TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR OLEH : V. NEVI SANDRA F INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR OLEH : V. NEVI SANDRA F INSTITUT PERTANIAN BOGOR"

Transkripsi

1 ire! un PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER) TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR OLEH : V. NEVI SANDRA F FAKULTASTEKNOLOGIPERTAN[AN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 V. NEVI SANDRA. F Uji Performansi Alat Tanam Padi (Rice Transplanter) Tipe Riding Pada Berbagai Pengolahan Tanah di Areal Infrastruktur Leuwikopo Darmaga, Bogor. Dibawah bimbingan : Dr. Ir. Frans J. Daywin, MSc. RINGKASAN Peningkatan swasembada pangan seeara langsung tergantung pada hasil panen. Hasil panen yang baik dipengaruhi oleh eara pengolahan tanah, penyemaian, penanaman, pemeliharaan dan panen. Pengerjaan dari masa persiapan tanam padi sampai panen juga ditentukan oleh penggunaan alat. Pengembangan alat dan mesin pertanian harus tetap didasarkan pada usaha untuk merekayasa dan mengikhtiarkan teknologi alat yang bersifat maju, tepat guna dan teruji. Hasil perlakuan pengolahan tanah dengan cangkul, 4x rotary, lxbajak singkal-4x rotary, dan lxbajak piring-2x rotary meneapai kedalaman olah masing-masing cm, em, em, dan em. Kondisi semaian dengan perlakuan perendaman 8 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam memberikan sebaran benih per box hasil semai dengan alat semai masing-masing adalah butir, butir, butir dan butir. Perlakuan perendaman tersebut tidak berpengaruh pada pertumbuhan semaian selanjutnya. Hasil unjuk kerja alat tanam padi (rice transplanter) type riding merk Yanmar pada luas lahan m 2

3 memberikan waktu kerja, waktu putar, waktu perbaikan, waktu pengisian dan waktu mundur dalam detik masing-masing adalah , 372.9, , 742 dan Sedangkan prosentase terhadap jumlah tertanam pada posisi tertanam keadaan baik (posisi bibit ) adalah % dan keadaan kurang baik (posisi bibit 0-30 ) adalah %. Penanaman dengan alat tanam dalam satu kali lintasan terdiri dari lima lajur penanaman. Baris tertanam untuk 19 lintasan adalah 85 baris ditambah 10 baris headland dan untuk 21 lintasan adalah 95 baris ditambah 10 baris headland. Hasil analisa bulk density pada petak I,II,III dan IV dengan perlakuan pengolahan tanah masing-masing : eangkul manual, 4x rotary (basah), 1x baj ak singkal (basah) -4x rotary (basah) dan 1x bajak piring (kering) -2x rotary (basah), berkisar antara g/em 3 Nilai bulk density pada kedalaman 0-20 em relatif lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman em. Porositas tertinggi pada petak I (20-40 em) sebesar % dan terendah pada petak IV (0-20 em) sebesar %. Air tersedia tertinggi pada petak III (0-20 em) sebesar % dan terendah pada petak I (20-40 em) sebesar 9.96 %. Nilai konduktivitas hidrolika berkisar antara m/det. Nilai tertinggi pada petak IV (0-20 em) yaitu 1.65 x 10-5 em/det dan terendah pada petak I (20-40 em)

4 yaitu 9.23 x 10-6 em/det. Nilai tahanan penetrasi pengamatan bulan November 1994 berkisar kg/em 2. Pengamatan bulan Juli 1995 berkisar 4.9 kg/em kg/em 2 Konsistensi tanah hasil pengamatan menunjukkan bahwa batas mengalir dikatagorikan tinggi atau sangat tinggi. Sedangkan nilai indeks plastisitas dikatagorikan sedang atau tinggi. Kekuatan kompresi tak tertekan tertinggi meneapai kg/em 2 yaitu pada petak III kedalaman 0-20 em dan terendah pada petak II kedalaman em sebesar kg/em 2 Nilai kohesi tanah berkisar kg/em 2 - o. 730 kg / em 2 Perlakuan perendaman 12 jam memberikan distribusi penyebaran benih di box semaian relatif lebih rapat dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Penanaman dengan alat tanam lebih efisien dari segi waktu. Sebab pada luasan m 2 memerlukan waktu tanam 3390 detik (0.942 jam), sedangkan seeara manual (Setiyowati, 1994) pada luasan tanam m 2 memerlukan waktu jam. Perlakuan pengolahan tanah berpengaruh pada sifat fisik-mekanik tanah. Nilai bulk density pada lapisan olah eenderung lebihtinggi sebab adanya pengaruh pemadatan karena beban lalulintas alat. Porositas tanah dan nilai konduktivitas hidrolika tertinggi pada petak IV kedalaman o - 20 em.

5 UJI PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER) TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian Pada Jurusan Mekanisasi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : V. NEVI SANDRA F FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

6 , INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN UJI PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER) TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian Pada Jurusan Mekanisasi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : V. NEVI SANDRA F 28,1595 Dilahirkan pada tanggal : 1 November 1972 di Ngawi Tanggal lulus : 1 September 1995

7 KATAPENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa atas bimbingan dan rahmatnya, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Frans J. Daywin, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan hingga terselesainya penulisan skripsi ini. 2. Bapak Ir. Desrial, MEng dan Bapak Ir. Asep Sapei, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan saran-saran atas perbaikan skripsi ini. 3. Ibu dan adik terkasih yang telah memberi dorangan selama penulis belajar di Institut Pertanian Bogar. 4. Pak Abas dan Pak Tohir, rekan Pahrian, Opay, Diar, Eka, Bareel, Ujang, warga Mercuria (Mona, Vera, Maria, Vivi, mbak Atik, Tialan, Yulintine), staf Grawida, Yayat, Riana, Franky, Adi, dan rekan-rekan seperjuangan lainnya yang telah banyak membantu selama persiapan pene1itian sampai terselesainya skripsi ini. Dengan kerendahan hati penu1is menyadari akan kemampuan yang ada, maka kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan lapang dada. Akhirnya harapan penulis semaga skripsi ini berguna bagi pembaca dan bermanfaat bagi semua pihak. Bogar, September 1995 Penulis

8 DAFTAR lsi KATA PENGANTAR DAFTAR lsi DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v vi I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang B. Tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Padi B. Pengolahan Tanah C. Sifat Fisik Tanah D. Alat Tanam III.METODE PENELITIAN A. Rangkaian Kegiatan B. Bahan dan A1at C. Metode Penelitian. D. Tempat dan Waktu penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Lahan.. B. Kondisi Pesemaian C. Penanaman.... a. Hasi1 tertanam b. Jarak tanam c. Jumlah rumpun dan kedalaman tanam d. Efisiensi lapang ii

9 D. Hasil Analisa Sifat Fisik-Mekanik Tanah Setelah Panen 1. Tekstur tanah 2. Bulk density 3. Kemampuan tanah memegang air 4. Konduktivitas hidrolika 5. Tahanan penetrasi tanah 6. Konsistensi tanah 7. Pemadatan tanah 8. Kekuatan tanah 9. Infiltrasi V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran-saran DAFTAR PUSTAKA LAMPlRAN iii

10 DAFfAR TABEL No Teks Halaman 1 Keadaan semaian berdasarkan umur bibit 12 2 Kondisi awal sifat fisik mekanik tanah lahan 28 3 Kondisi awal tanahan penetrasi tanah 29 4 Kondisi lahan saat penanaman 30 5 Data penggunaan benih pesemaian 32 6 Hasil pengamatan keadaan tanam pada 1 x 1 m 39 7 Jarak tanam 40 8 Jumlah rumpun dan kedalaman tanam 43 9 Hasil perhitungan efisiensi lapang alat tanam Data pengukuran putaran roda Data penanaman secara manual Komposisi fraksi tekstur tanah Nilai bulk density tanah Porositas tanah Kadar air pada berbagai pf Nilai konduktivitas hidrolik Nilai tahanan penetrasi tanah Konsistensi tanah Kadar air optimum dan berat isi kering maksimum Nilai kekuatan tanah, kohesi dan sudut tahanan gesek Nilai infiltrasi pada menit tertentu 58 iv

