BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian yang terkait dengan kebudayaan memang bukanlah hal baru lagi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian yang terkait dengan kebudayaan memang bukanlah hal baru lagi"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang terkait dengan kebudayaan memang bukanlah hal baru lagi bagi kalangan peneliti sastra dan budaya. Penelitian terhadap sastra lisan sudah banyak dilakukan terutama kajian yang menggunakan pendekatan semiotik. Akan tetapi, penelitian terhadap makna simbolik puisi lisan leningo dalam upacara motolobalango belum dilakukan penelitian. Berikut ini adalah uraian singkat hasil penelitian yang relevan yang pernah dilakukan oleh Normawaty Hasan, yang mengangkat judul Makna Kata Kias Dalam Propesi Upacara Adat Motolobalango (Suatu Penelitian Berdasarkan Kajian Semantik) pada tahun Ada pun masalah yang diangkatnya adalah bagaimana makna kata kias dalam profesi upacara adat Motolobalango. Dalam hasil penelitiannya ia menemukan tujuh belas makna kata kias pada tujai tolobalango antara lain longaatai dalalo (jalan) makna kiasnya adalah sudah bermusyawarah sebelumnya bersama keluarga, bubato (pembesar negeri) makna kiasnya orang-orang tua yang memiliki jabatan seperti kepala desa, eya atau eyanggu (Tuhan, Allah SWT) makna kiasnya tuan-tuan, dalalo (jalan) makna kiasnya adalah izin, baato (tanda) makna kiasnya adalah harapan, tuladu (surat) makna kiasnya undangan atau pemberitahuan secara lisan, wumbato (permadani) makna kiasnya kain warna, hu o lo ngango (pembuka mulut) makna kiasnya sirih, pinang, gambir, tembakau, kapur, tapahula, yang merupakan simbol adat, 8

2 9 paramata longoala yang artinya permata yang sudah mekar, makna kiasnya adalah anak gadis yang tumbuh dewasa. Berdasarkan hasil tinjauan pustaka terhadap kajian yang sama sebelumnya dapat dilihat bahwa penelitian tentang makna simbolik puisi lisan leningo pada upacara motolobalango pada masyarakat Gorontalo dengan menggunakan teori semiotik belum pernah dilakukan, hanya saja ada sedikit persamaan pada penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Normawaty Hasan sama-sama mengkaji puisi lisan dalam upacara motolobalango pada masyarakat Gorontalo, walaupun demikian ada banyak perbedaan dengan peneliti sebelumnya, terutama dari segi teori, yaitu menggunakan teori semantik sedangkan penelitian ini menggunakan teori semiotik. Selain itu dari segi puisi lisan juga berbeda, peneliti sebelumnya menggunakan puisi lisan tujai, sedangkan penelitian yang dilakukan saat ini adalah puisi lisan leningo. Jadi dapat disimpulkan bahwa persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah sama-sama mengkaji puisi lisan. Berdasarkan uraian di atas maka kajian tentang makna simbolik puisi lisan leningo dalam upacara motolobalango pada masyarakat Gorontalo belum pernah dilakukan. 2.2 Hakikat Makna Makna adalah arti atau maksud sesuatu kata, frasa, kalimat, tindakan, dan sebagainya, untuk dapat memahami apa yang disebut dengan makna atau arti, peneliti perlu melihat kembali teori yang dikemukakan oleh salah seorang pakar bahasa yaitu Ferdinand de Saussure. Saussure (dalam, Chaer 2009 : 29) menyatakan bahwa dalam setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur yaitu (1)

3 10 yang diartikan, dan (2) yang mengartikan. Diartikan sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna dari sesuatu tanda bunyi, sedangkan yang mengartikan itu adalah tidak lain dari pada bunyi-bunyi yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Jadi dengan kata lain setiap tanda-linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam bahasa (intralingual) yang biasanya merujuk atau mengacu kepada sesuatu referen yang merupakan unsur luar-bahasa ( ekstralingual). Bahasa pada dasarnya digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa pun sangat bermacammacam bila dilihat dari beberapa kriteria dan sudut pandang. Jenis makna itu sendiri menurut Abdul Chaer dalam buku pengantar Semantik Bahasa Indonesia dibagi menjadi tujuh jenis makna yaitu makna leksikal dan makna gramatikal, makna referensial dan makna nonreferensial, makna denotatif dan makna konotatif, makna kata dan makna istilah, makna konseptual dan makna asosiatif, makna idiomatikal dan pribahasa, dan makna kias, akan tetapi dari ketujuh makna yang sudah dipaparkan di atas peneliti lebih mengkhususkan penelitiannya pada makna simbol. 2.3 Pendekatan Semiotik Semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda. Tanda tersebut dianggap mewakili sesuatu objek secara 10emiotic10c10ive. Istilah 10emiotic sering digunakan bersama istilah semiologi (Endraswara, 2008:64). Istilah semiologi merupakan istilah yang digunakan oleh seorang ahli 10emiotic10c yaitu

