REPRESENTASI KONSUMERISME DALAM FILM CONFESSIONS OF A SHOPAHOLIC

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REPRESENTASI KONSUMERISME DALAM FILM CONFESSIONS OF A SHOPAHOLIC"

Transkripsi

1 REPRESENTASI KONSUMERISME DALAM FILM CONFESSIONS OF A SHOPAHOLIC (Studi Analisis Semiotika Representasi Konsumerisme Dalam Film Confessions of a Shopaholic ) KAREN ABSTRAK Penelitian ini berjudul Representasi Konsumerisme dalam Film Confessions of a Shopaholic studi analisis semiotika yang terdapat dalam film Confessions of a Shopaholic. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah film Confessions of a Shopaholic yang bercerita tentang kehidupan wanita bernama Rebecca Bloomwood yang merupakan seorang shopaholic atau penggila belanja yang tinggal di Amerika Serikat Penelitian ini merupakan analisis semiotika yang menganalisis sistem tanda dan makna dengan perangkat analisis semiotika Roland Barthes, yakni pemaknaan terhadap sign (tanda) yang terdapat dalam film melalui Signifikansi Dua Tahap dengan menentukan denotasi dan konotasi tanda yang ada dalam film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film Confessions of a Shopaholic telah mengkomunikasikan adanya gaya hidup konsumerisme yang ditunjukkan melalui tokoh utama wanita dalam film tersebut. Dalam beberapa adegan, film ini menggambarkan bagaimana seorang manusia bisa sangat konsumeris dalam berbelanja. Secara keseluruhan, peneliti menyimpulkan gaya hidup konsumerisme memang banyak terjadi di sekitar kehidupan kita. Kata Kunci : Film, Semiotika, Representasi, Konsumerisme PENDAHULUAN Latar Belakang Sebuah media massa menyajikan berbagai produk tayangan yang kemudian dikemas dengan sedemikian rupa dengan tujuan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, mulai dari berita, film, program keluarga, kuis, dan sebagainya. Berbicara mengenai film berarti kita berbicara tentang sebuah media komunikasi massa yang cukup kompleks. Film merupakan salah satu media massa yang sedang populer karena dunia film yang gemerlap selalu mengundang keingintahuan masyarakat. Film telah terlebih dahulu ada sebelum manusia mengenal televisi. Tidak pernah ada sejarah yang pasti mengenai film, baik itu secara estetika maupun secara teknik. Potret konsumerisme banyak ditampilkan dalam berbagai media massa, baik itu melalui surat kabar/majalah, iklan, televisi, buku, serta film. Konsumerisme sendiri merupakan suatu gaya hidup dimana seorang 1

2 individu ingin terus menerus membelanjakan uangnya, baik itu untuk memperoleh suatu barang maupun jasa. Hal ini akan menjadikan manusia sebagai pecandu produk, sehingga akan terjadi ketergantungan dan tidak dapat/susah dihilangkan. Pada masa yang semakin berkembang ini, seseorang bahkan bisa membelanjakan sesuatu tanpa menggunakan uang dengan adanya kartu kredit (credit card) yang bisa memacu pola hidup masyarakat yang semakin konsumtif. Konsumerisme sudah menjadi suatu kebiasaan bagi pola hidup sebagian masyarakat di dunia. Gaya hidup konsumtif sudah ada sejak awal peradaban manusia seperti masa-masa kerajaan Mesir kuno, Babylonia kuno, dan jaman Romawi kuno ( Pada dasarnya pola hidup konsumtif ada dalam diri setiap manusia. Yang membedakan hanyalah kadar konsumerisme pada setiap diri manusia yang berbeda-beda. Kadar konsumerisme seseorang juga bisa dipengaruhi dari lingkungan tempat tinggal, lingkungan pergaulan, dan lingkungan pekerjaan. Seorang wanita cenderung digambarkan lebih konsumtif daripada seorang pria. Hal ini dikarenakan pada kenyataannya kebutuhan hidup seorang wanita memang jauh lebih banyak dari seorang pria. Salah satunya digambarkan dalam film Confessions of a Shopaholic yang diadaptasi melalui novel yang mempunyai judul yang sama yang ditulis oleh Sophie Kinsella. Daripada menggambarkannya sebagai wanita Inggris, sutradara film ini, P.J Hogan menggambarkan tokoh Rebecca Bloomwood sebagai seorang wanita Amerika. Dalam film ini ada 2 isu utama yang dapat terlihat yaitu soal keglamoran dan sifat konsumerisme seorang wanita. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin memperlihatkan serta menjelaskan mengenai gaya hidup konsumerisme yang mungkin saja terjadi pada sebagian besar orang di muka bumi. Hanya saja banyak dari orangorang yang mengalaminya justru tidak sadar dengan gaya hidup mereka masing-masing. Dengan adanya film Confessions of a Shopaholic yang berdurasi 104 menit yang mengangkat tema keglamoran dan konsumerisme sebagai tema sentralnya, peneliti tertarik untuk menjadikannya karya ilmiah. Fokus Masalah Fokus masalah yang dapat ditarik oleh peneliti berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah: Bagaimanakah konsumerisme digambarkan dalam film Confessions of a Shopaholic? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumerisme yang digambarkan dalam film Confessions of a Shopaholic serta mengungkap sistem tanda yang digambarkan dalam film tersebut. 2