11 DAFfAR GAMBAR No Teks Halaman Alat tanam padi tipe riding (Tsuga, 1992) Grafik tahanan penetrasi Alat semai (seedling machine) Mekanisme kerja alat semai pada penjatuhan benih 32 5 Keadaan benih siap semai 33 6 Penyebaran benih di box semaian 33 7 Grafik daya tumbuh dan tinggi bibit 35 8 Alat tanam padi (rice transplanter) 36 9 Alat t"anam padi pada saat beroperasi Skema penerusan daya alat tanam padi tipe riding (Tsuga, 1992) Keadaan baris tertanam dengan alat tanam Keadaan lahan saat penanaman Grafik penggunaan waktu tanam 46 v

12 DAFTAR LAMPIRAN No Teks Halaman 1 Layout lahan penelitian 2 Alat tanam dan bagian-bagiannya 3 Pola penanaman 4 Data hasil uji performansi alat tanam 5 Penggunaan waktu tanam 6 Kondisi awal tekstur dan porositas 7 Kondisi awal bulk density dan konduktivitas hidrolik 72 8 Kondisi awal konsistensi tanah 73 9 Kondisi awal kadar air optimum dan berat isi kering maksimum Kondisi awal tahanan penetrasi tanah Kondisi awal kohesi tanah dan sudut tahanan gesek Kondisi awal tegangan gesek maksimum Diagram tesktur tanah (USDA) Harkat angka-angka Aterrberg Hasil analisa kandungan kimia tanah vi

13 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan produksi pertanian terutama pangan, menj adi prioritas utama dalam setiap tahapan Pel ita. Hal ini sej alan dengan meningkatnya kebutuhan akan pangan dan yang diharapkan akan mampu memberikan devisa kedua terbesar setelah migas. Salah satu upaya pemerintah dalam mempertahankan swasembada pangan tersebut khususnya beras adalah pengembangan alat dan mesin pertanian dalam rangka peningkatan produksi pertanian tanaman pangan serta meningkatkan pendapatan petani. Harapan untuk meningkatkan produksi pertanian baik secara kwalitas maupun kwantitas, ternyata perlu ditunjang oleh kemampuan teknologi dan mekanis. Kecenderungan terjadinya pergeseran tenaga kerja dari bidang pertanian ke bidang industri, menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya masalah ketenagakerjaan, sehingga mendorong diterapkannya mekanisasi pertanian secara selektif di daerah. Penggunaan alat dan mesin pertanian dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan usaha di bidang pertanian yang biasanya bertujuanj melaksanakan operasi tepat pada waktunya, membantu melaksanakan pekerjaan yang susah/tidak dapat

14 dilaksanakan secara manual dan meningkatkan efisiensi serta keselamatan kerja. 2 Sampai saat ini penanaman padi di sawah (transplanting) masih dilakukan secara tradisional oleh masyarakat tani Indonesia. pekerjaan transplanting dengan cara demikian akan membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang cukup banyak. Proses penanaman padi memerlukan tenaga kerja sekitar 20 persen dari keseluruhan proses budidaya tanaman padi. Hal ini menunjukkan sangatlah diperlukan alat tanam padi mekanis, maka dari itu perlu dikembangkan alat tanam padi pada negara-negara yang pertaniannya masih menitikberatkan pada produksi padi. Sekarang ini beberapa alat tanam padi telah diperkenalkan dan dipergunakan dalam skala besar khususnya Jepang. Keberhasilan dalam peningkatan swasembada pangan secara langsung tergantung pada hasil panen pada suatu lahan. Hasil panen yang baik juga dipengaruhi oleh perlakuan pengolahan tanah, penyemaian, penanaman, pemeliharaan dan panen. Sehingga hasil panen yang diharapkan seoptimal mungkin. Hasil optimal tergantung pada pengerjaan dari masa persiapan tanam padi sampai pada panen, yang juga ditentukan oleh penggunaan alat. Sehubungan dengan

15 3 hal tersebut maka strategi pengembangan alat dan mesin pertanian harus tetap didasarkan pada usaha untuk terus menerus menciptakan dan mengembangkan kemampuan nasional dalam merekayasa dan mengikhtiarkan teknologi alat dan mesin pertanian yang bersifat maju (progresif), tepat guna (appropriate) dan teruji. B. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah uji performansi untuk mengetahui kemampuan kerja alat tanam padi (rice transplanter) pada berbagai pengolahan tanah.

16 ll. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Padi Padi berasal dari dua benua : Oryza fatua koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainnya yaitu Oryza glaberrima steund berasal dari Afrika Barat. Padi (Oryza sativa L) diklasifikasikan sebagai famili gramineae (poaceae). Berdasarkan klasifikasi ini, tanaman padi dimasukkan dalam sub-famili Festucoideae. (AAK, 1990). Menurut Hardjodinomo (1969) dan Soemartono et al (1980), tanaman padi terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Batang padi beruas-ruas yang di dalamnya berrongga (kosong), tingginya 1.0 m sampai 1.5 m. Pada tiap-tiap buku tumbuh daun yang berbentuk pita dan berpelepah. pelepah itu membalut hampir sekeliling batang. Tiap batang padi bila telah tiba waktunya akan keluar bunga dan dikenal dengan bunga majemuk, sedangkan galipnya disebut bulir. Di bunga terdapat dua helai sekam mahkota. Pada saat terjadi penyerbukan, bunga akan merekah (terbuka) dan setelah penyerbukan berlalu, maka daun bunga akan terkatup kembali. Berdasarkan pertumbuhan padi di pesemaian dikenal tiga cara penyemaian yaitu :1). Penyemaian basah biasa 2). Penyemaian kering dan 3). Penyemaian dapog. (AAK,1990).

17 5 1. penyemaian basah bias a Pada penyemaian basah biasa, tanah diolah sebelum 25 sampai 30 hari waktu penyemaian dilakukan. Pembajakan dan penggaruan dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali sampai tanah menjadi campuran lumpur yang baik. Ukuran lebar penyemaian 1.0 sampai 1. 5 meter dan panj angnya tergantung pada saluran drainase di antara tempat penyemaian. Luas total penyemaian basah biasa untuk satu hektar penanaman sebesar 300 sampai 500 meter persegi dan juga tergantung pada kerapatan tanaman yang digunakan. "Transplanting" dilakukan bila penyemaian telah berumur 20 sampai 30 hari. 2. Penyemaian kering Penyemaian kering dilakukan pada daerah yang kurang air dan tidak mencukupi dalam penggunaannya. Tanah dibaj ak, digaru dan diratakan secara kering. Sete1ah digaru dan tanahnya dihancurkan, dibuat tempat penyemaian. Untuk satu hektar tanah yang ditanam diperlukan luas penyemaian sebesar 500 meter persegi. Pemindahan bibit dilakukan bila penyemaian padi berumur 20 sampai 30 had.

