YENNY SUKARTA. Sanctuary. Veritas Publikasi

Transkripsi

1 YENNY SUKARTA Sanctuary Veritas Publikasi 1

2 SANCTUARY By: Yenny Sukarta Copyright 2014 by Yenny Sukarta Sanctuary is a work of fiction. Names, characters, places, and incidents are the products of the author s imagination or are used fictitiously. Any resemblance to actual events, locales, or persons, living or dead, is entirely coincidental. Veritas Publikasi Cover Design: Yenny Sukarta ISBN Published through: 2

3 To my Healer and To all the brokenhearted: Healing is possible. 3

4 Thirsty hearts are those whose longings have been wakened by the touch of God within them. A.W. Tozer 4

5 Satu There are two tragedies in life. One is to lose your heart s desire. The other is to gain it. George Bernard Shaw Malam semakin larut. Douglas Setiadarma duduk termenung sendiri di kursi kerjanya. Pandangannya yang kosong mengarah ke gedung-gedung pencakar langit di sekelilingnya. Jam di dinding menunjukkan pukul sebelas lewat dua puluh menit. Bayangan demi bayangan yang terjadi sore itu terputar berulang-ulang di benaknya. Seorang gadis muda tiba-tiba mendobrak masuk kantornya dan mengamuk membabi buta kepadanya. Doug masih bisa mengingat dengan jelas satu per satu kata-kata pedas 5

6 yang keluar dari mulutnya. Puas Anda sekarang? Puas Anda membuat Papa terkapar di rumah sakit? Anda memang tidak berperikemanusiaan! Anda manusia terkejam yang pernah saya tahu. Anda memang bukan manu Belum sempat gadis itu menyelesaikan kalimatnya, sebuah suara gadis lain yang begitu feminine dan jernih terdengar dari luar pintu kantornya. Jantung Doug sesaat berhenti berdetak. Ally, hentikan! Please Ally, stop it! Jangan membuat onar di sini. Ayo kita pulang. Doug yang seperti tersihir langsung bangkit dari kursinya untuk melihat sosok si empunya suara nan indah. Belum sempat ia melangkah, gadis bernama Ally berteriak lagi sambil menudingkan jarinya, Douglas Setiadarma, kalau sesuatu terjadi pada Papa, Andalah pembunuhnya! Doug terpana. Dan di detik itu, bola matanya menangkap sosok seorang gadis manis berwajah teduh yang melangkah masuk ke ruangannya, secepat kilat menarik lengan gadis bernama Ally, membawanya keluar dari kantor Doug yang masih berdiri terpaku menyaksikan semuanya. Gadis itu begitu cepat berlalu. Doug ingin mengejar tapi Titus, asisten pribadi Doug, tiba-tiba memasuki ruangan dengan tergesa-gesa sambil langsung meminta maaf karena tidak bisa menghalangi kedua orang gadis tadi masuk. 6

7 Siapa mereka? Emma dan Allison Liman, putri Pak Heru Liman dari P.T. Limantara Perkasa. Emma ulang Doug di dalam hatinya. Dan selama enam jam kedepan, nama itu terus menggema di dalam hatinya. Selama enam jam itu pula paras gadis bernama Emma itu menari-nari di pikirannya. Wajah yang cantik dan polos, meskipun diwarnai kekuatiran dan kesedihan. Iakah penyebab semua kekuatiran dan kesedihan itu? Doug menarik sebuah file yang sedari tadi tergeletak di atas mejanya. Di sudut file tertera: Heru Liman. Doug mempelajari isi file tersebut. Setelah paham, ia pun bangkit, meraih jas kerjanya, dan keluar meninggalkan kantor. Sesampai di rumah Doug langsung naik ke lantai atas menuju kamarnya sambil melepaskan dasinya. Di kamar ia melemparkan jas dan dasinya ke sofa lalu menghampiri answering machine yang lampu kecilnya berkedip-kedip. Doug menekan sebuah tombol. Doug, this is me, Megan. Where have you been, honey? I ve been contacting you. Please call me, okay? Hey darling, I haven t talked to you for a while. I miss you. Please call me, okay darling?...oh, this is Nicole. Hi Doug, it s Bella. I just wanna say that I was very happy to meet you last night, and I wonder when I can see you 7