4 11 Ferdinan de Sausure, sedangkan istilah 11emiotic digunakan oleh seorang ahli filsafat yaitu Charles Sander Peirce. Dalam kehidupan sehari-hari 11emiot, tanda, dan 11emioti dianggap memiliki pengertian yang sama, benda atau hal apa saja yang berfungsi untuk mewakili suatu yang lain. Sebagai akibatnya terjadilah pernyataan-peryataan secara tidak langsung, 11emiotic, konotatif, dan ambigu. Diantara ketiga istilah tersebut yang paling 11emioti, yang paling sering digunakan adalah 11emiot. Popularitas ini sekaligus mendorong penggunaan dan lahirnya teori 11emiot yang berbeda-beda dalam berbagai bidang ilmu Ricoeur (dalam Pradopo 2008:123). Hoed (dalam Nugiyantoro, 1994:40) berpendapat bahwa semiotik adalah ilmu atau metode untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan dan gagasan. Jadi yang dapat berupa tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini, walau harus di akui bahwa bahasa adalah system tanda yang paling lengkap dan sempurna. Sepadan dengan pendapat para pakar di atas, antara bahasa dan tanda merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Bahasa adalah system tanda yang paling lengkap dan sempurna (Nurgiantoro, 2009: 40). Menurut Zaidan pula (2002:22) tanda itu tidak hanya semacam saja, tetapi beberapa macam berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda. Jenis-jenis tanda yang utama adalah ikon, indeks, dan symbol. Seperti pendapat Pierce yang membedakan antara tanda dengan acuannya kedalam tiga jenis hubungan, yaitu (1) ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan,

5 12 (2) indeks,, jika ia berupa hubungan kedekatan eksitensi, dan (3) symbol, jika ia berupa hubungan yang sudah terbentuk secara konvensi (Nurgiantoro, 2009:42). Tanda yang berupa symbol mencakup berbagai hal yang mengkonvensi di masyarakat. Simbol jelas merupakan tanda yang paling canggih karena berfungsi untuk penalaran, pemikiran, dan pemerasan. 2.4 Hakikat Simbol Kata simbol berasal dari bahasa Yunani Symbollein yang berarti mencocokkan bagian dari barang yang telah dibelah atau dipecah menjadi dua bagian atau keping. Kedua bagian atau keping itu disebut symbola. Kata symbola lambat laun berubah menjadi kata simbol yang memiliki pengertian yang lebih luas. Istilah simbol disebut juga lambang Poerwadarminta (dalam, Dharmojo 2005 : 26 ). Simbol menurut pemikiran Peirce (dalam, Dharmojo 2005:26) adalah tanda yang menunjukkan tidak ada hubungan alamiah antara penanda (signifie) dan petandanya (signifien), hubungannya bersifat konvensi. Adapun menurut Pradopo (Dalam,Sobur.2004:24) Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungannya bersifat arbiter (semau-maunya). Arti tanda itu ditentukan oleh konvensi, Ibu adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa (indonesia). Welen dan Warren (Dalam, Ratna 2008:171) berpendapat bahwa pada dasarnya simbol mengandung unsur kata kerja. Simbol bunga mawar, pakaian warna hitam, di samping berarti bunga mawar itu sendiri, dengan warnanya yang cerah dan baunya yang harum, juga menunjuk seseorang gadis remaja, wanita cantik

