifikasi, skema pengakuan kualifikasi dan menetapkan skema pengakuan kualifikasi capaian pembelajaran, pelatihan atau pengalaman kerja serta menyetarakan kualifikasi antara capaian pembelajaran, pelatihan atau pengalaman kerja, mengembangkan metode dan sistem pengakuan kualifikasi sumberdaya manusia dari negara lain. Hubungan KKNI dengan kerangka kebijakan makro pendidikan yaitu merupakan sistem yang berdiri sendiri dan merupakan jembatan antara sektor pendidikan dan pelatihan untuk membentuk SDM berkualifikasi, bersertifikasi. Implementasi KKNI akan berdampak pada kerangka manajemen pengembangan SDM dan perubahan sosial sebagai konsekuensi dari peningkatan kualitas SDM dalam KKNI. Kata Kunci : KKNI, kebijakan I. PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan dalam meningkatkan kualitas manusia sebagai sumberdaya pembangunan dan menjadi titik sentral pembangunan. Melalui pendidikan pengembangan sumberdaya manusia ditujukan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi individu yang produktif dan memiliki keunggulan kompetitif berlandaskan nilai-nilai akhlak, moral, dan etika bangsa, sekaligus sebagai human investment bagi kemajuan bangsa. Dalam persepektif ekonomi, pendidikan merupakan human investment yang harus dapat menghasilkan manusia-manusia andal untuk menjadi penggerak pembangunan ekonomi nasional. Investasi di bidang pembangunan pendidikan bernilai sangat strategis dalam jangka panjang, sebab manusia-manusia terdidik tersebut akan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan pembangunan termasuk untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu pendidikan harus mampu melahirkan lulusan-lulusan yang bermutu dan memiliki pengetahuan, menguasai teknologi serta mempunyai keterampilan teknis yang memadai. Selain itu pendidikan harus dapat menghasilkan tenaga-tenaga professional yang memiliki kapasitas dan kapabilitas bekerja yang menjadi satu pilar utama aktivitas MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 102

2 perekonomi nasional. Bahkan pendidikan sangat penting dan strategis untuk meningkatkan daya saing nasional dan membangun kemandirian bangsa, yang menjadi syarat mutlak dalam memasuki persaingan antar bangsa dalam era globalisasi. Era globalisasi memiliki cirri utama, antara lain ditandai dengan adanya gejolak persaingan yang semakin ketat dalam berbagai tatanan kehidupan terutama tantangan dalam menyiapkan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja yang berkualitas dan memiliki daya saing yang tinggi, sehingga dapat bersaing baik secara nasional dan internasional. Untuk menghadapi kondidi ini, instrumen yang ampuh untuk mobilisasi peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut dapat ditempuh antara lain melalui pendidikan. Ciri lain dari Era global adalah pergerakan tenaga kerja antar negara akan semakin mengalir sehingga tuntutan terhadap pengelolaan serta peningkatan mutu tenaga kerja nasional serta kesetaraan kualifikasinya dengan tenaga kerja asing akan menjadi satu tantangan terbesar bagi pengembangan perekonomian Indonesia. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sebuah kerangka kualifikasi yang dapat menyetarakan kualitas tenaga kerja Indonesia dengan kualitas tenaga kerja asing sangat diperlukan dalam masalah ini. Sehubungan dengan hal tersebut upaya pemerintah dalam penyusunan dan penetapan kerangka kualifikasi nasional, dimaksudkan untuk penataan tenaga kerja diberbagai sektor kegiatan perekonomian formal dan informal dengan menetapkan kualifikasi yang jelas serta kesetaraan dengan kualifikasi negara-negara lain di dunia. Kerangka kualifikasi nasional disusun sebagai bentuk kebutuhan yang mendesak karena begitu banyak dan bervariasinya kualitas produk pendidikan formal, non formal, maka kerangka kualifikasi nasional merupakan rujukan bagi semua jenis lembaga pendidikan atau pelatihan yang bertanggungjawab mempersiapkan angkatan kerja Indonesia menjadi tenaga kerja yang berkualifikasi atau bertanggung jawab terhadap pemulihan kelompok penganggur yang belum memperoleh pekerjaan tetap. Tenaga kerja yang belum memenuhi kualifikasi, dimana mutu dan kinerja belum terukur atau belum sesuai dengan yang dipersyaratkan pengguna tenaga kerja, dapat disesuaikan melalui pendidikan atau pelatihan tambahan pada lembaga yang telah memiliki program sesuai kerangka kualifikasi nasional. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa penetapan kebijakan tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia merupakan kebutuhan yang sudah sangat mendesak mengingat tantangan dan persaingan global pasar tenaga kerja nasional maupun internasional yang semakin terbuka. Pergerakan tenaga kerja MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 103

3 dari dan ke Indonesia tidak lagi dapat dibendung dengan peraturan atau regulasi yang bersifat protektif. Ratifikasi yang telah dilakukan Indonesia untuk berbagai konvensi regional maupun internasional, secara nyata menempatkan Indonesia sebagai sebuah negara yang semakin terbuka dan mudah tersusupi oleh banyak sektor termasuk sektor tenaga kerja atau sumberdaya manusia pada umumnya. Oleh karena itu, agar dalam jangka pendek dan jangka panjang bangsa Indonesia mampu bertahan tetapi tetap bergerak maju di arena ekonomi global, maka pengakuan timbal balik dan setara antara kualifikasi dan capaian pembelajaran yang dimiliki tenaga kerja Indonesia dengan negara asing menjadi hal yang mendasar dalam pengembangan suatu kerangka kualifikasi tenaga kerja nasional. Selain dampak tantangan global dan adanya ratifikasi, penetapan KKNI muncul sebagai akibat adanya kesenjangan mutu, jumlah dan kemampuan serta beragamnya pendidikan di Indonesia, menuntut adanya kerangka kualifikasi yang disepakati secara nasional, disusun berdasarkan suatu ukuran pencapaian proses pendidikan sebagai basis pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang yang diperoleh melalui pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Berkaitan dengan hal tersebut maka peran yang proaktif antara penghasil tenaga kerja (Kementerian Pendidikan Nasional), pengguna tenaga kerja (asosiasi industri) serta pengelola tenaga kerja (Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi), asosiasi profesi, lembaga pelatihan dan pendidikan berkelanjutan) di tingkat nasional sangat diperlukan untuk secara terpadu mengembangkan kerangka kualifikasi atau KKNI. II. HASIL PENELITIAN A. Esensi KKNI dan hubungannnya dengan kerangka kebijakan makro pendidikan sebagai bentuk pengembangan sumber daya manusia di Indonesia. 1. Esensi kebijakan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi tenaga kerja Indonesia yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan kerja dan pengalaman kerja dalam dalam suatu skema pengakuan kompetensi kerja yang disesuaikan dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional serta sistem penilaian kesetaraan capaian pembelajaran (learning outcomes) MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 104

