BAB I PENDAHULUAN. dan kerukunan. Akan tetapi, secara sosiologis, agama justru sering
|
|
- Yenny Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap agama secara normatif selalu mengajarkan kebaikan, cintakasih dan kerukunan. Akan tetapi, secara sosiologis, agama justru sering memperlihatkan wajah konflik yang tak kujung reda, ketegangan dan kerusuhan. Sebagai contoh adalah konflik yang terjadi baru-baru ini di Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, Minggu (6/2/2011) antar umat Islam, yakni mereka yang menganut faham Ahmadiyah dan yang mengaku menjaga kemurnian agama Islam, serta sejumlah konflik atas nama agama dibeberapa daerah lainnya. Konflik-konflik tersebut berakibat kerugian yang besar baik berupa material maupun nyawa, moral dan immaterial. Di Indonesia terdapat banyak agama diantaranya; Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Menurut data statistik (tahun 1990), 87,21 % penduduk Indonesia adalah muslim, 6,04 % Protestan, 3,58 % Katolik, 1,83 % Hindu, 1,03 % Budha dan 0,31 % Animis. Dengan demikian agama Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia. Banyaknya agama yang dianut oleh bangsa Indonesia membawa persoalan hubungan antar penganut agama. Pada mulanya persoalan timbul karena penyebaran agama (Djohan, 1985 : 170). Setiap agama, terutama Islam dan Kristen sangat mementingkan masalah penyebaran agama. Karena masing-masing pemeluk merasa memiliki kewajiban untuk menyebarkannya, 1
2 2 masing-masing yakin bahwa agamanyalah satu-satunya kebenaran yang menyangkut keselamatan di dunia dan diakhirat. Oleh karena itu sangat wajar apabila mereka sangat terpanggil untuk menyelamatkan orang lain lewat ajakan memeluk agama yang diyakininya, ketegangan dalam penyebaran agama timbul ketika dilakukan pada masyarakat yang telah atau menganut agama tertentu. The Wahid Institute dalam Laporan Kebebasan Beragama/ Berkeyakinan dan Toleransi Tahun 2010 menyebutkan, kasus-kasus pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan yang terjadi selama tahun 2010 berjumlah 63 kasus atau rata-rata 5 kasus perbulan. Pelanggaran tertinggi terjadi pada bulan Januari (12 kasus), Agustus (8 kasus) dan September (7 kasus). 1 Berikut grafik pelanggaran menurut bulan: Jika dilihat korban pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan pada tahun ini, paling banyak dialami kelompok yang dianggap sesat dan jemaat rumah ibadah yang dinilai bermasalah. 1 Laporan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan dan Toleransi Tahun 2010
3 3 Dari data di atas, yang dimaksud dengan komunitas yang diduga sesat adalah mereka-mereka yang melakukan praktek-praktek yang dianggap menodai agama tertentu. Dalam kasus ini korban paling banyak dialami warga Ahmadiyah 15 kasus. Sementara yang dimaksud rumah ibadah dan jemaatnya adalah berbagai rumah ibadah dari berbagai agama yang dilarang dibangun atau dilarang digunakan baik karena masalah perijinan maupun masalah lain. Dan kasus paling banyak dialami oleh gereja HKBP 10 kasus. Dari data tersebut membuktikan bahwa intoleransi antar umat beragama di Indonesia ternyata masih sering terjadi. Buktinya masih adanya konflik antar umat beragama, maupun sesama umat beragama. Padahal negeri yang terkenal dengan semangat Bhineka Tunggal Ika-nya ini selalu berupaya menjadikan lambang tersebut sebagai gambaran akan kerukunan dalam kemajemukan suku, agama dan budaya. Umat beragama kini semakin tidak terbebaskan dari proses perubahan yang demikian cepat dan cair ini. Beragam literatur mencatat, segera setelah Indonesia mengalami masa transisi menuju demokrasi tiba, ekspresi
4 4 keagamaan muncul demikian beragam, misalnya pada orientasi spiritual (Howell; 2005) atau politik (baca: Islam) (Azra; 2006, Abuza; 2007). Dari sejumlah bukti diatas, penulis berupaya mencari apakah dari sekian banyak konflik atas nama agama di negeri yang cukup luas ini, masih menyisakan satu wilayah yang hingga kini masih melestarikan warisan nilainilai kerukunan antar umat beragama. Peneliti mendapati Dusun Ngepeh, Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Dusun Ngepeh berada diwilayah paling selatan Kabupaten Jombang. Secara umum adanya sejarah yang menyebutkan bahwa kultur masyarakat Jombang, yakni ijo dan abang diyakini menciptakan masyarakatnya menjadi bersifat moderat, egaliter, pragmatis, dan terbuka pada hal-hal baru. Ijo bermakna kaum agamis atau santri dan abang bermakna nasionalis. Keadaan itu juga didukung oleh banyaknya pondok pesantren (ponpes) di Jombang. Para santrinya tidak hanya berasal dari wilayah Jawa Timur, tetapi juga dari luar Pulau Jawa dengan latar belakang kultur berbeda. Menurut data Pemkab Jombang tahun 2002, paling sedikit terdapat 50 ponpes yang masing-masing memiliki santri di atas 50 orang. Dari seluruh ponpes itu, ada empat ponpes besar yang didirikan sejak akhir abad ke-19, yakni Ponpes Tebuireng, Tambakberas (Bahrul Ulum), Rejoso (Darul Ulum) dan Denayar (Mambaul Ma arif). Selain bersikap terbuka terhadap nilai-nilai baru, masyarakat Jombang yang religius juga telah lama mengenal model toleransi antarpemeluk agama, bahkan sejak masa pemerintahan Kolonial Belanda.
