MASJID-MASJID KUNO. di Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MASJID-MASJID KUNO. di Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau"

Transkripsi

1

2 MASJID-MASJID KUNO di Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Direktorat Peninggalan Purbakala BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA BATUSANGKAR Wilayah Kerja Provinsi Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 1

3 MASJID- MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT, RIAU, DAN KEPULAUAN RIAU PENANGGUNGJAWAB Drs. Marsis Sutopo, M.Si. PENYUSUN Sri Sugiharta, S.S. DESAIN SAMPUL & TATA LETAK Sri Sugiharta, S.S. PENERBIT BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA BATUSANGKAR Wilayah Kerja Provinsi Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau Jln. Sultan Alam Bagagarsyah, Kotak Pos 29, Pagarruyung, Batusangkar, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat Telp. : (0752) 71451, Fax. : (0752) Copyright 2005, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar Cetakan Pertama, Desember 2005 Cetakan Kedua (Edisi Revisi), Desember 2006 GAMBAR SAMPUL Masjid Raya Rao-Rao [Kab. Tanah Datar-Sumatera Barat] PENGANTAR EDISI REVISI Mengingat penyebaran buku Masjid-Masjid Kuno ini masih diperlukan, maka pada tahun 2006 buku ini dicetak kembali. Adanya kesempatan cetak ulang ini juga digunakan untuk melakukan revisi agar buku ini semakin nyaman untuk dibaca dan semakin informatif. Buku ini didominasi oleh gambar atau foto dengan sedikit narasi. Oleh karena itu, revisi buku terutama berkaitan dengan masalah tata letak atau lay out foto dan kalimat narasi. Materi buku juga mengalami beberapa koreksi dan perubahan dalam beberapa segi. Batusangkar, 12 Desember 2006 [Penyusun] 2 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA Masjid BARAT Penyengat [Kota Tanjungpinang-Kepri]

4 KATA PENGANTAR Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar B alai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang mempunyai wilayah kerja di Provinsi Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau. Secara struktural, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar berada di bawah Direktorat Peninggalan Purbakala, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Sebagai instansi pemerintah yang membidangi kebudayaan, khususnya yang berkenaan dengan pelestarian peninggalan purbakala, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar mempunyai program untuk mempublikasikan hasil inventarisasi peninggalan-peninggalan purbakala, baik yang sudah ditetapkan maupun yang belum ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Langkah ini sebagai salah satu upaya dalam rangka pelestarian peninggalanpeninggalan purbakala tersebut. Publikasi sebagai salah satu public service merupakan langkah yang tepat untuk maksud tersebut di atas. Dengan publikasi, upaya pengenalan kepada masyarakat akan lebih tercapai. Hal ini akan memudahkan bagi langkah-langkah selanjutnya dalam upaya pelestarian benda-benda cagar budaya dengan melibatkan masyarakat secara lebih luas. Dengan didasari oleh pemikiran tersebut, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar memandang penting dan perlu untuk menerbitkan buku ini sebagai salah satu upaya untuk mengenalkan benda cagar budaya dari masa pengaruh Islam, khususnya berupa masjid-masjid kuno yang berada di Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau. Untuk kesempatan selanjutnya, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar akan menerbitkan buku-buku sejenis dengan tema-tema yang lain, seperti benda cagar budaya masa Prasejarah, benda cagar budaya masa Klasik (pengaruh Hindu-Budha), makam-makam kuno, bangunan-bangunan kolonial, dan lain-lain. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi segenap kalangan. Batusangkar, 12 Desember 2005 Kepala, [Drs. Marsis Sutopo, M.Si.] MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 3

5 D A F T A R I S I K a t a P e n g a n t a r 3 P e n d a h u l u a n 5 BAGIAN PERTAMA M a s j i d - M a s j i d K u n o d i S u m a t e r a B a r a t 7 Masjid Rao-Rao [Kab. Tanah Datar] 8 Masjid Sa adah [Kab. Tanah Datar] 10 Surau Lubuk Bauk [Kab. Tanah Datar] 12 Masjid Lima Kaum [Kab. Tanah Datar] 14 Masjid Tuanku Pamansiangan [Kab. Tanah Datar] Masjid Tua Kayu Jao [Kab. Solok] Masjid 60 Kurang Aso [Kab. Solok Selatan] Surau Latiah [Kota Solok] Masjid Bingkudu [Kab. Agam] Masjid Kubang Putih [Kab. Agam] Masjid Pincuran Gadang [Kab. Agam] Masjid Tua Siguntur [Kab. Dharmasraya] Masjid Badano [Kota Pariaman] Surau Gadang Bintungan [Kab. Padangpariaman] Surau Gadang Syeikh Burhanuddin [Kab. Padangpariaman] Surau Raja Sontang [Kab. Pasaman Barat] Masjid Gadang Balai nan Duo [Kota Payakumbuh] Masjid Asasi [Kota Padangpanjang] Masjid Al-Imam [Kab. Pesisir Selatan] Masjid Raya Ganting [Kota Padang] BAGIAN KEDUA M a s j i d - M a s j i d K u n o d i R i a u 47 Masjid Jami Air Tiris [Kab. Kampar] 48 Masjid Hibbah [Kab. Pelalawan] 50 Masjid Raya Siak [Kab. Siak] 52 BAGIAN KETIGA M a s j i d - M a s j i d K u n o d i K e p u l a u a n R i a u 55 Masjid Sultan Lingga [Kab. Lingga] Masjid Jami Pulau Buru [Kab. Tanjung Balai Karimun] Masjid Raya Sultan Riau [Kota Tanjungpinang] Senarai Masjid-Masjid Kuno di Sumatera Barat, Riau, dan Kep. Riau 62 4 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

6 PENDAHULUAN Sumatera Barat sebagai ranah Minang dan Riau ataupun Kepulauan Riau sebagai ranah Melayu merupakan daerah yang menjadi saksi atas penyebaran dan perkembangan Islam di Indonesia, khususnya di daerah Sumatera. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di wilayah ini banyak ditemukan peninggalan budaya Islam, terutama berupa bangunan masjid. Secara antropologis, ranah Minang dan ranah Melayu merupakan daerah yang masyarakatnya memiliki kearifan lokal yang tinggi. Hal ini menyebabkan masuknya budaya baru, seperti budaya Islam, akan disikapi dengan memunculkan keanekaragaman bentuk budaya fisik yang terutama terlihat pada bangunan keagamaannya. Akibatnya, lahir lah masjidmasjid dengan membawa ciri khas masing-masing sesuai dengan daya kreasi masyarakat pendukungnya. Mengingat masjid merupakan sebuah bangunan, maka kearifan lokal yang ada biasanya diwujudkan dalam bentuk kreasi arsitektural yang mencakup bentuk, struktur, bahan, dan pola hias. Berdasar inventarisasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar, setidaknya terdapat 41 buah masjid atau surau kuno yang tersebar di Provinsi Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau. Tentu saja masih terdapat banyak masjid lagi yang belum disurvei dan diinventarisasi disebabkan karena berbagai keterbatasan. Buku ini berusaha untuk mengenalkan pada pembaca masjid-masjid yang telah diinventarisasi tersebut. Namun demikian, karena berbagai keterbatasan, buku ini tidak dapat menyajikan semua masjid-masjid tersebut. Mudah-mudahan dalam penerbitan selanjutnya, kekurangan tersebut dapat dipenuhi. [Penyusun] MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 5

7 BENDA CAGAR BUDAYA adalah : a. benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan; b. benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. S I T U S adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya. [Pasal 1, UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya] 6 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

8 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 7

9 Masjid Rao-Rao Nagari Rao-Rao Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 06/BCB TB/SMB Ukuran Situs : 20 x 20 m (400m 2 ) Ukuran Bangunan : 16 x 16 m (256 m 2 ) 8 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

