VI. RANCANGAN PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. RANCANGAN PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT"

Transkripsi

1 VI. RANCANGAN PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT 106 Setelah diperoleh strategi terpilih untuk meningkatkan penerimaan PAD Kabupaten Lampung Barat yang kemudian untuk dibuatkan rancangan programnya, maka hal pertama yang perlu juga dilakukan adalah menetapkan visi dan misi Kabupaten Lampung Barat terlebih dahulu. Visi dan misi memiliki peran penting dalam meloloskan strategi dan rancangan program yang akan dilaksanakan. Jika tidak sesuai dengan visi dan misinya, maka kemungkinan strategi dan rancanagan program tidak dapat dilaksanakan. Setelah itu barulah dapat disusun rancangan program untuk meningkatkan PAD Kabupaten Lampung Barat yang sesuai dengan visi dan misi kabupaten Visi dan Misi Kabupaten Lampung Barat Mempertimbangkan berbagai masalah antara lain potensi daya dukung sumberdaya yang dimiliki, kondisi yang dihadapi, hambatan dan kendala yang menjadi titik lemah pembangunan serta tantangan dan peluang pembangunan yang dihadapi maka visi pembangunan Kabupaten Lampung Barat adalah Terwujudnya Masyarakat Lampung Barat yang CEKATAN (Cerdas, Kreatif, Aman, Taqwa dan Andalan). Guna mewujudkan visi Kabupaten Lampung Barat, maka misi pembangunan ditetapkan sebagai berikut : 1. Melaksanakan kualitas kehidupan beragama dan kerukunan hidup umat beragama, serta mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. 2. Mengentaskan kemiskinan berbasis ekonomi kerakyatan serta pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan. 3. Meningkatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau. 4. Meningkatkan kualitas pelayanan umum, jaringan transportasi, dan komunikasi. 5. Meningkatkan kesadaran politik dan demokrasi guna menciptakan

2 107 pemerintahan yang bersih dan baik dan mewujudkan keamanan, ketertiban dan kenyamanan. Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia bertitiktolak pada upaya pembangunan bidang pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk diharapkan akan sernakin baik kualitas sumberdaya manusianya. Sejumlah penelitian mengungkapkan adanya hubungan positif antara pendidikan dan produktifitas. Kondisi geografis suatu daerah ternyata baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusianya. Persentase Melek huruf merupakan indikator yang menggambarkan tingkat kemampuan masyarakat dalam membaca dan menulis. Permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan di Kabupaten Lampung Barat antara lain masih rendahnya mutu output pendidikan pada semua jenjang pendidikan, kurangnya motivasi dari siswa dan orang tua terhadap peningkatan mutu pendidikan dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat serta masih kurangnya sarana prasarana pendidikan. Pembangunan kesehatan di Kabupaten Lampung Barat di arahkan pada optimalisasi SDM dan prasarana yang sudah ada serta dengan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat dan fungsi pelayanan kesehatan. Potensi dan kondisi bidang ekonomi di Kabupaten Lampung Barat secara umum dapat dikatakan baik, ini dapat digambarkan oleh indikator ekonomi PDRB selama lima tahun terakhir dengan menunjukkan nilai positif walaupun berfluktuasi. Pertumbuhan puncaknya sebesar 5,35 % pada tahun 2004 ini ditunjang dengan stabilnya harga-harga pada tahun tersebut. Penambahan nilai nominal PDRB atas harga yang berlaku naik sebesar 6,88 % pada tahun 2005 naik sebesar 7,30 % dan pada tahun 2006 mencapai 10,02 % hal ini disebabkan oleh kenaikan harga-harga komoditi yang dihasilkan Rancangan Program Peningkatan PAD Kabupaten Lampung Barat Untuk mewujudkan visi Kabupaten Lampung Barat yang mengupayakan Terwujudnya Masyarakat Lampung Barat yang CEKATAN (Cerdas, Kreatif, Aman, Taqwa dan Andalan) diperlukan sumberdaya

