MAKNA SIMBOL PUISI LISAN SALAMAT MOGUMAN PADA UPACARA ADAT PEMINANGAN SUKU BOLAANG MONGONDOW. (SUATU KAJIAN SEMIOTIK) OLEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKNA SIMBOL PUISI LISAN SALAMAT MOGUMAN PADA UPACARA ADAT PEMINANGAN SUKU BOLAANG MONGONDOW. (SUATU KAJIAN SEMIOTIK) OLEH"

Transkripsi

1 MAKNA SIMBOL PUISI LISAN SALAMAT MOGUMAN PADA UPACARA ADAT PEMINANGAN SUKU BOLAANG MONGONDOW. (SUATU KAJIAN SEMIOTIK) OLEH Abdul Muhammad Nasir Ganggai Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dr. H. Dakia N. Djou, M.Hum (Anggota/Pembimbing I) Dr. Sance Lamusu, M.Hum (Anggota/Pembimbing II) ABSTRAK Abdul Muhammad Nasir Ganggai Makna simbol Puisi Lisan Salamat Moguman pada Upacara Adat Peminangan Suku Bolaang Mongondow. Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan simbol-simbol verbal puisi lisan salamat moguman. (2) Mendeskripsikan makna simbol verbal puisi lisan salamat moguman. Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif. Sumber data yang diperoleh adalah teks salamat moguman. Analisis data sebagai berikut. (1) Mengidentifikasi makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, (2) Mengklasifikasikan makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, (3) Menganalisis makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, (4) Mendeskripsikan makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, dan (5) Menyimpulkan makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan. Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis maka dapat disimpulkan bahwa simbol dan makna simbol verbal yang terdapat dalam teks salamat moguman adalah kata lagapan duduk, dan kata pindan mopusi, disimbolkan sebagai anak laki-laki dan anak perempuan. Makna simbol yang terkandung yaitu anak laki-laki yang menjadi tumpuan orang tua dan keluarga, dan anak perempuan yang baik dan suci. 1

2 Kata kunci: Makna Simbol Puisi Lisan Salamat Moguman PENDAHULUAN Sastra merupakan bagian karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dilihat dari segi media pengungkapannya atau cara penyampaiaanya, sastra dibedakan menjadi sastra lisan dan sastra tertulis. Sastra lisan adalah sastra yang penyampaiannya dilakukan secara lisan atau dari mulut ke mulut, sedangkan sastra tertulis adalah sastra yang penyampaiannya dilakukan secara tertulis.selanjutnya, Dilihat dari segi bentuk, sastra dibedakan menjadi dua yaitu prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah karya sastra yang tidak mengandung cerita, dan berbentuk bait. Baik sastra yang berbentuk prosa maupun berbentuk puisi ada yang disampaikan secara tertulis ada juga yang disampaikan secara lisan. Umumnya karya sastra yang disampikan secara lisan termasuk dalam karya sastra lama terutama puisi. Artinya, bila dilihat perbandingannya, gendre puisi yang lebih banyak disampaikan secara lisan. Bentuk-bentuk sastra yang disebutkan di atas baik prosa maupun puisi hampir dapat ditemukan di setiap daerah di Indonesia. Salah satunya di daerah Bolaang Mongondow. Seperti halnya di daerah lain, sastra lisan yang berkembang di Bolaang Mongondow adalah bentuk puisi lisan. Salah satu jenis puisi lisan yang terdapat di Bolaang mongondow yaitu salamat. Salamat diucapkan pada pelaksanaan upacara adat. Adat-istiadat yang dimaksud antara lain, adat gunting rambut, (mogonsing kon buok), adat molead, adat mogama (adat yang dilakukan setelah akad nikah dengan tujuan untuk membawa mempelai wanita ke rumah mempelai pria, sekaligus mengisyaratkan mempelai wanita sudah bisa datang dan tinggal di rumah mempelai pria) dan adat moguman (peminangan). Masingmasing adati-istiadat tersebut memilki salamat yang berbeda-beda penggunaan dan isinya. Berdasarkan uraian terdahulu maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah salamat adat peminangan yang dalam bahasa Mongondow disebut moguman. Salamat moguman berbentuk puisi lisan yang sampai saat ini kurang 2

3 dilestarikan oleh masyarakat atau pemerintah setempat bahkan terancam punah dari kehidupan masyarakat Bolaang Mongondow. Oleh sebab itu penulis ingin mengkaji masalah ini melalui penelitian yang berbentuk skripsi sebagai bentuk dokumentasi dalam melestarikan puisi lisan salamat. Yang dikaji dalam penelitian ini terbatas pada sistem simbol verbal salamat moguman agar diketahui makna yang terdapat dalam salamat moguman. Simbol verbal adalah simbol yang menganalisis bentuk dan isi sastra lisan seperti bahasa yang menyampaikan makna. Bentuk simbol verbal diucapkan secara langsung melalui bahasa tanpa menggunaan gerakan tubuh. Penelitian ini difokuskan pada simbol dan makna simbol verbal karena penulis hanya meneliti teks salamat moguman, karena dalam salamat moguman terkandung simbol-simbol bahasa dan maknanya. Adapun kata-kata yang terdapat dalam salamat moguman yaitu kata-kata arif, pepatah dan nasihat yang ditinggalkan oleh leluhur kepada cucu-cucunya, dengan harapan agar tetap dipelihara pelestariannya. Hal ini membuta penulis tertarik melakukan penelitian yang berbentuk skripsi dengan tujuan untuk mendokumentasikan sastra daerah sebagai bentuk pemertahannan budaya. Berdasrakan latar belakang masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan simbol-simbol verbal puisi lisan salamat moguman. (2) Mendeskripsikan makna simbol verbal puisi lisan salamat moguman. Adapun manfaat secara praktis antara lain: (1) Bagi Penulis, penelitian ini sangat besar manfaatnya. Sebab penelitian ini menambah wawasan serta memberikan pemahaman baru mengenai makna simbol yang terkandung dalam salamat moguman (2) Bagi Masyarakat Bolaang Mongondow, penelitian ini bertujuan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat agar senantiasa melestarikan puisi lisan salamat moguman sebagai bentuk positif yang harus diperhatikan oleh masyarakat dan pemerintah Bolaang Mongondow (3) Bagi Lembaga Pendidikan, penelitian ini diharapkan sebagai acuan pembelajaran 3

4 kesusastraan pada lembaga pendidikan Bolaang Mongondow yang dimuat pada kurikulum sebagai pemertahanan sastra daerah. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode desktiptif menurut Sugiyono (2013: 306) adalah Menetapkan fokus penelitian, memilih informan, sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan simbol dan makna simbol verbal puisi lisan salamat moguman. sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks salamat moguman dan informan yang memberikan informasi mengenai salamat moguman dan teori-teori yang dipakai untuk pengkajian salamat moguman. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara untuk mencari informasi kepada informan mengenai salamat moguman. Teknik analisis yang digunakan yaitu sebagai berikut. (1) Mengidentifikasi makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, (2) Mengklasifikasikan makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, (3) Menganalisis makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, (4) Mendeskripsikan makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, dan (5) Menyimpulkan makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1) Simbol-simbol verbal a) Salamat pihak laki-laki Berdasarkan hasil analisis puisi lisan salamat moguman pihak calon mempelai pria, penulis menyimpulkan simbol verbal yang terdapat pada bait pertama adalah lagapan duduk yang disimbolkan sebagai anak laki-laki (calon mempelai pria), kata kodompa-dompa disimbolkan sebagai anak lakilaki masih dalam pangkuan orang tua, kata ilumayang sebagai simbol dari 4

5 tanda (waktu) dan kata napomukaan bulan tulug disimbolkan sebagai waktu. Simbol verbal tersebut meruapakan simbol verbal yang telah disepakati oleh masyarakat karena disesuaikan dengan sosiokultural masyarakat Bolaang Mongondow mengenai pemaknaannya, dengan berdasarkan teori simbol. Pada bait kedua terdapat simbol verbal. Adapun simbol verbal tersebut sebagai berikut. Kata sinongkana yang merupakan simbol dari penyambutan, kata kopuyut sebagai simbol dari menemukan, kata rante intang jamarut sebagai simbol dari wanita, dan kotompu-tompunuk sebagai simbol dari menyampaikan. Simbol tersebut juga merupakan simbol verbal yang ditentukan oleh masyarakat pemaknaanya Selanjutnya hasil analisis penulis, simbol verbal yang terdapat pada bait ketiga yaitu kata bogani sebagai simbol dari orang tua calon mempelai wanita serta kata intoluanku sebagai simbol dari memberi Pada bait keempat, simbol verbal terdapat pada kata kata totungitnya momopud sebagai simbol dari mendapat ujian dari ALLAH SWT. Selanjutnya hasil analisis penulis, pada bait kelima simbol verbal terdapat pada kata mokouput sebagai simbol dari menjalani dan kata mokotongganut sebagai simbol dari yang dituakan. Simbol verbal pada bait keenam terdapat pada kata tulug sebagai simbol dari sikap bijak dan kata mokotamberu sebagai simbol dari sabar. Berdasarkan teori simbol verbal bahwa simbol merupakan tanda yang memiliki hubungan makna yang bersifat arbriter yaitu penentuan simbol dan pemaknaanya itu sesuai hasil kesepakatan masyarakat. Maka penulis menyimpulkan bawa puisi lisan salamat moguman terdapat beberapa kata setiap bait yang mengandung simbol verbal. b) Salamat pihak perempuan Pada bait pertama simbol verbal pindan mopusi sebagai simbol dari calon mempelai wanita, kata pusaka bua bo bai sebagai simbol dari warisan raja, kata pusaka bua bo bai sebagai simbol dari warisan raja, kata pinuyut bosinolisi sebagai simbol dari dilahirkan dan dibesarkan, kata binonu kon bantal kayumoyondi sebagai simbol dari dirawat dan dijaga. 5

6 Pada bait kedua terdapat simbol, kokayu logansi sebagai simbol dari pendidikan tinggi, kata lagapan umbo mopusi sebagai simbol dari calon mempelai pria, kata pinosingogan sinampi sebagai simbol dari meminang. Simbol verbal pada bait ketiga terdapat pada kata kongandaria sebagai simbol dari penyerahan. Puisi lisan salamat moguman pada bait keempat terdapat simbol verbal yang merupakan kesepakatan masyarakat Bolaang Mongondow mokitonggadi sebagai simbol dari siap menjalani dan kata lolampanan sebagai simbol dari melangkah. Bait kelima terdapat satu simbol bobahasaan tobatu yang merupakan simbol dari seiring sejalan. Pada bait keenam terdapat simbol binutulandon yaitu simbol dari diikat erat. 2) Makna simbol verbal a) Salamat pihak laki-laki Berdasarakan hasil penelitian simbol verbal maka terdapat makna simbol yang terkandung pada simbol-simbol verbal yang telah dianalisis sebelumnya. Makna simbol pada bait pertama mengandung makna bahwa pemangku adat menceritakan keberadaan calon mempelai pria yang masih berada dalam pangkuan orang tua sebab belum menikah. Selanjutnya calon mempelai pria meminta restu pada orang tuanya saat dia sudah merasa yakin untuk hidup mandiri dan membina keluarga yang baru. Makna tersebut terkandung pada kata lagapan duduk sebagai simbol dari calon mempelai pria, kata kodompadompa sebagai simbol dari masih dalam pangkuan orang tua, kata ilumayang sebagai simbol dari tanda, dan napomukaan bulan tulug sebagai simbol dari waktu. Bait kedua mengandung makna permohonan restu dari calon mempelai pria disambut baik oleh orang tua karena calon mempelai pria sudah menemukan serta menunjuk seorang wanita sebagai calon pendamping yang tepat dalam menjalani hubungan berumah tangga. Sehingga menanggapi hal itu, orang tua calon mempelai pria datang untuk menyampaikan amanat tersebut yang diwakili oleh pemangku adat dalam penyampaiannya. Makna yang dimaksud terkandung pada kata sinongkana yang merupakan simbol dari penyambutan, kata kopuyut 6

7 sebagai simbol dari menemukan, kata rante intang jamarut sebagai simbol dari wanita, dan kotompu-tompunuk sebagai simbol dari menyampaikan. Makna simbol bait ketiga mengandung makna permohonan kepada orang tua calon mempelai wanita untuk meminang anak gadisnya, serta pihak keluarga calon mempelai pria siap memberi mahar sesuai dengan yang ditentukan oleh orang tua calon mempelai wanita. Meskipun mahar yang akan diberikan tidak sebanding dengan calon mempelai wanita yang merupakan harta paling berharga bagi orang tuanya, tetapi orang tua calon mempelai pria sangat mengharapkan agar pinangan dari calon mempelai pria dapat diterima. Permohonan ini disampai dengan bahasa yang santun oleh pemangku adat, agar bisa memperoleh kesamaan persepsi. Makna tersebut terkandung pada kata bogani sebagai simbol dari orang tua calon mempelai wanita serta kata intoluanku sebagai simbol dari memberi. Bait keempat mengandung makna nasihat pada calon mempelai wanita apabila keduanya sudah menjalani kehidupan berumah tangga, kemudian mendapat ujian baik itu berupa kesulitan ekonomi ataupun masalah lainnya dalam rumah tangga, orang tua calon mempelai pria berharap calon mempelai wanita mampu bersabar untuk mendampingi calon mempelai pria hingga ujian tersebut mampu dilalui. Makna tersebut terkandung pada kata totungitnya momopud sebagai simbol dari mendapat ujian. Selanjutnya makna bait kelima mengandung makna nasihat orang tua kepada kedua calon mempelai, bahwa kedua calon mempelai yang akan menjalani kehidupan berumah tangga harus berusaha untuk menjaga satu sama lain agar tetap harmonis. Selain itu, pada bait kelima juga mengandung harapan orang tua agar kelak kedua calon mempelai mampu menjadi panutan bagi keluarga yang lain serta lingkungan karena pengalaman menjaga keharmonisan berumah tangga. Makna tersebut terkandung pada kata mokouput sebagai simbol dari menjalani dan kata mokotongganut sebagai simbol dari seorang yang dituakan. Bait keenam mengandung makna mengandung makna harapan orang tua kepada kedua calon mempelai agar kelak bisa bersikap bijak serta sabar dalam 7

8 menghadapi berbagai rintangan saat menjalani kehidupan berumah tangga. Karena dalam kehidupan berumah tangga, ada banyak ujian serta rintangan yang harus dilalui serta tidak dapat diprediksikan kapan akan datangnya ujian tersebut. Makna tersebut terkandung pada kata tulug sebagai simbol dari sikap bijak dan kata mokotamberu sebagai simbol dari sabar. PEMBAHASAN 1) Simbol verbal puisi lisan salamat moguman a) Puisi lisan salamat moguman pihak laki-laki Puisi lisan salamat moguman pada bait pertama hampir semua mengandung simbol verbal. Tetapi dari semua simbol verbal yang ada, hanya ada empat kata simbol verbal yang menjadi kesepakatan masyarakat yang mempunyai makna yaitu kata lagapan duduk, kata kodompa-dompa, kata ilumayang dan yang terakhir kata napomukaan bulan tulug. Simbol verbal pertama pada bait pertama yaitu kata lagapan duduk terdapat pada baris kedua, secara leksikal kata lagapan duduk berarti burung bertuah. Dalam puisi lisan salamat moguman kata lagapan duduk disepakati oleh masyarakat sebagai simbol anak laki-laki sebab burung bertuah merupakan burung yang kuat dan perkasa bisa terbang tinggi, sehingga bila dikaji secara keseluruhan, simbol verbal pada baris kedua berarti anak laki-laki kuat. Simbol verbal kedua yaitu kata kodompa-dompa terdapat pada baris ketiga yang secara leksikal diartikan dengan hinggap. Dalam puisi lisan salamat moguman, kata kodompa-dompa merupakan simbol dari masih dalam pangkuan orang tua. Sebab kata hinggap hanya bersifat sementara dan suatu saat akan pergi. Simbol verbal selanjutnya yaitu kata ilumayang terdapat pada baris keempat yang secara leksikal berarti terbang. Dalam puisi lisan salamat moguman, kata ilumayang adalah simbol dari tanda. Sebab kata terbang merupakan tanda untuk pergi dari tempat persinggahan sebelumnya. 8

9 Simbol verbal terakhir pada bait pertama adalah kata napomukaan bulan tulug yang secara leksikal berarti saat terbitnya bulan purnama. Dalam puisi lisan salamat moguman, kata napomukaan bulan tulug merupakan simbol dari waktu. Sebab menurut kesepakatan masyarakat saat terbitnya bulan purnama merupakan tanda yang baik karena pada saat itu bulan memantulkan cahaya secara penuh. Berdasarkan analisis sebelumnya, simbol verbal yang menjadi kesepakatan masyarakat pada bait kedua adalah kata sinongkana, kata kopuyut, kata rante intang jamarut dan kata kotompu-tompunuk. Kata sinongkana terdapat pada baris pertama dan merupakan simbol verbal. Secara leksikal kata sinongkana berarti buntut. Dalam puisi lisan salamat moguman kata sinongkana merupakan simbol dari penyambutan. Sebab kata sinongkana berarti mengikuti arah suara. Simbol verbal selanjutnya adalah kata kopuyut dibaris kedua. Secara leksikal kata kopuyut berarti memungut. Dalam puisi lisan salamat moguman kata kopuyut merupakan simbol dari menemukan. Sebab kata kopuyut berarti memungut sesuatu yang dicari. Simbol verbal pada baris ketiga adalah kata rante intang jamarut yang secara leksikal berarti rantai intan jamrud. Dalam teks salamat moguman kata rante intang jamarut adalah simbol dari wanita. Sebab kata rante intang jamarut merupakan benda yang tak ternilai harganya. Simbol verbal selanjutnya terdapat dibaris keempat yaitu pada kata kotomputompunuk yang secara leksikal berarti kupangku. Dalam teks salamat moguman kata kotompu-tompunuk merupakan simbol dari menyampaikan. Sebab kata kotompu-tompunuk berarti memangku amanat yang harus disampaikan. Pada bait ketiga ada dua kata yang mengandung simbol verbal pada bait ketiga yaitu kata bogani dan kata intoluanku. Kata bogani terdapat pada baris pertama. Secara leksikal bogani berarti ningrat, namun dalam puisi lisan salamat moguman kata bogani adalah simbol dari orang yang dihormati. Kata ini merupakan kesepakatan masyarakat karena kata bogani berarti ningrat atau 9

10 raja sehingga dalam meminta izin harus menggunakan bahasa yang baik dan santun. Simbol verbal selanjutnya adalah kata intoluanku terdapat pada baris kedua. Secara leksikal kata intoluanku berarti kugantikan. Dalam puisi lisan salamat moguman kata intoluanku merupakan simbol memberi. Kata ini merupakan kesepakatan masyarakat sebab dianggap akan mengambil sesuatu dan harus ditukar dengan benda yang sama nilainya. Berdasarkan analisis, simbol verbal pada bait keempat terdapat pada kata totungitnya momopud yang secara leksikal diartikan dengan paruhnya tumpul. Dalam teks salamat moguman kata totungitnya momopud merupakan simbol dari mendapat ujian. Sebab paruh merupakan organ yang sangat penting bagi burung untuk bertahan hidup, sehingga apabila dia patah maka akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan hidup. Setelah dianalisis, pada bait kelima terdapat dua kata yang mengandung simbol verbal sesuai dengan kesepakatan masyarakat. Kata tersebut adalah mokouput dan mokotongganut. Kata mokouput terdapat pada baris pertama yang secara leksikal diartikan dengan melanjutkan. Dalam puisi lisan salamat moguman kata mokouput adalah simbol dari menjalani. Kata mokouput merupakan kesepakatan masyarakat sebab dianggap menjalani sampai batas yang ditentukan. Simbol verbal kedua adalah kata mokotongganut yang secara leksikal diartikan dengan panutan. Dalam puisi lisan salamat moguman kata mokotongganut disimbolkan sebagai yang dituakan. Kata mokotongganut menjadi kesepakatan masyarakat sebab merupakan contoh yang patut untuk ditiru. Berdasarkan analisis, simbol verbal pada bait keenam terdapat pada kata tulug yang secara leksikal berarti kuat. Dalam salamat moguman kata tulug disimbolkan sebagai sikap bijak. Kata tulug menjadi kesepakatan masyarakat sebab dianggap sebagai kekuatan yang muncul karena pengalaman-pengalaman yang telah dilalui. Selanjutnya simbol verbal pada kata mokotamberu yang secara leksikal mampu menahan. Namun dalam salamat moguman disimbolkan dengan 10

11 sabar. Kata mokotamberu ini menjadi kesepakatan masyarakat sebab dianggap banyak ujian yang dihadapi dalam menjalani kehidupan. b) Puisi lisan salamat moguman pihak perempuan Berdasarkan analisis simbol verbal puisi lisan salamat pihak wanita terdapat beberapa simbol verbal yang terkandung dalam setiap baitnya dan telah menjadi kesepakatan masyarakat. Analisis simbol verbal pada bait pertama terdapat pada kata pindan mopusi, kata pusaka bua bo bai, kata pinuyut bosinolisi, dan kata binonu kon bantal kayumoyondi. Simbol verbal pertama yaitu kata pindan mopusi baris pertama. Kata pindan mopusi secara leksikal diartikan sebagai piring putih. Namun dalam salamat moguman kata pindan mopusi disepakati oleh masyarakat sebagai simbol anak perempuan. Sebab kata piring putih adalah piring yang mempunyai nilai yang baik dalam pelaksanaan upacara adat. Simbol verbal kedua yaitu kata pusaka bua bo baii yang secara leksikal diartikan pusaka dari leluhur. Tetapi dalam salamat moguman kata pusaka bua bo baii disepakati masyarakat sebagai simbol warisan dari raja. Sebab warisan dari raja dianggap sesuatu yang sangat berharga dan harus dijaga. Simbol verbal selanjutnya yaitu kata pinuyut bosinolisi yang secara leksikal diartikan kupungut dan kubersihkan. Dalam salamat moguman kata pinuyut bosinolisi disimbolkan sebagai anak yang dilahirkan dan dibesarkan. Sebab kata pinuyut bosinolisi dianggap mendapatkan sesuatu kemudian diambil untuk disimpan. Selanjutnya simbol verbal pada kata binonu kon bantal kayumoyondi yang secara leksikal diartikan kumasukkan dalam peti kayu hitam. Dalam salamat moguman disimbolkan sebagai dirawat dan dijaga. Berdasarkan kesepakatan masyarakat, kata binonu kon bantal kayumoyondi dianggap sebagai cara untuk menjaga benda yang berharga agar tidak kotor dan rusak. Analiisis simbol verbal pada bait kedua terdapat pada kata kokayu logansi kata lagapan umbo mopusi dan terakhir kata pinosingogan sinampi. 11

12 Simbol verbal pertama yaitu kata kokayu logansi yang secara leksikal diartikan sebagai kayu yang sakti tetapi dalam puisi lisan salamat moguman disimbolkan sebagai pendidikan tinggi. Kata kokayu logansi diartikan sebagai kayu yang memiliki kualitas bagus sebab sangat kuat dan bermanfaat. Simbol verbal kedua yaitu terdapat pada kata lagapan umbo mopusi yang secara leksikal diartikan sebagai seekor burung merpati yang putih tetapi dalam salamat moguman disimbolkan sebagai seorang pria. Sebab burung merpati dianggap sebagai simbol cinta/perjodohan. Karena puisi lisan salamat moguman ini disampaikan oleh pemangku adat dari pihak wanita, maka burung merpati putih yang dimaksud adalah burung merpati jantan. Selanjutnya simbol verbal ketiga terdapat pada kata pinosingogan sinampi yang secara leksikal diartikan sebagai merayu sambil menari. Tetapi dalam puisi lisan salamat moguman kata pinosingogan sinampi disimbolkan sebagai meminang. Sebab kata pinosingogan sinampi merupakan bentuk pernyataan dari seorang pria terhadap seorang wanita untuk melamarnya sebagai pendamping hidup. Analiisis simbol verbal pada bait ketiga terdapat pada kata kongandaria yang telah disepakati oleh masyarakat. Kata kongandaria secara leksikal diartikan sebagai serambi. Tetapi dalam salamat moguman kata kongandaria disimbolkan sebagai penyerahan. Sebab kata kongandaria dianggap sebagai melepaskan sesuatu yang disimpan dan dijaga. Pada bait keempat terdapat dua kata simbol verbal yaitu kata mokitonggadi dan kata lolampanan. Analisis simbol verbal pertama yaitu kata mokitonggadi yang secara leksikal berarti berbakti. Tetapi dalam salamat moguman disimbolkan sebagai siap menjalani sebab menurut kesepakatan masyarakat dalam menjalani kehidupan berumah tangga, kedua calon mempelai harus siap lahir dan batin. Simbol verbal kedua adalah kata lolampanan yang secara leksikal berarti kehidupan. Dalam salamat moguman, kata lolampanan merupakan simbol dari melangkah. Sebab kata lolampanan dianggap berpindah dari kehidupan 12

13 yang belum memiliki tanggung jawab ke kehidupan dengan tanggung jawab yang lebih besar. Analisis simbol verbal bait kelima terdapat pada kata bobahasaan tobatu yang secara leksikal satu bahasa. Dalam salamat moguman kata bobahasaan tobatu disimbolkan sebagai seiring sejalan sebab menurut kesepakatan masyarakat kata bobahasaan merupakan perilaku yang santun dan harus selalu dijunjung karena merupakan identitas suku Bolaang Mongondow. Sedangkan kata tobatu berarti persatuan. Sehingga apabila dikaji, simbol verbal pada kata bobahasaan tobatu berarti harus selalu menjaga perilaku yang santun agar tidak terjadi perselisihan. Berdasarkan analisis, simbol verbal pada bait keenam terdapat pada kata binutulandon yang secara leksikal berarti diikat erat. Dalam salamat moguman kata binutulandon merupakan simbol dari perjodohan. Sebab kata binutulandon dianggap sebagai ikatan yang tidak akan lepas. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa puisi lisan salamat moguman terdapat dua teks puisi lisan yakni puisi lisan salamat pihak laki-laki dan wanita. Masing-masing puisi lisan salamat mempunyai simbol-simbol dan makna simbol verbal. Puisi lisan salamat moguman adalah salah satu sastra lisan Bolaang mongondow, dan merupakan identitas kehidupan masyarakat Bolaang Mongondow. Makna simbol verbal yang terkandung pada teks puisi lisan salamat moguman merupakan hasil kesepakatan mastarakat setempat. Makna simbol verbal yang terdapat dalam puisi lisan salamat moguman terdiri atas dua yaitu makna simbol salamat pihak laki-laki dan wanita. Makna simbol pada pihak laki-laki terdapat pada kata lagapan duduk sebagai simbol anak laki-laki yang diharapkan akan menjadi panutan bagi keluarganya. Kotompu-tompunuk sebagai simbol bermakna orang tua dari pihak calon mempelai pria datang dengan tujuan mengutarakan maksud untuk meminang calon mempelai wanita atas dasar niat serta permohonan restu dari calon 13

14 mempelai pria. Makna simbol salamat pihak wanita yaitu kata pindan mopusi diartikan sebagai simbol anak perempuan yang sangat disayangi oleh orang tuanya. Berdasarkan simpulan di atas maka dapat diambil saran sebagai berikut. Berdasarkan kenyataan sekarang ini, puisi lisan salamat moguman sudah mulai punah karena jarang digunakan, oleh pemerintah, masyarakat dan pemerhati budaya. Sehingganya melalui penelitian bisa menjadi perhatian oleh pemerintah, masyarakat dan pemerhati budaya bahwa betapa pentingnya makna yang terkandung dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan suku Bolaang Mongondow. Penulis berharap kiranya puisi lisan salamat moguman yang merupakan warisan leluhur dapat dijadikan sebagai pelajaran muatan lokal disetiap sekolah yang ada di daerah Bolaang Mongondow, demi menjaga keberlangsungan puisi lisan salamat moguman yang sekarang ini sudah mulai bergeser nilainya. Contohnya pemerintah harus membuat sanggar budaya disetiap wilayah Kabupaten dan Kota. Pemerintah harus memberikan kebijakan kepada dinas pendidikan agar salamat moguman bisa dimasukkan pada kurikulum muatan lokal. DAFTAR PUSTAKA Barthes, R Petualangan Semiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Benny, Hoed Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: UI Fakultas Ilmu Budaya. Dharmojo, Sistem Simbol Dalam Munaba Waropen Papua. Jakarta: Pusat Bahasa, Rawamangun. Endraswara, Suwardi Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo. 14

BAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah

BAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dilihat dari segi media pengungkapannya atau cara penyampaiaanya, sastra dibedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masing-masing budaya asli merupakan identitas masing-masing masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Masing-masing budaya asli merupakan identitas masing-masing masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompleksitas dalam berkebudayaan adalah hal wajar. Karena di dalam lahirnya kebudayaan terdapat berbagai macam pemikiran yang disatukan. Masyarakat-masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra juga merupakan wujud dari kebudayaan suatu bangsa dan salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upacara biasanya diiringi dengan syair, dan pantun yang berisi petuahpetuah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upacara biasanya diiringi dengan syair, dan pantun yang berisi petuahpetuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat tidaklah sempurna apabila tidak diiringi dengan kesenian yang akan membuat sebuah acara jadi lebih menarik terutama pada upacara pernikahan. Setiap upacara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sangihe merupakan daerah kepulauan yang terletak di Provinsi Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. Sangihe merupakan daerah kepulauan yang terletak di Provinsi Sulawesi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sangihe merupakan daerah kepulauan yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara, yang memiliki beragam sastra lisan. Sastra lisan yang dikenal oleh masyarakat Sangihe hadir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Melayu kaya akan upacara-upacara tradisional. Adat kebiasaan yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu hingga sekarang walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya. Banyaknya pulau-pulau di Indonesia menghadirkan suku dan budaya yang memiliki adat istiadat yang berbeda disetiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk ungkapan pengarang atas kehidupan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya terdapat berbagai macam keragaman budaya, budaya merupakan satu cara hidup yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang terjadi didalam hidup bermasyarakat yang menyangkut nama baik keluarga ataupun masyarakat. Hal ini diterangkan dalam buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A Pelaksanaan Adat Pelangkahan dalam Perkawinan dan Dampaknya Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga

BAB IV ANALISIS DATA. A Pelaksanaan Adat Pelangkahan dalam Perkawinan dan Dampaknya Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga BAB IV ANALISIS DATA A Pelaksanaan Adat Pelangkahan dalam Perkawinan dan Dampaknya Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Masyarakat kecamatan Sukau khususnya di Pekon Buay Nyerupa merupakan masyarakat yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari berbagai suku bangsa (etnis) yang tersebar di seluruh penjuru wilayahnya. Banyaknya suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang sangat dianjurkan untuk melakukannya. 1 Sebab pernikahan merupakan suatu prosesi yang dapat menghalalkan hubungan biologis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu acara adat perkawinan atau hajatan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dendang di desa Gunung Ayu kota Manna Bengkulu Selatan memiliki nilai-nilai yang disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Herskovits dan Malinowski (Wilson, 1989: 18) mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu dengan yang lain untuk

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan dan tumbuh kembangnya sangat diperhatikan. Tak heran banyak sekali orang yang menunggu-nunggu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali Purwa (klasik) dan Sastra Bali Anyar (modern). Kesusastraan Bali Purwa adalah warisan sastra

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dalam masyarakat Indonesia adalah mutlak adanya dan merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan Bangsa seperti Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi (Luxemburg, 1984: 1). Sastra, tidak seperti halnya ilmu kimia atau sejarah, tidaklah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah semua tahap penelitian dilaksanakan, maka peneliti ini dapat

