BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Geografi Berdasarkan hasil Seminar dan Lokakarya Geografi tahun 1988 di Semarang, yang dikutip oleh Nursid Sumaatmadja (2001: 11), geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang keruangan, kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan. Berdasarkan konsep Geografi yang dikemukakan oleh Nursid Sumaatmaja, objek studi Geografi adalah geosfer, yaitu lapisan bumi yang hakikatnya terdiri dari atmosfer (lapisan udara), litosfer (lapisan batuan atau kulit bumi), hidrosfer (lapisan air), biosfer (lapisan kehidupan), serta antroposfer (lapisan manusia). Berdasarkan konsep tersebut, fenomena geosfer ditinjau dengan sudut pandang kewilayahan dan atau kelingkungan yang menunjukkan persamaan dan perbedaan fenomena yang tidak terlepas dari relasi keruangan dari unsur-unsur geografi yang membentuknya. Menurut Ferdinand von Richthofen (dalam Suharyono dan Moch. Amien, 1994: 13), geografi sebagai ilmu yang mempelajari gejala dan sifat-sifat permukaan bumi dan penduduknya, disusun menurut letaknya, dan menerangkan baik tentang terdapatnya gejala-gejala dan sifat-sifat 11

2 12 tersebut secara bersama maupun tentang hubungan timbal baliknya gejala-gejala dan sifat-sifat itu. Studi geografi dan pengajaran geografi pada hakikatnya berkenaan dengan aspek aspek-aspek keruangan permukaan bumi (geosfer) dan faktor-faktor geografi alam lingkungan dan kehidupan manusia, karena itu ruang lingkup pengajaran geografi sama dengan ruang lingkup geografi, meliputi: a. Alam lingkungan yang menjadi sumber daya bagi kehidupan manusia. b. Penyebaran umat manusia dengan variasi kehidupannya. c. Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas tempat-tempat di permukaan bumi. d. Kesatuan regional yang merupakan perpaduan mantra darat, perairan dan udara di atasnya (Nursid Sumaatmadja, 2001: 12). Bintarto dan Surastopo (1991: 12-24) menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan dalam kajian geografi adalah: a. Pendekatan keruangan, yaitu pendekatan yang mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. b. Pendekatan kelingkungan, yaitu pendekatan yang menekankan pada interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan. c. Pendekatan komples wilayah, yaitu pendekatan geografi yang menekankan kombinasi antara pendekatan keruangan dan pendekatan kelingkungan, sehingga lebih multi variasi.

3 13 Nursid Sumaatmadja (1981: 42-43) menjelaskan prinsip-prinsip geografi ada empat, yaitu: a. Prinsip penyebaran atau distribusi merupakan prinsip yang menjadi dasar dalam mengkaji gejala dan fakta geografi yang tersebar tidak merata di permukaan bumi. b. Prinsip deskripsi merupakan penggambaran lebih jauh tentang persebaran gejala dan interelasi antar gejala geosfer c. Prinsip interelasi merupakan hubungan antara faktor fisis dengan faktor fisis, antara faktor manusia dengan faktor manusia, dan antara faktor fisis dengan faktor manusia. d. Prinsip korologi merupakan prinsip yang memberikan gambaran lebih jauh tentang gejala dan masalah yang dipelajari. Ruang lingkup kajian geografi memberikan karakteristik khas terhadap pembelajaran geografi sehingga dapat dibedakan dengan ilmu lain. Berbagai fenomena yang terjadi di permukaan bumi, baik berupa kehidupan manusia maupun lingkungan alam dan prosesnya dapat menjadi sumber pengajaran geografi. 2. Hakikat Pembelajaran Geografi Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut, meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan

4 14 digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Rusman, 2011: 1). Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 157). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaiaan informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya (Oemar Hamalik, 2011: 57). Berdasarkan Permendikbud nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, proses pembelajaran terjadi secara internal pada diri peserta didik. Proses tersebut mungkin saja terjadi akibat dari stimulus luar yang diberikan guru, teman, lingkungan atau mungkin pula akibat dari stimulus dalam diri peserta didik yang terutama disebabkan oleh rasa ingin tahu. Pada proses pembelajaran, guru perlu mengembangkan kedua stimulus pada diri setiap peserta didik. Peserta didik harus difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan potensi

5 15 dirinya menjadi kompetensi. Guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi yang dimiliki mereka menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam dokumen kurikulum atau lebih. Peserta didik juga didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup. Menurut Nursid Sumaatmadja (2001: 9-12), pengajaran geografi adalah geografi yang diajarkan di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah. Maka penjabaran konsep-konsep, pokok bahasan, dan subpokok bahasannya harus disesuaikan dan diserasikan dengan tingkat pengalaman dan perkembangan psikologi peserta didik pada jenjangjenjang pendidikan. Pengajaran geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran geografi di sekolah merupakan pembelajaran tentang hakikat geografi yang meliputi aspek-aspek keruangan, kelingkungan, dan kewilyahan dengan objek studi geografi adalah geosfer yang terdiri atas atmosfer, litosfer, hidrosfer dan biosfer yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologi peserta didik pada jenjang-jenjang pendidikan.

