PEMBERITAAN MEDIA MASSA DALAM KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERITAAN MEDIA MASSA DALAM KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN"

Transkripsi

1 PEMBERITAAN MEDIA MASSA DALAM KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN (Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kala dalam Pemilu Presiden pada Surat Kabar Kompas dan Media Indonesia Periode 4 Juni - 5 Juli 2014) Abia Tumiur Febrisanti Mursito Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Mass media on its journalism activity covers an event for public s information. In fact, the reported news is independent of the reality. Then the result of fact presented into news for the public (construction of reality). To construct its message, the mass media tend to favor unbalanced or become bias. The purpose of this research is to dissect and review on how mass media construct message to be presented, focusing when media construct the message about president and vice president candidates during president and vice president election campaign period, by Pan and Kosicki framing analysis model. Pan and kosicki Framing analysis operates four structural dimension information text as framing tools: syntax, script, thematic, and rhetoric. This research takes sample on first page from Kompas and Media Indonesia newspapers, totally 11 (eleven) information, with two large theme category, debate of president-vice president candidates and issues of president-vice president candidates (sub theme Jokowi s negative issue in Obor Rakyat Newspaper and Prabowo s violation of human right issue ). There are three main points as a result of this research. First, Media Indonesia tend not to be neutral and independent. Media Indonesia construct a message in such a way that lead people to choose Jokowi-JK. Second, Kompas is more neutral and independent from Media Indonesia. Kompas can be said to be balanced in reporting both pairs of candidates. Third, it is difficult to be a pure media neutral, but many mass media was tried to be independent. Keywords: information, framing analysis, message construction, Pan and Kosicki 1

2 Pendahuluan Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi bangsa Indonesia. Selain ramai dengan berbagai berita kasus korupsi besar yang mulai terungkap, tahun ini merupakan pelaksanaan pesta demokrasi yakni pemilihan umum atau pemilu. Pemilu tahun ini diawali dengan pemilu legislatif pada 9 April 2014 lalu dan dilanjutkan pada pemilu presiden pada 9 Juli Pemilu presiden kali ini hanya diikuti oleh dua pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) yakni pasangan Prabowo-Hatta yang diusung oleh partai Gerindra dan Jokowi-Jusuf Kala yang diusung oleh partai PDI Perjuangan. Kegiatan pemilu ini tentunya menjadi pusat perhatian seluruh media massa di negeri ini sebagai obyek liputan dan menjadi pemberitaan terhangat, terutama di masa kampanye pemilu presiden yang tengah berlangsung ini. Pemilu tentunya tidak lepas dari partai politik, dan partai politik tidak lepas dari sorotan media massa. Media massa memiliki peran-peran tertentu selama periode pemilu termasuk juga selama periode kampanye 1. Dalam hubungan ini, peran-peran yang dimaksud mencakup dua sisi sekaligus yakni di satu sisi media massa digunakan oleh partai politik, elite politik, para calon, para kader dan simpatisan untuk kepentingan kampanye dengan tujuan akhir memperoleh dukungan suara; dan di sisi lain media massa juga digunakan oleh publik (warga masyarakat calon pemilih) dengan intensitas, pola, motif yang beragam sebagai bentuk partisipasi politik yang, sampai tingkat tertentu setidaknya, boleh jadi mempengaruhi pendapat, sikap, serta keputusan-keputusannya dalam menentukan pilihan/ dukungan. Dengan kata lain, partai politik berusaha menjual popularitas kader-kadernya sebagai ajang tombak agar dapat meraih suara dari masyarakat untuk memenangkan pertarungan dalam pemilu presiden ini. Kedua pasangan capres-cawapres beserta partai politik yang mendukungnya, membutuhkan media massa sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya kepada masyarakat. 1 Pawito, Pemilihan Umum Legislatif Indonesia 2009 dan Media Massa, (Surakarta, UNS Press, 2012), hlm 1. 2

3 Pesan dalam kegiatan komunikasi membawa informasi yang disampaikan oleh komunikator 2. Pesan selain membawa informasi juga memberikan makna kepada siapa saja yang menginterpretasikannya. Pesan dalam komunikasi politk digunakan dalam praktik sejarahnya sebagai peluru untuk memengaruhi atau memersuasi komunikan atau khalayak yang menjadi sasaran dalam kegiatan komunikasi politik. Kegiatan pemilu ini tentunya diharapkan dapat berlangsung dengan lancar, bersih, jujur, adil, dan demokrasi. Namun, pembangunan demokrasi seringkali harus menghadapi persoalan-persoalan dilematis antara kebebasan di satu sisi dengan pembatasan di sisi lain. Hal ini berlangsung pula pada praktik media massa 3. Sekarang ini publik dinilai telah dihujani dengan informasi berpihak oleh media yang dipunyai pemilik yang berafiliasi dengan partai politik tertentu 4. Akibatnya, publik terhambat mendapatkan informasi yang menyeluruh. Menjelang pemilihan umum, independensi dan netralitas jurnalisme dan media di Indonesia semakin banyak dipertanyakan orang karena keterlibatan pemilik media dalam aktivitas atau partai politik tertentu 5. Abu Rizal Bakrie, misalnya, pemilik Anteve dan TV One adalah Ketua Umum Golkar. Metro TV yang dimiliki Surya Paloh adalah pendiri Partai Nasdem. Hary Tanoesoedibjo yang menguasai MNCTV, RCTI, dan Global TV. Dalam situasi semacam ini, menjadi tidak mengherankan jika orang lantas mulai berfikir sejauh mana media-media yang menggunakan milik dan public domain itu independen, tidak digunakan para pemiliknya untuk memerjuangkan kepentingan politik mereka. Penelitian pada Jurnal Pers mengenai kecenderungan pemberitaan media nasional di Indonesia, memberikan bukti bahwa media baik itu televisi, surat kabar, 2 Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm Ibid., hlm Dikutip dari /Humaniora yang diakses pada 09/02/2014 jam WIB 5 Jurnal Dewan Pers, Edisi No.9, Juni 2014 yang diunduh dari hlm. 15, yang diakses pada 24/03/2014 jam WIB 3