6 13 sebagai idaman banyak pemuda. Demikan juga pakaian hitam, di samping warnanya gelap, yang lebih penting adalah maknanya sebagai tanda berduka cita. Baik bunga mawar dan gadis remaja maupun warna hitam dan suasana berduka cita memasukkan makna secara bersama-sama ke dalam sistem simbol, sehingga salah satu mewakili yang lain. Tidak ada hubungan alamiah antara bunga mawar dengan gadis, antara warna hitam dengan bersedih hati. Maknanya semata-mata diperoleh melalui semacam perjanjian di antara masyarakat pemakai, sebagai konvensi. 2.5 Makna Simbol Dalam Penelitian ini lebih difokuskan pada makna simbol. Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan makna simbol, kiranya perlu diketahui dulu apa yang dimaksud dengan simbol. Menurut Endraswara (2003: 65) simbol yaitu tanda yang memilki hubungan makna dengan yang ditandakan bersifat arbiter, sesuai dengan konvensi suatu lingkungan sosial tertentu, misalnya bendera putih sebagai simbol ada kematian. Ratna (2008: 435) berpendapat bahwa simbol adalah tanda atau lambang yang bersifat arbiter untuk menunjuk sesuatu yang lain. Adapun Zaidan (2002:23) berpendapat bahwa simbol adalah tanda yang tidak memilki hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungan yang ada bersifat arbiter (semena-mena), yang ditentukan oleh konvensi masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan. Sedangkan menurut Dharmojo (2005:38) simbol merupakan suatu bentuk yang sudah terkait dengan dunia penafsiran dan secara asosiatif memiliki hubungan dengan berbagai aspek di luar bentuk simbol itu sendiri.

7 14 Unsur hubungan dengan berbagai aspek di luar bentuk simbol itu antara lain ciri acuan simbol, ciri acuan simbol dengan pengertian lain yang diasosiasikan, hubungan antara simbol dalam konteksnya, dan implikasi penggarapan bentuk simbol itu pada wujud penampilannya. Jika bentuk simbol terkait dengan bentuk, makna, dan perwujudannya, maka pembicaraan tentang bentuk simbol ditinjau dari objeknya merujuk pada bentuk kebahasaan dalam suatu karya. Jadi makna simbol adalah makna yang menghubungkan antara tanda dengan acuannya. Misalnya kata wombato dalam masyarakat Gorontalo, secara leksikal wombato diartikan sebagai permadani yaitu karpet, akan tetapi dalam puisi lisan leningo kata wombato yaitu tilam kain yang digunakan sebagai pengalas yang akan menjadi tempat diletakkan hantaran adat. Kain yang dimaksud terdiri dari empat warna yaitu kain berwarna merah, hijau, kuning emas, dan ungu. Dalam setiap warna memiliki makna simbol tersendiri, seperti kain berwarna merah memliki makna keberanian dan tanggung jawab, hijau bermakna kesuburan, kesejahteraan, kedamaian, dan kerukunan, kuning emas bermakna kemuliaan, kesetiaan dan kejujuran, sedangkan warna ungu bermakna keanggunan dan kewibawaan. Dan dilihat dari keempat warna kain tersebut, kata wombato mengandung simbol yaitu gambaran sikap atau perilaku kedua mempelai yang saling mencintai. 2.6 Tanda dan Simbol Turner (dalam, Dharmojo 2005:28) mengatakan istilah tanda dan simbol sering digunakan dalam arti yang sama dan penggunaannya berubah-ubah. Hal ini terjadi karena hubungan kedua istilah tersebut erat dan batas-batasnya sangat

8 15 dekat. Akbatnya penggunaan kata tanda dan simbol tumpang tindih karena perbedaan dari sudut pandang dalam menyikapi konsep kedua istilah tersebut. Misalnya bunga sebagai tanda tidak memliki sifat merangsang perasaan, cenderung univokal dan tertutup, dan tidak berpartisipasi dalam realitas yang ditandakan, sedangkan bunga sebagai simbol memilki kecenderungan multivokal dan bersifat terbuka, mempunyai kekuatan merangsang perasaan seseorang, dan berpartisipasi dalam makna dan kekuatan yang disimbolkan. Dengan kata lain, bunga sebagai tanda yang ditonjolkan adalah wujud bendanya, misalnya bunga: mawar, asoka, melati; warna merah, kuning, putih. Adapun bunga sebagai simbol yang ditonjolkan adalah daya rangsang perasaan atau sifat kejiwaan yang mengacu pada konteks, misalnya bunga : menyatakan cinta, mengucapkan selamat, menyatakan ikut berduka cita, dan sebagainya. Lebih jelasnya perhatikan tabel berikut ini dengan mencermati indikatorindikatornya yang menandai perbedaan antara tanda dan simbol. No TANDA SIMBOL 1. Tanda tidak memliki sifat Simbol mempunyai kekuatan merangsang perasaan seseorang merangsang perasaan seseorang 2. Tanda memiliki kecenderungan Simbol memilki kecenderungan uni-vokal ()bermakna tunggal multivokal (bermakna lebih dari satu) 3. Tanda tidak berpartisipasi dalam realisasi yang ditandakan Simbol berpartisipasi dalam makna dan kekuatan yang disimbolkan 4. Secara semantis tanda memiliki sifat yang tertutup Secara semantis simbol memiliki sifat yang terbuka