3 108 keuangan yang mencukupi. Dalam hal ini yang dibutuhkan khususnya adalah PAD dari sumber-sumber PAD yang ada di Kabupaten Lampung Barat itu sendiri. Kabupaten Lampung Barat yang masih cukup tergantung pada pemerintah pusat, berusaha untuk meningkatkan PAD-nya. Hasil sintesis AHP dapat mengarahkan pada penyusunan suatu rancangan program peningkatan PAD Kabupaten Lampung Barat. Tentu saja rancangan program untuk meningkatkan PAD ini juga melibatkan analisis terhadap peran dari sumber-sumber PAD yang berpotensi untuk dapat berkontribusi dalam meningkatkan PAD Kabupaten Lampung Barat. Sintesis memperlihatkan bahwa kriteria efektivitas merupakan kriteria yang paling diprioritaskan dibanding 4 kriteria lainnya, strategi yang dikedepankan dalam peningkatan PAD Kabupaten Lampung Barat yaitu perbaikan sistem informasi dan administrasi pelaporan. Namun peneliti memiliki asumsi bahwa dalam menetapkan suatu rancangan program, sebaiknya tidak hanya berdasarkan dari satu sumber analisis saja, misalnya dari analisis AHP. Perlu adanya elaborasi data dari sumber lainnya, misalnya telaahan data sekunder. Peneliti pun melakukan analisis data sekunder terhadap PDRB dan sumber-sumber PAD Kabupaten Lampung Barat dari tahun untuk mendukung penyusunan rancangan program peningkatan PAD Kabupaten Lampung Barat. Meski bunga deposito dan jasa giro merupakan 2 sumber terbesar yang berkontribusi pada sumber PAD yaitu lain-lain pendapatan yang sah, namun hal tersebut tidak dapat dijadikan sebagai sumber peningkatan PAD selanjutnya. Harus adanya upaya yang dijalankan pemerintah untuk mengembangkan sumber-sumber penerimaan PAD dan bukan hanya berasal dari perolehan bunga deposito ataupun jasa giro. Oleh karena itu peneliti menetapkan strategi pengembangan sektor unggulan menjadi strategi yang paling diprioritaskan dalam meningkatkan PAD Kabupaten Lampung Barat. Jika kabupaten ini sudah memiliki potensi unggulan yang memang berasal dari upaya yang dijalankan pemerintah maka untuk selanjutnya potensi unggulan tersebut dapat menjadi kekuatan bagi kabupaten ini untuk terus mengembangkan potensi tersebut sehingga PAD pun dapat terus meningkat. Rancangan program peningkatan PAD Kabupaten Lampung Barat terdiri dari strategi, program, kegiatan, pelaksanaan, dan waktu pelaksanaan disajikan pada Tabel 28.

4 109 Tabel 28. Rancangan Program Peningkatan PAD Kabupaten Lampung Barat No Strategi Program Kegiatan Pelaksanaan Waktu pelaksanaa n (Tahun) 1 Pengem bangan sektor unggulan Mengidentifikasi sumber-sumber PAD yang masih dapat ditingkatkan untuk meningkatkan PAD. 1. Menggerakkan kegiatan yang terkait dengan kehutanan. 2. Menggerakkan sektor pariwisata. Menggiatkan retribusi pemungutan kayu melalui IPKTM. Menggiatkan pajak restoran yang mendukung pengembangan sektor pariwisata Tahun 2010 Melakukan perhitungan terhadap target penerimaan dari masing-masing sumber PAD. Menggunakan laporan penerimaan PAD untuk menghitung seberapa besar target penerimaan PAD yang sesungguhnya dari setiap sumber PAD Dengan mengetahui berapa target penerimaan sesungguhnya hal tersebut merupakan suatu sistem pengawasa. 2 Perbaikan sistem informasi dan Menyusun sistem pemungutan terpadu dan 1. Menyusun sistem pemungutan yang terstruktur sehingga akan menghasilakan laporan yang valid. Penyusunan sistem pemungutan yang sistematis sehingga akan menghasilkan data yang valid dari 17 kecamatan. Tahun 2011