4 maupun berita online yang pemiliknya memiliki kaitan dengan aktivitas partai politik, terlebih lagi berkeinginan menjadi presiden atau wakil presiden, memiliki kecenderungan tidak independen dan netral dalam pemberitaan politik 6. Meskipun independensi dan netralitas sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan mudah, kedua konsep tersebut masing-masing dapat didefinisikan 7. Independensi media berarti bahwa dalam memroduksi isi media tidak ada tekanan dari pihak lain. Independensi didefinisikan sebagai kemerdekaan yang dimiliki oleh ruang redaksi dalam memroduksi berita. Selanjutnya, bila independensi lebih berkaitan dengan proses produksi berita, maka netralitas lebih berkaitan dengan apa yang muncul di dalam berita. Netralitas menunjukkan bahwa media tidak berpihak dalam menyampaikan berita, terutama untuk berita tentang konflik. Media massa dalam kegiatan jurnalistiknya meliput suatu peristiwa untuk dijadikan berita / informasi yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Pada hakikatnya, berita itu sendiri merupakan laporan atas peristiwa. Laporan tersebut merupakan hasil dari mengonstruksi fakta menjadi berita (konstruksi realitas). Sebagai contoh keberpihakan media cetak di Indonesia terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Institut Studi Arus Informasi (ISAI). ISAI melakukan riset berita tentang pemilu presiden tahun 2009 yang muncul di 14 media cetak nasional dan beberapa stasiun televisi selama Januari - Juli Riset ISAI menemukan harian Jurnal Nasional dan Rakyat Merdeka condong mendukung SBY-Boediono, dimana kedua harian tersebut didirikan oleh SBY. Sedangkan harian Suara Karya, Media Indonesia, dan Suara Pembaruan condong mendukung JK-Wiranto yang mana pada saat itu ketiga harian tersebut memiliki keterkaitan dengan partai Golkar. Media cetak lainnya relatif netral dan berimbang. 6 Ibid., hlm.15 7 Ibid., hlm Dikutip dari yang diakses pada 17 Maret 2014 jam WIB 4

5 Selain itu, Dinas Kominfomas melakukan penelitian untuk membuktikan apakah media massa cenderung memberikan citra positif (berpihak) kepada Jokowi- Basuki dalam pelaksanaan program-program mereka sebagai pemerintah daerah (pemda) DKI Jakarta 9. Berdasarkan analisa dari 10 koran yang dianggap paling berpengaruh terlihat memang ada perbedaan yang jelas antara yang satu dengan yang lainnya. Artinya ada koran-koran yang kecenderungannya pemberitaannya negatif, ada yang positif, dan ada yang netral. Dua koran lokal yaitu Indo Pos dan Non-Stop punya kecenderungan pemberitaan yang negatif. Sementara koran-koran nasional cenderung netral (Kompas) dan bahkan positif (Koran Tempo, Seputar Indonesia, dan Suara Pembaruan). Koran-koran lokal yang mengimbangi pemberitaan negatif dari Indo Pos dan Non-Stop adalah Koran Jakarta (positif) dan Berita Kota, Warta kota, dan Pos Kota yang ketiganya bertendensi lebih netral. Beragam penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan media massa yang tidak netral dalam pemberitaannya, namun tidak tertutup kemungkinan masih adanya media massa yang tetap berusaha untuk netral dalam mengkonstruksikan peristiwa yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, Pemberitaan Media Massa dalam Kampanye Pemilihan Umum Presiden (Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kala dalam Pemilu Presiden pada Surat Kabar Kompas dan Media Indonesia Periode 4 Juni - 5 Juli 2014). Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimanakah surat kabar Kompas dan Media Indonesia membingkai (framing) peristiwa mengenai kampanye Pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kala dalam Pemilu Presiden melalui teks beritanya pada periode 4 Juni - 5 Juli 2014? 9 Dikutip dari yang diakses pada 05/05/2014 jam WIB 5

6 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan surat kabar Kompas dan Media Indonesia membingkai (framing) peristiwa selama kampanye Pasangan Prabowo- Hatta dan Jokowi-Jusuf Kala dalam Pemilu Presiden melalui teks beritanya pada periode 4 Juni - 5 Juli Tinjauan Pustaka A. Komunikasi massa Menurut Harold Laswell, komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat atau hasil apa (who, says what, in which channel, to whom, with what effect) 10. Menurut Raymond Ross, komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator. Menurut Gerald R Miller, komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka. B. Karakteristik komunikasi massa Mursito dalam bukunya Jurnalisme Komprehensif 11 memberikan 10 karakteristik media massa yakni; penyampaian pesan ditujukan kepada khalayak luas, heterogen, anonim, tersebar, serta tidak mengenal batas geografis kultural; bentuk kegiatan komunikasi melalui media massa bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi; pola penyampaian pesan cenderung berjalan satu arah; kegiatan komunikasi massa dilakukan secara terencana, terjadwal, dan terorganisasi; penyampaian pesan dilakukan secara berkala, tidak bersifat 10 Dikutip dalam yang diakses pada 09/02/2014 jam WIB 11 Mursito BM, Jurnalisme Komprehensif, (Jakarta, Literate, 2013), hlm 19 6

