PITRA SEKARHANDINI G

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PITRA SEKARHANDINI G"

Transkripsi

1 HUBUNGAN GENDER DENGAN KETERLIBATAN ORANG TERDEKAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA PROGRAM PROVIDER INITIATED TESTING AND COUNSELING (PITC) DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran PITRA SEKARHANDINI G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Pitra Sekarhandini G

3 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan Gender dengan Keterlibatan Orang Terdekat dalam Pengambilan Keputusan pada Program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) di Surakarta Pitra Sekarhandini, NIM/Semester : G /VII, Tahun 2010 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Selasa, 26 Januari 2010 Pembimbing Utama Nama : Ari N. Probandari, dr., MPH NIP : Pembimbing Pendamping Nama : Eti Poncorini P., dr., MPd NIP : Penguji Utama Nama : Vicky Eko N.H., dr., MSc., Sp.THT-KL NIP : Penguji Pendamping Nama : Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., MSc., PhD NIP : Surakarta, Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Sri Wahjono, dr., M.Kes Prof. Dr. H. A. A. Subiyanto, dr., MS NIP NIP

4 ABSTRAK Pitra Sekarhandini, G , HUBUNGAN GENDER DENGAN KETERLIBATAN ORANG TERDEKAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA PROGRAM PROVIDER-INITIATED TESTING AND COUNSELING (PITC) DI SURAKARTA, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara gender dengan keterlibatan orang terdekat pada pengambilan keputusan pada program PITC. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah pasien TB positif atau suspek TB yang dirujuk ke klinik PITC. Teknik pengambilan sampling menggunakan total sampling selama Mei- November Keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan dinilai metode Visual Analog Scale. Responden diminta memberi nilai 1-10 (nilai 1 sama sekali tidak membutuhkan pertimbangan orang lain dan nilai 10 pasti membutuhkan pertimbangan orang lain). Data dianalisis dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows dengan uji statistik Mann-Whitney test. Sebanyak 2 dari 44 sampel (34 laki-laki dan 10 perempuan) dieksklusi karena mengalami hambatan berkomunikasi. Uji Mann-Whitney menunjukkan nilai p sebesar dengan median laki-laki dan perempuan masing-masing 2,00 dan 6,00. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa ketergantungan perempuan pada pertimbangan orang terdekat dalam pengambilan keputusan tes HIV lebih besar daripada laki-laki. Perlu dilakukan pendekatan khusus berdasarkan gender pada program PITC. Kata Kunci : gender, keterlibatan orang terdekat, PITC

5 ABSTRACT Pitra Sekarhandini, G , RELATIONSHIP BETWEEN GENDER AND DEPENDENCY IN DECISION MAKING IN HAVING HIV TEST ON PROVIDER-INITIATED TESTING AND COUNSELING (PITC) PROGRAM IN SURAKARTA, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. The aim of this study is to investigate the relationship between gender and dependency in decision making in HIV testing within PITC program. An observational analytic study with cross-sectional approach was conducted in Lung Clinic at Surakarta. All TB diagnosed and TB suspect patients during May- November 2009 who have risk of HIV-infection were participated. Dependency in decision making was measured by Visual Analog Scale method. Patients were asked to give value between 1-10 (1 for no need of consideration from closest person; 10 for absolute need of consideration from closest person) Data was analyzed by counting Mann-Whitney using SPSS 16.0 for Windows. There were 44 samples (34 men; 10 women). Two samples were excluded. Mann- Whitney test showed p values Median for men and women respectively 2.00 and Women are more dependent than men in making decision of having HIV test. PITC program should consider the gender-based counseling activities. Keywords : gender, dependency in decision making, PITC

6 PRAKATA Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan berkah-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Gender dengan Keterlibatan Orang Terdekat dalam Pengambilan Keputusan pada Program Provider-Initiated Test and Counseling (PITC) di Surakarta. Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik atas bantuan, bimbingan, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. A. A. Subiyanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Sri Wahjono, dr., M. Kes., selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS 3. Ari N. Probandari, dr. MPH, selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan bimbingan dalam penelitian dan penulisan naskah skripsi ini. 4. Eti Poncorini P., dr., M.Pd., selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan bimbingan dalam penelitian dan penulisan naskah skripsi ini. 5. Vicky Eko N.H., dr., M.Sc., Sp.THT-KL, selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran demi kesempurnaan penulisan naskah skripsi ini. 6. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., M.Sc., PhD, selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran demi kesempurnaan penulisan naskah skripsi ini. 7. Seluruh staf Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat yang telah membantu proses penelitian. 8. Orang tua, keluarga, dan teman-teman 2006 yang telah memberikan dukungan penuh pada seluruh proses pembuatan skripsi ini Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kebaikan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia kedokteran pada umumnya dan pembaca pada khususnya. Surakarta, 15 Januari 2010 Pitra Sekarhandini

7 DAFTAR ISI PRAKATA vi DAFTAR ISI..... vii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Lokasi Penelitian C. Subjek Penelitian D. Teknik Sampling E. Identifikasi Variabel Penelitian F. Definisi Operasional Variabel G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengambilan Data H. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakterisitk Data B. Analisis Data BAB V PEMBAHASAN BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

8 DAFTAR TABEL TABEL 1 Hasil uji statistik perbedaan mean dan median keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan pada program PITC pada kelompok pasien laki-laki dan perempuan

9 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 3 LAMPIRAN 4 Hasil uji statistik Grafik Boxplot Perbedaan Median Laki-laki dan Perempuan Kuesioner Penelitian Informed Consent

