EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PROGRAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2012
|
|
- Suharto Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PROGRAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2012 PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN OLAHAN BERBAHAN BAKU IKAN LAUT DI JAWA TENGAH Oleh: Ir. RACHMAN DJAMAL, M.S (Peneliti Utama) Drs. SOEBANDRIYO (Peneliti Utama) Dr. H. SENEN BUDI P, SE, M.Si. (Peneliti Utama) Drs. HARSONO (Peneliti Madya) ARIF SOFIANTO, S.IP., M.Si (Peneliti Pertama) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI JAKARTA, NOPEMBER 2012
2 ABSTRAKSI Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis aspek-aspek yang terkait dengan pengembangan industri makanan olahan berbahan baku ikan laut yaitu : kebijakan dan perundangan, ketersediaan bahan baku, sarana dan teknologi, tenaga kerja, permodalan dan pasar. Hasil analisis ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk mendukung lembaga/instansi terkait dalam pengembangan industri makanan berbahan baku ikan laut khususnya di wilayah Jawa Tengah. Lokasi penelitian ini di pusatkan di sentra (klaster) industri makanan berbahan baku ikan di Kota Pekalongan, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Brebes, Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang. Data dan informasi yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu: Data data hasil penelitian sebelumnya (dalam pemberitaan koran, laporan hasil penelitian instansi penelitian, jurnal hasil penelitian, dan lainya); data sekunder diperoleh dari instansi terkait (Dinas Kelautan & Perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi Dan UMKM, DISNAKERTRAN) berupa angka/nilai hasil pencatatan instansi terkait dengan industri makanan berbahan baku ikan laut. Data primer hasil interview dan indept interview dari sampel pelaku industri makanan olahan berbahan baku ikan laut, serta informasi dari hasil FGD (focused group discussion) dengan para pemangku kepentingan termasuk pelaku usaha industri makanan berbahan baku ikan laut. Data-data tersebut dianalisis dengan metode deskriptif analitis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat kendala sinergisitas kebijakan pemerintah pusat dan daerah serta antar sektor dan implementasi kebijakan terdapat kendala penerimaan, perilaku dan budaya pengolah ikan. Pada aspek bahan baku terdapat masalah ketersediaan karena terkendala waktu dan tempat. Pada aspek tenaga kerja, terdapat masalah kontinuitas dan keahlian/keterampilan terkendala, budaya dan pendidikan serta penerimaan terhadap perubahan. Pada aspek sarana dan prasarana terdapat masalah ketersediaan sarana yang sesuai standar, modal yang kurang dan perilaku pengusaha. Pada aspek teknologi terkendala tingkat penerapan karena budaya, pendidikan, dan modal. Pada aspek modal terdapat masalah ketersediaan, manajemen usaha dan jaringan permodalan. Pada apsek pasar terdapat kendala mutu, jumlah dan kontinuitas produksi. Kata Kunci : Pengembangan industri, makanan olahan, ikan laut, A. Latar Belakang Industri makanan berbahan baku ikan laut merupakan salah satu kegiatan yang telah menyumbang perkembangan perekonomian di Jawa Tengah. Industri makanan berbahan baku ikan laut yang menyebar di seluruh Kabupaten/Kota di daerah Pantura maupun Pansel Jawa Tengah umumnya bersakala UMKM (usaha mikro kecil dan menengah). 2
3 Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011, jumlah UMKM makanan berbahan baku ikan di Jawa Tengah tercatat sebanyak buah. Permasalahan pengembangan industri UMKM makanan berbahan baku ikan antara lain kebijakan pemerintah belum optimal mengarah kepada pengembangan industri makanan berbahan baku ikan, kendala bahan baku ikan laut, sarana dan teknologi umumnya masih sederhana, tenaga kerja yang terkait industri makanan berbahan baku ikan umumnya kurang terampil, modal usaha yang dimiliki umumnya kurang mencukupi serta pemasaran produk hasil industri umumnya terbatas. Industri makanan berbahan baku ikan laut perlu dikembangkan sehingga menjadi pendorong perekonomian yang penting di Jawa Tengah, dengan menghilangkan berbagai penghambat, mengingat potensi sumberdaya yang begitu besar serta pasar yang cukup luas. Pengolahan ikan laut perlu ditingkatkan baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor. Oleh karena itulah perlu dijawab beberapa persoalan sebagaimana disampaikan di atas. Untuk menjawab hal tersebut diperlukan upaya komprehensif dalam berbagai bidang yang diawali dengan pendalaman melalui penelitian. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan untuk memberikan masukan bagi pengembangan industri pengolahan makanan berbahan baku ikan laut di Jawa Tengah. Lokasi penelitian ini dipusatkan di sentra industri makanan berbahan baku ikan di Kota Pekalongan, Kabupaten Cilacap, Brebes, Pati dan Rembang. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis aspek-aspek yang terkait dengan pengembangan industri makanan berbahan baku ikan laut yaitu : kebijakan dan perundangan, ketersediaan bahan baku, sarana dan teknologi, tenaga kerja, permodalan dan pasar. Hasil analisis ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk mendukung lembaga/instansi terkait dalam pengembangan industri makanan berbahan baku ikan laut khususnya di wilayah Jawa Tengah. 3