7 temporer; isi pesan yang disampaikan mencakup berbagai aspek kehidupan baik yang bersifat informatif, edukatif, maupun hiburan; pesan-pesan media tidak dapat disampaikan secara langsung, melainkan harus melalui peralatan media teknis; tidak terjadi interaksi antara komunikator dengan komunikan; pesan-pesan yang disampaikan media massa bersifat terbuka; dan adanya intervensi pengaturan secara institusional antara pengirim dengan penerima. C. Jurnalisme dan Berita Jurnalisme adalah pengelolaan informasi oleh media, yang disajikan dalam wujud berita 12. Jurnalisme juga didefinisikan bercerita dengan suatu tujuan 13. Dalam cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan wartawan kepada pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi 14. Sebagian ada yang menyebut dengan Vritta dalam Bahasa Indonesia kemudian menjadi Berita atau Warta. Berita itu sendiri terdiri dari tiga bagian. Awal yang disebut lead, pertengahan yang disebut tubuh (body) berita; dan penutup (ending) 15. Lead berupa kalimat atau paragraf yang mengajak atau mengusik pembaca agar mau melanjutkan membaca. Isinya satu atau beberapa fakta dasar, yakni siapa, apa, bila, di mana, mengapa, bagaimana, lalu apa. Dasar ini dikenal sebagai 5W+1H seperti yang diperkenalkan Rudyard Kipling. Tubuh berita (body) berisi fakta atau kutipan yang mendukung lead,termasuk menyebutkan (attribution) sumber informasi. Penutup (ending), umumnya berisi kutipan sumber utama yang menyimpulkan isu keseluruhan, penjelasan mengenai tindakan selanjutnya atau fakta tambahan lain. 12 Ibid., hlm Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta, Penerbit Buku Kompas, 2007), hlm Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004), hlm Luwi ishwara, op.cit., hlm 98 7

8 D. Konstruksi realitas Ahli sosiologi Gaye Tuchman, dalam bukunya Making News, menyatakan bahwa berita merupakan konstruksi realitas sosial. Buku tersebut didasarkan pada serangkaian observasi parsitipatoris di ruang berita media dan wawancara pegawai pemberitaan selama sepuluh tahun 16. Tindakan membuat berita, kata Tuchman, adalah tindakan mengonstruksi realita itu sendiri, bukan penggambaran realita. Dia menekankan bahwa berita adalah sekutu bagi lembaga-lembaga yang berlegitimasi dan bahwa berita juga melegitimasi status quo. E. Konstruksi realitas media Konstruksi realitas media mengacu pada aturan dan memenuhi syarat untuk mencapai pengetahuan obyektif 17. Tugas jurnalis membuat realitas empirik tetap terjaga faktisitasnya ketika menjadi berita. Menjaga agar esensi peristiwa ada dalam berita, agar pemberitaan media benar, agar berita sesuai dengan kenyataan jurnalisme meiliki kaidah-kaidah yang sifatnya etis, normatif, dan teknis. Mengonstruksi peristiwa menjadi berita, esensi peristiwa harus tercakup dalam berita. Fakta-fakta penting dalam peristiwa tercakup dalam berita sehingga publik mengetahui apa yang terjadi, memahami duduk masalahnya. F. Media dan Kekuasaan Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam 18. Louis Althusser menulis bahwa media, dalam hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Media massa sebagaimana lembaga-lembaga 16 Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, (Jakarta, Kencana, 2005), hlm Mursito BM, op.cit., hlm Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004), hlm

9 pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa (ideological states apparatus). Bagi Gramsci, media merupakan arena pergulatan antarideologis yang saling berkompetisi (the battle ground for competing ideologies). Antonio Gramsci melihat media sebagai ruang di mana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi, dan kontrol atas wacana publik. G. Analisis Framing Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi 19. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut. H. Analisis Framing Model Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki Pendekatan framing ini dibagi menjadi empat struktur besar 20. Pertama, struktur sintaksis; kedua, struktur skrip; ketiga struktur tematik; dan keempat 19 Ibid., hlm Ibid., hlm

10 struktur retoris. Struktur sintaksis dapat diamati dari bagan berita. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk susunan kisah berita. Struktur sintaksis dapat diamati dari bagan berita (headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip, dan sebagainya). Struktur skrip melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa. Kemudian struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil. Sedangkan struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna memberi penekanan pada arti tertentu. Metodologi Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan hanya untuk memaparkan situasi atau peristiwa, tanpa mencari tahu atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Sedangkan yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak mengadakan perhitungan atau data-data kuatitatif. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis framing dari Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis ini dibagi menjadi empat struktur besar yakni, struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris. Obyek penelitian ini adalah surat kabar Kompas dan Media Indonesia edisi 4 Juni Juli 2014, yakni selama masa kampanye pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Peneliti hanya meneliti berita straight news di halaman satu di setiap edisinya. Penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive sampling ini 10