6 16 3. Mata Pelajaran Geografi dalam Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dirancang dengan karakteristik, sebagai berikut. a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Mata pelajaran geografi dalam kurikulum 2013 dikelompokkan pada rumpun Mata Pelajaran Peminatan Ilmu-ilmu Sosial sehingga kajiannya diarahkan pada sudut pandang keberadaan dan aktivitas manusia yang dipengaruhi oleh dinamika alam fisik. Mata pelajaran Geografi ditetapkan memiliki empat buah Kompetensi Inti (KI), yaitu kompetensi aspek menghayati dan mengamalkan ajaran agama, kompetensi aspek afektif, kompetensi aspek kognitif, dan kompetensi aspek psikomotor. Pada aspek kognitif dan psikomotor, mata pelajaran geografi akan membekali peserta didik untuk mampu menganalisis

7 17 keterkaitan antara dua atau lebih faktor atau variabel, menentukan underlying concept/theory geografi, mengevaluasi, dan mencipta gagasan yang bersifat original terkait dengan objek kajian geografi. Pada aspek afektif diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggungjawab dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi, ekologis, dan kebencanaan. Setelah keseluruhan proses pembelajaran dilalui, peserta didik diharapkan mampu mencapai Kompetensi Inti menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Berdasarkan Permendikbud nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah/Madrasah Aliyah pengertian Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal berbagai gejala dan peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional. Hasil kajian geografi diarahkan untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan. Proses mendeskripsikan, memahami, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi masalah pembangunan, geografi dibantu oleh sejumlah teknologi seperti penginderaan jauh, peta, dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

8 18 Mata pelajaran Geografi dalam kurikulum 2013 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: a. Memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan, serta proses yang berkaitan dengan gejala geosfera dalam konteks nasional dan global. b. Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, menerapkan pengetahuan geografi dalam kehidupan sehari-hari, dan mengomunikasikannya untuk kepentingan kemajuan bangsa Indonesia. c. Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman budaya bangsa. d. Menampilkan perilaku cinta tanah air, bangga sebagai bangsa Indonesia, dan bertanggung jawab terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD Ruang lingkup mata pelajaran Geografi dalam kurikulum 2013 meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Pengetahuan dasar geografi dan langkah-langkah penelitian geografi terhadap fenomena geosfera. b. Hubungan antara manusia dengan lingkungan sebagai akibat dari dinamika geosfera. c. Kondisi geografis Indonesia untuk ketahanan pangan nasional, penyediaan bahan industri, dan energi alternatif. d. Sebaran barang tambang di Indonesia berdasarkan nilai strategisnya. e. Mitigasi dan adaptasi bencana alam dengan kajian geografi. f. Dinamika dan masalah kependudukan serta sumber daya manusia di Indonesia untuk pembangunan. g. Keragaman budaya bangsa sebagai identitas nasional dalam konteks interaksi global. h. Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam bidang pertanian, pertambangan, industri, dan pariwisata. i. Pelestarian lingkungan hidup kaitannya dengan pembangunan yang berkelanjutan. j. Pengetahuan dan pemanfaatan citra penginderaan jauh, peta, Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk kajian pembangunan. k. Pola persebaran, interaksi spasial, dan pewilayahan dalam perencanaan pembangunan. l. Kajian kondisi geografis negara maju dan negara berkembang untuk terjalinnya hubungan yang saling menguntungkan.

9 19 Berdasarkan kurikulum 2013, langkah pembelajaran geografi yang tepat adalah dengan pendekatan belajar proses saintifik yang terdiri dari lima langkah, yaitu: a. Mengamati, yaitu kegiatan belajar dari lingkungannya melalui indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu objek. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca buku, mendengar, menyimak, dan mencari berbagai informasi yang tersedia di media masa dan jejaring internet b. Menanya, yaitu kegiatan peserta didik untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru, nara sumber, atau kepada peserta didik lainnya. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta dapat membangkitkan motivasi peserta didik untuk tetap aktif dan menyenangkan. Bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis c. Mengeksperimen, yaitu kegiatan mengumpulkan data melalui kegiatan uji coba, mengeksplorasi lebih mendalam, dan mengumpulkan data sehingga data yang telah diperoleh dapat dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan dapat dilakukan dengan cara membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain d. Mengasosiasi, yaitu kegiatan peserta didik untuk membandingkan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting. Kegiatan mengasosiasi dapat berupa kegiatan menganalisis, membuat kategori, menentukan hubungan antar data/kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data. Penemuan prinsip dan konsep penting diharapkan dapat menambah skema kognitif peserta didik, memperluas pengalaman dan wawasan pengetahuannya e. Mengomunikasikan, yaitu kegiatan peserta didik dalam mendiskripkan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, uji coba, dan mengasosiasi. Kegiatan mengomunikasikan ditujukan kepada kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dan dibantu dengan perangkat teknologi baik konvensional maupun Teknologi Informasi dan Komunikasi.

