MODELANALISIS GEO-SPASIAL PENENTUAN JALUR TRANSPORTASI INDUSTRI CRUDE PALM OILMENGGUNAKAN ALGORITMA DJIKSTRA
|
|
- Siska Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODELANALISIS GEO-SPASIAL PENENTUAN JALUR TRANSPORTASI INDUSTRI CRUDE PALM OILMENGGUNAKAN ALGORITMA DJIKSTRA I Ketut Gunarta 1 ; Eriyatno 2 ; Anas Miftah 3 ; Fauzi; B.S. Kusmuljono 4 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Gedung Teknik Industri ITS, Sukolilo, Surabaya 2, 3, 4 Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor PO Box 220, Bogor, ABSTRACT Product transportationforcrude palm oil is a complex problem. The complexity is caused by the spread of the location of the oil palm plantationsand mills, the current and potential transportation network, the capacity constraint of each oil factory, the perishable characteristics of the product, the limited of port and port capacity which also depends on their geographical location and the supply fluctuation from plantationsto the factories due to their age.this paper will give an alternative solution which has not yet discussed in the earlier publications by providing a decision alternative related to product transportation from oil mills to ports using GIS based network analyst. The solution is a decision support system that integrate GIS and shortest path model. Spatial decision support system which has built have the capability to accomodate transportation network condition to find the best path from oil mills to the portswhich can be used for further decision making.this research shows that the short distance is not always as the fastest path and the lowest cost due to the condition of the network. The selection of development strategy in CPO agroindustry and the improvement of transportation infrastructures will be able to improve the performance of CPO industry significantly. Keywords: GIS, Crude Palm Oil, Spatial Analysis Model ABSTRAK Transportasi produk CPO merupakan permasalahan yang kompleks. Kompleksitas permasalahan disebabkan oleh sebaran lokasi dari kebun kelapa sawit (KKS) dan pabrik CPO (PKS), jaringan transportasi eksisting, kendala kapasias masing-masing pabrik, karakteristik perishable dari produk, keterbatasan pelabuhan dan kapasitasnya yang juga bergantung dengan lokasi geographisnya serta fluktuasi pasokan dari kebun kelapa sawit ke pabrik yang dipengaruhi oleh umur tanaman.makalah ini memberikan alternatif solusi yang belum didiskusikan pada publikasi-publikasi yang adadengan menyediakan alternatif keputusan transportasi produk dari pabrik ke pelabuhan menggunakan network analyst berbasis GIS. Solusinya adalah sistem pendukung keputusan yang mengintegrasikan model GIS dengan model shortest path. Sistem pendukung keputusan berbasis spasial yang dibangun ini memiliki kapabilitas untuk mengakomodasi kondisi jaringan transportasi untuk menemukan jalur terbaik dari pabrik CPO menuju ke pelabuhan muat untuk digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan lebih lanjut. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa jarak yang terpendek tidak selalu merupakan jalur yang tercepat dan termurah karena kondisi jaringan transportasi yang ada. Pemilihan strategi pengembangan agroindustri CPO yang mempertimbangkan kondisi jaringana transportasi dan peningkatan infrastruktur transportasi akan dapat meningkatkan kinerja industri CPO secara signifikan khususnya pada area kajian yang dilakukan. Kata kunci: GIS, Crude Palm Oil, Model Analisis Spasial Modelanalisis Geo-Spasial (I Ketut Gunarta; dkk) 1
2 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan industri minyak kelapa sawit (crude palm oil CPO) di Indonesia dan Malaysia telah mampu merubah peta perminyakan nabati dunia dalam waktu singkat. Pada tahun 1985, produksi minyak sawit Indonesia baru mencapai 1,3 juta ton. Namun, pada tahun 2007 dengan cepat produksi CPO Indonesia telah berhasil melampaui total produksi CPO Malaysia (Akyuwen & Sulistyanto, 2010; Edser, 2010; Syaukat, 2010). Menurut data dari Kementrian Perdagangan RI (2011), hasil produksi CPO Indonesia pada tahun 2011 yang baru saja berlalu sebesar 23 juta ton. Dari angka tersebut, 17,5 juta ton diekspor ke berbagai negara dengan China sebagai pembeli utama. Dengan harga per ton pada akhir tahun tersebut mencapai lebih dari USD 1,000 (Kurniawan, 2011) maka nilai pendapatan dari sektor CPO mendekati 150 triliun. Saat ini Indonesia dan Malaysia menghasilkan 83% dari total produksi minyak kelapa sawit dunia dan menguasai 89% ekspor