11 mengacu pada kategorisasi yang dilakukan peneliti. Kategorisasi didasarkan pada tema yang paling sering muncul selama masa kampanye pemilu presiden 2014, yakni Debat capres-cawapres dan Isu yang menerpa pasangan capres-cawapres (sub tema Kasus Tabloid Obor Rakyat dan Kasus Dugaan Pelanggaran HAM Prabowo ). Jumlah populasi sebesar 45 berita dengan rincian surat kabar Kompas sebanyak 19 berita dan surat kabar Media Indonesia sebesar 26 berita. Sedangkan sampel yang diambil berjumlah 11 berita dengan rincian surat kabar Kompas 5 berita dan surat kabar Media Indonesia 6 berita. Untuk menjamin validitas data yang dikumpulkan, digunakan teknik triangulasi. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber / data. Peneliti mengakses sumber-sumber / data-data yang lebih bervariasi, yakni melalui surat Kabar Kompas dan Media indonesia, dan dengan artikel berita yang bervariasi (selama masa kampanye pemilu presiden 2014) namun tetap dengan batasan-batasan yang telah ditentukan. Analisis dan Pembahasan A. Framing Kompas dan Media Indonesia dalam tema Debat capres-cawapres dan Isu yang menerpa pasangan capres-cawapres Dari hasil analisis struktur framing yang meliputi struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris, dapat dilihat frame yang dibentuk Kompas dan Media Indonesia, seperti berikut ini: 1. Frame Kompas a) Frame Kompas dalam Pemberitaan Debat capres-cawapres Pada peristiwa debat capres-cawapres yang diselenggarakan oleh KPU, Kompas membingkai peristiwa tersebut dengan bingkai perbedaan antara Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Tujuan dari pembingkaian ini adalah Kompas ingin memberikan informasi kepada pembaca agar dapat memilih pasangan capres-cawapres yang tepat. Hal ini terkait dengan visi Kompas 11

12 yakni menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bermartabat. Perbedaan ini juga ditekankan oleh kompas dengan menyajikan grafik penjelasan perbedaan kedua pasang capres-cawapres. b) Frame Kompas dalam Pemberitaan Isu yang menerpa pasangan caprescawapres 1) Frame Kompas dalam Pemberitaan Kasus Tabloid Obor Rakyat Bingkai kompas mengenai kasus Tabloid Obor Rakyat adalah ketegasan Dewan Pers dan ketidaktegasan Polri. Kompas membingkai Dewan Pers yang tegas menyatakan bahwa Tabloid Obor bukanlah produk jurnalistik dan harus ditindak tegas. Sedangkan Polri dikhawatirkan tidak tegas lantaran adanya dugaan istana (pada masa pemerintahan presiden SBY) terlibat. Tujuan dari pembingkaian ini agar Polri dan SBY menindak tegas seluruh pelaku yang terkait dengan kasus Tabloid Obor. 2) Frame Kompas dalam Pemberitaan Kasus Dugaan Pelanggaran HAM Prabowo Bingkai kompas mengenai kasus pelanggaran HAM yang diduga terkait dengan Prabowo adalah pro-kontra pernyataan pers Wiranto. Kompas tidak hanya menonjolkan dari sisi Wiranto yang menyatakan bahwa Prabowo adalah inisiator penculikan aktivis beserta pihak-pihak yang setuju/mendukung dengan pernyataan Wiranto, namun juga menonjolkan pembelaan dari kubu Prabowo beserta pihak-pihak yang kontra dengan pernyataan Wiranto. Selain itu Kompas juga menonjolkan sisi humanis dengan mengutip wawancara dengan salah satu keluarga korban penculikan aktivis , yang menginginkan agar kasus ini segera terungkap jelas. Tujuan dari penonjolan ini agar seluruh pihak yang terkait tergerak hatinya untuk mengungkap kasus ini. Penonjolan sisi humanis juga sejalan dengan 12

13 bagian dari visi dan misi Kompas yang ingin menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi. 2. Frame Media Indonesia a) Frame Media Indonesia dalam Pemberitaan Debat Pasangan Caprescawapres Bingkai Media Indonesia mengenai debat capres-cawapres adalah mengunggulkan Jokowi-JK dan melemahkan Prabowo-Hatta. Media Indonesia menonjolkan keunggulan dan sisi positif Jokowi-JK dalam acara debat tersebut. Terutama fokusnya adalah citra positif Jokowi. Hal ini terlihat dari penggunaan judul seperti Jokowi-JK Unggul Telak dan Jokowi Lebih Konkret. Sedangkan Media Indonesia membingkai Prabowo sebagai sosok yang tidak berkompeten dan cenderung mendiskreditkan Prabowo. Tujuan dari pembingkaian ini adalah untuk mengajak masyarakat memilih Jokowi-JK pada pemilu presiden Kemungkinan besar hal ini disebabkan keterkaitan Surya Paloh (pemilik Media Indonesia yang juga ketua umum Partai NasDem) yang berkoalisi dengan partai PDIP yang mengusung Jokowi-JK. Hal ini membuat Media Indonesia cenderung tidak netral dalam pemberitaannya. b) Frame Media Indonesia dalam Pemberitaan Isu yang Menerpa Pasangan Capres-cawapres 1) Frame Media Indonesia dalam Pemberitaan Kasus Tabloid Obor Rakyat Terdapat tiga bingkai Media Indonesia mengenai kasus Tabloid Obor Rakyat, yakni Jokowi sebagai korban, ketidaktegasan pemerintahan SBY dalam mengusut, dan adanya indikasi kubu Prabowo terlibat. Media Indonesia membingkai Jokowi sebagai korban utama dari kasus ini. Media Indonesia juga menyoroti ketidaktegasan pemerintahan SBY dalam mengusut kasus ini. Selain itu ada pula indikasi bahwa salah seorang pendukung Prabowo lah yang mendanai terbitnya tabloid ini. 13