10 20 4. Laboratorium Mustaji (2009) mengemukakan bahwa Laboratorium ialah tempat untuk melatih siswa dalam hal keterampilan melakukan praktek, demonstrasi, percobaan, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Riandi (2000), Laboratorium sering diartikan sebagai suatu ruang atau tempat dilakukannya percobaan atau penelitian, ruang dimaksud dapat berupa gedung yang dibatasi oleh dinding dan atap atau alam terbuka. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara nomor 3 tahun 2010, Laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat. Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu ruangan tertutup atau terbuka yang dilengkapi dengan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu untuk melakukan percobaan atau penyelidikan ilmiah. Amin Soejitmo yang dikutip oleh Dientje Boeman (1988: 90-91) mengemukakan pengertian dan fungsi laboratorium, sebagai berikut: a. Laboratorium dapat merupakan wadah, yaitu tempat, gedung, ruang dengan segala macam peralatan yang diperlukan untuk kegiatan ilmiah. Dalam hal ini laboratorium dilihat dari sebagai perangkat keras (hardware).

11 21 b. Laboratorium dapat merupakan sarana media dimana dilakukan kegiatan belajar mengajar. Dalam pengertian ini laboratorium dilihat sebagai perangkat lunak (software) dalam kegiatan ilmiah. c. Laboratorium dapat diartikan sebagai pusat informasi. Dengan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh seluruh laboratorium, dapatlah dilakukan kegiatan ilmiah dan eksperimen. d. Dilihat dari segi "Cliantele", laboratorium merupakan tempat dimana dosen, mahasiswa, guru, siswa, dan orang lain melaksanakan kegiatan kerja ilmiah dalam rangka kegiatan belajar mengajar. e. Dilihat dari segi kinerjanya, laboratorium merupakan tempat dimana dilakukan kegiatan kerja untuk menghasilkan sesuatu. Dalam hal demikian ini dalam bidang teknik, laboratorium disini dapat diartikan sebagai bengkel kerja (workshop). f. Dilihat dari segi hasil yang diperoleh laboratorium dengan segala sarana dan prasarana yang dimiliki dapat merupakan dan berfungsi sebagai pusat sumber belajar. Mustaji (2009), langkah-langkah pemanfaatan laboratorium untuk program pembelajaran akan berbeda bagi setiap mata pelajaran, namun paling tidak langkah-langkah berikut secara umum terdapat dalam penyusunan program. Langkah-langkah tersebut adalah: a. Analisis kurikulum secara keseluruhan, baik mata kuliah, deskripsi mata kuliah, pokok bahasan, dan sub pokok bahasannya. b. Penentuan pokok bahasan. c. Penentuan bobot taksonomik dari pokok bahasan. d. Penentuan Standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran e. Pengembangan materi dari pokok bahasan. f. Pengembangan desain pembelajaran. g. Penetapan apakah seluruh bagian, satu atau dua bagian dari materi pokok bahasan yang memerlukan laboratorium. h. Alat atau perlengkapan apakah yang akan dipergunakan dan harus disediakan. i. Penetapan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan memakai laboratorium.

12 22 Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2007 tentang sarana dan prasarana, secara umum syarat minimal laboratorium, meliputi: a. Ruang laboratorium berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran secara praktek yang memerlukan peralatan khusus. b. Ruang laboratorium dapat menampung minimum satu rombongan belajar. c. Rasio minimum ruang laboratorium 2,4 m 2 /peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m 2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m 2. Lebar ruang laboratorium minimum 5 m. d. Ruang laboratorium memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan. e. Ruang laboratorium dilengkapi sarana minimal antara lain: perabot (kursi; meja kerja; meja demostrasi; meja persiapan; lemari alat; lemari bahan; dan bak cuci), peralatan pendidikan (bahan dan alat ukur dasar; serta alat percobaan), media pendidikan (papan tulis), serta perlengkapan lainnya (soket listrik, alat pemadam kebakaran, PPPK, tempat sampah, dan jam dinding). 5. Pemanfaatan Laboratorium dalam Peningkatan Hasil Belajar Nana Sudjana (2011: 3), hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2009: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan bagi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