5 5 Menurut Bupati Jombang periode tahun , H Suyanto, keadaan seperti itu masih bisa ditelusuri hingga saat ini. 2 "Hanya sekitar lima kilometer dari Ponpes Tebuireng, di wilayah Kecamatan Mojowarno, berdiri bangunan Gereja Kristen Jawi Wetan. Sejak tahun 1800-an, wilayah itu sekaligus menjadi cikal bakal penyebaran salah satu aliran dalam agama Kristen tersebut ke seluruh Indonesia," ujar Suyanto. Selain itu, Suyanto juga mencontohkan masyarakat Dusun Ngepeh, Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, yang terdiri dari tiga penganut agama besar di Indonesia, yaitu Islam, Kristen, dan Hindu. "Masyarakat di sana sudah lama hidup bersama. Mereka bahkan mendirikan tiga rumah ibadat masing-masing secara berdampingan. Selama ini belum pernah terjadi konflik berlatar agama di Jombang," tambah Suyanto. Dusun Ngepeh berpenduduk jiwa. Dari jumlah tersebut, 70 persen atau jiwa beragama Islam, 20 persen atau 93 jiwa beragama Kristen dan Katolik, serta 10 persen atau 55 jiwa beragama Hindu. Dusun yang terletak paling selatan Jombang itu juga memiliki sejumlah tempat ibadah, yakni 7 musolla atau langgar, 1 masjid, 2 buah gereja dan 1 pura. Lokasi masjid, gereja dan pura cukup berdekatan. Tiga bangunan tersebut hanyalah dipisahkan oleh sebuah sungai yang memiliki lebar sekitar 10 meter dan dihubungkan oleh sebuah jembatan yang besar. Dengan jarak yang sangat dekat sangat memungkinkan satu tempat dengan tempat ibadah lainnya terlihat jelas. Lebih-lebih jika masing-masing pemeluk agama saling melakukan ritual peribadatan "Ijo Abang" Masyarakat Jombang
6 6 Contoh konkrit dari kerukunan di Dusun Ngepeh yakni bila terdapat warga meninggal dunia. Semisal, jika yang meninggal orang beragama Islam, maka seluruh warga dusun ikut takziah baik yang beragama Kristen maupun Hindu. Mereka bahu membahu membantu prosesi pemakaman. Begitu juga sebaliknya, jika ada orang Kristen meninggal dunia, maka umat Islam, Hindu, dan lainnya juga datang melayat. Area permakaman di dusun Ngepeh juga berada dalam satu komplek. Tidak tampak pembedaan signifikan antara makam Kristen, Islam atau Hindu. Hanya saja, jika yang meninggal orang Islam maka mayatnya membujur arah utara-selatan. Akan tetapi jika yang meninggal orang Kristen, maka mayatnya membujur arah timur-barat. Kalau yang meninggal umat Hindu, maka jenazahnya juga membujur arah utara-selatan. Tapi tempatnya masih satu area. Dengan memiliki multi-agama dan kepercayaan, seperti Islam, Kristen dan Hindu, Budha, masyarakat Dusun Ngepeh hidup berdamping dan berkomunikasi satu sama lain. Meskipun masyarakatnya mayoritas menganut agama Islam (70%), tetapi mereka hidup rukun dengan masyarakat non agama Islam (30%). Secara umum, kerukunan antar umat beragama masyarakat dusun Ngepeh sudah terjalin baik sejak lama. Masyarakat antara pemeluk agama satu dengan yang lainnya saling hidup berdampingan dan saling bekerjasama. Mereka bersatu untuk membangun desa seperti desa lainnya mulai dari kerja bakti secara gotong royong membangun rumah dan tempat ibadah.
