BAB V. Skoring. Pengaruh Pundong. akan pengembangan. kendaraan roda. empat. Skor Jenis. Besaran / Skor. Positif Negatif

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V. Skoring. Pengaruh Pundong. akan pengembangan. kendaraan roda. empat. Skor Jenis. Besaran / Skor. Positif Negatif"

Transkripsi

1 BAB V. ANALISIS WILAYAH Analisis wilayah terhadap rencana lokasi pembangunan jembatan Soka/Nambangan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif (dengan skoring dan pembobotan). Skoring dilakukan terhadap hasil analisis kesesuaian RDTR Kecamatan Pundong, analisis sosial, analisis ekonomi, dan analisis dampak lingkungan; yang dibedakan atas jenis pengaruh positif dan jenis pengaruh negatif dengan besaran kecil, sedang, dan tinggi. Nilai/skor setiap jenis pengaruh dan besarannya dapat dilihat pada tabel berikut: 5.1. ANALISIS KESESUAIAN TATA RUANG KECAMATAN Kesesuaian Lokasi Pembangunan Jembatan Dalam RDTR Kecamatan Pundong disebutkan bahwa transportasi merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting untuk mempermudah interaksi antar wilayah. Dengan mudahnya interaksi tersebut, maka Kecamatan Pundong akan memperoleh manfaat ekonomi, sosial dalam konstelasi regional. Salah satu rencana pengembangan aspek transportasi wilayah adalah pembangunann jembatan yang menghubungkan antara Desa Seloharjo dan Desa Panjangrejo, sehingga dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Tabel 5.1. Jenis Pengaruh dan Besaran Skor Jenis Pengaruh Besaran / Skor Kecil Sedang Besar Positif Negatif Sumber: Analisis, 2012 Berdasarkan hal tersebut diatas, maka rencana pembangunan jembatan Soka lebih sesuai dengan arahan dokumen RDTR Kecamatan Pundong Rencana Penyediaann Angkutan Umum Penyediaan angkutan umum bertujuan untuk dapat memudahkan pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain. Ketersediaan angkutan umum merupakan sarana pendukung dalam sektor perdagangan dan jasa, pariwisata, pelayanan mum dan sosial lainnya. Rencana pengembangan angkutan umumm lokal antara lain dengan pengembangan Rute Angkutan Umum, berupa angkutan perdesaan non bus jurusan LAPORAN AKHIR: Studi Sosial Ekonomi Pembangunan Jembatan Soka dan Nambangan 5 1

2 Pasar Dlingo Imogiri Pundong Barongan Jetis Manding RSUD Simpanglima Gose Pasar Bantul, PP. Sesuai dengan rencana penyediaan jalur angkutan umum diatas, maka jalur tersebut melalui jembatan Soka, atau dalam hal ini rencana pembangunan jembatan Soka lebih sesuai dengan arahan dokumen RDTR Kecamatan Pundong dibandingkan jembatan Nambangan ANALISIS KONDISI SOSIAL Informasi Rencana Pembangunan Jembatan Informasi tentang rencana pembangunan jembatan Soka telah diketahui dengan baik masyarakat Dusun Gunungpuyuh Soka. Demikian juga untuk rencana pembangunan jembatan Nambangan telah ditahui baik oleh masyarakat Dusun Nambangan Nangsri Kendala Pemanfaatan Jembatan Eksisting Kendala pemanfaatan jembatan eksisting yang kondisnya sempit (kurang lebar), bergetar/tidak stabil, berbahaya terutama pada musim hujan lebih dirasakan oleh pengguna jembatan Nambangan yang jumlahnya lebih banyak Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Pembangunan Jembatan Persepsi masyarakat di sekitar tapak proyek secara umum menyambut positif terhadap rencana pembangunan jembatan Soka/Nambangan, karena hal tersebut akan memperlancar lalu lintas/transportasi dan peningkatan tingkat kehidupan masyarakat Ganti Rugi Aset Jumlah dan nilai aset yang harus diganti rugi berupa tanah pekarangan, teras, dan halaman rumah untuk jembatan Nambangan lebih banyak dibandingkan dengan jembatan Soka karena banyaknya OTDL Kekhawatiran Masyarakat Kekhawatiran masyarakat sekitar jembatan Soka terhadap kerusakan jalan, gangguan lalu lintas/kemacetan, dan kecelakaan lalu lintas relatif lebih kecil dibandingkan kekhawatiran masyarakat di sekitar jembatan Nambangan; karena jumlah OTDL jauh lebih sedikit ANALISIS EKONOMI Peningkatan Kegiatan Ekonomi Penduduk Dari data PDRB Kecamatan Pundong terlihat bahwa sektor yang memberikan sumbangan terbesar adalah sektor pertanian, sektor jasa jasa, dan sektor perdagangan, sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah sektor pengangkutan LAPORAN AKHIR: Studi Sosial Ekonomi Pembangunan Jembatan Soka dan Nambangan 5 2