14 Media Indonesia memberi penekanan dengan mencantumkan grafik perkiraan biaya produksi peneribitan tabloid tersebut. 2) Frame Media Indonesia dalam Pemberitaan Kasus Dugaan Pelanggaran HAM Prabowo Bingkai Media Indonesia mengenai kasus pelanggaran HAM yang diduga terkait dengan Prabowo adalah Prabowo terlibat dalam kasus penculikan aktivis Media Indonesia menonjolkan bahwa pernyataan Wiranto yang menyatakan bahwa Prabowo adalah inisiator penculikan, adalah kebenaran. Terlihat sekali melalui judul Prabowo Inisiator Penculikan dan penggunaan kata-kata yang secara terangterangan. Hal ini sejalan dengan salah satu uraian dari visi Media Indonesia yakni lugas, menggunakan bahasa yang terang dan langsung. B. Struktur framing Kompas dan Media Indonesia Dari hasil analisa struktur framing yang meliputi struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris, dapat dilihat persamaan dan perbedaan antara Kompas dan Media Indonesia, seperti yang terangkum dalam tabel berikut ini: Tabel 1 Tabel struktur framing Kompas dan Media Indonesia Struktur Kompas Media Indonesia 1. Sintaksis Headline / Judul dibuat dengan Judul dibuat semenarik judul pemilihan kata yang menarik mungkin, seringkali minat pembaca, namun tidak membuat efek sensasional. Contohnya seperti, Debat menggunakan kata-kata yang provokatif. Contohnya seperti, Prabowo 14

15 Tunjukkan Perbedaan Capres. Kubu Prabowo- Hatta dan Jokowi-JK Antusias. Lead Kompas memiliki format lead yang tetap, tidak berubah-ubah. Latar Setiap berita disertai latar informasi belakang informasi. Kutipan / Kompas banyak memakai sumber kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung. Narasumber Kompas beragam (cover both sides). Penutup Setiap berita selalu ditutup dengan kutipan dari narasumber, baik berupa kutipan langsung maupun parafrase. 2. Skrip 5W + 1H Setiap berita mencantumkan unsur who, what, where, dan Inisiator Penculikan. Media Indonesia tidak memiliki format lead yang tetap. Cenderung berubahubah. Setiap berita disertai latar belakang informasi. Media Indonesia banyak memakai kutipan langsung maupun tidak langsung. Narasumber Media Indonesia beragam, namun terdapat beberapa berita yang cenderung hanya berasal dari narasumber sepihak, ataupun penilaian subyektif dari Media Indonesia sendiri. Media Indonesia mengemas bagian penutup beritanya dengan kutipan narasumber ataupun dengan memberikan informasi tambahan. Setiap berita mencantumkan unsur who, what, dan when. 15

16 3. Tematik Koherensi, detail 4. Retoris Foto dan grafik, leksikon, pemuatan label jabatan dan penyebutan instansi when. Sedangkan unsur why dan how tidak selalu terdapat dalam setiap berita. Yang paling menonjol adalah unsur who dan what. Seringkali menggunakan koherensi penjelas, sebabakibat, dan pembeda. Yang paling menonjol adalah koherensi penjelas di hampir semua berita. Detail kurang menonjol. Menekankan fakta dengan menggunakan foto, grafik yang berisi ulasan singkat mengenai topik tertentu, dan penggunaan leksikon seperti kata membumi. Setiap berita selalu menggunakan label jabatan dan penyebutan instansi untuk menjaga validitas berita. Unsur where dan why sering ditampilkan sedangkan unsur how jarang ditampilkan. Yang paling menonjol adalah unsur who dan what. Seringkali menggunakan koherensi penjelas, sebabakibat, dan koherensi pembeda. Namun yang paling menonjol adalah koherensi penjelas di hampir semua berita. Detail kurang menonjol. Menekankan fakta dengan menggunakan foto, grafik yang berisi ulasan singkat mengenai topik tertentu, dan penggunaan leksikon seperti kata menyodok dan mengawang-awang. Setiap berita selalu menggunakan label jabatan dan penyebutan instansi untuk menjaga validitas berita. 16

17 Kesimpulan Dari hasil analisa pembingkaian kedua media tersebut, dapat disimpulkan bahwa: 1. Media Indonesia cenderung tidak netral dan tidak independen. Mengacu pada teori framing yang intinya adalah membedah bagaimana suatu media mengkonstruksi pesan atas suatu peristiwa, dari hasil penelitian ini didapat bahwa Media Indonesia mengkonstruksi pesan sedemikian rupa (melalui pemilihan kata, sumber, dan penekanan lainnya) yang mengarahkan masyarakat untuk memilih Jokowi-JK sebagai presiden dalam pemilu ini. Kecenderungan Media Indonesia tidak netral dan tidak independen kemungkinan besar disebabkan oleh keterkaitan Surya Paloh (pemilik Media Indonesia) yang berkoalisi mendukung pasangan Jokowi-JK sebagai presiden dalam pemilu ini. 2. Kompas lebih netral dan independen dari Media Indonesia. Kompas dapat dikatakan lebih berimbang dalam memberitakan kedua pasang kandidat. Kompas tidak hanya memberitakan keunggulan kedua kandidat, tetapi juga kelemahan keduanya. Meskipun Kompas berusaha untuk berimbang, namun tidak dapat dipungkiri terdapat satu berita yang cenderung kurang berimbang. Meskipun begitu, Kompas dapat dikatakan independen karena Kompas tidak mendapatt tekanan,terutama dari pemilik media, karena Kompas tidak berafiliasi dengan partai politik tertentu. 3. Sulit untuk mencapai media yang murni netral, yang ada adalah media yang berusaha untuk independen. Netralitas murni media sulit untuk dicapai. Bahkan Kompas yang di claim sebagai media yang netral, tidak bisa secara murni untuk berada dalam posisi netral. Begitu banyak pertimbangan dalam mengkonstruksi pesan menjadi sebuah berita. Meskipun tidak bisa murni netral, Kompas berusaha untuk indpenden, bebas tanpa tekanan untuk memberitakan suatu peristiwa. 17

