Surveilans Berbasis Resiko
|
|
- Fanny Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Surveilans Berbasis Resiko Modul 1 Pengantar Lokakarya Surveilans Berbasis Resiko Lampung Indonesia, 2014
2 Latihan Permulaan Gunakan kartu yang ada dimeja anda untuk menulis semua kata kata yang berasosiasi dengan surveilans berbasis resiko tulis sebanyak mungkin Sebagai petunjuk,,gunakan kata kata yang berbeda untuk bidang bidang yang berbeda dan yang terpengaruh/dipengaruhi oleh surveilans berbasis resiko : kbijk kebijakan, bb bebas penyakit, ekonomi, sumber daya
3 Revisi singkat, terminologi surveilans dan klasifikasi i surveilans Surveilans aktif (biasanya berupa survey keterwakilan) Surveilans pasif (sebagaicontoh sistem Surveilans pasif (sebagai contoh, sistem pemberitahuan penyakit)
4 Surveilans Aktif Sering adanya kebutuhan pernyataan bebas dari penyakit Biaya tinggi
5 Strategi Sampel yang kerap diaplikasikan ik Sampel acak Stratifikasi (strata ekslusif yang mutual) kemudian sampel acak dari setiap strata t Sampel kluster (beberapa kelompok yang dipilih secara acak, pengujian semua individu yang ada didalam kelompok) Surveilans berbasis resiko adalah bentuk dari sampel yang terstratifikasi t tifik i, dan strata t dikelompokkan menurut resikonya
6 Asal mula Surveilans Berbasis Resiko Survey tradisional membutuhkan biaya yang tinggi Keraguan untuk mengalokasikan sumber daya yang besar terutama jika penyakit yang menjadi subyek telah diberantas dalam waku yang cukup lama BSE: model yang menunjukkan bahwa kemungkinandeteksi dari pemberitahuan penyakit adalah sekitar 50% tetapi deteksi kemungkinan adalah hewan yang dipotong secara darurat atau mati dengan umur lebih dari 2 tahun, kali lebih tinggi dari pemberitahuan (Doherr, Heim et al. 2001)
7 Keuntungan Surveilans Berbasis Resiko Biaya lebih efektif Untuk penyakit baru Surveilans berbasis resiko bisa mengurangi jeda waktu antara masuknya penyakit baru dan ditemukannya penyakit tersebut.
8 Surveilans berbasis resiko adalah? Sistem surveilans yang menggunakan metode penilaian resiko pada langkah langkah berbeda dari rancangan surveilans tradisional untuk deteksi awal dan manajemen penyakit atau keadaan bahaya (Stark, Regula et al. 2006)
9 Surveilans berbasis resiko adalah? Kesehatan masyrakat, ekonomi dan konsekuensi perdagangan menjadi pertimbangan dalam penentuan penyakit yang menjadi prioritas Sampling berfokus pada bagian dari populasi yang memiliki yang memiliki kemungkinan infeksi es yang paling tinggi
10 Surveilans berbasis resiko adalah Intinya adalah : Anda mengambil sampel penyakit di tempat penyakit kemungkinan berada dibandingkan dengan hanya melakukan sampel acak Untuk melakukan hal ini anda harus mengetahui tempat yang paling mungkin untuk menemukan penyakit dan jika terjadi penetapan dan pembagian daerah berikan bukti untuk tempat
11 Penilaian resiko adalah? Penilaian resiko: Evaluasi dari kemungkinan dan konsekuensi biologis dan ekonomis dari masuknya, terbentuknya dan penyebaran dari agen patogenik didalam wilayah negara impor (OIE)
12 Resiko adalah? Resiko = kemungkinan terjadinya X dampak k(konsekuensi k atau biaya)
13 Konteks Penilaian Resiko Penilaian resiko Laporan 1) Pelaksanaan Penilaian 2) Penilaian paparan 3) Penilaian konsekuensi 4) Perkiraan resiko Manajemen Resiko Evaluasi 1) Layanan Veterinari 2) Penetapan daerah dan regionalisasi i 3) Surveilans dan monitoring kesehatan hewan 1) Layanan veterinari 2) Penetapan daerah dan regionalisasi 3) Surveilans dan monitoring kesehatan hewan (OIE 2006)
14 Contoh dari jenis jenis penilaian resiko Penilaianreisko impor (kemungkinansebuah negara terinfeksi penyakit x) Penilaian Pengeluaran (Apa yang akan terjado jika penyakit masuk kedalam suatu negara x?) Penilaian konsekuensi (Konsekuensi masuknya penyakit dan penyebarannya didalam negara x?)