4 nasional yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan sumberdaya nasional yang bermutu dan produktif. KKNI disusun berdasarkan kebutuhan dan tujuan khusus, yang khas bagi Indonesia untuk menyelaraskan sistem pendidikan dan pelatihan dengan sistem karir di dunia kerja. KKNI juga dirancang untuk sesuai dan setara dengan sistem yang dikembangkan negara negara lain. Dalam pengembangannya KKNI juga merujuk dan mempertimbangkan sistem kualifikasi negara lain seperti Eropa, Australia, Inggris, Scotlandia, Hongkong, dan Selandia Baru. Hal ini menjadikan kualifikasi yang tercakup dalam KKNI dapat dengan mudah disetarakan dan diterima oleh negara lain sehingga pertukaran peserta didik maupun tenaga kerja antar negara dapat dilakukan dengan tepat. Penetapan KKNI dimaksudkan sebagai pedoman untuk : a) Menetapkan kualifikasi capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan atau pengalaman kerja; b) menetapkan skema pengakuan kualifikasi capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan atau pengalaman kerja; c) Menyetarakan kualifikasi antara capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan atau pengalaman kerja; d) mengembangkan metode dan sistem pengakuan kualifikasi sumberdaya manusia dari negara lain yang akan bekerja di Indonesia. Penyusunan dan pengembangan KKNI memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum mencakup hal hal yang dapat mendorong integrasi antara sektor sektor terkait, sedangkan tujuan khusus mencakup aspek aspek strategis pengembangan kerangka dan jenjang kualifikasi tersebut. Tujuan umum tersebut meliputi : a) Meningkatkan komitmen pemerintah dan masyarakat untuk menghasilkan sumberdaya manusia Indonesia yang bermutu dan berdaya saing internasional; b) Mendorong peningkatan mutu dan aksesibilitas sumberdaya manusia Indonesia ke pasar kerja nasional dan internasional; c) Membangun proses pengakuan yang akuntabel dan transparan terhadap capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan atau pengalaman kerja yang diakui oleh dunia kerja secara nasional dan/atau internasional; d) Meningkatkan kontribusi capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan atau pengalaman kerja dalam MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 105

5 pertumbuhan ekonomi nasional; e) Mendorong perpindahan pelajar, mahasiswa, dan tenaga kerja antara negara berbasis kesetaraan kualifikasi. Adapun tujuan khusus KKNI mencakup aspek aspek strategis pengembangan kerangka dan jenjang kualifikasi tersebut, yaitu : a) Memperoleh korelasi positif antara mutu luaran, capaian pembelajaran dan proses pendidikan di perguruan tinggi; b) Mendorong penyesuaian capaian pembelajaran dan penyetaraan mutu lulusan pendidikan tinggi pada tingkat kualifikasi yang sama; c) Menjadi pedoman pokok bagi perguruan tinggi dalam mengembangkan mekanisme pengakuan terhadap hasil pembelajaran lampau (recognition of prior learning) atau kekayaan pengalaman yang dimiliki seseorang; d) Menjadi jembatan saling pengertian antara perguruan tinggi dan pengguna lulusan sehingga secara berkelanjutan membangun kapasitas dan maningkatkan daya saing bangsa terutama dalam sektor sumberdaya manusia; e) Memberi panduan bagi pengguna lulusan untuk melakukan penyesuaian kemampuan atau kualifikasi dalam mengembangkan program program belajar sepanjang hayat (life long learning programs); f) Menjamin terjadinya peningkatan aksesibilitas sumberdaya manusia Indonesia ke pasar kerja nasional dan internasional; g) Memperoleh pengakuan negara negara lain baik secara bilateral, regional maupun internasional tanpa meninggalkan ciri dan kepribadian bangsa Indonesia; h) Memfasilitasi pengembangan mekanisme mobilitas akademik untuk meningkatkan saling pengertian dan solidaritas dan kerjasama pendidikan tinggi antar negara. Dalam KKNI terdapat 9 jenjang kualifikasi sumberdaya manusia yang produktif, yang secara komprehensif mempertimbangkan dua sisi penting relevansi pendidikan dan pelatihan yaitu kebutuhan kompetensi kerja (job competence) dalam ranah dunia kerja dan capaian pembelajaran yang dihasilkan oleh proses pendidikan. Deskriptor setiap jenjang kualifikasi yang merupakan paduan antara kompetensi kerja dan capaian pembelajaran juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, perkembangan sector-sektor pendukung perekonomian dan kesejahteraan rakyat seperti perindustrian, pertanian, kesehatan, hukum dan aspek lain yang terkait, serta aspek-aspek pembangun jati diri bangsa yang tercermin dalam Bhineka Tunggal Ika, yaitu komitmen untuk tetap mengakui keragaman agama, suku, budaya, bahasa dan seni yang tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 106

6 Pada setiap jenjang kualifikasi lebih tepat dimaknai bahwa jenis kualifikasi pada KKNI dirancang sedemikian rupa sehingga kualifikasi pada setiap level bersesuaian antara mutu lulusan dan kebutuhan pengguna lulusan, kultur pendidikan dan pelatihan serta jenis dan sifat perguruan tinggi yang ada di Indonesia. KKNI diposisikan sebagai penyetara capaian pembelajaran yang diperoleh memalui pendidikan formal, informal dan nonformal dengan kompetensi kerja yang dicapai melalui pelatihan di luar ranah KEMDIKNAS, pengalaman kerja atau jenjang karir di tempat kerja. KKNI merupakan sistem yang berdiri sendiri dan merupakan jembatan antara sektor pendidikan dan pelatihan untuk membentuk sumber daya manusia nasional berkualifikasi (qualified person) dan bersertifikasi (certified person) melalui skema pendidikan formal, non formal, informal, pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Secara skematik pencapaian setiap jenjang atau peningkatan ke jenjang yang lebih tinggi pada KKNI dapat dilakukan melalui empat jalan/jalur (pathway) atau kombinasi dari kempatnya yaitu jalur pendidikan formal, pengembangan profesi, pengembangan karir di industry/dunia kerja atau jalur berupa akumulasi pengalaman individual. Pengertian kualifikasi dalam KKNI tersebut adalah penguasaan capaian pembelajaran yang menyatakan kedudukannya dalam KKNI. Sedangkan jenjang kualifikasi adalah tingkat capaian pembelajaran yang disepakati secara nasional, disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan dan/atau pelatihan yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja. Kualifikasi adalah sebuah istilah yang secara internasional disepakati sebagai pencapaian penguasaan seseorang atas badan pengetahuan dengan keluasan dan kedalamannya yang telah didefinisikan terlebih dahulu. KKNI adalah kerangka kualifikasi yang disepakati secara nasional, disusun berdasarkan suatu ukuran pencapaian proses pendidikan sebagai basis pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang yang diperoleh melalui pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Dengan adanya KKNI ini akan merubah cara melihat kompetensi seseorang, tidak lagi semata ijazah tapi dengan melihat kepada kerangka kualifikasi yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang secara luas yang akuntabel dan transparan. Dengan adanya KKNI diharapkan adanya pernyataan dan pengakuan kualitas SDM Indonesia dapat dinilai setara dengan SDM asing. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 107