18 Saran Saran atas penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian. Saran yang pertama adalah bagi harian Kompas dan harian Media Indonesia. Bagi harian Kompas disarankan untuk mempertahankan sikap netral dan tidak berpihak. Bagi Media Indonesia disarankan untuk mengubah arah pemberitaannya yang cenderung memberitakan halhal yang positif yang terkait dengan kepentingan perusahaan. Saran yang kedua adalah saran bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya framing media massa. Disarankan agar peneliti selanjutnya untuk memperluas penelitian framing ini bukan hanya dari sisi pesan dan pembuat pesan (media massa), tetapi juga pengaruhnya terhadap pembentukan opini masyarakat. Dikarenakan penelitian ini memiliki keterbatasan sehingga perlu untuk peneliti selanjutnya memperbaharui penelitian mengenai analisis framing. Saran yang ketiga adalah saran bagi masyarakat sebagai konsumen media. Berita yang kita konsumsi dari media cetak / koran, merupakan hasil konstruksi dari media massa tersebut. Kita sebagai konsumen media massa, perlu untuk pro aktif mengkritisi apa yang disajikan oleh media. Dengan mengkritisi apa yang disajikan media, akan membentuk kita menjadi pembaca yang lebih dewasa dalam menerima informasi. Daftar Pustaka Djuroto, Totok. (2004). Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ishwara, Luwi. (2007). Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Mursito, BM. (2013). Jurnalisme Komprehensif. Jakarta: Literate. Pawito. (2009). Pemilihan Umum Legislatif Indonesia 2009 dan Media Massa. Surakarta: UNS Press. Severin, Werner J dan James W. Tankard. (2005). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana. Sobur, Alex. (2003). Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya. Subiakto, Henry dan Rachmah Ida. (2012). Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 18

19 Dewan Pers. Mengungkap Independensi Media. Jakarta: Dewan Pers. Diunduh dari yang diakses pada 24/03/2014 jam WIB al_budaya/humaniora#sthash.mzbqlgv7.dpuf yang diakses pada 09/02/2014 jam WIB. yang diakses pada 09/02/2014 jam WIB. erungan-keberpihakan-pers-dalam-pemilu&catid=14:berita-lpds&itemid=17 yang diakses pada 17/03/2014 jam WIB. yang diakses pada 05/05/2014 jam WIB. 19

PEMBERITAAN MEDIA MASSA DALAM KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN. (Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Pasangan Prabowo-Hatta dan

PEMBERITAAN MEDIA MASSA DALAM KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN. (Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Pasangan Prabowo-Hatta dan PEMBERITAAN MEDIA MASSA DALAM KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN (Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kala dalam Pemilu Presiden pada Surat Kabar Kompas dan Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu yang bersifat demokratis di Indonesia terwujud untuk pertama kalinya pada tahun 1999. Di mana rakyat dapat memilih sendiri wakil-wakil lembaga pemerintahan

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Tanggal 15 Februari 2017 merupakan pesta demokrasi bagi sebagian masyarakat di Indonesia yang melaksanakan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun bentuk penelitiannya adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu, peneliti-peneliti komunikasi massa telah menyadari betapa kuatnya peran media komunikasi dalam membentuk pikiran masyarakat. Media komunikasi memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUUAN. berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media. bisa bertahan. Kecepatan media online dalam menyampaikan informasi

BAB I PENDAHUUAN. berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media. bisa bertahan. Kecepatan media online dalam menyampaikan informasi BAB I PENDAHUUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini cukup berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media konvensional terpaksa harus beralih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri media di Indonesia yang kini berorientasi pada kepentingan modal telah menghasilkan suatu konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan, yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa Kisruh APBD DKI merupakan salah satu peristiwa sedang ramai diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan berita yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan 49 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan konstruksionis. Dan pendekatan ini mempunyai paradigma yang mempunyai posisi dan pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa memiliki peran strategis sebagai saluran yang menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, kita dapat memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kritis secara ontologi berpandangan bahwa realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses

Lebih terperinci

ANALISIS FRAMING BERITA CAPRES DAN CAWAPRES PADA PEMILU 2014 DI HARIAN REPUBLIKA DAN JAWA POS

ANALISIS FRAMING BERITA CAPRES DAN CAWAPRES PADA PEMILU 2014 DI HARIAN REPUBLIKA DAN JAWA POS ANALISIS FRAMING BERITA CAPRES DAN CAWAPRES PADA PEMILU 2014 DI HARIAN REPUBLIKA DAN JAWA POS Oleh: Permata Romadhonita (071115011) - B E-mail: permataromadhonita@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini berfokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Dalam bab sebelumnya penulis menguraikan bangunan konsep dan teori-teori yang relevan sebagai bahan rujukan berkaitan dengan topik penelitian. Selanjutnya dalam bab tiga ini, penulis

