PERSEPSI SISWA TERHADAP NILAI BUDAYA PADA IKLAN FASTFOOD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI SISWA TERHADAP NILAI BUDAYA PADA IKLAN FASTFOOD"

Transkripsi

1 PERSEPSI SISWA TERHADAP NILAI BUDAYA PADA IKLAN FASTFOOD (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Siswa SMP Negeri 7 Medan Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Iklan Produk KFC Pokkits) Raisa Arifah ABSTRAK Skripsi ini berisi penelitian mengenai Persepsi Siswa SMP Negeri 7 Medan Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Iklan Fastfood. Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol, dan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Hal yang terkait dengan nilai budaya ini yaitu simbol, slogan atau sesuatu yang terlihat jelas, kepercayaan yang tertanam dan mengakar yang menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap iklan fastfood dan mengetahui nilai-nilai budaya yang terdapat dalam iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu teknik menganalisis dan menggambarkan data yang telah terkumpul. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 86 orang yang terdiri dari kelas VII dan VIII yang berjumlah 13 kelompok kelas. Penelitian menggunakan kuesioner untuk pengumpulan data. Data yang didapat dianalisis melalui tabel tunggal kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa SMP Negeri 7 Medan kurang menyukai tampilan iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura hal ini dibuktikan dengan data bahwa mayoritas siswa SMP Negeri 7 Medan kurang menyukai tampilan iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura. Selain itu, mayoritas siswa SMP Negeri 7 Medan juga menyatakan iklan produk KFC Pokkits mengandung unsur-unsur budaya barat. Hal ini dikarenakan terdapat adegan yang kurang menampilkan budaya asli Indonesia seperti cara memakan, cara penyimpanan makanan yang akan dikonsumsi serta pakaian dan penampilan model dalam iklan produk KFC Pokkits tersebut bukanlah suatu kebiasaan atau norma-norma yang lazim berlaku di Indonesia. Kata Kunci: Persepsi, Nilai Budaya, Fastfood PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia dikenal dengan kemajemukannya dalam berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa atau etnis, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Perkembangan dunia yang sangat pesat saat ini dengan mobilitas dan dinamika yang sangat tinggi menyebabkan dunia menuju ke arah globalisasi yang hampir tidak memiliki batasbatas lagi sebagai akibat dari perkembangan teknologi modern. Selain itu, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan dunia terasa semakin dekat dan informasi begitu mudahnya dapat diakses oleh siapa saja dari belahan dunia dan dari kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, masyarakat harus sudah siap menghadapi situasi-situasi baru dalam konteks kebudayaan. Pada era globalisasi seperti saat ini kebudayaan Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya barat yang masuk melalui media 1

2 massa. Media massa seperti surat kabar dan televisi menampilkan cerita dan gambar yang mencampurkan antar budaya barat dan budaya timur yang dianut oleh Indonesia. Cerita dan gambar yang ditampilkan di media tersebut dapat berupa film maupun iklan yang merupakan bentuk promosi. Iklan dan promosi yang ditampilkan di televisi banyak diminati oleh pengusaha untuk memasarkan barang maupun jasa yang mereka tawarkan karena media televisi dapat menjangkau khalayak luas. Iklan dan promosi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem ekonomi dan sosial masyarakat modern. Dewasa ini, iklan sudah berkembang menjadi sistem komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen barang dan jasa tetapi juga bagi konsumen. Kemampuan iklan dan metode promosi lainnya dalam menyampaikan pesan kepada konsumen menjadikan kedua bidang tersebut memegang peran sangat penting bagi keberhasilan perusahaan. Berbagai bentuk usaha, mulai dari usaha eceran hingga perusahaan multinasional, mengandalkan iklan dan promosi untuk membantu memasarkan barang dan jasa (Morissan, 2010: 1). Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal oleh khalayak karena daya jangkauannya yang luas. Iklan juga menjadi instrumen promosi yang sangat penting, khususnya bagi perusahaan yang memproduksi barang dan jasa yang ditujukan kepada masyarakat luas. Pemasaran adalah suatu konsep yang menyangkut suatu sikap mental, suatu cara berpikir yang membimbing seseorang melakukan sesuatu yang tidak selalu menjual benda tetapi juga menjual gagasan-gagasan, karier, tempat (pariwisata, rumah, lokasi industri), jasa (pengangkutan, penerbangan, kesehatan), hiburan (pertunjukan dan pertandingan), dan kegiatan-kegiatan nirlaba seperti yayasan sosial dan keagamaan (Morrisan, 2010: 2). Merancang strategi pemasaran dalam rangka menarik minat beli akan semakin efektif ketika pemasar memahami pengaruh kepribadian dengan keputusan pembelian (Ferrinadewi, 2008: 126). Begitu juga yang dilakukan oleh perusahaan franchise Kentucky Fried Chicken atau yang lebih dikenal dengan nama KFC mereka selalu melakukan strategi pemasaran dengan memahami siapa target pasar yang akan dituju. Pada bulan Oktober 2012 mereka mengeluarkan Pokkits suatu produk snack/light meal terbaru yang praktis dan variatif. Produk Pokkits ini terdiri atas potongan potongan crispy strips, fresh lettuce, parutan cheddar dan jack cheese, mayonnaise, dan saus pineapple mango, yang dimasukkan ke dalam roti pita panggang. Produk ini memberikan penekanan pada unsur fashion hingga menarik untuk dinikmati oleh kalangan anak muda seperti remaja ( Memahami berbagai budaya yang berbeda menjadi penting khususnya bagi perusahaan yang memperluas pasar produksinya yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengan negara asal perusahaan. Agama, ideologi, tingkat intelektualitas, tingkat ekonomi, pekerjaan dan cita rasa sebagai faktor-faktor internal jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap realitas (Mulyana, 2007: 214). Dengan demikian, persepsi itu terikat oleh budaya (culture-bound) bagaimana seseorang memaknai pesan, objek atau lingkungan bergantung pada sistem nilai yang dianut. Persepsi seseorang atas lingkungannya bersifat subjektif, semakin besar perbedaan budaya antara dua orang semakin besar pula perbedaan persepsi mereka terhadap realitas. Dalam konteks ini, budaya dapat dianggap sebagai pola persepsi dan perilaku yang dianut sekelompok orang. Samovar dan Porter (dalam Mulyana, 2007: 214) mengemukakan terdapat unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi seseorang ketika berkomunikasi dengan orang lain, yakni kepercayaan, nilai, sikap, pandangan dunia, organisasi sosial, tabiat manusia, orientasi kegiatan dan persepsi tentang diri dan orang lain. Unsur budaya inilah yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap iklan KFC tersebut. Begitu juga terhadap siswa-siswi kota Medan khususnya SMPN 7 yang memiliki persepsi tersendiri terhadap iklan tersebut. 2

