Perancangan Sistem Komunikasi Data Melalui Frekuensi Tinggi Untuk Monitoring dan Aktivasi Peralatan Listrik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perancangan Sistem Komunikasi Data Melalui Frekuensi Tinggi Untuk Monitoring dan Aktivasi Peralatan Listrik"

Transkripsi

1 Perancangan Sistem Komunikasi Data Melalui Frekuensi Tinggi Untuk Monitoring dan Aktivasi Peralatan Listrik Penulis Tugas Akhir : 1. Kholidiah Farida R. NRP Naufan Satya P. NRP Pembimbing Tugas Akhir : Ir. Rusdhianto E. AK., MT. NIP Abstrak Sistem ini menggunakan sinyal frekuensi tinggi yang termodulasi oleh data sebagai data baru yang dikirimkan, sistem ini memiliki keuntungan lebih tahan terhadap noise dari luar dikarenakan frekuensi yang lebih tinggi cenderung menginduksi frekuensi yang lebih rendah, sehingga bila data yang dikirimkan berupa frekuensi tinggi akan lebih tahan terhadap noise. Alat ini terdiri atas transmitter dan receiver, transmitter ini menggunakan osilator frekuensi tinggi dan modulator data biner. Osilator merupakan alat yang mampu membangkitkan sinyal sinusoidal. Sinyal yang termodulasi ini akan menjadi dasar dari sistem komunikasi ini. Receiver data yang dimodulasi ini menggunakan suatu decoder yang dapat menerjemahkan frekuensi menjadi data biner. Namun decoder ini dapat mengalami kesalahan, karena perbedaan 0 Volt pada tegangan referensi dan lain-lain. PENDAHULUAN Latar Belakang Di era teknologi informasi yang semakin maju seperti saat ini dibutuhkan pengiriman data yang cepat dan tidak merepotkan bagi penggunanya. Sehingga banyak protokol komunikasi data yang dikembangkan agar dapat mencapai jarak yang lebih jauh dan dapat mengirimkan data dengan lebih cepat. Namun biaya yang dibutuhkan juga akan meningkat, baik biaya pemasangan jaringan maupun pengembangan peralatan yang mendukung protokol baru tersebut. Akan lebih hemat bila biaya pemasangan jaringan dapat dipangkas dengan menggunakan jaringan yang sudah ada. Umumya suatu sistem membutuhkan komunikasi dengan sistem lain yang mungkin bisa berupa sistem monitoring. Sistem komunikasi data dapat secara analog maupun digital, baik analog maupun digital membutuhkan jalur komunikasi tersendiri. Karena saling menumpuknya sinyal data yang dikirimkan, maka akan muncul resiko dapat terjadi error dikarenakan masing-masing kabel data menginduksi kabel data yang lain yang dapat merubah frekuensi data bahkan data itu sendiri. Untuk itu dibutuhkan sistem yang dapat mampu menerjemahkan data yang dikirim maupun data yang diterima. Pada pengiriman data, sistem harus mampu mengubah data yang berupa modulasi tegangan menjadi modulasi frekuensi serta kemampuan untuk menerima frekuensi yang termodulasi tersebut dan memisahkannya dengan data yang sebenarnya. Batasan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, batasan masalah dari Tugas Akhir ini adalah : a. Komunikasi data yang dilakukan merupakan komunikasi 2 arah. b. Pembuatan transmitter dan reciever untuk komunikasi data. Relevansi Dengan adanya sistem ini maka komunikasi data menjadi lebih mudah dan tidak perlu menambahkan kabel khusus untuk komunikasi data. Sehingga dapat mengunakan jalur kabel listrik yang sudah terpasang sebelumnya. TEORI PENUNJANG Teori penunjang yang digunakan dalam perancangan sistem komunikasi data melalui frekuensi tinggi untuk monitoring dan aktivasi peralatan listrik, antara lain pengertian osilator ring, inverting amplifier, low pass filter dan komunikasi serial antar mikrokontroler ATMEGA16. Osilator Ring [1] Pengertian Osilator Ring [1] Osilator ring adalah osilator tanpa induktor yang dihubungkan dengan koneksi cincin. Osilator ini tidak digunakan secara luas dalam aplikasi frekuensi radio karena memiliki fase noise yang lebih tinggi dibandingkan osilator LC. Akan tetapi, osilator ini dapat diintegrasikan dalam sebuah chip dengan mudah dan tidak memakan tempat sebagaimana osilator LC, sehingga memungkinkan untuk membuat chip yang kecil dan lebih murah. Osilator ring juga mempunyai karakteristik rentang tala yang lebar dan mapu membangkitkan sinyal keluaran quadrature tanpa memerlukan rangkaian tambahan. Osilator ring dapat dibangun dengan sejumlah ganjil inverter CMOS dan penunda waktu yang disusun dalam satu loop. Secara alamiah setiap inverter juga mempunyai waktu tunda dengan demikian sejumlah ganjil inverter yang disusun dalam

2 satu loop juga akan membentuk osilator seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1. Untuk memperoleh frekuensi yang lebih rendah waktu tunda tiap inverter dapat diperbesar dengan menambahkan kapasitor yang terhubung dengan ground pada output inverter. Tiga common source (CS) yang cukup untuk osilasi berkelanjutan memberikan keuntungan dari setiap tahap adalah cukup (dalam hal ini, A 0 2). Gambar 2.1 Osilator Ring Osilator ring terbuat dari penguat (gain), atau delay, pada umpan balik (feedback). Pertama, kita akan melakukan analisis linear osilator ini dengan elemen sumber yang sama (CS). Suatu common source (CS) tunggal dalam umpan balik tidak akan berosilasi, karena tidak memenuhi kriteria Barkhausen. Common source (CS) membalik (180 ) dan memiliki satu kutub (90 ), pergeseran fase total 270. Gambar 2.2 Osilator Ring Dengan Satu Common Source Menggunakan dua common source (CS) memberikan pergeseran fase yang diperlukan, tetapi stabil di kedua rel. Gambar 2.3 Osilator Ring Dengan Dua Common Source Masih tidak ada osilasi berkelanjutan karena gain jauh lebih kecil dari satu ketika fase terbalik. Gambar 2.4 Osilator Ring Dengan Dua Common Source Ditambah Dengan Inverter Gambar 2.5 Osilator Ring Dengan Tiga Common Source Jika gain dari setiap tahap lebih besar dari yang diperlukan, A 0 > 2, output akan saturasi dan analisis linear menjadi sulit. Kesulitan utama untuk menggunakan osilator ring submikron CMOS dalam sistem komunikasi nirkabel (wireless) adalah respon fase noise yang relatif buruk. Tindakan pencegahan diperlukan untuk mencapai sebagaimana fase noise yang rendah sebanyak mungkin dari osilator ring CMOS. Sumbersumber noise yang dominan dalam lingkungan IC adalah sinyal common-mode di alam (misalnya power supply noise, substrat-coupled noise). Desain diferensial sepenuhnya adalah suatu keharusan. Osilator ring merupakan anggota dari golongan osilator penundaan waktu. Osilator ring ini adalah versi yang mendistribusikan penundaan osilator. Osilator ring menggunakan inverter dalam jumlah ganjil untuk memberikan efek penguat pembalik tunggal dengan penguat (gain) yang lebih besar dari satu. Setiap unsur memiliki delay tunggal, masingmasing inverter berkontribusi terhadap penundaan sinyal di sekitar cincin inverter, maka diberi nama osilator ring. Mengubah tegangan supply akan mengubah delay melalui masing-masing inverter, dengan tegangan yang lebih tinggi biasanya mengurangi delay dan meningkatkan frekuensi osilator. Jika setiap inverter memiliki tegangan dikendalikan sumber arus antaranya dan sumber daya (power) maka osilator ring menjadi VCO. Dengan mengubah arus melalui setiap inverter waktu tunda dapat dikontrol dan karenanya frekuensi osilasi.[2] Osilator ring dimasukkan sebagai bagian dari struktur-struktur coretan percobaan ahli gelombang. Mereka digunakan selama pengujian ahli gelombang untuk mengukur efek dari variasi proses manufaktur, efek dari tegangan dan suhu pada sebuah chip. Osilator ring membentuk struktur tes sederhana yang memberikan umpan balik (feedback) yang diukur pada efek dari variasi proses manufaktur, tegangan dan suhu. Hal ini mencerminkan keadaan umum pada lingkungan operasi, dalam hal ini, kecepatan semua sirkuit pada chip yang sama itu merupakan dari bagian. Maka osilator ring, struktur terbaik untuk mengontrol chip clock karena mengukur frekuensi osilasi dari set inverter langsung. Clock harus dijalankan pada frekuensi sedikit lebih rendah maka

3 frekuensi jalur sinyal paling lambat melalui bagian dari chip yang perlu clock. Keanggunan dari osilator ring menjadi jelas, desain cincin menggunakan cukup inverter dalam rantai untuk memastikan bahwa clock berjalan pada frekuensi yang disukai ini. Dalam sistem ini, desain osilator ring menggunakan delay di dalam IC telah menciptakan jauh lebih penting dibandingkan dengan osilator monolitik lain seperti osilator relaksasi. Secara umum, kinerja osilator ring lebih baik dari osilator relaksasi meskipun tidak sebagus yang ada pada osilator sinusoidal. Tapi upaya terus-menerus dari para ilmuwan dan peneliti telah menghasilkan dalam meningkatkan kinerja osilator ring sehingga untuk mencapai tingkat kepuasan yang baik yang sekarang dapat digunakan dengan sukses dalam sistem komunikasi. Tingkat kepuasan telah dicapai dalam kedua kasus: kecepatan operasi dan kinerja noise. Karakteristik Osilator Ring dan Frekuensi Osilasinya [1] Osilator ring bertingkat kombinasi delay, terhubung dalam rantai lingkaran yang dekat. Osilator ring dirancang dengan rantai delay telah menciptakan minat yang besar karena banyak fitur mereka yang berguna. Fitur-fitur yang menarik adalah : a. Hal ini dapat dengan mudah dirancang dengan bagian dari seni teknologi sirkuit terpadu (CMOS, BiCMOS), b. Hal ini dapat mencapai osilasi tersebut pada tegangan rendah, c. Hal ini dapat memberikan osilasi frekuensi tinggi dengan menghamburkan daya rendah, d. Hal ini dapat disetel secara elektrik, e. Hal ini dapat memberikan jangkauan tuning yang lebar dan f. Hal ini dapat memberikan output multiphase karena struktur dasar mereka. Output ini dapat secara logis dikombinasikan untuk mewujudkan sinyal clock multiphase, yang memiliki penggunaan yang cukup besar dalam sejumlah aplikasi dalam sistem komunikasi. Frekuensi osilasi dari osilator ring tergantung pada perambatan delay τ d per tahap dan jumlah tahap yang digunakan dalam struktur cincin. Untuk mencapai osilasi diri berkelanjutan, cincin harus memberikan pergeseran fase 2π dan memiliki gain tegangan kesatuan pada frekuensi osilasi. Dalam osilator ring tahap n, setiap tahap memberikan pergeseran fase π/n dan pembalik DC memberikan pergeseran fase sisa π. Oleh karena itu, sinyal osilasi harus melalui masing-masing delay tahap m sekali untuk memberikan pergeseran fase π pertama dalam waktu nτ d dan harus berjalan setiap tahap kedua kalinya untuk mendapatkan pergeseran fase π yang tersisa dalam jangka waktu 2nτ d. Dengan demikian frekuensi osilasi diberikan oleh : (2.1) Dalam hal ini n adalah jumlah inverter dan τ d adalah delay rata-rata inverter. Frekuensi osilasi dari osilator ring dapat ditentukan dari ekspresi τ d yang tergantung pada parameter sirkuit. Tapi kesulitan utama dalam memperoleh ekspresi τ d muncul karena nonlinear dan parasitics rangkaian. Perambatan delay dari transistor bipolar berbasis delay diferensial dan CMOS transistor berbasis delay dijelaskan oleh Alioto, Palumbo, Docking dan Sachdev, masingmasing. Alioto dan Palumbo menggunakan sinyal input ramp untuk menghitung τ d. Tapi satu-satunya asumsi yang dibuat oleh Docking dan Sachdev adalah bahwa tegangan output bentuk gelombang dari osilator ring adalah sinusoidal. Dari hasil analisis dan simulasi yang dilaporkan oleh Alioto dan Palumbo dan Docking dan Sachdev, salah satu dapat diketahui bahwa frekuensi osilasi adalah sebanding dengan arus ekor pasangan diferensial. Properti ini membuat mereka berguna dalam PLL sebagai VCO. Frekuensi dapat diubah dengan mengubah jumlah inverter atau dengan mengubah waktu tunda tiap inverter. Inverter yang terhubung dengan hubungan cincin ini pada umumnya ada dua jenis yaitu single ended atau differential. Derau fase osilator ring differential meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah tahap. Meskipun mempunyai frekuensi keluaran yang sama dan jumlah tahap yang sama, osilator ring berbasis differential inverters mengkonsumsi daya lebih rendah daripada singleended inverter, sebesar sekitar 7 db. Inverting Amplifier [3] Keluaran sensor dan tranduser pada umumnya mempunyai tegangan yang sangat kecil hingga mikro volt, sehingga diperlukan penguat dengan impedansi masukan rendah. Rangkaian inverting amplifier merupakan rangkaian penguat pembalik dengan impedansi masukan sangat rendah. Rangkaian inverting amplifier akan menerima arus atau tegangan dari tranduser sangat kecil dan akan membangkitkan arus atau tegangan yang lebih besar. Rangkaian dasar inverting amplifier adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.6, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Rangkaian ini adalah pengubah dari arus menjadi tegangan dan digerakkan oleh sumber tegangan dan bukan sumber arus. Tahanan sumber R 1, bagian umpan baliknya berubah dan beberapa sifat umpan balik juga berubah. Gambar 2.6 Rangkaian Inverting Amplifier Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau V + = 0. Karena V + dan V - nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke ground, input op-amp V - pada rangkaian ini dinamakan virtual ground. Dengan fakta ini, dapat

4 dihitung arus pada hambatan resistor R 1 dan arus pada hambatan resistor R 2 adalah (2.2) (2.3) Arus yang masuk dalam op-amp adalah nol, i_ = 0 maka (2.4) Masukkan Persamaan 2.2 dan 2.3 ke Persamaan 2.4 (2.5) Selanjutnya (2.6) (2.7) Jika penguatan G didefinisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan masukan, maka dapat ditulis : (2.8) Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari sinyal masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Z in = R 1. Low Pass Filter [4] Low pass filter (filter lolos rendah) adalah filter yang hanya melewatkan frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi cut-off (f c ). Diatas frekuensi tersebut, output-nya mengecil (idealnya tidak ada). Filter ini juga berfungsi untuk menghilangkan high frequency nosie, seperti thermal noise dan shot noise. Filter ini biasanya digunakan pada instrumen yang merekam low frequency analytical signals (contohnya adalah alat rekam detak jantung). Gambar 2.7 Low Pass Filter Low Pass Filter dalam Komponen Pasif Elektronik [4] Pada rangakaian ini, dalam merancang filter digunakan komponen pasif yaitu tahanan, kapasitor dan induktor. Akan tetapi dalam pembuatannya seringkali dihindari penggunaan induktor, utamanya karena ukurannya yang besar. Sehingga umumnya hanya menggunakan komponen tahanan (R) dan kapasitor (C) saja. Gambar 2.9 Rangkaian Low Pass Filter Komponen Pasif Gambar 2.10 Output Rangkaian Low Pass Filter Pada rangkaian pasif ini hampir sama dengan pembagi tegangan dari dua buah hambatan seri, dengan perhitungan besar V out seperti pada Gambar 2.9 di atas. Dengan mengambil nilai : (2.9) atau (2.10) diperoleh penguatannya sebesar -3 db (berkurang 3 db), dan pada saat frekuensi ini dikenal sebagai frekuensi cut-off. Low Pass Filter dalam Komponen Aktif Elektronik [4] Gambar 2.8 Contoh Hasil Low Pass Filter Gambar 2.11 Rangkaian Low Pass Filter Komponen Aktif

5 Untuk rangkaian aktif dilengkapi dengan transistor atau op-amp selain menggunakan tahan dan kapasitor. Dengan : (2.11) dan. (2.12) Untuk Low pass filter : a. Frekuensi rendah (f <<) Gain = 0 db b. Frekuensi tinggi (f >>) (2.13) atau G = 20 log ωrc. (2.14) Dari persamaan ini kurva G vs log f menunjukkan kurva linear dengan slope -6 db/oktaf (-20 db/dekade). peralatan yang dapat dihubungkan dengan mikrokontroler menggunakan fasilitas USART. Komunikasi dengan menggunakan USART dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mode sinkron, dimana pengirim data mengeluarkan pulsa/clock untuk sinkronisasi data, dan yang kedua dengan mode asinkron, dimana pengirim data tidak mengeluarkan pulsa/clock, tetapi untuk proses sinkronisasi memerlukan inisialisasi, agar data yang diterima sama dengan data yang dikirimkan. Pada proses inisialisasi ini setiap perangkat yang terhubung harus memiliki baud rate (laju data) yang sama. Pada mikrokontroler AVR untuk mengaktifkan dan mengeset komunikasi USART dilakukan dengan cara mengaktifkan register-register yang digunakan untuk komunikasi USART. Register-register yang dipakai antara lain : 1. UDR : merupakan register 8 bit yang terdiri dari 2 buah dengan alamat yang sama, yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan data yang akan dikirimkan (TXB) atau tempat data diterima (RXB) sebelum data tersebut dibaca. Gambar 2.13 Register UDR Gambar 2.12 Roll Off Filter Dengan Order Berbeda- Beda Oktaf memiliki arti menggandakan atau membagi dua suatu frekuensi. Sedangkan dekade adalah sepuluh kali atau sepersepuluh kali suatu frekuensi. Kemiringan atau gradien garis pada stop band dinamakan sebagai roll off atau fall off dan didefinisikan berdasarkan order (tingkatan) penapis sebagai berikut : a. Untuk low pass filter orde pertama roll off-nya - 6 db/oktaf atau -20 db/dekade. b. Untuk orde kedua roll off-nya -12 db/oktaf atau -40 db/dekade. c. Pada orde ketiga roll off-nya -18 db/oktaf atau - 60 db/dekade. Pada Gambar 2.12 diatas terlihat bahwa dengan menaikkan order dari low pass filter akan menaikkan roll off-nya. Secara alami, filter dengan order tak berhingga memiliki tanggap yang terbaik. Komunikasi Serial Antar Mikrokontroler ATMEGA16 [5] USART (Universal Synchronous Asynchronous Receiver and Transmitter) merupakan protokol komunikasi serial yang terdapat pada mikrokontroler AVR. Dengan memanfaatkan fitur ini kita dapat berhubungan dengan dunia luar. Dengan USART kita bisa menghubungkan mikrokontroler dengan PC, HP, GPS atau bahkan modem, dan banyak lagi 2. UCSRA : merupakan register 8 bit yang digunakan untuk mengendalikan mode komunikasi USART dan untuk membaca status yang sedang terjadi pada USART. Gambar 2.14 Register UCSRA a. Bit RXC (status : akan bernilai logic 1 bila ada data di UDR (RXB) yang belum terbaca. Dapat digunakan untuk sumber interupsi, dengan mengeset RXCIE. b. Bit TXC (status) : akan bernilai logic 1 bila ada data di UDR (TXB) yang sudah dikirimkan. Dapat digunakan untuk sumber interupsi, dengan mengeset TXCIE. c. Bit UDRE (status) : akan bernilai logic 1 bila UDR siap untuk menerima data baru. d. Bit U2X (kendali) : diisi dengan logic 1 bila kecepatan transmisi data ingin dinaikkan 2 kali. e. Bit MPCM (kendali) : digunakan bila ingin menggunakan komunikasi multiprosesor. 3. UCSRB : merupakan register 8 bit yang digunakan untuk mengendalikan mode komunikasi USART dan untuk membaca status yang sedang terjadi pada USART.

6 Gambar 2.15 Register UCSRB a. Bit RXCIE (kendali) : digunakan untuk mengaktifkan interupsi yang bersumber dari RXC. b. Bit TXCIE (kendali) : digunakan untuk mengaktifkan interupsi yang bersumber dari TXC. c. Bit UDRIE (kendali) : digunakan untuk mengaktifkan interupsi yang bersumber dari UDRE. d. Bit RXEN (kendali) : digunakan untuk mengaktifkan receiver. e. Bit TXEN (kendali) : digunakan untuk mengaktifkan transmitter. f. Bit UCSZ2 (kendali) : digunakan untuk menentukan panjang data yang dikirim dalam sekali. Digunakan bersama-sama dengan UCSZ1,UCSZ0 pada UCSRC. g. Bit RXB8 (status) : digunakan sebagai penampung data ke 9 pada penerimaan data dengan 9 bit. h. Bit TXB8 (status) : digunakan sebagai penampung data ke 9 pada transmisi data dengan 9 bit. 4. UCSRC : merupakan register 8 bit yang digunakan untuk mengendalikan mode komunikasi USART dan untuk membaca status yang sedang terjadi pada USART. Gambar 2.16 Register UCSRC a. Bit URSEL (kendali) : digunakan untuk memilih register pada UCSRC dan UBRRH. Dua register ini memiliki alamat yang sama, sehingga untuk proses penulisan memerlukan bantuan URSEL. Bila URSEL = 1, maka register yang diisi adalah UCSRC, sedangkan bila URSEL = 0, register yang diisi adalah UBRRH. Tidak semua mikrokontroler AVR memiliki URSEL, karena ada yang memiliki register UBRRH dan UCSRC yang beda alamat. b. Bit UMSEL (kendali) : bila bernilai logic 1, maka mode yang dipilih adalah asinkron, bernilai logic 0 = sinkron. c. Bit USBS (kendali) : bila bernilai logic 1, maka stop bit berjumlah 2 bit. d. Bit UCSZ1 dan bit UCSZ0 (kendali) : bersama-sama UCSZ2 digunakan untuk menentukan jumlah bit yang akan dikirimkan dalam sekali pengiriman data. 18. UBRRL dan UBRRH : merupakan register 16 bit yang digunakan untuk mengatur laju data (baud rate) pada saat mode komunikasi asinkron. Gambar 2.17 Register UBRRL dan UBRRH METODOLOGI Dalam pelaksanaan Tugas Akhir yang berupa perancangan sistem komunikasi data melalui frekuensi tinggi untuk monitoring dan aktivasi peralaan listrik, ada beberapa kegiatan yang dapat diuraikan sebagai berikut : a. Studi Pustaka dan Survey Data Awal : Materi yang terkait dengan komunikasi data, meliputi: pengiriman sinyal, modulasi sinyal, macammacam tekonologi yang digunakan, membaca karakteristik dari frekuensi tinggi, mempelajari osilator dan cara menganalisa proses. b. Perencanaan dan Pembuatan Alat : Perancangan osilator frekuensi tinggi serta modulator data biner untuk pengirim data dan decoder dapat menerjemahkan frekuensi menjadi data biner kembali. Pembuatan low pass filter agar frekuensi yang membawa data dapat dipisahkan dari frekuensi tinggi c. Perencanaan dan Pembuatan Software : Pembuatan program mikrokontroler untuk mengirim dan menerima data yang dikirimkan secara serial. d. Uji Coba dan Analisis Data : Uji coba dilakukan di laboratorium dengan beberapa peralatan penunjang berupa osciloscope dan function generator untuk melihat pola frekuensi yang membawa data saat data dikirimkan, dan pola data yang diterima setelah di pisahkan dari frekuensi tinggi. e. Penyusunan Laporan : Penyusunan laporan dilakukan setelah beberapa data pengukuran yang didapat sudah mencukupi. KESIMPULAN Setelah melakukan perancangan dan pegujian alat beserta analisanya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :. a. Osilator memiliki batas tegangan pada frekuensi tinggi, untuk itu diperlukan penguat agar dapat mencapai tegangan TTL. b. Untuk perancangan filter dibutuhkan perancangan yang tepat agar hasil gelombang tidak memiliki ripple. c. Osilator rentan sekali terhadap perubahan suhu dan noise dari luar, untuk itu diperlukan heatsink atau penyerap panas untuk menjaga suhu pada rangkaian osilator.

7 d. Kedua mikrokontroler ground-nya harus terhubung agar referensi sinyal frekuensi yang masuk tidak mengalami kesalahan tegangan. e. Hasil perhitungan pada osilator menunjukkan error yang cukup besar, ini terjadi karena modifikasi yang dilakukan berbeda dari modifikasi yang ada pada literatur. DAFTAR REFERENSI [1] M. K. Mandal dan B. C. Sarkar, Ring Oscillators: Characteristics And Applications, Indian Journal of Pure & Applied Physics, Vol. 48, , [2] T. Miyazaki, M. Hashimoto, dan H. Onodera, A Performance Prediction of Clock Generation PLLs: A Ring Oscillator Based PLL and an LC Oscillator Based PLL, IEICE Trans. on Electronics,Vol. E88-C/No.3, , [3] Iswanto, Catatan Kuliah Rangkaian Op Amp Dasar, Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Juni 2012 [4] Umi Eka Sabrina, Low Pass Filter dan High Pass Filter, Makalah Tugas Elektronika, Universitas Brawijaya Malang, [5] Polong, USART Pada Mikrokontroler AVR, 24 Oktober [6], ATMega16 Datasheet, [7], HD74LS04 Datasheet, [8], TC4001BDatasheet,

MAKALAH LOW PASS FILTER DAN HIGH PASS FILTER

MAKALAH LOW PASS FILTER DAN HIGH PASS FILTER MAKALAH LOW PASS FILTER DAN HIGH PASS FILTER Disusun oleh : UMI EKA SABRINA (115090309111002) JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 PEMBAHASAN 1.1.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM KOMUNIKASI PERALATA AN LISTRIK

RANCANG BANGUN SISTEM KOMUNIKASI PERALATA AN LISTRIK RANCANG BANGUN SISTEM KOMUNIKASI DATA MELALUI JALA-JALA LISTRIK UNTUK MONITORING DAN Oleh : Kholidiah Farida Rahmah Naufan Satya Pradito KONTROL AKTIVASI PERALATA AN LISTRIK Dosen Pembimbing : Ir. Rusdhianto

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROKONTROLLER UNIVERSAL SYNCHRONOUS AND ASYNCHRONOUS SERIAL RECEIVER TRANSMITTER (USART)

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROKONTROLLER UNIVERSAL SYNCHRONOUS AND ASYNCHRONOUS SERIAL RECEIVER TRANSMITTER (USART) LAPORAN PRAKTIKUM MIKROKONTROLLER UNIVERSAL SYNCHRONOUS AND ASYNCHRONOUS SERIAL RECEIVER TRANSMITTER (USART) Oleh : Mei Rahayu Puspitasari 1541160040 JTD 2B JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

Penguat Oprasional FE UDINUS

Penguat Oprasional FE UDINUS Minggu ke -8 8 Maret 2013 Penguat Oprasional FE UDINUS 2 RANGKAIAN PENGUAT DIFERENSIAL Rangkaian Penguat Diferensial Rangkaian Penguat Instrumentasi 3 Rangkaian Penguat Diferensial R1 R2 V1 - Vout V2 R1

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun pembuatan modem akustik untuk komunikasi bawah air memang sudah banyak dikembangkan di universitas-universitas di Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS (PEMROSESAN SINYAL ANALOG MENGGUNAKAN PENGUAT OPERASIONAL) A. PENDAHULUAN Sinyal keluaran dari sebuah tranduser atau sensor sangat kecil hampir mendekati

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL IV MOSFET TUJUAN PERCOBAAN 1. Memahami prinsip kerja JFET dan MOSFET. 2. Mengamati dan memahami

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 205 dan tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT 3.1 Pembuatan Modulator 8-QAM Dalam Pembuatan Modulator 8-QAM ini, berdasarkan pada blok diagram modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno

Lebih terperinci

Modul VIII Filter Aktif

Modul VIII Filter Aktif Modul VIII Filter Aktif. Tujuan Praktikum Praktikan dapat mengetahui fungsi dan kegunaan dari sebuah filter. Praktikan dapat mengetahui karakteristik sebuah filter. Praktikan dapat membuat suatu filter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan industri komunikasi pada beberapa dekade di abad ini telah mengalami peningkatan yang luar biasa [1]. Meningkatnya permintaan sistem komunikasi nirkabel

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN Konsep dasar sistem monitoring tekanan ban pada sepeda motor secara nirkabel ini terdiri dari modul sensor yang terpasang pada tutup pentil ban sepeda

Lebih terperinci

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat Modul 04: Op-Amp Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis Reza Rendian Septiawan March 3, 2015 Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat menguatkan sinyal dengan

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Dasar yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si Disusun oleh Anisa Fitri Mandagi

Lebih terperinci

JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER

JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER A. TUJUAN 1. Mahasiswa diharapkan mampu mengerti tentang pengertian, prinsip kerja dan karakteristik band pass filter 2. Mahasiswa dapat merancang, merakit, menguji rangkaian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, pembuatan alat dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN 2.1. C-V Meter Karakteristik kapasitansi-tegangan (C-V characteristic) biasa digunakan untuk mengetahui karakteristik suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan perangkat keras dari tugas akhir yang berjudul Penelitian Sistem Audio Stereo dengan Media Transmisi Jala-jala Listrik. 3.1.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan medan magnet untuk mengetahui karakteristik sistem sensor magnetik. Tahapan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Gambaran Umum Merupakan alat elektronika yang memiliki peranan penting dalam memudahkan pengendalian peralatan elektronik di rumah, kantor dan tempat lainnya.

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan Alat Simulasi Pembangkit Sinyal Jantung, berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan Kalau perlu mendesain sinyal level meter, histeresis pengatur suhu, osilator, pembangkit sinyal, penguat audio, penguat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Receiver [1]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Receiver [1] BAB II DASAR TEORI 2.1. Receiver Penerima (Receiver) adalah sebuah alat yang menerima pancaran sinyal termodulasi dari pemancar (transmitter) dan mengubah sinyal tersebut kembali menjadi sinyal informasi

Lebih terperinci

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog DIKTAT KULIAH Elektronika Industri & Otomasi (IE-204) BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka 1. Perancangan Telemetri Suhu dengan Modulasi Digital FSK-FM (Sukiswo,2005) Penelitian ini menjelaskan perancangan telemetri suhu dengan modulasi FSK-FM. Teknik

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO SEMESTER V TH 2013/2014 JUDUL REJECTION BAND AMPLIFIER GRUP 06 5B PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA PEMBUAT

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran. BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta MODULATOR DAN DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, , 56 Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Antara Output LM 35 dengan Termometer No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0,25 25 0 2 0,26 26 0 3 0,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0,29 28 1 6

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Timbangan Timbangan adalah alat yang dipakai melakukan pengukuran berat suatu benda. Timbangan dikategorikan kedalam sistem mekanik dan juga elektronik. Timbangan adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 RANCANGAN PERANGKAT KERAS 3.1.1. DIAGRAM BLOK SISTEM Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Thermal Chamber Mikrokontroler AT16 berfungsi sebagai penerima input analog dari sensor

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dewasa ini dunia telekomunikasi berkembang sangat pesat. Banyak transmisi yang sebelumnya menggunakan analog kini beralih ke digital. Salah satu alasan bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING 2.1 Pendahuluan Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. Process

Lebih terperinci

Interfacing. Materi 4: Serial Communications. Disusun Oleh: I Nyoman Kusuma Wardana

Interfacing. Materi 4: Serial Communications. Disusun Oleh: I Nyoman Kusuma Wardana Interfacing Materi 4: Serial Communications Disusun Oleh: I Nyoman Kusuma Wardana Outline Serial Communication Overview Asynchronous vs Synchronous RS232 AVR Serial Port Programming Workshop Kusuma Wardana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis data dan pembahasan berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Rancangan alat indikator alarm ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data. Adi Tomi TE Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS

Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data. Adi Tomi TE Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data nirkabel Adi Tomi 2206100721 TE 091399 Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS LATAR BELAKANG Pengukuran kadar keasaman (ph) dan suhu

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Nur Hudi, Lestari; Robot Omni Directional Steering Berbasis Mikrokontroler ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Abstrak: Robot Omni merupakan seperangkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Medan Magnet Medan Magnet, dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS Untuk mengetahui apakah hasil rancangan yang dibuat sudah bekerja sesuai dengan fungsinya atau tidak, perlu dilakukan beberapa pengukuran pada beberapa test point yang dianggap

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan implementasi sistem telemetri yang terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2012/2013 JUDUL ( FSK) FREQUENCY SHIFT KEYING GRUP 1 TELKOM 3D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. 44 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

Nama : Taufik Ramuli NIM :

Nama : Taufik Ramuli NIM : Nama : Taufik Ramuli NIM : 1106139866 Rangkaian RLC merupakan rangkaian baik yang dihubungkan dengan paralel pun secara seri, namun rangkaian tersebut harus terdiri dari kapasitor; Induktor; dan resistor.

Lebih terperinci

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan seperti MCS51 adalah pada AVR tidak perlu menggunakan oscillator

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan seperti MCS51 adalah pada AVR tidak perlu menggunakan oscillator BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Microcontroller Atmega 8 AVR merupakan salah satu jenis mikrokontroler yang di dalamnya terdapat berbagai macam fungsi. Perbedaannya pada mikro yang pada umumnya digunakan seperti

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menentukan spesifikasi kerja alat yang akan direalisasikan melalui suatu pendekatan analisa perhitungan, analisa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. waktu tertentu. Dimana alat tersebut dapat dioperasikan melalui komputer serta

BAB IV PEMBAHASAN. waktu tertentu. Dimana alat tersebut dapat dioperasikan melalui komputer serta 41 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Kerja Sistem Pencacah Nuklir Sistem Pencacah Nuklir adalah sebuah alat yang digunakan untuk mencacah intensitas radiasi yang ditangkap oleh detektor nuklir dalam selang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci

PEMASANGAN PANEL RANGKAIAN OP AMP 1

PEMASANGAN PANEL RANGKAIAN OP AMP 1 KATA PENGANTAR xxi PEMASANGAN PANEL RANGKAIAN OP AMP 1 1-0 Pendahuluan 1 1-1 Panel-kotak Rangkaian-Terpadu Linier 2 1-1.1 Persyaratan Panel-kotak 2 1-1.2 Panel-kotak IC Dioperasikan-Batere 2 1-1.3 Panel-kotak

Lebih terperinci

Perancangan Sistim Elektronika Analog

Perancangan Sistim Elektronika Analog Petunjuk Praktikum Perancangan Sistim Elektronika Analog Lab. Elektronika Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Lab 1. Amplifier Penguat Dengan

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) 1 TUJUAN Memahami prinsip kerja Operational Amplifier.

Lebih terperinci

PERANCANGAN INVERTER SEBAGAI SWITCH MOS PADA IC DAC

PERANCANGAN INVERTER SEBAGAI SWITCH MOS PADA IC DAC PERANCANGAN INVERTER SEBAGAI SWITCH MOS PADA IC DAC Veronica Ernita K. 1), Erma Triawati Ch 2) 1,2,3) Jurusan Teknik Elektro Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia

Lebih terperinci

Gambar 2.1. simbol op amp

Gambar 2.1. simbol op amp BAB II. PENGUAT OP AMP II.1. Pengenalan Op Amp Penguat Op Amp (Operating Amplifier) adalah chip IC yang digunakan sebagai penguat sinyal yang nilai penguatannya dapat dikontrol melalui penggunaan resistor

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari BAB III PERANCANGAN ALAT Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari beberapa perangkat keras (Hardware) yang akan dibentuk menjadi satu rangkaian pemodulasi sinyal digital

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Gambaran Umum Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate 64 Kbps untuk melakukan proses modulasi terhadap sinyal data digital. Dalam

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digital Signal Processing Pada masa sekarang ini, pengolahan sinyal secara digital yang merupakan alternatif dalam pengolahan sinyal analog telah diterapkan begitu luas. Dari

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 JUDUL AMPITUDE SHIFT KEYING GRUP 4 3A PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

Arie Setiawan Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D.

Arie Setiawan Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D. Teknik Telekomunikasi Multimedia -Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri ITS Surabaya 2012 Arie Setiawan 2209106024 Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D. Latar Belakang Indonesian

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah Kode / SKS Program Studi Fakultas : Elektronika Dasar : IT012346 / 3 SKS : Sistem Komputer : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa

Lebih terperinci

12-9 Pengaruh dari Kapasitor Pintas Emiter pada Tanggapan Frekuensi-Rendah

12-9 Pengaruh dari Kapasitor Pintas Emiter pada Tanggapan Frekuensi-Rendah DAFTARISI Prakata ' *' Bab 12 Penguat Tahapan Majemuk 1 12-1 Klasifikasi Penguat 1 12-2 Distorsi dalam Penguat 2 12-3 Tanggapan Frekuensi dari Penguat 3 12-4 Grafik-grafik Bode 7 12-5 Tanggapan Undak (Step

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

Dalam kondisi normal receiver yang sudah aktif akan mendeteksi sinyal dari transmitter. Karena ada transmisi sinyal dari transmitter maka output dari

Dalam kondisi normal receiver yang sudah aktif akan mendeteksi sinyal dari transmitter. Karena ada transmisi sinyal dari transmitter maka output dari BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM 3.1 Perancangan Diagram Blok Dalam pembuatan sistem diagram blok yang perlu dipahami adalah cara kerja dari sistem yang akan dibuat. Sistem sensor gas akan bekerja

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL Pengkondisian sinyal merupakan suatu konversi sinyal menjadi bentuk yang lebih sesuai yang merupakan antarmuka dengan elemen-elemen lain dalam suatu kontrol proses.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan BAB III PERANCANGAN 3.1 Pendahuluan Perancangan merupakan tahapan terpenting dari pelaksanaan penelitian ini. Pada tahap perancangan harus memahami sifat-sifat, karakteristik, spesifikasi dari komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

RANGKAIAN ELEKTRONIKA ANALOG

RANGKAIAN ELEKTRONIKA ANALOG Pendahuluan i iv Rangkaian Elektronika Analog RANGKAIAN ELEKTRONIKA ANALOG Oleh : Pujiono Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ELEKTRONIKA DASAR KODE : TSK-210 SKS/SEMESTER : 2/2 Pertemuan Pokok Bahasan & ke TIU 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa mengenal Jenis-jenis

Lebih terperinci

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut: BAB III PERANCANGAN Pada bab ini berisi perancangan pedoman praktikum dan perancangan pengujian pedoman praktikum dengan menggunakan current feedback op-amp. 3.. Perancangan pedoman praktikum Pada pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

Dengan Hs = Fungsi alih Vout = tegang keluran Vin = tegangan masukan

Dengan Hs = Fungsi alih Vout = tegang keluran Vin = tegangan masukan KEGIATAN BELAJAR 5 A. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik filter lolos bawah. 2. Mahasiswa dapat menganalisa rangkaian filter lolos bawah dengan memanfaatkan progam

Lebih terperinci