10 M asjid Rao-Rao terletak di jalan poros antara Batusangkar dan Payakumbuh. Masjid ini dibangun pada tahun 1901 oleh masyarakat Nagari Rao-Rao dan mulai dipakai pada tahun Arsitektur masjid ini mengikuti gaya kolonial karena dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Atap masjid berbentuk atap tumpang bersusun empat. Hal ini melambangkan 4 suku yang ada di Nagari Rao-Rao, yaitu Caniago, Bendang Mandailing, Koto Piliang, dan Petapang Koto Ampek. Menara masjid memakai gonjong sejumlah 4 buah yang juga melambangkan keempat suku tersebut. Pintu masuk masjid berjumlah 4 buah, tiang pada bagian utama masjid 4 buah, dan tiang di depan mihrab juga 4 buah. Kesemuanya ini juga melambangkan keempat suku yang ada. Lantai masjid bagian dalam berupa lantai marmer hitam yang merupakan lantai baru. Adapun pada bagian luar masjid lantainya masih asli berupa lantai keramik dengan motif bunga berwarna coklat. Menurut pengurus masjid, keramik ini didatangkan dari Belanda. Tangga masuk ada 2 buah, di sebelah kiri dan kanan. Pada bagian depan masjid, yaitu pada bagian tangga kiri dan kanan, terdapat 2 buah kolam yang berfungsi sebagai tempat mencuci kaki sebelum memasuki masjid. Mimbar masjid terbuat dari batu yang dilapisi dengan pecahan-pecahan kaca. Mimbar ini mempunyai tangga dengan 5 anak tangga. Mimbar ini dibuat beberapa waktu setelah pendirian masjid. [ ] Masjid Rao-Rao tampak dari depan. Terlihat bentuk tiang-tiang pilar yang kokoh dan kekar bergaya bangunan kolonial Ruang utama masjid dengan empat tiang utama KERAMIK BELANDA- Motif keramik pada lantai serambi Masjid Rao-Rao yang sengaja didatangkan dari Belanda Mimbar masjid yang berlapis pecahan kaca MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 9

11 Masjid Sa adah Nagari Gurun Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 07/BCB TB/SMB Ukuran Situs : 50 x 30 m (1500 m 2 ) Ukuran Bangunan : 15 x 15 m (225 m 2 ) 10 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

12 Kemuncak masjid M asjid Sa adah mulai dibangun pada tanggal 1 Januari 1910 dan mulai dipakai sebagai tempat ibadah pada tanggal 1 Januari Masjid ini dibangun oleh Dt. Intan, seorang tokoh yang cukup kaya di Nagari Gurun pada waktu itu. Tukang Masjid Saa dah dan Masjid Rao-Rao sama orangnya, sehingga arsitektur Masjid Sa adah dan Rao-Rao pun hampir mirip. Bangunan utama masjid berde- nah bujursangkar. Bahan bangunan masjid se- luruhnya terbuat dari beton. Atap masjid berbentuk atap tumpang bersusun lima yang melambangkan 5 suku di Nagari Gurun, yaitu Bendang, Koto Anti, Piliang, Koto, dan Patapa. Pada bagian dalam masjid terdapat 4 tiang, yang menurut penjaga masjid, tidak memakai besi sebagai penyangga, tetapi menggunakan bambu sebagai penyangganya. Pintu masuk pada masjid ini sebanyak 2 buah dengan jendela berjumlah 6 buah. Lantai pada bangunan utama masjid masih berupa lantai Mihrab Masjid Sa adah semen biasa, sedangkan lantai bagian luar/teras sudah diganti dengan lantai keramik berwarna putih. Pada bagian samping kiri masjid terdapat bangunan yang berfungsi sebagai tempat mengambil air wudhu. Bagian menara masjid memakai gonjong yang berjumlah 4 buah. [ ] Tiang utama masjid Masjid Sa adah dari depan MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 11

13 Surau Lubuk Bauk Nagari Batipuh Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat ) Data Teknis No. Inventaris : 11/BCB TB/SMB Luas Situs : 264,5 m 2 Ukuran Bangunan : 13 x 10,7 m (139 m 2 12 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

14 Surau Lubuk Bauk merupakan bangunan masjid kuno dengan bahan utama kayu. Lantainya berupa lantai panggung dan atapnya berbahan seng. Dinding-dindingnya polos tanpa hiasan (ukiran). Atapnya terdiri dari empat susun dan tanpa kubah. Atap susun ketiga merupakan atap gonjong yang menghadap ke arah empat mata angin. Pada bagian dinding segitiga penutup gonjong pada keempat sisinya terdapat hiasan ukiran dinding berupa motif hiasan Minangkabau, Belanda, dan Cina. Antara atap susun ketiga dan keempat terdapat ruangan yang membentuk seperti bagian menara. Atap keempat ini merupakan atap teratas dan pada puncak atasnya terdapat hiasan berbentuk catra (salah satu bentuk kemuncak stupa candi). [ ] Dinding luar bagian depan Mihrab dan ruangan dalam MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 13

15 Masjid Lima Kaum Nagari Lima Kaum Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 15/BCB TB/SMB Ukuran Bangunan : 25 x 25 m (625 m 2 ) Penanganan yang pernah dilakukan : Pemugaran 14 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

16 M asjid Lima Kaum termasuk masjid tertua di Kabupaten Tanah Datar. Denahnya berbentuk bujur sangkar. Lantainya berupa lantai panggung dari bahan kayu. Adapun jendela-jendela pada dindingdindingnya sudah diganti dengan kaca nako. Bagian yang masih benarbenar asli adalah tiang-tiang utama yang berjumlah 25 buah yang melambangkan jumlah ninik-mamak dan penghulu yang ada di Nagari Lima Kaum. Adapun tiang gantung (tiang atas) yang berjumlah 15 melambangkan banyaknya imam dan khatib. Detail atap masjid Salah satu tiang gantung Mihrab dan mimbar masjid Hiasan suluran pada dinding serambi masjid Ruang utama masjid dengan barisan tiangtiang dari kayu Dinding luar masjid Atap masjid berbentuk tumpang bersusun lima. Pada atap kelima, bagian atasnya terdapat puncak masjid seperti pada puncak menara. Untuk naik sampai ke bagian ini terdapat tangga naik di bagian tengah pada lantai dasar. Bagian puncak masjid tersebut atapnya berbentuk kerucut yang pada bagian atasnya terdapat hiasan berbentuk catra seperti yang terdapat pada stupa candi. [ ] MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 15

17 Masjid Tuanku Pamansiangan Nagari Koto Laweh Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 23/BCB TB/SMB Ukuran Bangunan : 15,3 x 15,3 m (234 m 2 ) Penanganan yang pernah dilakukan : Pemugaran 16 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

18 Ruang dalam Detail mihrab dan mimbar masjid Masjid tampak dari belakang Detail jendela Bedhug masjid Kolam tempat berwudhu, terletak di depan masjid Masjid Tuanku Pamansiangan adalah salah satu peninggalan dari Tuanku Pamansiangan, salah satu tokoh penting dalam kelompok Harimau Nan Salapan yang dikenal dalam peristiwa Perang Padri ( ). Menurut informasi dari Takmir Masjid, yaitu Amir Datuk Mangkuto (74 th) dan Mirzal Datuk Tunarno (40 th), Masjid Pamansiangan dibangun sekitar tahun Pada awalnya dinding masjid terbuat dari bambu dan beratap ijuk. Pada masjid ini terdapat inskripsi yang berbunyi : Masa memahat tahun seribu tiga ratus dua puluh tiga (1323) pada 14 Safar masa menyurat tahun Tahun 1323 H (1903 M) adalah tahun pembangunan yang kedua yang mengganti seluruh komponen yang semula dari bambu dan atap ijuk diganti dengan dinding kayu dan atap seng. Di atas salah satu jendela juga terdapat inskripsi berbunyi : Assalamu alaikum saya Nan Bareno H. Masjid ini mempunyai atap tumpang tiga dari seng dan berdenah bujur sangkar. Masjid ditopang oleh 9 buah tiang dengan tiang utama berdiameter 64 cm, sedangkan tiang lainnya berdiameter 30 cm. Lantai terbuat dari papan yang sebagian besar sudah diganti dengan bahan baru. Jendela berjumlah 6 buah yang masingmasing terdapat ukiran pada bagian atas lengkungannya. Di bagian depan masjid terdapat kolam yang dahulu berfungsi sebagai tempat wudhu. Masjid ini terletak di tengah-tengah pemukiman. [ ] MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 17

19 Masjid Tua Kayu Jao Nagari Batang Barus Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 50/BCB TB/SMB Luas Situs : 1025 m 2 Ukuran Bangunan : 10 x 12,1 m (121 m 2 ) 18 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