3 KERANGKA TEORI Teori adalah sistem konsep abstrak yang menjelaskan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena atau masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001: 39). Adapun teori-teori yang dianggap relevan: Persepsi Persepsi merupakan istilah dari dunia psikologi. Dalam kajian etimologis, persepsi berasal dari Bahasa Latin perception, dari percipere, yang memiliki makna menerima atau mengambil. Dalam arti sempit, persepsi sebagai penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003: 445). Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi dan motivasi (Rakhmat, 2008: 51). Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi yang yang identik dengan penyandian-penyandian baik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi disebut inti komunikasi karena jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin dapat berkomunikasi efektif. Persepsilah yang menentukan untuk menyeleksi proses dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2007: 180). Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan ditetapkan kepada manusia. Subproses psikologis lainnya adalah pengenalan, penalaran, perasaan dan tanggapan. Secara singkat persepsi didefenisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara manusia memberi arti terhadap rangsangan. Penalaran adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan rangsangan lainnya pada tingkat pembentukan psikologi. Perasaan adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan baik diri sendiri atau bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual. Sobur juga menjelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga komponen utama, yaitu: 1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 2. Interpretasi adalah proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi dan kompleks menjadi sederhana. 3. Reaksi adalah persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi (Sobur, 2003: 446). 3

4 Nilai Budaya Dalam Iklan Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya adalah nilainilai, norma-norma dan kepercayaan yang dikomunikasikan secara simbolik (Sumarwan, 2004: 181). Makna budaya akan dipindahkan ke produk dan jasa kemudian dikomunikasikan melalui media iklan kemudian akan dipindahkan kepada konsumen. Makna budaya atau makna simbolik telah melekat kepada produk yang kemudian dipindahkan kepada konsumen dalam bentuk pemilikan produk (possession ritual), pertukaran (exchange ritual), pemakaian (grooming ritual) dan pembuangan (divestment ritual). Menurut Mowen dan Minor (1998 dalam Sumarwan, 2004: 182) ritual adalah tindakan simbolik yang dilakukan konsumen untuk menciptakan, menguatkan, menghilangkan atau merevisi makna budaya tertentu. Makna budaya dapat berpindah kepada konsumen dengan cara memiliki suatu produk. Masyarakat modern di seluruh dunia memiliki kesamaan budaya, yaitu budaya populer. Budaya populer dinikmati bersama oleh semua masyarakat yang melewati batas negara, bangsa, agama, ras dan perbedaan-perbedaan lainnya. Mowen dan Minor (1998 dalam Sumarwan, 2004: 184) mengartikan budaya populer sebagai budaya masyarakat banyak. Budaya populer mudah dipahami oleh sebagian besar anggota masyarakat, mereka tidak memerlukan pengetahuan yang khusus untuk memahami budaya populer tersebut. Budaya populer dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat suatu bangsa. Budaya populer juga dapat diperoleh dan dibeli dengan mudah yang kemudian akan mempengaruhi perilaku konsumen. Budaya populer dapat diperoleh oleh masyarakat melalui medium iklan dan televisi. Iklan dalam berbagai bentuknya seperti iklan media cetak (koran, majalah, brosur dan leaflet) telah menjadi cirri masyarakat modern. Setiap hari konsumen disajikan beragam iklan produk dan jasa melalui berbagai media cetak. Tidak ada surat kabar dan majalah tanpa iklan. Konsumen disajikan iklan melalui media ruang, hampir semua sudut kota dihiasi oleh iklan yang terpasang di billboard, spanduk dan sebagainya. Iklan bukan hanya disajikan melalui media cetak saja namun juga disajikan lewat media elektronik (televisi, radio, internet dan sebagainya). Karakteristik Budaya Budaya memberi identitas kepada sekelompok orang, bagaimana kita dapat mengidentifikasi aspek-aspek budaya yang menjadikan sekelompok orang sangat berbeda adalah dengan menelaah kelompok dan aspeknya. Adapun karakteristik-karakteristik budaya tersebut adalah (Mulyana dan Rakhmat, 2005: 58): 1. Komunikasi dan Bahasa Sistem komunikasi verbal dan nonverbal membedakan suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Terdapat banyak bahasa asing di dunia, makna-makna yang diberikan kepada gerak-gerik, misalnya, sering berbeda secara kultural. Meskipun bahasa tubuh mungkin universal, namun perwujudannya berbeda secara lokal. 2. Pakaian dan Penampilan Meliputi pakaian dan dandanan (perhiasan) luar, juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural. 3. Makanan dan Kebiasaan Makan Cara memilih, menyiapkan dan menyajikan serta memakan makanan sering berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Di kota-kota metropolitan, rsetoran-restoran sering menyediakan makanan-makanan nasional tertentu untuk memenuhi selera budaya yang berlainan. Cara makan juga berbeda-beda. Ada yang 4