5 110 administrasi pelaporan pengawasan ketat. 2. Adanya sistem pengawasan yang melekat sehingga data yang masuk adalah data yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Tidak membiarkan data yang masuk tanpa dicrosscheck terlebih dahulu baik pada petugas pungut atau stakeholder lainnya yang terkait sehingga pada akhirnya akan dihasilkan data yang sesuai dengan kondisi di lapangan. No Strategi Program Kegiatan Pelaksanaan Waktu pelaksanaa n (Tahun)

6 111 2 Perbaikan sistem informasi dan administrasi pelaporan Menyusun sistem pemungutan terpadu dan pengawasan ketat. 3. Mengadakan pendidikan dan pelatihan serta penataran bagi petugas. 4. Sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) tentang pungutan pajak dan retribusi daerah. 5. Memberitahukan pada petugas pungut tentang berapa target penerimaan yang harus ia peroleh setiap harinya. Memberikan insentif terhadap petugas pungut dengan sistem persentase. Mengadakan pendidikan dan pelatihan serta penataran bagi aparatur yang terlibat dalam penggalian potensi PAD, baik dari pelaksana lapangan /perencana. Sosialisasi Perda yang menyangkut pungutan pajak dan retribusi daerah oleh Bagian Hukum bekerjasama dengan Camat, UPTD dan Kepala Desa. Pemberitahuan tersebut secara tidak langsung merupakan salah satu bentuk pengawasan dalam pemungutan. Memberikan insentif terhadap petugas pungut dengan sistem persentase Memberikan insentif terhadap petugas pungut.

7 112 3 Peningkata n keahlian SDM dan insentif petugas Mengadakan pendidikan dan latihan profesi secara terstruktur. 1. Mengirimkan aparat/petugas ke jenjang pendidikan lebih tinggi. 2. Mengadakan pendidikan dan pelatihan serta penataran bagi petugas. Mengirimkan aparat/petugas lapangan maupun perencana untuk strudi lanjut baik S1 maupun S2. Mengadakan pendidikan dan pelatihan serta penataran bagi aparatur yang terlibat dalam penggalian potensi PAD, baik dari pelaksana lapangan maupun perencana No Strategi Program Kegiatan Pelaksanaan Waktu pelaksanaa n (Tahun)

8 Pember dayaan BUMD dan bagi hasil sumber daya alam Pemban gunan infrastr uktur Meningkatkan kinerja BUMD dan kerjasama dengan pihak swasta untuk investasi di Kabupaten Lampung Barat. Pembangunan beberapa infrastruktur baru. 1. Sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) tentang pungutan pajak dan retribusi daerah. 2. Memberdayakan potensi lokal termasuk BUMD dan bagi hasil sumberdaya alam dalam hal ini hasil hutan dan perkebunan. Membangun jalan dan irigasi yang menghubungkan antara daerah-daerah yang berpotensi menghasilkan PAD. Sosialisasi Perda yang menyangkut pungutan pajak dan retribusi daerah oleh Bagian Hukum bekerjasama dengan Camat, UPTD dan Kepala Desa. Memberdayakan potensi lokal termasuk BUMD dan bagi hasil sumberdaya alam. Meningkatkan retribusi daerah dari retribusi pemungutan kayu serta dari retribusi izin pengambilan hasil hutan ikutan. Meningkatkan penerimaan pajak penerangan jalan