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan untuk mengurai atau menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Crasswell, beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki fokus penelitian yang kompleks dan luas. Ia bermaksud memberi makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 0 KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat capres mulai berlomba melakukan kampanye dengan berbagai cara dan melalui berbagai media.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sebagai prosedur penelitian data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari peranan media yang menyebarkan visi dan misi mereka dalam kampanye untuk meraih suara pemilih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga menimbulkan pro dan kontra. Karena perkembangan kehidupan manusia seirama dengan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fenomena ini diawali ketika Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mulai menyusun dan mengumumkan nama-nama kabinet dengan nama Kabinet Kerja.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berita adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita buruh merupakan salah satu berita yang jarang dilihat dalam tayangan pemberitaan media TV. Berita buruh masih belum mendapatkan porsi yang pas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada bingkai sosok Jokowi sebagai Presiden dalam pemberitaan setahun pemerintahan pasangan Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan Jusuf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi membuat informasi mudah di akses dengan cepat tanpa harus menunggu lama. Hal tersebut yang membuat internet menjadi pilihan banyak masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa menjadi penting dalam kehidupan politik dan proses demokrasi, yang memiliki jangkauan luas dalam penyebaran informasi, mampu melewati batas wilayah, kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan Model framing yang digunakan dalam menganalisis konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan oleh Pan dan Kosicki. Dalam model ini, perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berita pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden terkait kasus PT Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari Menteri Energi dan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pemberitaan media tidak lagi didominasi

Lebih terperinci

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN AHOK SEBAGAI CALON GUBERNUR DKI JAKARTA DI HARIAN KOMPAS (Edisi September 2016)

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN AHOK SEBAGAI CALON GUBERNUR DKI JAKARTA DI HARIAN KOMPAS (Edisi September 2016) ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN AHOK SEBAGAI CALON GUBERNUR DKI JAKARTA DI HARIAN KOMPAS (Edisi September 2016) Oleh Adi Nugroho Hary Saputro 1, Maya Sekarwangi 2, Siswanta 3 Abstract This research aimed

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif-kualitatif dengan menggunakan studi dokumentasi yang diperoleh berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI 13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI KELOMPOK 12 : DEWI KUSUMA ( 056182 ) DEWI PUSPITA ( 056058 ) MOCH. AKBAR ( 056179 ) NURMAWATI D. LIANA ( 056080 ) SUCHI MAHADEWI ( 056067 ) Zhongdang Pan dan Gerald

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yang senantiasa membutuhkan informasi yang dapat memperkaya hidupnya. Media merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Temuan

BAB V PENUTUP A. Temuan BAB V PENUTUP A. Temuan Harian Jogja merupakan media lokal yang cukup aktif dalam memantau berbagai perkembangan mengenai pembangunan bandara di Kulon Progo. Arah pemberitaan (September 2014 - Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan memiliki lembaga-lembaga khusus berdasarkan tugas masing-masing. Dalam rangka untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konstek Penelitan Saat ini perkembangan manusia dengan potensi bawaannya tentang memunculkan ide, telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. tersebut, peneliti berhasil menemukan frame Jurnal Nasional terkait dengan sosok

BAB IV PENUTUP. tersebut, peneliti berhasil menemukan frame Jurnal Nasional terkait dengan sosok 121 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti dalam rangka menjawab tujuan penulisan yang telah dipaparkan pada pendahuluan, peneliti kemudian menarik benang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara penganut sistem Demokrasi, dimana kekuasaan yang berada ditangan rakyat (pemerintahan rakyat). Maksud dari pemerintahan rakyat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian bab-bab terdahulu, pada bab ini akan disajikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian bab-bab terdahulu, pada bab ini akan disajikan BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian bab-bab terdahulu, pada bab ini akan disajikan simpulan dan saran penelitian ini. Simpulan dan saran diberikan berdasarkan temuan penelitian dalam menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1. Kesimpulan Analisis framing adalah analisis untuk mengetahui perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Asumsi dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Media Massa Media adalah pengantara atau saluran dalam menyebarkan suatu informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikan. Menurut McLuhan (Nova. 2009: 204) media massa

Lebih terperinci

KONTROVERSI MISS WORLD 2013 DI MEDIA

KONTROVERSI MISS WORLD 2013 DI MEDIA KONTROVERSI MISS WORLD 2013 DI MEDIA Yudin Taqyudin dan Rulli Nasrullah Abstrak Berita tidak sekadar merupakan realitas dari peristiwa yang ada di lapangan dan dilaporkan oleh wartawan dan media. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan pertentangan antara warga setempat dengan perusahaan swasta terkait dengan akses dan kepemilikan lahan yang

Lebih terperinci

Bingkai Media Terhadap Pemberitaan Capres Jokowi Pada Pilpres 2014 (Analisis Framing Media Online Kompas.com dan Detik.com)

Bingkai Media Terhadap Pemberitaan Capres Jokowi Pada Pilpres 2014 (Analisis Framing Media Online Kompas.com dan Detik.com) Bingkai Media Terhadap Pemberitaan Capres Jokowi Pada Pilpres 2014 (Analisis Framing Media Online Kompas.com dan Detik.com) Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara demokrasi perwakilan dibawah rule of law adalah diselenggarakannya. pemilihan umum yang bebas (Azed, 2000: 1).