5 makan dengan tangan saja, ada pula yang menggunakan sumpit atau seperangkat alat makan yang lengkap. 4. Waktu dan Kesadaran Akan Waktu Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian orang lainnya merelatifkan waktu. 5. Penghargaan dan Pengakuan Cara lain untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas. 6. Hubungan-Hubungan Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan dan kebijaksanaan. Dalam budaya tertentu, orang yang harus dipatuhi dalam keluarga adalah lelaki yang mengepalai keluarga dan hubungan yang sudah tetap ini meluas dari rumah ke masyarakat. Hubungan antara orang-orang berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. 7. Nilai dan Norma Suatu budaya menetapkan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang bersangkutan. Nilai dan norma memegang peranan yang sangat penting sebagai pengatur tata kehidupan bermasyarakat. Nilai dan norma bersifat abstrak dan merupakan unsur terpenting dari suatu kebudayaan. Nilai dan norma harus dijunjung tinggi agar peri kehidupan sosial dapat terjalin secara harmonis sehingga tercipta stabilitas sosial. Pelanggaran terhadap sistem nilai dan norma akan menimbulkan konflik dalam kehidupan sosial. 8. Rasa Diri dan Ruang Identitas diri dan penghargaan dapat diwujudkan dengan sikap yang sederhana dalam suatu budaya. Kenyamanan yang orang miliki dengan dirinya dapat diekspresikan secara berbeda pula oleh budaya. Setiap budaya mengesahkan diri dengan suatu cara yang unik. 9. Proses Mental dan Belajar Beberapa budaya menekankan aspek pengembangan otak ketimbang aspek lainnya sehingga orang dapat mengamati perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam cara orang-orang berpikir dan belajar. Antropolog Edward Hall berpendapat bahwa pikiran adalah budaya yang terinternalisasikan, dan prosesnya berkenaan dengan bagaimana orang mengorganisasikan dan memproses informasi. Apa yang tampaknya secara universal adalah bahwa setiap budaya mempunyai suatu proses berpikir, namun setiap budaya mewujudkan proses tersebut dengan cara yang berbeda. 10. Kepercayaan dan Sikap Dalam semua budaya tampaknya orang-orang mempunyai perhatian terhadap hal-hal supernatural yang jelas dalam agama-agama dan praktik-praktik agama mereka. Agama dipengaruhi oleh budaya dan budaya pun dipengaruhi oleh agama. Sistem kepercayaan agama sekelompok orang bergantung pada tingkat perkembangan kemanusiaan mereka. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Metodologi deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan, menuliskan, memaparkan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga masyarakat dan lain-lain berdasarkan fakta-fakta yang tampak tanpa menambah atau mengurangi sebagaimana adanya (Arikunto, 2010: 63). 5

6 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek penelitian yang mempunyai karakteristik tertentu yang ingin diteliti, ditetapkan oleh peneliti kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dari penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 7 medan yang berjumlah 603 orang. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang dapat berfungsi sebagai contoh yang dapat menggambarkan populasi sebenarnya (Arikunto, 2010: 174). Dengan demikian, sampel harus betul-betul bersifat representatif sehingga dapat mewakili dan mencerminkan karakteristik populasi dari mana sampel itu diambil. Jika jumlah populasi hanya berkisar 100 orang kebawah maka sebaiknya jumlah sampel adalah jumlah keseluruhan populasi (total sampling), sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, namun jika populasinya besar maka diambil antara 10-15% atau dari 20-25% dari jumlah keseluruhan populasi (Arikunto, 2010: 178). Dasar pengambilan sampel berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% (Rakhmat, 2004: 82). Teknik Penarikan Sampel Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Stratified Proportional Random Sampling Sampel ini memungkinkan memberi peluang kepada populasi yang lebih keciluntuk dipilih sebagai sampel. Setelah jumlah sampel ditentukan, kemudian diproporsionalkan untuk memperoleh jumlah sampel dari setiap sampel dari setiap divisi dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2010: 182). 2. Purposive Sampling Yaitu pengambilan sampling dengan teknik yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu (Krisyantono, 2006: 154). Adapun kriteria yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 7 Medan yang mengetahui iklan KFC produk Pokkits versi Cinta Laura yang berjumlah 86 orang. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu pengumpulan data dengan menyerahkan sejumlah daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. 2. Studi Kepustakaan (Library Research) Yaitu studi yang dilakukan peneliti dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis tabel tunggal yaitu suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi dan presentase. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom, sejumlah frekuensi dan presentase untuk 6