9 114 Strategi pengembangan potensi unggulan tetap menjadi strategi yang diprioritaskan dalam rancangan program peningkatan PAD meski nilai sintesis AHP strategi ini hanya sebesar 0,097 dan dari hasil analisis per kriteria menempatkan strategi ini di prioritas ke tiga (3) berdasarkan potensi pengembangan SDM dan kemudahan; prioritas ke empat (4) berdasarkan kriteria efektivitas; serta prioritas ke lima (5) berdasarkan anggaran biaya dan pengembangan sektor unggulan. Strategi ini termasuk pada strategi cukup mudah dilaksanakan meski membutuhkan biaya besar dan sedikit untuk dapat mengembangkan keahlian SDM sehingga akan kurang efektif. Hasil olahan AHP tersebut dapat dijadikan acuan dalam perancangan program namun jangan dijadikan standar yang tidak dapat berubah. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat harus berani memulai sesuatu yang dapat meningkatkan penerimaan PAD dan dapat menurunkan tingkat ketergantungan terhadap pemerintah pusat meski strategi ini pun dinilai kurang dapat dikembangkan berdasarkan potensi pengembangan. Penentuan untuk memprioritaskan strategi ini pada tahun 2010 juga dikarenakan adanya hubungan erat antara strategi ini dengan besarnya sumber PAD yang berupa retribusi daerah, khususnya dari kontribusi dari retribusi pemungutan kayu yang mencapai 5,71% pada tahun Retribusi pemungutan kayu yang dimaksud adalah retribusi hutan biasa yang berasal dari iuran hasil hutan (IHH) dan Izin Pemanfaatan Kayu Tanah Masyarakat (IPKTM). Namun IHH tidak mutlak milik kabupaten, namun kabupaten membagi hasil perolehan IHH tersebut dengan menyetorkan sebagian IHH pada propinsi. IHH diproses jika masyarakat hendak membawa hasil kayunya ke luar kabupaten. Hanya IPKTM yang merupakan retribusi mutlak milik kabupaten. Pungutan kayu yang masuk retribusi mensyaratkan kayunya harus berasal dari tanah masyarakat. Ketika masyarakat memotong kayu miliknya untuk dimanfaatkan atau dijual, mereka harus mendaftarkannya terlebih dahulu ke Dinas Kehutanan untuk dikenakan retribusi. Retribusi yang dikenakan adalah sebesar Rp /m 3. Kayu-kayu tersebut oleh masyarakat dapat dijual ke perusahaan dalam bentuk kayu mentah atau kayu olahan. Jadi dengan semakin banyaknya kayu yang dimanfaatkan oleh

10 115 masyarakat dari tanah mereka dan tidak dibawa keluar kabupaten ini, maka retribusi peningkatan kayu akan semakin meningkat melalui IPKTM. Penerimaan lain dari sumber PAD yang cukup besar adalah berupa pajak restoran. Pajak restoran ini juga memiliki kontribusi pada penerimaan PAD dan dinilai berpotensi untuk dikembangkan, terlebih lagi jika dikaitkan dengan pengembangan sektor pariwisata. Di Kabupaten Lampung Barat ini cukup banyak dapat ditemui obyek pariwisata, baik wisata alam, tirta, bahari maupun budaya. Obyek pariwisata ini cukup banyak mendatangkan wisatawan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan wisata alam yang berupa pantai di pesisir Lampung Barat ada yang cukup terkenal dengan karena dapat menyaingi pantai Hawai, Amerika. Jika wisatawan yang datang semakin banyak, industri restoran merupakan industri penunjang yang sangat mendukung. Dari sektor tersebut pemerintah dapat mengambil retribusi restoran. Jadi sebenarnya masih ada potensi dari Kabupaten Lampung Barat yang perlu dikembangkan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan PAD. Terlebih lagi dari data Produk Domestik Bruto Kabupaten Lampung Barat memperlihatkan bahwa lapangan usaha pertanian (termasuk di dalamnya kehutanan) dan perdagangan hotel serta restoran menempatai peringkat satu dan dua terhadap PDRB. Jadi secara eksplisit terlihat bahwa ada potensi dari sektor unggulan di Kabupaten Lampung Barat yang masih dapat dikembangkan untuk meningkatkan PAD. Strategi kedua yang selanjutnya dapat dilaksanakan pada tahun 2011 untuk meningkatkan PAD adalah perbaikan sistem informasi dan administrasi pelaporan. Dari hasil analisis AHP strategi ini menduduki prioritas pertama dengan nilai 0,344, dan bila dianalisis dari setiap kriteria kriteria maka strategi ini juga menduduki prioritas ke satu (1) berdasarkan kriteria potensi SDM, anggaran biaya, kemudahan, dan potensi pengembangan. Sedangkan berdasarkan kriteria efektivitas strategi ini berada di prioritas ke tiga (3). Hasil analisis dari setiap kriteria tersebut menjadikan pengejawantahan dari strategi ini sebagai strategi yang dapat meningkatkan keahlian SDM dan insentif petugas, membutuhkan anggaran yang tidak terlalu besar, mudah untuk dilaksanakan, berpotensi untuk dikembangkan, serta cukup efektif untuk meningkatkan PAD Kabupaten Lampung Barat.