13 23 Benjamin Bloom (Nana Sudjana, 2011: 22), hasil belajar dapat diklasifikasikan dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Terdapat enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpretatif. Berdasarkan pengertian hasil belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa dari hasil interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yang menghasilkan kemampuan-kemampuan tertentu setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan Kerucut Pengalaman milik Edgar Dale, Dale s Cone of Experiment menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat analogi visual konsentrasi dan abstaksi dari metode mengajar dan materi instruksional. Dale mengungkapkan bahwa simbol abstrak dan suatu ide

14 24 dapat lebih mudah dipahami dan dikuasai oleh pembelajar apabila pembelajar tersebut membangun pengalaman konsentrasinya. Berdasarkan kerucut pengalaman Dale, pengalaman yang dihasilkan dari melakukan praktik secara langsung memberikan kontribusi yang paling besar terhadap tingkat konsentrasi dan abstraksi sehingga dengan melakukan pembelajaran pratik secara langsung akan membuat pembelajaran tersebut mudah dipahami dan dikuasai (Seels and Ricey, 1994: 13-15). Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dalam kegiatan belajar dapat dianalisis dengan suatu pendekatan sistem. Pendekatan tersebut dapat diamati pada Gambar 2.

15 25 INSTRUMENTAL INPUT RAW INPUT TEACHING LEARNING PROCESS OUTPUT ENVIRONTMENTAL INPUT Gambar 2. Proses Belajar Mengajar (Ngalim Purwanto, 2007: 106) Gambar tersebut menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar (teaching learning process). Proses belajar mengajar itu turut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input) serta faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasi (instrumental input) guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output) (Ngalim Purwanto, 2007: ). Faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasi (instrumental input), meliputi kurikulum, bahan pelajaran, guru yang memberikan penjelasan, sarana dan fasilitas. Instrumental input merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan hasil belajar (output). Demikian juga sarana laboratorium IPS-Geografi sebagai salah satu instrumental input yang turut berperan dalam menentukan hasil belajar geografi siswa. Laboratorium IPS-Geografi diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar geografi siswa, sehingga dengan

16 26 pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Menurut Richardson (1964: 70-73), laboratorium memberikan kontribusi yang besar dalam pembelajaran sains yang meliputi: a. Laboratorium dapat menghadirkan berbagai masalah untuk dipecahkan. b. Laboratorium dapat membantu siswa dalam memecahkan suatu masalah melalui kegiatan ilmiah, seperti mengidentifikasi masalah, membuat asumsi, menginterpretasi data, serta menguji suatu hipotesis. c. Laboratorium dapat membantu siswa untuk memahami cara kerja sains. d. Laboratorium dapat menjadi wadah bagi siswa untuk mempelajari suatu fenomena, serta membuktikan teori-teori yang mereka pelajari. e. Laboratorium dapat memberikan wadah bagi siswa untuk memahami fakta, prinsip, konsep dan generalisasi dari suatu fenomena yang dipelajari. f. Laboratorium dapat mengembangkan sikap, kemampuan, dan keterampilan siswa. Pembelajaran Geografi pada kurikulum 2013 menggunakan langkah pembelajaran dengan pendekatan belajar proses saintifik sehingga pembelajaran Geografi dirancang agar siswa dapat mengamati, menanya mengeksperimen, mengasosiasi, serta mengkomunikasikan. Kompetensi

17 27 Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Geografi memuat banyak materi pokok yang membutuhkan laboratorium IPS-Geografi. Laboratorium IPS-Geografi dapat memberikan sarana bagi siswa agar dapat melakukan pengamatan langsung, mengeksperimen, dan melakukan analisis terhadap materi yang dipelajarinya. KI dan KD mata pelajaran Geografi dapat diamati pada Tabel 1, 2, dan 3 (terlampir). B. Penelitian yang Relevan 1. Lolita Wulandari. (2012). Efektivitas Pemanfaatan Laboratorium Geografi dalam Meningkatkan Hasil belajar Siswa Kelas X SMA N 7 Purworejo. Skripsi. Yogyakarta: FIS UNY. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) laboratorium di SMA Negeri 7 Purworejo belum dimanfaatkan secara optimal yang dilihat dari frekuensi kunjungan siswa yang masih tergantung oleh guru mata pelajaran walaupun kondisi laboratorium sudah sangat memadai, 2) terdapat hubungan yang positif antara pemanfaatan laboratorium geografi di SMA Negeri 7 Purworejo dengan perolehan koefisien korelasi pada praktikum 1 sebesar 0,137, praktikum 2 sebesar 0,190, praktikum 3 sebesar 0,265 dengan N = 157 dan r tabel sebesar 0,159, serta diperoleh harga koefisien determinasi R2 sebesar 10,80% yang mempunyai makna bahwa pemanfaatan laboratorium memiliki sumbangan efektif sebesar 10, 80% terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas X di SMA N 7 Purworejo.