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) di Indonesia termasuk yang tercepat di kawasan Asia. Total kasus yang terjadi di Indonesia dari 1 Januari 1987 sampai dengan 30 Juni 2009 adalah kasus dengan 3586 kasus berakhir pada kematian (Ditjen PPM&PL Depkes RI, 2009). Surveilans HIV merupakan salah satu cara untuk mengetahui status HIV masyarakat. Pengetahuan yang luas tentang status HIV memperluas akses perawatan, dukungan, dan pengobatan HIV, serta menawarkan kesempatan kepada orang-orang yang hidup dengan penderita HIV/AIDS untuk mendapatkan informasi bagaimana mencegah penularan HIV (WHO, 2007). Dalam surveilans HIV dibutuhkan suatu pendekatan yang dapat mempermudah penemuan kasus di masyarakat. Salah satu pendekatan yang ditawarkan baru-baru ini adalah Provider-Initiated Testing and Counseling (PITC). Program PITC ini merupakan suatu bentuk surveilans HIV yang diintegrasikan ke dalam layanan kesehatan sebagai sebuah layanan kesehatan baku. Layanan kesehatan yang disarankan untuk memiliki program ini antara lain klinik antenatal, klinik IMS, dan klinik khusus TB (WHO, 2007). Pada klinik TB, program PITC ini terdiri atas berbagai macam kegiatan, yaitu konseling pre-tes dan post-tes, pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan status HIV,

11 pendampingan bagi pasien HIV positif atau HIV negatif tapi memiliki risiko tinggi, dan pengobatan TB serta HIV yang diderita. Penerimaan terhadap tes HIV dipengaruhi oleh karakteristik sosioekonomi, akses ke tempat layanan kesehatan, status kesehatan, perilaku berisiko tinggi tertular HIV, pengetahuan tentang HIV, dan stigma yang berkaitan dengan HIV. Karakteristik sosio-ekonomi berkaitan dengan jenis kelamin, salah satunya (Weiser et al., 2006). Laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik yang berbeda dalam mengambil keputusan. Posisi perempuan dalam status masyarakat, pada kebudayaan tertentu, lebih lemah daripada laki-laki. Rendahnya pendidikan yang didapatkan, keterbatasan sosio-ekonomi, dan stigma yang terbentuk dalam masyarakat membuat perempuan lebih tergantung pada keluarga dan pasangannya dalam membuat suatu keputusan (du Guerny dan SjÖberg, 1993). Keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan inilah yang menjadi perhatian dalam penelitian ini. Selanjutnya, penulis mencoba meneliti adakah perbedaan keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan pada pasien laki-laki dan perempuan, dengan melihat kaitannya dengan pembicaraan terlebih dahulu dengan pasangan sebelum melakukan tes HIV.

12 B. Perumusan Masalah Adakah hubungan gender dengan keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan pada program Provider-Initiated Testing and Counseling (PITC) di Surakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gender dengan keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan pada program Provider-Initiated Testing and Counseling (PITC) di Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menjelaskan hubungan gender dengan keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan pada program Provider-Initiated Testing and Counseling (PITC) di Surakarta. 2. Manfaat Aplikatif Menjadi kajian evaluasi bagi BBKPM Surakarta dalam perencanaan pendekatan program PITC berdasar pada gender.

13 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Provider-Initiated HIV Counseling and Test AIDS (Acquires Immunodeficiency Syndrome) diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Syndrome). Tuberkulosis paru di Indonesia merupakan infeksi oportunistik yang paling sering terjadi pada penderita HIV. Kekebalan tubuh yang menurun memudahkan infeksi kuman TB. Tuberkulosis juga merupakan penyebab kematian tersering pada penderita AIDS. Departemen Kesehatan memperkirakan 11-50% pasien HIV/AIDS meninggal karena penyakit TB (Depkes, 2007). Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosae. Penularan terjadi melalui udara dari droplet infeksi (Alsagaff, dkk, 2004). Indonesia termasuk salah satu negara dengan masalah TB terbesar ketiga di dunia setelah India dan Cina dengan prevalensi tidak terlalu tinggi dan tidak menyebar merata di seluruh wilayah (Depkes, 2007). Provider-Initiated HIV Counseling and Test merupakan salah satu bentuk tes HIV yang terintegrasi dengan sebuah layanan kesehatan. WHO (2007) menjelaskan pelaksanaan PITC pada berbagai epidemi

14 HIV. Indonesia merupakan negara yang tergolong epidemi HIV rendah. PITC pada epidemi HIV rendah diintegrasikan ke berbagai layanan kesehatan, yaitu klinik Infeksi Menular Seksual (IMS), layanan kesehatan pada populasi berisiko tinggi, rumah bersalin, klinik antenatal, dan layanan pengobatan Tuberkulosis. Provider-Initiated Counseling and Test merupakan suatu rangkaian pencegahan, tes, pengobatan, perawatan, dan dukungan bagi penderita HIV/AIDS. Menurut prosedur pelaksanaan PITC di BBKPM Surakarta, rangkaian ini diawali dari penemuan penyakit, kondisi, atau infeksi oportunis. Seseorang mulai dicurugai terjangkit HIV jika saat datang ke layanan kesehatan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) memiliki faktor risiko HIV (pengguna narkoba jarum suntik, pekerja seks, orang bertato, orang yang suka berganti-ganti pasangan seksual, mempunyai riwayat IMS, dan mempunyai riwayat transfusi darah) ; 2) memiliki gejala klinis HIV (kandidiasis oral, riwayat diare kronis, dan berat badan yang menurun secara drastis). Pasien yang memiliki ciri tersebut kemudian dirujuk ke sub-bagian PITC untuk nantinya diberikan konseling tentang HIV/AIDS. Proses konseling pre-tes dilakukan oleh seorang konselor yang telah ditunjuk. Konseling pre-tes bertujuan untuk memberikan informasi kepada suspek penderita HIV tentang HIV/AIDS dan penanganannya. Suspek penderita HIV ditawarkan untuk melakukan tes HIV untuk mengetahui status HIV-nya. Pasien berhak untuk menolak tes yang ditawarkan. Dalam setiap surveilans HIV di lokasi pelayanan kesehatan, dibutuhkan pernyataan setuju dari pasien yang bersangkutan (informed