3 KAJIAN PUSTAKA Film Film merupakan salah satu media yang berpotensi untuk mempengaruhi khalayaknya, karena kekuatan dan kemampuannya menjangkau banyak segmen sosial. Dalam hubungannya, film dan masyarakat dipahami secara linier. Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari masyarakat dimana film itu dibuat (Sobur, 2004:127) Dalam satu penggunaannya, film adalah medium komunikasi massa, yaitu alat penyampaian berbagai jenis pesan dalam peradaban modern ini. Dalam penggunaan lain, film menjadi medium apresiasi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman-seniman film untuk mengutarakan gagasan, ide, melalui suatu wawasan keindahan. Kedua pemanfaatan tersebut secara unik terjalin dalam perangkat teknologi film yang dari waktu ke waktu semakin canggih. Semiotika Roland Barthes Menurut Barthes, semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objekobjek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem yang terstruktur (Sobur, 2004:15). Nilai semiotika dapat dipakai untuk menunjukkan kemampuan suatu mitos yang ditukarkan dengan suatu ide (ideologi) dan dibandingkan dengan mitos-mitos lain. Roland Barthes merupakan seorang penganut Saussure dari Prancis. Gagasan-gagasannya memberi gambaran yang luas mengenai media kontemporer. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Barthes mengembangkan dua tingkat penandaan yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang bertingkat-tingkat atau lebih dikenal dengan order of signification. Pada signifikasi tahap kedua, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah cerita yang digunakan suatu kebudayaan untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dan realitas atau alam. Menurut Barthes (Sobur, 2004:65), mitos merupakan cara berpikir dari suatu kebudayaan tentang sesuatu, cara untuk mengkonseptualisasikan atau 3

4 memahami sesuatu. Dengan mitos kita dapat menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti konotasi-konotasi yang terdapat dalam mitos itu sendiri. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju pada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two orders of signification ), seperti gambar di bawah ini: Gambar 1 Dua tatanan pertandaan Barthes tatanan pertama tatanan kedua realitas tanda kultur bentuk denotasi penanda pertanda konotasi isi mitos Sumber: John Fiske. Cultural and Communication Studies, Terjemahan: Drs. Yosal Iriantara, M.S dan Idy Subandy Ibrahim. Yogyakarta: Jalasutra hal: 122. Analisis mitos difokuskan pada sistem semiotika tingkat dua. Mitos atau sistem mitis dibuat menggunakan sistem semiotika tingkat pertama sebagai signifier bagi sistem semiotika tanda tingkat kedua. Signifier baru disebut form dan signified disebut concept. Hubungan antara form dan concept disebut signification atau mitos itu sendiri. Ideologi ada selama kebudayaan ada, dan itulah sebabnya Barthes berbicara tentang konotasi sebagai suatu ekspresi budaya. Sistem penandaan yang digunakan Barthes dalam analisisnya terhadap novel Sarrasine, dijelaskan tentang bagaimana logika disusun oleh adanya narasi. Kode yang dikemukakan oleh Barthes menggambarkan bagaimana penonton juga berperan sebagai pengamat karena mereka memecah kembali narasi yang telah ada. Penonton akan memecah narasinarasi tersebut berdasarkan lima kode narasi yang dikemukakan oleh Barthes (Lacey, 2000:72): 1. Kode hermeneutika atau hermeneutic codes yaitu kode yang mempuyai fungsi untuk mendapatkan kebenaran dari tanda-tanda yang muncul. 4

5 2. Kode proairetik atau action codes, yaitu kode yang didasari oleh tindakan, kode ini merupakan kode yang dimengerti oleh penonton secara umum. 3. Kode semik atau semic code merupakan kode konotasi, dimana kesankesan konotasi bisa didapat oleh penonton melalui objek, tokoh, maupun tempat. 4. Kode simbolik atau symbolic codes berkaitan erat dengan tema atau arti yang sebenarnya. 5. Kode kultural atau cultural codes, yaitu kode referensial yang berwujud suara kolektif anonim yang bersumber pada pengalaman manusia, bisa juga melalui sumber pengetahuan dan sistem nilai yang tersirat. Ideologi dan mitos-mitos dalam sebuah film dapat ditemukan dengan jalan meneliti konotasi-konotasi yang ada dalam film tersebut. Untuk itulah dalam peneliti akan mencoba membongkar mitos-mitos dan ideologi yang terdapat dalam film Confessions of a Shopaholic. Representasi Menurut John Fiske (2004:287), representasi adalah sesuatu yang merujuk pada proses yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi, citra, atau kombinasinya. Dalam hal ini, proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem peta konstektual kita. Dalam proses kedua, kita mengkonstruksi seperangkat korespondensi antara peta konseptual dengan bahasa atau simbol yang berfungsi mempresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara sesuatu, peta konseptual, dan bahasa atau simbol adalah jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses ini yang terjadi bersamasama itulah yang kita sebut representasi. Konsumerisme Konsumerisme adalah sebuah gaya hidup yang berdasarkan pada keinginan seseorang untuk membelanjakan uangnya untuk memperoleh sebuah barang atau jasa yang diinginkan dan bahkan terkadang bisa dalam jumlah yang besar. Dalam bidang ekonomi, konsumerisme bisa diartikan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang menekankan pada kegiatan konsumtif ( Konsumerisme perlu dibedakan dari konsumsi. Konsumsi berkait pemakaian barang/jasa untuk hidup layak dalam konteks sosio-ekonomis-kultural tertentu. Konsumsi menyangkut kelayakan survival (kemampuan untuk bertahan hidup). Bagi banyak orang, konsumerisme seperti perburuan prestasi. Dan, seperti yang diketahui, sentra baru gejala itu adalah munculnya berbagai macam pusat perbelanjaan yang akan berdiri di 5