9 16 Peirce (dalam, Dharmojo 2005: 29) berpendapat bahwa tanda terdiri atas tiga jenis ialah ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol). Pertama Ikon adalah tanda yang menujukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan petandanya, misalnya gambar kuda penanda menandai kuda, gambar pohon menandai pohon. Kedua, indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal atau sebab akibat antara penanda dan petandanya, misalnya asap menandakan api, alat penanda angin menunjukkan arah angin. Ketiga, simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa antara penanda dan petandanya tidak ada hubungan alamiah, hubungan bersifat konvensi masyarakat pemilik simbol. Misalnya ibu adalah simbol yang artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat Indonesia, mother konvensi orang Inggris, la mere konvensi orang Prancis. 2.7 Jenis - Jenis Simbol Needham (dalam Dharmojo, 2005: 29) mengelompokkan jenis simbol berdasarkan klasifikasi partisi (classification by partition). Pertama, partisi dualisme ialah hubungan simbolik kategoris berdasarkan pasangan, misalnya: kanan/kiri, depan/belakang, suami/istri dan sebagainya. Kedua, partisi triadik ialah entitas tertentu menduduki zona marginal atau ambigu antara dua kategori keberadaan yang lazimnya dipisahkan satu sama lain, msalnya: orang hidup//hantu//tuhan; daratan//sisi penggunungan//langit; kehidupan//kematian//supranatural. Ketiga. Partisi empat bagian yang terkenal pada antropologi sosial modern, misalnya terdapat pada orang-orang Kariera di Australia Barat. Masyarakat ini dibagi menjadi empat bagian dengan namanya

10 17 masing-masing dan setiap anggota masyarakat sesuai dengan tempat lahirnya masuk kesalah satu bagian itu dan tetap tinggal d isana. Pernikahan diatur lakilaki atau perempuan yang masuk ke dalam bagian tertentu harus menikah dengan seseorang dari bagian tertentu lainnya. Keempat, partisi lima ini terdapat pada ide-ide simbolk tradisional jawa yang dilaporkan oleh Duyvendak (dalam Dharmojo, 2005:30) kerumitan masyarakat dan alam dibagi menjadi lima kelas simbolik, empat berkaitan dengan titik kardinal dan kelima berhubungan dengan pusat. Masing-masing kelas masuk ke dalam warna tertentu, logam, hari, sifat, profesi, barang tetentu, ciri arsitektur, fenomena alam dan kualitas. Misalnya: timur, putih, perak, legi, (hari pasaran), pendiam, petani, makanan, kebun, beranda, angin, air, sejuk, baik. Kelima, partisi tujuh adalah bentuk klasifikasi digambarkan oleh masyarakat Zuni di Mexico yang dilaporkan oleh Cushing (dalam Dharmojo, 2005:30) bahwa semua wujud dan fakta yang ada di alam ini digolongkan dan dilabeli serta ditetapkan di tempat khusus pada tatanan terpadu alam semesta ini. Prinsip pembagian ini merupakan partisi ruang ke dalam tujuh daerah : utara, selatan, timur, barat, zenith, nadir, dan pusat. Segala sesuatu yang ada di alam ini, yakni matahari, bulan, bintang, langit, darat, dan laut dengan seluruh fenomena dan unsurnya sebagai benda mati, serta tanaman, binatang dan manusia sebagai makhluk hidup, dimasukkan ke dalam salah salah satu dari tujuh daerah itu. Keenam, partisi sembilan adalah bentuk klasifikasi simbolik berdasarkan partisi sembilan ini terdapat pada masyarakat Bali yang dilaporkan oleh Covarrubias (dalam Dharmojo, 2005:30) yang memilki kesesuaian umum titik-titik kardinal, dewa-dewa pelindung, suku kata magis, dan warna. Misalnya