15 Kajian faktor resiko Saran yang penting dalam rancangan surveilans berbasis resiko Biasanya dilakukan dalam bentuk kajian epidemiologis Contoh : investigasi wabah, kajian lintas seksi, kajian pengendalian kasus, eksperimen penularan
16 Pelajaran VIP Terpenting Jika ingin menutupi lubang di pertahanan anda, maka anda harus mengetahui musuh anda dan dimana harus menemukan musuh tersebut!
17 Hubungan antara penilaian resiko, kajian epidemiologis dan rancangan surveilansdalam surveilans berbasis resiko (Stark, Regula et al. 2006) Tahap Rancangan Tahap Penilaian Kajian Epidemiologis Contoh Surveilans Resiko Pemilihan prioritas Identifikasi ancaman, + Pelaporan kasusk, Prioritas penyakit penyakit untuk surveilans karakterisasi, paparan + penilaian konsekuensi investigasi wabah, penilaian ekonomi setelah terjadinya wabah, bhmodel dlpenularan berdasarkan kepentingan ekonomi, prioritas penyakit berdasar resiko kesehatan masyarakat Rancangan kerangka Paparan + penilaian sampel konsekuensi, faktor resiko (penyakit yang spesifik, penularan + lingkungan yang terkait) Pemilihan unit dalam kerangka sampel Ukuran sampel : penilaian release assessment (dengan asumsi prevalensi tersedia) Kajian pengendalian kasus + lintas bagian (faktor resiko), analisis meta Survei acak, kajian lintas bagian Strata Spasial, strata segmen populasi p (sebagai contoh ternak yang ada dalam sistem yang memungkinkan impor ternak kdari negara dengan resiko tinggi) Survey yang diulang
18 Jenis resiko yang berbeda dalam konteks surveilans berbasis resiko mengenai penyakit menular Faktor resiko spesifik penyakit/hewan Sebagai contoh, perbedaan dalam kerentanan pada penyakit yang menular melalui tick pada ternak Bos indicus vs Bos taurus Faktor resiko tidak langsung yang berkaitan dengan penyakit menular Kemungkinan kontak disimbolisasikan dengan frekuensi pergerakan, pencampuran Faktor lingkungan Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit dan kelangsungan hidup agen sebagai contoh irigasi di padang rumput,
19 Sumber Pengetahuan untuk faktor resiko Kajian lintas bidang dan pengendalian status Faktor resiko spesifik penyakit /hewan animal Sebagai contoh perbedaan pada kerentanan untuk penyakit yang menular melalui tick pada ternak Bos indicus vs Bos taurus Kajian eksperimental, sebagai contoh Eksperimen penularan untuk mengetahui kecepatan penyebaran
20 Sumber pengetahuan untuk penyebaran Survey Prevalensi Informasi Rantai nilai (struktur industri dan hubungan juga frekuensi kontak Faktor resiko tidak langsung yang berhubungan dengan penyakit menular Kemungkinan kontak disimbolkan dengan frekuensi pergerakan, pencampuran Impor data (rute frekuensi, rute, kuantitas) Data populasi (jumlah kawanan, ukuran kawanan)
21 Jenis jenis resiko berbeda dalam konteks surveilans berbasis resiko penyakit menular Kajian eksperimental (agent survival at different conditions e. g temperature, humidit, ph etc) Faktor faktor lingkungan Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit dan kelangsungan hidup agen, sebagai contoh irigasi/pengairan padang rumput, Data spasial dimana kelangsungan hidup agen lebih tinggi sebagai contoh adanya cairan tubuh
22 Jadi, apakah sebuah negara harus menyelesaikan semua kajian ini untuk merancang surveilans berbasis resiko? Tidak, ada banyak informasi yang bisa diambil dari literatur yang ada terutama yang berkaitan dengan penyakit TETAPI informasi yang spesifik untuk sebuah negara seperti struktur populasi, rantai nilai, impor dan distribusi faktor faktor lingkungan untuk agen yang mempengaruhi kejadian dan harus diambil pada tingkat nasional