6 atas penggusuran ruang publik, lahan konservasi, dan wilayah hunian kaum miskin (Priyono, 2006). METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian eksploratif, dimana peneliti akan menggali lebih dalam permasalahan yang akan diteliti, yakni representasi konsumerisme dalam film Confessions of a Shopaholic. Pendekatan kualitatif ini digunakan dengan pertimbangan bahwa penelitian ini nantinya akan menganalisis secara mendalam. Subjek dan Objek Penelitian Sasaran atau subjek dari penelitian film ini adalah tokoh utama perempuan dalam film Confessions of a Shopaholic., yaitu Rebecca Bloomwood (Becky). Adapun yang menjadi objek dari penelitian ini adalah film Confessions of a Shopaholic yang akan dianalisis secara tekstual. Kerangka Analisis Dalam penelitian ini, unit analisis yang dipergunakan adalah unsurunsur representasi film.tanda-tanda dalam gambar bergerak (film) telah dikombinasikan menjadi kode-kode sehingga dapat memungkinkan suatu pesan untuk disampaikan. Dalam studi semiotika film, Barthes menguraikan unsur-unsur representasi film, seperti aktor, kostum, lanskap, dan gerak isyarat. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai perangkat analisis Roland Barthes, yaitu signifikasi dua tahap (two orders of signification). Operasional Konsep Operasional konsep dalam penelitian ini meliputi: 1. Tanda 2. Konotasi 3. Denotasi 4. Mitos 5. Unsur Sinematografi 6. Unsur Mise en Scene 6

7 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Studi Observasi 2. Studi Kepustakaan Teknik Analsis Data Adapun teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diseleksi 2. Diklasifikasi 3. Dianalisis dan diinterpretasikan 4. Ditarik Kesimpulan HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Isi Analisis Adegan I Gambar 4.3: Gambar potongan dari adegan kedua ( Sequence 4, Scene 3, Shot 1,2, dan 3) A. Analisis Kode Leksia 1. Becky terlihat sedang berjalan di trotoar 2. Terlihat sebuah etalase dengan 3 patung yang sedang dipajang. 3. Label toko terlihat jelas pada etalase toko tersebut. 4. Pada gambar terakhir terlihat tangan seorang pramuniaga yang meletakkan papan SALE. 5. Papan SALE yang diletakkan berwarna hitam, kontras dengan latar belakang yang berwarna emas dan perak. B. Kode Hermeneutika 1. Mengapa Becky memandang ke sebelah kiri gambar? 2. Mengapa tulisan SALE menggunakan warna yang kontras dengan latar belakangnya? 3. Mengapa pengambilan gambar lebih banyak menggunakan sudut pandang Becky? 7

8 C. Kode Proairetik Pada gambar pertama kita bisa melihat Becky yang sedang berjalan di trotoar salah satu jalanan di kota New York. Pada saat berjalan, pandangan Becky tertuju pada etalase toko sambil berjalan melewatinya sebelum kemudian tertuju pada etalase toko yang memajang papan tanda SALE. D. Kode Semik Pada gambar pertama pengambilan gambar Becky diambil dengan jarak kamera medium close-up dimana kita bisa melihat sutradara ingin menonjolkan ekspresi wajah Becky yang tertarik pada suatu objek. Pada gambar kedua, sutradara mengganti sudut pandang penonton dengan menunjukkan sudut pandang Becky kepada penonton, supaya penonton bisa tahu bahwa Becky sedang melihat ke arah etalase toko Henri Bendel. E. Kode Simbolik Bila diperhatikan pada kaca etalase terdapat tulisan DENNY & GEORGE, has landed exclusively on HENRI BENDEL bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia kalimat tersebut akan berarti DENNY & GEORGE tiba dengan eksklusif di HENRI BENDEL. Henri Bendel merupakan salah satu toko yang menjual pakaian dan aksesoris perancang terkenal. Apalagi, dengan penekanan kata eksklusif membuat penonton bisa membayangkan barang-barang yang dijual pada toko tersebut terlihat mahal. F. Kode Kultural Dalam kehidupan masyarakat, potongan harga selalu bisa mengalihkan perhatian seseorang. SALE membuat masyarakat yang awalnya tidak membutuhkan apa-apa akan muncul dengan kebutuhan palsu dalam benaknya dan membuat dia merasa membutuhkan benda tersebut. Dalam apapun keadaannya SALE akan membuat seseorang mencari alasan untuk bisa berbelanja dengan alasan barang yang diperoleh akan jauh lebih murah. Analisis Adegan II Gambar 4.5: Gambar potongan adegan keempat (Sequence 4, Scene 3, Shot 1,5 dan 8) 8