11 18 : kadja (ke atas menuju gunung), dewa Wisnu, suku kata hang, hitam. Sedangkan menurut Cassirer (dalam Dharmojo, 2005: 31) simbol dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni simbol tradisional dan simbol inovatif. simbol tradisional adalah bersifat hakiki untuk mempersatukan generasi demi generasi dan mewujudkan nilai-nilai di dalam setiap kebudayaan khusus. Simbol inovatif adalah simbol yang memiliki sifat hakiki untuk mempertemukan wakul-wakil dari berbagai kebudayaan dan untuk mengungkapkan segi-segi pandangan baru dalam semua kebudayaan. Pikiran Cassirer ini sejalan dengan pandangan Romm. Menurut Fromm (dalam Dharmojo, 2005: 31) membagi menjadi tiga jenis simbol yang berbeda derajatnya: (1) simbol konvensional ialah simbol yang berisi penerimaan sederhana afinitas tetap yang dikupas dari dasar optikal dan natural,misalnya banyak tanda yang digunakan dalam industri,dalam matematika,dan dalam berbagai bidang lain; (2) simbol aksidental secara ketat berasal dari kondisi kondisi tidak tetap dan disebabkan oleh berbagai hubungan yang dibuat melalui kontak sosial; dan (3) simbol universal sebagai hubungan instrinsik antara simbol dengan apa yang diwakilinya dan tidak selalu memiliki vitalitas yang sama. 2.8 Bentuk Simbol Herusatoto (dalam Dharmojo, 2005:32) mengemukakan bahwa bentukbentuk simbol itu dapat berupa bahasa (terdapat dalam cerita, perumpamaan, pantun, syair, dan prbahasa), gerak tubuh (terdapat dalam tari-tarian), suara atau

12 19 bunyi (terdapat dalam lagu, musik), warna dan rupa (terdapat dalam lukisan, hiasan, ukiran, bangunan). Pendapat ini didukung oleh Blumer (dalam Dharmojo, 2005: 32) yang mengemukakan bahwa simbol-simbol itu dapat berupa bahasa, gerak tubuh, atau apa saja yang dapat menyampaikan makna, dan makna disusun dalam interaksi sosial. Adapun pendapat Woods (dalam Dharmojo, 2005:32) mengemukakan bahwa simbol dapat berupa verbal dan nonverbal. Bentuk simbol verbal diekspresikan dalam bahasa, sedangkan bentuk simbol nonverbal dapat direalisasikan dalam gerakan anggota tubuh, gerak isyarat, pandangan, tindakan, penampilan, dan seluruh daerah bahasa tubuh yang dimaksudkan untuk menyampaikan makna pesan kepada orang lain. Berbagai pendapat para pakar di atas bentuk simbol dapat diidentifikasi dan diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu simbol verbal, dan simbol nonverbal Simbol verbal Simbol yang bersifat verbal adalah simbol yang digunakan sebagai alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat bicara seperti bahasa. Secara umum bahasa

13 20 merupakan sistem tanda yang mempunyai keunikan tersendiri dan bersifat otonom yang dipelajari dalam linguistik Simbol nonverbal Simbol yang bersifat nonverbal dapat berupa ; a. simbol yang menggunakan anggota badan, yaitu tanda yang menggerakan salah satu bagian anggota badan tanpa mengeluarkan suara, misalnya tangan, apabila kita ingin pergi kesuatu tempat dan akan meninggalkan orang yang kita cintai, baik keluarga, dan teman akrab cukup kita melambaikan tangan yang menandakan bahwa saat itu kita harus berpisah dari mereka. b. Suara, misalnya bersiul, satu hal yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan kita sekarang ini, hal tersebut selalu saja kita jumpai pada anak laki-laki yang sudah dewasa ketika dia melihat gadis cantik, maka dia pun akan bersiul sebagai tanda bahwa timbul perasaan simpatik pada gadis tersebut. c. Simbol yang diciptakan manusia untuk menghemat waktu, dan tenaga, misalnya rambu-rambu lalu lintas, bendera, tiupan terompet, dan sebagainya. d. Benda-benda yang bermakna kultural dan ritual, misalnya buah pinang mudah melambangkan daging, gambir melambangkan darah, bibit pohon kelapa melambangkan agar pengantin memberikan banyak kegunaan kepada masyarakat pada adat perkawinan Gorontalo. Berdasarkan kedua jenis simbol yang sudah dipaparkan di atas peneliti lebih mengkhususkan lagi penelitiannya pada bentuk simbol verbal, yang dimaksud simbol verbal dalam peneltian ini adalah simbol-simbol yang berupa bahasa, bahasa yang dimaksud adalah kata, yakni kata-kata yang dituturkan oleh para