15 consent) secara pribadi. Pernyataan tersebut tidak harus berupa tulisan, komunikasi verbal pun dianggap sah dalam mendapatkan informed consent (WHO, 2007). Pasien juga berhak menolak program PITC yang ditawarkan. Setelah mendapatkan informed consent dari pasien berupa verbal dan tertulis, petugas laboratorium yang telah ditunjuk akan mengambil sampel darah pasien. Tes ini bersifat rahasia, hasil dari pemeriksaan darah hanya diketahui oleh konselor dan pasien. Pemeriksaan darah di PITC dapat ditunggu dalam beberapa menit. Konseling post-tes dilakukan setelah ada hasil pemeriksaan darah. Konselor bertugas membacakan hasil tes dan memberikan informasi lebih lengkap tentang status HIV penderita, perawatan, pengobatan, dan dukungan yang akan diberikan oleh layanan kesehatan tersebut. PITC di Indonesia baru dijadikan proyek uji coba, belum menjadi kebijakan nasional. Di Surakarta, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) ditunjuk sebagai layanan kesehatan penyedia PITC. Dalam hal ini, BBKPM merupakan layanan kesehatan khusus penyakit paru yang menyediakan klinik khusus tuberkulosis. Berikut ini alur pelayanan PITC di BBKPM Surakarta

16 Alur pelayanan PITC BBKPM Surakarta Pasien TB dengan risiko HIV KIE TB-HIV/AIDS Konseling pretest HIV/ADIS Menolak konseling HIV/AIDS Menerima tes HIV HIV + HIV - Menolak tes HIV Konseling posttest HIV/AIDS & pengobatan ART-TB Pengobatan TB dan pengawasan ketat Pengobatan TB dan pengawasan / KIE ketat untuk pasien risiko tinggi HIV/AIDS BBKPM Surakarta memberlakukan pendampingan baik bagi pasien TB dengan HIV positif maupun pasien TB suspek HIV. Pasien yang menolak program PITC yang ditawarkan, tetap mendapat konseling dan pendampingan karena memiliki risiko penularan penyakit. Pasien yang bersedia mengikuti program PITC tetap akan mendapat perawatan penyakit tuberkulosis yang diderita. 2. Gender Gender merupakan hasil konstruksi sosial budaya. Gender dibedakan dari jenis kelamin berdasarkan maknanya. Jenis kelamin hanya membedakan laki-laki dan perempuan dari sifat biologisnya, sedangkan gender membedakan laki-laki dan perempuan lebih luas lagi.

17 Gender menekankan pada sikap, karakteristik, dan bagaimana cara individu berinteraksi dengan lainnya dalam membedakan laki-laki dan perempuan. Laki-laki relatif lebih memiliki sifat maskulin dan perempuan memiliki sifat feminin (Rao Gupta, 2000). Dalam masyarakat, laki-laki memegang peranan penting dalam keluarga. Laki-laki diserahkan tanggung jawab untuk menopang keadaan ekonomi keluarga, sedangkan wanita hanya mempunyai kewajiban untuk mengurus anak dan rumah tangga. Pemasukan finansial keluarga bergantung pada pekerjaan laki-laki, bukan wanita. Dapat dikatakan wanita memiliki ketergantungan ekonomi terhadap laki-laki (du Guerny dan SjÖberg, 1993). Ketergantungan wanita atas laki-laki membuat status wanita di masyarakat lebih rendah, lebih tidak mempunyai kuasa untuk memutuskan sesuatu. Ketidaksetaraan gender dalam pelayanan kesehatan merugikan pihak perempuan dalam mengakses dan memanfaatkan layanan kesehatan. Akses perempuan pada layanan kesehatan tidak lebih baik daripada laki-laki (Standing, 1997). Namun, meningkatkan akses perempuan kepada pelayanan kesehatan bukan berarti dapat menyetarakan posisi perempuan terhadap laki-laki dalam memperoleh layanan kesehatan. Ada faktor lain yang membuat perempuan sulit mengakses dan memanfaatkan layanan kesehatan, antara lain, kemampuan membayar, pertimbangan dalam mengambil keputusan yang dipengaruhi oleh suami atau keluarga, dan stigma yang terbentuk di masyarakat terhadap penyakit tertentu.

18 3. Gender dan keterlibatan orang terdekat dalam berpartisipasi dalam tes dan konseling HIV Tes HIV, bagi laki-laki maupun wanita, secara tidak langsung menimbulkan kecurigaan terhadap pasangan dan perilaku seksualnya dan membuat mereka mengakui bahwa perilakunya sangat berisiko. Saat mendiskusikan tes HIV dengan pasangan, seseorang menjadi khawatir karena takut jika pasangannya mengetahui status HIV dirinya akan mengancam hubungan mereka. Dalam mengambil keputusan untuk menjalani konseling dan tes HIV, wanita mempertimbangkan banyak hal, diantaranya, keadaan anakanaknya setelah mereka mengetahui status HIV dirinya, hubungan pernikahan dengan suaminya, hubungan mereka dengan keluarga besarnya, dan bagaimana mereka dipandang atau diperlakukan oleh komunitasnya. Suami dan orang tua memegang peranan penting dalam kehidupan dan pengambilan keputusan seorang wanita (Nyblade dan Field,2001) Penelitian yang dilakukan oleh Maman, Mbwambo, dkk (2001) menyatakan bahwa perbedaan gender mempengaruhi penerimaan tes dan konseling HIV sukarela, dimana laki-laki memutuskan secara independen partisipasinya dalam tes dan konseling HIV, sedangkan perempuan merasa harus mempertimbangkan bersama pasangannya. Hal ini yang akan menjadi hambatan dalam akses tes dan konseling HIV. Wanita lebih

19 takut mengetahui status HIV dirinya dan lebih khawatir saat membicarakan dengan pasangan dibanding laki-laki.