4 B. Tujuan Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini ialah: 1. Menganalisis regulasi atau kebijakan pemerintah maupun pemerintah daerah dalam mendukung pengembangan industri makanan olahan berbahan baku ikan 2. Menganalisis ketersediaan ikan bahan penunjang sebagai bahan baku industri makanan 3. Menganalisis kondisi sarana dan prasarana dalam mengembangkan industri makanan berbahan baku ikan 4. Menganalisis tenaga kerja yang mendukung pengembangan industri makanan berbahan baku ikan 5. Menganalisis teknologi yang mendukung pengembangan industri makanan berbahan baku ikan 6. Menganalisis modal yang diperlukan dalam pengembangan industri makanan berbahan baku ikan 7. Menganalisis pasar hasil industri makanan olahan berbahan baku ikan C. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis, sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah pendekatan kualitatif. Subjek penelitian atau populasi dalam penelitian ini ialah pelaku industri atau pengrajin makanan berbahan dasar ikan laut di Jawa Tengah, khususnya yang terdapat di Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kota Pekalongan, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Cilacap. Sampel ditentukan secara purposive, dalam pengumpulan data dengan memperhatikan informan dan key person di lapangan dengan menggunakan teknik snowball. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu ;1). Teknik observasi. 2). Teknik wawancara (interview guide), dan 3). Desk study. Penelitian ini menggunakan teknik analisis yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. 4
5 D. Gambaran Industri Pengolahan Industri pengolahan ikan di Jawa Tengah didominasi oleh industri skala UMKM yang memiliki jangkauan pasar lokal serta beberapa kota lainnya di pulau Jawa. Di Jawa Tengah terdapat beberapa industri besar yang telah memilki pangsa pasar mapan di luar negeri. Kualitas produk olahan tersebut telah memenuhi semua standar mutu keamanan pangan, namun selama ini belum terjalin kerjasama dengan UKM/IKM untuk lebih berkembang. Ada sekitar industri menengah, kecil dan mikro dengan berbagai kesulitan yang mereka hadapi. Mayoritas hanya memenuhi pasar lokal di dalam daerah, ada beberapa yang menjual di luar daerah dan pulau-pulau lain. Potensi industri ini sangat besar dengan melibatkan pekerja cukup banyak, namun daya saing mereka sangat lemah. 1. Pengolahan Ikan di Kabupaten Rembang Sentra-sentra pengolahan ikan terdapat di Kecamatan Rembang, Lasem dan Bonang. Jenis-jenis pengolahan ikan yang banyak terdapat di wilayah ini adalah pengeringan (asin), pemindangan, pengasapan, peragian (terasi) dan produk ikan segar. Seluruhnya terdapat sekitar 767 unit usaha pengolahan dengan omset per tahun mencapai Rp ,- dengan total asset sebesar Rp ,- dan melibatkan sebanyak tenaga kerja. Sebagian besar pengolah tersebut memiliki skala usaha mikro atau rumah tangga, yaitu sebanyak 664 unit usaha yang bergerak dibidang pengolahan penggaraman (pengeringan), pemindangan, pengasapan, peragian (terasi), pereduksian, surimi (daging ikan giling), penjualan ikan segar, pembekuan dan jenis lainnya seperti pengolahan rajungan. Pemerintah Kabupaten Rembang belum mengeluarkan kebijakan secara khusus dalam upaya peningkatan industri pengolahan ikan. Namun, untuk pengelolaan perikanan dan pasar ikan telah ditetapkan Peraturan Daerah mengenai tata niaga, khususnya melalui Tempat Pelelangan Ikan. Kebijakan pemerintah daerah adalah mengharuskan 5
6 setiap nelayan melakukan transaksi atau menjual ikannya di TPI. Sedangkan kebijakan untuk pengolahan ikan saat ini berupa program dan kegiatan di beberapa satuan kerja secara terpisah dalam hal pembinaan, fasilitasi dan pelatihan serta bantuan sarana dan prasarana. Selama ini para pengusaha / pengolah ikan lebih banyak bertahan karena usaha sendiri dan mereka telah memiliki jaringan tersendiri baik dalam penyediaan bahan baku, teknologi maupun pasar. Di sisi lain, setiap jenis pengolahan ikan memiliki permasalahan tersendiri baik dalam pemenuhan bahan baku, proses produksi maupun pasarnya. 2. Pengolahan Ikan di Kabupaten Pati Pengolah Ikan di Kabupaten Pati terbilang cukup besar, pengolahan tradisional berupa pengeringan, pemindangan dan pengasapan merupakan yang terbesar. Selain itu, pengolahan Bandeng juga cukup besar karena terdapatnya potensi tambak yang sangat besar, terutama di Kecamatan Juwana. Saat ini kebijakan terhadap pengembangan industri pengolahan makanan berbahan baku ikan laut dalam hal bahan baku adalah pengembangan bahan baku ikan dengan nilai ekonomis yaitu swangi kurisi, mata besar, kuniran, dsb untuk di fillet dan pengembangan produk berbahan baku serba bandeng. Dalam bidang sarana dan prasarana adalah pengembangan sarana prasarana berupa gedung pemfilletan ikan, peraltan fillet, gedung pendinginan, cold storage, dan alat-alat untuk melaksanakan pengolahan ikan. Untuk tenaga kerja dengan pengadaan sarana dan prasarana baru dan dukungan modal, maka semakin banyak menyerap tenaga kerja untuk pemanfaatan gedung pemfilletan, pindang, cold storage. Dalam aspek teknologi ada pengembangan teknologi pembekuan dengan pengadaan cold storage dan pengembangan teknologi sarana dan prasarana penbgolahan ikan kecil untuk dibuat kerupuk, abon ikan laut. Untuk permodalan adalah pengembangan modal untuk pelaku usaha dilaksanakan dengan dana APBD maupun APBN dalam bentuk kredit pengembalian bunga rendah dan bantuan modal 6
7 cuma-cuma dalam hal pasar mengembangkan pasar ikan (los pasar ikan) dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai berupa meja, tempat display dan alat-alat penyimpanan untuk mendukung sarana rantai dingin serta sanitasi yang higienis. 3. Pengolahan Ikan di Kota Pekalongan Mayoritas pengusaha pengolahan ikan bergerak di bidang pengeringan dan pengolahan ikan yang bertujuan penambahan nilai. Secara kuantitas, terjadi penurunan produk ikan dan olahan di Kota Pekalongan akibat krisis ekonomi. Kebijakan pemerintah Kota Pekalongan adalah mengembangkan konsep minapolitin, sehingga perlunya komitmen pemerintah provinsi dalam mendukung konsep minapolitin beserta sumberdayanya. Di sisi lain tidak ada kebijakan secara spesifik dari pemerintah daerah terkait dengan pengembangan industri ikan. Pelaku usaha membutuhkan bantuan multisektor. Saat ini para pengolah ikan bekerja dengan konsep factory by order produksi berdasrakan pesanan serta ketersediaan bahan baku 4. Pengolahan Ikan di Kabupaten Brebes Jenis olahan di Kabupaten Brebes sangat bervariasi. Terdapat industri pengolahan ikan dan peningkatan nilai tambah. Selain itu terdapat pengolahan ikan budidaya seperti bandeng. Beberapa program utama yang telah dilaksanakan adalah pelatihan dalam hal mengenai pengolah maupun penanganan mulai dari bahan baku sampai menjadi produk, bersama dengan pemerintah pusat memberikan teknologi peralatan yang semi modern kepada pengolah untuk mengembangkan produknya. Bekerjasama dengan perbankan untuk memperlancar program permodalan bagi pengusaha perikanan dalam hal permodalan. Kendala yang dihadapi oleh industri pengolahan ikan di Kabupaten Brebes adalah sarana rantai dingin (coolbox), permodalan di perbankan dan pengembangan sentra usaha. Hal tersebut perlu dukungan serius dari pemerintah pusat dan daerah. 7