18 6 3. Penyemaian Dapog Penyemaian dapog ini dilakukan pada tempattempat yang airnya berlimpah-limpah. Permukaan dasar ditutup rapat dengan menggunakan daun pisang, kantong semen kosong atau plastik. Sebelum biji berkecambah, di atas penyemaian yang rata diletakkan daun pisang atau kantong semen kosong. Untuk satu hektar penanaman bibit padi diperlukan Iuas penyemaian sebesar 40 sampai 60 meter persegi dan juga tergantung pada jumlah penanaman per-iubang, j arak tanam dan persentase benih yang tumbuh. Penyemaian siap untuk ditanamkan pada saat bibit padi berumur 10 sampai 14 hari. B. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan penyiapan tanah untuk penanaman dan proses mempertahankannya dalam keadaan remah dan bebas dari gulma selama pertumbuhan tanaman budidaya. Tuj uan utama dan maksud dasar pengolahan tanah adalah : 1). Mempersiapkan bedengan benih yang sesuai 2). Memberantas gulma pesaing dan 3). Meningkatkan kondisi fisik tanah. (Purwadi et ai, 1990). Sedangkan menurut Kepner et ai, 1961 tujuan dari pengolahan tanah adalah sebagai berikut :

19 1. Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk 7 persemaian atau tempat tumbuh benih. Tanah yang padat diolah sampai gembur sehingga mempercepat infiltrasi air, berkemampuan baik menahan curah hujan, memperbaiki aerasi dan memudahkan perkembangan akar. 2. Peningkatan kecepatan infiltrasi akan menurunkan run off dan mengurangi bahaya erosi. 3. Menghambat dan mematikan tumbuhan pengganggu. 4. Membenamkan tumbuh-tumbuhan atau sampah-sampah kesuburan tanah. 5. Membunuh serangga, larva atau telur-telur serangga melalui perubahan tempat tinggal dan terik matahari. Pada tanah sawah, pengolahan tanah bertujuan untuk membentuk lapisan olah, megurangi tumbuhan pengganggu, mencampur bahan organik ke dalam tanah, membentuk lapisan kedap air sehingga persediaan air dapat dipertahankan dan memperbaiki keadaan aerasi tanah (Baver, 1960). Menurut Smith (1977) pekerjaan pengolahan tanah dapat dibagi menj adi pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua. Alat pengolahan tanah pertama adalah alat-alat yang pertama sekali digunakan, yaitu

20 8 untuk memotong, memecah, dan membalikkan tanah. Alatalat tersebut dikenal ada beberapa macam, yaitu l. Bajak singkal (moldboard plow) 2. Bajak piring (disk plow) 3. Bajak rotari (rotary plow) 4. Bajak chisel (chisel plow) 5. Bajak subsoil (subsoil plow) 6. Bajak raksasa (giant plow) Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas, kadang-kadang diberikan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin juga dibuat guludan atau alur untuk pertanaman. Alat pengolah tanah kedua yang menggunakan tenaga traktor antara lain; I}. garu (harrow) 2}. perata dan penggembur (land roller dan pulverizer) dan 3}. alatalat lainnya. c. Sifat Fisik Tanah 1. Tekstur dan Struktur Tanah Tekstur dan struktur tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang dapat diamati di lapangan dan kedua sifat fisik ini dapat menentukan kondisi tanah setempat. Tekstur tanah adalah

21 sebaran relatif ukuran partikel tanah mineral. Ukuran part ike I antara 2 mm dan 7.5 mm disebut 9 sebagai kerikil (gravel) dan untuk lebih besar dari 7.5 mm disebut batu. Setiap kelas ukuran partikel tanah disebut fraksi tekstur (Kalsim, 1992). Menurut Hardjowigeno (1987), tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan dalam beberapa kelas tekstur. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, liat terikat satu sarna lain oleh suatu perekat seperti bahan organik oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalangumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda, (Hardjowigeno, 1987). Sedangkan menurut Kalsim (1992) struktur tanah menentukan sifat aerasi dan permeabilitas. 2. Konsistensi Tanah Istilah konsistensi berhubungan dengan derajat adhesi an tara partikel tanah dan tahanan

22 yang muncul guna melawan gaya yang cenderung 10 merubah at au meruntuhkan agregat tanah. Konsistensi digambarkan oleh istilah-istilah seperti keras, kaku, rapuh, lengket, plastis dan lunak. Jika tanah semakin mendekati karakteristik lempung, maka makin besar variasi keadaan konsistensi yang mungkin dijumpai. (Karl and Ralph, 1987). Konsistensi tanah tergantung pada tekstur, sifat dan jumlah koloid-koloid anorganik dan organik, struktur dan kandungan air tanah. Batas mengalir merupakan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah, dimana tanah dan air akan mengalir bersama-sama. Bila tanah yang telah mencapai batas mengalir atau melekat dapat membentuk gulungan yang tidak mudah patah bila digolek-golekkan maka disebut tanah plastis. Indeks plastisitas menunjukkan perbedaan kadar air pada batas mengalir dan batas menggolek. Tanah liat umumnya mempunyai indeks plastisitas yang tinggi, sebaliknya tanah-tanah pasir mempunyai nilai indeks plastisitas yang rendah (Hardjowigeno, 1987) 3. Porositas Tanah Porositas tanah merupakan bagian yang terisi oleh air dan atau oleh udara tanah. pori-pori

23 tanah ini dapat dibedakan menjadi pori mikro dan 11 pori makro. Pori makro berisi udara dan air gravitasi yaitu air yang mudah hilang karena gaya gravitasi. Sedangkan pori mikro berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori makro yang lebih banyak dibandingkan tanah liat. Porositas tanah dipengaruhi oleh bahan organik, struktur dan tekstur tanah. (Hardjowigeno, 1987). Menurut Karl and Ralph (1987), porositas adalah rasio volume ruang pori terhadap volume total agregat tanah. Istilah volume ruang pori adalah bagian volume tanah yang tidak ditempati oleh butiran mineral. Jika diungkapkan sebagai persentase maka porositas dikenal sebagai ruang pori. Angka pori adalah rasio volume ruang pori terhadap volume bahan padat. 4. Kadar Air Tanah Menurut Karl and Ralph (1987), kadar air tanah (w) merupakan rasio be rat air terhadap be rat kering agregat. Biasanya dinyatakan dalam persen. Pasir yang terdapat di atas muka air, sebagai porinya mungkin berisi udara. Jika ew menyatakan volume yang berisi air persatuan volume bahan padat, rasio adalah

24 12 8r; ew x100% e (1 ) Rumus tersebut menyatakan derajat kejenuhan. Derajat kejenuhan pasir biasanya diunngkapkan dengan istilah kering atau basah. Lempung yang lama mengalami pengeringan dinyatakan oleh Sr = 90 %, mungkin sangat keras sehingga disebut kering bukan basah. D. Alat Tanam Seni menempatkan biji di dalam tanah untuk memperoleh perkecambahan dan tegakan yang baik, tanpa harus melakukan penyulaman adalah tujuan semua orang yang menanam tanaman (Purwadi et al., 1990) Sedangkan Hopfen (1969) menyatakan bahwa penanaman yang dilakukan setelah benih disemai ke tempat penanaman yang dikehendaki disebut transplanting. Hasil penelitian Tsuga (1992), keadaan semaian berdasarkan umur bibit seperti pada tabel 1. Tabel 1. Keadaan semaian berdasarkan umur bibit Keadaan Keda1arna~ Jurnlqa/~ benih Kebu;:man semaian tanarn (em box) box ( 10 a) Tua < Sedanq Muda S aj:!ga t muda > Keterangan:Ukuran box semaian 28 em x 58 ernx 3em Kebutuhan bibit box/ha

25 13 Transplanting dengan tangan banyak menggunakan tenaga kerja dan pekerjaan menjadi sukar bila penanaman dilakukan dalam skala besar. Menurut Bainer, Kepner dan Barger (1972) alat tanam yang sesuai memungkinkan penyebaran biji-bijian sebagai berikut : 1. Broadcasting, yaitu penyebaran biji-bijian secara acak pada permukaan tanah. 2. Drill seeding, yaitu penempatan dan penutupan biji-biji secara acak pada alur dalam barisan. 3. Precision planting, yaitu penempatan biji-biji yang tepat pada jarak yang sarna dalam barisan. 4. Hill droping, yaitu penempatan sekelompok bij i biji pada jarak yang sarna dalam barisan. Moedjiarto (1983) mengklasifikasikan alat tanam berdasarkan cara penanaman dan sumber tenaga dari traktor digolongkan menjadi tiga, yaitu a. Alat penanaman sistem baris lebar Alat ini telah dirancang untuk menempatkan benih dalam tanah dengan j arak baris tanam satu dengan yang lain cukup lebar, sehingga memungkinkan dilakukannya penyiangan dan meningkatkan efisiensi pemasangan. Alat penanam type ini banyak digunakan untuk menanam j agung, kapas, sorgum dan kacang-kacangan.