20 B. Kerangka Pemikiran Status sosio-ekonomi dan budaya Gender Laki-laki/ Perempuan Usia Tingkat Pendidikan Perbedaan status di masyarakat Ketergantungan terhadap orang lain Keterlibatan orang terdekat Pengambilan keputusan Tidak diteliti C. Hipotesis Keterlibatan orang terdekat pada perempuan dalam pengambilan keputusan lebih besar dibanding pada laki-laki pada program PITC di Surakarta.

21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) B. Lokasi Penelitian Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta sebagai penyedia layanan PITC C. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah semua pasien suspek TB dan pasien TB dengan risiko HIV yang datang ke BBKPM Surakarta. Adapun kriteria inklusi subjek penelitian adalah : a. Pasien suspek TB dengan risiko HIV b. Pasien dengan diagnosis TB dengan risiko HIV Pasien suspek TB adalah pasien dengan gejala klinis khas TB, yaitu batuk berdahak lebih dari tiga minggu (kadang disertai darah), nyeri dada, sesak nafas, demam, berat badan dan nafsu makan menurun, serta berkeringat di malam hari. Diagnosis TB ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, ditemukannya basil tahan asam dalam

22 pemeriksaan dahak mikroskopis sewaktu, pagi, sewaktu (SPS), dan foto thoraks (pemeriksaan radiologis) (Alsagaff dkk., 2004). Pasien dengan risiko HIV adalah pasien atau pasien dengan pasangan yang memiliki faktor risiko HIV, antara lain: 1) Pengguna narkoba jarum suntik 2) Pekerja seks (wanita, pria termasuk waria, dan lelaki suka lelaki) 3) Berganti-ganti pasangan 4) Riwayat Infeksi Menular Seksual (IMS) 5) Jenis pekerjaan yang berisiko tinggi, misalnya orang yang karena pekerjaannya berpindah-pindah tempat (supir, pelaut), migran, tuna wisma, dan pekerja bar atau salon 6) Riwayat transfusi darah dan produk darah (Depkes RI, 2007). Kriteria tersebut mengikuti pedoman prosedur PITC yang dikembangkan di dalam proyek uji coba serta dari pedoman internasional (Tuberculosis Coalition Technical Assistance, 2006). Subjek akan dieksklusi dari penelitian jika mengalami hambatan dalam berkomunikasi secara verbal dan/ atau menolak berpartisipasi dalam penelitian. Sampel penelitian adalah semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi yang datang ke BBKPM Surakarta dari tanggal 1 Mei 2009 sampai dengan 30 November D. Teknik Sampling Teknik sampling yang dipakai adalah total sampling. Jumlah sampel adalah banyaknya pasien yang memenuhi kriteria inklusi yang

23 datang ke BBKPM Surakarta dari tanggal 1 Mei 2009 sampai dengan 30 November E. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel terikat : Keterlibatan orang terdekat 2. Variabel bebas : Gender F. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel terikat : Keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan Definisi :Perlunya pembicaraan dulu dengan pasangan atau orang terdekat sebelum melakukan PITC Alat ukur : kuesioner Cara ukur : Pasien diminta memilih skala 1-10, angka 1 menunjukkan bahwa pasien sama sekali tidak membutuhkan pembicaraan dengan orang terdekat dalam mengambil keputusan pada program PITC, sedangkan angka 10 menunjukkan bahwa pasien sangat membutuhkan pembicaraan dengan orang terdekat dalam mengambil keputusan pada program PITC. Skala : interval (1-10) 2. Variabel bebas : Gender Definisi : karakteristik sosio-budaya laki-laki dan perempuan, dalam penelitian ini diwakili oleh jenis kelamin

24 Alat ukur : kuesioner Cara ukur : memilih salah satu dari jenis kelamin sesuai dengan jenis kelamin pasien. Skala : nominal (laki-laki dan perempuan) G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengambilan Data Penelitian ini akan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup. Kuesioner akan diujicobakan pada 15 orang pasien yang tidak termasuk dalam sampel penelitian untuk dinilai validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner akan direvisi jika perlu. Kuesioner akan diwawancarakan oleh asisten penelitian yang telah dilatih sebelumnya. Sebelum wawancara, terlebih dahulu dilakukan informed consent oleh petugas konselor yang menawarkan PITC secara verbal kemudian dilanjutkan secara tertulis. Pasien memiliki hak untuk menolak maupun berhenti berpartisipasi dalam penelitian. Penelitian ini adalah bagian dari penelitian yang lebih besar, yaitu Faktor Penentu Penerimaan Pasien Tuberkulosis (TB) terhadap tes HIV (Human Immunodeficiency Virus) pada program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) di Surakarta. Skema pengambilan data Pasien memenuhi kriteria inklusi Informed consent PITC oleh petugas PITC

25 G. Teknik Analisis Data Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara gender dengan keterlibatan orang terdekat dalam penerimaan pasien terhadap program PITC adalah Mann-Whitney. Data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk uji statistik parametrik dengan memakai Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows.

26 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Data Penelitian tentang hubungan gender dengan keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan pada program Provider-Initiated Testing and Counseling (PITC) telah dilaksanakan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat dari tanggal 1 Mei 2009 sampai dengan 30 November Penelitian ini melibatkan 44 pasien program PITC sebagai sampel dan 2 sampel dieksklusi karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk berkomunikasi secara verbal dan tidak memenuhi persyaratan data. Dari total sampel sebanyak 42 pasien, terdapat 32 pasien laki-laki dan 10 pasien perempuan. B. Analisis Data Hubungan gender dengan keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan pada program Provider-Initiated Testing and Counseling (PITC) dianalisis dengan menghitung nilai mean. Pasien laki-laki menunjukkan nilai rata-rata 3,69 dan pasien perempuan menunjukkan nilai 5,60 dengan p sebesar 0,098. Distribusi data dianalisis menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov. Didapatkan hasil bahwa data penelitian tidak memiliki distribusi data normal dengan p sebesar 0,000 untuk laki-laki dan 0,070 untuk kelompok perempuan. Data tidak dapat diuji dengan uji statistik parametrik. Data kemudian diuji

27 menggunakan uji statistik nonparametrik. Dari uji median, didapatkan hasil, median pasien laki-laki berada pada nilai 2,00 dan median pasien perempuan berada pada nilai 6,00. Uji Mann-Whitney menunjukkan nilai p sebesar 0,067. Tabel 1. Hasil uji statistik perbedaan mean dan median keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan pada program PITC pada kelompok pasien laki-laki dan perempuan. Jenis Kelamin N Mean Median SD Mann- Whitney p Laki-laki 32 3,69 2,00 ± 3,02 Perempuan 10 5,60 6,00 ± 3,44 99,00 0,067 Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan pada program Provider-Initiated Test and Counseling (PITC) kelompok perempuan lebih besar dibanding dengan kelompok laki-laki dengan mempertimbangkan nilai rata-rata dan median dari masing-masing kelompok.

28 BAB V PEMBAHASAN Provider-Initiated Test and Counseling (PITC) sebagai pendekatan surveilans HIV yang menitikberatkan pada penemuan kasus HIV dari penelusuran penyakit oportunis yang menyertai geajala HIV/AIDS. Di Indonesia, proyek percontohan program PITC memanfaatkan klinik TB Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat, Surakarta, untuk penemuan dan penanganan kasus TB-HIV. Program PITC diawali dari penemuan kasus TB positif dan suspek TB, kemudian dilanjutkan dengan penelusuran infeksi HIV dari gejala klinis pasien. Jika pasien memiliki riwayat klinis yang mengarah pada ko-infeksi TB-HIV, pasien akan dirujuk ke klinik PITC untuk melakukan pre-konseling sampai penawaran program PITC untuk mengobati ko-infeksi TB-HIV tersebut. Pasien berhak menerima atau menolak program PITC yang ditawarkan. Banyak faktor yang dapat mempengatuhi pengambilan keputusan, salah satunya adalah faktor gender. Data yang didapatkan dari penelitian tentang hubungan gender dengan keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan dalam program Provider-Initiated Test and Counseling (PITC) menunjukkan bahwa kebutuhan perempuan untuk melibatkan orang terdekat dalam pengambilan keputusan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Rata-rata skor perempuan, dari 1-10, berada pada angka 5,60 ± 3,44 untuk kebutuhan akan pertimbangan

29 orang terdekatnya, seperti keluarga atau pasangan. Sedangkan rata-rata skor lakilaki berada pada angka 3,69 ± 3,02. Hal ini menunjukkan perbedaan kemandirian (independency) antara lakilaki dan perempuan. Perempuan dapat dikatakan kurang mandiri dalam mengambil keputusan dibandingkan dengan laki-laki. Ketidakmandirian perempuan dalam mengambil keputusan bisa dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan, minimnya akses informasi, ketergantungan sosioekonomi perempuan terhadap laki-laki (du Guerny dan SjÖberg, 1993). Menurut Maman dan Mwambo (2001), perempuan lebih sulit dalam memutuskan untuk menjalankan tes HIV karena harus mempertimbangkan berbagai aspek telebih dahulu. Perempuan lebih membutuhkan pertimbangan pasangannya terlebih dahulu dalam memutuskan untuk menjalankan tes HIV dibanding laki-laki. Perempuan juga mengkhawatirkan reaksi pasangannya. Mereka takut jika keputusan untuk menjalankan tes HIV tersebut dapat mempengaruhi hubungannya dengan pasangan, karena tes HIV identik dengan hubungan yang tidak sehat. Bagi perempuan yang sudah menikah, keputusan yang terjadi pada hidupnya, terutama untuk masalah kesehatan reproduksi, melibatkan pertimbangan pasangannya (male-centered decision-making). Berbeda dengan laki-laki yang dapat secara mandiri mengambil keputusan tanpa melibatkan pasangan karena merasa memiliki kekuasaan penuh atas dirinya dan pasangannya menolak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut (Speizer, et al, 2005)