global (Edser, 2010). Meskipun Industri kelapa sawit saat ini telah menjadi salah satu sumber pendapatan penting bagi Indonesia dan masyarakatnya, namun masih cukup banyak tantangan yang belum berhasil diatasi dengan baik terkait dengan industri ini. Tantangan tersebut datang baik dari dalam maupun luar Indonesia. Dari dalam negeri sendiri, tantangan paling utama yaitu dari ketersediaan infrastruktur pelabuhan dan transportasi untuk kemudahan pengapalan hasil produksi (Supriyadi, 2010; Ashari, 2011). Petani masih mengalami kesulitan membawa hasil panennya sehingga kuantitas maupun kualitas produksi menjadi tidak optimal. Di negara tetangga misalnya Malaysia, ketersediaan sarana infrastruktur yang baik memberi kemudahan bagi para petani mengangkut hasil panennya untuk dijual kembali. Tantangan kedua, berasal dari luar Indonesia terkait isu lingkungan. Pada tahun 2010, telah ditandatangani letter of intent (LOI) antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Norwegia, di mana disebutkan bahwa izin baru konversi hutan alam dan gambut dihentikan selama dua tahun dimulai pada Januari Artinya, dengan pembatasan lahan baru bisa menghambat ekspansi produksi kebun sawit (Wilkinson & Rocha, 2008). Pengembangan industri maupun lebih spesifik lagi untuk industri agro, bagaimanapun akan terkait dengan masalah lokasi dan alokasi. Lokasi dalam hal ini merujuk pada dimana aktivitas produksi tersebut berada di permukaan bumi atau letak geografisnya (Chapman, 2009). Sementara alokasi merujuk pada seberapa baik industri tersebut dapat memenuhi permintaan yang ada dari posisinya tersebut (Sommer & Wade, 2006). Seberapa baik industri dapat melayani permintaan yang ada tentu saja sangat bergantung dengan kondisi jaringan transportasi yang berkorelasi terhadap waktu dan biaya transportasi. Biaya transportasi sendiri menurut Beenhakker (2010) memiliki kontribusi terhadap total biaya produk yang cukup besar. Hampir 30 persen dari total harga pokok produk CPO maupun produk-produk agroindustri lainnya merupakan biaya distribusi dan transportasi. Permasalahan pabrik menuju ke pelabuhan muat merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:sebaran dari kebun kelapa sawit, kapasitas dari kebun kelapa sawit yang bervariasi, sebaran dan kapasitas dari pabrik CPO, kondisi jaringan transportasi yang ada serta karakteristik yang perishable dari produk. Melihat kompleksitas dari permasalahan yang ada, diperlukan sebuah sistem yang dapat membantu mengambil keputusan baik yang bersifat strategik maupun operasional bagi para pemangku kepentingan yang terkait agar dapat meningkatkan keunggulan bersaing dari agroindustri minyak kelapa sawit ini. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun model yang dapat digunakan untuk menentukan jalur transportasi yang terbaik untuk pengiriman CPO melalui pelabuhan muat dengan 2 INASEA, Vol. 13 No.1, April 2012: 1-11
3 mengakomodasi atribut spasial dari kebun kelapa sawit (KKS), pabrik CPO (PKS), Jaringan Jalan dan Pelabuhan Muat. METODE Tahapan Penelitian Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode systemprototyping (Turban, Sharda et al., 2011). Prototyping merupakan metode pengembangan sistem yang melibatkan proses pembentukan model (versi) sistem secara iteratif untuk menghasilkan sistem yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pendekatan seperti ini merupakan implementasi dari konsep think small strategize big dari Turban et al.(2011). Metode ini menekankan pada aspek pencapain produk akhir secepat mungkin. Setelah diimplementasikan untuk pertama kalinya, prototipe sistem dapat segera dievaluasi oleh pengguna untuk memastikan apakah sudah memenuhi kebutuhan atau belum. Tahapan-tahapan dalam penelitian untuk membangun prototipe sistem pendukung keputusan pengembangan agroindustri CPO berbasis spasial ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. Gambar 1 Tahapan penelitian rancang bangun prototipe sistem pendukung keputusan pengembangan agroindustri berbasis spasial Kerangka Pemikiran Pengembangan industri tidak terkecuali agro-industri minyak kelapa sawit, pada akhirnya harus dapat memberikan value yang optimal bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) yang ada. Upaya pengembangan untuk meraih value yang optimal inimau tidak mau harus mempertimbangkan masalah lokasi dan alokasi. Lokasi dalam hal ini merujuk pada dimana aktivitas produksi tersebut berada di permukaan bumi atau letak geografisnya (Chapman, 2009). Sementara alokasi merujuk pada seberapa baik industri tersebut dapat memenuhi permintaan yang ada dari lokasi atau posisinya tersebut (Sommer and Wade, 2006). Seberapa besar value atau nilai yang dicapai oleh entitas usaha dalam rantai nilai agro-industri minyak kelapa sawit ini, ditentukan oleh seberapa baik entitas usaha itu dapat melayani permintaan yang ada. Upaya untuk memperoleh alokasi yang optimal dari sumber pasokan kebun kelapa sawit (KKS) menuju ke pabrik minyak kelapa sawit (PKS) dan seterusnya menuju ke industri pengolahan berikutnya atau pelabuhan muat, pelabuhan tujuan akhirnya sampai ke pelanggan bergantung Modelanalisis Geo-Spasial (I Ketut Gunarta; dkk) 3