7 setiap kategori (Singarimbun, 2006: 226). Data-data yang terkumpul diproses sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan, kemudian ditabulasi dan dianalisis. Selanjutnya peneliti akan melakukan pembahasan dan menginterpretasikannya. HASIL Penelitian ini berfokus pada persepsi siswa yang menonton promosi iklan ini dari televisi. Pembentukan persepsi melewati proses seleksi, yaitu proses penyaringan indera terhadap rangsangan dari luar, dapat dilihat dari intensitas melihat iklan. Siswa SMP Negeri 7 Kota Medan mengetahui adanya iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura yang berdurasi selama 31 detik. Hal ini dapat dilihat dari persentase siswa yang menjawab jarang melihat iklan produk KFC Pokkits sebanyak 53,48%, sedangkan siswa yang menjawab sangat sering sebanyak 40,69%. Walaupun mayoritas responden jarang melihat iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura tersebut namun responden tetap mengetahui dan mengingat adegan yang ditampilkan oleh model dalam iklan tersebut. Proses seleksi selanjutnya adalah ketertarikan siswa SMP Negeri 7 Kota Medan dalam melihat tampilan iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menjawab sebanyak 53,48% siswa SMP Negeri 7 Medan yang menjawab kurang menyukai tampilan iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura. Hal ini disebabkan karena tampilan iklan produk KFC Pokkits menggambarkan Budaya Barat, seperti halnya pakaian yang digunakan oleh model dalam iklan produk tersebut dan tata cara model dalam memakan produk KFC Pokkits tersebut serta dalam cara menyimpan makanan di saku belakang celana yang tidak biasa atau tidak lazim dilakukan di Indonesia. Tahap akhir dari proses pembentukan persepsi adalah reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Mayoritas siswa SMP Negeri 7 Kota Medan sebanyak 53,48% mengaku kurang tertarik untuk membeli produk KFC Pokkits setelah melihat iklan yang ditayangkan di televisi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian intensitas responden membeli produk KFC Pokkits. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas responden jarang membeli produk KFC tersebut sebesar 75,58%. Hal ini dikarenakan harga produk tersebut sebesar Rp dinilai kurang sesuai dengan uang saku yang dimiliki mayoritas responden SMP Negeri 7 Medan yaitu Rp Rp Responden menginginkan harga yang lebih murah agar dapat lebih terjangkau bagi uang saku mereka. Untuk mengetahui unsur bahasa dalam iklan dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 58,13% mayoritas responden menganggap bahasa dalam iklan produk KFC Pokkits versi cinta Laura sudah cukup jelas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan mayoritas responden menganggap proses penyampaian pesan dalam iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura sudah cukup baik. Karakteristik budaya selanjutnya adalah pakaian dan penampilan. Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 61,62% siswa SMP Negeri 7 Kota Medan berpendapat kurang suka melihat pakaian dan penampilan yang ditampilkan oleh model dalam iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura dan pada pertanyaan kesesuaian pakaian yang dikenakan oleh model dengan Budaya Indonesia mayoritas responden menjawab kurang sesuai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah persentase responden yang menjawab kurang sesuai sebanyak 86,04%. Responden dapat beranggapan kurang suka melihat penampilan dan pakaian yang dikenakan oleh model dalam iklan produk KFC Pokkits kurang sesuai dengan Budaya Indonesia karena dalam iklan tersebut model berpenampilan dengan mengenakan celana hot pants dan baju tanpa lengan. Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 82,55% siswa SMP Negeri 7 Kota Medan berpendapat kurang setuju produk KFC Pokkits menjadi makanan utama. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pada umumnya makanan pokok orang Indonesia adalah nasi. Penelitian ini juga 7