7 7 Untuk menuju Dusun Ngepeh sangatlah mudah, karena lokasi dusun ini dilintasi jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Malang dan Jombang. Dengan sebagian masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, lokasi Dusun Ngepeh berada ditengah-tengah sawah dimana rumah penduduk saling berdekatan dan saling berhadap-hadapan dengan dipisahkan oleh jalan desa. Dengan tatanan tersebut cukup memungkinkan mereka bisa dengan mudah untuk saling berinteraksi antar sesama. Harapan kerukunan tersebut agar terus terjalin dengan baik dan tetap dapat dipertahankan, maka para tokoh masyarakat setempat membentuk satu paguyuban yang mereka beri nama Paguyuban Budi Luhur. Melalui lembaga tersebut, mereka berharap dapat menjalin persatuan dan kesatuan antar umat beragama menuju hidup yang rukun damai dan sejahtera. Semula penduduk Ngepeh menyoritas beragama Islam, meski terdapat sebagian kepala keluarga yang beragama Kristen, yakni pengikut aliran Jawi Wetan. Umumnya mereka menganut Kristen karena mengikuti nenek moyangnya dimana agama tersebut merupakan peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda. Setelah peristiwa pemberontakan PKI tahun 1965, jumlah penduduk yang beragama Kristen makin meningkat, hingga dibangunnya dua gereja di Dusung Ngepeh. Sementara masuknya agama Hindu baru terjadi sekitar tahun 1980-an yakni dibawa oleh Nur Alim Wahyudi. Dia adalah warga asli Dusun Ngepeh yang lama merantau keluar desa dari sejak tahun 1960-an kemudian kembali lagi kekampung halamannya mendirikan padepokan pengobatan tradisional
8 8 sambil menyebarkan Agama Hindu. Hingga pada akhirnya mendirikan pura bersama pengikutnya. Pengakuan sejumlah warga dan sebagian besar tokoh agama dan masyarakat, adanya hubungan kekerabatan antar sesama penduduk menyatukan mereka dalam kehidupan sosial masyarakat yang rukun dan damai. Meski kepercayaan dan keyakinan agama mereka berbeda. Hubungan kekerabatan tersebut juga membuat interaksi sesama warga mudah terjalin. Hubungan kekerabatan itu menjadikan warga yang tinggal di Dusun Ngepeh bukanlah masyarakat pendatang. Namun masyarakat yang masih mempunyai pertalian persaudaraan. Kehidupan masyarakat Dusun Ngepeh berpedoman kepada sistem nilai-nilai budaya warisan nenek moyangnya, seperti sistem perkawinan adat, sistem, pola pemukiman tradisional dan sistem kemasyarakatan. Dewasa ini sistem-sistem tersebut masih terpelihara, dipertahankan dan dijadikan landasan sosial bagi kehidupan antarumat beragama. Menurut Ferdinand Tonnies, hubungan-hubungan positif antar manusia memiliki dua sifat hubungan, yakni Gemeinschaft (paguyuban) dan Gesellschaft (patembayan). 3 Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama anggota-anggotanya yang diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Bentuk Gemeinschaft dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan. 3 Johnson, Doyle Paul Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid I. Jakarta: \Gramedia.