7 Berdasarkan konsep KKNI tersebut di atas, maka dapat dijelaskan bahwa KKNI dapat dijadikan rujukan oleh para pemangku kepentingan yang terkait dengan pengembangan sumberdaya manusia di dalam lingkungannya atau oleh masyarakat luas untuk perencanaan karir individual. Sektor pendidikan formal, misalnya dapat menggunakan KKNI sebagai rujukan dalam merencanakan sistem pembelajaran perguruan tinggi di Indonesia sehingga dapat dengan tepat memposisikan kemampuan lulusannya pada salah satu jenjang kualifikasi KKNI dan memperkirakan kesetaraannya dengan jenjang karir di dunia kerja. Hal ini juga dapat bermanfaat di dalam merencanakan pengembangan relevansi pendidikan tinggi yang lebih komprehensif. KKNI juga dapat dijadikan panduan oleh asosiasi profesi untuk melakukan penyesuaian dan penilaian kesetaraan di tingkat nasional tentang kriteria kemampuan yang telah dimiliki sebelumnya. Sektor sektor lain seperti dunia usaha, birokrasi pemerintahan, industri, dan lain lain juga membutuhkan KKNI sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolalan sumberdaya manusia masing masing secara lebih komprehensif baik yang berhubungan dengan sistem karir, remunerasi atau pola rekrutmen baru. 2. Hubungan KKNI dengan kerangka kebijakan makro pendidikan sebagai bentuk pengembangan sumber daya manusia di Indonesia. Pendidikan adalah salah satu sarana untuk meningkatkan kualias sumber daya manusia. Pembangunan pendidikan diarahkan untuk menghasilkan insan Indonesia sebagai insan cerdas dan kompetitif dalam menghadapi tantangan di era global. Kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai tambah yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan, baik produk dan jasa maupun pelayanan yang mampu bersaing di lapangan kerja yang ada dan yang diperlukan. Peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan. Sehubungan dengan masalah ini, Supriadi (1996) mengemukakan bahwa Agar pendidikan dapat memainkan perannya maka harus terkait dengan dunia kerja, artinya lulusan pendidikan semestinya memiliki kemampuan dan keterampilan yang relevan dengan tuntutan dunia kerja. Hanya dengan cara ini, pendidikan mempunyai kontribusi terhadap ekonomi. Pendidikan sampai saat ini dianggap sebagai unsur utama dalam pengembangan SDM atau pendidikan merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas SDM.. Sumber daya manusia lebih bernilai jika memiliki MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 108

8 sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian serta keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan berbagai bidang dan sektor. Dalam konteks ini dapat dijelaskan bahwa betapa pentingnya peranan pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar sejajar dengan manusia lain, baik secara regional, nasional, maupun internasional (global). Hubungan KKNI dengan kerangka kebijakan makro pendidikan dapat dilihat dari esensi dan konsep KKNI yaitu merupakan sistem yang berdiri sendiri dan merupakan jembatan antara sektor pendidikan dan pelatihan untuk membentuk sumber daya manusia nasional berkualifikasi (qualified person) dan bersertifikasi (certified person) melalui skema pendidikan formal, non formal, informal, pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Selain itu hubungan yang sangat erat antara KKNI dan kerangka kebijakan makro pendidikan dapat dilihat dari tujuan umum ditetapkannya KKNI yaitu dimensi utama yang ada dalam tujuan umum tersebut adalah menyangkut konsep pengembangan sumber daya manusia dan pendidikan baik formal, maupun non formal. Tujuan umum tersebut adalah : a) Meningkatkan komitmen pemerintah dan masyarakat untuk menghasilkan sumberdaya manusia Indonesia yang bermutu dan berdaya saing internasional; b) Mendorong peningkatan mutu dan aksesibilitas sumberdaya manusia Indonesia ke pasar kerja nasional dan internasional; c) Membangun proses pengakuan yang akuntabel dan transparan terhadap capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan atau pengalaman kerja yang diakui oleh dunia kerja secara nasional dan/atau internasional; d) Meningkatkan kontribusi capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan atau pengalaman kerja dalam pertumbuhan ekonomi nasional; e) Mendorong perpindahan pelajar, mahasiswa, dan tenaga kerja antara negara berbasis kesetaraan kualifikasi. Aspek lain yang menggambarkan hubungan antara KKNI dengan kebjiakan makro pendidikan adalah dimulai dari konsep tujuan, maksud dan pengembangan KKNI ditujukan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai output pendidikan baik formal, informal maupun non formal diarahkan untuk menjadi tenaga kerja sebagai out comes pendidikan yang dapat bersaing dan sejajar dengan bangsa lain dalam menghadapi tantangan di era globalisasi. Hubungan KKNI dalam konteks kebijakan makro pendidikan termaktub dalam konsep bahwa KKNI diposisikan penyetara capaian pembelajaran baik MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 109

9 formal, informal maupun non formal. Dalam hal ini penetapan kebijakan KKNI akan berpengaruh langsung terhadap kebijakan pendidikan yang berada di bawah Kementrian Pendidikan Nasional. Penetapan KKNI sebagai rujukan bagi setiap lembaga pendidikan, terutama pendidikan tinggi, berakibat pada perubahan sistem pembelajaran harus diupayakan sesuai dengan kualifikasi salah satu jenjang KKNI dan setara dengan jenjang karir di dunia kerja. Kondisi ini menggambarkan bahwa konsekuensi implementasi KKNI dibidang pendidikan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui sistem pembelajaran agar capaian pembelajaran sesuai dengan kualifikasi dan setara dengan tuntutan jenjang karir di dunia kerja. KKNI dalam konteks peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui bidang pendidikan merupakan panduan bagi setiap lembaga pendidikan baik formal, informal dan non formal. Panduan ini digunakan agar dapat menjamin capaian pembelajaran yang dihasilkan sesuai dengan suatu ukuran pencapaian proses pendidikan sebagai basis pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang yang diperoleh melalui pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Adanya KKNI ini akan merubah cara melihat kompetensi seseorang, tidak lagi semata ijazah tapi dengan melihat kepada kerangka kualifikasi yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang secara luas yang akuntabel dan transparan. KKNI dalam konteks pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan lebih menjamin kesesuaian tingkat keberkerjaan lulusan program pendidikan dengan kualifikasi dan kompetensi yang sesuai atau dibutuhkan oleh dunia kerja. Hal ini mengingat KKNI adalah suatu sistem yang merupakan jembatan antara sektor pendidikan dan pelatihan untuk membentuk sumber daya manusia nasional berkualifikasi (qualified person) dan bersertifikasi (certified person) melalui skema pendidikan formal, non formal, informal, pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Selain itu esensi dari tujuan KKNI adalah peningkatam kualitas sumber daya manusia hasil dari proses pendidikan dalam hal : peningkatan mutu sumber daya manusia (bermutu dan berdaya saing) internasional, peningkatan aksesisbilitas sumberdaya manusia ke pasar kerja nasional dan internasional, proses pengakuan yang akuntabel dan transparan terhadap capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan, serta peningkatkan kontribusi capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan dan tingkat MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 110

10 perpindahan pelajar, mahasiswa, dan tenaga kerja antara negara berbasis kesetaraan kualifikasi. KKNI dapat mengawal konsep pendidikan sepanjang hayat, karena dalam konteks ini pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Proses ini merupakan proses yang kontekstual, sehingga pengembangan SDM melalui upaya pendidikan bukanlah sebatas menyiapkan manusia yang menguasai pengetahuan dan keterampilan yang cocok dengan dunia kerja pada saat ini, melainkan juga manusia yang mampu, mau, dan siap belajar sepanjang hayat. Dari uraian tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa hubungan antara KKNI dalam kerangka makro kebijakan pendidikan dalam bentuk pengembangan sumber daya pendidikan adalah sebuah kebijakan bidang pendidikan yang bersifat radikal. Implementasi KKNI merupakan isu besar yang akan melibatkan secara besrsama-sama elemen dunia pendidikan, ketenagakerjaan dan dunia kerja, yang masih mengindikasikan terjadinya problematika mendasar dan masih harus dibenahi atau diperbaiki terlebih dahulu sebelum konsep KKNI diimplementasikan secara keseluruhan. Tujuan kebijakan tersebut bermuara pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas dan pengembangan kualitas SDM bukan lagi merupakan isu atau tema-tema retorik, melainkan merupakan taruhan atau andalan serta ujian setiap individu, kelompok, golongan masyarakat, dan bahkan setiap bangsa. B. Implikasi KKNI dalam Manajemen Pendidikan Dunia pendidikan sebagai suatu sub sistem kehidupan masyarakat perlu menyikapi dengan terbuka berbagai perubahan yang ada dalam dunia pendidikan, maupun yang terjadi dalam bidang kehidupan lainnya untuk berupaya mengintegrasikannya agar dapat dicapai suatu kondisi pendidikan yang tidak tertinggal dengan perubahan yang terjadi di masyarakat sebagai akibat akumulasi perubahan-perubahan tersebut. Peraturan dan konsep Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) merupakan suatu bentuk perubahan kebijakan di bidang pendidikan yang dapat memberikan implikasi terhadap menajemen pendidikan yaitu : 1. Berimplikasi terhadap pentaan kurikulum pendidikan. KKNI memiliki cirri yang khas dalam bentuk kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi tenaga kerja Indonesia yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 111