9 A. Analisis Kode Leksia 1. Pada gambar pertama terlihat Becky memegangi dompet sambil tersenyum. 2. Pada gambar kedua dan ketiga sudut pengambilan gambar terlihat sama. 3. Pada gambar kedua, pramuniaga menerima kartu kredit Becky yang berwarna biru. 4. Pada gambar ketiga, Becky membayar menggunakan kartu kredit berwarna emas. 5. Teknik pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan medium close-up. B. Kode Hermeneutika 1. Mengapa ekspresi wajah Becky terlihat bahagia? 2. Mengapa Becky membayar menggunakan kartu kredit yang berbeda? 3. Apa yang menyebabkan Becky memutuskan untuk membeli scarf tersebut? C. Kode Proairetik Pada gambar pertama, bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh Becky jelas terlihat gembira. Hal ini bisa terlihat dari wajah Becky yang sedang tersenyum ke arah pramuniaga toko sambil memegang dompet. Pada gambar kedua dan ketiga kita bisa melihat bahwa latar belakang dan sudut kamera pengambilan tersebut sama. Yang membedakannya hanyalah tindakan Becky yang membayar menggunakan kartu kredit yang berbeda. D. Kode Semik Pada gambar pertama pengambilan gambar diambil menggunakan medium shot dan sudut kamera straight-on-angle. Gambar diambil dari samping untuk mempermudah penonton melihat ekspresi kedua aktris secara keseluruhan. Pada latar belakang gambar kita bisa melihat manekin yang awalnya menggunakan scarf berwarna hijau sudah tidak mengenakan scarf lagi, membuktikan bahwa Becky memang membeli scarf yang dilihatnya tadi. Pada gambar kedua dan ketiga, gambar diambil dengan jarak medium close-up supaya bisa memperlihatkan dengan jelas perbedaan kartu kredit yang digunakan oleh Becky. E. Kode Simbolik Perilaku shopaholic Becky terlihat jelas dalam adegan ini. Pada awalnya, Becky sempat bimbang untuk membeli scarf hijau tersebut, karena Becky melihat adanya tanda sale dan setelah melalui perdebatan dengan dirinya, Becky memutuskan untuk membelinya karena merasa membutuhkan scarf tersebut. Sebelumnya, Becky tidak membutuhkan scarf tersebut untuk berjalan di tengah musim dingin. Sarung tangan dan mantel yang digunakan pada umumnya sudah cukup untuk menghalau udara dingin. 9

10 F. Kode Kultural Penggunaan kartu kredit sampai melebihi batas merupakan pemakaian kartu kredit yang tidak pada fungsinya lagi. Awal mulanya kartu kredit dibuat untuk mempermudah manusia membayar, sehingga manusia tidak perlu repot-repot membawa uang tunai. Pada adegan ini, konteks kartu kredit digunakan sebagai kartu untuk berhutang. Scarf hijau yang dibeli Becky mempunyai lambang prestise dan gengsi baginya. Hal tersebut lah yang memicu gaya hidup konsumtif. Analisis Adegan III Gambar 4.6: Gambar potongan adegan kelima (Sequence 6, Scene 2, Shot 1) A. Analisis Kode Leksia 1. Becky sedang memegang sebuah sepatu. 2. Latar belakang Becky dipenuhi sepatu dengan berbagai macam warna. 3. Tepat di belakang Becky juga telrihat tumpukan kotak-kotak sepatu. 4. Pada gambar kedua terlihat latar belakang yang dipenuhi dengan berbagai macam baju dan tas 5. Bahkan di sebelah kiri rak terlihat tas-tas bertumpuk. 6. Terlihat berbagai tali pinggang, celana dan tas-tas yang berbagai macam dan berbagai warna. B. Kode Hermeneutika 1. Mengapa ekspresi wajah Becky terlihat sedih? 2. Mengapa terdapat begitu banyak baju dan sepatu? 3. Mengapa pengambilan gambar menggunakan ruang offscreen? 4. Mengapa Suze menunjukkan ekspresi kebingungan? C. Kode Proairetik Pada gambar pertama, gambar Becky diambil dengan jarak medium shot dan ekspresi wajah Becky terlihat sedih dan sedang memandangi salah satu sepatunya. Perilaku Becky yang sedang memegang sepatu dengan wajah sedih menunjukkan bahwa ia seolah-olah tidak ingin kehilangan sepatusepatu tersebut. Pada gambar kedua, penonton juga bisa mengambil kesimpulan bahwa Suze sedang mencoba membantu Becky dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. 10

11 D. Kode Semik Setting pada kedua gambar di atas banyak menggambarkan kehidupan si pemilik kamar, Becky yang dalam kehidupannya menjadi seorang shopaholic. Bisa terlihat dengan banyaknya baju-baju dan sepatu serta tas-tas yang bisa ditemukan baik di gambar pertama maupun gambar kedua. Kita bisa melihat pada kedua gambar tersebut setting didominasi dengan warna-warna cerah dari benda-benda kepunyaan Becky. E. Kode Simbolik Sepatu yang dipajang juga didominasi oleh sepatu dengan hak tinggi/ high heels. Penggunaan sepatu high heels yang terdiri dari berbagai macam warna sebagai latar semakin menegaskan penonton bahwa Becky merupakan seorang yang shopaholic. Penggunaan sepatu high heels bagi sebagian wanita adalah untuk keperluan kerja. Bila dilihat dari jumlah sepatu high heels yang dimiliki oleh Becky, sepatu-sepatu yang dimiliki tidak mungkin hanya sekedar untuk keperluan kerja. Begitu pula dengan pakaian-pakaian dan tas yang ada di kamar Becky, dengan jumlah pakaian sebanyak itu, terbukti bahwa Becky memang seorang shopaholic dan menganut gaya hidup konsumerisme. F. Kode Kultural Penonton bisa menilai bahwa berbelanja sudah menjadi gaya hidup Becky. Berbelanja bukan lagi sekedar untuk kebutuhan hidup tapi telah menjadi gaya hidup. Dengan adanya pemikiran tersebut di masyarakat, maka gaya hidup konsumerisme terus berkembang. Sampai-sampai muncul istilah I am, what I have and what I consume (Erich Fromn) yang bisa diartikan Saya berbelanja, maka saya ada. Kegiatan konsumsi sendiri pada jaman sekarang bukan lagi sebagai suatu pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat, melainkan sebagai gaya hidup yang telah berkembang di masyarakat. Analisis Adegan IV Gambar 4.8: Gambar potongan adegan kunci ketujuh (Sequence 10, Scene 6, Shot 9, 10, dan 15) 11