11 116 Namun dengan ditetapkannya strategi perbaikan sistem pengembangan sektor unggulan menjadi strategi yang diprioritaskan dari rancangan program untuk meningkatkan PAD Kabupaten Lampung Barat, namun hal ini tidak berarti strategi lainnya tidak dapat dilaksanakan. Dari strategi-strategi tersebut juga dapat dibuat rancangan program yang di dalamnya juga terdiri dari kegiatan, pelaksanaan, dan jadwal pelaksanaannya. Program ke dua yaitu perbaikan sistem informasi dan administrasi pelaporan dimana bentuk program dari strategi ini yaitu menyusun database 17 Kecamatan, sedangkan bentuk kegiatannya adalah perbaikan dan pengadaan untuk sistem komputerisasi pendataan, pencatatan dan pelaporan. Penyusunan sistem pendataan dan pelaporan memanfaatkan sistem teknologi informasi merupakan bentuk pelaksanaannya. Bentuk dari program, kegiatan, dan pelaksanaan dari strategi ini diharapkan dapat meningkatkan PAD Kabupaten Lampung Barat. Bentuk program dari strategi ini yaitu menyusun sistem pemungutan terpadu dan pengawasan ketat. Kegiatannya terdiri dari menyusun sistem pemungutan yang terstruktur sehingga akan menghasilakan laporan yang valid dan adanya sistem pengawasan yang melekat sehingga data yang masuk adalah data yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Sedangkan pelaksanaanya meliputi penyusunan sistem pemungutan yang sistematis sehingga akan menghasilkan data yang valid dari 17 kecamatan dan tidak membiarkan data yang masuk tanpa dicrosscheck terlebih dahulu baik pada petugas pungut atau stakeholder lainnya yang terkait sehingga pada akhirnya akan dihasilkan data yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Bentuk kegiatan lainnya adalah dengan memberitahukan pada pemungut tentang berapa target penerimaan yang harus ia peroleh setiap harinya. Sehingga secara tidak langsung hal ini juga merupakan salah satu bentuk pengawasan dalam pemungutan. Strategi perbaikan sistem informasi dan administrasi pelaporan ini dipilih juga menjadi yang dikedepankan karena sesuai dengan analisis kriteria potensi SDM, anggaran biaya, kemudahan, dan potensi pengembangan menduduki yang prioritas teratas. Namun jika dianalisis dengan menggunakan kriteria efektivitas peningkatan keahlian SDM dan insentif petugas menjadi strategi yang teratas dan