23 Surveilans berbasis resiko untuk penyakit baru dapatkah hal ini dilaksanakan? Jika hanya sebagianinformasiinformasi mengenai penyakit saja yang diketahui (spesies inang, siklus hidup) Jika ini adalah penyakit menular : dapat menggunakan strukture dan pergerakan populasi masuk kedalam dan didalam sebuah negara untuk mengembangkan surveilans berbasis resiko yang digunakan untuk deteksi yang berfokus pada kelompok dengan angka kontak dan kepadatan yang tertinggi Diperlukan adanya penyempurnaan
24 Mengapa tidak melakukan survey pada kl kelompok kresiko tinggi isaja? j? Ketidakpastian didalam pengetahuan akan resiko Adanya ketidakmungkinan angka nol sebagai resiko dalam kelompok resiko rendah Epidemiologi i idapat tberubah b h(terutama t untuk penyakit baru) Rekomendasi yang disarankan adalah surveilans dalam kelompok resiko tinggi dilengkapi dengan surveilans resiko rendah, tetapi ukuran sampel dapat lebih rendah pada kelompok resiko rendah.
25 Keterbatasan surveilans berbasis resiko Hasil dari prevalensi yang diterima melalui surveilans berbasis resiko hanya dapat menghasilkankesimpulanmengenaistrata kesimpulan mengenai strata yang sudah disampel, bukan mengenai populasi secara umum. Oleh karena itu, kesimpulan yang dihasilkan bukan prevalensi untuk populasi secara menyeluruh
26 Ada pertanyaan?
27 Contoh 1 dari surveilans berbasis resiko : HPAI pada burung liar di Inggris Pada tahun 2006 terjadi kejadian pertama H5N1 yang terdeteksi di Inggris. Sebagai konsekuensinya, Inggris ingin mengetahui dimana target surveilans untuk negara mereka.
28 Langkah pertama 1 identifikasi Identification i of main pathway Pertanyaanpertama yang harusdijawabadalah adalah : bagaimana penyakit bisa masuk kedalam wilayah negara? Penilaian resiko telah dilakukan untuk menilai kemungkinan virus masuk melalui impor produk unggas (id (tidak ada impor unggas hidup dari iai) Asia), impor unggas hidup dari eropa (tidak ada wabah yang terjadi di Uni Eropa pada saat itu) atau unggas liar yang masuk ke Inggris. Unggas liar telah tlhdiidentifikasi i sebagai jalan utama untuk masuknya penyakit pada saat itu
29 Langkah kedua Apakah semua unggas hidup memiliki resiko yang sama? Informasi yang tersedia mengenai AI telah mengindikasikan bahwa unggas air memiliki resiko yang lebih tinggi (dari pakar dan literatur) Pada saat wabah HPAI terjadi di Asia, unggas yang bermigrasi memiliki resiko yang lebih tinggi Pengetahuan mengenai rute migrasi unggas liar akan digunakan untuk menentukan prioritas resiko spesies Para pakar tlh telah menentukan 24 spesies unggas liar dengan resiko tinggi berdasarkan informasi yang diperoleh
30 Langkah ketiga Berada dimanakah Spesies unggas yang beresiko tinggi di Inggris? Data Ornithological dari 11 program tersedia dalam siklus bulanan (2 juta dokumentasi dari observasi ib burung) Kemungkinan adanya unggas yang beresiko tinggi dalam rentang 10km2 dihitung dengan memberikan skor berdasarkan jumlah observasi dalam database setiap spesies
31 Langkah keempat: jika penyakit ada pada unggas liar Didaerah mana penyakit bisa masuk kedalam populasi unggas? Pertemuan para pakar telah memutuskan: faktor resiko untuk unggas adalah : 1) Jumlah unggas (kemungkinan satu burung berkontak dengan unggas liar) 2) Tinggal ditempat terbuka (kemungkinan terjadinya kontak) 3) Itik + angsa (kolam> kemungkinan terjadinya kontak) k)