12 A. Analisis Kode Leksia 1. Becky terlihat sedang memegang sepasang sepatu boots berwarna pink. 2. Pada gambar kedua sepatu boots yang sebelumnya dipegang Becky sudah berpindah ke tangan orang lain. 3. Wanita-wanita dalam gambar terlihat berkerumun sambil membawa belanjaan mereka yang banyak. 4. Pada gambar ketiga, Becky bertengkar dengan wanita yang mengenakan mantel hitam. 5. Wanita-wanita di sekeliling mereka menunjukkan sikap tidak peduli terhadap pertengkaran mereka. B. Kode Hermeneutika 1. Mengapa Becky mengambil sepatu boots tersebut dan memandanginya? 2. Apakah Becky membutuhkan sepatu tersebut? 3. Mengapa Becky bertengkar dengan wanita tersebut? 4. Mengapa warna sepatu boots menggunakan warna pink? C. Kode Proairetik Pada gambar pertama Becky terlihat sedang memegangi sebuah sepatu boots berwarna pink, pada gambar kedua seorang wanita bermantel hitam sedang memegangi sepatu tersebut dan Becky terlihat menoleh ke arahnya. Pada gambar terakhir, kita bisa melihat Becky dan wanita tersebut saling berebutan sepatu boots tersebut. Sementara wanita-wanita di sekitar Becky terlihat sibuk sendiri dan tidak memperhatikan apapun yang terjadi di sekeliling mereka. D. Kode Semik Pada gambar kedua, kamera menggunakan teknik medium long shot untuk mendapatkan gambar yang bagus, hanya saja sudut pandang kamera sudah mengarah ke seorang wanita yang sedang memegang sepatu boot pada gambar pertama awalnya dipegang oleh Becky. Gambar ketiga diambil dengan sudut low angle untuk sudut pandang yang lebih jelas dalam memperlihatkan pertengkaran mereka. E. Kode Simbolik Kode simbolik yang terdapat dari ketiga gambar di atas bisa terlihat dari banyaknya wanita dan barang-barang sebagai latar belakangnya. Banyaknya wanita yang berada dalam tempat tersebut adalah untuk menggambarkan kepada penonton bahwa sebagian besar wanita menganut gaya hidup konsumerisme. Wanita-wanita tersebut sudah menganut gaya hidup konsumerisme. Maka, tanpa memperdulikan apakah mereka butuh benda tersebut atau tidak mereka akan membelinya. 12

13 F. Kode Kultural Di dalam masyarakat kontemporer telah terjadi perubahan mendasar mengenai sikap atau perilaku dalam mengkonsumsi barang atau produk. Bukan lagi aspek fungsi tetapi sifatnya lebih pada keuntungan emosional (emotional benefits). Sisi egois wanita-wanita tersebut muncul karena mereka sendiri masih ingin memilih benda SALE yang mereka inginkan sebelum benda yang mereka inginkan juga ikut direbut oleh orang lain. Konsumerisme pada potongan gambar di atas membuat sifat manusia menjadi agresif dan individualistis. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumerisme merupakan sebuah fenomena yang telah lama populer di kalangan masyarakat Barat. Dalam sistem kapitalisme Barat, konsumsi yang tidak terkontrol terhadap produk-produk dan membeli barang tidak sesuai dengan kebutuhan merupakan hal yang wajar. Dalam sistem ini, prioritas utama dalam hidup masyarakat telah berganti menjadi keinginan dan kesenangan terhadap materi dan barang-barang mewah. Dalam sistem yang demikian, tujuan masyarakat dalam mencari uang adalah untuk dihabiskan dalam mendapatkan materi-materi yang diinginkannya. Ada beberapa adegan yang menampilkan Becky yang selalu bertanya kepada dirinya sendiri Do I need this? (Apakah saya memerlukan ini?) dan setiap kali pula Becky selalu kalah oleh keinginannya dan berakhir dengan membeli benda tersebut. Kebanggaan dan kesenangan terhadap barangbarang yang dibelinya hanya akan berlangsung sebentar. Setelah Becky pulang ke rumah, dia baru akan menyadari bahwa barang-barang yang dibeli semuanya tidak terlalu dia butuhkan. Kesenangan yang Becky peroleh hanyalah kesenangan semu yang berakhir pada penyesalan. Namun, tetap saja hal tersebut akan berulang kembali pada nantinya. Budaya menabung di masyarakat sudah digantikan dengan budaya membayar hutang. Masyarakat tidak lagi memikirkan untuk menabung karena uang yang diterima setiap bulan akan habis untuk membayar dari belanja hasil penggunaan kartu kredit. Memiliki kartu kredit pun telah menjadi hal yang membanggakan bagi sebagian masyarakat Indonesia, mereka merasa prestise mereka akan terangkat apabila mereka memiliki kartu kredit. Kartu kredit tidak lagi dipandang sebagai alat pembantu pembayaran melainkan sebagai media yang digunakan untuk berhutang. Dulunya, masyarakat akan merasa malu karena memiliki hutang namun sekarang kebanyakan orang akan bangga dengan berbelanja menggunakan kartu kredit. Film Confessions of a Shopaholic menjadi cerminan bagi kehidupan masyarakat Amerika Serikat yang didominasi oleh komunitas konsumer serta para pemuja citra yang terdapat dalam satu komoditi. Budaya 13