4 dengan banyak hal, antara lain: (1) letak geographis dari masing-masing entitas usaha yang terlibat, (2) kondisi jaringan transportasi dan komunikasi yang menghubungkan antara entitas, serta (3) kapasitas dan permintaan akan produk yang ada. Tidak seperti industri lain yang mengolah bahan baku non pertanian, kapasitas produksi agro-industri ini sangat bergantung dengan sumber pasokan yang dinamis atau merupakan fungsi dari waktu. Biaya transportasi yang mengkonsumsi kurang lebih 30% dari biaya produk agroindustri (Beenhakker, 2010) dan merupakan non value added cost (Hilton, 2009) diupayakan untuk diminimalkan sebagai bahan pertimbangan untuk merancang konfigurasi rantai nilai yang optimal. Gambaran dari kerangka pemikiran dalam penelitian ini yang berupaya untuk memperoleh jalur transportasi produk industri CPO yang terbaik, secara diagramatis dapat dlihat pada Gambar 2 berikut ini. Kerangka pemikiran ini sekaligus menjadi kerangka sistem pendukung keputusan yang akan dibangun dalam penelitian. MULAI Peta Lokasi KKS Peta Lokasi Pabrik CPO Peta Lokasi Pelabuhan Peta Jalur Transportasi Eksisting Basic Digital Map Wilayah Peta Tematik Lainnya Layering Data Overlay Data Tabular Relation Viewing Shape File Algoritma Djikstra Analisis Spasial View Informasi View Teranalisis SELESAI Gambar 2 Kerangka pemikiran 4 INASEA, Vol. 13 No.1, April 2012: 1-11
5 Model yang digunakan untuk menentukan lintasan yang terbaik dari pabrik CPO menuju ke pelabuhan muat adalah model heuristik menggunakan algoritma Djikstra. Gambar 3 berikut ini menunjukkan langkah-langkah utama pada algoritma Djikstra (Chou, 1996) yang ditampilkan dalam bentuk diagram alir. Mulai Identifikasi node asal dan tujuan sebagai V1 dan V2 Tetapkan V1 sebgai T Node Tetapkan T Node sebagai Permanen dan update status record set Identifikasi node tentatif yang terhubung ke V1 yang memiliki bobot terendah dan tetapkan sebagai T Node T Node = V2? Berdasarkan informasi pada record set, kerjakan sampai diperoleh V1. Node node ini merepresentasikan rute terbaik Selesai Gambar 3 Algoritma Djikstra untuk Penentuan Jalur Terbaik Tata Laksana Penelitian ini menggunakan data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh melalui metode wawancara, survey, dan Focus Group Discussion (FGD). Pengumpulan data sekunder diperoleh dari BPS, Bakosutranal, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah, Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit dan CPO.Pengumpulan data spasial terkait dengan beberapa node kebun, pabrik CPO dan jaringan jalan dilakukan dengan menggunakan teknologi GPS seperti yang terlihat pada Gambar 4 berikut ini. Sementara untuk peta daerah dan jalan diolah dari peta yang diperoleh dari Bakosutranal dan digitasi dari peta yang tersedia. Modelanalisis Geo-Spasial (I Ketut Gunarta; dkk) 5
6 SATELIT GPS ANTENNE GPS DATA FORMAT CONVERSION MODUL PENGENDALI GPS GIS DATA STORAGE WAYPOINT UNTUK KEBUN, PABRIK, PELABUHAN DAN PELANGGAN Gambar 4 Teknik Pengumpulan Data dengan Teknologi GPS HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan Model Gambaran Sistem Secara lengkap sistem rantai usaha agroindustri crude palm oil (CPO) digambarkan pada Gambar 5 berikut ini. Perkebunan Kelapa Sawit Pabrik Kelapa Sawit Pelabuhan Asal Pelabuhan Tujuan Industri Hilir CPO Pasar i = Indeks Kebun Kelapa Sawit w = Indeks Pelabuhan Muat l = Indeks Pelabuhan Tujuan j = Indeks Pabrik CPO h = indeks untuk industri hilir m = Indeks untuk pasar Gambar 5 Rantai Usaha Agroindustri CPO 6 INASEA, Vol. 13 No.1, April 2012: 1-11