11 pelatihan kerja dan pengalaman kerja dalam dalam suatu skema pengakuan kompetensi kerja yang disesuaikan dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Implikasi dari KKNI dalam penataan kurikulum pendidikan adalah merupakan rujukan dan panduan yang lebih komprehensif karena pada saat penyusunan kurikulum pendidikan harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan terutama, bidang ketengakerjaan/dunia kerja baik di tingkat regional, nasional dan internasional. Selain itu kebijakan KKNI mengandung kemungkinan hasil yaitu meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang berdaya saing di tingkat internasional, meningkatnya akses ke pasar kerja nasinal dan internasional, meningkatnya capaian pembelajaran, serta meningkatnya pengakuan negara lain akan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia Indonesia baik secara bilateral, regional maupun intrnasional. 2. Peningkatan relasional kebijakan antara penghasil tenaga kerja (Kementerian Pendidikan Nasional), pengguna tenaga kerja (asosiasi industri) serta pengelola tenaga kerja (Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi), asosiasi profesi, lembaga pelatihan dan pendidikan berkelanjutan) di tingkat nasional. Peningkatan relasional kebijakan ini diataranya dalam memetakan perubahan kurikulum sesuai KKNI. Peubahan kurikulum ini akan mencerminkan adanya hubungan yang sangat siginifikan antara sektor pendidikan, ketenagakerjaan/pelatihan dan dunia kerja. Selain itu makna kebaruan akan terliohat pada sistem pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang disesuaikan dengan KKNI sebagai rujukan yang lebih komprehensif untuk membentuk sumber daya manusia nasional berkualifikasi (qualified person) dan bersertifikasi (certified person) melalui skema pendidikan formal, non formal, informal, pelatihan kerja atau pengalaman kerja di tingkat regional, nasional dan internasional. Selain itu implikasi KKNI dalam sistem manajemen pendidikan adalah ditetapkannya capaian pembelajaran yang kualifikasinya sesuai dengan KKNI sebagai kesepakatan nasional. Hal ini dilakukan, karena biasanya bidang pendidikan dan ketenagakerjaan dan dunia kerja berjalan sendiri-sendiri tanpa ada rujukan sebagai kesepakatan nasional yang diakui oleh dunia internsional. 3. Program atau kebijakan KKNI memungkinkan adanya reorganisasi atau restrukturisasi komponen/unsur yang sudah ada, bukan pada penambahan unsur atau komponen yang sudah ada. Program atau kebijakan KKNI dapat dimaknai dalam implikasinya pada sistem manajemen pendidikan sebagai suatu perubahan dilihat dari dimensi kualitatif. Hal ini mengingat KKNI masih MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 112

12 merupakan kerangka yang masih terbuka kemungkinan untuk penambahan unsur atau komponen yang sudah ada. 4. Berimplikasi radikal dalam manejemen pendidikan. Program KKNI direncanakan, dipertimbangkan dan dirancang untuk menjadi sebuah program perwujudan mutu dan jati diri Bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional serta sistem penilaian kesetaraan capaian pembelajaran nasional, yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan sumberdaya manusia nasional yang bermutu dan produktif. Jika dilihat dari kebijakan bidang pendidikan, penetapan KKNI merupakan kebijakan yang bersifat radikal yang akan berpengaruh terutama terhadap sistem perencanaan kurikulum, siatem pembelajaran serta sistem evaluasi pembelajaran yang dilakukan. KKNI merupakan rujukan nasional yang diusahakan untuk dijadikan pedoman nasional dalam meningkatkan mutu dan daya saing bangsa Indonesia di sektor sumberdaya manusia melalui pencapaian kualifikasi sumberdaya manusia Indonesia yang dihasilkan oleh sistem pendidikan dan sistem pelatihan kerja nasional, serta sistem penilaian kesetaraan capaian pembelajaran. Peningkatan mutu dan daya saing bangsa akan sekaligus memperkuat jati diri bangsa Indonesia. 5. Meningkatkan output dan outcome pendidikan. Program KKNI berimplikasi pada sisitem manajemn pendidikan terutama dapat dilihat dari luaran pembelajaran (output) dan out comes pendidikan. Penetapan kualitas capaian pembekajaran harus mengacu pada tujuan dari penetapan kebijakan KKNI yaitu peningkatam kualitas sumber daya manusia hasil dari proses pendidikan yang bermutu dan berdaya saing inetrnasional, peningkatan aksesibilitas sumberdaya manusia ke pasar kerja nasional dan internasional, proses pengakuan yang akuntabel dan transparan terhadap capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan, serta peningkatkan kontribusi capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan dan tingkat perpindahan pelajar, mahasiswa, dan tenaga kerja antara negara berbasis kesetaraan kualifikasi dalam menhadapi tantangan di era globalisasi. C. Karakteristik KKNI dalam kerangka manajemen pengembangan sumber daya manusia Indonesia Esensi karakteristik inovasi program KKNI dalam kerangka manajemen pegembangan sumber daya manusia Indonesia adalah : 1. Program KKNI memiliki keunggulan relatif dari sebuah program. Keuanggulan relatif dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, sosial, MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 113

13 kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Program KKNI memilki keunggulan relatif terutama dilihat dari paradigma kebijakan yang mendasarinya. Program KKNI jika dimaknai sebagai perwujudan mutu dan jati diri Bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional serta sistem penilaian kesetaraan capaian pembelajaran nasional, yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan sumberdaya manusia nasional yang bermutu dan produktif. Selain itu keunggulan komparatif yang dimiliki KKNI terletak pada posisi KKNI yang dijadikan rujukan perencanaan pendidikan atau pedoman yang komprehensif bagi semua pemangku kepentingan yang terkait dan peduli terhadap pengembangan sumber daya manusia di lingkungan kerja masingmasing, di masyarakat luas, atau setiap individu yang merancang perkembangan karirnya. KKNI dapat dijadikan pedoman merencanakan pengelolaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia secara komprehensif dan lebih akurat baik yang berhubungan dengan sisitem karir, renumerasi atau pola rekruitmen baru. Dari segi sosial, program ini memiliki keunggulan relatif karena KKNI dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat luas terutama setiap individu dalam merencanakan perkembangan karirnya. KKNI merefleksikan upaya lintas kementrian yang signifikan dalam menciptakan suatu rujukan atau pedoman nasional mengenai program penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja, untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia dan daya saing serta jati diri bangsa. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, maka semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi. 2. Kompatibilitas adalah derajat dimana suatu program atau kebijakan dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Dilihat dari karakteristik ini KKNI memiliki kompatibilitas yang tinggi, karena program ini konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, terutama KKNI dapat menjadi rujukan nasional dari beragamnya kualitas dan jenis lulusan lembaga pendidikan, sehingga KKNI sangat dibutuhkan sebagai salah satu mekanisme penyetaraan antara mutu lulusan yang dihasilkan program pendidikan dengan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Untuk menangani permasalahan pengangguran yang disebabkan oleh tidak terakuinya kompetensi seseorang maka mekanisme pengakuan hasil pembelajaran lampau (Recognition of Prior Learning/RPL) maupun pengakuan kemampuan saat ini (Recognition of Current Competency) sangat dibutuhkan. KKNI dapat melandasi strategi penyetaraan kualifikasi seseorang yang MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 114