14 konsumerisme merupakan sebuah arena dimana produk-produk konsumer merupakan salah satu media untuk membentuk kepribadian, gaya hidup dan citra, serta diferensiasi status sosial yang berbeda-beda. Piliang menyatakan bahwa budaya konsumerisme merupakan budaya yang dibentuk oleh hal-hal semu yang dikonstruksi secara sosial melalui media sebagai kekuatan tanda kapitalisme. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sutradara menampilkan dengan jelas gaya hidup konsumerisme yang dianut oleh masyarakat Amerika Serikat. Gambaran tersebut bisa diwakilkan oleh Becky yang ditampilkan sebagai wanita yang sangat hobi berbelanja. 2. Sistem tanda digambarkan dengan jelas melalui unsur mise en scene dalam film yang meliputi karakter, latar, kostum dan gerak isyarat yang digambarkan dalam film. Latar dan kostum menampilkan unsur-unsur konsumerisme yang bisa dianalisa secara denotasi maupun konotasi. Saran Beberapa saran yang ingin disampaikan oleh penulis adalah: 1. Masyarakat harus jeli untuk memilih antara yang menjadi keinginan dan kebutuhan. Mereka harus bisa mengendalikan diri mereka dalam membelanjakan sesuatu yang mereka butuhkan. Masyarakat tidak bisa mengandalkan orang lain untuk mengingatkan mereka. 2. Masyarakat juga harus berhenti menghubungkan gaya hidup dengan status sosial dan ekonomi. Bila penilaian berdasarkan status sosial dan kepemilikan materi berhenti maka gaya hidup konsumerisme akan berkurang dengan sendirinya karena masyarakat tidak akan memperdulikan lagi materi yang mereka belanjakan. 3. Untuk negara Indonesia, pemerintah harus menggalakkan gerakan cinta produk dalam negeri supaya masyarakat Indonesia tidak lagi selalu berbelanja barang-barang mewah dari luar negeri. Padahal tidak jarang pula produk buatan dalam negeri lebih murah dan dengan kualitas yang serupa pula. 14

15 DAFTAR PUSTAKA Buku Berger, Arthur Asa Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya. Birowo, Antonius Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali. Fiske, John Cultural and Communication Studies, Terjemahan: Drs. Yosal Iriantara, M.S. dan Idy Subandy Ibrahim, Yogyakarta: Jalansutra. Lacey, Nick Narrative and Genre: Key Concepts in Media Studies. London:Macmillan Press Ltd. Nawawi, Hadari Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press. Pratistha, H Memahami film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Pilliang, Yasraf Amir Cultural Studies atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra. Internet (diakses tanggal 09 November 2011) tanggal 14 April 2012) (diakses tanggal 25 April 2011) 15

REPRESENTASI KONSUMERISME DALAM FILM CONFESSIONS OF A SHOPAHOLIC

REPRESENTASI KONSUMERISME DALAM FILM CONFESSIONS OF A SHOPAHOLIC REPRESENTASI KONSUMERISME DALAM FILM CONFESSIONS OF A SHOPAHOLIC (Studi Analisis Semiotika Representasi Konsumerisme Dalam Film Confessions of a Shopaholic ) KAREN ABSTRAK Penelitian ini berjudul Representasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya teknologi informasi dan komunikasi yang terus berkembang, memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya teknologi informasi dan komunikasi yang terus berkembang, memudahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya teknologi informasi dan komunikasi yang terus berkembang, memudahkan masyarakat untuk mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Sebut saja internet sebagai media baru

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memakai paradigma dari salah satu penelitian kualitatif yaitu teori kritis (critical theory). Teori kritis memandang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini memiliki signifikasi berkaitan dengan kajian teks media atau berita, sehingga kecenderungannya lebih bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Sebagai salah satu pendekatan yang baru, maka pendekatan konstruktivis (intepretatif) ini sebenarnya masih kurang besar gaungnya di bandingkan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Semiotika sebagai Metode Penelitian Semiotika merupakan cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana cara memahami simbol atau lambang, dikenal dengan semiologi. Semiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan harus dapat menganalisis peluang dan tantangan pada masa yang akan datang. Dengan melihat tantangan tersebut, Perusahaan dituntut untuk mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana peneliti hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya serta merta berhubungan dengan seks dan hura-hura saja, namun. sebuah kesenangan juga berhubungan dapat dengan materi.