3 dan komunikasi, sektor jasa, dan sektor industri pengolahan. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwwa sektor sektor yang potensial ini akan dapat lebih berkembang bila didukung dengan aksesibilitas yang memadai terutama jalan dan jembatan. Dari hasil analisis LQ, sektor ekonomi unggulan yang menjadi sektor basis dan berpotensial ekspor di Kecamatan Pundong pada tahun 2010, adalah sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; dan sektor jasa jasa. Sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi hanya mampu menjadi sektor basis tetapi belum mampu menjadi sektor potensial, hal ini menunjukkan bahwa aksesibilitas daerah tersebut perlu ditingkatkan sehingga sektor unggulan dan sektor basis akan dapat lebih berkembang menunjang perekonomian wilayah. Hasil survai aksesibilitas menunjukkan bahwa lokasi rencana jembatan di Dusun Nambangan memberikan akses yang lebih banyak untuk peningkatan perekonomian wilayah dibandingkan dengan lokasi jembatan di Dusun Soka Peningkatan Aksesibilitas Lintas Daerah Aksesibilitas lintas daerah sangat erat kaitanya dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, diharapkan dengan akses yang baik akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Aksesibilitas dapat digambarkan dengan tingkat lalu lintas pada suatu wilayah. Lokasi rencana pembangunan jembatan di Dusun Nambangan menunjukkan bahwa lalu lintas pengguna jembatan jauh lebih tinggi (4 kali lipat) dibandingkan dengan rencana lokasi pembangunan jembatan di Dusun Soka. Selain itu berdasarkan hasil survai di lapangan ditemukan bahwa akses jembatan Nambangan juga memfasilitasi akses lintas daerah sampai dengan luar Kabupaten Bantul, yaitu akses dari wilayah Panggang, Kabupaten Gunung Kidul Efisiensi Pembiayaan Pembebasan Lahan Besarnya biaya pembebasan lahan dapat diketahui berdasarkan dokumen DED rencana pembangunan jembatan Soka dan Nambangan yang disusun oleh Dinas PUP ESDM DIY. Lahan minimal yang harus dibebaskan untuk pembangunan jembatan Soka sebesar m 2, dan untuk jembatan Nambangan seluas m 2, dimana dana pembebasan lahan tersebut menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten Bantul. Berdadarkan hal tersebut maka rencana pembangunan jembatan di Dusun Soka akan lebih efisien dari segi pembiayaan pembebasan lahan dibandingkan dengan rencana pembangunan jembatan di Dusun Nambangan. LAPORAN AKHIR: Studi Sosial Ekonomi Pembangunan Jembatan Soka dan Nambangan 5 3

4 Efisiensi Pembiayaan Konstruksi Efisiensi pembiayaan kontruksi dapat dilihat dari dokumen DED pembangunan jembatan Soka dan Nambangan yang disusun oleh Dinas PUPESDM DIY. Dari dokumen tersebut terlihat bahwa pembiayaan untuk kontruksi jembatan Soka sebesar Rp. 14,8 Miliar, sedangkan untuk pembangunan jembatan Nambangan sebesar Rp 22 Miliar. Perbedaan pembiayaan ini disebabkan karena volume pekerjaan yang berbeda, walaupun dari segi panjang jembatan yang akan dibangun panjangnya hampir sama (123,6 m dan 122,4 m), tetapi jumlah pilar dan luas oprit jembatan yang diperlukan berbeda. Selain itu pembangunan jembatan juga memerlukan adanya dukungan jalan akses yang memadai. Untuk rencana jembatan di Dusun Nambangan akan memerlukan dukungan akses jalan yang cukup besar, yaitu harus meningkatkan jalan lokal/kampung ±700 m pada sisi barat jembatan dan ±400 m pada sisi timur jembatan menjadi jalan dengan lebar 9 13 m untuk mendukung fungsi jembatan. Sedangkan untuk rencana jembatan di Dusun Soka dukungan akses jalan tidak begitu bermasalah karena lokasi ini sudah terhubungkan dengan jalan kabupaten yang relatif dekat dengan rencana lokasi jembatan. Dari kondisi ini dapat dinyatakan bahwa rencana pembangunan jembatan di Dusun Soka akan lebih efisien dari segi pembiayaan dibandingkan dengan rencana pembangunan jembatan di Dusun Nambangan Aspek Kemanfaatan Jembatan Analisis aspek kemanfaatan jembatan memberikan gambaran tentang kemanfaatan jembatan di kedua rencana lokasi pembangunan jembatan (Soka dan Nambangan) yang mendasarkan pada hasil survei dan pertimbangan terhadap rencana pengembangan wilayah sesuai RDTR Kecamatan Pundong dan RDTR di wilayah yang berdekatan (Kecamatan Imogiri dan Kecamatan Kretek). Analisis kemanfaatan jembatan mempertimbangkan bahwa dalam pengembangan suatu wilayah, transportasi merupakan satu aspek yang memegang peranan penting untuk mempermudah interaksi antar wilayah. Dengan mudahnya interaksi tersebut, maka Kecamatan Pundong akan memperoleh manfaat ekonomi, sosial dalam konstelasi regional. Transportasi, sangat erat kaitannya dengan ekonomi dalam upaya membuka isolasi wilayah, sehingga wilayah yang memiliki transportasi baik dapat meningkatkan perkembangan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. a) Jembatan Soka Jembatan Soka akan menghubungkan Desa Seloharjo dengan Desa Panjangrejo, diharapkan dengan adanya jembatan akan meningkatkan perekonomian. Hal tersebut LAPORAN AKHIR: Studi Sosial Ekonomi Pembangunan Jembatan Soka dan Nambangan 5 4