32 Langkah ke 5: Menentukan resiko pengenalan pada unggas Data setiap perusahaan unggas di Inggris tersedia > 30 unggas, data ini termasuk jumlah unggas, spesied dan jenis tempat tinggal Dari data ini skor dihitung dengan memasukan setiap faktor sebagai pertimbangan Catatan: Tidak ada mengenai faktor resiko nya dan yang menjadi perhatian utama adalah bahwa penyakit ini belum pernah terjadi dalam bentuk sedemikian di seluruh Uni Eropa sebelumnya. Dalam kasus ini pendapat pakar bisa digunakan untuk mengganti data.
33 Wild Birds Risk Score Map Poultry introductionrisk Score Map
34 Langkah ke 6: Menggabungkan informasi Skor gabungan telah dihitung dengan menciptakan produkdaridari skor unggas liar dan unggas ggasdan kemudiang uda melakukan penggolongan skor berdasarkan resiko dan mengelompokkannya kedalam enam tingkatan
35 Langkah ketujuh : Menerjemahkan resiko ke tindakan Mengintensifikasi surveilans aktif yang mencari unggas liar yang mati atau terjangkit penyakit diwilayah il dengan resiko tinggi i Mengintesifkan komunikasi kepada perusahaan unggas diwilayah dengan resiko tinggi
36 Kesimpulan Ketika data tidak tersedia untuk faktor resiko yang tepat, data populasi masih dapat melakukan untuk penentuan target dan ini adalah salah satu contoh yang bernilai Data populasi harus digunakan lebiih dari menampilkan jumlah unggas didaerah geografis tertentu dan harus termasuk jenis sistem produksi, jumlah perusahaan dan jumlah unggas yang ada disetiap perusahanan.
37 Contoh 2 Surveilans Brucellosis untuk Program Bebas Bb Bruselosis di Inggris Biaya tahunan untuk surveilansbruselosis adalah sekitar 2 juta GBP Ada banyak aliran dari surveilans Evaluasi yang dibutuhkan jika pengujian dapat dikurangi diganti dengan surveilans pasif (Hesterberg et al 2006)
38 Status GB OBF: Surveilans yang mendemonstrasikan bebas dari penyakit Survei Sero Semua hewan diatas umur 2 tahun Tidak berkontribusi secara wajar pada tangki susu Pengujian setiap 2 tahun ELISA>CFT SAT Pengujian Pada tangki Susu Seluruh kelompok sapi yang mempoduksi susu untuk djual pengujian susu bulanan -ELISA, Positif > serologi Sistem Permintaan Keguguran semua kelompok k sapi pedaging Sapi untuk susu jika : -> 1 aborsi dalam 30 hari impor sapi Pemeriksaan pasca melahirkan Untuk semua non-obf Pengujian pasca impor Untuk NI dan RI
39 Langkah 1 mendefinisikan resiko infeksi i Karena surveilansselamaselama beberapatahuntelah telah menunjukan bebas dari penyakit oleh karena itu telah diputuskan bahwa satu satunya faktor resiko yang relevan saat ini adalah dlhll lalu lintas sebagai contoh i.e. >>>>Apakah peternakan mengimpor ternak dari negara yang terinfeksi, atau tidak terinfeksi, bagaimana lalu lintas keluar masuk peternakan atau apakah telah diterapkan sistem tertutup
40 Langkah 1 Mendefinisikan resiko infeksi i Data yang tersedia termasuk: penilaian resiko impor kuantitatif yang menetapkan kemungkinan ki th tahunan impor bruselosis dari negara tertentut t Pencatatan lalu lintas yang menunjukkan kelompok hewan impor dari negara lain, asal negara hewan tersebut dan nomor lalu lintasnya Pencatatan Lalu lintas menunjukkan jumlah lalu lintas ternak didalam sebuah peternakan yang disusun dari perijinan lalu lintas Kartu ternak menunjukkan jumlah dan jenis ternak yang ada disetiap peternakan Informasi ini tersedia untuk setiap peternakan dengan ternak di Inggris.