7 Kebun kelapa sawit (KKS) menghasilkan tandan buah segar sebagai bahan baku pabrik minyak kelapa sawit (MKS). Tandan buah segar yang dihasilkan, sangat bergantung dengan umur dari tanaman tersebut. 3 tahun setelah penanaman, KKS dapat menghasilkan rata-rata sekitar 7 ton per ha nya dan naik terus sampai tahun ke 12 sekitar 28 ton per ha. Selanjutnya produktivitas tanaman kelapa sawit akan menurun secara gradual sampai tahun ke 25 hanya menghasilkan sebesar 17 ton per ha nya. Setelah umur 25 tahun, tanaman kelapa sawit sudah tidak dimungkinkan untuk dipanen karena terlalu tinggi. Setiap ton produk minyak kelapa sawit secara normal membutuhkan kurang lebih 5 ton tandan buah segar (TBS) dengan kualitas yang sesuai dengan persyaratan (Pahan, 2010). Minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh PKS selanjutnya dikirimkan ke pelanggan untuk diproses lebih lanjut melalui pelabuhan-pelabuhan pemuatan yang terdekat dengan lokasi pabrik. Lokasi pelabuhan muat yang ada di Indonesia secara geographis pada umumnya berjarak cukup jauh dari PKS dan memiliki infrastruktur transportasi yang pada umumnya juga belum memadai dibandingkan dengan konstribusi dari komoditas ini terhadap pendapatan Negara. Rancangan Basis Data Sistem penunjang keputusan pengembangan agroindustri CPO terbangun oleh sistem basis data yang teridiri dari beberapa entitas yang saling terhubung. Keterkaitan antar entitas yang membangun sistem basis data dengan atribut-atribut yang penting digambarkan pada Gambar 6 berikut ini. Entitasentitas yang terdapat pada rantai usaha seperti yang tergambarkan pada Gambar 5 akan menjadi layer pada GIS yang dibangun. Jalan PK Propinsi ID_Propinsi Nama_Propinsi Kabupaten PK,FK1,FK2,FK3 ID_Kabupaten FK5 FK4 ID_Propinsi ID_KKS ID_PKS ID_Jalan ID_Jalur PK FK2 ID_Jalur ID_Kabupaten Nama_Jalur Longitude Lattitude Length Kondisi Biaya KecMax Max Berat PK FK5 KKS ID_KKS ID_Kabupaten Nama_KKS Longitude Lattitude Luas_Areal Tahun_Tanam Produktivitas_KKS PK ID_Umur Produktivitas PK FK2 PKS ID_PKS ID_Kabupaten Nama_PKS Longitude Lattitude Kapasitas_Produksi Alat_Angkut PK ID_Alat_Angkut Kapasitas Kecepatan_Max Biaya Tahun PK ID_Tahun Tahun Supply KKS FK2 ID_KKS FK3 ID_Tahun FK4 ID_Umur SP KKS PKS FK1 ID_KKS FK2 ID_PKS ID_AlatAngkut FK4 ID_Jalur Cost FK3 ID_Alat_Angkut SP PKS PORT FK2 ID_PKS FK1 ID_Pelabuhan ID_AlatAngkut FK4 ID_Jalur Cost FK3 ID_Alat_Angkut Pelabuhan PK ID_Pelabuhan Nama_Pelabuhan Lattitude Longitude Kedalaman Loading Rate Unloading Rate Kapasitas Tanki Gambar 6 Keterkaitan antar Entitas Pembangun Basis Data Sistem Alokasi Gambar 7 berikut ini memperlihatkan sebaran kebun kelapa sawit, pabrik kelapa sawit dan pelabuhan pada lokasi kajian. Terdapat 29 area perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh masyarakat, swasta maupun BUMN seluas ha dan 13 pabrik kelapa sawit dengan total Modelanalisis Geo-Spasial (I Ketut Gunarta; dkk) 7
8 kapasitas sebesar 595 ton per jam. Sebanyak 3 pelabuhan utama yang melayani pengiriman produk keluar dari daerah tersebut untuk diproses lebih lanjut menjadi produk-produk hilir. Lokasi Studi Î Î Î N W E S Kilom eters Gambar 7 Sebaran KKS, PKS dan Pelabuhan serta Jaringan Transportasi Jaringan transportasi jalan dibagi menjadi beberapa ruas atas dasar kesamaan kesamaan atribut yang dimiliki terkait dengan kondisi jalan yang dimiliki. Atas dasar kesamaan atribut tersebut terdapat 118 ruas jalan dengan kondisi sebagaimana yang tertera pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Kondisi Ruas Jalan pada Lokasi Kajian KONDISI RUAS JALAN JUMLAH KECEPATAN Sangat Baik 18 >70 Baik Rusak 48 <50 TOTAL 118 Sebagaimana yang tergambar pada Gambar 8, Pabrik CPO tersebar secara geographis dan berada di dekat pusat-pusat perkebunan kelapa sawit agar waktu yang dibutuhkan untuk memasok tandan buah segar bisa secepat mungkin sehingga kualitas bahan tetap terjaga dengan baik. Namun,tidak semua fasilitas-fasilitas yang ada terjangkau oleh jaringan transportasi yang ada dalam radius waktu pengiriman yang optimal. Gambar 8 Analisis Proximity Jaringan Transportasi terhadap Fasilitas 8 INASEA, Vol. 13 No.1, April 2012: 1-11
9 Dengan menggunakan model argoritma Djikstra, dengan asumsi kondisi seperti yang ada saat penelitian dilakukan, maka diperoleh jalur-jalur terbaik dari kebun kelapa sawit menuju ke pabrik pengolahan dan dari pabrik menuju ke pelabuhan. Jalur terbaik dalam hal ini dibagi menjadi beberapa kriteria, yaitu: jalur terpendek, jalur tercepat dan jalur termurah. Hasil analisis jalur terbaik dengan menggunakan algoritma Djikstra ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.atas dasar hasil yang ada, ternyata jalur yang terpendek di lokasi penelitian tidak selalu sama dengan jalur tercepat dan termurah yang disebabkan oleh kondisi jalan yang ada. Berdasarkan analisis proximity dan jarak yang telah dilakukan, ternyata area terdekat belum tentu menghasilkan jarak yang terbaik karena ternyata tidak ada jaringan transportasi yang saat ini menghubungkan antara fasilitas dan event yang ada. Oleh karena itu, berdasarkan gambaran yang diperoleh, sebaiknya Pemerintah dapat melakukan pengembangan infrastruktur secara tepat sehingga kinerja industri CPO di daerah kajian menjadi lebih optimal. Tabel 2 Jalur Terbaik dari Pabrik ke Pelabuhan Muat untuk Masing-masing Keriteria JARAK (M) P1 P2 P3 WAKTU (JAM) P1 P2 P3 BIAYA (RP/TON) P1 P2 P3 PKS , , ,070 PKS PKS , ,310 88,428 PKS , , ,608 PKS PKS , ,249 94,243 PKS 09 56, , ,561 PKS PKS 09 39, ,658 95,281 PKS 10 60, , ,265 PKS PKS 10 39, ,213 58,579 PKS , , ,162 PKS PKS 12 80,893 54,623 58,832 PKS 13 3, , ,085 PKS PKS 13 2, ,903 53,726 PKS 14 3, , ,998 PKS PKS 14 1, ,451 53,999 PKS 15 10, , ,782 PKS PKS 15 5, ,776 60,124 PKS 16 25, , ,509 PKS PKS 16 15, ,131 63,804 PKS , , ,666 PKS PKS 17 70, ,512 62,333 PKS , , ,559 PKS PKS 18 43,208 61,426 48,112 PKS , , ,284 PKS PKS 19 85,553 36,257 90,457 PKS , , ,981 PKS PKS 20 79,893 24,742 84,796 Terbaik sesuai kriteria Hasil perhitungan dengan menggunakan algoritma Djikstra diperoleh bahwa berdasarkan kriteria jarak, 85% pabrik kelapa sawit lebih dekat mengirim produknya melalui pelabuhan P1, 15% melalui pelabuhan P2 dan 0% melalui pelabuhan P3. Berdasarkan kriteria waktu, 46% pabrik yang ada di daerah kajian lebih cepat jika mengirim hasil produksinya melalui pelabuhan muat P1, 15% melalui pelabuhan P2 dan 38% melalui pelabuhan P3. Sementara dengan menggunakan kriteria biaya pengiriman per ton produk, 54% pabrik yang ada lebih murah mengirim melalui pelabuhan P1, 23% melalui pelabuhan P2 dan 23% melalui pelabuhan P3. PENUTUP Indonesia merupakan negara penghasil CPO terbesar di Dunia, namun, pengembangan industri ini masih menghadapi beberapa kendala yang kritikal. Salah satu kendala utama adalah terkait denganketersediaan dan buruknya kualitas infrastruktur transportasi yang ada untuk mendukung distribusi produk yang dihasilkan. Kondisi ini berakibat pada tingginya biaya yang tidak memiliki nilai tambah. Model analisis spasial dapat digunakan sebagai pendukung dalam pengambilan keputusan pengembangan agroindustri dengan efektif dan efisien karena karakteristik permasalahan yang ada terkait dengan geographical location dan geographical network. Atas dasar analisis spasial pada network yang ada antara pabrik menuju ke Pelabuhan, diperoleh bahwa Pelabuhan P1 memiliki nilai pilihan mayoritas pabrik yang ada karena faktor Modelanalisis Geo-Spasial (I Ketut Gunarta; dkk) 9
10 kedekatan, waktu dan biaya yang terendah. Hal ini dikarenakan infrastruktur transportasi relatif lebih baik dibandingkan dengan jalur menuju pelabuhan P2 dan P3. Namun, apabila dilihat dari kapasitas pelabuhan yang ada, pelabuhan P1 memiliki keteterbatasan kapasitas kapal yang dapat berlabuh karena kedalaman perairan pelabuhan. Disamping itu pelabuhan P1 juga memiliki keterbatasan kapasitas tanki timbun yang tidak mungkin dapat melayani kebutuhan mayoritas pabrik di wilayah kajian. Pengembangan infrastruktur transportasi yang tepat akan memberikan akses yang sama bagi petani untuk menjual produknya dengan kualitas dan harga yang bersaing dengan perusahaanperusahaan perkebunan besar.pada akhirnya,ketersediaan dan keterandalan infrastruktur transportasi ini akan dapat memberikan pemerataan ekonomi bagi masyarakat. Analisis spasial yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa di wilayah kajian masih memiliki ketidakseimbangan antara produksi TBS dengan kapasitas pabrik yang tersedia. Hal ini menunjukkan bahwa ada peluang untuk investasi pabrik pengolahan minyak kelapa sawit (PKS) di daerah kajian tersebut. Pendirian PKS pada wilayah kajian akan mengurangi jumlah TBS yang harus diangkut ke daerah lain yang jauh yang mengakibatkan penurunan kualitas dan harga. Saran Pemerintah pusat maupun daerah sebaiknya segera mengembangkan jaringan dan infrastruktur transportasi ke arah pelabuhan P2 dan P3 secara efektif agar beban pada pelabuhan P1 dapat berkurang dan total biaya transportasi turun. Makalah ini masih berfokus pada pencarian jalur eksisting yang terbaik untuk agroindusri CPO. Penelitian berikutnya masih terbuka untuk menentukan jumlah supply yang optimal dari masing-masing node ke node-node tahapan berikutnya berdasarkan hasil analisis jalur terbaik yang diperoleh pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Akyuwen, R., & Sulistyanto, A. I. (2010). The dynamics of Indonesia s crude palm oil export. Asian Forum on Business Education Conference. IPB, Bogor. Ashari, A. H. (2011). Infrastruktur, soko guru industri sawit. Info Sawit, 5(12), Beenhakker, H. L. (2010). Issues in agricultural marketing strategy. World Bank, Discussion Paper, Transportation Issues Series No. TRP7. Chapman, K. (2009). Industrial location. Elsevier. Chou, Y. H. (1996). Exploring spatial analysis in GIS. Onword Press. Edser, C. (2010). Growth in Malaysian & Indonesian palm oil production. Focus on Surfactants 2010(4): 2. Hilton, R. W. (2009). Managerial accounting: Creating value in a dynamic business environment. New York: McGraw-Hill. Kurniawan, I. E. (2011). Hijaukan bumi dengan menanam pohon sawit. Jakarta: Mitra Media Nusantara. 10 INASEA, Vol. 13 No.1, April 2012: 1-11
11 Pahan, I. (2010). Panduan lengkap kelapa sawit. Jakarta: Penebar Swadaya. Sommer, S., & Wade, T. (Eds). (2006). A to Z GIS: An illustrated dictionary of geographic information systems. Esri Press. Supriyadi. (2010). Tantangan industri CPO Indonesia. Harian Ekonomi Neraca. Jakarta. Syaukat, Y. (2010). Menciptakan daya saing ekonomi dan lingkungan industri kelapa sawit Indonesia. Agrimedia, 15(1), Turban, E., & Sharda, R., et al. (2011). Decision support and business intelligence systems. New Jersey: Pearson. Wilkinson, J., & Rocha, R. (2008). Agro-industries trends, patterns and developmental impacts. Global Agroindustries Forum, Improving Competitiveness and Development Impact, New Delhi. Modelanalisis Geo-Spasial (I Ketut Gunarta; dkk) 11
ABSTRACT. Keywords: GIS, Spatial Decision Support System, Spatial Simulation, Industrial Development, CPO.
ABSTRACT I KETUT GUNARTA. The Design of Spatial Based Decision Support Model in Crude Palm Oil Industry Development. Under supervision of ERIYATNO, ANAS M. FAUZI and B.S. KUSMULJONO. Industrial development
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INDUSTRI CRUDE PALM OIL BERKELANJUTAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GEO-SPATIAL MULTICRITERIA DECISION ANALYSIS
PENGEMBANGAN INDUSTRI CRUDE PALM OIL BERKELANJUTAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GEO-SPATIAL MULTICRITERIA DECISION ANALYSIS I Ketut Gunarta 1), Eriyatno 2), Anas Miftah Fauzi 2), B.S. Kusmuljono 2) 1) Jurusan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri minyak kelapa sawit (crude palm oil CPO) di Indonesia dan Malaysia telah mampu merubah peta perminyakan nabati dunia dalam waktu singkat. Pada tahun
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem yang melibatkan parameterparameter penting yang diperlukan dalam pengambilan keputusan pengembangan agroindustri
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANG BANGUN MODEL 4.1.1 Konfigurasi Sistem Industri CPO Sistem industri CPO memiliki elemen-elemen yang banyak, begitu pula dengan rantai pasoknya. Elemen-elemen penyusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal mengenai penelitian yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi, serta sistematika
Lebih terperinciRANCANG BANGUN MODEL PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI CRUDE PALM OIL BERBASIS SPASIAL I KETUT GUNARTA
RANCANG BANGUN MODEL PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI CRUDE PALM OIL BERBASIS SPASIAL I KETUT GUNARTA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ii PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
Lebih terperinciLampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5
Lampiran 2 Data Harga Komponen.Lp2 Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3 Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5 Lampiran 6 Menghitung MTTF Menggunakan Minitab
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun
BAB I PENDAHULUAN Penelitian menjelaskan bagaimana sistem informasi manajemen rantai pasok minyak sawit mentah berbasis GIS dirancang. Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian unggulan di negara Indonesia. Tanaman kelapa sawit dewasa ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.
PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk memacu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional Indonesia dalam jangka panjang, tentunya harus mengoptimalkan semua sektor ekonomi yang dapat memberikan kontribusinya
Lebih terperinciBoks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model
Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.
Lebih terperinciMetodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit
Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena
Lebih terperinciOptimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill
Petunjuk Sitasi: Pasaribu, M. F., & Puspita, R. (2017). Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill. Prosiding SNTI
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Industri perbankan, khususnya bank umum, merupakan pusat dari sistem keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat penyimpanan dana, membantu pembiayaan
Lebih terperinciANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI PENJUALAN SERTA PENAWARAN CPO DI PT AGRICINAL ANALYZING OF PRODUCTION SALES AND SUPPLY GROWTH OF CPO IN PT AGRICINAL
ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI PENJUALAN SERTA PENAWARAN CPO DI PT AGRICINAL ANALYZING OF PRODUCTION SALES AND SUPPLY GROWTH OF CPO IN PT AGRICINAL Elsa Ginting, M. Nurung, Sri Sugiarti Jurusan Sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan baku yang berkualitas akan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat bervariasi dari satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan laporan dari penelitian yang dilakukan. 1. 1
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics
IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian yang paling berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen crude palm oil (CPO)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang saat ini sedang marak dikembangkan di Indonesia. Pemerintah terus mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciHALAMAN JUDUL ABSTRAK KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. minyak goreng, margarine, shortening, food emulsifier, coffee whitener, filled
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit dengan produk turunannya yaitu minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil CPO) merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena kontribusinya terhadap perolehan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai salah satu sub sistem pembangunan nasional harus selalu memperhatikan dan senantiasa diupayakan untuk menunjang pembangunan wilayah setempat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Soekartawi (2000),
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Selain sebagai sumber utama minyak nabati, kelapa sawit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana
Lebih terperinciWEBGIS KEMACETAN LALU LINTAS DAN SOLUSI RUTE TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA BERBASIS OPENLAYER DI KOTA MALANG TUGAS AKHIR
WEBGIS KEMACETAN LALU LINTAS DAN SOLUSI RUTE TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA BERBASIS OPENLAYER DI KOTA MALANG TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar perusahaan semakin ketat dalam suatu industri termasuk pada agroindustri. Salah satu produk komoditi yang saat ini sangat digemari oleh perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari 3 dasawarsa dalam pasar minyak nabati dunia, terjadi pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara tahun 1980 sampai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam GBHN 1993, disebutkan bahwa pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman lainnya diarahkan pada berkembangnya pertanian yang
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN PRIORITAS WILAYAH INDUSTRI DI KABUPATEN KUBU RAYA. Priskha Caroline
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN PRIORITAS WILAYAH INDUSTRI DI KABUPATEN KUBU RAYA Priskha Caroline Program Studi Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Priskha09023@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin
Lebih terperinciBank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun. dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi intermediasi atau memperlancar lalu lintas
Lebih terperincidan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU
ANALISIS HARGA POKOK TANDAN BUAH SEGAR(TBS), CPO DAN INTI SAWIT DI KEBUN GUNUNG BAYU PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KABUPATEN SIMALUNGUN M. Zainul Arifin SPY 1), Salmiah 2) dan Emalisa 3) 1) Alumni Fakultas
Lebih terperinciPT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?
PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei 2018 1. Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018? Target produksi Perseroan untuk tahun 2018 adalah 219.000
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit adalah komoditi strategis yang diharapkan dapat memberikan konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa konsumsi minyak nabati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia sehingga industri kelapa sawit diusahakan secara besar-besaran. Pesatnya perkembangan industri kelapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa pertumbuhan. Hal ini dicerminkan dari penggunaan aplikasi logistik dalam perusahaan, tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia diawali pada tahun 1848 sebagai salah satu tanaman koleksi kebun Raya Bogor, dan mulai dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi dan industri yang semakin tahun semakin bergerak maju. Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi yang pesat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan kebutuhan akan minyak
Lebih terperinci4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional
83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak nabati dunia. Prestasi yang membanggakan sebagai negara perintis budidaya kelapa sawit, Indonesia
Lebih terperinciVI. REKOMENDASI KEBIJAKAN
158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha di bidang pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian berperan sangat
Lebih terperinciPIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA
PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA The Business and Investment Forum for Downstream Palm Oil Industry Rotterdam, Belanda, 4 September 2015 Bismillahirrohmanirrahim 1. Yang Terhormat
Lebih terperinciPENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN
PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar di berbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang subur
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. strategi yang dimiliki oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk adalah sebagai berikut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari berbagai tinjauan pembahasan dan analisis dimuka, maka dalam persoalan untuk menemukan keunggulan bersaing dan evaluasi perumusan strategi yang dimiliki oleh PT. Astra Agro
Lebih terperinciKAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO
KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO Widiastuti *) Kepala Bagian Pengembangan Pasar, BAPPEBTI Pengantar redaksi: Tahun 2010, lalu, Biro Analisa Pasar, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM INFORMAS1 GEOGRAFIS UNTUK PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWlT
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMAS1 GEOGRAFIS UNTUK PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWlT Arif Imam Suroso*), Kudang B. Seminar"), Pramadia Satriawan"') '1 Staf Pengajar Jurusan Manajemen, FEM IPB, Sosek Faperta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah energi yang dimiliki Indonesia pada umumnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor industri (47,9%), transportasi (40,6%), dan rumah tangga (11,4%)
Lebih terperinci5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT
27 5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi salah satu tanaman unggulan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara
I.PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara untuk membiayai pembangunan adalah ekspor nonmigas, yang mulai diarahkan untuk menggantikan pemasukan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk
114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang
Lebih terperinciNASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)
NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditas unggulan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama perusahaan berdiri pada umumnya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan berdiri pada umumnya adalah memperoleh laba dan mempertahankan eksistensinya. Laba adalah hasil dari rangkaian proses pengambilan keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya alam. Salah satunya adalah gas bumi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kaya akan sumber daya alam. Salah satunya adalah gas bumi. Sejak pertengahan tahun 1970-an, Indonesia dipandang berhasil dalam mengembangkan industri gas
Lebih terperinciAbstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak
TELEMATIKA, Vol. 13, No. 02, JULI, 2016, Pp. 69 79 ISSN 1829-667X ANALISIS HASIL PERTANIAN DI KOTA DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Ni Nyoman Supuwiningsih Program Studi Sistem Komputer
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan
Lebih terperinciAplikasi Penentuan Rute Terbaik Berbasis Sistem Informasi Geografis
Aplikasi Penentuan Rute Terbaik Berbasis Sistem Informasi Geografis Much Aziz Muslim Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank Semarang email : a212@unisbank.ac.id ABSTRAK : Sistem informasi
Lebih terperinciPOTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau
POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau A. Kemampuan Daya Dukung Wilayah (DDW) Terhadap Pengembangan
Lebih terperinciTabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel
54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia melalui peningkatan nilai tambah, ekspor, pengurangan kemiskinan, dan penciptaan
Lebih terperinciBAB I PROFIL PERUSAHAAN
BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Singkat PT. Paya Pinang Pada bulan Maret tahun 1962 para pendiri perusahaan (pribumi) yang tergabung dalam PT. Sumber Deli dan PT. Tjipta Makmur (sebagai owner) yang
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciPeluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah
Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah April 2015 Supported by: Dalam Konteks Indonesia dan Kalimantan Tengah Indonesia memiliki 10% dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai penghasil produk-produk hulu pertanian yang mencakup sektor perkebunan, hortikultura dan perikanan. Potensi alam di Indonesia memungkinkan pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, karena selain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, sektor ini juga menyumbang devisa, menyediakan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan
Lebih terperinciPanduan Pengguna Untuk Sektor Kelapa Sawit. Indonesia 2050 Pathway Calculator
Panduan Pengguna Untuk Sektor Kelapa Sawit Indonesia 2050 Pathway Calculator Daftar Isi 1. Ikhtisar Sektor Kelapa Sawit Indonesia... 3 2. Asumsi... 7 3. Metodologi... 9 4. Hasil Pemodelan... 11 5. Referensi...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut adalah industri agro bisnis dan sampai akhir tahun 2010 industri agrobisnis
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang menimpa Indonesia di tahun 1998 menyebabkan terpuruknya beberapa sektor industri di Indonesia. Salah satu industri yang dapat bertahan
Lebih terperinciMP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan
Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan kebutuhan akan minyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (elaeis guineensis) menurut para ahli secara umum berasal dari Afrika. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk
Lebih terperinciLINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA
LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Nama : Budiati Nur Prastiwi NIM : 11.11.4880 Jurusan Kelas : Teknik Informatika : 11-S1TI-04 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Abstrack Kelapa Sawit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan komparatif yang didukung oleh sumber daya alam dalam pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian
Lebih terperinciIndustrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015
Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)
1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Komoditas kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan sangat penting dalam penerimaan devisa negara, pengembangan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efesien dan tangguh serta dapat menunjang sektor industri. Kemudian sektor
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional seperti yang telah dituangkan dalam pola umum pembangunan jangka panjang pemerintah telah menggariskan bahwa
Lebih terperinciPELUANG PENGEMBANGAN PABRIK KELAPA SAWIT SKALA KECIL DI DAERAH RIAU 1 (The opportunity in Developing a Small Scale Oil Palm Industry in Riau Region)
PELUANG PENGEMBANGAN PABRIK KELAPA SAWIT SKALA KECIL DI DAERAH RIAU 1 (The opportunity in Developing a Small Scale Oil Palm Industry in Riau Region) Oleh Almasdi Syahza Lembaga Penelitian Universitas Riau
Lebih terperinciFaktor Sukses Untuk Rantai Pasok Kelapa Sawit di Provinsi Riau. Rika Ampuh Hadiguna, Saqinah
Faktor Sukses Untuk Rantai Pasok Kelapa Sawit di Provinsi Riau Rika Ampuh Hadiguna, Saqinah Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas Limau Manis, Padang, Sumatera Barat 25163 Email :
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Salah satu subsektor agroindustri yang berkembang pesat di Indonesia pada saat ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi pentingnya
Lebih terperinci