14 diperoleh dari dunia pendidikan formal, nonformal, informal, bahkan dari pengalaman bekerja. 3. Memiliki komplesibilitas yang tinggi. KKNI memiliki komplesibilitas yang relatif tinggi, karena program ini tidak mudah dipahami dan direalisasikan. Mengingat progam KKNI merupakan program penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja. KKNI selain merupakan kegiatan lintas kementrian yang sangat kompleks. Kompleksitas KKNI ditujukan dengan permasalahan yang ditimbulkan oleh beragamnya kualitas lulusan proses pendidikan dan beragamnya peraturan kualifikasi ketenagakerjaan di Indonesia. Selain itu KKNI baru dapat ditetapkan dalam bentuk kerangka yang masih harus terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan para pengguna lulusan pendidikan formal, informal dan non formal dan sesuai tutntutan dunia kerja yang terus berkembang. 4. Program KKNI memiliki derajat ketercobaan yang rendah. Dilihat dari karakteristik ini KKNI derajatnya trialabilitasnya relatif rendah karena untuk melihat keberhasilan suatu program atau kebijakan KKNI yang baru 2 tahun diluncurkan memerlukan waktu yang lama, sehingga pengadopsi akan relatif memerlukan waktu yang lama pula untuk dapat melihat hasil uji coba program atau implementasi KKNI sebagai rujukan nasional dalam meningkatkan kualitas sumber daya nasional yang berdaya saing. KKNI sampai saat ini masih dalam tahap sosialisasi dan implementasi awal yang masih harus dikembangkan menjadi pedoman nasional yang baku. Untuk melakukan uiji coba keberhasilan KKNI sebagai rujukan nasional yang komprehensif memerlukan waktu yang panjang. KKNI dilihat dari karakter triability merupakan prohram inovasi yang derajatnya relatif rendah. 5. Karakteristik observabilitas yang relative rendah. Dilihat dari karakteristik ini, KKNI relatif rendah derajatnya. Keberhasilan program KKNI sulit atau memerlukan waktu yang lama untuk dapat dilihat atau diamati. Selain itu kendala-kendala yang mungkin dihadapi pada proses implementasi KKNI pada tahap awal adalah sosialisasi KKNI terutama untuk dapat dilaksanakan oleh lembaga pendidikan sebagai pemasok tenaga kerja yang harus menyesuaikan sistem manajemen pendidikannya sesuai dengan rujukan nasional tersebut. Dunia kerja dalam hal ini seluruh pemangku kepentingan terkait tenaga kerja harus segera memperbaiki kualifikasi atau penataan sumber daya manusia baik menyangkut kualifikasi, dan pengembangan jenjang karir harus segera diperbaharui sesuai kesepakatan nasional dalam hal ini KKNI MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 115

15 D. Proses Pelaksanaan Kebijakan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Kebijakan KKNI esensinya adalah sebuah konsep penyelarasan antara bidang pendidikan, kenegakerjaan dan dunia kerja, serta konsep ini merupakan panduan atau diposisikan sebagai rujukan nasional bagi para pemangku kepentingan, dalam hal peningkatan sumberdaya manusia yang berdaya saing dan produktif. Istilah KKNI digunakan untuk perwujudan mutu dan jati diri bangsa yang terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional, sistem penilaian kesetaraan capaian pembelajaran nasional dalam bentuk kerangka penjenjangan kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja Indonesia. Kerangka ini menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan struktur di berbagai sektor pekerjaan. Elemen utama dalam proses implementasi kebijakan, dilihat dari kajian tentang difusi sebuah kebijakan, maka elemen komunikasi menjadi sangat penting. Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Dalam hal ini difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru (KKNI). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain. Komunikasi yang dimaksudkan dalam proses difusi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah upaya mempertukarkan gagasan KKNI oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang KKNI kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai program KKNI (potential adopter melalui saluran komunikasi tertentu) dalam hal ini semua pemangku kepentingan yang terkait dengan bidang pendidikan, bidang ketenagakerjaan dan bidang dunia kerja yang terkait dalam program penyelarasan bidang-bidang tersebut. Melalui saluran komunikasi ini diharapkan potensial adopter dapat memperoleh apa dan bagaimana konsep KKNI. Saluran komunikasi yang digunakan dalam proses difusi KKNI menggunakan dua kategori saluran yaitu : Saluran Media massa (mass media channel)., media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, web, dan lainlain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 116

16 dengan cepat dari satu sumber. Saluran antar pribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu. Unsur ketiga dalam proses difusi KKNI adalah waktu. Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi, keinovativan individu atau unit adopsi lain, dan rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu. Waktu yang sudah berjalan dalam proses difusi program KKNI selama 2 tahun dari mulai diundangkannya Peraturan Pememrintah No 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Unsur selanjutnya dari proses implementasi KKNI adalah sistem sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses implementasi KKNI dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial serta faktor lainnya. Proses implemnetasi program KKNI berjalan masih relatif lamban dalam mancapai sasaran yang diharapkan. Kondisi ini terjadi disebabkan walaupun program ini sudah diundangkan selama 2 tahun, namum masih terkesan lambat karena pada tahap implementasi awal ini baru pada tahap sosialisasi dan pengembangan KKNI. Selain itu keterjangkauan proses implementasi awal melalui saluran komunikasi media masa masih terbatas baik secara kuantitatif dan kualitatif. Proses sosialisasi KKNI efektif dilakukan terbatas pada tingkat kelembagaan atau organisasi di lingkungan pemerintahan, terutama jajaran terkait lembaga atau Depatemen Pendidikan, dan kementrian Tenaga kerja serta pemangku kepentingan lain yang terkait dan berada di lapisan atas sosial masyarakat. Masyarakat yang terkait dengan program KKNI dalam hal ini masyarakat luas terutama setiap individu yang akan merencanakan pengembangan karirnya, relatif belum terjangkau media masa dan teknonogi informasi lainnya. Kelompok ini cenderung belum mengetahui bahkan belum dapat menerima program KKNI sebagai rujukan nasional dalam program penyelarasan bidang pendidikan dan dunia kerja, yang baru dirintis implementasinya oleh pemerintah tersebut. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 117