20 M enurut cerita yang berkembang, Masjid Tua Kayu Jao didirikan pada abad XVI atas swadaya masyarakat Lubuk Lasih dan Batang Barui. Masjid Tua Kayu Jao berdenah empat persegipanjang. Di depan halaman masjid terdapat tempat bedug dan bangunan makam. Dinding dan plafon seluruhnya terbuat dari papan kayu, sedangkan atapnya bertumpang tiga yang terbuat dari bahan ijuk. Antara masing-masing atap dibuat suatu pembatas dengan hiasan ukiran kerawangan dengan motif geometris. Jumlah tiang seluruhnya 30 buah dengan tiang utama berada di tengah-tengah setinggi 15 m. Tiang ini menurut masyarakat setempat di sebut tiang macu, yaitu tiang yang bentuknya paling besar dibanding dengan tiang-tiang lainnya dan letaknya berada ditengahtengah bangunan. Mihrab masjid berukuran 2,10 x 3,50 m. Di dalam mihrab terdapat mimbar kayu dengan ukiran motif suluran. Pintu masuk berada di tengah-tengah bangunan selebar 1 m yang dihubungkan dengan tangga dari plesteran semen ke halaman masjid. Jendela berjumlah 13 buah masing-masing selebar 90 cm, Ruangan dalam sedangkan tempat wudhu berada di samping kiri bangunan masjid yang airnya diambil dari sebuah sumber mata air. [ ] Bedhug masjid Mimbar masjid MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 19

21 Masjid 60 Kurang Aso Nagari Pasir Talang Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 50/BCB TB/SMB 20 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

22 Mimbar masjid M asjid ini diberi nama Masjid 60 Kurang Aso karena pada saat pembangunan masjid tersebut terdapat pekerja yang jumlahya sekitar 60 orang, salah satunya meninggal. Masjid 60 Kurang Aso keseluruhan bangunannya terbuat dari kayu, baik lantai, tiang, dinding, maupun rangka atap, sedangkan atapnya terbuat dari seng. Bangunan masjid mempunyai denah bujur sangkar. Di sebelah kanan bagian depan bangunan masjid yang menghadap ke timur terdapat bangunan kecil tempat digantungkannya bedug. Denah bangunan ini persegi panjang dengan ukuran 2 x 3 m. Tiang pada bangunan masjid ini berjumlah 9 buah, dengan tiang utama (soko guru) terletak di tengah-tengah bangunan. Semua tiang berbentuk polos tanpa hiasan. Pintu masuk ke masjid bagian depan berjumlah dua buah dengan posisi berdampingan, cuma tidak terletak di tengah-tengah bangunan, tetapi agak bergeser ke kiri. [ ] Ruangan utama masjid MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 21

23 Surau Latiah Kelurahan KTK (Kampai Tabu Karambil) Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 58/BCB TB/SMB Ukuran Bangunan : 21,5 m x 11 m [236,5 m 2 ] Penanganan : Pemugaran 22 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

24 Surau Latiah dibangun sekitar tahun Secara fisik bangunan surau tersebut berbentuk rumah gadang hunian dengan atap gonjong. Menurut Haji Jamaan Gani, bentuk Surau Latiah yang berupa bangunan rumah gadang hunian tersebut merupakan manifestasi dari pepatah adat Minangkabau Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah artinya bangunan surau tersebut sekaligus sebagai manifestasi antara agama dan adat yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Surau ini didirikan dengan maksud sebagai tempat menuntut ilmu agama Islam, sekaligus sebagai pusat penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Syech Sihalahan untuk daerah Solok dan sekitarnya. Satu-satunya komponen ruang yang mencirikan sebagai tempat peribadatan adalah mihrab di bagian tengah sisi barat. Bangunan tersebut membujur arah utara-selatan dengan ukuran panjang 21,50 m dan lebar 11 meter. Ruang utama surau Pada bagian atas pintu dan jendela terdapat hiasan kerawangan. Hiasan terawangan ini berbentuk setengah lingkaran dengan motif suluran yang di tengahnya terdapat lambang mahkota kerajaan Belanda. Motif ini merupakan perpaduan antara motif Minangkabau dengan motif Belanda. [ ] MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 23

25 Masjid Bingkudu Nagari Bingkudu Kecamatan IV Angkek Canduang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 67/BCB TB/SMB Luas Situs : 1815 m 2 Ukuran Bangunan : 21 m x 21 m [441 m 2 ] 24 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

26 M enurut masyarakat setempat, Masjid Bingkudu dibangun pada tahun 1823 M atau awal abad 19 oleh Haji Salam. Pada mihrab terdapat angka tahun dengan menggunakan huruf Arab dan Latin yang menunjukkan angka tahun 1316 H atau 1906 M. Angka tahun tersebut di duga merupakan angka tahun pembuatan mihrab. Pada masjid ini, selain bangunan utama juga terdapat kolam yang berada di sebelah barat, selatan, dan timur bangunan masjid. Bangunan utama masjid Bingkudu menghadap ke arah barat dengan pintu masuk utama di sebelah timur. Denah ruang utama masjid berukuran 21 x 21 meter. Kaki bangunan masjid berupa pondasi beton setinggi 0,4 meter. Lantai masjid dari papan kayu surian yang disusun rata membujur arah barat-timur. Di dalam ruang utama masjid terdapat 25 buah tiang. Tiang utama terletak di tengah-tengah ruang utama masjid yang terbuat dari beton bersegi 12 dan berdiameter 1,25 meter. Di sekililing tiang utama terdapat 24 buah tiang kayu bersegi 16 yang diameternya antara cm. [ ] Tiang utama masjid Mimbar masjid Menara masjid Kolam tempat wudhu MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 25

27 Masjid Kubang Putih Nagari Kubang Putih Kecamatan Banuhampu Seipuar Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 71/BCB TB/SMB Ukuran Bangunan : 23,7 m x 21,2 m [502,4 m 2 ] 26 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

28 Ornamen dinding luar masjid Mihrab dan mimbar masjid B angunan Masjid Kubang Putih berbentuk persegi empat berukuran 23,75 x 21,20 m. Lantai bangunan setinggi 0,75 m dari permukaan tanah, sehingga terkesan membentuk lantai kolong yang tertutup. Atap masjid dari bahan seng berbentuk limas sebanyak 4 buah. Atap terdiri dari dua susun. Atap bagian atas disangga oleh dinding tembok berbentuk pelipit, kemudian di bawahnya disambung lagi dengan atap bagian bawah. Bagian depan atau serambi berukuran 7,5 x 5 m, sedangkan serambi keliling (kanan-kiri) berukuran lebar 2,5 m yang pada bagian luarnya diberi dinding pagar langkan. Ruangan utama masjid mempunyai 4 buah tiang utama berbentuk bulat dan berpilaster pada bagian tengah dan segi empat pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas berbentuk pelipit candi. Bagian mihrab berukuran 7,8 x 2,5 m dan terdapat dua tiang di tengahnya. Mihrab berada di antara dua tiang tersebut, berukuran 1,35 X 2,85 m, dan tinggi 3 m. Mimbar dibuat dari bahan beton, polos, dan berwarna seperti dinding masjid, yaitu warna putih. Menara masjid berbentuk sama dengan menara Masjid Taluk (Kecamatan Banuhampu), tetapi bagian tubuhnya polos tanpa hiasan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat, bangunan masjid ini dibangun pada tahun Ditinjau dari bentuk atap dan gaya bangunannya tampak sekali pengaruh arsitektur Belanda pada bangunan masjid ini. [ ] MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 27

29 Masjid Pincuran Gadang Nagari Pincuran Gadang Kecamatan Matur Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 76/BCB TB/SMB Ukuran Situs : 28 x 26 m [728 m 2 ] Ukuran Bangunan : 15,5 m x 15,5 m [240,25 m 2 ] 28 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

30 B angunan Masjid Pincuran Ga- dang dikelilingi oleh pagar tembok setinggi 0,5 m, panjang 28 m, dan lebar 26 m. Pintu masuk ke kompleks masjid berada di sisi selatan. Bagian mihrab berukuran 7,5 x 4,5 m. Se- rambi depan berukuran 5,25 x 5 m. Pada bagian tengah ruang utama terdapat 9 tiang dari bahan kayu yang posisinya secara persegi kon- sentris terhadap sebuah tiang utama yang berada di tengah ruangan. Tiang utama tersebut berhias ukiran bunga dan kaligrafi Menara masjid Arab yang distilir. Bangunan menara yang berada di pintu masuk kompleks masjid berupa bangunan dari bata Kolam tempat wudhu berspesi tanpa atap. Menara berbentuk persegi dela- pan dengan tinggi 3,5 m dan keliling lingkaran 4 m. Pintu masuk berada di barat laut menghadap ke masjid. Pada bagian atas pintu terdapat tulisan Arab dalam bidang setengah lingkaran dan angka tahun dengan kata Latin ANNO Berdasarkan lang- gamnya bangunan menara ini berarsitektur Belanda. Menara ini berfungsi untuk mengumandangkan adzan. Berdasarkan infor- masi dari masyarakat setempat, bangunan masjid ini dibangun pada sekitar tahun 1885 oleh Tuanku Alam Putih. Dia adalah seorang ulama yang memasyarakatkan agama Islam di daerah Matur, Kab. Agam. [ ] MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 29