18 28 Perbedaan penelitian yang relevan dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti terdapat pada metode penelitian yang digunakan, tempat pelaksanaan penelitian, serta variabel yang diteliti. Penelitian yang relevan merupakan penelitian deskriptif analisis, tempat pelaksanaan penelitian di SMA N 7 Purworejo, dan variabel yang diteliti adalah pemanfaatan laboratorium Geografi dan hasil belajar siswa kelas X. Penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SMA N 1 Kasihan, SMA N 1 Jetis, dan SMA N 1 Sedayu. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sarana dan prasarana penunjang laboratorium IPS-Geografi, pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi, kendala pemanfaatan laboratorium IPS- Geografi, dan hasil belajar siswa kelas X. 2. Retno Sundari. (2008). Evaluasi Pemanfaatan Laboratorium dalam Pembelajaran Biologi di Madrasah Aliyah Negeri Sekabupaten Sleman. Tesis: Pasca Sarjana UNY. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan menggunakan model evaluasi CIPP (Contex, Input, Process, Product) dari Stufflebean. Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis dengan bantuan program SPSS 15.0 for windows. Hasil penelitian ini meliputi: 1) dukungan kepala madrasah terhadap program kegiatan laboratorium dalam kategori cukup tinggi (80%); 2) ketersediaan sarana prasarana dalam kategori cukup lengkap (57,30%); 3) pengelolaan laboratorium dalam kategori cukup

19 29 efektif sebesar (55,00%); 4) pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran dalam kategori cukup efektif sebesar (55,71%); 5) kendala yang dihadapi guru dalam memanfaatkan laboratorium pada kategori cukup tinggi, kendalanya yaitu keterbatasan dana, waktu, keterampilan mengelola laboratorium, tidak adanya laboran; 6) minat siswa terhadap kegiatan laboratorium pada kategori tinggi sebesar (85,50%) dan manfaat kegiatan laboratorium bagi siswa pada kategori tinggi sebesar (96,25%) yaitu menambah pengetahuan dan keterampilan baru. Perbedaan penelitian yang relevan dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti adalah pada metode penelitian yang digunakan, tempat pelaksanaan penelitian, dan variabel yang diteliti. Penelitian yang relevan merupakan penelitian evaluasi dengan model evaluasi CIPP yang dilaksanakan di MAN Sekabupaten Sleman. Variabel yang diteliti pada penelitian yang relevan adalah dukungan kepala madrasah, ketersediaan sarana dan prasarana laboratorium Biologi, pengelolaan laboratorium Biologi, pemanfaatan laboratorium Biologi, kendala yang dihadapi, serta minat siswa. Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan dilaksanakan di SMA N 1 Kasihan, SMA N 1 Jetis, dan SMA N 1 Sedayu. Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah sarana dan prasarana penunjang laboratorium IPS-Geografi, pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi, kendala pemanfaatan laboratorium IPS- Geografi, dan hasil belajar siswa kelas X.

20 30 3. Nur Raina. (2011). Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran. Jurnal UPI. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif terhadap 34 SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Kuningan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi, yaitu korelasi product moment Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) pengelolaan laboratorium IPA berkriteria baik; 2) motivasi belajar siswa berkriteria sangat baik; 3) efektivitas proses pembelajaran IPA berkriteria sangat baik; 4) k\ontribusi pengelolaan laboratorium IPA terhadap efektivitas proses pembelajaran menunjukkan tingkat kontribusi yang kuat; 5) kontribusi motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran menunjukkan tingkat kontribusi yang kuat; 6) kontribusi pengelolaan laboratorium IPA dan motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran menunjukkan tingkat kontribusi yang cukup kuat. Perbedaan penelitian yang relevan dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti terdapat pada metode yang digunakan, tempat pelaksaan penelitian, serta variabel yang diteliti. Penelitian yang yang relevan menggunakan metode survey dengan pendekatan kuantitatif di kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Variabel yang diteliti pada penelitian relevan ini adalah proses pembelajaran, pengelolaan laboratorium, serta motivasi belajar siswa. Penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Variabel yang diteliti pada