5 karena kegiatan ekonomi kreatif telah berkembang dengan baik di Kecamatan Pundong, yakni usaha kerajinan gerabah (berkembang dari kerajinan gerabah tradisional ke jenis gerabah kontemporer). Desa Panjangrejo merupakan sentra usaha kerajinan gerabah dan mebelair. Sentra industri gerabah di Desa Pajangrejo sebanyak 130 unit usaha, terdiri atas gerabah tradisional (54 unit), souvenir (57 unit), dan lainnya 19 unit; selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Keberadaan jembatan Soka dapat menunjang sektor pariwisata yang ditunjang dengan kegiatan industri kreatif gerabah, meubel dan kuliner. Potensi wisata yang dapat dikembangkan berupa wisata alam, Gua Jepang, mataair Surocolo, dan saujana lahan pertanian. Jembatan Soka juga diharapkan dapat menunjang desa wisata edukasi kerajinan di Desa Panjangrejo yang terintegrasi dengan jalur transportasi Patalan Pundong Kretek. Jalur tersebut dapat dikembangkan sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) bersinergi dengan wisata Pantai Parangtritis di Kecamatan Kretek. Selain itu, jembatan Soka dapat menjadi jalur alternatif Yogyakarta Parangtritis yang sering mengalami kemacetan pada even even tertentu. Jembatan Soka dapat membuka isolasi Desa Seloharjo sebagai salah satu desa sangat tertinggal di Kabupaten Bantul. Status tersebut antara lain disebabkan karena keterbatasan aksesibilitas wilayah, sehingga dengan memiliki jalur transportasi yang baik akan meningkatkan perkembangan kegiatan sosial ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah. Selain itu, keberadaan jembatan Soka dapat mendukung aksesibilitas Pusat Perdagangan Jasa Utama di Desa Srihardono dan Pusat Perdagangan Jasa Kedua di Desa Seloharjo sesuai dengan arahan dokumen RDTR Kecamatan Pundong b) Jembatan Nambangan Jembatan Nambangan akan memberikan peningkatan perekonomian lokal (Nangsri dan Nambangan) dan perekonomian antar wilayah (Bantul bagian selatan). Terdapat 60 buah embrio ekonomi binaan rumah tangga di dusun Nangsri yang berupa perdagangan, industri rumah tangga (pati aci, krupuk, dll), meubel, dan warung (Lampiran 2). Sedangkan di dusun Nambangan terdapat 52 embrio ekonomi binaan rumah tangga berupa perdagangan/warung, industri rumah tangga, bangunan, meubel, dan peternakan (Lampiran 3). Kegiatan ekonomi yang berkembang baik di wilayah ini adalah industri pembuatan tepung tapioka di Srihardono dimana mayoritas merupakan industri skala kecil dan industri rumah tangga. LAPORAN AKHIR: Studi Sosial Ekonomi Pembangunan Jembatan Soka dan Nambangan 5 5