31 Masjid Tua Siguntur Nagari Siguntur Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 128/BCB TB/SMB Ukuran Bangunan : 21,7 x 19 m [412,3 m 2 ] 30 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

32 Detail dinding dan jendela masjid Kemuncak masjid B angunan Masjid Tua Siguntur ini diperkirakan telah berumur 100 tahun. Masjid ini ber-denah empat persegi. Atap masjid berbentuk tumpang yang melambangkan Bodi Caniago. Bangunan masjid ini ditopang oleh 1 buah tiang soko guru yang berdiameter 40 m dengan tinggi 7,85 m, serta dikelilingi tiang yang lain sebanyak 12 buah yang berbentuk segi delapan setinggi 5 m. Masjid ini terletak di samping Makam Raja-Raja Siguntur. [ ] MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 31

33 Masjid Badano Kelurahan Sungai Rotan Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 197/BCB TB/SMB Ukuran Bangunan : 19,2 x 19,2 m [368,6 m 2 ] 32 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

34 Pintu masjid sebelah selatan B erdasarkan informasi dari tokoh masyarakat setempat, Masjid Badano dibangun pada akhir abad ke-19. Bangunan ini terbuat dari beton dan berbentuk bujursangkar. Atap bertumpang lima terbuat dari bahan seng, kecuali tumpang pertama sebelah utara, timur, dan selatan dari bahan genteng, sedangkan atap asli semuanya dari bahan genteng. Tiang berjumlah 33 buah dengan bentuk bulat dan segi delapan. Tiang soko guru satu buah dengan tinggi 5 meter. Jendela berjumlah 24 buah dan pintu sebanyak 3 buah, terletak di bagian timur, barat, dan selatan. Pada bagian ventilasi jendela dan pintu memakai ukiran kaligrafi. [ ] Tiang utama masjid MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 33

35 Surau Gadang Bintungan Nagari Bintungan Tinggi Kecamatan Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 198/BCB TB/SMB Luas Situs : 0,5 ha Ukuran Bangunan : 11,5 x 11,5 m [132,2 m 2 ] 34 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

36 S urau Gadang Bintungan dibangun oleh Syech Abdul Rahman pada tahun 1909 diatas tanah seluas 0,5 ha yang berfungsi sebagai tempat mengajar Al-Quran. Bangunannya berbentuk seperti rumah panggung dengan tinggi lantai 1 meter dari permukaan tanah. Bangunan induk berbentuk bujur sangkar. Atap bertumpang tiga dari bahan seng, sedangkan atap asli terbuat dari ijuk. Penggantian atap terjadi pada tahun Tiang keseluruhan berjumlah 44 buah. Tiang di ruang dalam berjumlah 23 buah yang terdiri dari tiang utama 9 buah, tiang soko guru 1 buah dan berukir, tiang gantung 8 buah, tiang mihrab 4 buah, dan 1 buah tiang utama yang disangga oleh pasak berbentuk empat mata angin. Adapun tiang luar sebanyak 12 buah. Keseluruhan tiang masih asli, tetapi sebahagian besar tiang sudah rusak. Dinding dan lantai terbuat dari kayu dan sebagian besar sudah pernah diganti. Pintu terbuat dari bahan kayu yang terletak di sebelah timur. Adapun tangga terbuat dari beton dan masih utuh. [ ] MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 35

37 Surau Gadang Syekh Burhanuddin Nagari Ulakan Kecamatan Ulakan Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat Surau Gadang Syech Burhanuddin adalah tempat mengajar mengaji almarhum Syech Burhanuddin. Sampai sekarang surau ini masih berfungsi sebagai tempat mengaji. Atap bangunan ini berbentuk gonjong dengan bahan dari seng. Atap sudah mengalami pergantian sebanyak tiga kali, yang terakhir pada tahun 1970, sedangkan atap aslinya terbuat dari ijuk dan langit-langitnya dari bambu. Jumlah tiang keseluruhan sebanyak 44 buah dan tidak ada tiang soko guru. Jendela berjumlah 16 buah, sedangkan pintu berjumlah 1 buah yang terletak di sebelah timur. Lantai bangunan terbuat dari kayu yang sudah mengalami pergantian beberapa kali, sedangkan dinding yang asli terbuat dari bambu dan juga sudah diganti tiga kali dengan kayu. Tangga asli terbuat dari kayu dan sudah beberapa kali diganti, yang terakhir dengan beton, dan sampai sekarang masih utuh. Adapun komponen bangunan yang belum pernah diganti adalah tiang. [ ] Data Teknis No. Inventaris : 231/BCB TB/SMB Ukuran Bangunan : 14 x 14 m [196 m 2 ] 36 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

38 Surau Raja Sontang Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat Rumah Adat Raja Sontang Surau Raja Sontang merupakan bagian dari rumah adat Raja Sontang yang terletak di bagian kiri dari bangunan rumah dengan denah empat persegi panjang. Raja Sontang berasal dari daerah Sontang (Tapanuli Selatan) yang kemudian datang ke Rao (Pasaman). Perpaduan arsitektur Sumatera Barat dan Tapanuli Selatan begitu tampak yang ditunjukkan dalam bentuk menaranya yang bersusun tiga. Surau ini dibangun lebih kemudian setelah rumah adat Raja Sontang. [ ] Data Teknis No. Inventaris : 278/BCB TB/SMB Ukuran Bangunan : 13 x 6,25 m (81,25 m 2 ) MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 37

39 Masjid Gadang Balai nan Duo Kelurahan Balai nan Duo (Kenagarian Koto nan Ampek) Kecamatan Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 344/BCB TB/SMB Ukuran Bangunan : 14 x 16,8 m (235,2 m 2 ) 38 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

40 M asjid Gadang Balai nan Duo merupakan suatu kompleks yang terdiri dari beberapa bangunan. Bangunan utama adalah masjid yang berada di bagian tengah. Adapun bangunan tambahan berupa perpustakaan, rumah garin, WC (di sebelah timur di depan masjid), dan TPA (di sebelah selatan masjid). Sebuah bangunan dari bahan bata berbentuk kerucut berada di sisi barat dekat mihrab dan sebuah gardu jaga terletak di dekat pintu masuk lokasi masjid. Masjid ini beratap tumpang tiga dari bahan seng dengan kemuncaknya meruncing ke atas. Antara atap pertama dengan atap kedua diberi dinding papan yang berhiaskan ukiran matahari, sedangkan antara atap kedua dengan atap ketiga juga diberi pembatas dinding papan, tetapi polos. Bangunan masjid berbentuk empat persegi dengan ukuran 140 x 168 meter. Dinding masjid terbuat dari bahan kayu. Pintu masuknya diberi anak tangga dan terletak di sisi timur. Di depan anak tangga terdapat bangunan tempat wudhu dan kamar kecil. Ruangan dalam masjid disangga oleh tiang penyangga berjumlah 21 buah yang disusun dalam jumlah 5, 4, dan 3. Tiang penyangga terbuat dari kayu berbentuk bulat. Tiangtiang ini diberi beberapa ornamen di bagian atas dan bagian tengahnya. Dari 21 buah tiang, terdapat empat buah tiang yang menggantung, dalam arti ujung atasnya tidak sampai ke langit-langit. Adapun mihrab terletak di sisi barat dengan ukuran 6,5 m x 1,7 m yang dilengkapi dengan mimbar. [ ] Ruangan utama masjid MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 39

41 Masjid Asasi Kelurahan Sigando (Kenagarian Gunung) Kecamatan Padangpanjang Timur Kota Padangpanjang Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 351/BCB TB/SMB Ukuran Situs : 11,5 x 13,5 m [155,2 m 2 ) Luas Bangunan : 37,5 m 2 40 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