30 Pada dasarnya, setiap manusia memiliki otonomi untuk memutuskan apa yang akan terjadi pada dirinya. Namun otonomi ini dibatasi ruang lingkupnya oleh kondisi sosial dan budaya yang membedakan manusia menjadi laki-laki dan perempuan serta karakteristik yang terbentuk. Laki-laki, oleh kondisi sosial dan budaya, dibentuk menjadi sosok yang mandiri dalam mengambil keputusan. Sedangkan perempuan membutuhkan pertimbangan orang lain dalam mengambil keputusan (Maharani, 2003). Menurut Rao Gupta (2000), ketidakmandiriran kelompok perempuan dalam pengambilan keputusan bisa disebabkan oleh rendahnya pendidikan, ketergantungan ekonomi, dan stigma yang terjadi di masyarakat. Ketergantungan ekonomi perempuan terhadap laki-laki merupakan faktor utama yang mejadi penyebab dalam ketidaksetaraan status sosial (Furuta dan Salway, 2006). Lakilaki diberikan tanggung jawab penuh, oleh masyarakat, untuk memberi nafkah keluarga yang dipimpin, sedangkan wanita hanya diberi tanggung jawab untuk mengurus keseharian rumah tangga. Pemasukan rumah tangga, kebanyakan, berasal dari laki-laki, sehingga perempuan berada dalam posisi bergantung secara ekonomi (economically-dependent). Kondisi seperti inilah yang menyebabkan status perempuan seolah-olah berada di bawah status laki-laki dan tidak memiliki kekuatan, sehingga dalam pengambilan suatu keputusan, perempuan bergantung pada pertimbangan pasangannya atau orang terdekat lainnya (du Guerny dan SjÖberg, 1993). Bahkan, beberapa perempuan tidak menyadari hak-haknya dalam rumah tangga dan tidak mengerti tentang kesetaraan perempuan dengan laki-laki dalam rumah tangga (Maharani, 2003). Ketergantungan ekonomi juga menyebabkan perempuan tidak mendapat kesempatan yang sama seperti laki-laki untuk mendapatkan pendidikan.

31 Minimnya akses terhadap pendidikan ini berpengaruh terhadap kurangnya informasi tentang kesehatan, khususnya kesehatan reproduksi. Pendidikan, dalam hal ini, mempengaruhi pola pikir seseorang, membuka akses seluas-luasnya terhadap informasi. Akses terhadap informasi kesehatan membentuk pola pikir yang mengarah pada paradigma sehat, dimana seseorang mendatangi sebuah layanan kesehatan bukan hanya untuk mencari pengobatan atas penyakitnya, tapi berusaha mencegah dirinya dari penyakit dan kesakitan. Karakteristik sosio-budaya yang dijabarkan di atas membentuk suatu kondisi yang menyebabkan perempuan tidak lebih mandiri daripada laki-laki dalam membuat suatu keputusan. Namun, hasil penelitian ini tidak dapat menggambarkan kondisi masyarkat sesungguhnya. Kemandirian dalam membuat keputusan tetap dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, status sosio-ekonomi dan budaya yang berlaku. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Peneliti tidak mengendalikan variabel luar, seperti tingkat pendidikan, dan status ekonomi 2. Peneliti tidak mengukur status sosio-ekonomi dan budaya dari tiap pasien yang dapat mempengaruhi pola pikirnya 3. Keterbatasan waktu dan jumlah sampel penelitian

32 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat tentang hubungan gender dengan keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan pada program Provider-Initiated Testing and Counseling (PITC) di Surakarta dari bulan Mei hingga November 2009 dapat disimpulkan bahwa keterlibatan orang terdekat dalam pengambilan keputusan oleh perempuan lebih besar dari laki-laki (p = 0,067). B. Saran 1. Perlu dilakukan pendekatan yang berbeda antara pasien laki-laki dengan perempuan dengan memperhatikan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya tiap pasien pada saat pre-konseling program PITC. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh gender dengan pengambilan keputusan pada program PITC dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan pendekatan wawancara yang lebih baik.

33 DAFTAR PUSTAKA Alsagaff H., Wibisono M.J., Winariani (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Surabaya: Gramik FK UNAIR,pp: Ditjen PPM&PL Departemen Kesehatan Republik Indonesia Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. (diakses 6 September 2009) Ditjen PP&PL Departemen Kesehatan Republik Indonesia Kebijakan Nasional Kolaborasi TB/HIV. (diakses 4 Agustus 2009) du Guerny, Jacques dan SjÖberg, Elisabeth Inter-relationship between gender relation and the HIV/AIDS epidemic: some possible considerations for policies and programs. AIDS 1993, 7: Family Health International. Service Delivery Models for HIV Counseling and Testing. (diakses 1 Juli 2009) Furuta M, Salway S Women s position within the household as a determinant of maternal health care use in Nepal. International Family Planning Perspectives, 2006, 32(1) : Health Development Agency Improving patient access to health services: a national review and case studies of current approaches. (diakses 28 september 2009)

34 Maharani S.D Peran perempuan dalam hubungan antar gender tinjauan filsafat moral terhadap otonomi manusia. Jurnal Filsafat, April 2003, Jilid 33 Nomor1 Mahendradhata, Ahmad R.A., Lefèvre P., et al Barriers for introducing HIV testing among tuberculosis patients in Jogjakarta, Indonesia: a qualitative study. BMC Public Health 2008, 8:385 Maman S., Mbwambo J., et al HIV and partner violence: Implications for HIV Voluntary Counseling and Testing programs in Dar es Salaam Tanzania. The Population Council Inc. Nyblade L., Field-Nguer M.L Women, communities, and the Prevention of Mother-to-Child Transmission of HIV: Issues and findings from community research in Botswana and Zambia. International Center for Research on Women. Odhiambo J., Kizito W., Njoroge A., et al Provider-initiated HIV testing and counseling for TB patients and suspects in Nairobi, Kenya. Int J Tuberc Lung Dis 12(3):S63-S68 Rao Gupta G, Ph.D Gender, Sexuality, and HIV/AIDS: The What, the Why, and the How. International Center for Research on Women. Sandstorm R., Lohman H, Bramble J.D., Health Services : Policy and systems for therapists. Upper Saddle River, New Jersey : Prentice Hall, Inc.

35 Speizer I.S., Whittle L., Carter M Gender relations and reproductive decision making in Honduras. International Family Planning Perspectives, 2005, 31(3) : Tuberculosis Coalition for Technical Assistance International Standards for Tuberculosis Care (ISTC). The Hague: Tuberculosis Coalition for Technical Assistance. UNAIDS/WHO Working Group on Global HIV/AIDS/STI Surveillance and TB/HIV Working Group of the Global Partnership to Stop HIV Guidelines for HIV surveillance among tuberculosis patients. WHO/HTM/TB/ (diakses 5 Mei 2009) Weiser S.D., Heisler M., Leiter K., et al Routine HIV testing in Botswana: A population-based study on attitudes, practices, and human right concerns. PLoS Med 3(7): e261. World Health Organization Promoting the implementation of collaborative TB/HIV activities through public-private mix and partnerships. WHO/HTM/TB/ (diakses 5 Mei 2009) World Health Organization / Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) Guidance on provider-initiated HIV testing and counseling in health facilities. WC (diakses 6 September 2009)

Kesediaan Pasien Tuberkulosis Melakukan Tes HIV Pada Program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC)

Kesediaan Pasien Tuberkulosis Melakukan Tes HIV Pada Program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) Kesediaan Pasien Tuberkulosis Melakukan Tes HIV Pada Program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) Eti Poncorini Pamungkasari*, Ari Natalia Probandari*, Maharani Indah Dewanti**, Pitra Sekarhandini**

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Acquired Imuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan syndrome atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Acquired Imuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan syndrome atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Imuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan syndrome atau kumpulan gejala yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu retrovirus yang menyerang

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013 sampai dengan 30 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus RNA yang dapat menyebabkan penyakit klinis, yang kita kenal sebagai Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem pertahanan manusia sehingga menyebababkan sistem pertahanan tubuh manusia tersebut menjadi melemah.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

PENGESAHAN SKRIPSI. Hesthi Krisnawati, NIM: G , Tahun: 2016

PENGESAHAN SKRIPSI. Hesthi Krisnawati, NIM: G , Tahun: 2016 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan Judul: Hubungan Dukungan Keluarga dan Kualitas Pelayanan dengan Motivasi Kunjungan Pasien HIV/AIDS di Poli VCT RSUD dr. Moewardi Hesthi Krisnawati, NIM: G0013113, Tahun:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN ANGKATAN 2010 TENTANG PERANAN KONDOM TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS Oleh: VINCENT 100100246 FAKULTAS KEDOKTERAN MEDAN 2013 ii TINGKAT

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS Oleh : ABDUL RAHIM B ABDUL RAUF 100100283 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 PENGETAHUAN

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian penderitanya. Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, menyebabkan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS

ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS Meta Adhitama, 2011 Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg.,skm Pembimbing

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DAN

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DAN EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DAN DETERMINAN KEJADIAN TUBERKULOSIS DI RUMAH TAHANAN NEGARA/ LEMBAGA PEMASYARAKATAN SE EKS KARESIDENAN SURAKARTA TESIS Agung Setiadi S501108003 PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN MOTIVASI DARI BIDAN DENGAN KESEDIAAN MELAKUKAN TES Prevention of Mother to Child of HIV Transmission PADA IBU HAMIL ( Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran KEVIN PIETER TOMAN G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran KEVIN PIETER TOMAN G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN OLEH KELOMPOK MAHASISWA PROFESI DOKTER DAN KEBIDANAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) BERBASIS KOMUNITAS SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksius dapat disebabkan oleh invasi organisme mikroskopik yang disebut patogen. Patogen adalah organisme atau substansi seperti bakteri, virus, atau parasit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.

Lebih terperinci

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 TEMA 1 : Tuberkulosis (TB) A. Apa itu TB? TB atau Tuberkulosis adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Sarjana Kedokteran Faris Budiyanto G0012074

Lebih terperinci

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Icha Dithyana G0010096 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV (human immunodeficiancy virus) yang berkembang paling cepat menurut data UNAIDS (United Nations

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat menyerang organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan bahwa terdapat negara dengan beban Human Immunodeficiency Virus (HIV) tertinggi dan kasus

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang jumlah penderitanya meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang dapat merusak sistem pertahanan tubuh manusia. Sejalan dengan berkembangnya proses infeksi, mekanisme pertahanan

Lebih terperinci

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2 Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 201 Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2 1 Puskesmas Bulupoddo, 2 Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai, Sulawesi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN OBAT NYAMUK BAKAR KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PERUMAHAN LAWU INDAH NGAWI SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN OBAT NYAMUK BAKAR KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PERUMAHAN LAWU INDAH NGAWI SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN OBAT NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PERUMAHAN LAWU INDAH NGAWI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran FAHMI WAHYU RAKHMANDA G0008212

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DENGAN JARAK RUMAH DAN STATUS PEKERJAAN DI FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN (BBKPM) SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DENGAN JARAK RUMAH DAN STATUS PEKERJAAN DI FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN (BBKPM) SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DENGAN JARAK RUMAH DAN STATUS PEKERJAAN DI FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN (BBKPM) SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus HIV/AIDS bermunculan semakin banyak dan menyebar ke berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia, dilaporkan bahwa epidemi HIV dan AIDS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Septian Sugiarto G

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Septian Sugiarto G HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN NILAI UJIAN BLOK PADA MAHASISWA SEMESTER I PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global. Pada tahun 2015, diperkirakan terdapat 36.700.000 orang hidup dengan HIV termasuk sebanyak 2,25 juta anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG MITOS IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KLINIK UTAMA PKU MUHAMMADIYAH SAMPANGAN SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG MITOS IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KLINIK UTAMA PKU MUHAMMADIYAH SAMPANGAN SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG MITOS IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KLINIK UTAMA PKU MUHAMMADIYAH SAMPANGAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis. Tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga pengidap akan rentan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkolosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO) dalam satu tahun kuman M.

Lebih terperinci

ABSTRAK BEBERAPA FAKTOR YANG MENUNJUKKAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT X KOTA BATAM TAHUN 2010

ABSTRAK BEBERAPA FAKTOR YANG MENUNJUKKAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT X KOTA BATAM TAHUN 2010 ABSTRAK BEBERAPA FAKTOR YANG MENUNJUKKAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT X KOTA BATAM TAHUN 2010 Nunkigia F. Areros, 2010. Pembimbing : Evi Yuniawati, dr., M.KM HIV/AIDS (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KONSTRUK HEALTH

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KONSTRUK HEALTH PATH ANALYSIS HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KONSTRUK HEALTH BELIEF MODEL DENGAN KINERJA KADER PADA PENGENDALIAN KASUS TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit yang mendapat perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO) 2013, lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI USIA 0-2 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN Oleh : ANGGIE IMANIAH SITOMPUL

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN Oleh : ANGGIE IMANIAH SITOMPUL PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN 2012 Oleh : ANGGIE IMANIAH SITOMPUL 100100021 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh serta

Lebih terperinci

ANALISIS MULTILEVEL PENGARUH STATUS TUBERKULOSIS IBU,

ANALISIS MULTILEVEL PENGARUH STATUS TUBERKULOSIS IBU, ANALISIS MULTILEVEL PENGARUH STATUS TUBERKULOSIS IBU, IMUNISASI BACILLUS CELMETTE-GUERIN, PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN DAN SANITASI RUMAH TERHADAP RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA BALITA DI KOTA MALANG

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian Mengetahui gambaran penularan dan stigma yang ada pada perempuan dengan HIV/AIDS di klinik swasta khusus kota Bandung

Tujuan Penelitian Mengetahui gambaran penularan dan stigma yang ada pada perempuan dengan HIV/AIDS di klinik swasta khusus kota Bandung GAMBARAN PENULARAN DAN STIGMA PADA PEREMPUAN DENGAN Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome DI Klinik SWASTA KHUSUS KOTA BANDUNG Ardi Soeharta Chandra 1, Christine Sugiarto 2,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum mendapat pengakuan dari masyarakat. Karena dalam hukum negara Indonesia hanya mengakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian sangat serius. Hal ini karena jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CHRISTOPHER BRILLIANTO G0013064 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Rutan Kelas I Surakarta, Rutan Kelas IIB Wonogiri, Lapas Kelas IIA Sragen dan Lapas Kelas IIB Klaten.

Lebih terperinci

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam sepuluh tahun terakhir, peningkatan AIDS sungguh mengejutkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari penyakit menular di seluruh dunia

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MUHAMMAD HAYDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak ditemukannya penyakit Aqcuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan gobal. Menurut data dari United Nations

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4 positif, makrofag, dan komponen komponen

Lebih terperinci

HIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan

HIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan HIV AIDS 1. Singkatan dan Arti Kata HIV WINDOW PERIOD AIDS STIGMA ODHA OHIDHA VCT DISKRIMINASI 2. Mulai Ditemukan 1981 1987 1993 3. Cara Infeksi - Sex yang tidak aman - Napza suntik 4. Cara Pencegahan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Sripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Sripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat SKRIPSI KEEFEKTIFAN MEDIA LEAFLET DAN STIKER TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WARIA DALAM UPAYA PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI HIMPUNAN WARIA SOLO (HIWASO) Sripsi ini Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV/AIDS, mempromosikan perubahan perilaku

Lebih terperinci

PERBEDAAN TEKANAN DARAH ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAN INJEKSI PROGESTIN SKRIPSI

PERBEDAAN TEKANAN DARAH ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAN INJEKSI PROGESTIN SKRIPSI PERBEDAAN TEKANAN DARAH ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAN INJEKSI PROGESTIN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Resti Nurfadillah G0012177 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini akan memasuki tubuh manusia dan

Lebih terperinci

PENGARUH KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PEREMPUAN PEKERJA SEKSUAL DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

PENGARUH KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PEREMPUAN PEKERJA SEKSUAL DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan PENGARUH KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PEREMPUAN PEKERJA SEKSUAL DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SYARIF HIDAYATULLAH G0012217

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang diantaranya Acquired Immuno Defesiiency

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HIV/AIDS DI YAYASAN SPIRIT PARAMACITTA DENPASAR

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HIV/AIDS DI YAYASAN SPIRIT PARAMACITTA DENPASAR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HIV/AIDS DI YAYASAN SPIRIT PARAMACITTA DENPASAR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan OLEH:

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014 ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014 Mia Maya Ulpha, 2014. Pembimbing I : Penny S. Martioso, dr., SpPK, M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

Oleh Yulia Yekti Subekti S

Oleh Yulia Yekti Subekti S PENGARUH JENIS KELAMIN, PAJANAN MEDIA, PERAN TEMAN SEBAYA, PENGETAHUAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL, KEDEKATAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU BERISIKO PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA ANAK JALANAN TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN NILAI ANATOMI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN NILAI ANATOMI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN NILAI ANATOMI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RIFQI HADYAN G0011171

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SYLVA MEDIKA PERMATASARI G0010186 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan langsung terjadi melalui aerosol yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis pada tahun 2007 dan ada 9,2 juta penderita

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG UPAYA PREVENTIF PENULARAN HIV/AIDS PADA SISWA DI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG UPAYA PREVENTIF PENULARAN HIV/AIDS PADA SISWA DI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG UPAYA PREVENTIF PENULARAN HIV/AIDS PADA SISWA DI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagain Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DENGAN KADAR ASAM URAT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DENGAN KADAR ASAM URAT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DENGAN KADAR ASAM URAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ivan Setiawan G0010105 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberculosis Paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami pubertas dan mulai mencari jati diri mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara khusus. Disinilah

Lebih terperinci