12 117 paling penting untuk dilaksanakan. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa pelaksanaan strategi perbaikan sistem informasi dan administrasi pelaporan akan efektif jika dibarengi juga pelaksanaan dari strategi peningkatan keahlian SDM dan insentif petugas. Hal ini terlihat dari hasil sintesis AHP strategi ini yang mencapai nilai 0,232 dan adanya hasil analisis strategi ini berdasarkan kriteria yang mendudukkan strategi ini pada prioritas ke satu (1) untuk kriteria efektivitas; prioritas ke dua (2) berdasarkan prioritas potensi SDM dan anggaran biaya; serta prioritas ke empat (4) berdasarkan kriteria kemudahan dan potensi pengembangan. Tentu saja hal ini dapat dipahami karena SDM merupakan faktor utama penentu efektif atau tidaknya suatu aktivitas sehingga dinilai sebagai strategi yang paling efektif untuk meningkatkan PAD, dapat meningkatkan keahlian SDM, dan anggarannya tidak terlalu besar. Meski strategi ini tidak mudah untuk dilaksanakan dan kurang mampu mengembangkan potensi yang ada. Bentuk program dari strategi peningkatan keahlian SDM dan insentif petugas yaitu dengan mengadakan pendidikan dan latihan profesi secara terstruktur dan memberikan insentif terhadap petugas pungut dengan sistem persentase dan dapat dilaksanakan pada tahun Dari program yang dicanangkan tersebut akan membawahi dari beberapa kegiatan, seperti mengirimkan aparat/petugas ke jenjang pendidikan lebih tinggi, mengadakan pendidikan dan latihan serta penataran bagi aparatur yang terlibat dalam penggalian potensi PAD, baik dari pelaksana lapangan maupun perencana, serta sosialisasi Perda tentang pungutan pajak dan retribusi daerah. Adanya peningkatan keahlian petugas, maka mereka dapat melakukan perbaikan sistem informasi dan administrasi pelaporan yang terkait dengan PAD, khususnya untuk sumber-sumber yang memberikan kontribusi yang signifikan pada PAD, seperti sumber pajak daerah (misalnya pajak restoran), retribusi daerah (misalnya retribusi pemungutan kayu dan non-kayu; serta retribusi pasar grosir atau pertokoan) serta lain-lain pendapatan yang sah (seperti bunga deposito dan jasa giro). Jika hal ini sudah dapat dilaksanakan akan dapat meningkatkan pendapatan PAD Kabupaten Lampung Barat. Strategi ke empat, yaitu pemberdayaan BUMD dan bagi hasil sumberdaya alam, dimana programnya adalah meningkatkan kinerja BUMD dan kerjasama

13 118 dengan pihak swasta untuk investasi di Kabupaten Lampung Barat dapat dilaksanakan pada tahun Hal ini didukung dengan hasil sintesis AHP strategi ini yang sebesar 0,212 serta hasil analisis setiap kriteria terhadap strategi ini. Strategi ini menduduki prioritas ke dua (2) berdasarkan kriteria efektivitas, kemudahan, dan potensi pengembangan. Sedangkan jika menggunakan kriteria potensi SDM dan dan anggaran biaya, strategi ini menduduki prioroitas ke tiga (3). Hasil analisis ini rancangan program dari strategi ini mengasumsikan akan cukup efektif, mudah untuk dilaksanakan, merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan, dan dapat mengembangkan SDM serta memerlukan biaya yang tidak terlalu besar. Oleh karena itu kegiatan dari program strategi ini berupa upaya dari pemerintah untuk memberdayakan potensi lokal termasuk BUMD dan bagi hasil sumberdaya alam dalam hal ini hasil hutan dan perkebunan. Dari Tabel 12 diperoleh bahwa retribusi daerah, yang berasal dari retribusi izin pengambilan hutan hasil hutan dan retribusi pemungutan kayu dan non kayu, berkontribusi cukup besar pada PAD Kabupaten Lampung Barat. Strategi yang terakhir yang dapat dilaksanakan yaitu pembangunan infrastruktur maka program yang akan dijalankan yaitu pembangunan beberapa infrastruktur baru dapat dilaksanakan pada tahun Sebenarnya alternatif ini menduduki prioritas ke empat (4) berdasarkan kriteria potensi SDM dan anggaran biaya; serta prioritas ke lima (5) jika dianalisis dengan menggunakan kriteria efektivitas, kemudahan, dan potensi pengembangan. Hasil ini mengasumsikan bahwa strategi ini kurang dapat mengembangakan potensi SDM, membutuhkan anggaran biaya yang cukup besar, kurang efektif, kurang mudah dilaksanakan, serta tidak mampu mengembangakan potensi SDM untuk meningkatkan PAD. Hal ini sesuai dengan nilai sintesis AHP yang sebesar 0,115. Namun bentuk kegiatannya yang seperti pembangunan jalan dan irigasi dan menghubungkan antara daerah-daerah berpotensi menghasilkan PAD Kabupaten Lampung Barat melalui pajak daerah, yaitu pajak penerangan jalan.