42 Masjid Asasi mulai dibangun pada tahun 1702 oleh masyarakat Batipuh Koto dan mulai dipakai sebagai tempat ibadah pada tahun Bentuk bangunan masjid ini masih asli dan belum mengalami perubahan. Menurut penjaga masjid, penggantian atap yang semula memakai atap ijuk menjadi atap seng dilakukan pada tahun 1905 dan penggantian dinding yang sudah lapuk pada tahun Bahan bangunannya semua dari kayu. Seluruh dinding dipenuhi dengan ragam hias flora. Bagian lantai terbuat dari papan dan atap masjidnya berbentuk tumpang bersusun tiga. Pada bagian tengah bangunan utama terdapat satu tiang soko guru yang dikelilingi oleh 7 tiang lainnya. Tiang soko guru ini ukurannya lebih besar dari tiang-tiang lainnya dan pada bagian dalamnya terbuat dari kayu, sedangkan pada bagian luarnya dilapisi beton. Adapun 7 tiang lainnya terbuat dari kayu. Pada bagian atas dari tiang soko guru terdapat hiasan kelopak bunga matahari. Pintu masuk masjid sebanyak 2 buah dengan jendela berjumlah 13 buah. Tangga naiknya ada dua buah yang terbuat dari beton. Daun pintu dan daun jendela penuh dengan ukiran. Pada bagian dalam masjid terdapat lubang angin yang berjumlah 8 buah. [ ] Mihrab dan mimbar Ruang dalam Dinding luar masjid Ruang dalam Serambi masjid MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 41

43 Masjid Al-Imam Nagari Kambang Kecamatan Kambang Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 366/BCB TB/SMB Ukuran Bangunan : 18 x 18 m ( 324 m 2 ) 42 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

44 M enurut informasi masyarakat setempat, Masjid Al-Imam mulai dibangun pada tahun Bangunan masjid ini dibangun bersamaan dengan kelahiran dan perkembangan Kenagarian Kambang. Arsitektur dan komponen bangunannya banyak mengandung nilai-nilai falsafah dan lambang masyarakat Nagari Kambang. Denah bangunan masjid berbentuk bujur sangkar. Ruang utama di bagian tengah tidak terdapat dinding pembatas, sehingga merupakan ruangan yang terbuka. Di sisi barat terdapat mihrab, sedangkan di bagian kanan dan kiri bangunan terdapat ruangan samping yang membentuk selasar. Selasar di bagian timur seolah-olah menjadi lorong karena tertutup oleh bangunan tambahan berupa bangunan tempat wudhu. Dinding terbuat dari bata lepa beruk ur an relatif tebal, sekitar 30 cm. Dinding masih asli belum pernah diganti sejak semula dengan cat berwarna putih. Perubahan pada bagian dinding terutama pada sisi dalam yang diberi tambahan keramik pada bagian bawah setinggi 1 meter. Tiang utama pada ruang utama terdapat 9 buah yang melambangkan jumlah Koto (Kampung) yang ada pada waktu itu di Nagari Kambang. Tiang yang berderet di depan dekat mihrab sebanyak 14 buah yang melambangkan jumlah penghulu yang berjumlah 14 orang yang berasal dari 4 suku, yaitu suku Kampai Tangah, suku Panai, suku Tigolareh, dan suku Malayu. Adapun jumlah tiang yang ada di sisi luar sebelah timur, utara, dan selatan berjumlah 50 buah yang Motif keramik Belanda warna biru Motif keramik Belanda warna coklat Mimbar masjid melambangkan jumlah gelar ninik mamak atau mamak kaum yang ada di Nagari Kambang pada waktu itu. Lantai ruangan utama menggunakan keramik Belanda. Terdapat tiga motif keramik, yaitu warna hitam, biru, dan coklat. Pada bagian tengah umumnya menggunakan keramik warna biru, bagian belakang warna hitam, dan bagian belakang mihrab menggunakan warna coklat. Pintu dan jendela sudah mengalami pergantian. Hanya jendela di samping kanan dan kiri bagian mihrab yang agaknya masih merupakan jendela yang asli dengan daun jendela berbentuk jalusi dari kayu. Atap berupa atap seng tumpang lima yang melambangkan bahwa Nagari Kambang memiliki lima buah masjid adat. [ ] Ruang utama masjid MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 43

45 Masjid Ganting Kelurahan Ganting Kecamatan Padang Selatan Kota Padang Provinsi Sumatera Barat Data Teknis No. Inventaris : 447/BCB TB/SMB Ukuran Situs : 44,2 x 37,3 m (1648,6 m 2 ) Ukuran Bangunan : 28,5 x 30,7 m (874,9 m 2 ) 44 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

46 B angunan Masjid Ganting memiliki arsitektur campuran antara arsitektur Eropa dengan arsitektur asli Indonesia. Arsitektur Indonesia ditunjukkan dengan bentuk atap tumpang bersusun lima yang merupakan salah satu ciri khas atap masjid-masjid kuno di Indonesia. Di puncak atap ke lima terdapat kubah. Adapun arsitektur Eropa ditunjukkan dengan dinding-dinding luar yang didominasi oleh bentuk pintu-pintu terbuka dengan bagian atas lengkung meruncing. Ruangan utama di topang oleh 25 buah tiang berbentuk silinder. Jumlah ini melambangkan Nabi dan Rasul Allah yang berjumlah 25. Pada masingmasing tiang terdapat tulisan kaligrafi nama nama Nabi. Nama Nabi Adam ditulis pada tiang sudut barat daya dan Nabi Muhammad pada sudut barat laut. [ ] Jajaran tiang pada serambi masjid Ornamen jendela Ruang utama masjid MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 45

47 PENGUASAAN DAN PEMILIKAN Pasal 4 (1) Semua benda cagar budaya dikuasai oleh Negara. Pasal 5 (1) Dalam rangka penguasaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, benda cagar budaya yang karena nilai, sifat, jumlah, dan jenisnya serta demi kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan perlu dilestarikan, dinyatakan milik Negara. Pasal 6 (1) Benda cagar budaya tertentu dapat dimiliki atau dikuasai oleh setiap orang dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya dan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-undang ini. (2) Benda cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah benda cagar budaya yang : a. dimiliki atau dikuasai secara turun-temurun atau merupakan warisan; b. jumlah untuk setiap jenisnya cukup banyak dan sebagian telah dimiliki oleh Negara. Pasal 7 (1) Pengalihan pemilikan atas benda cagar budaya tertentu yang dimiliki oleh warga negara Indonesia secara turun-temurun atau karena pewarisan hanya dapat dilakukan kepada Negara. (2) Pengalihan pemilikan benda cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat disertai pemberian imbalan yang wajar. PENEMUAN Pasal 10 Setiap orang yang menemukan atau mengetahui ditemukannya benda cagar budaya atau benda yang diduga sebagai benda cagar budaya atau benda berharga yang tidak diketahui pemiliknya, wajib melaporkannya kepada Pemerintah selambatlambatnya 14 (empat belas) hari sejak ditemukan atau mengetahui ditemukannya. PENCARIAN Pasal 12 (1) Setiap orang dilarang mencari benda cagar budaya atau benda berharga yang tidak diketahui pemiliknya dengan cara penggalian, penyelaman, pengangkatan atau dengan cara pencarian lainnya, tanpa izin dari Pemerintah. 46 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

48 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 47

49 Masjid Air Tiris Desa Tanjung Berulak (Kenagarian Air Tiris) Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau u Data Teknis No. Inventaris : 01/BCB TB/RIU Ukuran Situs : 36 x 36m (1296 m 2 ) Ukuran Bangunan : 18 x 18 m (324 m 2 ) 48 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

50 M asjid Air Tiris didirikan pada tahun 1901 dan selesai pada tahun Pembangunan Masjid Air Tiris dilaksanakan secara gotong royong oleh masyarakat Kenagarian Air Tiris. Masjid ini berdenah bujur sangkar dan seluruh komponen bangunannya terbuat dari bahan kayu, kecuali pada bagian atap yang sekarang terbuat dari seng (aslinya dari kayu yang dilapisi dengan ijuk) dan tangga yang terbuat dari konstruksi beton. Bangunan ini mempunyai tiang berjumlah 36 buah yang terdiri dari 4 buah tiang soko guru, 12 tiang penyangga dalam, dan 20 buah tiang pinggir yang berada di dinding. Atap bangunan berbentuk tumpang tiga. Pada dinding depan mihrab terdapat kalimat syahadat. [ ] Menara masjid Ragam ukiran pada salah satu sisi dinding masjid Selembayung MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 49

51 Masjid Hibbah Desa Pelalawan Kecamatan Bunut Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau Data Teknis No. Inventaris : 25/BCB TB/RIU 50 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