14 21 utoliya lunthu dulango layio (juru bicara pihak mempelai putra) dan utolya lunthu dulango wolato (juru bicara pihak mempelai putri). Adapun kata-kata yang mengandung simbol dalam puisi lisan leningo yang diucapkan oleh utoliya lunthu dulango layio dan utoliya lunthu dulango wolato adalah longa atayi dalalo, Eya, bubato, dalalo, wombato, tonggu, hulawantho, paramata, bubalata, buwata, balango, paramata longoalo, tapahula, huntingo, tu udu, walihi, buwata, sambako, dan hutiya. 2.9 Hakikat Leningo Leningo, adalah kata-kata arif atau ungkapan para leluhur yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku. Leningo juga di pakai sebagai pepatah, yaitu untuk mematahkan perangai atau tingkah laku seseorang yang sangat berlebihlebihan atau yang tidak senonoh, dengan norma yang berlaku dalam masyarakat Gorontalo. Jadi pada umumnya leningo merupakan satu ragam puisi lisan daerah Gorontalo, yang sejenis puisi lama dan mengandung kata-kata arif atau ungkapan leluhur, yang dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Leningo juga di pakai sebagai pepatah, yaitu untuk mematahkan peranggai atau tingkah laku seseorang yang sangat berlebih-lebihan atau yang tidak senonoh, dengan norma yang berlaku dalam lingkungan masyarakat, khususnya pada masyarakat Gorontalo. Leningo merupakan puisi lisan yang diucapkan oleh utoliya luntu dulango layio (juru bicara utusan keluarga pria) dan utoliya luntu dulango wolato (juru bicara utusan keluarga putri) saat akan melaksanakan upacara adat motolobalango

15 22 (peminangan). Leningo sangat berperan penting dalam upacara adat motolobalango (peminangan). Motolobalango adalah peminangan secara resmi yang di hadiri oleh para pemangku adat yaitu utoliya luntu dulango layio dan utoliya luntu dulango wolato, pembesar negeri yaitu kepala desa, kepala dusun, dan keluarga pihak pria dan keluarga pihak putri. Dalam penyampaian maksud dan tujuan kedatangan keluarga putra untuk melaksanakan acara motolobalango (peminangan) tidak menggunakan kata-kata yang sebenarnya tetapi banyak menggunakan kata-kata perumpamaan, dan pada upacara motolobalango (peminangan) tidak disebutkan biaya pernikahan atau tonelo oleh pihak utusan keluarga calon pengantin putra, namun yang terpenting disampaikan dalam acara peminangan tersebut adalah maharu (mahar), dan waktu kapan pelaksanaan tahapan selanjutnya akan dilaksanakan oleh keluarga kedua calon mempelai. Puisi lisan leningo berebentuk dialog antara utoliya luntu dulango layio (utusan keluarga putra) dan utoliya luntu dulango wolato (utusan keluarga putri). Tujuan acara Tolobalango (peminangan) ini dilaksanakan yaitu untuk menghubungkan tali kekeluargaan antara pihak keluarga putra dan pihak keluarga putri. Istilah lain motolobalango adalah tahap awal dari sebuah pernikahan. Tetapi dalam upacara adat pernikahan Gorontalo, motolobalango (peminangan) merupakan proses ke empat setelah proses mongiilalo meninjau bakal istri,