41 Langkah kedua perhitungan resiko infeksi i Skorresiko resiko yang dihitung dari jumlah impor, asal negara impor, jumlah lalu lintas dan jumlah ternak yang ada dipeternakan Berdasarkan skor peternakan yang sudah dikelompokkan dan kemudian dibagi merata pada resiko tinggi, resiko menengah dan resiko rendah
42 Langkah ke 3 menyesuaikan asumsi prevalensi Survey bebas penyakit biasanya menggunakan ukuran sampel perhitungan yang menanyakan Jika prevalensi adalah xyz, dan sudah dilaksanakan pengambilan sampel abc, bagaimana kita dapat mendeteksi penyakit? Agar perbedaan dalam kemungkinan infeksi dapat disesuaikan, asumsi prevalensi ditetapkan lebih tinggi untuk kl kelompok kdengan resiko tinggi idan lebih lbihrendah dh untuk skor resiko rendah
43 Langkah keempat Evaluasi dari surveilans terbaru vs jumlah skenario yang dikurangi, surveilans berbasis resiko Prevalensi yang disesuaikan resikonya kemudian digunakan pada model untuk evaluasi kemungkinan deteksi pada berbagai skenario pengurangan pengujian Menunjukkan sistem yang lebih sensitif jika jumlah sampel yang sama pada kelompok resiko tinggi dibandingkan dengan sampel perwakilan
44 Ada pertanyaan?
45 Latihan tugas akhir : Ambil kartu yang sudah isi dengan tulisan, seluruh kelompok pergi kesebuah area di tembok Sortir kartu berdasarkan hubungan satu sama lain kemudian jelaskan pada kelompok lain, peran apa yang dipegang untuk surveilans berbasis resiko.
Proses Penyakit Menular
Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan
Lebih terperinciMonitoring penyakit usaha untuk
Monitoring penyakit usaha untuk menduga kesehatan dan status penyakit pada suatu populasi yang secara langsung dan terus menerus dilakukan Sampel yang digunakan dapat merupakan sampel dari populasi yang
Lebih terperinciLAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS
LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS Oleh : 1. Drh. Muhlis Natsir NIP 080 130 558 2. Drh. Sri Utami NIP 080 130 559 BALAI
Lebih terperinciBiosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini
Biosecurity Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama Perspektif Saat Ini Beberapa tahun yang lalu istilah biosecurity masih jarang digunakan kecuali di kalangan tertentu saja Kejadian-kejadian
Lebih terperinciWASPADA, ADA PMK DI DEPAN MATA Perlunya Analisa Risiko
WASPADA, ADA PMK DI DEPAN MATA Perlunya Analisa Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang bebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK) yang diakui oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Sebagai
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5543 LINGKUNGAN HIDUP. Penyakit Hewan. Peternakan. Pengendalian. Penanggulangan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 130) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah sangat lama manusia akrab dengan sapi. Banyak sekali manfaat yang dihasilkan oleh sapi, dimulai dari daging, susu, kulit, dan tenaganya dapat dimanfaatkan oleh
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii i PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN
Lebih terperinciPertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi
1 Lab Biomedik dan Biologi Molekuler Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl Raya Sesetan-Gang Markisa No 6 Denpasar Telp: 0361-8423062; HP: 08123805727 Email: gnmahardika@indosat.net.id;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flu burung yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah avian flu atau avian influenza (AI) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun Jumlah (ekor) Frekuensi
PENDAHULUAN Latar Belakang Keanekaragaman sumber daya hayati merupakan modal dasar dan faktor dominan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional. Seiring dengan perkembangan ekonomi, perdagangan dan teknologi
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN I. UMUM Pengaturan pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae.
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung telah membuat masyarakat resah terutama di Indonesia. Jutaan unggas mati. Tidak hanya itu, yang lebih fatal penyakit ini telah mulai menular dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah retrovirus yang dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus ini ditularkan melalui kontak darah,
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas
Lebih terperinciSelama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus
AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas
Lebih terperinciMengukur Kemunculan dan Risiko Penyakit
Mengukur Kemunculan dan Risiko Penyakit Mengapa mengukur penyakit? Tujuannya adalah deskripsi dan komparasi Jenis pertanyaannya mencakup: Seperti apa mortalitas dan morbiditas yang khas pada kelompok unggas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merebaknya kasus flu burung di dunia khususnya Indonesia beberapa tahun terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi masalah kesehatan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri peternakan di Indonesia saat ini sedang mengalami kelesuan. Berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri peternakan di Indonesia saat ini sedang mengalami kelesuan. Berbagai macam masalah yang muncul mengakibatkan para pelaku industri peternakan mengalami
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.130, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Penyakit Hewan. Peternakan. Pengendalian. Penanggulangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5543) PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan ilmu pengobatan tidak menjamin manusia akan bebas dari penyakit. Hal ini disebabkan karena penyakit dan virus juga
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :
25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara
Lebih terperinciPertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)
Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006) Reproduced from FAQ "Frequently Asked Question" of Bird Flu in
Lebih terperinciKEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 2009
KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 29 1 OUTLINE 1. PENDAHULUAN 2. DAMPAK WABAH AI 3. PERMASALAHAN 4. KEBIJAKAN UMUM 4.1. STRATEGI PENGENDALIAN
Lebih terperinciMENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG DI INDONESIA
Konferensi Pers Tempat : Café Bebek Bali Senayan, 26 September 2005 MENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG DI INDONESIA I. ASPEK KEDOKTERAN HEWAN Menyikapi masalah flu burung (avian influenza) yang akhir-akhir ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan ditularkan oleh unggas.