52 M asjid Hibbah terletak dalam satu kawasan dengan peninggalan-peninggalan Kerajaan Pelalawan seperti bekas istana dan Makam Pelalawan III, tepatnya 175 m dari Sungai Kampar atau di belakang bekas Istana Pelalawan. Masjid Hibbah didirikan pada tahun 1939 M pada masa pemerintahan Tengku Said Osman, raja Pelalawan ke-9 ( ) yang bergelar Marhum Budiman. Bangunan masjid ini terdiri dari dua ruangan, yaitu ruangan dalam dan ruangan serambi. Pada bagian serambi terdapat kisi-kisi dari kayu yang berfungsi sebagai pembatas antara bangunan masjid dengan halaman luar. Pada ruangan bagian dalam disangga oleh 4 tiang utama yang berbentuk segi empat dan terdapat pintu masuk berjumlah 11 buah. Pada ujung belakang bagian dalam terdapat mimbar yang terletak di dalam ruangan mihrab. Mimbar tersebut terdiri dari 3 buah anak tangga dengan hiasan ukiran terawangan. Pada halaman pintu masuk terdapat bangunan menara yang terdapat kubah di atasnya. Rangkanya sebagian terbuat dari kayu, sedangkan penutupnya dari seng. Pada bagian kanan depan bangunan masjid terdapat bangunan cungkup yang di dalamnya berisi bedug yang berfungsi sebagai tanda saat sholat tiba. [ ] Mimbar masjid MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 51

53 Masjid Raya Siak Desa Kampung Dalam Kecamatan Siak Kabupaten Siak Provinsi Riau Data Teknis No. Inventaris : 06/BCB TB/SMB Ukuran Bangunan : 21,6 x 18,5 m (399,6 m 2 ) 52 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

54 M asjid Raya Siak dibangun pada masa pemerintahan Sultan Kasim I. Masjid ini berdenah empat persegi silang. Pintu masuk berada di sisi timur, utara, dan selatan. Bangunan utama ditopang tiang berbentuk bulat silinder yang terbuat dari beton dengan formasi membentuk lingkaran. Pintu dan jendela bagian atas membentuk lengkung kubah. Lengkung kubah di atas pintu dan jendela pada bagian dalam berhias tulisan dari petikan ayat-ayat Al-Quran. Mihrab terbuat dari kayu dengan ukiran krawangan motif suluran. Atap masjid berupa atap sirap yang pada bagian puncaknya berbentuk kuncup teratai. Masjid ini mempunyai mihrab dengan ukuran tinggi 2,4 m, lebar 104 cm, dan panjang 210 cm. [ ] Pola hias trawangan pada mihrab masjid MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 53

55 PERLINDUNGAN DAN PEMELIHARAAN Pasal 13 (1) Setiap orang yang memiliki atau menguasai benda cagar budaya wajib melindungi dan memeliharanya. (2) Perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan dengan memperhatikan nilai sejarah dan keaslian bentuk serta pengamanannya. Pasal 15 (1) Setiap orang dilarang merusak benda cagar budaya dan situs serta lingkungannya. (2) Tanpa izin dari Pemerintah setiap orang dilarang : a. membawa benda cagar budaya ke luar wilayah Republik Indonesia; b. memindahkan benda cagar budaya dari daerah satu ke daerah lainnya; c. mengambil atau memindahkan benda cagar budaya baik sebagian maupun seluruhnya, kecuali dalam keadaan darurat; d. mengubah bentuk dan/atau warna serta memugar benda cagar budaya; e. memisahkan sebagian benda cagar budaya dari kesatuannya; f. memperdagangkan atau memperjualbelikan atau memperniagakan benda cagar budaya. PENGELOLAAN Pasal 18 (1) Pengelolaan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab Pemerintah. (2) Masyarakat, kelompok, atau perorangan berperan serta dalam pengelolaan benda cagar budaya dan situs. PEMANFAATAN Pasal 19 (1) Benda cagar budaya tertentu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. (2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat dilakukan dengan cara atau apabila : a. bertentangan dengan upaya perlindungan benda cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1); b. semata-mata untuk mencari keuntungan pribadi dan/atau golongan. Pasal 21 Benda cagar budaya yang pada saat ditemukan ternyata sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi seperti fungsi semula dilarang untuk dimanfaatkan kembali. Pasal 23 (1) Pemanfaatan benda cagar budaya dengan cara penggandaan wajib mendapatkan izin dari Pemerintah. 54 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

56 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 55

57 Masjid Sultan Lingga Kelurahan Daik Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau Data Teknis No. Inventaris : 11/BCB TB/KEPRI Ukuran Situs : 73 x 69 m (5037 m2) Ukuran Bangunan : 22,9 x 22,9 m (524,4 m2) 56 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

58 M asjid Sultan Lingga ini dibangun pada tahun 1800 pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah III. Bangunan masjid ini terdiri dari serambi, ruang utama, dan mihrab. Baik pada serambi, ruang utama, maupun mihrab, lantainya bertegel warna putih yang berukuran 60 x 60 cm. Pada ruang mihrab terdapat mimbar berukuran tinggi 4,50 m dan lebar 2,55 meter dengan ukiran motif Jepara, sedangkan pada serambi terdapat bedug yang terletak pada sisi utara. Bangunan Masjid Sultan Lingga tidak memakai tiang soko guru, tetapi hanya diperkuat dengan pilar sebanyak 10 buah yang terdiri dari 6 buah pilar di serambi dan 4 buah pilar di ruang utama. Pilar-pilar tersebut berukuran 3,72 m dan berpenampang bujur sangkar berukuran 60 x 60 cm. Pilar terdiri dari susunan batu bata dengan plesteran spesi, lumpur, dan pasir. Serambi terletak pada sisi timur ruang utara dan merupakan ruangan terbuka yang dikelilingi oleh tirai besi setinggi 1 m. Serambi digunakan sebagai tempat musyawarah. Pintu masuk ke ruang utama terletak pada sisi timur dengan pintu sebanyak 3 buah berukuran tinggi 2,45 m dan lebar 1,35 m. Dua buah diantaranya memakai dua daun pintu, sedangkan satu pintu di bagian tengah memakai 4 buah daun pintu. Ketiga pintu diukir dengan sulur-suluran. Jendela pada ruang utama berjumlah 8 buah. Ruang utama dan serambi memakai atap asbes yang diperkuat dengan kudakuda. [ ] Mihrab dan mimbar masjid Bedhug dan pintu masuk utama Kolam tempat wudlu MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 57

59 Masjid Jami Pulau Buru Desa Buru Kecamatan Tanjung Balai Karimun Kabupaten Tanjung Balai Karimun Provinsi Kepulauan Riau, Data Teknis No. Inventaris : 15/BCB TB/KEPRI Ukuran Bangunan : 13 x 12,7 m (165 m 2 ) 58 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

60 M asjid Jami' Pulau Buru terletak kurang lebih 10 m dari pantai, berada persis di pinggir jalan desa. Masjid ini didirikan oleh Raja Abdul Ghani pada tahun 1823 M. Masjid Jami' Pulau Buru mempunyai denah persegi. Keseluruhan bangunan masjid terdiri dari tiga bagian, yaitu bangunan induk, menara, dan kolam. Antara bangunan induk dengan menara dihubungkan dengan sebuah lorong sepanjang 4,5 m dengan sebuah pintu kecil untuk masuk dan naik ke menara. Bangunan menara ini berbentuk silinder dengan diameter lingkaran 6 m dan tinggi menara 14 m, yang makin ke atas semakin meruncing dan pada ketinggian sekitar 7 m dibatasi oleh jalan lingkar atas. Bentuk puncak menyerupai tempat pembakaran hio di klentengklenteng Cina. Kolam sebagai tempat berwudhu berada pada sisi kanan masjid. Ukuran kolam secara keseluruhan adalah 6 x 6 m dengan kedalaman 1,5 m. Kolam berbentuk tanda plus (+) dengan tinggi dari permukaan tanah sekitar 45 cm. Ruang induk berukuran 8,5 x 8,5 meter dengan empat tiang utama penyangga yang terletak di tengah ruangan dengan bentuk empat persegi. Ruang mihrab dilengkapi dengan sebuah mimbar yang terbuat dari kayu. Pada mimbar terdapat tiang sejumlah 6 buah dengan atap berbentuk pelana dan bagian depan berundakundak yang berfungsi sebagai tempat ceramah. Tiang mimbar dilengkapi dengan hiasan berupa sulur-suluran pada bagian kemuncaknya. [ ] Mimbar Masjid Menara Masjid Kolam tempat berwudhu MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 59

61 Masjid Raya Sultan Riau Kelurahan Penyengat Kecamatan Tanjungpinang Kota Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Data Teknis No. Inventaris : 24/BCB TB/KEPRI Ukuran Bangunan : 19,8 x 18 m (356,4 m2) 60 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

62 Menara masjid Tiang utama masjid Mihrab dan mimbar masjid M asjid Sultan Riau di Penyengat ini didirikan pada tahun 1832 semasa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VI Raja Jaafar ( ) dan dilanjutkan pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdul Rachman ( ). Bangunan utama masjid ini ditopang oleh 4 buah tiang beton. Pada setiap sudut bangunan terdapat menara yang dahulu berfungsi sebagai tempat adzan. Jumlah menara dan kubah sebanyak 17 buah yang melambangkan jumlah raka at shalat wajib yang harus dikerjakan oleh umat Islam. [ ] MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 61

63 Senarai Masjid-Masjid Kuno di Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau A. PROVINSI SUMATERA BARAT No. Kabupaten/Kota Nama Masjid/Surau Keterangan 1. Masjid Rao-Rao 2. Masjid Sa'adah 1 Kab. Tanah Datar 3. Masjid Lima Kaum 4. Masjid Tuanku Pamansiangan 5. Surau Lubuk Bauk 2 Kab. Solok 6. Masjid Tua Kayu Jao 3 Kota Solok 7. Surau Latiah 4 Kab. Solok Selatan 8. Masjid 60 Kurang Aso 5 Kab. Agam 6 Kota Pariaman 16. Masjid Badano 9. Masjid Bingkudu 10. Masjid Kubang Putih 11. Masjid Raya Taluak 90 % sudah berubah 12. Masjid Pincuran Gadang 13. Masjid Tuo Koto Baru Atap sudah berubah 14. Masjid Agung Koto Baru 15. Masjid Siti Manggopoh 7 Kab. Padang Pariaman 17. Masjid Raya Padusunan 18. Masjid Raya Pakandangan 19. Masjid Taqwa Kampung Dalam 20. Masjid Raya Batang Piaman 21. Surau Gadang Bintungan 22. Surau Pasar 23. Surau Atap Ijuk 24. Surau Ambacang 25. Surau Gdg. Syekh Burhanuddin 8 Kab. Pasaman Barat 26. Surau Raja Sontang 9 Kota Bukittinggi 27. Masjid Surau Gadang 10 Kab. Dharmasraya 28. Masjid Tua Siguntur 11 Kota Padang Panjang 29. Masjid Azazi 12 Kota Payakumbuh 30. Masjid Gadang Balai nan Duo 13 Kab. Pesisir Selatan 31. Masjid Al-Imam 14 Kota Padang 32. Masjid Muhammadan/Keling 33. Masjid Raya Ganting B. PROVINSI RIAU No. Kabupaten/Kota Nama Masjid Keterangan 1 Kab. Kampar 1. Masjid Air Tiris 2 Kota Pekanbaru 2. Masjid Raya Pekanbaru Sudah berubah total 3 Kab. Pelalawan 3. Masjid Hibah 4 Kab. Siak Sri Indrapura 4. Masjid Raya Siak Sri Indrapura C. PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. Kabupaten/Kota Nama Masjid Keterangan 1 Kab. Daik 1. Masjid Tua Daik Lingga Tinggal reruntuhan 2. Masjid Sultan Daik 2 Kab. Tanjung Balai Karimun 3. Masjid Jami Pulau Buru 3 Kota Tanjungpinang 4. Masjid Raya Pulau Penyengat 62 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

64 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT 63

65 KETENTUAN PIDANA Pasal 26 Barang siapa dengan sengaja merusak benda cagar budaya dan situs serta lingkungannya atau membawa, memindahkan, mengambil, mengubah bentuk dan/atau warna, memugar, atau memisahkan benda cagar budaya tanpa izin dari Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara selamalamanya 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp ,00 (seratus juta rupiah). Pasal 27 Barang siapa dengan sengaja melakukan pencarian benda cagar budaya atau benda berharga yang tidak diketahui pemiliknya dengan cara penggalian, penyelaman, pengangkatan atau dengan cara pencarian lainnya tanpa izin dari Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). TENTANG PENYUSUN Sri Sugiharta, S.S. Lahir di Kulon Progo (Jogjakarta), 7 November Setelah menyelesaikan sekolahnya di SMA N Sentolo, Kulon Progo, kemudian langsung melanjutkan studinya ke Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (Jogjakarta) dan lulus sarjana tahun Akhir tahun 2003 merantau ke Sumatera Barat dan sekarang bekerja di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. [ ] 64 MASJID-MASJID KUNO DI SUMATERA BARAT

CAGAR BUDAYA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT

CAGAR BUDAYA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT CAGAR BUDAYA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT PETA SEBARAN CAGAR BUDAYA Kab. AGAM Prov. SUMATERA BARAT BUNKER JEPANG TALUAK (KB000863) Bunker Jepang taluak terletak di Jorong Taluak, nagari Taluak

Lebih terperinci

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 148 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN MASJID BESAR AL-MUBAROK DI KABUPATEN NGANJUK SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR

Lebih terperinci

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu bentuk arsitektur yang umum dikenal bagi masyarakat Islam adalah bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT Dion Farhan Harun, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT 1. Nama : Rumah Adat Citalang : Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta : Pemukiman di Desa Citalang menunjukkan pola menyebar dan mengelompok. Jarak antara

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 149 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN GEREJA EMMANUEL DI KOTA KEDIRI SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerajaan Pagaruyung yang terletak di Batu Sangkar, Luhak Tanah Datar, merupakan sebuah kerajaan yang pernah menguasai seluruh Alam Minangkabau. Bahkan pada masa keemasannya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DESA TANJUNG BERULAK KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DESA TANJUNG BERULAK KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DESA TANJUNG BERULAK KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR A. Sejarah Singkat Desa Tanjung Berulak Desa Tanjung berulak adalah desa yang tertua didaerah Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam BAB VI KESIMPULAN 6.1. Karakteristik Bangunan Asli (Periode 1) Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam permukiman warga Cina (Chinese Kamp) di depan Benteng Marlborough mempunyai dua

Lebih terperinci

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong Selain peninggalan situs kuno berupa lingga yoni, ternyata di wilayah banyak ditemukan situs Arca Megalit. Untuk batu berbentuk arca ini ditemukan di Dusun Kaum, Desa Pangayan, Kecamatan Doro. Situs tersebut

Lebih terperinci

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Bulungan Kalimantan Utara

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Bulungan Kalimantan Utara Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Bulungan Kalimantan Utara Pusat Data dan Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi dan Validasi Data Master Referensi Cagar Budaya Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro Uswatun Chasanah usw ahsnh.10@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas

Lebih terperinci

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah Pusat Data dan Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi dan Validasi Data Master Referensi Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peninggalan sejarah Islam diacehsalah satunya kesenian. Kesenian merupakan sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan yang dapat didengar

Lebih terperinci

b. bahwa untuk menjaga kelestarian benda cagar budaya diperlukan langkah pengaturan bagi penguasaan, pemilikan,

b. bahwa untuk menjaga kelestarian benda cagar budaya diperlukan langkah pengaturan bagi penguasaan, pemilikan, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa benda cagar

Lebih terperinci

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan Muhammad Fadhil Fathuddin muhammadfadhilf@student.itb.ac.id Program Studi Arsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi

Lebih terperinci

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan

Lebih terperinci

Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya

Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 5 TAHUN 1992 (5/1992) Tanggal : 21 MARET 1992 (JAKARTA) Sumber : LN 1992/27; TLN NO. 3470 Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan arsitektur di dunia maupun di Indonesia sendiri. Indonesia

Lebih terperinci

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut Annisa Maharani mhrnannisa1997@gmail.com Mahasiswa Sarjana Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau Pusat Data dan Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi dan Validasi Data Master Referensi Cagar Budaya Kota

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009 BAB 4 KESIMPULAN Pembangunan sarana dan prasarana bagi kebutuhan pemerintahan dan orang-orang barat di Bandung sejalan dengan penetapan kota Bandung sebagai Gemeente pada tahun 1906. Gereja sebagai tempat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009 BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengelolaan terhadap tinggalan arkeologi yang ditemukan di berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama dilakukan oleh

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 94.920 11.337 15.227 8.108 9.381 16.960 17.466 20.403 33.810 87.545 229.026 2 Agam 12.508 1.280 1.426 940 1.315 1.909 2.264 1.924 3.271 9.778 27.006 3 Ampek Angkek 659 96 101 32 65 108

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 81.235 9.876 16.534 14.901 13.334 19.083 18.382 14.999 39.415 97.233 229.211 2 Agam 10.356 1.321 1.754 1.757 1.079 1.751 2.104 1.583 5.119 10.028 27.101 3 Ampek Angkek 544 87 134 113 57

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 70.974 21.356 15.763 14.547 11.518 21.113 16.941 22.192 33.751 102.074 229.158 2 Agam 9.936 1.724 1.695 1.118 1.057 2.689 2.132 2.898 3.763 11.589 27.119 3 Ampek Angkek 497 136 106 49

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 103355 8835 19432 13015 16487 18847 17899 13972 14794 99.652 228145 2 Agam 8316 978 2823 1811 3185 2407 3214 2020 2189 15.460 26971 3 Ampek Angkek 318 60 215 75 258 81 111 86 196 826 1400

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST) Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Sumatera Barat 109.460 14.393 9.536 9.370 8.156 18.267 17.440 8.479 29.113 71.248 227.338 2 Agam 10.510 981 1.537 1.231 1.094 2.777 2.231 1.282 4.970 10.152 26.885

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian...56

DAFTAR ISI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian...56 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG BANGUNAN UTAMA HOTEL TOEGOE SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan

Lebih terperinci

JADWAL KEGIATAN DAN RENCANA REALISASI ANGGARAN BPCB SUMATERA BARAT, WILAYAH KERJA PROV. SUMBAR, RIAU, KEPRI TAHUN ANGGARAN 2016

JADWAL KEGIATAN DAN RENCANA REALISASI ANGGARAN BPCB SUMATERA BARAT, WILAYAH KERJA PROV. SUMBAR, RIAU, KEPRI TAHUN ANGGARAN 2016 JADWAL KEGIATAN DAN RENCANA REALISASI ANGGARAN BPCB SUMATERA BARAT, WILAYAH KERJA PROV. SUMBAR, RIAU, KEPRI TAHUN ANGGARAN 2016 No Pelestarian dan Pengelolaan Peninggalan I II III IV I II III IV I II III

Lebih terperinci

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban Ranggih Semeru 20308032 Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban Bangunan masjid muncul sebagai bangunan religi yang merupakan perpaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur islam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara peringkat keempat penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika, Indonesia juga banyak memiliki ragam seni

Lebih terperinci

Usaha Preservasi pada Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, Banten

Usaha Preservasi pada Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, Banten SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Usaha Preservasi pada Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, Banten Maretta Arninda Dianty marettaarninda@gmail.com Program Studi A rsitektur; Sekolah A rsitekur, Perancangan,

Lebih terperinci

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan Gambar 40. Perletakan tiang, dinding, dan lantai Masjid Agung kasepuhan. (sumber, data survey lapangan). Perletakkan, pemilihan bahan, dan penerapan konstruksi untuk komponen bangunan masjid, disamping

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS...

BAB II LANDASAN TEORITIS... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL DAN BAGAN... v BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah... 5 D. Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN, Menimbang : a. bahwa dengan dimekarkannya Kabupaten Pasaman berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Cagar Budaya Candi Cangkuang Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI Alderina 1) Abstraksi Terdapat suatu gereja peninggalan Zending Barmen (Jerman) yang berlokasi di desa Saka Mangkahai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM

ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM Sejarah Singkat Byzantium Pada mulanya, daerah Eropa Timur yang disebut Byzantium adalah koloni bangsa Yunani sejak tahun 660 sebelum masehi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan gabungan dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan gabungan dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang besar terdiri dari berbagai berbagai pulau baik dari Sabang sampai Merauke. Tidak hanya negara yang besar tetapi Indonesia

Lebih terperinci

NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA Menimbang: DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya

Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya BAB III ANALISIS KONDISI EKSISTING OMAH DHUWUR GALLERY Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya Kotagede. Revitalisasi merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan bangunan

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL No Nama Benda Astronomis Alamat Nama Pemilik 1 Candi Ganjuran X : 425010 Y : 9123794 2 Masjid Pajimatan X : 433306 Y : 9124244 3 Kompleks Makam Imogiri

Lebih terperinci

Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST

Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST Cakupan pekerjaan I. Pekerjaan Awal II. Pekerjaan Galian dan urugan III. Pekerjaan Fondasi IV. Pekerjaan Beton

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI A. Persamaan Gaya Corak Kaligrafi di Masjid Al- Akbar Surabaya dengan Masjid Syaichuna Kholil Bangkalan Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim

Lebih terperinci

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Telah dikemukakan pada awal penulisan skripsi ini, bahwa pokok pembahasan permasalahan yang dikaji adalah Bagainamakah Interior Masjid Indrapuri di Aceh di tinjau dari Mihrab,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI RANGKA ATAP

KONSTRUKSI RANGKA ATAP KONSTRUKSI RANGKA ATAP 2. URAIAN MATERI ATAP Atap merupakan bagian dari bangunan gedung ( rumah ) yang letaknya berada dibagian paling atas, sehingga untuk perencanaannya atap ini haruslah diperhitungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 95/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal 1. Pengukuran Yang dimaksud dengan pengukuran adalah sebelum memulai pekerjaan, untuk menentukan posisi dari bangunan dilakukan pengukuran batas-batas,

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : PESISIR SELATAN 13.01 PESISIR SELATAN 28.40 281.113 568.520 1 13.01.01 PANCUNG SOAL 14.85 14.345 29.202 2 13.01.02 RANAH PESISIR 19.424 19.339 38.63 3 13.01.03 LENGAYANG 34.645 33.969

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA [LN 2010/130, TLN 5168]

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA [LN 2010/130, TLN 5168] UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA [LN 2010/130, TLN 5168] BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 101 Setiap orang yang tanpa izin mengalihkan kepemilikan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR KOLONIAL PADA MASJID CIPARI GARUT

UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR KOLONIAL PADA MASJID CIPARI GARUT UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR KOLONIAL PADA MASJID CIPARI GARUT Tawalinuddin Haris, M.S. dan Dimas Seno Bismoko S.Hum Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya,, Kampus UI, Depok 16424 nosenoo@yahoo.com, tawalinuddin.haris@ui.ac.id

Lebih terperinci

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi 64 BAB V KESIMPULAN Nareh Hilir merupakan satu diantara 17 desa yang berada di kawasan Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi sentra sulaman benang emas di kota Pariaman,

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

SENI ORNAMEN DALAM KONTEKS BUDAYA MELAYU RIAU

SENI ORNAMEN DALAM KONTEKS BUDAYA MELAYU RIAU SENI ORNAMEN DALAM KONTEKS BUDAYA MELAYU RIAU Purwo Prihatin Abstrak Tulisan ini untuk mengungkapkan seni ornamen dalam konteks budaya masyarakat Melayu Riau. Berkaitan dengan itu maka pelacakannya dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA. melakukan analisis terhadap bentuk arsitektur dan ragam hias masjid. Analisis yang

BAB 4 ANALISIS DATA. melakukan analisis terhadap bentuk arsitektur dan ragam hias masjid. Analisis yang BAB 4 ANALISIS DATA Proses analisis data yang dilakukan dalam tahap ini adalah dengan cara melakukan analisis terhadap bentuk arsitektur dan ragam hias masjid. Analisis yang digunakan adalah analisis morfologi

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB III.1. TAMANSARI GAMBAR III.1. Umbul Winangun Tamansari dibangun pada tahun 1749, oleh sultan Hamengkubuwomo I (Pangeran Mangkubumi) kompiek ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun didirikan pada tahun 1906, dan selesai pada tahun 1909.Secara keseluruhan biaya pembangunan masjid ditanggung sendiri oleh Sultan Maamun Al-Rasyid

Lebih terperinci

BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya

BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya 57 BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO A. Arsitektur Masjid Agung Darussalam Bojonegoro Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.880, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Batas Daerah. Kabupaten. Solok-Padang. Sumatera Barat. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN, PENGELOLAAN DAN PERIZINAN MEMBAWA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus (Masjid Menara Kudus) Jawa Tengah

Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus (Masjid Menara Kudus) Jawa Tengah Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus (Masjid Menara Kudus) Jawa Tengah Rohadatul Aisy 1 dan Antariksa 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI

Lebih terperinci