26 14 b. Alat penanam sistem baris sempit Alat penanam type ini dirancang khusus untuk menahan benih-benih kecil atau baris rumputrumputan dalam baris alur yang sempit serta kedalaman yang seragam. c. Alat penanam sistem baris sebar Alat penanam sistem baris sebar merupakan cara penanaman yang paling lama dan sederhana. Penebaran benih dengan mesin lebih teliti dan cepat daripada penebaran dengan tangan. Penanaman sistem sebar memerlukan adanya pembuka alur, maka dari itu harus disiapkan dengan pengolahan tanah yang menggunakan peralatan seperti garu piring. Sistem ini tidak memerlukan penutupan. Penutupan dapat dilakukan kemudian dengan garu paku atau lainnya. Sedangkan Smith, 1977 mengklasifikasikan alat tanam sebagai berikut 1. Alat tanam yang membentuk barisan a. Ditarik oleh manusia atau hewan berbaris biji-biji dijatuhkan jarak barisan yang sempit b. Ditarik oleh traktor : alat tanam untuk barisan

27 15 alat tanam yang biji-bijinya dijatuhkan alat tanam pemindah benih 2. Alat tanam sebar a. Type sentrifugal b. Penebar biji rerumputan c. Type pesawat terbang 3. Alat tanam padi-padian atau biji-bijian 4. Alat tanam dengan perlengkapan lain Alat tanam bibit (transplanter) telah diperkenalkan pada tahun Kemudian Sakei (1978) menyatakan bahwa transplanter untuk tanaman padi telah diperkenalkan di Jepang pada tahun Kemudian pada tahun 1975 barulah berkembang berbagai type transplanter untuk tanaman padi. Menurut Mc Colly dan Martin (1955), kapasitas mesin/alat tanam pada luas areal penanaman tertentu persatuan waktu tergantung pada faktor-faktor 1. Lebar kerja yang dipengaruhi oleh a. Lebar dari mesin/alat tanam pada pengolahan atau penanaman. b. Persentase lebar sesungguhnya yang digunakan dalam pengolahan atau penanaman. 2. Kecepatan maju mesin/alat tanam pada saat pengoperasiannya pada lintasan tertentu. 3. Persentase waktu yang hilang. (""

28 16 Menurut Tsuga (1992), alat tanam padi diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Type tenaga dan type self-propelled 2. Type seedling, yang terdiri dari : a. type mat seedling b. type pot seedling 3. Type traveling, yang terdiri dari a. type walking b. type riding (alat tanam padi type riding seperti pada Gambar 1). Parameter yang digunakan untuk pekerjaan penanaman adalah : 1. Jarak tanam (jarak baris, jarak lajur). 2. Jumlah tanaman per lajur. 3. Jumlah semaian yang digunakan (box). 4. Keadaan semaian di box, yang me1iputi; berat benih per box, daya tumbuh bibit, luas areal box. 5. Kedalaman tanam. 6. Kedalaman hardpan. 7. Kekerasan tanah. 8. Kedalaman air. 9. Kecepatan aktual. Menurut Takizawa (1992), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji performansi alat tanam padi adalah :

29 17 1. Keadaan lahan, yaitu Metode pengolahan tanah, kemiringan tanah, tekstur tanah, kedalaman air, kedalaman hardpan, ta-hanan penetrasi dan luas areal tanam. 2. Keadaan semaian yaitu meliputi jenis tanah, yang digunakan, penggunaan benih, umur semaian, tipe semaian, varietas benih, berat benih per box, kedalaman tanam, jumlah daun per pohon, penyebaran benih pada box dan kadar air. 3. Keadaan setelah tanam yaitu meliputi ; jumlah jam kerja, kecepatan maju, jumlah semaian per lubang, jarak baris dan jarak lajur. Gambar 1. Alat tanam padi type riding (Tsuga, 1992)

30 METODE PENELITIAN A. Rangkaian kegiatan Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah b. Pengolahan tanah c. Pesemaian d. Penanaman dan uji performansi alat tanam padi e. Pemeliharaan sampai panen f. Pengambilan data sifat fisik-mekanik tanah B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan meliputi 1. Alat untuk pengolahan tanah Alat yang digunakan untuk pengolahan tanah adalah : cangkul, traktor roda-4 (33 Hp), traktor tangan (7 Hp), bajak singkal, bajak piring, dan garu rotary. 2. Bahan dan Alat Budidaya Tanaman Padi Bahan yang digunakan adalah benih padi varietas IR-64, pupuk urea, TSP, KCL, detergen dan insektisida. Sedangkan alat atau mesin yang digunakan adalah : alat tanam padi (5.5 Hp), box semaian (24 buah), alat semai, pemotong rumput, handsprayer, sabit, patok.

31 3. Bahan dan Alat Pengukuran Sifat Fisik-Mekanik Tanah 19 Bahan yang digunakan adalah : sampel tanah, air suling. Alat yang digunakan adalah : pisau pemotong, cangkul, ring sampel, neraca digital, oven, stopwatch, ayakan, dessikator, penyemprot air, cawan, termometer, fallinghead permeameter, extruder, conepenetrometer, three phases meter, alat uji tekstur, alat uji pf, alat uji kekuatan tak tertekan, alat uji kekuatan geser, alat penentu batas cair dan batas plastis, alat uji pemadatan dan infiltrometer. C. Metode Penelitian 1. Pengambilan data sifat fisik-mekanik tanah Untuk mengetahui kondisi fisik tanah awal, data sifat fisik tanah diambil sebelum pengolahan tanah. Kemudian pengambilan data kedua dilakukan setelah panen, dimaksudkan untuk mengetahui perubahan sifat fisik tanah akibat pengolahan tanah, penanaman dan budidaya tanaman padi. Data sifat fisik tanah sebelum pengolahan hanya data tahanan penetrasi tanah. Data sebelum pengolahan lainnya berupa data sekunder yang diambil berdasarkan analisa sebelumnya. Parameter perubahan sifat fisik-mekanik tanah yang diamati adalah; bulk density, tekstur, porositas, pf,

32 20 konduktivitas hidrolik, tahanan penetrasi, konsistensi (batas cair dan batas plastis), kekuatan geser, kekuatan kompresi tak tertekan dan infiltrasi. a. Pengukuran di lapang Pengukuran yang dilakukan di lahan sawah adalah tahanan penetrasi tanah dan infiltrasi. Tahanan penetrasi diukur pada kedalaman 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan 60 cm, sebanyak 10 kali ulangan tiap petak. Infiltrasi diukur pada empat tempat setiap petak. b. Pengambilan contoh tanah Pengambilan contoh tanah utuh (tidak terganggu) menggunakan ring sampel 100 ml, 50 ml dan ring besar pada kedalaman 0-20 cm dan cm. Masing-masing lima sampel yang diambil dari lima tempat pada diagonal petak sawah. Demikian juga untuk tanah terganggu diambi1 pada kedalaman 0-20 cm dan cm. c. Pengujian sifat fisik-mekanik tanah Pengujian yang dilakukan pada tanah utuh adalah; uji three phases, uji permeabilitas (konduktivitas hidrolik) menggunakan fallinghead permeameter, uji pf menggunakan pressure

33 21 plate, uji kekuatan geser (ASTM D , AASHTO T ) dan uji kekuatan kornpresi tak tertekan dengan rnetode standar JIS A 1216T (79). Tanah terganggu digunakan untuk uji konsistensi tanah yaitu batas cair dengan rnetode standar JIS A dan batas plastis dengan rnetode standar JIS A (78), uji pernadatan dengan rnetode standar , dan tekstur tanah JIS A (JIS A ). 2. Pengolahan Tanah Lahan percobaan terdiri dari dengan perlakuan pengolahan yang Petak sawah I pengolahan tanah 4 petak sawah berbeda-beda. dengan cangkul rnanual/tradisional. Lahan diberi air dan dicangkul, pekerjaaan ini dilakukan dua kali, kernudian dilakukan satu kali rotary sambil dirapikan sarnpai lahan siap tanarn. Petak sawah II perlakuan pengolahan tanah 4 kali bajak rotary (basah) dengan traktor tangan. Lahan diberi air lalu dibajak dengan bajak rotary, kernudian dengan cara yang sarna pekerjaan tersebut dilakkukan sebanyak 4 kali.

34 Petak sawah III perlakuan pengolahan tanah 1 kali bajak singkal, 4 kali rotary (basah) dengan 22 traktor tangan. Lahan diberi air lalu dibajak dengan bajak singkal. Setelah itu diberi air dan dibajak dengan bajak rotary sebanyak 4 kali, kemudian dirapikan dengan cangkul. Petak sawah IV perlakuan pengolahan tanah 1 kali bajak piring (kering) dan 2 kali rotary (basah) dengan traktor roda-4. Lahan dibajak dengan bajak piring, setelah itu diberi air lalu dibajak dengan bajak rotary sebanyak 2 kali, kemudian lahan dirapikan dengan cangkul. Kedalaman olah petak I - IV diukur secara manual dengan menggunakan mistar. 3. Penyemaian Sebelum dilakukan penyemaian, dipersiapkan terlebih dahulu box semaian dengan sebaik-baiknya, agar diperoleh bibit yang baik. Sebelum disemaikan benih direndam dalam air dengan 4 perlakuan masingmasing selama 8 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam. Sehari sebelum semai, tempat penyemaian yang telah siap ditaburi benih diberi pupuk TSP dengan dosis 45 g/m 2 Selang 10 hari kemudian diberi pupuk urea dengan dosis 10 g/m 2

35 23 Penyemaian dilakukan dengan alat semai. Tiap perlakuan terdiri dari enam kali ulangan. Benih padi dijatuhkan pada box semaian dengan alat semai. Ukuran box untuk panjang, lebar dan tinggi masingmasing adalah ; 58 em, 25 em dan 2.7 em, yang telah diisi tanah setinggi 2.5 em. 4. Penanaman Keadaan air pada petakan pereobaan diusahakan meneapai ketinggian 2 em, kemudian bibit ditanam dengan alat tanam padi (rice transplanter). Bibit ditanam sebanyak 2-3 bibit perlubang. Sehari sebelum tanam dilakukan pemupukan dasar dengan TSP, KCL dan Urea. 5. Uji Performansi Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan operasional fungsi alat tanam padi (rice transplanter) type riding merk Yanmar dengan daya 5.5 Hp pada 3600 rpm. 5.1 Metode Pengamatan dan Pengukuran Kemampuan operasional alat tanam diamati pada saat dioperasikan di lapang, yaitu pada lahan siap tanam yang terdiri dari empat petak sawah yang telah diolah sedemikian rupa sehingga tanah bersih dari sisa-sisa tanaman.

36 24 Untuk mengetahui hasil kerja alat tanam, diperlukan pengamatan terhadap baris tanam, jumlah rumpun per lubang, kedalaman tanam, efisiensi lapang dan kecepatan maju alat. Pengukuran baris tanam, jumlah rumpun per lubang dan kedalaman tanam dilakukan sebanyak 5 kali ulangan tiap petak pada ukuran 1 x 1 m. Kecepatan maju alat dalam melakukan penanaman diukur dengan cara menghitung jumlah waktu yang dibutuhkan dalam menempuh jarak 10 m, sebanyak 4 kali ulangan tiap petak. Kapasitas lapang dihitung dengan cara menghitung waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penanaman pada areal tanam. Pengukuran dilakukan sebanyak empat kali ulangan (pada petak I, II, III dan IV). 5.2 Perhi tungan Efisiensi lapang merupakan perbandingan dari kapasitas lapang efektif terhadap kapasitas lapang teoritis yang dinyatakan dalam persen (Bainer, 1961). El = K.t.ktit Xl 0 0 % Kt90Iitis... (2)

37 25 Dimana; El K Efisiensi lapang (ha/jam) Kapasitas lapang (ha/jam) Kapasitas lapang teoritis adalah kemampuan kerja suatu alat di dalam suatu bidang tanah, jika mesin berjalan maju, sepenuh waktunya (100%) dan alat tersebut bekerja dalam lebar maksimum (100%). Kt=SXW (3 ) Dimana; Kt: kapasitas lapang teoritis (m 2 /det) S W kecepatan maju alat (m/det) lebar kerja efektif yang dihitung dari W = rued Dimana; n d banyaknya lajur tanaman jarak antar lajur tanaman Kapasitas lapang efektif adalah rata-rata dari kemampuan kerja alat di lapang untuk menyelesaikan suatu bidang tanah. Ke=A/t ( 4 ) Dimana; Ke:kapasitas lapang efektif (m 2 /det) A : 1 uas areal a tau bidang tanah (m 2 ) t :waktu kerja alat (detik) 6. Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman sangat penting dan berpengaruh pada hasil panen. Pemeliharaan meliputi;

38 26 penyulaman yang dilakukan pada hari ke-lima setelah tanam, pengairan dilakukan setelah tanam, air diberikan eukup menggenangi seluruh petak pereobaan setinggi kira-kira 2 em, penyiangan dilakukan dua kali tergantung banyaknya gulma, pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan obat saat benih mulai tampak atau selang waktu penyemprotan tujuh hari. 7. Pemanenan Kriteria panen adalah bila 75 % malai mengering dan kadar air gabah antara %. D. Tempat dan Waktu Penelitian Penanaman padi dilaksanakan di areal sawah infrastruktur, Leuwikopo, Darmaga, Bogor. Areal sawah terdiri dari empat petak dengan luas tiap petak ratarata 25 x 30 m. Layout lahan penelitian pada lampiranl. Pengukuran di lapang dilakukan di lahan sawah dan penguj ian sifat fisik-mekanik tanah di laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah, Jurusan Mekanisasi Pertanian, IPB. Budidaya tanaman padi mulai bulan Maret 1995 sampai bulan Juli Pengujian performansi alat tanam padi pada saat penanaman. Pengukuran awal sifat fisikmekanik pada bulan November 1994, kemudian pengukuran kedua pada bulan Juli 1995.

39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Keadaan Lahan Tanah areal pereobaan merupakan jenis tanah latosol eoklat kemerahan. Areal tersebut merupakan lahan asli dan lahan uruganyang dipadatkan. Pengamatan sifat fisik-mekanik terhadap lahan tersebut telah dilakukan pada Desember 1991, Agustus 1992, April 1993, September 1993 dan Maret Hasil pengamatan terakhir pada bulan Maret 1994 seperti pada tabel 2. Tahanan penetrasi hasil pengamatan sebelum pengolahan tanah pada Tabel 3 dan grafik hubungan kedalaman dengan cone indeks pada Gambar 2. Pengolahan tanah siap tanam dilakukan dengan empat perlakuan pada empat petak sawah. Petak I pengolahan dilakukan dengan eangkul manual sebanyak dua kali pada keadaan basah, meneapai kedalaman olah em. Kemudian dirotary satu kali agar terbentuk pelumpuran dengan baik sehingga kedalaman olah menjadi 20 em. Petak II diolah dengan rotary (keadaan basah) sebanyak empat kali sehingga meneapai kedalaman olah em. Petak III diolah dengan satu kali bajak singkal (basah) meneapai kedalaman em dan empat kali rotary (basah) meneapai kedalaman em. Petak IV diolah satu kali bajak piring (kering) dan dua kali rotary (basah) sehingga meneapai kedalaman olah 20-40em.

40 28 Untuk lebih jelasnya kondisi lahan saat penanaman seperti pada tabe14. Kedalaman olah petak I, II dan III yang meneapai kedalaman maksimum 25 em mengakibatkan sinkage berkisar antara em. Pada pengolahan tanah dengan traktor roda-4 memberikan efek sinkage pada alat tanam lebih besar yaitu em. Tabel 2. Kondisi awal sifat fisik mekanik tanah lahan Sifat'lsik mekanik tanab Porositas(%) Bulk. density (Wee) 1.01 Konduktivitas hidrolik (em/del) 1.77 x 10 4 Konsistensi a. Batas plastis (% h. Batas cair %) 7257 c. lndeks plastisitas %) Pemadatan a. Kadar air ootimum(% b. Berat isi kering maksimum (gfee) Kohesi tanah kgfcm2) Kekuatan!leser maksimurn pada: a. 05 kg cm2 b. 1.0 k cm2 c kl!i cm2 Petak I x Petak II x x x x ! I :;nat M,k mek."k tanah Porositas (% Bulk density (flicc 0.97 Konduktivitas hidrolik (cmldet 1.02 x 10 3 Konsistensi a. Batas plastis %) h. Batas cair % c. Indeks plas'~i'as (%) Pemadatan a. Kadar air optimum % h. Berat isi kerin2 maksimum (2fcc Kohesi tanab (kgtcm2) Kekuatan geser rnaksimum pada: a. O.5k";cm2 b. 1.0k";cm2 c kWcm2 Petak III x Petak IV x x x x I Keterangan : Petak I : Pengolahan tanab manuavtradisional Petak II : PengoJahan 13nab dengan traktor tangan 3 kali rotary (basah) Petak III : Pengolaban tanah dengan traktor tangan 1 kali bajak singlcal (baxah), 2 kali rotary (basah) Petak IV : Pengolaban tanah dengan traktor roda-4 1 kali bajak piring (kering), 2 kali rotary (basah)

41 29 Tabel 3. Kondisi awal tahanan penetrasi tanah Kedalaman Cone Indeks (kgf/cm2) (cml Petak I Petak II Petak III Petak IV lone Indeks (kgflcm2) 20 r 15" ~~~k3< 5 O~--~ -L L- ~ ~ ~ ~ o Kedalaman (cm) [ - Petak I --+- Petak II -Petak III ~P.t.k IV I Gambar 2. Grafik tahanan penetrasi

42 30 Tabel 4. Kondisi lahan saat penanaman Kondisi Laban Petak I Petak II Petak III Petak IV Ukuran (p x I) x x x x Tekstur tanah liat sangat Hat sangat balns liat sangat balns liat sangat balns balns Perlakuan Manual 4 x rotary 1 x bajaksingkal 1 x bajakpiring pengolahan 1 x rotary 4 x rotary 2 x rotary Kedalaman olah 13-20em em 20-25em 20 40cm Sinkage em em em em Alat tanam tipe riding tersebut dilengkapi dengan pelampung, sehingga meskipun pengolahan tanah eukup dalam (meneapai 40 em) tidak mengakibatkan alat tanam tenggelam. Terlihat bahwa sinkage roda alat tanam lebih keeil daripada kedalaman olah. Posisi pelampung dapat dilihat pada gambar alat tanam padi (lampiran 2). pelampung terdapat pada tiga bagian yaitu kiri, kanan dan tengah. Pelampung kiri dan kanan berukuran sarna, yaitu 68 x 38.8 em dan bagian tengah berukuran 75.2 x 35.4 em. B. Kondisi Pesemaian Benih disemai dengan eara penyemaian kering. Penyemaian terdiri dari empat perlakuan perendaman, yaitu benih direndam dalam air selama 8 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam. Penyemaian dilakukan dengan menggunakan seedling machine sebanyak enam kali ulangan untuk setiap

43 31 perlakuan. Karena ketersediaan box semaian tidak mencukupi, maka dibuat semaian pada lahan seluas m'. Mekanisme kerja seedling machine adalah seperti berikut; surnber tenaga dari engkol putar yang digerakkan dengan tenaga manusia. Penyaluran tenaga digunakan puli dan sabuk. Dalam hal ini sabuk digunakan untuk menyalurkan tenaga antara dua macam poros, yaitu poros untuk menjatuhkan benih dan poros untuk menggerakkan box semaian. Alat semai seperti pada garnbar 3 dan ~ 1II".~ 111 /'... "..:rr /' Garnbar 3. Alat semai (seedling machine) ~

44 32 Gambar 4. Mekanisme kerja alat semai pada penjatuhan benih Penggunaan benih per-box pada setiap perlakuan perendaman, jumlah benih rata-rata per-box pada ukuran 2 x 2 em dan day a tumbuh benih adalah seperti pada tabel 5. Tabel 5. Data penggunaan benih pesemaian Perlakuan I II III IV Berat (gram) Jml benih awal (butir) Jml benih hari ke-4

45 33 Gambar 5 menunjukkan keadaan benih siap semai dari ke-4 perlakuan, sedangkan distribusi penyebaran benih di box semaian seperti pada Gambar 6. Gambar 5. Keadaan benih siap semai Gambar 6. Penyebaran benih di box semaian

46 34 Diketahui bahwa ukuran box untuk panj ang x lebar adalah 58 x 25 em. Maka jumlah butir benih per box dengan melihat be rat rata-rata per box untuk masingmasing perlakuan adalah: I : , II : , III : , IV : Dari Tabel 1 didapat daya tumbuh benih pada masingmasing perlakuan adalah; perlakuan I : 60%, perlakuan II: 81.8%, perlakuan III : 90% dan perlakuan IV : 71.4%. Daya tumbuh benih yang berbeda-beda tersebut disebabkan karena perbedaan waktu perendaman yang mengakibatkan perbedaan panjang benih. Terlihat bahwa pada perlakuan perendaman 12 jam keeambah lebih pendek daripada perlakuan lainnya. Ukuran panjang benih berpengaruh pada intensitas keluaran benih dengan alat semai. Jika benih terlalu panjang, maka sulit menembus lubang penjatuhan sehingga mengakibatkan terpotongnya keeambah. benih Daya tumbuh benih makin keeil, apabila kerusakan benih yang terjatuh dalam box makin besar karena keeambah terpotong. Benih yang telah disemai dipindahkan setelah berumur 20 hari dengan tinggi bibit rata-rata untuk perlakuan I, 11,111, dan IV masing-masing adalah ; em, em, em dan em. Grafik daya tumbuh dan tinggi bibit dapat dilihat pada gambar 7.

47 o II III IV Ulangan _ Tlnggl blblt (om) ~ DaY" tumbuh (fo) Gambar 7. Grafik daya tumbuh dan tinggi bibit c. Penanaman Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur ±20 hari dengan menggunakan alat tanam padi (Rice Transplanter) dengan mengabaikan perlakuan persemaian. Jadi bibit yang telah disemai dianggap sarna keadaannya untuk ditanam, sedangkan kadar air rata-rata tanah semaian adalah 49.27%. Pola tanam yang digunakan seperti pada lampiran 2. Penanaman dengan menggunakan Rice Transplanter type riding merk Yanmar dengan daya 5.5 PS pada 3600 rpm. Dalam satu kali lintasan terdiri dari lima lajur penanaman. Gambar 9. Alat tanam padi seperti pada Gambar 8 dan Sedangkan gambar alat tanam beserta bagianbagiannya pada lampiran 3.

48 36 Gambar 8. Alat tanam padi (rice transplanter) Gambar 9. Alat tanam pada saat beroperasi

49 Mekanisme kerja alat tanam tersebut adalah; sumber tenaga berasal dari motor bensin dengan 37 kapasitas silinder Energi dari digunakan untuk menggerakkan poros melalui putaran poros dihubungkan dengan dua macam pertama digunakan untuk menjalankan papan engine kopel, as, as benih (seedling shelf) yang bergerak kiri-kanan. Sedangkan as yang kedua digunakan untuk memutar jari-jari tanam dari sproket yang dihubungkan dengan rantai. Jari-jari tanam akan menjepit bibit yang tersedia di papan benih. Papan benih bergerak secara lateral sesuai dengan perputaran jari-jari tanam. Gerakan papan benih diatur oleh mekanisme gigi ratchet. Menurut Tsuga (1992) skema penerusan day a pada alat tanam padi seperti pada Gambar 10. Kualitas hasil penanaman yang diamati adalah: hasil tertanam, jarak tanam, jumlah bibit per lubang, kedalaman tanam dan effisiensi lapang. a. Hasil tertanam Banyaknya bibit yang tertanam berpengaruh pada kerapatan tanaman padi. Kerapatan tanaman akan mempengaruhi hasil akhir, yaitu panen. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa, jumlah baris yang tertanam adalah petak I dan I II dengan 19 lintasan menghasilkan jumlah baris

50 pump change gears differential gears h III splice chnnge genr differential grlll's plnntlng clntch I r , I plnntlng device I I I I I r l r l I I I I I I I I I seedling feeding device I I planting mechanism I I I I I I I I I I J, I I J, I I I I ( feeding rn'te change genr I I planting finger I I I I oj, I I planting-fork I I I I I I I I I I cross feeding I L -' I I I I I I I longl tudlnal feeding I I I I I I I I I I L_:::::::::::::::::::::::::::::~ 1 Gambar 10. Skema penerusan daya alat tanam padi type riding (Tsuga, 1992)

51 39 tertanam 85 baris ditambah 10 baris headland, petak II dan IV dengan 21 lintasan menghasilkan jumlah baris 95 baris ditambah 10 baris headland. Keadaan baris tertanam dari hasil tersebut dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tertanam dalam keadaan baik (posisi bibit ) dan tertanam dalam keadaan kurang baik (posisi bibit 0-30 ). Hasil pengamatan keadaan tanam pada 1 X 1 m seperti pada tabel 6. Pada ukuran 1 x 1 m, jika jarak tanam 15 x 30 em seharusnya terdapat 28 lubang yang tertanami. Dari hasil tersebut prosentase rata-rata jumlah lubang yang tertanami adalah %. Tabel 6. Hasil pengamatan pada 1 X 1 m Petak Jumlah Keadaan Kurang tertanam baik baik I II III IV Dengan demikian prosentase rata-rata posisi tertanam dalam keadaan baik adalah 70.04% dan tertanam dalam keadaan kurang baik adalah 29.96%. Keadaan baris tertanam dengan rice transplanter seperti pada gambar 11.

52 40 h. Jarak tanam Jarak tanam sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman padi. Bila tanaman terlalu rapat per-satuan luas, maka akan terjadi kompetisi dalam mendapatkan unsur hara dan sinar matahari. Sebaliknya, jika tanaman terlalu jarang persatuan luas maka tanaman lain seperti gulma akan eepat pertumbuhan-nya karena sinar matahari dapat masuk ketempat yang tidak tertanami padi. Jarak tanam rata-rata tiap petak ha-sil pengamatan adalah seperti pada tabel 7. Tabel 7. Jarak tanam Petak I II III IV Jarak tanam X em X em X em X em Jarak tanam rata-rata yang didapat adalah X em. Penyete1an j arak tanam da1am lajur semula direneanakan 15 em dan jarak tanam dalam baris 30 em, ternyata hasil yang diperoleh menyimpang. Hal ini disebabkan tanah semaian terlalu lembek sehingga pada saat menjepit bibit, jari-jari tanam tergeser ke belakang mengakibatkan jarak tanam dalam lajur berkurang. Selain itu

53 41 penggunaan penanda baris yang kuranng tepat mengakibatkan jarak tanam antar baris tidak sesuai. Keadaan lahan pada saat penanaman seperti pada gambar 12. Gambar 11. Keadaan baris tertanam dengan a1at tanam Gambar 12. Keadaan lahan saat penanaman

54 42 c. Jumlah rumpun dan kedalaman tanam Banyaknya rumpun yang tertanam dalam satu lubang sangat berpengaruh pada pertumbuhan padi selanjutnya. Jumlah rumpun yang terlalu sedikit akan mempengaruhi hasil akhir yang rendah, karena populasi tanaman berkurang. Sebaliknya j ika jumlah rumpun yang tertanam terlalu banyak, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat, sebab persaingan dalam penyerapan unsur hara lewat akar maupun perolehan sinar matahari semakin besar sehingga tanaman padi tumbuh tidak sempurna. Demikian halnya dengan bibit yang ditanam bila terlalu dalam atau dangkal menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik. Penanaman yang terlalu dalam dapat menyebabkan batang tanaman mudah membusuk. Bibi t yang tertanam terlalu dangkal berakibat sistem perakaran kurang kuat, sehingga tanaman mudah rebah. Hasil pengamatan jumlah rumpun per lubang dan kedalaman tanam pada ukuran 1 x 1 m tertera pada Tabel 8. Hasil penanaman rata-rata adalah 3 rumpun per lubang dengan kedalaman tanam 4.23 em.

55 43 Tabel 8 Jumlah rumpun dan kedalaman tanam Petak Jumlah Kedalaman rumpun/lubang tanam (em) I II III IV d. Efisiensi lapang Hasil perhitungan efisiensi lapang berdasarkan data pengujian yang didapatkan seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil perhitungan efisiensi lapang alat tanam Petak I II III IV A (m 2 ) S (m/det) W (m) t (jam) KLT (ha/jam) KLE (ha/jam) EL (% ) Keterangan A S W luas lahan keeepatan maju lebar kerja penanaman

56 44 t KLT KLE EL total waktu kerja kapasitas lapang teoritis kapasitas lapang efektif efisiensi lapang Dari hasil tersebut diperoleh nilai efisiensi lapang alat sebesar 52.94%. Efisiensi lapang yang diperoleh cukup rendah, hal ini disebabkan terutama kondisi semaian dan waktu perbaikan. Waktu perbaikan yang cukup tinggi yaitu 27.37% dari seluruh waktu penanaman disebabkan karena tanah semaian yang banyak terdapat kotoran dari pupuk kandang yang tidak hancur menyebabkan jari-jari alat tanam sering macet karena terjepit kotoran tersebut, sehingga memperbesar waktu perbaikan. Waktu perbaikan dapat dikurangi, j ika kondisi semaian lebih baik. Kondisi semaian yang baik ditentukan oleh keadaan tanahnya. Tanah semaian seharusnya cukup halus dan bebas dari kotoran, butir-butir pupuk atau kerikil. Kadar air tanah semaian diusahakan tidak terlalu tinggi agar tanah semaian tidak lembek. Salah satu cara untuk memperbaiki kondisi semaian adalah dengan mengayak terlebih dahulu tanah semaian beserta pupuk yang akan diberikan, jika perlu dasar box semaian dilapisi kertas/spon sebelum tanah

57 45 diletakkan agar tegakan semaian lebih baik dan semaian lebih kuat. Besarnya slip yang terjadi diperhitungkan berdasarkan pada putaran roda be 1 akang alat tanam. Diameter roda belakang adalah 0.85 m, dan jarak yang ditempuh pada 5 kali putaran roda seperti pada tabel 10. Tabel 10. Data pengukuran putaran roda Jarak 5 x putaran I II III IV Roda (m) Ulangan Ulangan Ulangan Dengan demikian besarnya slip rata-rata yang terjadi pada petak I %, petak II : %, petak III % dan petak IV : 5.06 %. Kebutuhan semaian untuk petak I 15 box, petak II : 13 box, petak III: 16 box dan petak IV: 16 box. Rata-rata kebutuhan semaian adalah 15 box (pada luasan m 2 ). Maka kebutuhan semaian untuk 1 hektar lahan adalah 221 box. Alat tanam tipe riding ini cukup efisien dari segi waktu. Pada luasan tanam m 2 waktu yang diperlukan adalah 3390 detik (0.942 jam). Menurut hasil penelitian Setiyowati (1994)

METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai. a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah

METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai. a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah METODE PENELITIAN A. Rangkaian kegiatan Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah b. Pengolahan tanah c. Pesemaian d. Penanaman dan uji performansi

Lebih terperinci

ll. TINJAUAN PUSTAKA

ll. TINJAUAN PUSTAKA ll. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Padi Padi berasal dari dua benua : Oryza fatua koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainnya yaitu Oryza glaberrima steund berasal dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tanah areal pereobaan merupakan jenis tanah latosol

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tanah areal pereobaan merupakan jenis tanah latosol IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Keadaan Lahan Tanah areal pereobaan merupakan jenis tanah latosol eoklat kemerahan. Areal tersebut merupakan lahan asli dan lahan uruganyang dipadatkan. Pengamatan sifat fisik-mekanik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB III PERSIAPAN LAHAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran Menurut Williams et al. (1993) budidaya sayuran meliputi beberapa kegiatan yaitu pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Budidaya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH III. SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH Sifat morfologi tanah adalah sifat sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dari tanah

Lebih terperinci

ANAllSlS MASUKBN - KELUABAN ENERGI PADA PENANAMAN PAD! coryza Sativa L. I VARlETAS IR 64 DENGAM BEBERAPA PERLAKUAM PENGOLAHAM TA#AW

ANAllSlS MASUKBN - KELUABAN ENERGI PADA PENANAMAN PAD! coryza Sativa L. I VARlETAS IR 64 DENGAM BEBERAPA PERLAKUAM PENGOLAHAM TA#AW ANAllSlS MASUKBN - KELUABAN ENERGI PADA PENANAMAN PAD! coryza Sativa L. I VARlETAS IR 64 DENGAM BEBERAPA PERLAKUAM PENGOLAHAM TA#AW Oleh ENNY SETIYOWATI F 26. 1605 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium lapangan Leuwikopo jurusan Teknik Pertanian IPB. Analisa tanah dilakukan di Laboratorium Mekanika dan Fisika

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pembuatan Alat 3.1.1 Waktu dan Tempat Pembuatan alat dilaksanakan dari bulan Maret 2009 Mei 2009, bertempat di bengkel Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo,

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2010 sampai Februari 2011 di Laboratorium Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian Leuwikopo dan di Laboratorium Mekanika

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan,

TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap barhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

APLIKASI ALSINTAN MENDUKUNG UPSUS PAJALE DI NTB. Darwis,SP

APLIKASI ALSINTAN MENDUKUNG UPSUS PAJALE DI NTB. Darwis,SP APLIKASI ALSINTAN MENDUKUNG UPSUS PAJALE DI NTB Darwis,SP OUTLINE 1 PENDAHULUAN 2 - PENGENALAN ALAT 3 4 5 SISTEM PERSEMAIAN APLIKASI RICE TRANSPLANTER PENUTUP PENDAHULUAN Kegiatan penanaman memerlukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

broadcasting ) atau menancapkan biji di permukaan tanah.

broadcasting ) atau menancapkan biji di permukaan tanah. Penempatan biji atau umbi di dalam tanah pada kedalaman tertentu, secara acak atau menyebarkan biji dipermukaan tanah ( broadcasting ) atau menancapkan biji di permukaan tanah. Tujuan penanaman : Memperoleh

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari 27 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

IV. SIFAT FISIKA TANAH

IV. SIFAT FISIKA TANAH Company LOGO IV. SIFAT FISIKA TANAH Bagian 2 Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS SIFAT SIFAT FISIKA TANAH A. Tekstur Tanah B. Struktur Tanah C. Konsistensi Tanah D. Porositas Tanah E. Tata Udara Tanah F. Suhu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor I : Lokasi biji

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

PENANAMAN PADI A.DEFINISI

PENANAMAN PADI A.DEFINISI PENANAMAN PADI A.DEFINISI Penanaman padi adalah kegiatan peletakan tanaman atau benih tanaman dilahan untuk tujuan produksi. Dalam kontek ini diawali dari persemaian, penyiapan alat dan pelaksanaan penanaman

Lebih terperinci

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^ m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Agustus

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Agustus 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Agustus 2011. Percobaan dilakukan di lahan pertanaman tebu PT. Gunung Madu Plantations

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta wilayah Kelurahan Situgede, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor LOKASI PENGAMATAN

Lampiran 1. Peta wilayah Kelurahan Situgede, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor LOKASI PENGAMATAN L A M P I R A N Lampiran 1. Peta wilayah Kelurahan Situgede, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor LOKASI PENGAMATAN 50 Lampiran 2. Struktur Lahan Sawah Menurut Koga (1992), struktur lahan sawah terdiri dari: 1.

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PENANAM

ALAT DAN MESIN PENANAM ALAT DAN MESIN PENANAM Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji diatas permukaan tanah atau menanamkan tanah didalam tanah. Hal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi, III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung pipa paralon sebanyak

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

B. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I

B. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I Pertemuan ke-6 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi,

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi, 30 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi, Lampung Timur 2. Air yang berasal

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oriza sativa) adalah salah satu jenis serealia yang umumnya dibudidayakan melalui sistem persemaian terlebih dahulu. Baru setelah bibit tumbuh sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA A. TA AH Istilah tanah (soil) berasal dari kata latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Tanah dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. Gambar 5. Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Lempung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai dengan bulan Desember 2013. Penelitian dilakukan di kebun percobaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa Kampung Baru Bandar Lampung. Pengambilan sampel tanah menggunakan karung dan cangkul

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =

Lebih terperinci

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanah Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat. Pengamatan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara = V U Massa Padatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih dari 25 spesies, dan dipanen, tumbuhan padi akan langsung mati (Ina, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih dari 25 spesies, dan dipanen, tumbuhan padi akan langsung mati (Ina, 2007). TINJAUAN PUSTAKA Padi Padi adalah tanaman sejenis rumput-rumputan yang merupakan sumber bahan makanan pokok untuk masyarakat indonesia. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang berbasis pertanian umumnya memiliki usaha tani keluarga skala kecil dengan petakan lahan yang sempit. Usaha pertanian ini terutama

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Konsistensi Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat

Lebih terperinci

Pertemuan ke-10. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

Pertemuan ke-10. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa Pertemuan ke-10 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan dalam pembuatan model tanggul adalah tanah jenis Gleisol yang berasal dari Kebon Duren, Depok, Jawa Barat.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sifat Fisik Tanah. 1. Tekstur Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sifat Fisik Tanah. 1. Tekstur Tanah TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Fisik Tanah 1. Tekstur Tanah Menurut Haridjadja (1980) tekstur tanah adalah distribusi besar butir-butir tanah atau perbandingan secara relatif dari besar butir-butir tanah. Butir-butir

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum

Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum Penyusun E. Eko Ananto Dadan Ridwan Ahmad Trip Alihamsyah Penyunting Sunihardi Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Dasar agronomy " penanaman"

Dasar agronomy  penanaman Dasar agronomy " penanaman" Kegiatan penanaman merupakan salah satu langkah dalam budidaya tanaman. Dalam penanaman ada dua macam cara, yaitu langsung ditanam pada media tanam dan melalui pesemaian terlebih

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian 19 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama sepuluh bulan, dimulai pada bulan Januari 2012 hingga September 2012. Penelitian dilaksanakan di tiga tempat yang berbeda,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pengumpulan Data Penelitian dimulai dari melakukan studi pustaka tentang embung dan megumpulkan data-data yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini seperti mengumpulkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian Bengkel Metanium, Leuwikopo, dan lahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik 26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai pada bulan April 2010 sampai bulan Maret 2011 yang dilakukan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor untuk kegiatan pengomposan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa

III. METODE PENELITIAN. paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa III. METODE PENELITIAN A. Pekerjaan Lapangan Lokasi pengambilan sampel tanah organik ini berada di Rawa Seragi, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung pipa paralon sebanyak tiga buah

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti,

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti, III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah pasir menggunakan tabung pipa paralon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Padi Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia (Marlina,2012), Batang pada tanaman padi beruas-ruas yang di dalamnya berongga (kosong), biasanya

Lebih terperinci