8 again. Please Belum habis semua pesan terputar Doug menekan tombol delete, lalu melangkah ke kamar mandi sambil melepaskan kaos singletnya. Di depan cermin Doug terdiam sambil memandangi bayangannya. Pembunuh? Douglas adalah seorang pebisnis yang ambiusius, driven, dan tidak pernah peduli dengan keadaan para kompetitornya yang baginya membahayakan. Apabila keberhasilan kompetitor dianggapnya mengancam bisnisnya maka ia tidak akan segan-segan melakukan apa pun untuk melindungi perusahaannya, tepatnya perusahaan raksasa milik sang ayah. Ardiman Setiadarma, seorang konglomerat ternama dengan line of business di berbagai bidang, bukan saja ayah tetapi juga adalah mentor berbisnis untuk Doug. Usaha yang dirintisnya sejak muda bersama seorang kakaknya kini sebagian ia percayakan pada putra tunggalnya itu. Sejak perluasan usahanya ke Shanghai lima tahun lalu, Ardiman beserta istri menetap di sana untuk mengawasi bisnisnya. Selama ini Doug tidak pernah dipusingkan oleh reaksi kompetitor mana pun termasuk keluarga mereka. Baginya bisnis adalah arena pertarungan. Setiap pebisnis harus siap menanggung resiko. Baru hari ini Doug dibuat morat marit oleh putri dari seorang kompetitornya. 8

9 Emma berusaha memejamkan matanya. Tapi rasa kuatir yang menghantui membuatnya tidak bisa terlelap, meskipun seluruh raganya terasa amat letih. Tulang dan ototnya semua terasa linu. Ia bangkit dari kursi rumah sakit dan menghampiri tempat tidur Papa. Minggu lalu Papa mendadak terkena serangan jantung di kantornya, setelah Pak Markus manager Papa menyampaikan keadaan perusahaan yang sudah di ambang kehancuran, dikarenakan Group Setiadarma yang menyetop pasokan bahan baku pabrik. Menurut Pak Markus sepertinya terjadi kesengajaan yang membuat pabrik tidak bisa produksi dan pesanan para pelanggan tidak bisa dipenuhi. Emma memandang wajah Papa yang tertidur dengan wajah letih. Cuma tinggal Papa, Ally dan Ethan yang ia miliki. Mama telah berpulang ke surga sejak Emma berumur enam belas tahun. Saat itu Ally baru berusia sebelas tahun dan Ethan sembilan tahun. Pagi ini keadaan Papa memburuk, membuat Ally nekad mendatangi pimpinan Group Setiadarma dan mengamuk. Ally memang selalu seperti itu. Sangat emosional dan tidak berpikir panjang. Karena itu Emma selalu kuatir bila sesuatu terjadi pada Ally. 9

10 Waktu Ally menerobos masuk kantor Doug, Emma sangat takut Doug akan melakukan sesuatu yang ekstrim pada Ally. Syukur tidak terjadi apa-apa. Seharusnya Kak Emma membiarkan aku menyelesaikan omelanku pada orang bengis itu! Dia kira dia bisa berbuat seenaknya! Ally masih mengomel dengan kesalnya di dalam mobil setelah mereka meninggalkan gedung kantor Setiadarma. Ally, kita nggak tau seperti apa Douglas Setiadarma itu. Bisa jadi dia malah akan marah dan lebih mempersulit Papa. Udahlah, Al. Kita berdoa aja. Umur Papa berada di tangan Tuhan, bukan di tangan mereka, balas Emma. Ally terdiam dengan mulut manyun lalu melemparkan pandangannya ke luar jendela. Emma membetulkan posisi selimut Papa lalu kembali menghampiri sofa. Setelah duduk ia terlarut dalam doa panjang untuk Papa, seperti yang dilakukannya setiap malam. Titus dibangunkan oleh suara telepon genggamnya yang berdering. Tanpa membuka mata ia meraba-raba meja di samping tempat tidur untuk meraih HPnya. Tanpa melihat layar HP ia menekan sebuah tombol. 10