16 23 mohabari (mencari informasi), momata u pilo otawa meminta ketegasan. Hal ini dilakukan agar proses pernikahan berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan Hakikat Puisi Lisan Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan puisi lisan, kiranya perlu diketahui dulu apa yang dimaksud dengan puisi. menurut Sugono (2003:159), puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus. Definisi lain melihat puisi dalam wujud yang konkret dengan ciri-ciri dan bahasanya, seperti yang dikemukakan oleh Tuloli (1987:2), Puisi adalah tulisan yang berirama, mengutamakan bentuk lahir (tipografi) tertentu, serta mengandung keindahan dan imajinasi. Sedangkan lisan adalah merupakan ucapan atau katakata yang disampaikan secara langsung. Puisi lisan merupakan satu genre sastra yang sangat populer. Puisi dikatakan sangat populer karena di antara genre sastra lisan lainnya (prosa dan drama), puisi lebih banyak jumlah penciptanya. Jika genre sastra yang lain (cerpen dan novel) tampil dengan kata dan bahasa yang panjang. Puisi tidak demikian. Puisi tampil dengan bentuk yang unik. Keunikan itu tampak pada wujudnya yang telah menjadi ciri khusus puisi yaitu bentuk dan topografinya. Puisi terdiri dari bait-bait, jumlah kata tertentu, susunan lariknya yang membedakannya dengan karya sastra yang lainnya (Tuloli, dkk, 1987:3). Puisi lisan merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang hingga sampai sekarang berkembang dalam lingkungan masyrakat, dan cara penyebarannya dari

17 24 mulut kemulut secara turun temurun. Puisi lisan dikenal masyarakat karena kelisanannya yang sudah melekat dalam diri masyarakat itu sendiri. Puisi lisan lahir dari masyarakat tradisional, yang menggunakan kebudayaan, dan tidak jelas siapa penciptanya (Endraswara, 2003 : 151), dan Leningo merupakan salah satu macam jenis puisi lisan Gorontalo yang di lantukan pada saat melaksanakan upacara motolobalango, dan dalam puisi lisan tersebut banyak mengandung katakata arif atau ungkapan para leluhur yang dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku, selain itu puisi lisan leningo tersebut sering di gunakan sebagai pepatah untuk mematahkan perangai atau tingkah laku seseorang yang sangat berlebih-lebihan atau yang tidak senonoh, dengan norma yang berlaku dalam masyarakat Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra juga merupakan wujud dari kebudayaan suatu bangsa dan salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah

BAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dilihat dari segi media pengungkapannya atau cara penyampaiaanya, sastra dibedakan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut: Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini saya akan memperkenalkan teori-teori yang akan digunakan untuk menganalisis bab 3. 2.1 Semantik 意味論 Dalam menganalisis lagu, tidak dapat terlepas dari semantik. Keraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu acara adat perkawinan atau hajatan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah berbagai bentuk tulisan, karangan, gubahan, yang didominasi oleh aspek-aspek estetis. Ciri utama yang lain karya sastra adalah kreativitas imajinatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya.

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni lukis merupakan bagian dari seni rupa yang objek penggambarannya bisa dilakukan pada media batu atau tembok, kertas, kanvas, dan kebanyakan pelukis memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN > Pengertian Filsafat Bahasa Filsafat bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat.ilmu ini menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa untuk memenuhi kebutuhannya sebagai anggota masyarakat. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa untuk memenuhi kebutuhannya sebagai anggota masyarakat. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem arti dan ekspresi yang digunakan oleh penutur bahasa untuk memenuhi kebutuhannya sebagai anggota masyarakat. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mendukung seluruh data-data yang terkumpul pada saat penelitian dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mendukung seluruh data-data yang terkumpul pada saat penelitian dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Untuk mendukung seluruh data-data yang terkumpul pada saat penelitian dan sebagai acuan dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu melakukan serangkaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pengkajian pendekatan analisis semiotik. Dengan jenis penelitian kualiatif, yaitu metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian tersebut antara lain:

BAB II LANDASAN TEORI. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian tersebut antara lain: 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul Makna Simbolik Tanda dalam Tradisi Purak Tompo di Dusun Wanasri Desa Cingebul Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA

PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah kemudian yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sastra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Type Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan yaitu untuk mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan budaya patriarki yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah (1) rancangan atau buram surat dan sebagainya; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, beribadah, dan dilatarbelakangi oleh lingkungan budaya di mana ia hidup. Budaya memiliki norma-norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sangihe merupakan daerah kepulauan yang terletak di Provinsi Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. Sangihe merupakan daerah kepulauan yang terletak di Provinsi Sulawesi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sangihe merupakan daerah kepulauan yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara, yang memiliki beragam sastra lisan. Sastra lisan yang dikenal oleh masyarakat Sangihe hadir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki acara adat yang berbeda-beda dalam upacara adat perkawinan, kematian dan memasuki rumah baru.dalam

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak.