6 Jembatan Nambangan selain dapat membuka isolasi wilayah timur dan barat Sungai Opak, juga akan menunjang perkembangan wisata di Kecamatan Imogiri berupa wisata Gua Cerme, selain perkembangan perdagangan lintas daerah (Pundong Selopamioro Panggang/Gunung Kidul) ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN Pada bagian ini akan diuraikan tentang dampak yang ditimbulkan dan perkiraan besarnya dampak dari rencana pembangunan Jembatan Soka dan Nambangan yang meliputi 3 tahapan kegiatan utama, yaitu: pra kontruksi, kontruksi, dan pasca kontruksi Tahap Pra Konstruksi 1. Persepsi Masyarakat Besaran dampak yang ditimbulkannya terhadap rencana pembangunan jembatan Soka dan Nambangan adalah sedang, karena akan timbulnya pertanyaan dari masyarakat terhadap keberadaan kegiatan ini. 2. Pembebasan Lahan Besaran dampak yang ditimbulkannya terhadap pembebasan lahan untuk pembangunan jembatan Soka dan Nambangan berupa timbul permasalahan ganti rugi terhadap lahan milik masyarakat yang harus dibebaskan untuk menunjang kegiatan pembangunan ini. Dampak pembebasan lahan yang ditimbulkan untuk rencana pembangunan jembatan Nambangan diperkirakan besar karena lahan yang harus dibebaskan selain untuk keperluan oprit jembatan (4.837 m 2 ) juga untuk memperlebar jalan akses, karena jalan yang ada saat ini berupa jalan lingkungan/lokal dengan lebar 5 6 meter. Sedangkan dapak pembebasan lahan untuk rencana pembangunan jembatan Soka relatif kecil karena keperluan untuk oprit jembatan hanya sebesar m 2 dan jalan akses yang ada sudah berupa jalan kabupaten. 3. Pembangunan Base Camp Dan Pemagaran Tapak Kegiatan Besaran dampak yang ditimbulkannya terhadap pembangunan base camp terhadap rencana pembangunan jembatan Soka dan Nambangan adalah kecil, karena dapat dibangun mendekati lokasi tapak yang direncanakan. 4. Gangguan Lalu Lintas Besaran dampak yang ditimbulkan terhadap rencana pembangunan jembatan Soka adalah kecil, karena mobilisasi alat berat hanya sesaat dan jumlah alat berat yang dibawa tidak banyak dan jembatan non permanen yang ada masih dapat berfungsi dengan normal. Sedangkan dampak untuk rencana pembangunan jembatan LAPORAN AKHIR: Studi Sosial Ekonomi Pembangunan Jembatan Soka dan Nambangan 5 6

7 Nambangan adalah sedang, karena akan mengganggu aktivitas jembatan non permanen yang sangat padat lalu lintasnya Tahap Kostruksi 1. Kandungan Debu Dampak yang ditimbulkan adalah kecil karena volume pekerjaan relatif sedikit dan lokasinya cukup jauh dari permukiman (untuk jembatan Soka dan Nambangan). 2. Kandungan Gas Dampak yang ditimbulkan adalah kecil karena volume pekerjaan di kedua lokasi tersebut (Soka dan Nambangan) relatif sedikit. 3. Peningkatan Tingkat Kebisingan Dampak yang ditimbulkan adalah kecil, karena menggunakan alat berat sedikit dengan volume sedikit dan lokasinya cukup jauh dari permukiman. 4. Kerusakan Jalan Dampak yang ditimbulkan di lokasi Soka adalah kecil, karena jarak tapak proyek dengan jalan kabupaten dekat; untuk lokasi jembatan Nambangan dampak kerusakan jalan adalah sedang karena jarak tapak proyek relatif jauh dari jalan utama kabupaten. 5. Peningkatan Tingkat Getaran Dampak yang ditimbulkan adalah kecil, karena menggunakan alat berat sedikit dengan volume sedikit di kedua lokasi (Soka dan Nambangan). 6. Penurunan Kualitas Air Sungai Dampak yang ditimbulkan adalah kecil di kedua rencana lokasi jembatan (Soka dan Nambangan) karena kegiatan yang potensi terhadap penurunan kualitas air hanya pada saat pembangunan pondasi dan pemasangan batu. 7. Erosi Tebing Sungai Dampak yang ditimbulkan adalah kecil karena areal yang akan dibersihkan relatif sempit di kedua lokasi jembatan (Soka dan Nambangan). 8. Kerusakan Sempadan Sungai Besaran dampak kerusakan sempadan sungai oleh kegiatan ini adalah kecil, karena sedikitnya lahan atau sempadan sungai yang akan dimanfaatkan untuk pembangunan jembatan, baik di Soka maupun Nambangan. 9. Kesempatan Kerja Dampak yang ditimbulkan adalah kecil karena jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan relatif sedikit di kedua lokasi. LAPORAN AKHIR: Studi Sosial Ekonomi Pembangunan Jembatan Soka dan Nambangan 5 7