9 9 Menurutnya, Gemeinschaft adalah sebagai situasi yang berorientasi nilai nilai, aspiratif, memiliki peran, dan terkadang sebagai kebiasaan asal yang mendominasi kekuatan sosial. 4 Jadi baginya secara tidak langsung Gemeinschaft timbul dari dalam individu dan adanya keinginan untu memiliki hubungan atau relasi yang didasarkan atas kesamaan dalam keinginan dan tindakan. Individu dalam hal ini diartikan sebagai pelekat/perekat dan pendukung dari kekuatan sosial yang terhubung dengan teman dan kerabatnya (keluarganya), yang dengannya mereka membangun hubungan emosional dan interaksi satu individu dengan individu yang lain. Status dianggap berdasarkan atas kelahiran, dan batasan mobilisasi juga kesatuan individu yang diketahui terhadap tempatnya di masyarakat. Tonnies memaparkan Gemeinschaft adalah bentuk-bentuk kehendak, baik dalam arti positif maupun negatif yang berakar pada manusia dan diperkuat oleh agama dan kepercayaan, yang berlaku di dalam bagian tubuh dan prilaku atau kekuatan naluria. Tonnies membedakan Gemeinschaft menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Gemeinschaft by blood, yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau keturunan. Contoh : Kekerabatan. 2. Gemeinschaft of placo, yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan sehingga dimungkinkan untuk dapat saling tolong-menolong. Contoh : RT dan RW 3. Gemeinschaft of mind, yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ideology atau pikiran yang sama. 4 Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, Prenada Media Group, 2007, hal 27
10 10 Bentuk nyata dari Gemeinschaft yang ada di Dusun Ngepeh yakni terbentuknya Paguyuban Budi Luhur. Paguyuban tersebut dibentuk karena memang diikat oleh kesamaan batin, yakni saling mengindamkan kehidupan selalu rukun dan besifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga sifat nyata dan organis, 5 sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk peguyuban terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya. Sementara Gesellschaft 6 atau patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam fikiran belaka (imaginary), serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk Gesellschaft terutama dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal-balik, misalnya ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industri dan lain sebagainya. Mata pencaharian penduduk Ngepeh mayoritas 70 persen bersumber dari pertanian dan memungkinkan terjadinya sistem kekerabatan matrilineal bertahan. Dimana masyarakat mayoritas bertahan hidup dengan mengandalkan hasil pertanian. Oleh karena itu lahan menjadi sangat urgen sekali dalam menjaga keseimbangan sistem kekerabatan matrilineal secara 5 Ferdinand Tonnies anda Charles P.Loomis: Gemeinschaf and Gesellshaft dalam Reading in Sosiology, editor Alfred Mc Clung Lee, cetakan ke-5, Barnes & Noble College Outline Series, 1960, halaman 82 dan seterusnya. 6 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, cetakan ketigapuluh satu, Maret 2001, halaman 144.
11 11 umum. Mengikuti pemikiran Weber (1986) bahwa tindakan yang bersifat tradisional sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tradisional yang mengitarinya. Tetapi individu akan cenderung mengarah berpikir rasional dalam mencapai harapan-harapan yang lebih besar. Tindakan berpikir secara rasional inilah yang dikatakan sebagai tindakan untuk bisa maju seperti diungkapkan oleh Mc Clelland (1994) sebagai need for achievement. Sedangkan Durkheim mengatakan sebagai perubahan dari kondisi solidaritas organik menjadi solidaritas mekanik yang ditandai dengan tingkat kesadaran kolektif masingmasing anggota masyarakat. Need for achievement menurut Mc Clelland (1994) tumbuh dari sikap pribadi dan kebudayaan. Pribadi meliputi dorongan yang muncul dari dalam diri individu sedangkan kebudayaan merupakan nilai dan norma yang melekat ke dalam pribadi. Dengan demikian keinginan pribadi untuk berprestasi merupakan manifestasi dari kebudayaan yang dianut oleh individu. Disinilah yang dimaksud oleh Parsons (1986) sebagai proses penyesuaian diri individu dalam menghadapi perubahan yang terjadi dilingkungannya. Proses penyesuaian ini menurut Merton (1986) terjadi melalui tahap disfungsional atau munculnya fungsi manifes dan laten dari struktur sosial. Masyarakat Dusun Ngepeh sebagai masyarakat yang berada di pinggiran kota memungkinkan terjadinya perubahan dalam fungsi-fungsi sistem sosial. Namun perubahan tersebut berjalan dalam tahap-tahap seperti yang diungkapkan oleh Parsons (1986) dan Merton (1986) tersebut.