Lebih terperinciWahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)
Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : MEDIA INDONESIA Edisi 27 Pebruari 2006) Flu burung, penyakit yang ditulari hewan ke manusia akis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TORCH adalah singkatan dari toxoplasma, rubella, citomegalovirus, dan herpes, yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa atau parasit darah dan virus. Penyebab
Lebih terperinciPenanggulangan Penyakit Menular
Penanggulangan Penyakit Menular Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan melalui upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan. Upaya pencegahan dilakukan untuk memutus mata rantai penularan, perlindungan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciOLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :
OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA : WORKSHOP PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA RABIES DINAS PETERNAKAN KAB/KOTA SE PROVINSI ACEH - DI
Lebih terperinciI. PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. rata-rata konsumsi daging sapi selama periode adalah 1,88
I. PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan jenis asupan makanan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Daging dan susu sapi adalah dua contoh sumber protein hewani yang cukup
Lebih terperinciPerkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Mei 2014
Perkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Mei 2014 Laporan perkembangan kasus penyakit Avian Influenza (AI) pada unggas di Indonesia berdasarkan hasil Uji Cepat (Rapid Test) positif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Toksoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat intraseluler
Lebih terperinciDINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21
DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 21 Dinas Peternakan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Avian Influenza di Provinsi Lampung
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Avian Influenza di Provinsi Lampung Provinsi Lampung merupakan satu diantara provinsi di Indonesia yang sampai dengan sekarang merupakan wilayah dengan kasus AI tinggi (Farnsworth
Lebih terperinciMODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO
MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO DepKes RI 2007 Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum : Dapat menjelaskan dasar dasar Flu Burung, pandemi
Lebih terperinciPERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG Latar Belakang DI JAWA BARAT oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Highly Pathogenic Avian influenza(hpai) adalah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya
Lebih terperinciDeteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya
Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia memegang peran penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis unggas yang dibudidayakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2006 Menimbang Mengingat TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN MENULAR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil
30 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian ini disajikan dalam 3 bagian yang diharapkan dapat memenuhi tujuan dan hipotesis penelitian yaitu : (1) distribusi sampel penelitian untuk mengetahui jumlah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK, DAN TERNAK POTONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciFLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit
Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/A1) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influensa tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciSituasi AI dan Refocus Rencana Kerja Strategis Nasional Pengendalian AI pada Unggas Tahun 2009
Situasi AI dan Refocus Rencana Kerja Strategis Nasional Pengendalian AI pada Unggas Tahun 2009 Drh. Turni Rusli Syamsuddin MM Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan Dep. Pertanian Workshop
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung atau avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan itik (Soejoedono
Lebih terperinciMATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN
MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2009-2014 1. VISI : Terwujudnya peningkatan kontribusi subsektor peternakan terhadap perekonomian. 2. MISI : 1. Menjamin pemenuhan kebutuhan produk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinci2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20,
No.595, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Dampak Bahaya. Agensia Biologi. Aspek Kesehatan. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN
Lebih terperinciDemam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak
Lebih terperinciKEMENHAN. Satuan Kesehatan. Pengendalian. Zoonosis. Pelibatan.
No.1258, 2014 KEMENHAN. Satuan Kesehatan. Pengendalian. Zoonosis. Pelibatan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PELIBATAN SATUAN KESEHATAN KEMENTERIAN PERTAHANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut, kronis dan juga kematian. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu
PENDAHULUAN Latar Belakang Rabies merupakan penyakit hewan menular yang bersifat zoonosis. Kejadian rabies sangat ditakuti di kalangan masyarakat, karena mengakibatkan penderitaan yang berat dengan gejala
Lebih terperinciRUMUSAN ROUNDTABLE DISCUSSION: ARAH PENELITIAN MENDUKUNG RENCANA BEBAS PENYAKIT AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS TAHUN Bogor, Kamis, 5 Desember 2013
RUMUSAN ROUNDTABLE DISCUSSION: ARAH PENELITIAN MENDUKUNG RENCANA BEBAS PENYAKIT AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS TAHUN 2020 Bogor, Kamis, 5 Desember 2013 I. Latar Belakang Kejadian wabah Avian Influenza pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit Surra merupakan penyakit pada ternak yang disebabkan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Surra merupakan penyakit pada ternak yang disebabkan oleh protozoa Trypanosoma evansi. Penyakit ini juga menyerang hewan domestik dan hewan liar. Parasit ini
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciPEMBIBITAN SAPI BRAHMAN CROSS EX IMPORT DIPETERNAKAN RAKYAT APA MUNGKIN DAPAT BERHASIL?