BAB V PENUTUP. Setelah semua tahap penelitian dilaksanakan, maka peneliti ini dapat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah semua tahap penelitian dilaksanakan, maka peneliti ini dapat disimpulkan bahwa Persepsi Masyarakat terhadap Mata Pelajaran Arab Melayu adalah baik, Dengan demikian,

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh : PERKAWINAN ADAT (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ingat, Merariq itu merupakan prosesi adat, di mana seorang lakilaki harus siap membawa lari calon istrinya. Dan Merariq itu merupakan pembuktian ketangkasan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk berinteraksi satu sama lain antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Dimana dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dalam menjalankan tata hukum di Indonesia. Oleh sebab itu, untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawin adalah perilaku mahluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar manusia berkembang biak. Oleh karena itu perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia menyimpan limpahan budaya dan sumber sejarah dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi ke generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia adalah Negara majemuk dimana kemajemukan tersebut mengantarkan Negara ini kedalam berbagai macam suku bangsa yang terdapat didalamnya. Keaneka ragaman suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan 1 BAB I PENDAHULUAN Pada hakekatnya manusia diciptakan untuk hidup berpasang-pasangan oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan melangsungkan perkawinan. Perkawinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman dahulu hingga kini, karena perkawinan merupakan masalah yang aktual untuk dibicarakan di dalam maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Propinsi yang kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Propinsi yang kebudayaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Propinsi yang kebudayaannya sangat beragam. Keragaman kebudayaan Sulawesi Tenggara terbentuk dari banyaknya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka budaya yang beranekaragam. Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu, Pulau Sumatera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) yang dikembangkan oleh Kress dan Van Leeuwen dalam buku Reading Images (2006). Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat, atau dalam arti sempitnya disebut sebagai kesenian rakyat. Coseteng dan Nemenzo (Jahi 2003: 29) mendefinisikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan Penduduk yang berdiam dan berasal dari pulau-pulau yang beraneka ragam adat budaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang memliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mahluk manusia baik itu aqidah, ibadah dan muamalah, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mahluk manusia baik itu aqidah, ibadah dan muamalah, termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Islam adalah agama yang universal. Syariat-Nya mencakup berbagai bidang kehidupan mahluk manusia baik itu aqidah, ibadah dan muamalah, termasuk masalah budaya dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syair merupakan sebuah karya sastra yang diciptakan pengarangnya dari wujud ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Umpasa merupakan salah satu ragam sastra lisan yang dimiliki masyarakat Batak Toba. Sebagai ragam sastra lisan, umpasa awalnya berkembang di masyarakat tradisional.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN KEKAYAAN INTELEKTUAL PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional MEDIA TRADISIONAL A. Pengertian Media Tradisional Dongeng adalah salah satu media tradisional yang pernah popular di Indonesia. Pada masa silam, kesempatan untuk mendengarkan dongeng tersebut selalu ada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan cerminan dari suatu bangsa, bangsa yang menjunjung tinggi kebudayaan pastilah akan selalu dihormati oleh negara lainnya. Budaya yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

Sahabat Ciptaan: Aca

Sahabat Ciptaan: Aca Bacalah puisi di bawah ini dengan percaya diri! Sahabat Ciptaan: Aca Betapa bahagia mempunyai sahabat Tertawa gembira bersama sahabat Berbagi cerita bersama sahabat Bermain gembira bersama sahabat Tak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam 85 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam adat kota Ende, mahar adalah pemberian wajib seorang suami kepada calon istrinya. Jumlah mahar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tidaklah dilihat sebagai barang antik yang harus diawetkan, yang

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tidaklah dilihat sebagai barang antik yang harus diawetkan, yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tidaklah dilihat sebagai barang antik yang harus diawetkan, yang beku, berasal dari masa lalu, dan tidak pernah akan dan boleh berubah yang kemudian diagungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras, suku, dan kebudayaan di setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan I. PENDAHULUAN 1.1, Latar Belakang. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan Lampung Jurai Pepadun. Dapat dikatakan Jurai Saibatin dikarenakan orang yang tetap menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan totalitas latar belakang dari sistem nilai, lembaga dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora) AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tembang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ragam suara yang berirama. Dalam istilah bahasa Jawa tembang berarti lagu. Tembang juga disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG Pernikahan BAB I PENDAHULUAN merupakan hal yang dilakukan oleh setiap makhluk Tuhan khususnya dalam agama Islam yang merupakan salah satu Sunnah Rasul, seperti dalam salah satu Hadist

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan

Lebih terperinci