12 12 Di Dusun Ngepeh, salah satu contoh bentuk kerjasama dan kerukunan yang setiap tahunnya rutin dilakukan dalam momen-momen keagamaan yakni dapat saat Hari Raya Kurban atau Idu Adha. Warga non Islam, yakni Kristen dan Hindu mereka selalu ikut membantu menyubangkan hewan kurban untuk disembelih secara bersama-sama. Meski pembeliannya dilakukan secara urunan. Kegiatan itu dilakukan mengantisipasi jika tidak terdapat warga yang berkurban. Saat menyembelihnya pun mereka non muslim ikut serta dalam kepanitiaan membaur bersama warga muslim. Dari latar belakang itu, tidaklah berlebihan penelitian tentang model landasan sosial antarumat beragama dalam memelihara kerukunan dan ketertiban ini sangat urgen untuk dilakukan. Peneliti tertarik meneliti tentang adanya hubungan kekerabatan dalam keberbedaan kepercayaan agama dapat membangun kerukunan antar umat beragama. Serta bagaimana pola interaksi yang terjalin dalam sistem kekerabatan itu sehingga tercipta kerukunan antar umat beragama. Desa Ngepeh hingga kini mewujudkan kerukunan antar umat beragama. Dalam perpektif teori Tonnis kerukunan itu disebabkan oleh dimensi Gesellschaft. Artinya faktor latar kesamaan sosial historis kekerabatan menjadi penyebab terjadinya kerukunan. Jika demikian betulkah determinasi Gesellschaft teori ini mampu mengatasi persoalan-persoalan agama?
13 13 2. Fokus dan Rumusan Masalah Berdasarkan dasar pemikiran di atas, secara lebih khusus studi ini berusaha menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1] Betulkah Gemeinschaft (nilai-nilai masyarakat paguyubanan) menjadi penyebab kerukunan antar umat beragama di Dusun Ngepeh? 2] Apakah betul kesamaan Gemeinschaft menjadi perekat sosial dalam keragaman agama masyarakat Dusun Ngepeh, Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang? 3. Tujuan Penelitian Penelitian ini diarahkan dalam tiga tujuan, yaitu: 1] Untuk mengetahui proses sosial yang dapat mendorong terjadinya suasana rukun dalam komposisi masyarakat heterogen yang terjadi di Dusun Ngepeh, Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. 2] Menggali dan menemukan landasan interaksi sosial atau kerjasama antarumat beragama dalam memelihara kerukunan dan ketertiban masyarakat dalam hubungan kekerabatan. 3] Merumuskan dan menemukan model interaksi sosial antarumat beragama dalam memelihara kerukunan dan ketertiban masyarakat, sehingga bisa diambil manfaatnya untuk mengembangkan pola yang sama pada wilayah lain
14 14 4. Manfaat Penelitian Secara umum manfaat penelitian ini, Pertama, sebagai kontribusi terhadap dunia akademis mengenai persoalan kerukunan umat beragama. Kedua, memberikan cakrawala pandang masyarakat Indonesia semakin terbuka dan dewasa dalam menyikapi setiap persoalan yang rawan konflik. Ketiga, penelitian ini juga berguna bagi pembinaan dan pengembangan kerukunan dan keharmonisan masyarakat beragama baik internal umat beragama maupun antar umat berbeda agama. Selain itu, hasil penelitian juga memberikan kontribusi kepada pengambil kebijakan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri nomor: 9 tahun 2006 dan nomor: 8 tahun 2006 tentang pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadah.
BAB II KAJIAN PUSTAKA. samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk semacam itu yakni yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Desa Pertanian Desa merupakan suatu daerah yang dijadikan tempat tinggal masyarakat yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian bersumber dari alam. Di
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA A. Relasi antarumat Islam dan Kristen di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Kondisi relasi Islam-Kristen berbasis kerukunan di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota
Lebih terperinciTUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA
TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
Lebih terperinciBAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN. A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar
BAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar Nasional Adapun bentuk kerukunan umat beragama Islam dan umat beragama
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika
44 BAB IV ANALISIS A. Kualitas Tingkat Toleransi Pada Masyarakat Dukuh Kasaran, Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Toleransi antar umat beragama, khususnya di Indonesia bertujuan untuk menumbuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang
63 BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor yang Melahirkan Konflik Berdasarkan pemaparan landasan teoritis tentang konflik antar agama di atas. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian
195 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terhadap penduduk Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan tentang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kebudayaan Tradisional Masyarakat Desa Konsep kebudayaan tradisional mengacu pada gambaran tentang cara hidup (way of life) masyarakat desa yang belum dirasuki oleh penggunaan
Lebih terperinciSosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07