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara demokrasi perwakilan dibawah rule of law adalah diselenggarakannya. pemilihan umum yang bebas (Azed, 2000: 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah negara demokrasi pemilihan umum atau pemilu menjadi sebuah hal penting untuk menentukan siapa yang akan memimpin negara dan mewakili rakyat dalam pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. Dapat dilihat dari survei Komisi Pemilihan Umum (KPU), seperti dikutip dalam artikel Kompas.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini memilih Harian Rakyat Merdeka dan Tempo. Alasan yang cukup menguatkan penelitian ini mengapa memilih kedua Harian tersebut karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah hanya melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pemilihan umum (Pemilu) tanggal 9 Juli 2014 adalah kompetisi pemilihan presiden sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga mampu membentuk opini publik melalui tayangan yang disajikannya, seperti

BAB I PENDAHULUAN. juga mampu membentuk opini publik melalui tayangan yang disajikannya, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media massa sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan di masyarakat telah memberikan pengaruh yang begitu signifikan di masyarakat. Berbagai bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari hampir seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan media massa. Baik media massa cetak seperti koran, tabloid, dan majalah atau media massa

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Peristiwa Bom Thamrin yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2016 ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan banyak pihak karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik lima tahunan bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan dalam proses Pemilu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

MENYIMAK PEMBERITAAN PARTAI POLITIK DI MASA KAMPANYE TERBUKA (16 Maret 1 April 2014)

MENYIMAK PEMBERITAAN PARTAI POLITIK DI MASA KAMPANYE TERBUKA (16 Maret 1 April 2014) RILIS HASIL MEDIA MONITORING MENYIMAK PEMBERITAAN PARTAI POLITIK DI MASA KAMPANYE TERBUKA (16 Maret 1 April 2014) www.theindonesianinstitute.com LATAR BELAKANG Di masa kampanye terbuka, media massa menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siaran atau tayangan berita. Menurut Charnley dalam Wahyudi (1996:27) News is

BAB I PENDAHULUAN. siaran atau tayangan berita. Menurut Charnley dalam Wahyudi (1996:27) News is BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media massa khususnya pers memiliki beberapa fungsi bagi masyarakat yaitu fungsi memberikan informasi, fungsi edukasi, fungsi koreksi, fungsi rekreasi, dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBINGKAIAN BERITA PAPA MINTA SAHAM PADA MEDIA ONLINE (Kompas.com dan Viva.co.id)

PERBANDINGAN PEMBINGKAIAN BERITA PAPA MINTA SAHAM PADA MEDIA ONLINE (Kompas.com dan Viva.co.id) PERBANDINGAN PEMBINGKAIAN BERITA PAPA MINTA SAHAM PADA MEDIA ONLINE (Kompas.com dan Viva.co.id) Oleh : Asri Saraswati 1B815842 Dosen Pembimbing : Dr. Edy Prihantoro Kasus Papa Minta Saham Media Online

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PEMBERITAAN KAMPANYE PEMILIHAN WALIKOTA MEDAN TAHUN 2015 PADA SURAT KABAR ANALISA

KONSTRUKSI PEMBERITAAN KAMPANYE PEMILIHAN WALIKOTA MEDAN TAHUN 2015 PADA SURAT KABAR ANALISA KONSTRUKSI PEMBERITAAN KAMPANYE PEMILIHAN WALIKOTA MEDAN TAHUN 2015 PADA SURAT KABAR ANALISA TM. Saddam Amar Universitas Sumatera Utara tengkumhdsaddam@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS FRAMING BERITA CALON PRESIDEN RI PADA SURAT KABAR KALTIM POST DAN TRIBUN KALTIM

ANALISIS FRAMING BERITA CALON PRESIDEN RI PADA SURAT KABAR KALTIM POST DAN TRIBUN KALTIM ejournal lmu Komunikasi, 2014, 2 (3): 347-356 ISSN 0000-0000, ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id Copyright 2014 ANALISIS FRAMING BERITA CALON PRESIDEN RI 2014-2019 PADA SURAT KABAR KALTIM POST DAN TRIBUN

Lebih terperinci

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014 BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014 1 Rebutan dukungan di 5 Kantong Suara Terbesar (NU, Muhammadiyah, Petani, Buruh, dan Ibu Rumah Tangga) Empat puluh hari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan 34 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesta demokrasi tahun ini bisa dikatakan sangat meriah, karena Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesta demokrasi tahun ini bisa dikatakan sangat meriah, karena Pemilu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesta demokrasi tahun ini bisa dikatakan sangat meriah, karena Pemilu tahun ini diikuti oleh 34 partai politik seperti yang dikutip dalam Kompas.com edisi 7 Juli 2008.

Lebih terperinci

ABSTRAK. JUDUL : Pembingkaian Kasus Pembekuan PSSI Oleh Menpora (Analisis Framing Pemberitaan Dalam Harian Kompas) : Tri Yoga Adibtya Tama : D2C009045

ABSTRAK. JUDUL : Pembingkaian Kasus Pembekuan PSSI Oleh Menpora (Analisis Framing Pemberitaan Dalam Harian Kompas) : Tri Yoga Adibtya Tama : D2C009045 ABSTRAK JUDUL : Pembingkaian Kasus Pembekuan PSSI Oleh Menpora (Analisis Framing Pemberitaan Dalam Harian Kompas) NAMA NIM : Tri Yoga Adibtya Tama : D2C009045 Pembekuan PSSI oleh Menpora merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik (Sobur, 2009: 30). Dalam hal ini, media digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung yang menuai polemik

BAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung yang menuai polemik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung yang menuai polemik di kalangan publik, belakangan telah menjadi isu hangat dan terus menjadi sorotan pemberitaan

Lebih terperinci

SOSOK JOKOWI SEBAGAI CAPRES 2014 DALAM MEDIA TELEVISI

SOSOK JOKOWI SEBAGAI CAPRES 2014 DALAM MEDIA TELEVISI SOSOK JOKOWI SEBAGAI CAPRES 2014 DALAM MEDIA TELEVISI Penelitian Kualitatif dengan Analisis Framing mengenai Sosok Jokowi Sebagai Capres 2014 dalam Program Seputar Indonesia RCTI dan Kabar Petang tvone

Lebih terperinci