8 ditemukan sebesar 67,44% siswa SMP Negeri 7 Kota Medan yang berpendapat kurang terbiasa makan sambil berbicara dan sebesar 84,88% pula siswa SMP Negeri 7 Kota Medan berpendapat kurang terbiasa makan sambil berjalan. Hal itu jugalah yang mempengaruhi iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura tidak sesuai dengan Budaya dan agama yang ada di Indonesia. Dalam penelitian ini juga ditemukan sebanyak 76,74% siswa SMP Negeri 7 Kota Medan beranggapan produk KFC Pokkits kurang sesuai dengan makanan orang Indonesia. Karena kandungan makanan yang terdapat pada produk KFC Pokkits yang biasa dimakan oleh orang budaya barat pada umumnya. Karakteristik budaya selanjutnya adalah penghargaan dan pengakuan. Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 77,9% siswa SMP Negeri 7 Kota Medan berpendapat kurang setuju dengan membeli produk KFC Pokkits menjadi gaya hidup. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebanyak 46,51% siswa SMP Negeri 7 Kota Medan merasa kurang bangga setelah membeli produk KFC. Nilai dan norma memegang peranan penting dalam mengatur tata kehidupan bermasyarakat. Dalam penelitian ini ditemukan sebesar 93,02% siswa SMP Negeri 7 Kota Medan beranggapan menyimpan makanan di saku belakang celana bukan merupakan kebiasaan orang Indonesia. Sebesar 93,02% siswa SMP Negeri 7 Kota Medan beranggapan makan sambil berjalan kurang sesuai dengan Budaya Indonesia serta sebanyak 91,86% siswa SMP Negeri 7 Kota Medan beranggapan makan sambil berbicara tidak sesuai dengan Budaya Indonesia. Data yang telah terkumpul di atas menunjukkan bahwa iklan produk KFC Pokkits sama sekali tidak menampilkan Budaya Indonesia. Proses pembelajaran berkenaan dengan bagaimana cara seseorang mengorganisasikan dan memproses suatu informasi. Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 46,51% siswa SMP Negeri 7 Kota Medan beranggapan tayangan iklan produk KFC Pokkits cukup mengandung unsur Budaya Barat, jumlah jawaban ini sebanding dengan banyaknya siswa yang beranggapan tayangan iklan produk KFC Pokkits sangat mengandung unsur Budaya Barat. Dengan didapatnya hasil penelitian tersebut maka tayangan iklan produk KFC Pokkits mengandung unsur Budaya Barat. Dalam penelitian ini ditemukan pula sebesar 51,16% siswa SMP Negeri 7 Kota Medan cukup setuju terdapatnya pengaruh gaya hidup Budaya Barat terhadap minat beli produk KFC Pokkits. Karakteristik budaya yang terakhir adalah Rasa diri dan ruang merupakan penghargaan yang dapat diwujudkan melalui sikap yang sederhana dalam suatu budaya. Dalam penelitian ini ditemukan sebesar 81,39% siswa SMP Negeri 7 Kota Medan mengakui tampilan iklan produk KFC Pokkits tidak mempengaruhi sikap. Ditemukan pula sebanyak 75,58% siswa SMP Negeri 7 Kota Medan mengakui tampilan model dalam iklan produk KFC Pokkits tidak mempengaruhi gaya hidup mereka. KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa persepsi para siswa SMP Negeri 7 Kota Medan kurang menyukai tampilan iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura. Para responden jarang melihat iklan fastfood KFC Pokkits versi Cinta Laura. Banyak faktor yang menyebabkan responden jarang melihat iklan fastfood KFC Pokkits tersebut. Oleh sebab itu para responden kebanyakan menghabiskan waktu mereka di luar rumah sehingga menyebabkan mereka jarang untuk dapat melihat iklan fastfood KFC Pokkits versi Cinta Laura. Mayoritas siswa SMP Negeri 7 Medan kurang menyukai tampilan iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura karena berdasarkan 8

9 hasil penelitian diketahui bahwa iklan produk KFC Pokkits kurang menggambarkan budaya Indonesia. Namun begitu siswa SMP Negeri 7 Medan beranggapan bahwa iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura masih pantas untuk ditayangkan di media televisi Indonesia. 2. Nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia pada saat ini terus berkembang mengikuti zaman. Tujuan beriklan adalah baik yaitu untuk menarik perhatian calon konsumen yang melihatnya. Namun dalam penyampaian pesan dalam iklan haruslah lebih sesuai dengan norma-norma yang ada di Indonesia. Dalam iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura menampilkan model yang menyimpan makanan di saku belakang celana dan juga memakan produk yang diiklankan sambil berjalan dan berbicara bersama teman-temannya. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura tidak menggambarkan budaya Indonesia karena mayoritas responden kurang menyukai penampilan yang dikenakan oleh model dalam iklan tersebut yang mengenakan pakaian yang sangat terbuka dan responden juga menyatakan penampilan model dalam iklan tersebut sangat kurang sopan. Dalam penelitian ini responden juga menyatakan tidak setuju iklan yang menunjukkan menyimpan makanan di saku belakang celana serta tidak setuju dengan isi iklan yang menunjukkan makan sambil berbicara dan berjalan karena hal tersebut tidak sesuai dengan norma-norma yang terdapat dalam budaya Indonesia. Saran Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan responden jarang membeli produk KFC Pokkits. Oleh karena itu diharapkan kepada pihak restoran untuk lebih mempertimbangkan harga yang ditawarkan agar dapat lebih sesuai dengan uang saku anak sekolah. Sebaiknya dalam pembuatan iklan produk KFC Pokkits ini lebih memperlihatkan Budaya Indonesia yang beraneka ragam dan norma-norma yang berlaku di Indonesia. Saran Dalam Kaitan Akademis Penelitian ini ditujukan untuk mencari persepsi yang muncul terhadap suatu realitas yang berkembang di masyarakat. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan masukan atau pertimbangan terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya khususnya dalam bidang Komunikasi. Saran Dalam Kaitan Praktis Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang berusaha menggambarkan dari hasil jawaban responden melalui kuesioner. Jika dikemudian hari dilakukan penelitian ulang atau masih mengangkat kajian judul seperti ini, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif agar dapat menggambarkan secara luas sehingga peneliti dapat mewawancarai responden secara mendalam. 9

10 DAFTAR REFERENSI Arikunto, Suharimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Ferrinadewi, Erna. (2008). Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu Krisyantono, Rahmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Morissan, M.A. (2010). Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya dan Jalaluddin Rakhmat. (2005). Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nawawi, Hadari. (2001). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Press Rosdakarya Rakhmat, Jalaluddin. (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Singarimbun, Masri. (2006). Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia Sumarwan, Ujang. (2004). Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia Sumber Lain: diakses pada 7 Februari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan kemajemukannya dalam berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa atau etnis, agama, bahasa, adat istiadat dan

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP NILAI BUDAYA PADA IKLAN FASTFOOD

PERSEPSI SISWA TERHADAP NILAI BUDAYA PADA IKLAN FASTFOOD PERSEPSI SISWA TERHADAP NILAI BUDAYA PADA IKLAN FASTFOOD (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Siswa SMP Negeri 7 Medan Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Iklan Produk KFC Pokkits) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

KUALITAS KOMUNIKASI TELEMARKETER YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI NASABAH

KUALITAS KOMUNIKASI TELEMARKETER YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI NASABAH KUALITAS KOMUNIKASI TELEMARKETER YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI NASABAH (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Kualitas Komunikasi Telemarketer yang Mempengaruhi Persepsi Nasabah PT.Bank Permata,Tbk Cabang

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

IKLAN CENTRIN TV DAN MINAT BERLANGGANAN ICHE. A. C. NAPITUPULU

IKLAN CENTRIN TV DAN MINAT BERLANGGANAN ICHE. A. C. NAPITUPULU IKLAN CENTRIN TV DAN MINAT BERLANGGANAN (Studi Korelasional Tentang Iklan Tv Berlangganan Centrin Tv Terhadap Minat Masyarakat Berlangganan di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru) ICHE. A. C. NAPITUPULU

Lebih terperinci

PERSEPSI DEBITUR TERHADAP KEMAMPUAN PERSONAL SELLING TENAGA PEMASAR PT BANK SUMUT

PERSEPSI DEBITUR TERHADAP KEMAMPUAN PERSONAL SELLING TENAGA PEMASAR PT BANK SUMUT PERSEPSI DEBITUR TERHADAP KEMAMPUAN PERSONAL SELLING TENAGA PEMASAR PT BANK SUMUT (Studi Deskriptif Persepsi Debitur Terhadap Kemampuan Personal Selling Tenaga Pemasar Kredit Mikro Sumut Sejahtera I PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang hanya BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa tanpa mencari atau menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk melancarkan komunikasi persuasif terhadap pembeli dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk melancarkan komunikasi persuasif terhadap pembeli dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Periklanan adalah satu dari empat alat penting yang digunakan oleh perusahaan untuk melancarkan komunikasi persuasif terhadap pembeli dan masyarakat yang ditargetkan.

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN 1 ABSTRAK Perkembangan dunia komunikasi dan media massa adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Melalui media massa saat ini, masyarakat dapat memperoleh informasi yang tidak terbatas. Tidaklah heran

Lebih terperinci

Consumer Behavior Lecturers: Mumuh Mulyana Mubara Mumuh Mulyana Mubar k, SE.

Consumer Behavior Lecturers: Mumuh Mulyana Mubara Mumuh Mulyana Mubar k, SE. Consumer Behavior Sessi Consumer Behavior Lecturers: Mumuh Mulyana Mubarak, SE. 2 1 Model Perilaku Engel et. al. 1994 Pengambilan Keputusan Konsumen Pengaruh Lingkungan Perbedaan Individu Proses keputusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODOLOGI. penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. 23 BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe atau Sifat Penelitian Untuk menjawab permasalahan yang ada, maka sifat penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut M. Nazir, deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion, sepintas adalah mengenai pakaian atau busana. Jika kita berbicara tentang pakaian, hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan diri kita.

Lebih terperinci

2015 PERSEPSI SISWI TERHADAP PENCITRAAN IDEAL REMAJA PUTRI

2015 PERSEPSI SISWI TERHADAP PENCITRAAN IDEAL REMAJA PUTRI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting, yang memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Istilah persepsi berasal

Lebih terperinci

PEMBERITAAN KECELAKAAN PESAWAT TERBANG KOMERSIL INDONESIA DI TELEVISI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

PEMBERITAAN KECELAKAAN PESAWAT TERBANG KOMERSIL INDONESIA DI TELEVISI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT PEMBERITAAN KECELAKAAN PESAWAT TERBANG KOMERSIL INDONESIA DI TELEVISI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT (Studi Korelasional di Perumahan Johor Indah Permai 1 Kota Medan) SITI ARDIYANTI 080904119 ABSTRAK Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang lahir dari produk - produk seperti media cetak dan media elektronik. Produkproduk ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen.

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain lain (menurut Barelson and Stainer, 1964). Menurut Thomas M. Scheidel mengemukakan

Lebih terperinci

PENGARUH USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MEDIA

PENGARUH USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MEDIA PENGARUH USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MEDIA Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

EKSTERNAL PUBLIC RELATIONS

EKSTERNAL PUBLIC RELATIONS EKSTERNAL PUBLIC RELATIONS DAN CITRA PERUSAHAAN (Studi korelasional tentang Pengaruh Eksternal Public Relations dalam Meningkatkan Citra Perusahaan di Kalangan Nasabah Bank Sumut Cabang Marendal Kota Medan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat perbelanjaan baru sehingga masyarakat Bandung memiliki banyak pilihan tempat untuk membeli barang-barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di dalam kehidupan sehari harinya melalui media massa ( surat kabar, majalah, film, radio, dan TV ), untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hanya memapaparkan situasi yang didapat atau peristiwa yang diperoleh dari data

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe dan Manfaat Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif sebagai metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

JESSICA LARA

JESSICA LARA IKLAN DAN KESADARAN REMAJA (STUDI KORELASIONAL TENTANG PENGARUH TAYANGAN IKLAN BKKBN VERSI PERNIKAHAN DINI-HINDARI 4T TERHADAP KESADARAN REMAJA KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA II MEDAN) JESSICA LARA 100904056

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu media komunikasi massa yaitu televisi memiliki peran yang cukup besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kepada masyarakat. Sebagai media

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap media, didalamnya mengandung sebuah pesan akan makna tertentu. Pesan tersebut digambarkan melalui isi dari media tersebut, bisa berupa lirik (lagu), alur cerita (film),

Lebih terperinci

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana PERSEPSI INTI KOMUNIKASI Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pengertian Persepsi atau perception adl hal sederhana dari getaran apapun dari pikiran sehat kita. Persepsi sebagai proses yang memungkinkan

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau tanggapan. Menurut Slamento (2006: 20), persepsi adalah proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif adalah bertujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif adalah bertujuan 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif adalah bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai

Lebih terperinci

Memahami Berbagai Perbedaan Budaya. Sesi 4 Komunikasi Antar Budaya Universitas Pembangunan Jaya

Memahami Berbagai Perbedaan Budaya. Sesi 4 Komunikasi Antar Budaya Universitas Pembangunan Jaya Memahami Berbagai Perbedaan Budaya Sesi 4 Komunikasi Antar Budaya Universitas Pembangunan Jaya Budaya? Budaya merupakan sebuah alat yang berguna untuk memahami perilaku manusia di seluruh bumi, juga di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gaya hidup menjadi bentuk eksistensi diri yang tidak dapat terpisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gaya hidup menjadi bentuk eksistensi diri yang tidak dapat terpisahkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya hidup menjadi bentuk eksistensi diri yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan setiap orang, terutama dalam masa remaja. Plummer (dalam Nova, 2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Menurut Faradila, berdasarkan

Lebih terperinci

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang sangat lazim dilakukan orang dan sudah meluas di masyarakat. Meskipun hampir semua orang telah paham mengenai resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap saat kita dapat melihat orang-orang menonton televisi, membaca koran atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan usaha waralaba (franchise) kini semakin berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan usaha waralaba (franchise) kini semakin berkembang di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan usaha waralaba (franchise) kini semakin berkembang di Indonesia. Keberadaan waralaba yang semakin marak beberapa tahun terakhir ini tidak mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pemasaran suatu produk memerlukan beberapa aktivitas yang melibatkan berbagai sumber daya. Sebagai fenomena yang berkembang saat ini, dalam pemasaran terdapat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar anggota masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri periklanan belakangan ini menunjukan perubahan orientasi yang sangat signifikan dari sifatnya yang hanya sekedar menempatkan iklan berbayar di media massa menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media informasi dewasa ini berkembang amat pesat, baik media cetak, elektronik maupun media internet. Dalam hal ini peningkatan dalam penyampaian informasi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ACCOUNT SEBAGAI SARANA INFORMASI (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Account

PEMANFAATAN ACCOUNT SEBAGAI SARANA INFORMASI (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Account PEMANFAATAN ACCOUNT TWITTER @anak_usu SEBAGAI SARANA INFORMASI (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Account Twitter @anak_usu Sebagai Sarana Informasi Pendidikan, Event/kegiatan dan perkembangan kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis restoran cepat saji. Makanan asing yang disajikan oleh restoran-restoran

BAB I PENDAHULUAN. bisnis restoran cepat saji. Makanan asing yang disajikan oleh restoran-restoran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis retail saat ini semakin pesat, diantaranya adalah bisnis restoran cepat saji. Makanan asing yang disajikan oleh restoran-restoran cepat saji terutama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap Keluarga Ideal dalam Iklan BKKBN program GenRe versi Jangan Buruburu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap Keluarga Ideal dalam Iklan BKKBN program GenRe versi Jangan Buruburu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe/Sifat Penelitian Tipe penelitian dari penulisan skripsi Persepsi Mahasiswa Mercu Buana terhadap Keluarga Ideal dalam Iklan BKKBN program GenRe versi Jangan Buruburu

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS

ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS Makalah Bahasa Indonesia Oleh: NAMA : KAHLIL GIBRAN ARDA YASSIN NIM : 004138322374193

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, dimana dalam memasuki era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan sangatlah penting peranannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

IKLAN dan PERSEPSI (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Titi Rante Pasar 1 Padang Bulan Medan terhadap Iklan Harian Andalas )

IKLAN dan PERSEPSI (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Titi Rante Pasar 1 Padang Bulan Medan terhadap Iklan Harian Andalas ) IKLAN dan PERSEPSI (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Titi Rante Pasar 1 Padang Bulan Medan terhadap Iklan Harian Andalas ) FAUZAN EDLI 0709004107 Abstrak Penelitian ini berjudul persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku

BAB I PENDAHULUAN. kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi bisa terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Harold

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi. Arus teknologi dan informasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi adalah cara penyampaian pesan kepada seseorang yangbisa berupa informasi berbentuk bahasa ataupun lewat simbol- simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan yang paling awal yakni barter, iklan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan peranan media. Media massa dianggap penting karena berfungsi sebagai pemberi informasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran, keinginan, pendapat, dan perasaan seseorang kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena pilihan, kesukaan dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Di era ini perusahaan dapat memperluas pasar produk dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Di era ini perusahaan dapat memperluas pasar produk dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia bisnis menciptakan suatu peluang dan tantangan bagi perusahaan. Di era ini perusahaan dapat memperluas pasar produk dan dapat menimbulkan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media massa mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimana kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peranan media. Media massa menjadi sangat penting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut. 1. atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut. 1. atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia periklanan memang telah menjadi sejarah panjang dalam peradaban manusia. Sekarang ini periklanan semakin berkembang dengan pesat dan dinamis, berkembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Membeli 1. Pengertian Perilaku Membeli Perilaku adalah semua respon (reaksi, tanggapan, jawaban; balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme (Chaplin, 1999). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sarana promosi yang cukup efektif untuk meningkatkan brand awareness dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sarana promosi yang cukup efektif untuk meningkatkan brand awareness dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan bentuk komunikasi yang masuk dalam setiap ruang kehidupan sehari-hari. Iklan itu sendiri sebagai media informasi yang telah berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia yang semakin maju dan mengalami perkembangan, ini ditunjukkan semakin banyaknya bermunculan perusahaan industri, baik industri

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KOMUNIKASI (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU)

KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KOMUNIKASI (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU) KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KOMUNIKASI (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU) NOVIA SAREPA GINTING 100904057 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini tidak terlepas dari modernisasi yang memposisikan pencitraannya sebagai suatu bentuk globalisasi yang terus bergulir. Selaras

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi telah menjadi kebutuhan masyarakat di era modern. Informasi menambah pengetahuan masyarakat dan membantu mereka membuat keputusan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu pesat khususnya dalam media yakni, media cetak, media online ataupun media elektronik.

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rosandi (2004) membagi masa remaja menjadi beberapa tahap yaitu: a. Remaja awal (early adolescent) pada usia 11-14 tahun. Remaja awal biasanya berada pada tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif yang berusaha menjelaskan persepsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif yang berusaha menjelaskan persepsi 55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yang berusaha menjelaskan persepsi mahasiswa terhadap iklan Blackbery. Menurut Ndraha yang dikutip Widodo dan Mukhtar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi sebagai salah satu media penyalur informasi yang memiliki peranan besar

BAB I PENDAHULUAN. Televisi sebagai salah satu media penyalur informasi yang memiliki peranan besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi sebagai salah satu media penyalur informasi yang memiliki peranan besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan ke semua lapisan masyarakat telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia. Dapat dikatakan mendasar karena, sikap individu baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi fakta bahwa makanan cepat saji sudah membudaya di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi fakta bahwa makanan cepat saji sudah membudaya di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi dan perkembangan teknologi membuat seseorang cenderung menginginkan hidup serba cepat dan praktis. Sehingga menjadikan seseorang untuk berperilaku konsumtif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini antar perusahaan bersaing ketat memperebutkan perhatian konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini antar perusahaan bersaing ketat memperebutkan perhatian konsumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, dimana pada saat kondisi sekarang ini antar perusahaan bersaing ketat memperebutkan perhatian konsumen agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri periklanan dunia saat ini berkembang semakin pesat. Dan

BAB I PENDAHULUAN. Industri periklanan dunia saat ini berkembang semakin pesat. Dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri periklanan dunia saat ini berkembang semakin pesat. Dan perkembangan yang terjadi sangat signifikan. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Industri periklanan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Definisi Pemasaran Banyak orang beranggapan bahwa pemasaran adalah sebuah kegiatan menjual atau mengiklankan suatu produk. Pada sebagian besar

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe dan Manfaat Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam mengembangkan kemampuan anak secara optimal. Kemampuan yang harus dikembangkan bukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dimana peneliti hanya memberi gambaran atau uraian atas suatu

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Ilmu Komunikasi DESY INTAN PERMATASARI L

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Ilmu Komunikasi DESY INTAN PERMATASARI L STUDI KORELASI MENGENAI PERSEPSI PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA DENGAN CITRA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KAB. SRAGEN PERIODE MARET TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Deskriptif yaitu hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Deskriptif yaitu hanya BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Deskriptif yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa 1. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun internasional yang semakin ketat, pihak pesaing akan selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, merupakan makhuk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini berangkat dari pengamatan dan kesan penulis ketika melihat sikap dan tingkah laku anak muda yang cenderung tidak mengenal dan tidak

Lebih terperinci