8 5. Pengolahan Ikan di Cilacap Industri pengolah Ikan di Kabupaten Cilacap terdiri dari beragam jenis, baik ikan tangkap laut maupun budidaya. Pengolahan tradisional kebanyakan berbentuk pindang, kering/asin, terasi serta kerupuk. Sementara di sisi lain bahan baku ikan demersal yang besar dijual dalam bentuk segar dan olahan kering, seperti hiu cucut dan pari. Pengolahan pengeringan melalui penjemuran dan penggaraman menghasilkan berbagai bentuk olahan seperti kerupuk, ikan kering dan keripik. Pengolahan pindang dan pengasapan dilakukan dengan metode tradisional namun unsur higienitas sudah sedikit diperhatikan. Pemasaran hasil pengolahan kering pindang, terasi dan kerupuk adalah pasar lokal dan regional, sedangkan ikan segar dari ikan hiu dan pari dipasarkan untuk tujuan ekspor. Selain itu, ikan hiu dan pari diolah untuk menghasilkan minyak ikan. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap telah memiliki beberapa agenda peningkatan pengolah ikan di Kabupaten Cilacap. Ada beberapa kelompok yang mendapat perhatian terkait dengan produk unggulan yang mereka hasilkan. Di bawah ini adalah data kelompok yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap. E. Status dan Pengembangan Pengolahan Ikan 1. Aspek Kebijakan/Regulasi Sebagian pelaku usaha merasa acuh dengan kebijakan pemerintah. Respon pelaku usaha terhadap kebijakan pemerintah dapat dikatakan kurang antusias. Kebijakan-kebijakan yang ada tidak memberikan dukungan secara langsung, di sisi lain kadang pengusaha merasa dihambat karena kebijakan tersebut. Sehingga mereka merasa tersingkir atau tidak mampu berkembang dibanding usaha skala besar. Contohnya peraturan mengenai higienitas, standar keamanan pangan dan aturan mengenai badan usaha tentu sulit untuk dipenuhi olah skala industri rumah tangga, namun di sisi lain tidak adanya upaya konkret 8
9 pemerintah agar pelaku usaha mampu memenuhi standar tersebut di atas. Sehingga kebijakan pemerintah dirasa justru memberikan ruang bagi usaha skala besar dan importir, bukan memberikan ruang berkembang bagi usaha skala mikro dan kecil. Oleh karena itu, perumusan kebijakan sebaiknya memperhatikan kondisi nyata dari pelaku usaha di lapangan. Pengembangan Kebijakan/Regulasi Ada beberapa faktor kunci yang dapat menjadi penentu kebijakan dalam peningkatan industri pengolahan ikan. Memahami kebutuhan di tingkat bawah dan sinergi antar pelaku adalah kunci utama dalam memahami kebutuhan dan arah kebijakan. 2. Aspek Bahan Baku Status Bahan Baku Selama ini salah satu kendala utama para pengolah ikan tradisional adalah ketersediaan bahan baku utama yaitu ikan yang konsisten dengan kualitas yang terjamin dan harga terjangkau. Ketersedian bahan baku penunjang seperti garam, es, dan lainnya juga menjadi faktor pembatas tidak akan disoroti dalam penelitian ini. Ketersediaan bahan baku utama sangat tergantung pada musim, karena perkembangan teknologi penangkapan yang ada sampai saat ini umumnya belum dapat mengantisipasi masalah musim. Ketika musim ikan langka, maka para pengolah akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan bahan baku. Pengembangan Bahan Baku Peluang untuk mengembangkan industri pengolahan dari aspek bahan baku yaitu potensi ikan laut maupun ikan air tawar yang dapat diproduksi di tempat-tempat pendaratan ikan (TPI) yang agak jauh dari pusat industri pengolahan ikan. Kemudian bahan baku impor dalam bentuk bahan mentah maupun bahan setengah jadi dengan kualitas yang lebih baik, produk tersebut dapat dengan mudah dipesan dan dengan harga relatif lebih murah. Jaringan komunikasi antar pasar produk olahan ikan maupun bahan baku telah ada di setiap wilayah. Selanjutnya yang menjadi ancaman dalam mengembangkan produk olahan makanan dari 9
10 bahan baku ikan adalah produk makanan yang berbahan baku ikan banyak membanjiri pasar di dalam negeri terutama di pasar swalayan. 3. Aspek Sarana dan Prasarana Status Sarana dan Prasarana Kondisi sarana dan prasarana pengolah ikan yang ada di daerah penelitian menggambarkan kondisi secara umum industri pengolahan ikan di Jawa Tengah yang masih sangat sederhana dan jauh dari memenuhi standar higienitas. Namun demikian, para pelaku usaha tidak merasa kesulitan memproduksi olahan ikan sesuai keinginan konsumen yang mayoritas kelas menengah kebawah. Persoalan sarana dan prasarana memang menjadi hambatan paling besar dalam meningkatkan mutu hasil perikanan. Hampir semua pengolah ikan tradisional belum memiliki sarana prasarana yang memadai sebagai standar keamanan pangan yang baik. Persoalan sanitasi dan higienitas belum bisa diwujudkan dengan sarana dan prasarana yang dimiliki pengusaha. Persoalan lain adalah dalam pengemasan dan pengiriman hasil olahan. Sebagain besar mengalami kesulitan dalam menjaga kualitas produk, baik berupa kelembaban maupun perlindungan dari bakteri. Persoalan pokok sarana dan prasarana pengolahan ikan meliputi rendahnya sanitasi air bersih, rendahnya kualitas bahan baku, pengolahan belum masuk ke sentra pemasaran, pengolahan belum masuk bahan baku dan pemasaran. Pengembangan sarana dan Prasarana Dalam upaya mendorong pengembangan industri makanan berbahan baku ikan laut yang dibutuhkan berupa pengembangan sistem rantai dingin dan ketersediaan cold storage dalam menjamin ketersediaan pasokan bahan baku bagi industri pengolahan ikan. 10
11 4. Aspek Teknologi Status Teknologi Pada industri pengolahan tradisional, teknologi yang digunakan kadang memberikan beban tambahan cukup besar bagi biaya produksi. Aspek teknologi pengolahan inilah yang menjadikan kualitas olahan ikan belum bisa menembus pasar ekspor karena rendahnya mutu dan kualitas produk. Beberapa program telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya peningkatan teknologi, akan tetapi orientasi program hanya sekedar proyek sehingga bantuan yang diberikan kadang kurang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas pengolah. Tingginya ongkos produksi, biaya untuk bahan bakar dan daya listrik yang terlalu tinggi menjadikan beberapa peralatan teknologi pengolahan yang lebih canggih belum bisa digunakan seperti mixer besar, vacum fraying dan lainnya. Selain itu, perilaku para pengolah juga kadang menghambat peningkatan kualtas produk. Perilaku yang higienes belum terbiasa ketika para bekerja memproduksi ikan olahan. Sarana dan prasarana pendukung lainnya juga turut mendukung perilaku para pekerja untuk bekerja secara higienes. Pengembangan Teknologi Dalam mengembangkan usaha industri pengolahan makanan berbahan baku ikan, para pengolah harus selalu berusaha berorientasi pada IPTEK agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk yang dihasilkan pengusaha dalam maupun luar daerah. Pemerintah selaku fasilitator dan dinamisator dalam mengembangkan industri pengolahan makanan berbahan baku ikan sekala kecil menengah harus melakukan upaya meningkatkan budaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) antara lain dengan memberikan pelatihan dan bimbingan teknis (bintek) kepada masyarakat pengolah sehingga tumbuh perilaku berbudaya IPTEK. 11
12 5. Aspek Tenaga Kerja Status Tenaga Kerja Sesuai dengan pendalaman di lapangan, kendala yang dihadapi oleh pengusaha pengolah ikan adalah masalah ketarampilan yang terbatas, pendidikan yang kurang, kurangnya penerimaan terhadap teknologi baru serta kurangnya perilaku kerja yang bersih dan higienis. Tenaga kerja juga tidak mendapatkan fasilitas yang layak di tempat kerja mereka. Pada sisi lain, tenaga kerja yang tidak tetap, karena sifatnya borongan dan berebut dengan sektor pertanian. Pengembangan Tenaga Kerja Yang dibutuhkan untuk pelatihan pengolahan ikan adalah pelatihan cara mengolah ikan yang memenuhi persyaratan kesehatan mulai dari pembersihan ikan, pemotongan ikan, penggaraman ikan yang benar, pengepakan ikan yang benar, pemasakan ikan yang benar, dan penyimpanan ikan agar tidak cepat busuk, serta dihindari dengan pemakaian formalin sehingga hasil pengolahan ikan dapat dikumsumsi oleh konsumen dengan sehat. 6. Aspek Modal Status Permodalan Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa sebagian besar pengusaha ikan olahan bekerja dengan menggunakan modal sendiri tanpa menggunakan pinjaman. Pengusaha mengatakan bahwa masalah modal bukan menjadi halangan pengusaha pengolah ikan, namun demikian para pengusaha selalu ingin meningkatkan skala usahanya dari mikro menjadi skala kecil, kemudian meningkat menjadi pengusaha skala menengah dan meningkat lagi menjadi pengusaha skala sedang dan besar, sehingga modal yang dibutuhkan selalu meningkat sesuai dengan peningkatan skala usaha. Pengembangan modal Besar kecilnya modal sangat tergantung pada skala usaha,pasar yang dijangkau, ketersediaan bahan baku, dan rantai pemasaran, sistem 12
13 penjualan. Perputaran modal pengusaha ikan olahan bervariasi ada yang cepat ada pula yang lama, ini sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku, ketika bahan baku sulit didapat maka modal banyak tertanam pada persediaan bahan baku ikan sebaliknya jika bahan baku mudah diperoleh maka modal yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku relativ tidak besar, panjang pendeknya rantai pemasaran juga menentukan besar kecilnya modal. Ketika rantai pasarnya panjang modal yang ditanam relative besar karena jangka waktu pemabyaran memakan waktu yang lama, sebaliknya jika rantai pemasarannya pendek maka modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar. 7. Aspek Pasar Status Pasar Produk yang dipasarkan ke pasar lokal, regional dan nasional umumnya seperti : produk ikan pindang, ikan kering, trasi, dan surimi serta ikan asap. Upaya meningkatkan kualitas harapannya ada pengembangan dan inovasi alat produksi, namun kadang ada bantuan alat produksi dari pemerintah yang tidak digunakan karena bantuan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pengusaha ikan olahan yang tradisional kadang juga susah untuk diajak melakukan inovasi karena tidak sesuai tradisi dan budaya. Pengembangan Pasar Pengusaha ikan olahan masih banyak terkendala pada bahan baku (bahan baku lokal, impor ataupun penyimpanan bahan baku masih lemah), sehingga sering mengganggu pengusaha ikan olahan. Pengusaha ikan olahan dalam skala mikro dan kecil masih menggantungkan pasar lokal dan regional, sehingga ketika pasar tradisional tidak dijaga kelangsungannya maka bukan tidak mungkin pengusaha ikan olahan menjadi gulung tikar. Oleh karena itu disamping dilakukan inovasi dan peningkatan ketrampilan memproduk ikan olahan maka perlu adanya inovasi pengolahan dan peningkatan produk serta pemasaran. 13
14 F. Simpulan 1. Kebijakan pemerintah Pelaku usaha menganggap kebijakan pemerintah tidak memberikan dukungan secara langsung, di sisi lain kadang pengusaha merasa dihambat karena kebijakan tersebut. Kebijakan pengembangan pengolahan ikan sifatnya sangat top down, kurang memperhatikan kebutuhan dan kapasitas para pengolah ikan atau masyarakat bawah. Selain tidak berdasarkan pada kondisi dan kebutuhan kebijakan dan program yang dijalankan masih sangat sektoral,. 2. Bahan Baku : Pengadaan bahan baku industri makanan berbahan baku ikan laut oleh para pengolah ikan dipengaruhi oleh kemampuan kerjasama pengadaan dengan berbagai pihak, kualitas dan kuantitas ikan, serta keberadaan bahan baku tersebut. 3. Sarana dan Prasarana Kondisi sarana dan prasarana industri makanan berbahan baku ikan laut di Jawa Tengah memang menjadi hambatan paling besar dalam meningkatkan mutu hasil perikanan, karena kondisi secara umum pengrajin pengolah ikan masih bersifat tradisional belum memiliki sarana prasarana yang memadai sebagai standar keamanan pangan yang baik. Persoalan sanitasi dan higienitasi belum bisa diwujudkan dengan sarana dan prasarana yang memenuhi standar baku mutu. Persoalan pokok sarana dan prasarana pengolahan ikan meliputi rendahnya sanitasi air bersih, rendahnya kualitas penyimpanan bahan baku, peralatan pengolahan belum memenuhi standar kualitas. 4. Tenaga Kerja Tenaga kerja pada industri skala mikro dan kecil sebenarnya tidak membutuhkan keahlian khusus, hanya saja persoalaan perilaku kerja yang higienis menjadi persoalan. Tenaga kerja belum memperhatikan dan belum sadar akan sanitasi dan higienitas. Selain itu ketersediaan tenaga 14
15 kerja tergantung musim, karena sebagian besar dari mereka adalah tenaga borongan, baik di sektor pengolahan ikan dan juga pertanian. Tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan rendah dan tingkat penerimaan terhadap teknologi yang tinggi sangat lambat. 5. Teknologi Teknologi yang telah dikembangkan umumnya teknologi sederhana yang sebagian besar berasal dari teknologi yang diwariskan oleh orang tua para pengolah. Pengembangan teknologi pengolahan ikan yang dihadapi para pengolah ikan yaitu : kebiasaan/budaya/perilaku para pengolah terhadap teknologi, lokasi/sumber dan kemudahan teknologi tersebut diperoleh, banyak dan mutunya teknologi. 6. Modal a. Modal yang dimiliki oleh para pengolah hasil produksi perikanan umumnya modal sendiri dan pengelolaan modal yang dimiliki belum optimal. b. Ketersediaan modal di lembaga permodalan (pemerintah dan swasta) cukup banyak dengan skema pinjaman yang belum seluruhnya berorientasi pada pengembangan UMKM. 7. Pasar a. Pasar produk makanan olahan berbahan baku ikan sebagaian besar untuk memenuhi permintaan pasar lokal, sebagian kecil produk olahan makanan berbahan baku ikan laut yang dipasarkan di pasar swalayan. b. Pemasaran produk hasil olahan ikan dipengaruhi oleh jumlah produksi dan mutu produkai, pengemasan, trasportasi, dan harga produk. 15
16 G. Saran 1. Kebijakan pemerintah : Ada beberapa faktor kunci yang dapat menjadi penentu kebijakan dalam peningkatan industri pengolahan ikan, yaitu bagaimana stakeholder pemerintah dapat; a. Memahami kebutuhan di tingkat bawah melalui proses perumusan kebijakan yang bottom up b. Sinergi antar pelaku baik antar satuan kerja pemerintah pusat dan daerah, juga antar pelaku usaha, pemerintah, pemasok dan distributor melalui sebuah kemitraan yang difasilitasi pemerintah c. Memperhatikan aspek budaya dan perilaku agar kebijakan dapat diterima baik secara teknis maupun sosial oleh pelaku 2. Bahan Baku a. Para pengolah perlu bersaha meningkatkan bekerjasama kontrak pengadaaan ikan dengan TPI dan pedagang ikan (agen) pada saat musim maupun tidak musim ikan; b. pemerintah perlu meningkatkan fasilitasi pengadaan bahan baku di dekat sentra pengolahan bersamaan dengan bantuan pengadaan tempat/alat (gudang/coldstorage) untuk penyimpanan sementara bahan baku. 3. Sarana dan Prasarana Perbaikan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah daerah selama ini perlu dievaluasi baik bentuk maupun sasarannya agar sesuai dengan kebutuhan. Selain itu juga tidak terkesan proyek semata dari satu instansi, namun bisa sinergi dengan instansi lain sehingga tidak terjadi duplikasi dan ada upaya saling melengkapi. Dengan demikian, pemerintah pusat dan daerah perlu melakukan sinergi vertikal maupun horizontal. Selain itu, perlunya upaya komprehensif untuk melakukan perubahan budaya dan perilaku pengolah ikan agar lebih higienis. 16
17 4. Tenaga Kerja a. Pelatihan ketrampilan mengolah ikan kepada kelompok pengolah ikan b. Mengembangkan budaya kerja yang bersih dab higienis di kalangan pekerja melalui penyuluhan, sosialisasi dan pelatihan c. Meningkatkan daya saing pekerja melalui pengetahuanpengetahuan praktis dibidang pengolahan ikan d. Agar memperhatikan upah, kesehatan dan pembinaan berkelanjutan. 5. Teknologi: a. Bagi pengolah : 1) meningkatkan pemantauan perkembangan teknologi pengolahan ikan guna mengantisipasi perkembangan permintaan pasar akan produk olahan; 2) meningkatkan uji terap/percobaan teknologi diversifikasi produk olahan sesuai permintaan pasar bekerjasama dengan pemerintah dan swasta. b. Bagi pemerintah : 1) meningkatkan program diseminasi teknologi pengolahan yang berkelanjutan sesuai perkembangan IPTEK ; 2) meningkatkan fasilitasi kerjasama pengadaan sarana pengolahan yang lebih efektif dan efisien dengan berbagai pihak terkait. 6. Modal a. Perlunya dilakukan pendidikan pelatihan atau bimbingan teknis pengelolaan permodalan yang baik sesuai dengan standard manajemen usaha modern b. Fasilitasi pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalam upaya kebijakan alokasi permodalan perbankan. Perlunya sistem permodalan yang berpihak pada UMKM/IKM melalui prosedur, jaminan dan angsuran yang memudahkan mereka 17
18 7. Pasar a. Perlunya fasilitasi pemerintah dalam rangka menghasilkan produk yang berkualitas, akan tetapi masih sesuai dengan pasar kelas menengah ke bawah, sehingga jangkauan bisa lebih luas, baik untuk lokal, regional maupun untuk eksport; b. Perlunya fasilitasi pemerintah dalam hal promosi dan pembukaan jaringan pasar yang lebih luas, serta sistem pemasaran yang tidak merugikan pengolah ikan, misalnya dengan sistem pembayaran yang langsung, tidak terlalu lama seperti pasar swalayan moden sekarang ini yang merugikan pengolah ikan. H. Bahan rekomendasi 1. Kebijakan : Penjabaran sesuai pelaku/penguna siosialisasi implementasi 2. Bahan Baku : Kerjasama kelompok efektif & efissien 3. Tenaga Kerja : Sistim Diklat Pengolah Ikan & Permodalan 4. Sarana & Prasarana : Diklat Sarpras & Permodalan 5. Teknologi : Bintek & skema permodalan 6. Modal : diklat managemen & perbankan berorientasi UMKM 7. Pasar : Pemasyarakatan makan ikan, diklat packaging, & sistim permodalan UMKM 18
19 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini, 2000, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta Aritonang, I Krisis Ekonomi : Akar Masalah Gizi. Cetakan I. Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta. Buchari, Alma, Manajemen Pemasaaran dan Pemasaran Jasa. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung. Bungin, Burhan, 2008, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Prenada Media Group, Jakarta Direktorat Gizi- Departemen Kesehatan RI Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata Aksara, Jakarta. Djakapermana, RD., Pengembangan kawasan agropolitan dalam rangka pengembangan wilayah berbasis Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah RI. Jakarta. Husainie Syahrani, H.A Penerapan agropolitan dan agribisnis dalam pembangunan ekonomi daerah. FRONTIR Nomor 33, Maret UGM Yogyakarta Kotler, P Dasar-Dasar Pemasaran. Penerbit Intermedia. Cetakan I, Jakarta. Mowen J.C. dan Minor M., Perilaku Konsumen. Penerbit Erlangga, Jakarta. Pasaribu, M., Kebijakan dan Dukungan PSD-PU dalam Pengembangan Agropolitan. Makalah pada Seminar Sehari Pengembangan Agropolitan dan Agribisnis serta Dukungan Prasarana dan Sarana, Jakarta, 3 Agustus Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah RPPK Jawa Tengah. Peter J.P. dan Olson J.C., Consumer Behavior. Penerbit Erlangga,Jakarta Suratman Studi Kelayakan Proyek, Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan Edisi I. J & J Learning. Yogyakarta. Soekartawi Manajemen Pemasaran Dalam Bisnis Modern. Cetakan Pertama. Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta., Pengantar Agroindustri. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.,, Agribisnis (Teori dan Aplikasinya). Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Soesilo, Indroyono & Budiman, 2003, Laut Indonesia; Teknologi dan Pemanfaatannya, Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia (LISPI), Jakarta Sudiyono, A Pemasaran Pertanian. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Edisi ke -2, Cetakan ke-2, Malang. Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta Bandung Surachmad, Wiratno, 1982, Dasar dan Teknik Penelitian Researh Pengantar, Alumni, Bandung 19
20 Sutrisno Hadi, Metodologi Research. Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi UGM Yogyakarta. Swasta B. dan Sukotjo Pengantar Bisnis Modern. Liberti. Yogyakarta. Swastha, B Azaz-azaz Marketing. Penerbit Liberty, Yogyakarta. Tambunan, Tulus TH, 2002, Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia; Beberapa Isu Penting, Salemba Empat, Jakarta Triarso, I Final Report : Study On Total Allowable Catch Determination. PT.Garda Mandiri Tunggal, Semarang. Dokumen tanpa penerbit Bappeda Provinsi Jawa Tengah & BPS Provinsi Jawa Tengah, 2009, Jawa Tengah Dalam Angka 2009 Permenkes 1096 th 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan no 15 th 2011 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah, 2006, Profil Perikanan Tangkap Jawa Tengah Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah, 2007, Profil Perikanan Tangkap di Perairan Umum Jawa Tengah Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah, 2010, Profil Perikanan Tangkap di Perairan Umum Jawa Tengah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, Potensi Industri Makanan Jawa Tengah Tahun 2011 UU no 32 th 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup UU no 40 th 2009 tentang Perseroan Terbatas UU no 25 th 2007 tentang Penanaman Modal 20
LAPORAN AKHIR INSENSTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2012
KODE JUDUL: 1.05.01 LAPORAN AKHIR INSENSTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2012 PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN OLAHAN BERBAHAN BAKU IKAN LAUT DI JAWA TENGAH Oleh: Rachman Djamal BADAN
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN OLAHAN BERBAHAN BAKU IKAN LAUT DI JAWA TENGAH RACHMAN DJAMAL SOEBANDRIYO SENEN BUDI P HARSONO ARIF SOFIANTO
PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN OLAHAN BERBAHAN BAKU IKAN LAUT DI JAWA TENGAH RACHMAN DJAMAL SOEBANDRIYO SENEN BUDI P HARSONO ARIF SOFIANTO BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TENGAH 2012 LATAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan penting bagi pembangunan nasional. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menghasilkan bahan pangan protein hewani,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan memiliki sumber daya laut yang melimpah. Wilayah perairan Indonesia memiliki
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT
KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek
Lebih terperinciBISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH
BISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH Rizky Muhartono dan Subhechanis Saptanto Peneliti pada Balai Besar Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Riset dan Sumberdaya Manusia KKP Gedung Balitbang
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu pangan menjadi penting seiring dengan semakin terbatasnya sumberdaya alam dan bertambahnya jumlah penduduk. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km dengan luas wilayah
Lebih terperinci1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang
1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo Semarang Tipe kegiatan: Peremajaan kota Inisiatif dalam manajemen perkotaan: Penciptaan pola kemitraan yang mempertemukan pendekatan top-down dan bottom-up
Lebih terperinci2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan
38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral dari sektor pertanian memberikan kontribusi penting pada proses industrialisasi di wilayah
Lebih terperinciIV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian
6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya petani agar kesejahteraan petani semakin meningkat. Petani dapat meningkatan produksi pertanian dengan menyediakan
Lebih terperinciKONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH
Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran
Lebih terperinciBUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN
BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN A. LATAR BELAKANG Business Plan akan menjadi dasar atau pijakan bagi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan, baik untuk meningkatkan gizi masyarakat maupun untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan
Lebih terperinciI-227. Naskah Saran Kebijakan : Ringkasan
I-227 Naskah Saran Kebijakan : STRATEGI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR KUPANG MELALUI PENERAPAN DAN DIFFUSI TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT, 2012 1 Ringkasan
Lebih terperinciBUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI
LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah
TINJAUAN PUSTAKA Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan
Lebih terperinciBUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG
BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG A. LATAR BELAKANG Business Plan merupakan suatu usulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Palabuhanratu sebagai lokasi proyek minapolitan perikanan tangkap.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan nasional sangat penting karena sektor ini mampu menyerap sumber daya yang paling besar dan memanfaatkan sumber daya yang ada
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN
241 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Karakteristik nelayan di lokasi penelitian secara spesifik dicirikan dengan: (a) karakteristik individu: pendidikan rendah, nelayan pendatang, motivasi intrinsik
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan
BAB 6 PENUTUP Bab ini, secara singkat akan menyimpulkan dan juga saran mengenai temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan di NTT dan apa faktor penghambat pembangunan
Lebih terperinciAnalisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian Oleh : Sahat M. Pasaribu Bambang Sayaza Jefferson Situmorang Wahyuning K. Sejati Adi Setyanto Juni Hestina PUSAT ANALISIS
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan
Lebih terperinciSTRATEGI PEMASARAN KERIPIK BALADO UCI DIKOTA PADANG. Oleh: MIKE YOLANDA
STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BALADO UCI DIKOTA PADANG Oleh: MIKE YOLANDA 06114026 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BALADO UCI DI KOTA PADANG ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Lebih terperinciLAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UMKM KOTA PEKALONGAN 2016 DAFTAR ISI Prakata Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi
Lebih terperinciPROFIL DAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN PINDANG MODERN DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH
PROFIL DAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN PINDANG MODERN DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH ppa-02 Gunawan* 1, Giri R. Barokah 1 dan Putri Wullandari 2 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Daya Saing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. dianggap cukup representatif dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Dalam
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pola Kemitraan Dalam suasana persaingan yang semakin kompetitif, keberadaan usaha mikro kecil dituntut untuk tetap dapat bersaing dengan pelaku usaha
Lebih terperinci4.2.5 URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN 2014 4.2.5 URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 4.2.5.1 KONDISI UMUM Sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang terletak di wilayah pesisir yang memiliki luas
Lebih terperinciDraft rekomendasi: Pengembangan sistem informasi manajemen pasar dan pemasaran garam di Indonesia. (P2HP dan KP3K)
1 Draft rekomendasi: Pengembangan sistem informasi manajemen pasar dan pemasaran garam di Indonesia. (P2HP dan KP3K) Sasaran Rekomendasi : Kebijakan Pasar dan Perdagangan Latar Belakang Garam merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa
Lebih terperinciSURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO Eko Arianto Prasetiyo, Istiko Agus Wicaksono dan Isna Windani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia menjadi titik berat dalam pembangunan bidang ekonomi. Konsep pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciRUMAH PRODUKTIF DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI KENJERAN SURABAYA
RUMAH PRODUKTIF DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI KENJERAN SURABAYA Wiwik Widyo Widjajanti 1, Syamsuri 2, Sulistyowati 3 Jurusan Arsitektur 1, Jurusan Teknik Mesin 2, Jurusan Sistem Informasi 3, ITATS Jalan Arief
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN DALAM RANGKA MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN DALAM RANGKA MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Oleh : Reni Kustiari, Handewi P. Saliem Sahat Pasaribu Bambang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sektor perikanan Indonesia cukup besar. Indonesia memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km 2 (perairan nusantara dan teritorial 3,1 juta km 2, perairan ZEE
Lebih terperinciKebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional
Policy Brief TR 2016 02 Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Nazla Mariza, M.A.; Bambang Wicaksono, M.Si.; Joanna Octavia, M.Sc. Ringkasan Industri perikanan nasional Indonesia
Lebih terperinciSTRATEGI KEMITRAAN UMKM PENGOLAH IKAN DI KABUPATEN REMBANG. Anik Nurhidayati 1), Rikah 2) 1
STRATEGI KEMITRAAN UMKM PENGOLAH IKAN DI KABUPATEN REMBANG Anik Nurhidayati 1), Rikah 2) 1 Program Studi Manajemen STIE YPPI Rembang email: anh.angjel@gmail.com 2 Program Studi Akuntansi STIE YPPI Rembang
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PENYUSUNAN KLASTER SENTRA INDUSTRI SHUTTLECOCK DI JAWA TENGAH
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PENYUSUNAN KLASTER SENTRA INDUSTRI SHUTTLECOCK DI JAWA TENGAH KEGIATAN PENGEMBANGAN KLASTER DAN SENTRA INDUSTRI ANEKA TAHUN ANGGARAN 2016 DINAS
Lebih terperinciMendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciB A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
4.2.5 URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 4.2.5.1 KONDISI UMUM Sebagai salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di wilayah pesisir, Kota Semarang memiliki panjang pantai 36,63 km dengan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.44, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Industrialisasi. Kelautan. Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012
Lebih terperinciXI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU
XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciVI. REKOMENDASI KEBIJAKAN
158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang
Lebih terperinciSTRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH
STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH Oleh Dr.Ir.H.Saputera,Msi (Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Makanan Tradisional dan Tanaman Obatobatan Lemlit
Lebih terperinciABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.
ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL Peneliti: Fuat Albayumi, SIP., M.A NIDN 0024047405 UNIVERSITAS JEMBER DESEMBER 2015
Lebih terperinciPeningkatan Daya Saing Industri Manufaktur
XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang mempunyai wilayah perairan laut dan perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya alam ini salah satunya menghasilkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI
LAPORAN AKHIR TA. 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAII EKONOMI TINGG GI Oleh: Henny Mayrowani Nur Khoiriyahh Agustin Dewa Ketut Sadra Swastika Miftahul Azis Erna Maria Lokollo
Lebih terperinciPerkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1
BOX 1 LAPORAN HASIL PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2007 (BASELINE ECONOMIC SURVEY
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.126, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Sistem Logistik. Nasional. Ikan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN
Lebih terperinciTujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan
1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan sasaran program
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 54 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pengembangan agribisnis yang dicanangkan pemerintah saat ini ditujukan dalam rangka untuk menempatkan sektor pertanian dengan wawasan agribisnis sebagai motor
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. UMKM khususnya di
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI 3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir Arahan Strategi Pengembangan Wilayah Berdasarkan Komoditas Unggulan yang Berdaya saing di Kabupaten Indramayu sebagai kawasan
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA SEMINAR NASIONAL PEMBIAYAAN INVESTASI DI BIDANG INDUSTRI 2015
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA SEMINAR NASIONAL PEMBIAYAAN INVESTASI DI BIDANG INDUSTRI 2015 Kebijakan dan Konsep Pembentukan Lembaga Pembiayaan Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau Badan Usaha disemua sektor ekonomi (Tambunan,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN. Oleh: Drs. Suyoto, M.Si
ARTIKEL ILMIAH UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN Oleh: Drs. Suyoto, M.Si PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO JUNI, 2002 UPAYA PENANGGULANGAN
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciNAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R
USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI
Lebih terperinciKegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi negara. Pengaruh agroindustri
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciBUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI
1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciSistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan Iin Solihin 1, Sugeng Hari Wisudo 1, Joko Susanto 2 1 Departemen
Lebih terperinciLKPJ Walikota Semarang AkhirTahunAnggaran 2015
05. URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Kegiatan pembangunan pada sektor perikanan dan kelautan, jasa kelautan, industri, perdagangan dan pelabuhan laut dilakukan dengan melibatkan dan memberdayakan
Lebih terperinciINTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM
INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni
Lebih terperinciPERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat
VII. PERANCANGAN PROGRAM 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat Mengacu pada Visi Kabupaten Lampung Barat yaitu Terwujudnya masyarakat Lampung Barat
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN
Lebih terperinciPenentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan
C1 Penentuan Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan Dwi Putri Heritasari dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan Wilayah dan Kota,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mulyadi, Ekonomi Kelautan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara maritim, indonesia memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km. Luas wilayah laut, termasuk di dalamnya Zona ekonomi Eksklusif mencakup
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung
Lebih terperinci