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya serta merta berhubungan dengan seks dan hura-hura saja, namun. sebuah kesenangan juga berhubungan dapat dengan materi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hedonisme sudah menjadi bagian dari gaya hidup di kalangan masyarakat Indonesia sekarang ini. Hedonisme merupakan sebuah gaya hidup di mana kesenangan menjadi sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan mampu merengkuh para pemakna pesan untuk berpola tingkah dan berpikir seperti si pemberi

Lebih terperinci

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan kegiatan pengembangan wawasan keilmuan, dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. 93 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. Juga digunakan sebagai sarana hiburan. Selain

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu BAB IV ANALISIS DATA A. TEMUAN PENELITIAN Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu dengan proses penyeleksian atas tanda-tanda yang ada dengan menggaris bawahi hal-hal tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti

BAB III METODE PENELITIAN. menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti BAB III METODE PENELITIAN Dalam peneltian ini, peneliti menggunakan metode analisa semiotika. Analisa semiotika merupakan suatu teknik analisa yang menarik sebuah tanda dan cara tanda-tanda tersebut bekerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jika barang yang disukai termasuk dalam barang diskon maka sudah pasti barang

BAB 1 PENDAHULUAN. jika barang yang disukai termasuk dalam barang diskon maka sudah pasti barang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia belanja merupakan dunia yang menyenangkan bagi semua orang. Apalagi jika barang yang disukai termasuk dalam barang diskon maka sudah pasti barang tersebut akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanpa kita sadari, masyarakat selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis. Perkembangan kapitalisme global membuat bahkan memaksa masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis danpendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,penelitian dilakukan dengan melihat konteks permasalahan secara utuh, dengan fokus penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film merupakan media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan sosial maupun moral kepada khalayak dengan tujuan memberikan informasi, hiburan, dan ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel Abstrak Penelitian ini menggunakan analisis semiotika

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

REPRESENTASI FASHION SEBAGAI KELAS SOSIAL DALAM FILM THE DEVIL WEARS PRADA DAN CONFESSIONS OF A SHOPAHOLIC NASKAH PUBLIKASI

REPRESENTASI FASHION SEBAGAI KELAS SOSIAL DALAM FILM THE DEVIL WEARS PRADA DAN CONFESSIONS OF A SHOPAHOLIC NASKAH PUBLIKASI REPRESENTASI FASHION SEBAGAI KELAS SOSIAL DALAM FILM THE DEVIL WEARS PRADA DAN CONFESSIONS OF A SHOPAHOLIC NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai gelar Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media penyampaian informasi. Kekuatan media massa televisi paling mempunyai kekuatan yang

Lebih terperinci

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Busana adalah salah satu dari seluruh rentang penandaan yang paling jelas. Dari penampilan luar, yang dengannya orang menempatkan diri mereka terpisah dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Logo merupakan bagian yang penting untuk menunjukan keberadaan sesuatu. Logo menjadi sebuah pengakuan, kebanggaan, inspirasi, kepercayaan, kehormatan, kesuksesan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan latar alamiah. Penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. Untuk mempermudah penelitian, maka objek kajian tersebut akan ditelisik dan dianalisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan seharihari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat interpretatif yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung secara menyeluruh dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Dengan ini peneliti menempatkan diri sebagai pengamat dalam memaparkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Membahas mengenai pengertian tentang paradigma, yang dimaksud paradigma penelitian adalah dasar kepercayaan seseorang dalam melakukan penelitian baik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Kata Paradigma berasal dari Bahasa yunani, paradeigma, yang bearti pola, Thomas Kuhn (1962) menggunakan kata paradigma untuk menunjukan kerangka konseptual

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin yang diproduksi oleh Maxima Pictures dengan menggunakan pendekatan signifikansi dua tahap dari Roland

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Air Minum Dalam Kemasan Ades

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Air Minum Dalam Kemasan Ades BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Air Minum Dalam Kemasan Ades Industri air mineral di Indonesia masih sangat prospek seiring dengan beralihnya kebiasaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. ParadigmaKonstruktivis Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas. Konstruktivisme melihat bagaimana setiap orang pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskripsi kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ialah komunikasi melalui tanda (sign) yang mempunyai makna dan arti yang

BAB I PENDAHULUAN. ialah komunikasi melalui tanda (sign) yang mempunyai makna dan arti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Esensinya tiap mahkluk hidup ialah berkomunikasi. Dan komunikasi bukan yang hal yang tabu lagi dikehidupan kita, ada berbagai cara tiap-tiap individu untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, terdapat suatu fenomena yang terjadi yaitu para pemilik modal berlomba-lomba menginvestasikan modal mereka guna mengincar keuntungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Pengertian paradigma menurut Dedy Mulyana adalah suatu kerangka berfikir yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggambarkan representasi diskriminasi agama Islam di balik teks media yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggambarkan representasi diskriminasi agama Islam di balik teks media yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penggunaan tipe penelitian ini adalah untuk menganalisis lapisan makna yang menggambarkan

Lebih terperinci

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Film merupakan suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di dalam kehidupan sehari harinya melalui media massa ( surat kabar, majalah, film, radio, dan TV ), untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

(www.beritabali.com), dan menurut Dosen Filsafat dan Teologi Hindu di IHDN BAB I PENDAHULUAN

(www.beritabali.com), dan menurut Dosen Filsafat dan Teologi Hindu di IHDN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat akan hiburan terus meningkat. Menurut Briggs dalam Susilana (2008:6), Media adalah sarana fisik untuk menyampaikan

Lebih terperinci

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI Analisis Semiotika John Fiske pada Tayangan TVC Tri Always On versi Perempuan SKRIPSI Diajukan sebagai Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif interpretatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif interpretatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan, yaitu untuk mengetahui bagaimana film 9 Summers 10 Autumns mendeskripsikan makna keluarga dan reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam berkomunikasi. Komunikasi tersebut tidak terbatas hanya dari apa yang diberikan namun juga dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek/Subyek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah adegan atau content yang dimuat dari video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka seorang peneliti harus dapat memahami dan menggunakan cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma penelitian Penelitian ini menggunakan metodelogi kualitatif, paradigma yang penulis pilih ialah teori kritis. Penelitian kualitatif merupakan suatu strategy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang menjadi sasarannya. Dalam berkomunikasi, orang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang menjadi sasarannya. Dalam berkomunikasi, orang menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu proses yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Komunikasi terjadi pada saat seseorang menyampaikan pesan dalam bentuk lambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan munculnya berbagai konflik yang berujung kekerasan karena berbagai aspek seperti politik,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor

METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor (1975) dalam Maleong

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut pandang yang digunakan. Sebagian orang menyebut paradigma sebagai citra fundamental

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Film Confessions of A Shopaholic

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Film Confessions of A Shopaholic BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Film Confessions of A Shopaholic Diangkat dari novel karya Sophia Kinsella. Rebecca Bloomwood (Isla Fisher), memiliki kenangan masa kecil yang memimpikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan sangat lekat dalam kehidupan masyarakat terutama di kota kota besar. Dalam satu hari, masyarakat kota selalu berhadapan dengan iklan, dalam tampilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga

Lebih terperinci

GAMBARAN MASYARAKAT KELAS SOSIAL BAWAH PADA VIDEO KLIP GRUP BAND D BAGINDAS YANG BERJUDUL C.I.N.T.A, EMPAT MATA, DAN APA YANG TERJADI

GAMBARAN MASYARAKAT KELAS SOSIAL BAWAH PADA VIDEO KLIP GRUP BAND D BAGINDAS YANG BERJUDUL C.I.N.T.A, EMPAT MATA, DAN APA YANG TERJADI GAMBARAN MASYARAKAT KELAS SOSIAL BAWAH PADA VIDEO KLIP GRUP BAND D BAGINDAS YANG BERJUDUL C.I.N.T.A, EMPAT MATA, DAN APA YANG TERJADI Oleh: Novi Seliyana (070915066) ABSTRAK Penelitian Gambaran Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma menurut Mustopadidjaja adalah teori dasar atau cara pandang yang fundamental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Menerut Basrowi Sadakin penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sebagai sarana hiburan, informasi, dan komunikasi massa. Media

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sebagai sarana hiburan, informasi, dan komunikasi massa. Media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa televisi sudah menjadi kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat sebagai sarana hiburan, informasi, dan komunikasi massa. Media televisi dewasa ini sudah berkembang

Lebih terperinci

Semiotika, Tanda dan Makna

Semiotika, Tanda dan Makna Modul 9 Semiotika, Tanda dan Makna Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis semiotika. 8.3. Saussure: Organisasi Tanda Menurut Saussure, ada dua cara pengoganisasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari Topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan secara berkeliling

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Kritis Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media dan pada akhirnya informasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digali sedalam-dalamnya serta tidak mengutamakan jumlah populasi atau sampling.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digali sedalam-dalamnya serta tidak mengutamakan jumlah populasi atau sampling. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan oleh penulis akan mengarah pada penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan teori semiotika. Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penilitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ 1.1 Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ini adalah jenis penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan menggunakan ketrampilan kreatif, seperti copywriting, layout, ilustrasi, tipografi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tontonan dan lain lain. Kini terdapat jasa tour di beberapa kota yang mengajak

BAB I PENDAHULUAN. tontonan dan lain lain. Kini terdapat jasa tour di beberapa kota yang mengajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kemiskinan merupakan suatu fenomena sosial yang sudah sangat melekat di Indonesia. Hal itu disebabkan Indonesia sebagai negara berkembang masih belum bisa mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 lalu merupakan tahun yang cukup penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut bertepatan dengan dilaksanakan pemilihan umum yang biasanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out Indonesia menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Pesan iklan kini muncul dimana saja, di Billboard, Radio, Televisi, Internet, di toko, dan hampir disetiap ruang yang kosong iklan selalu hadir. Dalam konteks pemasaran,

Lebih terperinci

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika Nama : M. Teguh Alfianto Tugas : Semiotika (resume) NIM : D2C 307031 S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip Semiotika Kajian komunikasi saat ini telah membedakan dua jenis semiotikan, yakni semiotika komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisa semiologi komunikasi. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi. Keberadaan new media yang semakin mudah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi. Keberadaan new media yang semakin mudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perfilman Indonesia terus mengalami perkembangan. Dikatakan bahwa tahun 80-an adalah tahun emas dunia perfilman Indonesia. Produksi film lokal meningkat menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. beralihnya kebiasaan masyarakat indonesia yang semula terbiasa mengolah air

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. beralihnya kebiasaan masyarakat indonesia yang semula terbiasa mengolah air BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Air Minum Dalam Kemasan Aqua Industri air mineral di Indonesia masih sangat prospek seiring dengan beralihnya kebiasaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Film

BAB II KAJIAN TEORI Film BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Film Film merupakan media unik yang berbeda dengan bentuk-bentuk kesenian lainnya seperti seni lukis, seni pahat, seni musik, seni patung, seni tari dan cabang seni lainnya. Ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Analisis Semiotika Pidato Susilo Bambang Yudhoyono Dalam Kasus Bank Century merupakan penelitian nonkancah atau nonlapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyertakan emosinya saat melihat isi berita yang dimuat oleh surat kabar.

BAB I PENDAHULUAN. menyertakan emosinya saat melihat isi berita yang dimuat oleh surat kabar. BAB I PENDAHULUAN TOPIK PENELITIAN Analisis Semiotik 2 Foto Jurnalistik tentang Erupsi Gunung Kelud pada Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat A. LATAR BELAKANG MASALAH Foto merupakan hal yang sangat dekat

Lebih terperinci