14 119 Setelah rancangan program selesai disusun, maka hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah indikator keberhasilan dari program yang akan dilaksanakan. Indikator keberhasilan dari rancangan program di atas adalah: 1. Diperolehnya data potensi PAD yang akurat. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dan retrebusi daerah termasuk perizinan. 3. Cepat, efektif dan akurat sistem pendataan, pencatatan dan pelaporan administrasi pajak/retribusi daerah. 4. Meningkatnya realisasi penerimaan PAD yaitu terlampaui target yang ditetapkan di Kabupaten Lampung Barat. 5. Kecilnya Kebocoran pajak/retribusi. Berdasarkan identifikasi kendala, ada lima permasalahan mendasar dalam peningkatan PAD di Kabupaten Lampung Barat, yaitu pemungutan PAD kurang Efektif, SDM aparat, anggaran biaya, kemudahan atau dalam arti sukar berkaitan dengan wilayah dan segi teknis, dan potensi pengembangan. Beberapa permasalahan dapat muncul dalam penerimaan PAD Kabupaten Lampung Barat sehingga diperlukan dukungan dari pihak-pihak terkait, seperti Dinas PPKAD, BAPPEDA, DPRD dan Bupati, juga melibatkan pihak-pihak lain sebagai pendukung. Pihak-pihak tersebut adalah Bagian Umum, Bagian Hukum, Dinas PU, Camat, Kepala pekon/desa dan petugas pungut sebagai aparat terdepan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kinerja Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Timur

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kinerja Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Timur IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kinerja Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Timur Pada bab ini dikemukakan deskripsi dan analisis hasil penelitian yang diperoleh melalui pengukuran dan pengujian

Lebih terperinci

BAB VI RANCANGAN PROGRAM STRATEGIK Metode Perancangan Strategi dan Program.

BAB VI RANCANGAN PROGRAM STRATEGIK Metode Perancangan Strategi dan Program. BAB VI RANCANGAN PROGRAM STRATEGIK 6.1. Metode Perancangan Strategi dan Program. Logical Framework Approach (LFA) adalah instrumen analitis dalam menyusun rencana yang berorientasi pada hasil/sasaran,

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran

3.1. Kerangka Pemikiran 52 III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Pembangunan Kabupaten Lampung Barat sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi Daerah di Indonesia adalah lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pengganti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya era reformasi yang di prakarsai oleh mahasiswa 10 tahun silam yang ditandai dengan tumbangnya resim orde baru di bawah pimpinan Presiden Suharto, telah membawa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah tujuan wisata di kawasan Provinsi NTB dan merupakan daerah yang diberikan hak otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri baik

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 4.1 VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 Mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan DPPKAD Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Potensi pendapatan asli daerah adalah kekuatan yang ada di suatu daerah untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar yang dilakukan pada berbagai program sebagaimana diungkapkan pada bab sebelumnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah membawa perubahan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, Undangundang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah yang sesuai dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Derah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang Perimbangan Keuangan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN

V. SIMPULAN DAN SARAN V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data dan analisa yang dilakukan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Efektivitas organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan

Lebih terperinci

BAB III ISU - ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU - ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU - ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN SKPD Sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, baik di sektor publik maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990). Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu cara dalam mensejahterakan hidup manusia pada suatu daerah tertentu dan ekonomi diterapkan sebagai bentuk pengurusan terhadap sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Akhir Tujuan bangsa Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Repulik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintah, hal ini terlihat dengan diberikannya keleluasaan kepada kepala

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Kemudian mempercepat pembangunan

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas pada kemampuan keuangan daerah. Artinya daerah harus memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh untuk mengatur dan mengelola pembangunan di daerah tanpa adanya kendala struktural yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pelaksanaan Otonomi Daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan pada Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

I. PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah di Indonesia memasuki babak baru dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sisi Retribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Menariknya kajian ini

I. PENDAHULUAN. sisi Retribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Menariknya kajian ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan retribusi pasar secara lebih mendalam merupakan hal yang menarik, terutama dari sisi Retribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Menariknya