MODUL PERKULIAHAN Kelompok & Organisasi Sosial Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 07 MK61004 Nurwidiana, SKM MPH Abstract Mata kuliah ini merupakan pengantar bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Identifikasi Masalah Manusia entah sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam lingkup kehidupannya. Manusia akan selalu berhadapan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS
13 BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS A. Geografi Kelurahan Terkul adalah kelurahan yang terletak di samping kota Batupanjang kecamatan Rupat, dengan status adalah sebagai
Lebih terperinciKELOMPOK SOSIAL GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI
KELOMPOK SOSIAL GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI Definisi Kelompok Sosial 1. Menurut Soerjono Soekanto, kelompok adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Durkheim membagi
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Solidaritas Sosial Pengertian solidaritas sosial berasal dari dua pemaknaan kata yaitu solidaritas dan sosial. Solidaritas sosial merupakan perasaan atau ungkapan dalam sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural yang masyarakatnya memiliki beragam suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman tersebut dapat memunculkan sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beberapa macam suku, adat istiadat, dan juga agama. Kemajemukan bangsa Indonesia ini secara positif dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Solidaritas sosial menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat
Lebih terperinciSOSIOLOGI KOMUNIKASI
Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Fakultas ILMU KOMUNIKASI Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT www.mercubuana.ac.id Masyarakat dan Pembagian
Lebih terperinciKelopok Sosial. Fitri dwi lestari
Kelopok Sosial Fitri dwi lestari 2 HASRAT MANUSIA SEJAK LAHIR 1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya 2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja
13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia secara umum adalah masyarakat yang plural atau beraneka ragam baik warna kulit, suku, bahasa, kebudayaan dan agama. Dari komposisi masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. hakikat suku bangsa, agama, ras dan golongan dalam masyarakat juga memiliki latar
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagai bangsa dengan masyarakat yang manjemuk, maka untuk mencapai suatu masyarakat dapat hidup berdampingan dengan berbagai yang berbeda
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU
BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU Pluralisme adalah sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin memungkirinya, kehidupan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan hasil penelitian pada BAB IV peneliti dapat merumuskan kesimpulan dan rekomendasi untuk berbagai pihak. A. Simpulan 1. Simpulan Umum Masyarakat Dusun Kalibago merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang
Lebih terperinciKONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA
KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA Dosen : Drs.Tahajudin Sudibyo N a m a : Argha Kristianto N I M : 11.11.4801 Kelompok : C Program Studi dan Jurusan : S1 TI SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal jika berbicara tentang identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat multidimensional. Kemajemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga
Lebih terperinciSOSIOLOGI PERTANIAN ( )
SOSIOLOGI PERTANIAN (130121112) Aspek Sosial Desa (2) Pertemuan ke-6 Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu menemukan perbedaan aspek sosial desa-desa di Indonesia Pendahuluan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas
Lebih terperinciLETAK ADMINISTRATIB LAMONGAN
PETA LAMONGAN LETAK ADMINISTRATIB LAMONGAN SECARA GEOGRAFIS KABUPATEN LAMONGAN TERLETAK ANTARA 6 51 54 SAMPAI DENGAN 7 23 6 LINTANG SELATAN DAN ANTARA 112 4 41 SAMPAI DENGAN 112 33 12 BUJUR TIMUR, DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Namun demikian sebagai mahluk biologis merupakan individu yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN. 1. Solidaritas Sosial sebagai Kekuatan dalam Hubungan Kekerabatan dan
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN 1. Solidaritas Sosial sebagai Kekuatan dalam Hubungan Kekerabatan dan Perkawinan Masyarakat Aimoli Masyarakat di kampung Aimoli meyakini bahwa mereka adalah satu keluarga
Lebih terperinciBAB V KELOMPOK SOSIAL
BAB V KELOMPOK SOSIAL 5.1 Pengantar Dalam sosiologi mempelajari kelompok sosial dalam arti bentukbentuk kehidupan bersama sangat penting, karena kehidupan bersama manusia mendapat perwujudannya dalam kelompok-kelompok
Lebih terperinciDALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:
A. DEFINISI AGAMA 1. Mennurut KBBI : suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan (dewa & sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiba-kewajiban yang bertalian dengan ajaran itu 2. Atau seperangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama (Young:1959, dalam Soerjono
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari
Lebih terperinciKELOMPOK SOSIAL OLEH : LIA AULIA FACHRIAL, M. SI
KELOMPOK SOSIAL OLEH : LIA AULIA FACHRIAL, M. SI Pendahuluan Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk sellau hidup dengan orang lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut. Fenomena ini misalnya terlihat pada kasus penganut ajaran Sikh yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengakuan terhadap 6 agama resmi di Indonesia membawa dampak tersendiri bagi penganut agama yang tidak termasuk dalam kategori agama yang diakui tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Modul ke: 03Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Identitas Nasional Wibisono SH MSi Program Studi Akuntansi Tujuan Perkuliahan Mampu menjelaskan: A. Pengertian Identitas Nasional B. Parameter
Lebih terperinciBAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Desa Tajau Pecah Desa Tajau Pecah adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Desa yang berpenduduk laki-laki
Lebih terperincid. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.: Ä Ä Ä TAHUN 2003 TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PEMBERIAN HADIAH/ UANG DI KECAMATAN DIWEK OLEH CALON ANGGOTA DPRD
BAB III PELAKSANAAN PEMBERIAN HADIAH/ UANG DI KECAMATAN DIWEK OLEH CALON ANGGOTA DPRD A. Keadaan Daerah dan Masyarakat di Kecamatan Diwek Kecamatan diwek adalah merupakan salah satu dari beberapa Kecamatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
178 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh beberapa temuan penelitian yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Berikut
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN Setelah penulis mengumpulkan data penelitian di lapangan tentang toleransi antar umat beragama di kalanga siswa
Lebih terperinciBAB IV TEMUAN PENELITIAN. A. Bentuk-bentuk Harmoni Sosial Keagamaan. informan diketahui bahwa ada beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan
BAB IV TEMUAN PENELITIAN A. Bentuk-bentuk Harmoni Sosial Keagamaan Dari hasil observasi dilapangan dan hasil wawancara kepada informan diketahui bahwa ada beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
Lebih terperinciPERBEDAAN ADA UNTUK MENJADI BUMBU PEMERSATU DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
ESSAY STUDY EXCURSIE PERBEDAAN ADA UNTUK MENJADI BUMBU PEMERSATU DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT OLEH: FRANSISCA RISNY OKTAVIA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 061211132046 UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012 http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
Lebih terperincicara damai dan tanpa paksaan maupun kepentingan pribadi.
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab pembahasan, penulis membuat kesimpulan dan saran bagi masyarakat Kecamatan Onanrunggu terkhusus yang beragama Islam. 1.1 Kesimpulan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL
PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis Program Studi D. MACHDUM FUADY, S.H., M.H. Akuntansi www.mercubuana.ac.id 1. PENGERTIAN. 2. PARAMETER. 3. UNSUR-UNSUR PEMBENTUK. 4. SEBAGAI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu
Lebih terperinciKELOMPOK SOSIAL DI MASYARAKAT
Tokoh Tujuan Pembelajaran Peta Konsep Pengantar Materi Pustaka KELOMPOK SOSIAL DI MASYARAKAT Materi Sosiologi Kelas XI Bab 1. Kurikulum 2013 Sosiologi SMAN 1 Cibeber Cikotok 3/2/2016 SOSIOLOGI SMAN 1 CIBEBER
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA a. Realitas Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Banyutowo Indonesia adalah negara multi etnis, multi kultur dan multi
Lebih terperinciSTUDY EXCURSIE TEMA : DIALOG PERADABAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA : KEBHINEKAAN, ETNISITAS, GAYA HIDUP, DAN SOLIDARITAS SOSIAL TERBUKA
STUDY EXCURSIE TEMA : DIALOG PERADABAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA : KEBHINEKAAN, ETNISITAS, GAYA HIDUP, DAN SOLIDARITAS SOSIAL TERBUKA LAMONGAN, 13-14 OKTOBER 2012 OLEH : Sayyidati Aqilah 051211132033 FAKULTAS
Lebih terperinciMEMBANGUN RASA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA MELALUI STUDY EXCURSIE
MEMBANGUN RASA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA MELALUI STUDY EXCURSIE Oleh : Aisyah Fauziah Anshori (131211132017) Mahasiswa Fakultas Kaperawatan Angatan 2012 Universitas Airlangga Bangsa Indonesia adalah
Lebih terperinciCiri dan Syarat Kelompok Sosial
KELOMPOK SOSIAL Rahayu Ginintasasi Pengertian Kelompok Sosial Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat kemudian lahirlah kelompok-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik dalam hal suku, adat istiadat, bahasa, budaya, bahkan agama. Berdasarkan penjelasan atas Penetapan Presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rosania Mega Fibriana, 2014 Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia selalu memiliki keinginan untuk hidup bersama, meskipun mereka berbeda. Mengutip pendapat Aristoteles manusia merupakan makhluk sosial atau sering disebut zoon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi budaya baru yang perlahan masuk di kehidupan. yang dibawa oleh warga pendatang di Kampung Sawah tidak berhasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman modern ini budaya lama sudah mulai luntur dan berkembang menjadi budaya baru yang perlahan masuk di kehidupan masyarakat Kota Bekasi. Namun seiring waktu
Lebih terperinciBAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,
BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua, masyarakat tradisional dan masyarakat yang sudah modern. Masyarakat tradisional adalah masyarakat