PEMBIBITAN SAPI BRAHMAN CROSS EX IMPORT DIPETERNAKAN RAKYAT APA MUNGKIN DAPAT BERHASIL? Trinil Susilawati (email : Trinil_susilawati@yahoo.com) Dosen dan Peneliti Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya-
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.214, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternakan. Kesehatan. Veteriner. Hewan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5356) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Sebanyak 173 dan 62 contoh serum sapi dan kambing potong sejumlah berasal dari di provinsi Jawa Timur, Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Barat, Jakarta dan
Lebih terperinciPenyebaran Avian Flu Di Cikelet
6 Bab II Penyebaran Avian Flu Di Cikelet 2.1 Sejarah virus Avian Flu Avian Flu merupakan infeksi virus influenza A subtipe H5N1 yang umumnya menyerang unggas, burung, ayam dan babi, tetapi setelah menyerang
Lebih terperinciStudi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu,
Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS I. Murwanti 1, R. Ratianingsih 1 dan A.I. Jaya 1 1 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Tadulako, Jalan Sukarno-Hatta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset terpenting dari kehidupan. Kita bisa melakukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan aset terpenting dari kehidupan. Kita bisa melakukan segala aktifitas apabila tubuh kita sehat. Menjaga kesehatan masyarakat adalah tanggung jawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebababkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus avian influenza tipe H5N1 yang dikenal dengan Flu Burung adalah suatu virus yang umumnya menyerang bangsa unggas yang dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dengue adalah penyakit infeksi virus pada manusia yang ditransmisikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengue adalah penyakit infeksi virus pada manusia yang ditransmisikan oleh nyamuk. Dengue menginfeksi lebih dari 1 juta penduduk diseluruh dunia setiap tahunnya dan
Lebih terperinciDINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21
DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 21 Dinas Peternakan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Lebih terperinciEpidemiologi veteriner PKH-UB 2013
Epidemiologi veteriner PKH-UB 2013 Quiss.. Jelaskan secara singkat istilah-istilah dalam epidemiologi berikut ini Incubation period Prevalensi Insidensi Endemic Epidemic Sporadic Vector Eradication Tuliskan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pertama kali saat terjadinya perang di Crimea, Malta pada tahun Gejala
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Brucellosis Penyakit keguguran / keluron menular pada hewan ternak kemungkinan telah ada sejak berabad-abad lalu seperti deskripsi dari Hippocrates dan mewabah pertama
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor:
Disusun oleh: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor: - Dr. Ir. Etih Sudarnika, MSi - Drh. Abdul Zahid Ilyas, MSi - Drh. Chaerul Basri, MEpid - Dr. Drh. Denny Widaya Lukman, MSi Direktorat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Peternakan adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Rabies merupakan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Golongan II
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rabies merupakan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Golongan II berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Merpati termasuk jenis burung yang akrab dengan manusia. Merpati tidak hanya dipelihara sebagai satwa kesayangan, yaitu sebagai ternak hias dan balap. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan terjadinya kecenderungan meningkatnya pelaku seks pranikah, penderita HIV/AIDS, dan kasus Aborsi. Fenomena
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. Ada lima jenis Plasmodium yang sering menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007
2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa
Lebih terperinciJurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014
ANALISIS INSIDENSI PENYAKIT FLU BURUNG PADA ITIK (Anas Domesticus) DI PETERNAKAN RAKYAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 7 Edy Susanto* dan Ana Sutomo* * Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG REKOMENDASI PERSETUJUAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN TERNAK KE DALAM DAN KELUAR WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Avian influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong virus RNA (Ribonucleic acid)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. puncak kejadian leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit leptospirosis terjadi di seluruh dunia, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, di daerah tropis maupun subtropis. Di daerah endemis, puncak kejadian leptospirosis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga kesehatan di rumah
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Selatan Kabupaten Badung Provinsi Bali, tepatnya antara 8 o 46 58.7 LS dan 115 o 05 00 115 o 10
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Epidemiologi Penyakit Campak di Indonesia Tahun 2004-2008 5.1.1 Gambaran Penyakit Campak Berdasarkan Variabel Umur Gambaran penyakit campak berdasarkan variabel umur
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa penyakit flu burung merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus hewan dan manusia dengan ratusan strain yang berbeda, baik yang berbahaya maupun yang
Lebih terperinci