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu negara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah salah satu kabupaten di Sulawesi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA PETUGAS PEMUNGUT PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan pemerintahan wilayah negara Indonesia dibagi atas daerah besar dan kecil dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kinerja keuangan DPKAD Bukittinggi apabila dilihat dari rasio efektivitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kinerja keuangan DPKAD Bukittinggi apabila dilihat dari rasio efektivitas BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan: 1. Kinerja keuangan DPKAD Bukittinggi apabila dilihat dari rasio efektivitas

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Pendahuluan Kebijakan anggaran mendasarkan pada pendekatan kinerja dan berkomitmen untuk menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Anggaran kinerja adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa lalu Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Sintang diselenggarakan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H L E M B A R A N D A E R A H TAHUN 2003 NOMOR 19 SERI E NO. SERI 1 P E R A T U R A N D A E R A H NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi negara yang dibayarkan oleh masyarakat. Pajak juga sebagai iuran pemungutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan daerah diartikan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan daerah diartikan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan daerah diartikan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU NO.32 Tahun 2004 tentang pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki hak dan kewajiban untuk menjalankan dan memenuhi kebutuhannya secara efektif dan efisien. Untuk dapat

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. SIPD Kota Surakarta Tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. SIPD Kota Surakarta Tahun 2015 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bappeda Kota Surakarta sebagai bagian integral dari pemerintah Kota Surakarta mempunyai tugas pokok pada perencanaan pembangunan daerah yang dapat dijadikan acuan bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna ( efektivitas )

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna ( efektivitas ) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna ( efektivitas ) penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, memiliki tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Efektivitas pemungutan retribusi terminal adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Efektivitas pemungutan retribusi terminal adalah: BAB III METODE PENELITIAN III.1. Definisi Operasional Variabel III.1.1. Efektifitas pemungutan retribusi terminal Efektivitas pemungutan retribusi terminal adalah: Kemampuan untuk mengefektifkan pemungutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pendapatan daerah menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 157 meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 708 TAHUN : 2005 SERI : D ERATURAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN UPAH PUNGUT PENDAPATAN ASLI DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. misi pembangunan Kabupaten Natuna Tahun , sebagai upaya yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. misi pembangunan Kabupaten Natuna Tahun , sebagai upaya yang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Natuna Visi Kabupaten Natuna adalah Menuju Natuna yang Sejahtera, Merata dan Seimbang. Sesuai dengan visi tersebut, maka ditetapkan pula misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pada tahun 2014 APBD Kabupaten Berau menganut anggaran surplus / defisit. Realisasi anggaran Pemerintah Kabupaten Berau dapat terlihat dalam tabel berikut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas provinsi-provinsi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN CAPAIAN KINERJA Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015

REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 1 REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 U R A I A N TARGET JUMLAH PERUBAHAN 2015 S/D BULAN INI % ( Rp ) ( Rp ) 1 2 3 4 PENDAPATAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang Dasar 1945 antara lain menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : 1. Laba Usaha Daerah Adalah keuntungan yang diperoleh oleh daerah yang bergerak dibidang usaha barang maupun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA 2018 BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BANJAR

RENCANA KERJA 2018 BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BANJAR RENCANA KERJA 2018 BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BANJAR Jl. Pangeran Hidayatullah, No. 1 Martapura Telp. (0511) 4721358 Fax. (0511) 4721027 Kalimantan Selatan 70611 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung Dinas Pendapatan Daerah merupakan salah satu unsur organisasi Pemerintah Daerah yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi adalah rumusan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini sebagai negara berkembang Indonesia tengah gencargencarnya melaksanakan pembangunan disegala bidang baik ekonomi, sosial, politik, hukum, maupun bidang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh : ROSNI. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah dituntut untuk mampu

ABSTRAK. Oleh : ROSNI. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah dituntut untuk mampu http://epserv.fe.unila.ac.id ABSTRAK EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C Oleh : ROSNI Dalam

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 34 BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan rangkaian siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang pelaksanaannya dimulai dari perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian kewenangan otonomi daerah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia disegala bidang khususnya bidang ekonomi dan perdagangan merupakan tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2012

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2012 BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2012 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Dispenda Tahun 2012 Berdasarkan Perda No 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada tahun 2011 Dinas Pendapatan

Lebih terperinci