8 10. Peluang Usaha Besaran dampak yang ditimbulkan kecil dan bersifat positif bagi masyarakat sekitar baik di rencana lokasi pembangunan jembatan Soka maupun jembatan Nambangan. 11. Kecemburuan Sosial Besaran dampak yang ditimbulkan di kedua lokasi rencana jembatan relatif kecil, karena jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan relatif sedikit dan membutuhkan keahlian tersendiri. 12. Kesehatan Masyarakat Besaran dampak yang ditimbulkan kecil, karena velume pekerjaan tidak terlalu besar dan dampak ini merupakan dampak turunan. 13. Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja Besaran dampak terhadap kecelakaan kerja di kedua lokasi rencana jembatan adalah tergolong sedang, karena menggunakan peralatan besi. 14. Gangguan Lalu Lintas Besaran dampak terhadap gangguan lalu lintas di Dusun Soka termasuk kecil karena kegiatan tersebut tidak menghalangi kelancaran lalu lintas. Sedangkan dampak gangguan lalu lintas di lokasi rencana jembatan Nambangan termasuk besar karena akan menutup jembatan non permanen yang saat ini digunakan masyarakat, sehingga arus lalu lintas harus dialihkan Tahap Paska Konstruksi Pada tahap operasi kegiatan/paska konstruksi yang akan dilakukan adalah demobilisasi alat berat, pemutusan hubungan kerja dan operasional jembatan. 1. Kesempatan Kerja Besaran dampak di kedua lokasi rencana pembangunan jembatan (Soka dan Nambangan) adalah kecil, karena sebelumnya telah dilakukan penjelasan tentang bentuk/ikatan kerja selama konstruksi. 2. Persepsi Masyarakat Besaran dampak terhadap persepsi masyarakat adalah kecil di kedua lokasi rencana jembatan, karena sedikitnya masyarakat yang bekerja pada kegiatan peningkatan pembangunan jembatan. 3. Kelancaran Lalu Lintas Dampak aksesibilitas di kedua lokasi (Soka dan Nambangan) digolongkan besar, karena akses masyarakat semakin lancar dan dapat meningkatkan perekonomian wilayah, LAPORAN AKHIR: Studi Sosial Ekonomi Pembangunan Jembatan Soka dan Nambangan 5 8

9 serta membuka desa tertinggal yang ada di bagian selatan tenggara Kabupaten Bantul. Tabel 5.2. Matrik Perkiraan Dampak Lingkungan Komponen Kegiatan Jembatan Soka Jembatan Nambangan Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar A. Pra Kontruksi 1. Persepsi Masyarakat 2. Dampak Pembebasan Lahan 4. Gangguan Lalu Lintas 3. Dampak Pembangunan base camp dan pemagaran B. Kotruksi 1. Kandungan Debu 2. Kandungan Gas 3. Penigkatan Tingkat Kebisingan 4. Kerusakan Jalan 5. Peningkatan Tingkat Getaran 6. Penurunan Kualitas Air Sungai 7. Erosi Tebing Sungai 8. Kerusakan Sempadan Sungai 9. Kesempatan Kerja 10. Peluang Usaha 11. Kecemburuan Sosial 12. Kesehatan Masyarakat 13. Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja 14. Gangguan Lalu Lintas C. Pasca Kontruksi/Operasional 1. Kesempatan Kerja 2. Persepsi Masyarakat 3. Kelancaran Lalu Lintas Sumber: Analisis, PRIORITAS LOKASI PEMBANGUNAN JEMBATAN Sesuai hasil analisa di atas dapat ditentukan prioritas lokasi pembangunan jembatan berdasarkan jumlah skor dari berbagai komponen seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 5.3. Penentuan Prioritas Pembangunan Jembatan SKOR NILAI (Skor x Bobot) KOMPONEN ANALISIS Nambangangan BOBOT Namba Soka Soka A. KESESUAIAN terhadap RDTR KECAMATAN (bobot 25%) 1. Rencana Pembangunan Jembatan 5 3 0,125 0,625 0, Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi 5 3 Umum 0,125 0,625 0,375 Sub total A ,25 1,25 0,75 B. ANALISIS KONDISI SOSIAL (bobot 25%) 1. Informasi Rencana Pembangunan Jembatan 5 5 0,050 0,250 0, Kendala Pemanfaatan Jembatan Eksisting 3 5 0,050 0,150 0, Persepsi terhadap Rencana Pembangunan Jembatan 5 5 0,050 0,250 0, Ganti Rugi Aset 1 5 0,050 0,050 0,250 LAPORAN AKHIR: Studi Sosial Ekonomi Pembangunan Jembatan Soka dan Nambangan 5 9