MAKSUD DAN TUJUAN. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak. ANALISIS SEMIOTIKA MAKSUD DAN TUJUAN Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak. Menganalisis sajak itu bertujuan memahami makna sajak SEMIOTIKA TOKOH SEMIOTIKA XXX PUISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keragaman tari menjadi salah satu kekayaan Nusantara. Jenis tari tradisi di setiap daerah mempunyai fungsi sesuai dengan pola kehidupan masyarakat daerah

Lebih terperinci

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika Nama : M. Teguh Alfianto Tugas : Semiotika (resume) NIM : D2C 307031 S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip Semiotika Kajian komunikasi saat ini telah membedakan dua jenis semiotikan, yakni semiotika komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tembang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ragam suara yang berirama. Dalam istilah bahasa Jawa tembang berarti lagu. Tembang juga disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk ungkapan pengarang atas kehidupan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi dalam bertukar pendapat. Bahasa dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi dalam bertukar pendapat. Bahasa dapat diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana untuk bertukar pendapat, ide, maupun gagasan. Alat yang digunakan dalam komunikasi yaitu bahasa. Bahasa menjadi hal pokok yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan kelompok kesatuan sosial dari bagian subsuku masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal lahirnya

Lebih terperinci

Semiotika, Tanda dan Makna

Semiotika, Tanda dan Makna Modul 8 Semiotika, Tanda dan Makna Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis semiotika. 8.1. Tiga Pendekatan Semiotika Berkenaan dengan studi semiotik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh

Lebih terperinci

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. semiotika Modul ke: Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. Fakultas 12Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah hasil seni kreatif manusia yang menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia, menggunakan seni bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra merupakan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Walter dalam Sobur, 2004:164). Hidup senantiasa digerakkan oleh simbolsimbol

BAB I PENDAHULUAN. dan Walter dalam Sobur, 2004:164). Hidup senantiasa digerakkan oleh simbolsimbol BAB I 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Bahasa merupakan sesuatu yang khas dimiliki oleh manusia. Manusia sebagai animal symbolicum, yaitu makhluk yang menggunakan media berupa

Lebih terperinci

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional MEDIA TRADISIONAL A. Pengertian Media Tradisional Dongeng adalah salah satu media tradisional yang pernah popular di Indonesia. Pada masa silam, kesempatan untuk mendengarkan dongeng tersebut selalu ada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang tertinggi harus diserahkan pada negara kebangsaan (Tim Dosen PKN,

BAB II LANDASAN TEORI. yang tertinggi harus diserahkan pada negara kebangsaan (Tim Dosen PKN, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasionalisme Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan yang tertinggi harus diserahkan pada negara kebangsaan (Tim Dosen PKN, 2009: 227). Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung dan skripsi yang relevan dengan judul penelitian. Sesuai dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Orang dapat mengetahui nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA Ragam Makna/Jenis Makna Berdasarkan jenis semantiknya Makna leksikal Makna gramatikal Berdasarkan ada tidaknya referen suatu kata Makna referensial Makna nonreferensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya adalah manusia, manusia sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah satu kelebihan

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sederetan luar objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Alasan mengapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression,

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenagwenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suryohadiprojo (1982: ), rakyat Jepang pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suryohadiprojo (1982: ), rakyat Jepang pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis negaranya serta mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Manusia sebagai makhuk sosial tidak terlepas dari komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Manusia sebagai makhuk sosial tidak terlepas dari komunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Melayu kaya akan upacara-upacara tradisional. Adat kebiasaan yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu hingga sekarang walaupun

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal-hal lain. Jadi, konsep dari penelitian ini adalah:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal-hal lain. Jadi, konsep dari penelitian ini adalah: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003: 588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

LANGUAGE IS POWERFUL 1. Pendahuluan

LANGUAGE IS POWERFUL 1. Pendahuluan LANGUAGE IS POWERFUL 1. Pendahuluan Manusia yang nalurinya selalu hidup bersama menyebabkan perlunya berkomunikasi sesamanya. Alat komunikasi ini adalah bahasa. Dengan mempergunakan bahasa seseorang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci