BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Solid Lipid Nanopartikel Solid lipid nanopartikel (SLN) adalah partikel yang dibuat dari lipid padat dengan diameter rata-rata antara nm. Keunggulan utama SLN sebagai pembawa suatu zat aktif dibandingkan polimer nanopartikel adalah matriks lipidnya dibuat dari lipid fisiologis yang menurunkan bahaya toksisitas akut dan kronis. Dalam pembuatannya SLN dapat dibuat dengan beberapa teknik yang akan diuraikan di bawah ini (Muller et al., 2000) Metode Pembuatan Berbagai metode teknik pembuatan SLN telah dikembangkan. Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kekurangannya Pemilihan metode dapat disesuaikan dengan kebutuhan. a. Teknik homogenisasi bertekanan tinggi Ada dua teknik utama yang digunakan yaitu homogenisasi panas dan homogenisasi dingin. Pada kedua teknik tersebut dilakukan pelarutan bahan aktif dalam lipid yang dileburkan kira-kira 5-10 C di atas suhu leburnya. Untuk teknik homogenisasi panas leburan bahan aktif didispersikan dan diaduk dalam larutan surfaktan panas dengan temperatur yang sama. Kemudian pre-emulsi ini dihomogenisasi dengan alat homogenisasi jenis piston-gap, yang memproduksi nanoemulsi panas yang kemudian didinginkan sampai terbentuk SLN. Untuk teknik homogenisasi dingin leburan bahan aktif didinginkan sehingga terbentuk lipid mikropartikel yang lalu didispersikan dalam larutan surfaktan dingin membentuk presuspensi. Presuspensi ini kemudian dihomogenisasi pada atau di bawah suhu kamar dengan tekanan yang cukup untuk memecah lipil mikropartikel menjadi SLN. Tekanan 2

2 3 yang dipakai dapat bervariasi mulai dari bar. Pemberian tekanan tinggi kepada bahan dilakukan dalam beberapa siklus yang dihentikan setiap siklus selesai Teknik homogenisasi panas baik digunakan untuk bahan yang sensitif terhadap suhu tinggi karena pemaparan terhadap temperatur yang meningkat relatif singkat. Teknik homogenisasi dingin dapat digunakan untuk bahan yang sangat sensitif terhadap panas dan bahan hidrofililk karena bahan tersebut akan terpartisi di antara leburan lipid dan fasa air selama proses homogenisasi panas (Muller et al., 2000). b. Teknik homogenisasi kecepatan tinggi dan dispersi ultrasound Teknik homogenisasi dilakukan dengan melelehkan lipid padat lalu dilakukan pengadukan dengan kecepatan tinggi. Pengadukan dapat dilakukan dengan kecepatan 2000 putaran per menit selama beberapa menit. Larutan yang terbentuk diemulsifikasi dengan alat ultrasound. SLN akan terbentuk dengan pendinginan emulsi pada suhu kamar yang diikuti pengadukkan dengan kecepatan lebih tinggi (Muller et al., 2000). c. Teknik mikroemulsi Mikroemulsi adalah larutan bening yang dibuat dari campuran fasa lipofil, surfaktan, kosurfaktan dan air. Mikroemulsi dianggap bukan lagi sebagai emulsi yang sebenarnya namun sebagai larutan kritis. Pendispersian mikroemulsi ini ke dalam air akan menimbulkan presipitasi fasa lipid dan membentuk partikel-partikel halus. Efek ini yang digunakan dalam metode pembuatan SLN dengan teknik mikroemulsi. Untuk membuat mikroemulsi dari lipid yang padat pada suhu kamar, mikroemulsi harus dibuat pada temperatur di atas titik lebur lipid. Lipid yang digunakan dileburkan. Campuran air, ko-surfaktan dan surfaktan dipanaskan sehingga mencapai temperatur yang sama dengan lipid kemudian campuran ditambahkan ke dalam leburan lipid dan diaduk. Mikroemulsi yang terjadi didispersikan ke media campuran dingin (2-3 C) dengan pengadukkan dan pastikan bahwa ukuran partikel kecil yang terbentuk adalah akibat dari presipitasi bukan akibat dari proses pengadukan (Muller et al., 2000).

3 4 d. Teknik emulsifikasi dan difusi pelarut Pada teknik ini dilakukan pelarutan lipid dalam pelarut organik yang larut dalam air, misalnya kloroform yang diemulsifikasi dalam bentuk larutan. Pelarut yang digunakan kemudian diuapkan dengan menurunkan tekanan dan dispersi nanopartikel terjadi karena adanya presipitasi lipid dalam larutan tersebut. Kelebihan dari teknik ini adalah tidak digunakannya panas pada proses pembuatan. Sedangkan kekurangan yang paling utama dari teknik ini adalah digunakannya pelarut organik dalam proses pembuatan yang dapat meningkatkan toksisitas (Muller et al., 2000) Karakterisasi SLN Karakterisasi SLN yang dihasilkan sangat penting dan diperlukan untuk mengontrol kualitas dari produk. Karakterisasi SLN sulit untuk dilakukan karena ukuran partikel yang kecil serta sistem yang kompleks. Ada beberapa parameter yang perlu ditinjau yang berpengaruh langsung terhadap stabilitas dan kinetika pelepasan suatu zat aktif dari SLN. a. Ukuran partikel Ukuran partikel adalah parameter penting untuk mengetahui kualitas SLN yang diproduksi. Beberapa alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi ukuran partikel: (1) Laser Diffractometry (LD) yang prinsip metodenya didasarkan pada hubungan sudut difraksi pada radius partikel yaitu partikel yang berukuran lebih kecil meyebabkan penghamburan cahaya yang lebih intensif pada sudut yang lebih besar dibandingkan dengan partikel besar; dan (2) Photon Correlation Spectrometry (PCS) yang prinsip metodenya adalah mengukur fluktuasi dari intensitas penghamburan cahaya yang disebabkan oleh pergerakan partikel. Kedua alat di atas tidak dapat mengetahui ukuran partikel secara langsung. Hasil pengukuran intensitas penghamburan cahaya akan dikonversikan menjadi ukuran partikel. Kesulitan akan muncul ketika sampel mengandung partikel-partikel dengan bentuk yang tidak sferis atau dengan ukuran yang berbeda-beda sehingga hasil pengukuran partikel yang diperoleh mungkin tidak tepat. Untuk mengurangi ketidaktepatan hasil dapat digunakan metode pengukuran tambahan yaitu dengan menggunakan mikroskop cahaya sehingga dapat diketahui bentuk partikel yang telah diproduksi (Muller et al., 2000).

4 5 b. Morfologi partikel Tinjauan tentang morfologi partikel sangat penting untuk mengetahui bentuk partikel yang telah diproduksi. Partikel SLN yang terbentuk harus berbentuk sferis. Beberapa alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi morfologi partikel yaitu Scanning Elektron Microscopy (SEM) atau X-Ray Diffraction (Muller et al., 2000). 1.2 Kulit Dalam penelitian ini vitamin E asetat yang dibuat menjadi SLN adalah untuk tujuan penggunaan topikal. Untuk itu diperlukan tinjauan pustaka mengenai struktur dan fungsi kulit Fungsi Kulit Kulit adalah bagian dari sistem integumen dan merupakan organ tubuh yang paling luas dan paling luar pada manusia serta menutupi seluruh permukaan tubuh. Luas permukaan kulit manusia dewasa adalah 2 m 2 (Martini, 2001). Fungsi utama kulit adalah: (1) proteksi jaringan serta organ-organ di bawahnya dari tekanan, goresan dan pengaruh senyawa kimia; (2) ekskresi garam, air dan buangan organik dari kelenjar integument; (3) menjaga kestabilan temperatur normal tubuh; (4) sintesis vitamin D3, sebuah steroid yang akan diubah menjadi hormone calcitrol yang penting untuk mrtabolisme kalsium; (5) penyimpanan nutrient, yaitu lipid yang disimpan di adiposit pada dermis serta pada jaringan adipose pada lapisan subkutan; dan (6) deteksi stimulant sentuhan, tekanan, rasa sakit serta temperatur dan mentransmisikan informasi ke system saraf (Martini, 2001). Kulit menerima sekitar satu pertiga peredaran darah dalam tubuh dan terdiri dari lapisanlapisan sel yang berbeda-beda dan tersusun paralel ke permukaan. Lapisan-lapisan penyusun kulit adalah epidermis, dermis dan subkutan (Martini, 2001) Lapisan-lapisan penyusun kulit a. Epidermis Epidermis terdiri dari squamus epithelium. Lapisan ini memberikan proteksi mekanis dan membantu menjaga agar mikroorganisme tetap berada di luar tubuh.

5 6 Sel epitel yang paling banyak adalah sel keratinosit yang membentuk beberapa lapisan. Keratinisasi adalah dibentuknya protein keratin oleh sel keratinosit yang membantu menahan air, melindungi kulit dan jaringan di bawah kulit serta berperan dalam imunitas. Epidermis dibentuk oleh beberapa lapisan, dari yang paling dalam sampai paling luar (Martini, 2001). Stratum germinativum disebut juga stratum basale yang merupakan lapisan tunggal dari sel-sel berbentuk kubus. Sel-sel basal adalah jenis sel yang paling banyak terdapat di lapisan ini yang merupakan stem sel yang akan terus membelah secara kontinu. Stem sel yang membelah akan menggantikan sel keratinosit yang hilang di permukaan epitel (Martini, 2001). Hemidesmosom adalah yang menghubungkan sel-sel dari lapisan ini ke bagian paling bawah membran yang memisahkan epidermis serta dermis. Pada stratum germinativum terdapat melanosit. Fungsi utama dari sel melanosit ini adalah memproduksi melanin yang akan memberi warna pada kulit. Melanosit merupakan organel sitoplasmik yang dikenal sebagai melanosom di mana melanin dibentuk oleh aktivitas enzim tirosinase (Martini, 2001). Stratum spinosum terdiri dari 8-10 baris sel. Setiap kali stem sel membelah, satu sel hasil pembelahannya akan terdorong ke stratum spinosum. Di lapisan ini terdapat jembatan antar sel yang disebut desmosom yang menghubungkan sel keratinosit. Stratum spinosum juga mengandung sel Langerhans yang berperan dalam respons imun tubuh. Sel-sel Langerhans ini bertanggung jawab untuk menstimulasi pertahanan terhadap mikroorganisme yang mampu berpenetrasi sampai ke lapisan dalam epidermis serta kanker kulit di permukaan (Martini, 2001). Stratum granulosum terdiri dari 3-5 lapisan keratinosit yang direlokasi dari stratum spinosum. Ketika sel telah mencapai lapisan ini sel tersebut akan berhenti membelah. Selsel ini juga memproduksi banyak protein keratin dan keratohyalin. Pada manusia, protein keratin yang berserat adalah struktur dasar dari kulit dan rambut. Seiring dengan pembentukan serat keratin, sel yang terbentuk menjadi lebih pipih, membran sel menebal dan kurang permeabel. Keratohyalin akan membentuk granul rapat pada sitoplasma yang mendukung dehidrasi sel serta membentuk agregasi dan cross-linking dari serat keratin (Martini, 2001).

6 7 Straturatm ludisum terdiri dari 3-4 baris sel yang mengandung eleidin, yang terbentuk dari keratohyalin yang ditransformasi menjadi keratin. Stratum lusidum merupakan lapisan transparan dengan kandungan hialin minimum (Martini, 2001). Stratum corneum adalah lapisan yang paling terpapar pada kulit. Biasanya lapisan ini terdiri atas lapisan sel yang terkeratinisasi. Penetrasi perkutan sangat ditentukan oleh lapisan stratum corneum yang merupakan lapisan kulit terluar. Stratum corneum terdiri dari beberapa lapis sel yang kompak, rata, kering dan mengandung keratin. Sel-sel lapisan stratum corneum secara fisiologi tidak aktif dan akan selalu digantikan oleh lapisan epidermis di bawahnya. Kadar air lapisan stratum corneum hanya sekitar 20% dibandingkan kadar air normal standar fisiologi yang sebanyak 70% pada stratum lusidum yang aktif dan merupakan lapisan regeneratif dari lapisan epidermis keseluruhan (Martini, 2001). Kulit manusia terdiri dari folikel rambut dan kelenjar keringat untuk setiap cm 2 luas permukaan tubuh. Bagian kulit yang mengandung komponen folikel rambut dan kelenjar keringat hanya 0,1% dari total luas kulit manusia, walaupun demikian zat asing terutama yang larut dalam air kemungkinan dapat terpenetrasi ke dalam kulit melalui bagian kulit tersebut lebih cepat dibandingkan kontak dengan stratum corneum (Martini, 2001). Fungsi stratum corneum sebagai barier ditentukan oleh tiga faktor. Faktor pertama adalah lokalisasi dari barier tersebut. Secara topikal penetrasi terjadi pada lapisan perifer dari stratum corneum, kemudian melalui subepitel epidermis dan seterusnya berhenti pada lapisan terakhir stratum corneum. Faktor kedua adalah model dua kompartemen stratum corneum, dapat diterangkan dengan adanya sel korneosit yang kaya keratin dikelilingi oleh fase lemak yang berkesinambungan. Permeabilitas lapisan stratum corneum terhadap bahan yang terpenetrasi dapat diterangkan dengan model tersebut dengan menentukan kelarutannya dalam air dan koefisien partisi antara minyak dan air. Faktor ketiga adalah hubungan antara struktur lemak dan fungsi barier, di mana membran stratum corneum terdiri dari fosfolipida dengan komposisi utama kolesterol, asam lemak dan seramida. Seramida merupakan komponen terpenting pada lapisan barier yang berfungsi menstabilkan lapisan multilamelar (Martini, 2001).

7 8 Gangguan pada stratum corneum yang disebabkan antara lain oleh defisiensi asam lemak esensial, kulit yang kering dan penyakit pada lapisan epidermis dapat mengganggu penetrasi obat melalui kulit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa stratum corneum mempunyai komposisi struktur mekanis yang unik dan fungsinya sebagai lapisan barier merupakan unsur yang penting dalam sediaan transdermal maupun sediaan topikal yang lain (Martini, 2001). b. Dermis Dermis terdiri dari jaringan penghubung yang mengandung kolagen dan serabut elastis sekitar 70%. Bagian atas dari dermis dinamakan lapisan papilari yang permukaan atasnya disebut demal papilla yang mengandung kapiler dan korpuskel Meisner. Bagian bawah dermis disebut daerah retikular yang terdiri dari kolagen, serabut elastis, jaringan adipose, folikel rambut, saraf, kelenjar minyak dan keringat. Sel utama yang terdapat pada dermis adalah fibroblast yang memproduksi kolagen, fibronektin dan vitronektin; sel mast yang berperan dalam sistem imun serta respon peradangan; dan melanosit (Martini, 2001). c. Hipodermis atau Subkutan Hipodermis atau subkutan merupakan lapisan yang terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri dari jaringan serabut-serabut longgar dan mengandung sel lemak serta mengandung banyak jaringan adipose yang membentuk ikatan yang lentur antara struktur kulit di dalam dengan struktur kulit pada permukaan kulit. Fungsi lapisan hipodermis adalah sebagai sumber energi, pelindung bagi struktur vital di bawahnya, menopang saraf Pacini, kelenjar dan pembuluh darah serta menjadi konduktor panas dan mencegah kehilangan panas yang berlebihan dari tubuh (Martini, 2001). 1.3 Absorpsi Perkutan Absorpsi perkutan adalah masuknya obat atau zat aktif dari luar kulit ke dalam jaringan kulit dengan melewati membran sebagai pembatas. Membran pembatas ini adalah stratum corneum yang bersifat tidak permeabel terutama terhadap zat larut air, dibandingkan terhadap zat yang larut dalam lemak. Penetrasi melintasi stratum corneum dapat terjadi karena adanya proses difusi melalui dua mekanisme yaitu transepidermal dan transappendageal.

8 9 Mekanisme transepidermal merupakan penetrasi dengan cara difusi pasif. Difusi pasif melalui mekanisme ini dapat terjadi melalui dua jalur kemungkinan yaitu difusi intraseluler yang melalui sel korneosit yang berisi keratin dan difusi interseluler yang melalui ruang antar sel stratum corneum. Transepidermal merupakan jalur yang utama pada absorpsi perkutan karena kuas permukaan kulit kali lebih luar daripada luas permukaan kelenjar dalam kulit. Absorpsi melalui rute transepidermal sangat ditentukan oleh keadaan stratum corneum yang berfungsi sebagai membran semipermeabel. Jumlah zat aktif yang terpenetrasi tergantung pada gradien konsentrasi dan koefisien partisi senyawa aktif dalam minyak dan air. Mekanisme transappendageal adalah mekanisme penetrasi molekul zat aktif melalui poripori yang ada pada kelenjar keringat dan folikel rambut. Folikel rambut memiliki permeabilitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan stratum corneum sehingga absorpsi lebih cepat terjadi melewati pori folikel daripada melewati stratum corneum. Mekanisme ini adalah mekanisme satu-satunya yang mungkin bagi senyawa-senyawa dengan molekul besar dengan kecepatan difusi rendah atau kelarutan yang buruk yang tidak dapat menembus stratum corneum. Faktor yang dapat mempengaruhi absorpsi perkutan adalah : (1) kelarutan dan karakterisasi distribusi obat; (2) perbedaan konsentrasi obat pada membran; (3) karakter dari pelarut atau pembawa yang digunakan pada obat; dan (4) ketebalan stratum corneum. Fenomena absorpsi perkutan terdiri dari dua tahap, yaitu pelepasan zat aktif dari pembawa untuk diabsorbsi di atas permukaan stratum corneum dan difusi molekul zat aktif ke dalam lapisan bawah kulit (Troy, 2006). 1.4 Sinar Matahari pada Kulit Sinar matahari adalah sumber energi yang paling besar. Pemaparan terhadap sinar matahari dapat memberikan efek yang menguntungkan dan sekaligus merugikan pada manusia. Hal ini sangat tergantung dari panjang gelombang radiasi matahari yang terpapar pada kulit, frekuensi dan lamanya sinar pada kulit, intensitas sinar matahari serta sensitifitas seseorang (Shaath, 1990).

9 Efek Sinar Matahari yang Menguntungkan Pemaparan sinar matahari yang wajar akan menstimulasi peredaran darah, meningkatkan pembentukan hemoglobin dan dapat pula menyebabkan penurunan tekanan darah. Selanjutnya pemaparan sinar matahari memegang peranan penting dalam pencegahan dan pengobatan penyakit Riketsia melalui pembentukan vitamin D pada epidermis dengan aktivasi dari 7-dehidrikolesterol (provitamin D3) (Harry, 1962) Efek Sinar Matahari yang Merugikan Sinar matahari dapat memberikan efek yang merugikan baik melalui penyinaran yang terjadi secara singkat atau yang terus-menerus, Efek sinar matahari yang merugikan antara lain adalah sunburn dan pembentukan radikal bebas (Shaath, 1990). Efek dari pemaparan sinar matahari jangka pendek adalah kerusakan sementara pada epidermis yang muncul dalam gejala sunburn atau kulit terbakar. Sunburn pada kulit disebabkan oleh intensitas radiasi sinar matahari yang tidak terlalu tinggi. Gejala sunburn dapat muncul dalam berbagai tingkatan, dari eritema ringan sampai rasa terbakar dan luka yang sakit. Pada beberapa tertentu kasus untuk sunburn yang terjadi di area kulit yang luas dapat sampai menimbulkan demam dan mual-mual. Menurut Keller, gejala sunburn merupakan pengaruh langsung dari kerusakan sel pada prickle cell pada kulit karena denaturasi konstituen proteinnya. Substitusi seperti histamin disebabkan oleh sel yang rusak, yang menyebabkan terjadinya dilatasi pembuluh darah dan eritema, edema dan menstimukasi proliferasi sel basal pada kulit. Menurut Luckiesh terdapat empat tingkatan dari sunburn yaitu eritema minimal dengan gejala ringan dan dalam waktu 20 menit tampak warna merah atau merah muda pada kulit, eritema sedang yang terjadi dalam waktu 50 menit berupa warna merah cerah yang tidak disertai rasa nyeri, luka bakar yang terjadi setelah 100 menit dan tampak eritema disertai rasa nyeri ringan sampai berat, luka bakar yang melepuh yang terjadi setelah 200 menit disertai dengan rasa nyeri dan panas yang menunjukkan gejala sistemik dengan pelepuhan dan pengelupasan kulit (Harry, 1962).

10 11 Sunburn tidak meninggalkan bekas luka. Sunburn ringan akan hilang setelah jam. Sunburn yang lebih berat akan hilang setelah 4-8 hari. Respon kulit berbeda terhadap radiasi dari panjang gelombang yang berbeda. Pemerahan pada kulit dihasilkan oleh radiasi sinar tampak dan inframerah ( nm) yang akan hilang dengan cepat dan muncul dengan cepat setelah pemaparan. Radiasi antara nm menginduksi pigmentasi tetapi tidak bersifat eritemogenik. Eritema terjadi karena pemaparan radiasi nm dan dapat juga diinduksi oleh radiasi pada panjang gelombang yang lebih rendah. Intensitas eritema yang dihasilkan pada kulit setelah pemaparan sinar matahari tergantung dari jumlah energi UV yang diabsorpsi oleh kulit. Eritema umumnya mulai timbul setelah periode laten 2-3 jam dan mencapai intensitas maksimum dalam jam setelah pemaparan. (Shaath, 1990) Radiasi UV Sinar Matahari Spektrum radiasi sinar matahari yang paling sering mempengaruhi kulit adalah radiadi ultraviolet. Daerah spektrm UV terbagi menjadi tiga yaitu UVA, UVB, dan UVC. a. UVA UVA adalah sinar dengan rentang panjang gelombang antara nm dengan efektivitas tertinggi pada 340 nm. UVA akan menyebabkan warna cokelat dengan segera pada kulit tanpa menimbulkan kemerahan sebelumnya akibat adanya fotooksidasi melanin dalam bentuk leuko yang terdapat pada lapisan atas kulit. UVA lemah dalam menyebabkan eritema. Efek negatif UVA adalah photoaging dengan timbulnya kerutan, fotoelastosis, depresi system imun, gangguan pigmentasi, prekanker dan neoplasia malignan yang timbul akibat paparan UVA dalam waktu lama (Shaath, 1990). b. UVB UVB adalah sinar dengan rentang panjang gelombang antara nm dengan efektivitas tertinggi pada 297,6 nm. UVB bersifat eritemogenik yang dapat menyebabkan ternjadinya sengatan surya dan reaksi pembentukan melanin awal, Sekitar 30% UVB diabsorpsi oleh stratum corneum dan tidak lebih dari 10% UVB mencapai dermis. Kanker kulit dan penuaan kulit serta kerusakan pada makromolekul dan membrane disebabkan oleh UVB (Shaath, 1990).

11 12 c. UVC UVC adalah sinar dengan rentang panjang gelombang lebih kecil dari 290 nm. Walaupun kerusakan pada jaringan disebabkan oleh UVC, akan tetapi UVC dalam jumlah besar tersaring oleh ozon pada atmosfer. Warna cokelat pada kulit jarang terjadi karena UVC tetapi UVC dapat meneyabkan eritema (Shaath, 1990). 1.5 Tabir Surya Zat aktif tabir surya didefinisikan sebagai bahan yang sekurang-kurangnya dapat menyerap 85% radiasi UV dengan panjang gelombang nm dan tidak dapat atau dapat menstransmisikan radiasi yang panjang gelombangnya lebih besar dari 320 nm. Tabir surya merupakan sediaan topikal yang dapat menghalangi dampak radiasi ultraviolet dengan cara menyerap, memantulkan atau menghamburkan radiasi ultraviolet. Dampak radiasi ultraviolet dapat dicegah dengan menggunakan tabir surya sebelum terpapar sinar matahari (Shaath, 1990) Mekanisme Kerja Tabir Surya Berdasarkan mekanisme kerjanya, tabir surya digolongkan menjadi dua yaitu pemblok fisik dan penyerap kimia (Shaath, 1990) a. Pemblok fisik (Physical blocker) Tabir surya yang merupakan pemblok fisik bekerja dengan memantulkan atau menghamburkan radiasi UV. Mekanisme ini terjadi akibat ukuran-ukuran partikel bahan yang kecil. Contoh tabir surya yang bersifat pemblok fisik adalah petrolatum, senyawa anorganik sepertu zink oksida dan titanium oksida. Senyawa-senyawa ini apabila terdapat dalam jumlah yang cukup dapat memantulkan semua spektrum ultraviolet, visible dan sinar infra merah. Pemblok fisik efektif untuk melindungi kulit terhadap pemaparan radiasi UVA maupun UVB. Dua senyawa pemblok fisik yang paling umum digunakan adalah zink oksida dan titanium oksida, keduanya inert secara kimia, tidak bersifat iritan dan memberikan perlindungan sempurna terhadap seluruh spektrum UV (Shaath, 1990).

12 13 b. Penyerap kimia (Chemical absorber) Tabir surya yang merupakan penyerap kimia bekerja dengan menyerap secara spesifik radiasi UV. Contoh tabir surya yang bersifat sebagai penyerap kimia adalah turunan para aminobenzoat (PABA), turunan sinamat, dan turunan salisilat. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa yang tersusun atas struktur aromatic yang terkonjugasi dengan gugus karbonil dan dengan gugul pelepas elektron (amin atau metroksi) yang berada pada posisi para atau orto terhadap gugus karbonil atau aromatik. Senyawa kimia dengan konfigurasi tersebut dapat menyerap radiasi UV berenergi tinggi dengan panjang gelombang pendek yaitu nm dan mengubah energi yang tersisa menjadi radiasi dengan panjang gelombang yang lebih panjang (energi lebih rendah) yaitu >380 nm yang relative tidak berbahaya. Energi yang diabsorbsi dari radiasi UVA dan UVB besarnya sama dengan energi resonansi yang dibutuhkan untuk delokalisasi elektron pada komponen aromatic. Dengan demikian energi yang diserap dari radiasi UV merupakan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan eksitasi fotokimia pada senyawa tabir surya. Dengan kata lain, senyawa tabir surya tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi (π*) dari tingkat dasar (n) dengan menyerap radiasi UV. Molekul yang tereksitasi kembali ke tingkat energi dasar dengan mengemisikan energi yang lebih rendah (panjang gelombang lebih tinggi) dibandingkan energi yang diserap untuk menyebabkan eksitasi. Radiasi dengan panjang gelombang lebih panjang diemisikan dengan bebagai cara. Jika kehilangan energi cukup besar, panjang gelombang yang diemisikan akan berada pada daerah infra merah dan dapat menyebabkan radiasi panas yang ringan pada kulit. Efek ini tidak dirasakan oleh kulit karena kulit telah menerima panas yang lebih besar saat terpapar sinar matahari secara langsung (Shaath, 1990) Antioksidan Sebagai Tabir Surya Ada berbagai senyawa dengan bobot molekul kecil yang dapat berperan sebagai penghambat radikal bebas. Senyawa ini dikenal sebagai antioksidan (Shaath, 1990). Tabir surya adalah senyawa yang memiliki efek fotoprotektan. Ada beberapa mekanisme suatu senyawa dapat berfungsi sebagai fotoprotektan yaitu senyawa yang meredakan perusakkan kulit, dapat dengan menyerap atau bertindak sebagai penghambat radiasi UV. Umumnya senyawa ini merupakan fotoprotektan topikal.

13 14 Termasuk dalam golongan senyawa fotoprotektan topikal adalah : (1) senyawa yang berkompetisi dengan molekul target yang dapat merusak kulit. Contoh: UV dapat menginduksi terbentuknya radikal bebas pada kulit. Senyawa antioksidan atau pemburu radikal bebas akan berkompetisi dengan molekul target dan membalikkan efek yang merusak; (2) senyawa yang memberikan aksi rmenyembuhkan dengan memperbaiki kerusakan molekul target. Beberapa senyawa seperti nukleotida telah menunjukkan kemampuan memperlambat munculnya edema karena radiasi UV dan; (3) senyawa yang menekan berbagai level respon inflamasi sehingga menghalangi berbagai manifestasi dari kerusakan akibat radiasi UV. Berdasarkan mekanisme di atas (nomor 2) dapat disimpulkan bahwa antioksidan merupakan senyawa potensial untuk digunakan sebagai fotoprotektan. Peroksidasi lipid, yang akan membentuk lipid peroxide dan superoxide dismutase (SOD) diketahui sebagai sumber kerusakan sel akibat radiasi matahari dan diinisiasi melalui serangan radikal bebas. Kerusakan sel yang terjadi akan muncul sebagai respon inflamasi, misalnya eritema, edema dan infiltrasi neutrofil. Berbagai antioksidan yang mampu menangkap senyawa radikal bebas tersebut, salah satunya vitamin E, telah terbukti mampu bertindak sebagai inhibitor yang efektif untuk proses peroksidasi lipid (Shaath, 1990) Faktor Pelindung Surya (FPS) Setiap sediaan tabir surya memilili nilai faktor pelindung surya (FPS). Nilai FPS ini perlu diketahui karena nilai ini merupakan parameter kemampuan sediaan tersebut dalam melindungi kulit. Faktor pelindung surya didefinisikan sebagai rasio dari dosis energi terendah yang diperlukan untuk menyebabkan eritema atau sunburn dengan pemakaian tabir surya dibandingkan terhadap energi terendah yang diperlukan untuk menyebabkan eritema atau sunburn tanpa menggunakan tabir surya (Shaath, 1990). Nilai FPS dapat dihitung dengan membandingkan nilai radiasi yang didapat kulit tanpa pemakaian tabir surya dengan nilai radiasi yang didapat kulit dengan pemakaian tabir surya (Shaath, 1990).

14 Praformulasi Studi praformulasi merupakan suatu proses optimasi suatu sediaan melalui penentuan dan pendefinisian sifat-sifat fisika dan kimia yang penting dalam menyusun suatu formulasi sediaan obat yang bermutu, berkhasiat dan aman untuk digunakan Vitamin E Asetat Vitamin E dapat dijadikan zat tambahan dalam sediaan tabir surya karena kemampuannya sebagai fotoprotektan yang memiliki aktivitas antioksidan dan kemampuan menghambat respon inflamasi. Gambar 1.7. Struktur kimia vitamin E asetat (Rowe, 2003). Vitamin E asetat merupakan cairan kental, jernih, kekuningan. Vitamin E asetat praktis tidak larut dalam air, larut dalam aseton, etanol, ester dan minyak lemak. Vitamin E asetat lebih stabil terhadap cahaya dan udara dibandingkan dengan vitamin E (Dept. of Health, Social Services & Public Safety, 2002) Tween 80 Tween 80 atau polyoxyethylene monooleat sorbitan digolongkan ke dalam surfaktan nonionik dengan nilai Hydrophilic-Lipophilic Balance (HLB) 15 dan berperan sebagai agen pengemulsi. Tween 80 merupakan cairan seperti minyak, jernih, berwarna kuning muda hingga cokelat muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat. Tween 80 sangat mudah larut dalam air, larutan tidak berbau, dan praktis tidak berwarna, dan tidak larut dalam minyak mineral (Rowe, 2003) Propilenglikol Propilen glikol merupakan cairan jernih kental, tidak berwarna dan memiliki rasa manis. Propilen glikol dapat bercampur dengan aseton, etanol, gliserin dan air. Propilenglikol biasa digunakan sebagai pelarut (konsentrasi 5-80 % untuk sediaan topikal), humektan dan

15 16 pengawet pada konsentrasi %. Propilen glikol bersifat higroskopis, dan sebaikknya disimpan pada tempat tertutup, sejuk, dan terlindung dari cahaya (Rowe, 2003) Setil Alkohol Setil alkohol merupakan padatan putih, berbentuk granul atau kubus, mempunyai bau khas dan tidak berasa. Setil alkohol mempunyai titik leleh C. Setil alkohol sangat mudah larut dalam etanol 95% dan eter, praktis tidak larut dalam air dan larut ketika dilelehkan dengan lemak, parafin padat dan cair, serta isopropil miristat (Rowe, 2003).

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh

Lebih terperinci

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

MAGDA LILIANNA FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

MAGDA LILIANNA FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI MAGDA LILIANNA 10703054 FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007 Pada kutipan atau saduran skripsi ini harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari sebagai sumber cahaya alami memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan, tetapi selain mempunyai manfaat sinar matahari juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit Kulit sebagai lapisan pembungkus tubuh senantiasa mengalami pengaruh lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi dan mekanisme kulit

Lebih terperinci

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk Indonesia. Tanaman anggur merupakan tanaman tropis bertipe iklim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk Indonesia. Tanaman anggur merupakan tanaman tropis bertipe iklim BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Anggur Anggur diduga berasal dari sekitar Laut Hitam dan Laut Kaspi. Kemudian, menyebar ke amerika utara, amerika selatan, dan eropa, selanjutnya ke Asia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi menjadi tiga lapis jaringan yaitu epidermis, dermis dan lapis lemak di

Lebih terperinci

Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit

Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit Dewa Ayu Swastini ANATOMI FISIOLOGI KULIT FUNGSI KULIT : Pembatas terhadap serangan fisika kimia Termostat suhu tubuh Pelindung dari serangan mikroorganisme dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan

Lebih terperinci

Luka dan Proses Penyembuhannya

Luka dan Proses Penyembuhannya Luka dan Proses Penyembuhannya Anatomi Kulit Epidermis Dermis Subkutan 1 Epidermis Merupakan lapisan kulit terluar, tidak terdapat serabut saraf maupun pembuluh darah Berupa sel-sel berlapis gepeng yang

Lebih terperinci

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik Perbedaan gel dan emulgel? Emulgel merupakan terdiri dari 2 fase yang dimana gabungan antara fase emulsi dan fase gel.sedangkan gel merupakan terdiri dari satu fase saja yaitu terdiri dari basis gel dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup terutama manusia membutuhkan sinar matahari dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat sinar matahari telah banyak diketahui di antaranya sebagai sumber

Lebih terperinci

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Kompetensi Dasar : Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Indikator : 1. Menyebutkan organ-organ penyusun sistem ekskresi pada manusia.

Lebih terperinci

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut: Histologi kulit Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m 2 dan beratnya sekitar 15% dari berat badan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan kulit merupakan proses fisiologis yang terjadi pada semua makhluk hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti kulit menjadi

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kulit Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan alat tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sinar matahari merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup, namun ternyata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat banyak keuntungan dari penyampaian obat melalui kulit, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat banyak keuntungan dari penyampaian obat melalui kulit, seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dapat diberikan melalui kulit untuk mendapatkan efek pada tempat pemakaian, jaringan di dekat tempat pemakaian, ataupun efek sistemik. Meskipun terdapat banyak

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C 29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 1. Berikut ini merupakan kandungan keringat, kecuali?? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 Air NaCl Urea Glukosa Kulit merupakan salah satu alat ekskresi. Kulit mengeluarkan

Lebih terperinci

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Matahari melalui radiasi yang dipancarkan merupakan sumber energi utama bagi sebagian besar organisme di permukaan bumi baik langsung maupun tidak langsung. Radiasi

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Pengembangan sediaan bentuk mikroemulsi bagi penggunaan topikal dalam bidang farmasi dan kosmetik terus dilakukan. Sediaan mikroemulsi lebih disukai karena bersifat transparan dan stabilitasnya

Lebih terperinci

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Melibatkan berbagai investigasi bahan obat mendapatkan informasi yang berguna Data preformulasi formulasi sediaan yang secara fisikokimia stabil dan secara biofarmasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vitamin C telah digunakan dalam kosmesetika berupa produk dermatologis karena telah terbukti memiliki efek yang menguntungkan pada kulit, antara lain sebagai pemutih

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal formulasi, dilakukan orientasi untuk mendapatkan formula krim yang baik. Orientasi diawali dengan mencari emulgator yang sesuai untuk membentuk krim air

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, berupa material bening atau transparan yang biasanya dihasilkan dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari, disatu pihak sangat diperlukan oleh makhluk hidup sebagai sumber energi, kesehatan kulit dan tulang, misalnya dalam pembentukan vitamin D dari pro vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur khalkon dan asam sinamat

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur khalkon dan asam sinamat BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Khalkon merupakan suatu senyawa organik golongan flavonoid yang dapat dengan mudah ditemukan di alam khususnya pada tumbuh-tumbuhan. Senyawa golongan flavonoid termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari merupakan kendali cuaca serta iklim yang sangat penting dan sebagai sumber energi utama di bumi yang menggerakkan udara dan arus laut. Energi matahari diradiasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan bahan minuman yang terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga terkenal di seluruh dunia. Hal ini karena seduhan kopi memiliki aroma yang khas yang

Lebih terperinci

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah RINGKASAN SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah Kebutuhan kosmetik saat ini tidak terbatas pada kosmetik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara menghindari paparan berlebihan sinar, yaitu tidak berada di luar rumah pada

BAB I PENDAHULUAN. cara menghindari paparan berlebihan sinar, yaitu tidak berada di luar rumah pada 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 11 PENDAHULUAN Vitamin C digunakan secara topikal untuk mencegah penuaan dini melalui mekanisme antioksidan dan prekursor sintesis kolagen. Aktivitas antioksidan vitamin C didasarkan pada nilai potensial

Lebih terperinci

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

Biofarmasetika sediaan perkutan

Biofarmasetika sediaan perkutan Biofarmasetika sediaan perkutan Pendahuluan Konsep pemakaian sediaan obat pada kulit telah lama diyakini dapat dilakukan zaman mesir kuno, papyrusyang telah mencantumkan berbagai sediaan obat untuk pemakaian

Lebih terperinci

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang BAB II Penuaan Dini pada Wanita Jepang 2.1 Penuan Dini Banyak orang berfikir bahwa penuaan merupakan hal yang sangat biasa, bahkan bagi sebagian orang penuaan dianggap tidak terlalu penting untuk kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Cangkang telur ayam telah digunakan secara empiris sebagai bedak tabur oleh masyarakat tertentu di Jawa Tengah. Karena tekstur bedak tabur dapat berfungsi sebagai penahan sinar ultraviolet

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) terdiri dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan

Lebih terperinci

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar ) Tabir surya Zat yang megandung bahan pelindung Zat yang megandung bahan pelindung kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetik Kosmetik merupakan bahan atau komponen kimia yang digunakan untuk mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari berbagai macam senyawa kimia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selulit (Gynoid limphodystrophy) merupakan suatu kondisi berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selulit (Gynoid limphodystrophy) merupakan suatu kondisi berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Selulit Selulit (Gynoid limphodystrophy) merupakan suatu kondisi berupa parutan-parutan tidak rata pada kulit yang nampak seperti kulit jeruk, banyak terjadi pada wanita dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, bahan alam banyak digunakan dalam bidang kosmetika. Bahan alam dapat digunakan sebagai bahan tabir surya yang diperlukan oleh manusia karena kulit manusia

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ terbesar dari tubuh dan meliputi wilayah yang sangat luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling tipis pada

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses normal seiring dengan pertambahan usia, kulit akan mulai mengendur dan berkerut. Hal ini disebabkan fungsi fisiologis dari organ terutama kulit mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah Allium shoenoprasum L. yang telah dinyatakan berdasarkan hasil determinasi di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Buah Anggur Buah merupakan salah satu jenis makanan yang banyak mengandung vitamin serta mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia, buah anggur merah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. Mengetahui dan memahami cara menentukan konsentrasi

Lebih terperinci

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR Tinjauan Kepustakaan I 5 th August 2016 PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR Neidya Karla Pembimbing : dr. Tertianto Prabowo, SpKFR Penguji : dr. Marietta

Lebih terperinci

NANOTEKNOLOGI UNTUK KOSMETIK BUKAN SEKEDAR DEKORASI MARKETING DENI RAHMAT FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA

NANOTEKNOLOGI UNTUK KOSMETIK BUKAN SEKEDAR DEKORASI MARKETING DENI RAHMAT FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA NANOTEKNOLOGI UNTUK KOSMETIK BUKAN SEKEDAR DEKORASI MARKETING DENI RAHMAT FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA Latar Belakang Penggunaan nanoteknologi telah menyebar di berbagai bidang sains, mulai dari

Lebih terperinci

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF Suwarmi, Agus Suprijono Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi YAYASAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penampilan kulit adalah indikator utama dari usia. Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian oral adalah rute terapi yang paling umum dan nyaman (Griffin, et al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah sediaan tablet.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah melindungi tubuh dari lingkungan misalnya radiasi sinar ultraviolet, bahan

BAB I PENDAHULUAN. adalah melindungi tubuh dari lingkungan misalnya radiasi sinar ultraviolet, bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kulit, atau cutis dalam bahasa Latin, merupakan organ yang terletak paling luar sehingga membungkus seluruh tubuh manusia. Salah satu fungsi utama kulit adalah melindungi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TIJAUA PUSTAKA A. Terapi Fotodinamik (Photodynamic Therapy, PDT) Proses terapi PDT dapat diilustrasikan secara lengkap pada tahapan berikut. Mula-mula pasien diinjeksi dengan senyawa fotosensitizer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu sediaan obat yang layak untuk diproduksi harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan obat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan rusak atau hilangnya sebagian dari jaringan tubuh. Penyebab keadaan ini dapat terjadi karena adanya trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kimia polioksietilen 20 sorbitan monooleat. Rumus molekulnya adalah C 64 H 124 O 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kimia polioksietilen 20 sorbitan monooleat. Rumus molekulnya adalah C 64 H 124 O 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tween 80 Tween 80 adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitan, dengan nama kimia polioksietilen 20 sorbitan monooleat. Rumus molekulnya adalah C 64 H 124 O 26 dan rumus

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 4 HSIL PERCON DN HSN Parameter dalam proses emulsifikasi penguapan pelarut yang mempengaruhi ukuran partikel, potensial zeta, sifat hidrofil dan pengisian obat meliputi: (i) Intensitas dan durasi homogenisasi;

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

PENDAHULUAN. 1  (5 September 2006) PENDAULUAN Makanan, kebutuhan pokok bagi manusia, dapat mengandung kontaminan kimia yang dapat mengganggu kesehatan. leh karena itu keamanan pangan (food safety) merupakan hal yang sangat penting. Akrilamida

Lebih terperinci