10 KOMPONEN ANALISIS BOBOT SKOR Soka Nambangan 3 3 NILAI (Skor x Bobot) Nambangan Soka 5. Kekhawatiran Masyarakat terhadap Dampak Lingkungan 0,050 0,150 0,150 Sub total B 3 3 0,250 0,150 0,150 C. ANALISIS EKONOMI (bobot 30%) 1. Peningkatan Kegiatan Ekonomi Penduduk 3 5 0,060 0,180 0, Peningkatan Aksesibilitas Lintas Daerah 3 5 0,060 0,180 0, Efisiensi Pembiayaan Pembebasan Lahan 5 1 0,060 0,300 0, Efisiensi Pembiayaan Kontruksi 5 3 0,060 0,300 0, Aspek Kemanfaatan Jembatan 3 5 0,060 0,180 0,300 Sub total C ,030 1,140 1,140 D. ANALISIS LINGKUNGAN (bobot 20%) 1. Pra Kontruksi a. Persepsi Masyarakat terhadap Dampak Lingk ,010 0,029 0,029 b. Dampak Pembebasan lahan 1 5 0,010 0,010 0,048 c. Gangguan Lalu Lintas 1 3 0,010 0,010 0,029 d. Pembangunan Base camp dan Pemagaran 1 1 0,010 0,010 0, Konstruksi a. Kandungan Debu 1 1 0,010 0,010 0,010 b. Kandungan Gas 1 1 0,010 0,010 0,010 c. Penigkatan Tingkat Kebisingan 1 1 0,010 0,010 0,010 d. Kerusakan Jalan 1 3 0,010 0,010 0,029 e. Peningkatan Tingkat Getaran 1 1 0,010 0,010 0,010 f. Penurunan Kualtas Air Sungai 1 1 0,010 0,010 0,010 g. Erosi Tebing Sungai 1 1 0,010 0,010 0,010 h. Kerusakan Sempadan Sungai 1 1 0,010 0,010 0,010 i. Kesempatan Kerja 1 1 0,010 0,010 0,010 j. Peluang Usaha 1 1 0,010 0,010 0,010 k. Kecemburuan Sosial 1 1 0,010 0,010 0,010 l. Kesehatan Masyarakat 1 1 0,010 0,010 0,010 m. Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja 3 3 0,010 0,029 0,029 n. Gangguan Lalu Lintas 3 5 0,010 0,029 0, Paska Kontruksi/Operasional a. Kesempatan Kerja 1 1 0,010 0,010 0,010 b. Persepsi Masyarakat 1 1 0,010 0,010 0,010 c. Kelancaran Lalu Lintas 5 5 0,010 0,048 0,048 Sub total D ,200 0,162 0,257 TOTAL ,940 2,378 1,483 Sumber: Analisis, 2012 Dari tabel tersebut terlihat bahwa prioritas lokasi pembangunan jembatan berada di Dusun Soka Gunung Puyuh yang menghubungkan Desa Seloharjo dengan Desa Panjangrejo. Hal ini terlihat dari hasil beberapa analisis yang dilakukan meliputi: analisis kesesuaian terhadap RDTR Kecamatan Pundong; analisis kondisi sosial; analisis ekonomi; dan analisis lingkungan, dimana lokasi jembatan Soka memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan jembatan Nambangan. LAPORAN AKHIR: Studi Sosial Ekonomi Pembangunan Jembatan Soka dan Nambangan 5 10

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Pulau Jawa yang termasuk dalam kelompok Kawasan Telah Berkembang di Indonesia, merupakan wilayah dengan perkembangan perekonomian yang sangat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Kebijakan pemerintah untuk memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada daerah untuk mengatur kebijakan pemerintahan dan pembangunan daerah masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

POTENSI DAN MASALAH KAWASAN PISEW

POTENSI DAN MASALAH KAWASAN PISEW BAB IV. POTENSI DAN MASALAH KAWASAN PISEW Potensi dan masalah di kawasan PISEW merupakan hasil dari survei kecamatan yang dilakukan oleh Forum Kecamatan dan Pokja Kecamatan serta difasilitasi oleh Fasilitator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Pembangunan sarana transportasi mempunyai peranan penting dalam perkembangan sumber daya manusia saat ini sebab disadari makin meningkatnya jumlah pemakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Transportasi merupakan gabungan sarana prasarana alat angkut dan alat/sistem pengaturan yang digunakan untuk mengangkut manusia maupun barang dari suatu tempat ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk di Indonesia pada masa saat sekarang ini semakin pesat, bila tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang baik maka bangsa ini akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau, dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010, Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. pulau, dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010, Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau, dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010, Indonesia adalah negara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 KESIMPULAN Sentra Batik Tulis Giriloyo, Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan dan Kulit Manding merupakan beberapa kawasan industri kreatif yang berpotensi dikembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia, sebagian wilayah kepulauan adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (Meika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pariwisata. Desa wisata biasanya dikembangkan pada kawasan

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pariwisata. Desa wisata biasanya dikembangkan pada kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa wisata merupakan salah satu objek wisata yang sedang berkembang pada sektor pariwisata. Desa wisata biasanya dikembangkan pada kawasan pedesaan yang didalamnya

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Transportasi merupakan fasilitas pendukung kegiatan manusia, transportasi tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek aktivitas manusia tersebut. Transportasi sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dengan melakukan proses desentralisasi terhadap daerah-daerah otonom memiliki potensi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Seiring perkembangan kegiatan perekonomian di wilayah Propinsi Jawa Tengah yang cukup pesat, maka Semarang sebagai Ibukota Propinsi memiliki peran besar dalam mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program yang ada di lokasi KKN tersebut. Yogyakarta. Kelurahan Seloharjo, dibatasi oleh:

BAB I PENDAHULUAN. program yang ada di lokasi KKN tersebut. Yogyakarta. Kelurahan Seloharjo, dibatasi oleh: BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Periode LXI Divisi XIV Kelompok B Unit 1 Universitas Ahmad Dahlan tahun akademik 2016/2017, berlokasi di Dusun Dukuh, Kelurahan Seloharjo,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBJEK. a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

BAB IV GAMBARAN OBJEK. a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia BAB IV GAMBARAN OBJEK A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Keadaan Alam Sumber data yang di dapat dari Disdukcapil Kab. Bantul. Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping empat daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor jalan merupakan salah satu penunjang yang sangat penting bagi kegiatan-kegiatan ekonomi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Geologi lingkungan merupakan suatu interaksi antara manusia dengan alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan

Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan Modul ini akan berisi prtunjuk tentang bagaimana cara menganalisa dampak sosial dan lingkungan yang akan terjadi akibat dari proses bisnis perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah dipengaruhi oleh sistem transportasi yang ada di wilayah tersebut. Sistem transportasi nasional apabila dikelola dengan baik akan menunjang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M Purwodadi, 15 Juli 2014 Purwodadi, Juli 2014 APBD PENETAPAN : Rp. 55.831.155.000,00 VISI DINAS BINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geografi adalah ilmu yang mempelajari permukaan bumi sebagai sebuah ruang yang mana di dalamnya merupakan tempat sekumpulan orang tinggal (Hagget 1986, 175). Pariwisata

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun daerah-daerah tertinggal dan terpencil, maka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. membangun daerah-daerah tertinggal dan terpencil, maka pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu daerah atau kawasan, tidak terlepas dari dukungan infrastruktur yang memadai. Sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Papua pada umumnya dan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print C-45 Penentuan Prioritas Pengembangan Infrastruktur Kawasan Wisata Bahari di Desa Sumberejo, Desa Lojejer dan Desa Puger Kulon, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON 4.1 Analisis Struktur Ekonomi Dengan struktur ekonomi kita dapat mengatakan suatu daerah telah mengalami perubahan dari perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan Peningkatan Prasarana Transportasi Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan Pembangunan Jalan Baru Jalan bebas hambatan didalam kota Jalan lingkar luar Jalan penghubung baru (arteri) Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar Propinsi Bali, dan terletak kurang lebih 400 meter dari pantai lebih. Jembatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dampak negatif yang ditimbulkan dari

Lebih terperinci

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

Tabel Hasil Proses Pelingkupan Tabel 2.50. Hasil Proses No. menimbulkan A. Tahap Pra 1. Sosialisasi Permen 17 tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam ProsesAMDAL dan Izin Lingkungan terkena Sosial Budaya Munculnya sikap Evaluasi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Sasaran pertumbuhan PDB Nasional berdasar RPJPN 2005-2025 adalah mencapai pendapatan per kapita pada tahun 2025 setara dengan negara-negara berpendapatan menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya merupakan sarana transportasi darat yang membentuk jaringan transportasi untuk menghubungkan daerah-daerah, sehingga roda perekonomian dan pembangunan dapat

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA GEOGRAFIS KABUPATEN BANGKA PKL Sungailiat PKW PKNp PKWp PKW PKW Struktur Perekonomian Kabupaten Bangka tanpa Timah Tahun 2009-2013 Sektor 2009 (%)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN JALAN PRODUKSI PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO. Oleh. Farida Hardaningrum ABSTRAK

PENGEMBANGAN JALAN PRODUKSI PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO. Oleh. Farida Hardaningrum ABSTRAK e-jurnal Spirit Pro Patria Volume 1 Nomor 1 April 2015 E-ISSN 2443-1532 PENGEMBANGAN JALAN PRODUKSI PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO Oleh Farida Hardaningrum ABSTRAK Keberadaan jalan produksi oleh para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang baru, karena hampir setiap hari kita menggunakannya. Transportasi merupakan alat/teknik/cara untuk melawan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ria Fitriana, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ria Fitriana, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan wilayah pada umumnya selalu dihadapkan pada berbagai tuntutan sekaligus implikasi yang menyertai berkembangnya keragaman dari intensitas kegiatan. Hal

Lebih terperinci

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Badung Tujuan dan sasaran yang ingin diwujudkan oleh Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi di kota-kota besar seperti di Yogyakarta. Untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi di kota-kota besar seperti di Yogyakarta. Untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan masalah kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar seperti di Yogyakarta. Untuk mengurangi kemacetan tersebut, diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di daerah tropis dengan luas laut dua pertiga dari luas negara secara keseluruhan. Keberadaan Indonesia di antara dua benua dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH Penyusunan garis besar langkah kerja merupakan suatu tahapan kegiatan dengan menggunakan metodologi. Metodologi pendekatan analisis dilakukan dengan penyederhanaan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL Kabupaten Bantul adalah kabupaten yang terletak di bagian Selatan Barat daya Provinsi D.I. Yogyakarta. Kawasan ini terletak antara 07 44 04 08 00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak pula aktifitas masyarakat. Salah satu aktifitas manusia yang paling penting adalah berlalu lintas.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kilometer dari Ibukota Kecamatan Imogiri. Batas administrasi Desa Kebonagung

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kilometer dari Ibukota Kecamatan Imogiri. Batas administrasi Desa Kebonagung IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Kebonagung 1. Lokasi Desa Kebonagung Desa Kebonagung merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR oleh : T A N T A W I L2D 300 379 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

Desa Kunir. Desa Karanggayam. Lokasi 4 Desa Kaliwungu. Lokasi 3 Desa Purwokerto. Jalan Nasional III. Desa Ngunut Lokasi 2. Lokasi 1.

Desa Kunir. Desa Karanggayam. Lokasi 4 Desa Kaliwungu. Lokasi 3 Desa Purwokerto. Jalan Nasional III. Desa Ngunut Lokasi 2. Lokasi 1. P E M E R I N T A H K A B U P A T E N B L I T A R B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N D A E R A H J a l a n S e m e r u N o m o r 4 0 T e l p. ( 0 3 4 2 ) 8 0 8 1 6 5 F a x. ( 0 3 4 2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan ekonomi pada kota kota besar di Indonesia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan ekonomi pada kota kota besar di Indonesia telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi pada kota kota besar di Indonesia telah menyebabkan tingginya pergerakan manusia dan barang. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan dengan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan dengan sumber dayanya yang tersebar di berbagai lokasi merupakan modal yang berharga bagi pembangunan nasional terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah industri kecil merupakan

I. PENDAHULUAN. dan mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah industri kecil merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kerajinan merupakan salah satu jenis pekerjaan yang berkembang dalam kehidupan manusia. Di Indonesia industri kerajinan terus mengalami perkembangan dan mendapat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA ALAM DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR. Oleh ;

IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA ALAM DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR. Oleh ; IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA ALAM DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR Oleh ; Dwi Prasetiyo Putra 1, Edy Mulyadi 2, Janthy. T. Hidayat 3 Abstrak Kawasan wisata di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sering dikaitkan dalam perkembangan ekonomi suatu negara dengan tujuan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Umum Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem tranportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas sistem, yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu 1. Penelitian ini menghasilkan peta rencana jalur evakuasi yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan disahkannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan direvisi menjadi Undang-undang No. 32 tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas berjalan kaki merupakan suatu bagian integral dari aktivitas lainnya. Bagi masyarakat di daerah tropis, berjalan kaki mungkin kurang nyaman karena masalah

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran (rumah makan) merupakan lapangan usaha yang sangat berperan terhadap perekonomian Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III - 1

BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III METODOLOGI Perencanaan underpass di persimpangan Jl.Kapt.Sudibyo-Jl.K.S.Tubun dan Jalan Rel ini memerlukan banyak kajian yang harus ditinjau. Maka untuk mempermudah langkah-langkah penyusunan Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah dengan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab yang dapat menjamin perkembangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kesimpulan studi dari hasil penelitian. Selain itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai hasil temuan studi yang menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan dan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan perdagangan merupakan unsur utama dalam perkembangan kota Pematangsiantar. Keadaan ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah.transportasi merupakan suatu sarana yang berkorelasi positif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perkembangan dunia usaha sedang meningkat pesat, terlihat bahwa usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peranan yang sangat besar untuk pembangunan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Jembatan dapat dikatakan sebagai salah satu peralatan tertua di dalam peradaban manusia. Pada zaman dahulu, jembatan mula-mula dibuat dengan menggunakan balok

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis dari studi yang dilakukan terhadap persepsi wisatawan terhadap Objek Wisata Batu Mentas, maka selanjutnya diuraikan kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa jalan dan jembatan yang merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa jalan dan jembatan yang merupakan bagian dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sarana dan prasarana sub sistem transportasi di Indonesia dapat berupa jalan dan jembatan yang merupakan bagian dari pembangunan nasional, dimaksudkan

Lebih terperinci