21 31 penelitian ini adalah sarana dan prasarana penunjang laboratorium, pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi, kendala pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi, dan hasil belajar geografi. 4. Sundoro Katili, I Wayan Sadia, dan Ketut Suma. (2013). Analisis Sarana dan Intensitas Penggunaan Laboratorium Fisika, serta Kontribusinya terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri di Kabupaten Jembrana. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode analisis data statistik deskriptif terhadap kepala sekolah, wakil kurikulum, pengelola laboratorium, guru, dan siswa kelas XI IPA SMA Negeri di kabupaten Jembrana. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) sarana dan prasarana fasilitas laboratorium belum memenuhi standar minimal sarana dan prasarana yang terdapat pada Permendikanas No. 24 tahun 2007; 2) kompetensi kepala laboratorium dalam hal kepribadian sudah dalam kualifikasi baik, sedangkan kompetensi sosial, manajerial, serta profesional masih dalam kualifikasi kurang; 3) tenaga teknisi laboratorium belum tersedia, 4) used factor alat hanya 12,08% atau sangat kurang; 5) data rata-rata hasil belajar siswa 34,4 dalam kualifikasi kurang. Perbedaan penelitian yang relevan dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti terdapat pada tempat pelaksaan penelitian, subyek penelitian, serta variabel yang diteliti. Penelitian yang relevan pelaksanaan penelitian di kabupaten Jembrana, Bali dengan subjek penelitian kepala sekolah, wakil kurikulum, pengelola laboratorium, guru,

22 32 dan siswa kelas XI IPA. Variabel yang diteliti pada penelitian relevan ini adalah sarana dan prasarana laboratorium, kompetensi tenaga pengelola laboratorium, used factor alat, serta hasil belajar siswa. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dilaksanakan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta dengan subjek penelitian guru mata pelajaran Geografi, siswa kelas X, kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana. Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah sarana dan prasarana penunjang laboratorium, pemanfaatan laboratorium IPS- Geografi, kendala pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi, dan hasil belajar geografi. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan materi kurikulum 2013 yang tercantum dalam Kompetensi Dasar-3 (KD-3) dan Kompetensi Dasar-4 (KD-4) ditunjukkan bahwa terdapat banyak materi pada mata pelajaran Geografi yang membutuhkan praktikum dan pengamatan langsung, sehingga diperlukan sarana penunjang laboratorium untuk pembelajarannya. SMA yang telah mengembangkan laboratorium IPS-Geografi sebagai sarana penunjang pembelajarannya masih sedikit, dari 34 SMA yang ada di Kabupaten Bantul, hanya delapan SMA yang telah memiliki laboratorium IPS-Geografi, padahal laboratorium IPS-Geografi dibutuhkan untuk pembelajaran. Selain itu, sarana dan prasarana penunjang dalam laboratorium IPS-Geografi yang ada masih kurang memadai untuk mendukung

23 33 pembelajaran geografi, sehingga pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi pun menjadi kurang efektif. Aspek yang diamati dalam pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi, meliputi sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi, intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi, kendala dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi, serta hubungan intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi terhadap hasil belajar siswa SMA. Empat aspek yang diamati tersebut selanjutnya dianalisis dengan metode campuran, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif sehingga diperoleh hasil penelitian berupa deskripsi yang mendalam mengenai kondisi nyata pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi. Berikut bagan kerangka berpikir dapat diamati pada Gambar 3. Kurikulum 2013 KD-3 dan KD-4 Mata Pelajaran Geografi Pemanfaatan Laboratorium IPS-Geografi Sarana Prasarana Laboratorium Intensitas Penggunaan Laboratorium Kendala Penggunaan Laboratorium Hasil Belajar Data Kuantitatif dan Kualitatif Diskripsi Pemanfaatan Laboratorium IPS-Geografi Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

24 34 D. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana penunjang laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran geografi SMA di Kabupaten Bantul? 2. Bagaimana intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran geografi SMA di Kabupaten Bantul? 3. Apa kendala yang dihadapi dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran geografi SMA di Kabupaten Bantul? 4. Bagaimana hubungan antara intensitas penggunaan laboratorium IPS- Geografi terhadap hasil belajar geografi siswa SMA di Kabupaten Bantul?

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI KURIKULUM 2013 GEOGRAFI Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 KI dan KD Geografi untuk Peminatan Ilmu-ilmu Sosial SMA/MA 1 A. Pengertian Geografi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LABORATORIUM GEOGRAFI UNTUK PEMBELAJARAN GEOGRAFI SMA (Kasus pada SMA di Kabupaten Bantul Yogyakarta)

PEMANFAATAN LABORATORIUM GEOGRAFI UNTUK PEMBELAJARAN GEOGRAFI SMA (Kasus pada SMA di Kabupaten Bantul Yogyakarta) PEMANFAATAN LABORATORIUM GEOGRAFI UNTUK PEMBELAJARAN GEOGRAFI SMA (Kasus pada SMA di Kabupaten Bantul Yogyakarta) Mawanti Widyastuti 1, Dyah Respati SS 2, Suparmini 3 Program Studi Pendidikan Geografi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KI DAN KD GEOGRAFI KURIKULUM 2013

LAMPIRAN 1 KI DAN KD GEOGRAFI KURIKULUM 2013 LAMPIRAN 1 KI DAN KD GEOGRAFI KURIKULUM 2013 108 109 Tabel 1. Kompetensi Dasar (KD) 3 dan 4 mata pelajaran Geografi Kelas X Kompetensi Dasar 3.1 Memahami pengetahuan dasar geografi dan terapannya dalam

Lebih terperinci

67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan.