17 Proses komunikasi ditekankan dalam arti terjadinya saling tukar informasi (hubungan timbal balik) antar beberapa individu baik secara memusat (konvergen) maupun memencar (divergen) yang berlangsung secara spontan. Dengan adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan pendapat antar warga masyarakat tentang program KKNI dalam konsep desentralisasi penentuan itu dilakukan oleh klien (warga masyarakat) bekerja sama dengan beberapa orang yang telah menerima sosialisasi program KKNI. Jaringan yang digunakan dalam proses sosialisasi dan implementasi KKNI adalah jaringan sosial yang ada dimasyarakat yang dimanfatkan dalam proses tersebut. Jaringan sosial adalah keterkaitan hubungan dan komunikasi antar individu dalam masyarakat yang disebabkan oleh berbagai kepentingan dan sebab. Jaringan yang digunakan program Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah jaringan sosial yang dimanfatkan dalam proses menyebarluaskan program KKNI. Proses penyebaran informasi tentang program KKNI sangat efektif jika dilakukan melalui saluran media massa. Namun untuk membujuk para pemnagku kepentingan agar segera membuat keputusan dalam pelaksanaan KKNI, peran media interpersonal menjadi lebih penting. Dalam tahapan yang disebut tahap persuasi itulah jaringan sosial yang ada dalam masyarakat sangat berguna bagi proses implementasi program KKNI. Proses penyebaran informasi tentang program KKNI yang sedang dan sudah dilakukan adalah dalam bentuk sosialisasi yang lebih bersifat model arus komunikasi dilakukakan one-step flow models dan two-step flow models. Dalam proses one-step flow models pesan yang disampaikan mengenai program KKNI disampaikan mengalir tanpa ada perantara (audience bisa langsung mengaskes langsung media). Model ini memiliki beberapa kelemahan karena bukan all powerfull, karena tidak semua media mempunyai kekuatan yang sama dalam menyampaikan program KKNI. Kelemahan lainnya adalah kemungkinan timbulnya reaksi yang berbeda dari masyarakat tentang program KKNI walaupun menerima dari media masa yang sama. Dalam proses two-step flow models pesan yang disampaikan mengenai program KKNI dari media massa tidak seluruhnya langsung mengenai masyarakat sasaran, tetapi pesan tersebut disampaikan oleh pihak tertentu artinya pihak tertentu tersebut dalam hal ini (para birokrat di lingkungan pemerrintahan pusat dan daerah, utamanya dilingkungan dinas pendidikan, dinas ketenagakerjaan, dunia kerja serta pemangku kepentingan lainnya). Melalui sosialisasi program MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 118

18 KKNI di tingkat propinsi dan Kota/kabupaten serta organisasi dibawah birokarasi pemeritahan misalnya perguruan tinggi, Kadin dan organisasi lainnya. Tahap pertama sumber media untuk pemimpin/birokrat (transfer informasi), lalu tahap ke-dua pemimpin kepada kahlayak/pengikut. Proses dalam jejaring difusi program KKNI mengalir secara alami sepanjang hubungan interpersonal yang ditingkatkan melalui konsep homophily dan heterophily. Konsep komunikasi homophily dalam program KKNI sering terjadi namun secara terbatas dikalangan birokrat. Jika komunikasi konsep homophily sering terjadi maka komunikasi menjadi lebih efektif ketika sumber dan penerima adalah homophilous. Komunikasi efektif memberi kemudahan bagi yang terlibat di dalam sistem dan sosialisasi program KKNI akan semakin menyebar. Adapun jaringan kemitraan dalam proses penyusunan dan sosialisasi program Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), sedikitnya melibatkan 97 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta serta pihak-pihak terkait. Pihak pihak terkait tersebut mencakup badan badan sertifikasi profesi, berbagai asosiasi profesi, KADIN, LPJK, pengguna langsung di lapangan seperti industri, dan lembaga lain, juga model pembelajaran, diskusi dan petukaran informasi dengan badan kualifikasi di berbagai negara telah pula dilakukan antara lain dengan Australia, Selandia Baru, Jerman, United Kingdom, Perancis, Jepang, dan Thailand. Proses pengembangan KKNI juga perlu membangun kesepahaman dengan badan badan penjaminan mutu yang telah ada saat ini seperti BAN dan BSNP di lingkungan pendidikan serta LSP/BNSP di lingkungan ketenagakerjaan. E. Dampak Program KKNI terhadap perubahan sosial yang telah dan akan terus berlangsung sebagai konsekuensi terstratifikasinya kualifikasi SDM dalam KKNI Tujuan Kerangka Kualifikasi Naional Indonesia (KKNI) adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi tantangan dan persaingan global pasar tenaga kerja nasional maupun internsional, sehingga dapat meningkatkan daya saing dan jati diri bangsa Indonesia. Tecapainya tujuan program KKNI dapat diartikan merupakan dampak diimplementasikannya Kerangka Kualifikasi Nasional (KKNI). Setiap program kebijakan, termasuk kebijakan Kerangka Kualifikasi Naional Indonesia (KKNI) akan memiliki dampak pada sistem sosial masyarakat dimana program tersebut diimplementasikan. Dampak yang ditimbulkan merupakan bentuk perubahan yang terjadi, temasuk tatanan sosial dan tatanan sistem pendidikan serta tatanan pengelolaan tenaga kerja di tingkat regional, MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 119

19 nasional dan bahkan internasional, yang diharapkan oleh tujuan Kerangka Kualifikasi Naional Indonesia (KKNI) yang diimplementasikan. Dampak tersebut dapat meliputi dampak perubahan sosial yang telah dan akan terus berlangsung sebagai terstratifikasinya kualifikasi sumber daya manusia dalam KKNI. Adapun dampak atau perubahan sosial yang telah terjadi dapat dilihat terutama dalam tatanan sistem atau bidang pengelolaan pendidikan. Penerapan KKNI akan mempengaruhi kinerja lembaga pendidikan terutama sistem pengelolaan pendidikan. Penataan ulang atau perubahan kurikulum suatu lembaga pendidikan terutama pendidikan tinggi merupakan respon awal lembagalembaga pendidikan terhadap kebijakan KKNI. Hal ini terjadi karena lembagalembaga pendidikan dan lembaga pelatihan nasional merupakan lembaga pemasok tenaga kerja ke dalam pasar tenaga kerja, baik di tingkat regional, nasional maupun pasar kerja internasional. Penataan ulang atau perubahan kurikulum yang dilakukan tersebut merujuk standar kualifikasi yang sesuai dengan jenjang dan kualifikasi lulusan dalam KKNI. Perubahan ini merupakan bentuk tnaggung jawab lembaga pendidikan dan pelatihan dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang bermutu, sehingga mampu terserap dalam pasar tenga kerja regional, nasional dan internasional. Selain itu bentuk perubahan yang telah terjadi dapat dilihat dari perubahan yang dilakukan beberapa asosiasi badan-badan sertifikasi, yang sudah mulai memantapkan standar kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan oleh suatu pekerjaan, termasuk dalam hal ini lembaga-lembaga industri sebagai pengguna lulusan lembaga pendidikan. Perubahan sosial yang mungkin dan akan terus berlangsung sebagai konsekuensi terstratifikasinya kualifikasi sumber daya manusia dalam KKNI adalah dampak dari penerpanan KKNI yaitu : 1. Secara bertahap meningkatnya kuantitas sumberdaya manusia Indonesia yang bermutu dan berdaya saing internasional agar dapat menjamin terjadinya peningkatan aksesibilitas sumber daya manusia Indonesia ke pasar kerja nasional dan internasional 2. Secara bertahap meningkatnya kontribusi capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan formal, non formal, informal atau pengalaman kerja dalam pertumbuhan ekonomi nasional 3. Secara bertahap meningkatnya mobilitas akademik untuk saling pengertian dan solodaritas serta kerjasama pendidikan tinggi antar negara di dunia. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 120

20 4. Secara bertahap meningkatnya pengakuan negara-negara lain baik secara bilateral, regional maupun internasional kepada Indonesia tanpa meninggalkan ciri dan kepribadian bangsa Indonesia. III. KESIMPULAN Dari uraian tersebut di atas dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Esensi program Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi tenaga kerja Indonesia yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan kerja dan pengalaman kerja dalam dalam suatu skema pengakuan kompetensi kerja yang disesuaikan dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional serta sistem penilaian kesetaraan capaian pembelajaran (learning Outcomes) nasional yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan sumberdaya nasional yang bermutu dan produktif 2. Program Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dalam kerangka makro kebijakan pendidikan nasional merupakan suatu kebijakan yang radikal dan signifikan serta merupakan isu besar yang melibatkan secara besrsama-sama elemen dunia pendidikan, ketenagakerjaan dan dunia kerja. Perubahan radikal terutama terjadi pada pengelolaan sistem pendidikan pada tingkat pendidikan tinggi dalam menjamin kualifikasi lulusan sesuai atau merujuk pada ketentuan dalam KKNI, sehingga sumber daya manusia lulusan lembaga pendidikan dapat terserap dalam pasar tenaga kerja regional, nasional dan pasar tenaga kerja internasional. 3. Implikasi KKNI sebagai sebuah perubahan pada sistem manajemen pendidikan nasional terutama dalam penataan kurikulum, terutama terletak pada perubahan kualifikasi capaian pembelajaran yang harus merujuk pada kualifikasi yang ditetapkan dalam KKNI. Konsekuensi dari perubahan tersebut secara otomatis akan berdampak pada perubahan model pembelajaran dan sistem evaluasi pembelajaran yang akan digunakan dalam sistem pendidikan baik pendidikan formal, non formal dan informal. 4. Karakteristik KKNI sebagai inovasi dalam kerangka pengembangan sumber daya manusia Indonesia ditinjau dari kebermanfaatannya relatif tinggi, tingkat komptabilitasnya cukup tinggi, kompleksitasnya cukup tinggi, sedangkan dilihat dari tingkat triabilitas dan observalilitasnya relatif rendah. Dengan demikian tujuan kebijakan tersebut yang bermuara pada peningkatan kualitas sumber daya manusia MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 121

LANDASAN HUKUM KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA. Dokumen 002

LANDASAN HUKUM KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA. Dokumen 002 LANDASAN HUKUM KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA Dokumen 002 Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia 2015 1 Penyusunan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN LEVEL I berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN LEVEL I berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN LEVEL I berbasis Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan,

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENI MERANGKAI BUNGA DAN DESAIN FLORAL LEVEL I Berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENI MERANGKAI BUNGA DAN DESAIN FLORAL LEVEL I Berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENI MERANGKAI BUNGA DAN DESAIN FLORAL LEVEL I Berbasis Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS STANDAR DAN PELATIHAN KOMPETENSI JARINGAN LULUSAN KOMPUTER (SKL) dan DAN KURIKULUM SISTEM KURSUS ADMINISTRASI VIDEO EDITING berbasis Direktorat Pembinaan Kursus

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL IV berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL IV berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL IV berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN EKSPOR IMPOR LEVEL V

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN EKSPOR IMPOR LEVEL V STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN EKSPOR IMPOR LEVEL V Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL III berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL III berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL III berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENI MERANGKAI BUNGA DAN DESAIN FLORAL LEVEL II Berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENI MERANGKAI BUNGA DAN DESAIN FLORAL LEVEL II Berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENI MERANGKAI BUNGA DAN DESAIN FLORAL LEVEL II Berbasis Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SULAM LEVEL III berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SULAM LEVEL III berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SULAM LEVEL III berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN LEVEL II. berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN LEVEL II. berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN LEVEL II berbasis Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal

Lebih terperinci

REKOGNISI KUALIFIKASI SDM INDONESIA MENINGKATKAN REKOGNISI dan PENYETARAAN KUALIFIKASI DI DALAM & LUAR NEGERI

REKOGNISI KUALIFIKASI SDM INDONESIA MENINGKATKAN REKOGNISI dan PENYETARAAN KUALIFIKASI DI DALAM & LUAR NEGERI Indonesian ualification Framework GATS & AFTA, UU SISDIKNAS, REGIONAL CONVENTIONS KESIAPAN INDONESIA MENERIMA INFLUX TENAGA KERJA ASING DALAM BERBAGAI JENJANG PEKERJAAN DI INDUSTRI/PERUSAHAAN REKOGNISI

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN Indonesian ualification Framework GATS & AFTA, UU SISDIKNAS, REGIONAL CONVENTIONS KESIAPAN INDONESIA MENERIMA INFLUX TENAGA KERJA ASING DALAM BERBAGAI JENJANG PEKERJAAN DI INDUSTRI/PERUSAHAAN REKOGNISI

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR LEVEL III berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR LEVEL III berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR LEVEL III berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) dan KURIKULUM KURSUS EKSPOR IMPOR LEVEL VI KKNI berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) dan KURIKULUM KURSUS EKSPOR IMPOR LEVEL VI KKNI berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) dan KURIKULUM KURSUS EKSPOR IMPOR LEVEL VI KKNI berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENI MERANGKAI BUNGA DAN DESAIN FLORAL LEVEL III Berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENI MERANGKAI BUNGA DAN DESAIN FLORAL LEVEL III Berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENI MERANGKAI BUNGA DAN DESAIN FLORAL LEVEL III Berbasis Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,

Lebih terperinci

KURIKULUM KURIKULUM KURSUS VIDEO EDITING JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI. berbasis

KURIKULUM KURIKULUM KURSUS VIDEO EDITING JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI. berbasis KURIKULUM STANDAR KURSUS KOMPETENSI DAN PELATIHAN LULUSAN (SKL) dan KURIKULUM KURSUS VIDEO EDITING JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN SENAM JENJANG II BERBASIS

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN SENAM JENJANG II BERBASIS KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN SENAM JENJANG II BERBASIS Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

STRATEGI IMPLEMENTASI KKNI SECARA NASIONAL. Dokumen 003

STRATEGI IMPLEMENTASI KKNI SECARA NASIONAL. Dokumen 003 STRATEGI IMPLEMENTASI KKNI SECARA NASIONAL Dokumen 003 Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia 2015 1 STRATEGI IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN PIJAT PENGOBATAN REFLEKSI LEVEL II berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN PIJAT PENGOBATAN REFLEKSI LEVEL II berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN PIJAT PENGOBATAN REFLEKSI LEVEL II berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan

Lebih terperinci

Tata Cara Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau(RPL) BAGIAN 1: UMUM

Tata Cara Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau(RPL) BAGIAN 1: UMUM Tata Cara Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau(RPL) BAGIAN 1: UMUM Direktorat Pembelajaran Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SULAM LEVEL II berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SULAM LEVEL II berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SULAM LEVEL II berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) TATA RIAS PENGANTIN LEVEL II (PERIAS MADYA) berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) TATA RIAS PENGANTIN LEVEL II (PERIAS MADYA) berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) TATA RIAS PENGANTIN LEVEL II (PERIAS MADYA) berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur materiil dan spiritual yang merata di seluruh wilayah tanah air

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SPA LEVEL II berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SPA LEVEL II berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SPA LEVEL II berbasis Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SPA LEVEL IV berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SPA LEVEL IV berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SPA LEVEL IV berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SPA LEVEL III berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SPA LEVEL III berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SPA LEVEL III berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI JENJANG III Berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI JENJANG III Berbasis STANDAR LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI JENJANG III Berbasis Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BUNGA KERING DAN BUNGA BUATAN LEVEL I, II, III, dan IV berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BUNGA KERING DAN BUNGA BUATAN LEVEL I, II, III, dan IV berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BUNGA KERING DAN BUNGA BUATAN LEVEL I, II, III, dan IV berbasis Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN EKSPOR IMPOR LEVEL II

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN EKSPOR IMPOR LEVEL II STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN EKSPOR IMPOR LEVEL II Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR LEVEL II berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR LEVEL II berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR LEVEL II berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Sri Suharmini Wahyuningsih 1 minuk@ut.ac.id Abstrak Kesepakatan pemimpin ASEAN dalam memajukan masyarakat agar dapat mengembangan perekonomian

Lebih terperinci

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA. Dokumen 001

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA. Dokumen 001 KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA Dokumen 001 Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia 2015 1 Liberalisasi Pasar Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN PIJAT PENGOBATAN REFLEKSI LEVEL III berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN PIJAT PENGOBATAN REFLEKSI LEVEL III berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN PIJAT PENGOBATAN REFLEKSI LEVEL III berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan

Lebih terperinci

Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar ELMEN UTAMA PENGEMBANGAN KURIKULUM Nama :Feri dwi haryanto NIM :15105241029 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Standar Nasional Pendidikan, adalah kriteria minimal tentang pembelajaran pada jenjang pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BABY SITTER LEVEL II berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BABY SITTER LEVEL II berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BABY SITTER LEVEL II berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA

ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA Pengantar Keberadaan bangsa Indonesia dewasa ini dihadapkan persoalan-persoalan yang sangat kompleks. Secara eksternal, Globalisasi dengan segala konsekuensinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri demografis,

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN 2007-2012 Jakarta 2007 DAFTAR ISI Hal Judul i Daftar Isi.. ii Kata Pengantar.. iii Keputusan Senat Unika Atma Jaya... iv A. Pendahuluan

Lebih terperinci

HASIL SIDANG KOMISI 8 REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012

HASIL SIDANG KOMISI 8 REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012 HASIL SIDANG KOMISI 8 REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sawangan, 28 Februari 2012 1 1. Pokok-pokok Pikiran Integrasi kebudayaan dalam pendidikan, berfungsi

Lebih terperinci

PENYIAPAN TENAGA TERAMPIL MENYONGSONG PEMBERLAKUAN PASAR BEBAS MEA 2015

PENYIAPAN TENAGA TERAMPIL MENYONGSONG PEMBERLAKUAN PASAR BEBAS MEA 2015 Published on Universitas Negeri Yogyakarta (https://uny.ac.id) Home > Prof. Dr. Muhyadi Prof. Dr. Muhyadi Submitted by nurhadi on Sun, 2015-06-21 13:09 PENYIAPAN TENAGA TERAMPIL MENYONGSONG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2005-2025 VISI : Kabupaten Pasuruan yang Agamis, Berdaya Saing, Mandiri, dan Sejahtera MISI : 1. Penerapan nilai-nilai

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN DAN PELATIHAN MASTER OF CEREMONY (MC) LEVEL III berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN DAN PELATIHAN MASTER OF CEREMONY (MC) LEVEL III berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN DAN PELATIHAN MASTER OF CEREMONY (MC) LEVEL III berbasis Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1. Identifikasi Permasalahan Identifikasi permasalahan berisikan Isu-isu strategis yaitu isu-isu yang berkaitan dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumbawa

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDKAN KESEHATAN MASYARAAT. Sabarinah Prasetyo, DR., dr., M.Sc. Wakil Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

PENGEMBANGAN PENDIDKAN KESEHATAN MASYARAAT. Sabarinah Prasetyo, DR., dr., M.Sc. Wakil Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia PENGEMBANGAN PENDIDKAN KESEHATAN MASYARAAT Sabarinah Prasetyo, DR., dr., M.Sc. Wakil Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Disampaikan dalam Kongres Nasional Ikatan Ahli Kesehatan

Lebih terperinci

S1 Manajemen. Visi. Misi

S1 Manajemen. Visi. Misi PAGE 1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI S1 Manajemen Visi Menuju Program Studi Sarjana yang berstandar internasional dengan tetap memperhatikan nilai-nilai lokal dalam mengembangkan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan Capaian Pembelajaran

Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan Capaian Pembelajaran Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan Capaian Pembelajaran Oleh Retno Annik Raharjo http://rannikrhj26.blogs.uny.ac.id NIM 15105241023 Standar Nasional Pendidikan Tinggi Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BABY SITTER LEVEL III berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BABY SITTER LEVEL III berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN BABY SITTER LEVEL III berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister a. Profil Lulusan Profil utama lulusan Program Magister Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SEKRETARIS LEVEL II berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SEKRETARIS LEVEL II berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SEKRETARIS LEVEL II berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum menjadi komponen acuan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, selain itu juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai level/jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN PERPAJAKAN PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN (PASAL 22, 23, 4 AYAT 2 DAN 15) LEVEL

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN PERPAJAKAN PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN (PASAL 22, 23, 4 AYAT 2 DAN 15) LEVEL STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN PERPAJAKAN PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN (PASAL 22, 23, 4 AYAT 2 DAN 15) LEVEL III berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN PERPAJAKAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI LEVEL IV berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN PERPAJAKAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI LEVEL IV berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN PERPAJAKAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI LEVEL IV berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA HANDBOOK I st EDITION BUKUU PEDOMAN KERANGKA KUALIFIKASI NASION NAL INDONESIA Edisi 1 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi T Kementeriann Pendidikan Nasional Republik Indonesia Juli 20100 Kata Pengantar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional PENDAHULUAN Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN ANIMASI JENJANG II, III dan IV berbasis

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN ANIMASI JENJANG II, III dan IV berbasis KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN ANIMASI JENJANG II, III dan IV berbasis Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA YOGYAKARTA 2015 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah yang kuat merupakan suatu kekuatan yang dapat menyatukan tujuan, menciptakan motivasi, komitmen dan loyalitas seluruh warga sekolah, serta memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Jerman, dan bahkan Malaysia menempatkan pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN PENDAMPING IJAZAH Sosialisasi Implementasi ZULFAHMI ALWI_LPM_UINAM

SURAT KETERANGAN PENDAMPING IJAZAH Sosialisasi Implementasi ZULFAHMI ALWI_LPM_UINAM SURAT KETERANGAN PENDAMPING IJAZAH Sosialisasi Implementasi ZULFAHMI ALWI_LPM_UINAM Harapan Baru Pada PT 1. PT Harus Menjadi Cermin Pendidikan Karakter Bangsa 2. PT Harus Menjadi Sumber Penghasil Sdm Unggul

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298) I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Peraturan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN DAN PELATIHAN MASTER OF CEREMONY (MC) LEVEL IV BERBASIS

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN DAN PELATIHAN MASTER OF CEREMONY (MC) LEVEL IV BERBASIS STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN DAN PELATIHAN MASTER OF CEREMONY (MC) LEVEL IV BERBASIS Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MASTER OF CEREMONY BERBASIS

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MASTER OF CEREMONY BERBASIS KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MASTER OF CEREMONY BERBASIS Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6108 ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 179) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang Mengingat : a. bahwa pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa pendidikan nasional

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang dalam mengembangkan

Lebih terperinci

Refungsi Penjaminan Mutu di Satuan Penddikan. Oleh: Alif Noor Hidayati

Refungsi Penjaminan Mutu di Satuan Penddikan. Oleh: Alif Noor Hidayati Refungsi Penjaminan Mutu di Satuan Penddikan Oleh: Alif Noor Hidayati Hari Pendidikan Nasional tahun 2013 menjadi satu tonggak melakukan evaluasi sistem pendidikan nasional. Di tengah berbagai persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat

Lebih terperinci