Lebih terperinciBAB II KONDISI MASYARAKAT DESA BALONGDOWO
BAB II KONDISI MASYARAKAT DESA BALONGDOWO A. Letak Geografis Desa Balongdowo Desa Balongdowo merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Desa Balongdowo Kecamatan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kasikan Desa Kasikan berada di Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yang mempunyai luas 22.700 ha yang terdiri dari 4 dusun dan 11 RW dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat
Lebih terperinciANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN
Fani Julia Putri, Analisis Konflik Antara Masyarakat Dengan Perhutani ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN Fani Julia Putri 1, Bunyamin Maftuh 2,Elly Malihah
Lebih terperinciMATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 8 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA Pancasila Material ; Filsafat hidup bangsa, Jiwa bangsa, Kepribadian bangsa, Sarana tujuan hidup bangsa, Pandangan
Lebih terperinciBAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini
BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Melihat kondisi solidaritas dan berdasarkan observasi, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara universal (tanpa dipandang suku, etnis, stratifikasi sosial maupun agamanya) merupakan salah satu makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah dari Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yaitu:
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kasikan Desa Kasikan berada di Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yang mempunyai luas 22.700 ha yang terdiri dari 4 dusun dan 11 RW dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pada tanggal 24 juli tahun Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal dari
BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kecamatan Tasik Putri Puyu Kecamatan Tasik Putri Puyu merupakan Kecamatan yang dibentuk pada tanggal 24 juli tahun 2012. Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal
Lebih terperinciBAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan
BAB IV Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan Jika kita kembali melihat kehidupan jemaat GKJW Magetan tentang kebudayaan slametan mau tidak mau gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis agama.(koran Tempo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki sekitar 500-an suku bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, agama dan ras yang hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Agama dan Masyarakat Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta sehingga
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Karenakerukunanmempertemukanunsur-unsur yang berbeda, sedangkantoleransimerupakansikapataurefleksi.tanpakeruknan,
BAB IV ANALISIS A. Keharusan Toleransi Pandangan masyarakat Desa Kolam Kanan berbeda dengan pandangan para akademisi dalam hal melihat makna tolernasi. Bagi akademisi bahwa antar kerukunan dengan toleransi
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis Menurut data dari Kantor Kelurahan, Desa Sumbermanjingkulon terbagi menjadi dua Dukoh (daerah pemerintahan), yaitu Dukoh Dusun Krajan dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG RANTAU PANJANG KUCHING SARAWAK. Secara umum Kampung Rantau Panjang termasuk dalam kawasan
17 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG RANTAU PANJANG KUCHING SARAWAK A. Letak dan Aksesibilitas Secara umum Kampung Rantau Panjang termasuk dalam kawasan Batu Kawa lama yang terletak 17.4 km dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti
231 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti rumuskan suatu kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum
Lebih terperinciTEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL
II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis KelurahanMaharatu Desa Swamedyaialah desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam hal dana modal sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya dilakukan bagi setiap manusia dalam masyarakat untuk terus berinteraksi. Sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kunci dalam hidup bermasyarakat ialah interaksi, karena memang sudah menjadi hal yang seharusnya dilakukan bagi setiap manusia dalam masyarakat untuk terus
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dari beribu-ribu pulau tersebut Indonesia memiliki berbagai suku, ras, agama,
Lebih terperinciESSAY INDAHNYA TOLERANSI DALAM PERBEDAAN
ESSAY INDAHNYA TOLERANSI DALAM PERBEDAAN DISUSUN OLEH : AMALIA GHASSANI W. ( 071211531031 ) DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL 1 DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 2013 http://madib.blog.unair.ac.id
Lebih terperinciSTUDY EXCURSIE PERBEDAAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA: KEBHINEKAAN, ETNISITAS, GAYA HIDUP, DAN SOLIDARITAS SOSIAL TERBUKA
STUDY EXCURSIE PERBEDAAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA: KEBHINEKAAN, ETNISITAS, GAYA HIDUP, DAN SOLIDARITAS SOSIAL TERBUKA MANGATUR YOSAFITA NATASSYA SIANTURI FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK SOSIOLOGI 071211433002
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang
Lebih terperinci