Lebih terperinci

14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS

14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS 14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS 14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong

Lebih terperinci

14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS

14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS 14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta mendukung pembangunan berkelanjutan. Menanamkan kesadaran dan. keluarga, sekolah, dan masyarakat (Sumaatmadja, 2001:56).

BAB I PENDAHULUAN. serta mendukung pembangunan berkelanjutan. Menanamkan kesadaran dan. keluarga, sekolah, dan masyarakat (Sumaatmadja, 2001:56). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peduli terhadap lingkungan merupakan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup, serta mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kondisi sarana dan prasarana

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kondisi sarana dan prasarana BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kondisi sarana dan prasarana laboratorium IPS-Geografi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam ikut serta memajukan kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini tertuang dalam pembukaan Undang-undang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. usaha (Depdikbud, 1997:343). Sedangkan pengertian belajar adalah suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. usaha (Depdikbud, 1997:343). Sedangkan pengertian belajar adalah suatu II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut bahasa pengertian hasil adalah sesuatu yang diperoleh karena adanya usaha

Lebih terperinci

PROFIL LABORATORIUM IPA DI MTs NEGERI SURAKARTA II DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 TAHUN 2014/ 2015

PROFIL LABORATORIUM IPA DI MTs NEGERI SURAKARTA II DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 TAHUN 2014/ 2015 PROFIL LABORATORIUM IPA DI MTs NEGERI SURAKARTA II DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 TAHUN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari. pembelajaran yang direncanakan. Sedangkan Sardiman (2011: 20-21)

BAB II KAJIAN TEORI. menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari. pembelajaran yang direncanakan. Sedangkan Sardiman (2011: 20-21) BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Gagne, seperti yang dikutip Eveline dan Hartini (2011: 4), mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan perilaku yang relatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Bantul yang memiliki laboratorium IPS-Geografi dan telah menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPA Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

2015 KECENDERUNGAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA KABUPATEN GARUT

2015 KECENDERUNGAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA KABUPATEN GARUT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KURIKULUM 2013 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) KELAS VII - IX MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Nama Guru NIP/NIK Sekolah : : : 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu menmbuhkembangkan potensi diri, sosial, dan alam di kehidupannya. Sesuai dengan perkembangan zaman yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum memiliki peranan penting dalam pendidikan. Istilah kurikulum menunjukkan beberapa dimensi pengertian, setiap dimensi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upi Supriatna, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upi Supriatna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam dinamika kehidupan suatu bangsa. Dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan agen pembangunan dan perubahan. Tanpa

Lebih terperinci

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN ( SKL) 1. Pengertian Standar kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan mencakup

Lebih terperinci

Bab 2 Langkah Penelitian Geografi

Bab 2 Langkah Penelitian Geografi Bab 2 Langkah Penelitian Geografi Kompetensi Dasar Menganalisis langkah-langkah penelitian geografi terhadap fenomena geosfera. Menyajikan contoh penerapan langkah-langkah penelitian geografi dalam bentuk

Lebih terperinci

50. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI SMA/MA

50. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI SMA/MA 50. KOMPETENSI INTI DAN GEOGRAFI SMA/MA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 KOMPETENSI INTI DAN GEOGRAFI SMA/MA KELAS: X Tujuan kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pembangunan (Bintarto, 1991: 30). pendekatannya. Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo ( 1991: 12-24),

BAB II KAJIAN TEORI. pembangunan (Bintarto, 1991: 30). pendekatannya. Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo ( 1991: 12-24), BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kajian Geografi a. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejalagejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sukmadinata (1999) menyatakan, teori adalah suatu set atau sistem pernyataan yang menjelaskan serangkaian hal. Teori merupakan abstraksi dari pengetahuan pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru profesional merupakan guru yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan dan mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar,

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar, BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pengalaman Belajar Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar, pada hakekatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang diperlukan oleh semua orang. Dapat dikatakan bahwa pendidikan dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa adalah penentu terjadinya atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pembelajaran. Pembelajaran berkualitas akan memperoleh hasil

I. PENDAHULUAN. penting dalam pembelajaran. Pembelajaran berkualitas akan memperoleh hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam pembelajaran. Pembelajaran berkualitas akan memperoleh hasil belajar siswa yang maksimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dedi Supriadi, 2014

BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dedi Supriadi, 2014 BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau tidak mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Dengan paradigma baru, praktik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI 1 2 3 4 PEDAGOSIS Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,moral, spiritual, sosial, kultural,emosional, dan intelektual.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu (knowing) ataupun menghafal (memorizing) tetapi dituntut untuk memahami konsep biologi. Untuk kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan proses yang dialami oleh tiap orang mulai dari masa anak-anak sampai menjadi dewasa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Huda (2012, hlm.3) merupakan sebuah proses dinamis dan berkelanjutan yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan guru sesuai dengan minat

Lebih terperinci

SILABUS SMA. Sumber Belajar

SILABUS SMA. Sumber Belajar SILABUS SMA Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : XII Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,

Lebih terperinci

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah menetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tercapainya tujuan pendidikan tidak terlepas dari adanya pengembangan di bidang pendidikan antara lain meliputi proses pembelajaran, media pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Konsep Belajar IPS a. Hakikat Belajar Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan hendaknya mampu mendukung pembangunan di masa mendatang. Oleh karena itu, pendidikan harus mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka mampu

Lebih terperinci

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses 6 II._TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di jaman sekarang semakin berkembang karena dengan adanya perubahan kurikulum yang semakin pesat. Model pembelajaran yang dipakai pun bermacam-macam.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

KISI-KISI MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Standar Kompetensi Guru (SKG) a b C D E 1. PEDAGOGIK Menyelenggarakan

KISI-KISI MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Standar Kompetensi Guru (SKG) a b C D E 1. PEDAGOGIK Menyelenggarakan KISI-KISI MATA PELAJARAN GEOGRAFI No Standar Guru (SKG) Inti Guru 1. PEDAGOGIK Menyelenggarakan mendidik Menggunakan media dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks. Sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Eksperimen Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka. Metode ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan

I. PENDAHULUAN. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan kegiatan penyelidikan atau eksperimen sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan

Lebih terperinci

PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Hasruddin Abstrak Perkembangan biologi sebagai sains murni dan aplikasinya dalam teknologi yang semakin pesat mendorong upaya-upaya inovasi pemanfaatan hasil-hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD)

PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD) PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD) SEMANGAT KEBANGSAAN; CINTA TANAH AIR; MENGHARGAI PRESTASI; BERSAHABAT/KOMUNIKATIF; CINTA DAMAI; SENANG MEMBACA; PEDULI SOSIAL; PEDULI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang struktur fisik dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Atas (SMA) Swasta, Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Madrasah Aliyah Swasta

I. PENDAHULUAN. Atas (SMA) Swasta, Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Madrasah Aliyah Swasta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandar Lampung memiliki beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat diantaranya Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri, Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran biologi, karena melalui praktikum siswa akan memperoleh pengalaman belajar

Lebih terperinci

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 1 PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 Pendahuluan Oleh: Bambang Prihadi*) Implementasi Kurikulum 2013 dicirikan dengan perubahan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

SILABUS SMA. Sumber Belajar. Kompetensi Dasar Materi pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi waktu

SILABUS SMA. Sumber Belajar. Kompetensi Dasar Materi pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi waktu SILABUS SMA Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : XI Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,

Lebih terperinci

Paket 9 GEOGRAFI. Pendahuluan

Paket 9 GEOGRAFI. Pendahuluan Paket 9 GEOGRAFI Pendahuluan Paket 9 berfokus pada pembahasan geografi. Pembahasan geografi pada paket 9 ini ditekankan pada aspek pengertian, ruang lingkup, tujuan, konsepkonsep dasar dan penerapan geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. 2 Salah satu pendidikan formal yaitu sekolah, dimana lingkungan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan mata pelajaran melalui pendekatan sciencetific learning

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan mata pelajaran melalui pendekatan sciencetific learning 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia selalu mengalami perbaikan dalam mengembangkan kurikulum sebagai pedoman dalam mengajar. Perbaikan kurikulum ini bertujuan untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendididikan dasar dan menengah, Geografi merupakan cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi pendidikan yang intinya untuk

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU

STANDAR KOMPETENSI GURU No KISI-KISI SOAL UKG MAPEL GEOGRAFI PEDAGOGIK 2015 Kompetensi Utama STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN GEOGRAFI Indikator Esensial/ Indikator Pencapaian Kompetensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Menurut Hamalik (2002:187) dilihat dari besarnya kelas, pendekatan penemuan terbimbing dapat dilaksanakan dengan dua sistem komunikasi yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disemua jenjang pendidikan yang memiliki peran yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Kata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada siswa dengan harapan terjadinya respon yang positif pada diri siswa. Guru harus mampu memberi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sulit dipahami oleh siswa karena ilmu kimia mayoritas bersifat abstrak, kompleks,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui proses kerja praktikum di laboratorium untuk menghasilkan sikap

I. PENDAHULUAN. melalui proses kerja praktikum di laboratorium untuk menghasilkan sikap 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan praktikum di laboratorium merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya mata pelajaran kimia. Kimia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci