BAB V PENUTUP. berlandas pada konstruktivisme, studi ini bertujuan melakukan rekonstruksi pemahaman.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP. berlandas pada konstruktivisme, studi ini bertujuan melakukan rekonstruksi pemahaman."

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP V.1. Diskusi Temuan Studi Studi ini berlandas pada paradigma konstruktivisme. Sebagai sebuah studi yang berlandas pada konstruktivisme, studi ini bertujuan melakukan rekonstruksi pemahaman. Pengetahuan yang diperoleh adalah hasil dari rekonstruksi individu yang menyatu dengan lingkungan sosialnya. Individu melakukan konstruksi pemahaman atas dunia tempat ia hidup dan tinggal. Adapun kebenarannya tergantung dari kemampuan pengetahuan itu dalam menjelaskan fenomena atau persoalan yang terkait. Konstruktivisme sosiologis merupakan konstruktivisme yang memiliki keyakinan bahwa pengetahuan atau realitas sosial dikonstruksi dengan cara intersubjektif. Realitas itu bagi setiap individu memiliki makna yang bersifat subjektif. Bagi individu, makna ini menjadi dasar bertindak dalam aktivitas keseharian. Makna sangat interpretif, sehingga dikenal adanya makna ganda atau realitas ganda. Dalam pada itu sebagai paradigma penelitian, secara ontologis, paradigma ini membawa peneliti pada pandangan bahwa realitas sosial dikonstruksi secara spesifik dan bersifat lokal. Secara epistemologis, peneliti diarahkan pada peran sebagai subjektivis yang menghasilkan suatu temuan. Dalam aktivitas penelitian, terjadi transaksi antara kearifan lokal yang dikonstruksi oleh subjek penelitian dan kearifan peneliti. Oleh karena itu terjadi proses hermeneutik dan dialektik homemade theory dengan researcher theory. 181

2 Studi yang digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia dikenal sebagai studi fenomenologi. Asumsi pokoknya adalah manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan pemaknaan, sehingga akan diperoleh pemahaman atau verstehen. Sebagai studi dengan perspektif fenomenologi, studi ini memandang objek atau peristiwa dari sudut pandang manusia atau individu yang mengalami peristiwa itu sendiri. Oleh karena itu analisis fenomenologis dilakukan atas hidup keseharian melalui sudut pandang orang yang mengalaminya sendiri. Dalam konteks ini adalah para anggota budaya perusahaan inti dan para anggota budaya petani plasma. Fenomenologi ini adalah hermeneutik, yakni bertolak dari fenomenologi persepsi dengan Merleau-Ponty. Dalam pandangan tokoh ini, semua pengetahuan manusia tentang dunia berasal dari sudut pandang manusia itu sendiri. Hal ini karena manusia adalah makhluk yang mampu menciptakan makna bagi dunianya, sehingga diperoleh verstehen yang menghasilkan pengetahuan untuk dasar bertindak dalam aktivitas hidup sehari-hari. Kemampuan tersebut dimiliki manusia karena adanya kesatuan fisik dan mental di dalam dirinya. Dengan kemampuan ini, manusia bisa menempati posisi sebagai subjek. Ia diakui sebagai orang yang mengetahui dunianya. Sementara itu, seperti pandangan dari Martin Heidegger, realitas sebagai konstruksi pengalaman diperoleh melalui persepsi atas informasi melalui penggunaan bahasa secara kontekstual. Dalam studi ini, konteks yang dimaksud adalah budaya. Hal ini berarti realitas yang dimaksud adalah konstruksi pengalaman yang diperoleh dari persepsi atas informasi melalui penggunaan bahasa dalam konteks budaya yang berbeda. Oleh karena itu, studi ini diletakkan dalam kerangka komunikasi antarbudaya. 182

3 Dengan mengambil salah satu teori yang termasuk ke dalam teori-teori interpretif, studi ini berupaya untuk mengkonstruksi pengalaman komunikasi antar kelompok yang diasumsi memiliki budaya yang berbeda, yaitu komunikasi antara komunitas perusahaan inti dan komunitas petani plasma. Komunitas perusahaan inti adalah karyawan PT Pagilaran dan komunitas petani yang menjadi subjek studi adalah petani yang menjadi plasma di Unit Produksi PT Pagilaran di Kaliboja. Secara adminitratif, pabrik masuk di Wilayah Kabupaten Pekalongan, namun untuk kebunnya masuk ke dalam dua wilayah, yaitu Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Banjarnegara. Dua kabupaten ini berada di Provinsi Jawa Tengah. Komunikasi antara komunitas perusahaan inti dan komunitas petani ini dipahami sebagai komunikasi antarbudaya. Dari pengertian komunikasi antarbudaya yang diambil dari Kim, Samovar dkk., dan Ting-Toomey dapat dikemukakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang mengacu pada fenomena perbedaan budaya yang signifikan atau relatif tinggi di antara para partisipannya. Dalam studi ini, komunitas perusahaan inti dan komunitas petani plasma merupakan dua kelompok sosiologis yang berbeda budaya. Sebagai kajian komunikasi antarbudaya, studi ini menempatkan budaya sebagai konsep pokok yang kemudian berimplikasi pada perilaku komunikasi. Dalam kerangka ini yang dimaksud budaya adalah ide-ide atau gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan. Selain itu, aktivitas perilaku manusia yang berpola dipandang pula sebagai wujud budaya. Budaya dipahami sebagai agregat, karena budaya merupakan produk konsensus dari masyarakat. Sebagai produk konsensus, budaya muncul dari konvensi 183

4 yang dilakukan secara kolektif di antara para anggota masyarakat. Oleh karena itu bersifat agregat sebagai metafora masyarakat. Adapun perilaku komunikasi pada dua komunitas ini dilihat dari beberapa elemen penting komunikasi, yakni (1) sumber pesan, (2) isi, (3) gaya penyampaian pesan, dan (3) saluran yang digunakan. Perbedaan budaya berimplikasi pada perbedaan perilaku komunikasi. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa perbedaan budaya antara komunitas perusahaan inti dengan komunitas petani plasma akan diikuti pula oleh adanya perbedaan perilaku komunikasi di antara keduanya. Dalam proses penyuluhan, untuk mencapai tujuan yang ditetapkan diperlukan strategi komunikasi yang mampu mengatasi adanya perbedaan-perbedaan. Semakin homogen pihak-pihak yang terlibat komunikasi akan semakin memperlancar proses komunikasi, semakin heterogen juga akan menghambat kelancaran berkomunikasi. Oleh karena itu, dalam proses komunikasi antarbudaya, diperlukan strategi adaptasi. Adaptasi adalah sebuah bentuk penyesuaian ketika seseorang atau sekelompok orang dihadapkan pada suatu perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan ini dapat juga dipahami ketika harus berinteraksi dengan pihak lain yang berbeda budaya. Terdapat beberapa strategi adaptasi, namun yang paling fundamental adalah strategi konvergen dan divergensi. Strategi konvergensi adalah strategi pihak yang satu untuk menyesuaikan dengan perilaku komunikasi pihak lain. Adapun strategi divergensi adalah strategi yang menunjukkan identitas budayanya sendiri terhadap budaya yang lain. V.1.1. Budaya Komunitas Perusahaan dan Komunitas Petani Seperti dijelaskan di depan, studi ini merupakan kajian komunikasi antarbudaya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan budaya antara komunitas perusahaan inti 184

5 dengan komunitas petani plasma. Budaya komunitas perusahaan inti dicirikan oleh adanya standarisasi, orientasi, dan maskulinitas yang merupakan karakteristik dari budaya farmer dan komunitas berbudaya ketat yang bersumber dari nilai-nilai industrial. Budaya tersebut berimplikasi pada perilaku komunikasinya, sehingga kepada petani plasmanya, perusahaan inti memandang bahwa petani plasma tidak memiliki pengetahuan cukup tentang industri teh, lebih mementingkan relasi sosial tradisional daripada relasi kerja profesional. Selain itu, perusahaan inti juga memandang adanya perbedaan ritme kedisiplinan dalam bekerja. Namun demikian, dalam pandangannya petani plasma sudah mengalami perubahan nilai dan orientasi. Oleh karena itu, dalam pandangan perusahaan inti terdapat dua kategori petani, yaitu petani yang menjual ke perusahaan inti dan petani yang menjual ke luar perusahaan inti. Sementara itu petani plasma memiliki ciri subsisten, kolektivitas, femininitas, dan mobilitas ke luar yang rendah. Namun demikian sebagai hasil interaksinya dengan perusahaan inti ada yang dikategorikan sebagai petani maju. Oleh karena itu dalam kerangka ini ada golongan petani miskin dan ada golongan petani maju. Hasil interaksi tersebut pada akhirnya juga memunculkan beberapa kesamaan yang diasumsikan sebagai hasil dari adaptasi melalui budaya. V Perilaku Komunikasi Komunitas Perusahaan dengan Komunitas Petani Seperti sudah dijelaskan, perbedaan budaya akan diikuti dengan perbedaan perilaku komunikasi. Pada bab pembahasan telah disebutkan adanya perbedaan perilaku komunikasi antara komunitas perusahaan dengan komunitas petani. 185

6 Perilaku komunikasi perusahaan inti sebagai implikasi atas budaya yang dimilikinya ditunjukkan pada beberapa hal (1) sumber informasi haruslah orang memiliki standar kemampuan tertentu, (2) isi pesan selalu berorientasi pada kepentingan organisasi yakni perolehan keuntungan ekonomi atau material, seperti pesan tentang isi dan makna perjanjian kontrak sebagai landasan kemitraan, serta pesan yang berorientasi pada masa depan, misalnya pentingnya tanaman teh sebagai tanaman tabungan yang bermanfaat untuk hidup ke depan. (3) gaya penyampaian pesan yang low context, lebih banyak menggunakan simbol verbal dan langsung pada topik/tujuan komunikasi, serta (4) memilih media berkelompok dan formal. Salah satu contoh, dari seorang informan dari komunitas perusahaan inti menyatakan bahwa dalam proses penyuluhan, dia tidak berinteraksi langsung dengan para petani. Menurut pengalamannya, dalam melakukan aktivitas agrobisnis, para karyawan harus berpegang pada efisiensi, karena orientasi industri adalah efisiensi, sehingga strategi mandor mendekati petani dengan berkunjung dari rumah ke rumah, ngobrol, wedangan, dan tidak berbicara langsung ke topik inti dinilainya sebagai perilaku yang tidak efisien. Pada aspek lainnya, perilaku komunikasi perusahaan inti cenderung berfokus pada peranan orang saat berkomunikasi, cara berkomunikasi relatif sama sekalipun pada konteks yang berbeda. Keputusan yang diambil tidak mudah berubah karena dihasilkan dari pertimbangan rasional dan nalar. Budaya komunitas perusahaan inti juga berorientasi instrumental, sangat terikat oleh aturan dan koordinasi. Dari sisi komunitas petani, pada beberapa elemen, perilaku komunikasi mereka berbeda dengan komunitas perusahaan inti. Perbedaan itu terletak pada (1) pesan lebih 186

7 suka disampaikan oleh orang-orang lokal, tidak berorientasi pada standar kemampuan, (2) pesan-pesan yang disampaikan lebih berorientasi pada kepentingan pemeliharaan kelompok dan hubungan, dan lebih mengedepankan persoalan masa lalu, yang diwujudkan dari tradisi dan ritual (3) gaya komunikasinya lebih suka high context, banyak menggunakan bahasa non verbal, dan menyampaikan bahasa tidak secara to the point tetapi berputar-putar (coming around to the point), serta (4) menggunakan media informal dan interpersonal. Pada aspek lainnya, petani juga cenderung berubah-ubah dalam keputusannya oleh karena pengaruh sosial, cara berkomunikasi yang partikularistik, berbeda-beda dalam situasi yang berbeda. Petani juga cenderung memberi respon holistik dalam berkomunikasi. Petani berorientasi ekspresif, berbudaya longgar, oleh karena itu tidak banyak diterapkan aturan dan koordinasi. Saluran komunikasinya adalah saluran interpersonal. Mereka bergaul dalam bentuk srawung. Ditinjau dari beberapa elemen dan dimensi budaya ini, dapat disimpulkan bahwa perilaku komunikasi komunitas perusahaan inti dengan komunitas petani juga berbeda. Seperti dijelaskan sebelumnya, untuk mencapai tujuan komunikasi, diperlukan penyelerasan pada budaya dan perilaku yang berbeda. Disinilah dibutuhkan strategi adaptasi. Proses adaptasi yang dilakukan oleh perusahaan inti adalah proses adaptasi melalui budaya yaitu melalui nepotisme (penggunaan sumber lokal), ngaruhke, komunikasi interpersonal. V.1.3. Strategi Adaptasi Seperti dijelaskan dalam BAB IV, strategi adaptasi dibagi ke dalam dua yakni strategi convergensi dan divergensi. Berdasarkan temuan studi, adaptasi lebih banyak 187

8 dilakukan oleh komunitas perusahaan inti. Hal ini berarti komunitas perusahaan inti lebih aktif melakukan penyesuaian terhadap budaya komunitas petani dibanding sebaliknya. Keaktifan ini disebabkan oleh adanya kepentingan ekonomi atau komersial dari perusahaan inti. Dalam konteks ini ada pergeseran orientasi dari sejak masuknya proyek PIR hingga kemitraan sekarang ini. Dari temuan lapangan tampak bahwa kesediaan PT Pagilaran berperan sebagai perusahaan inti dilandasi oleh komitmen untuk membantu pemerintah dalam program pembangunan perkebunan yang berfokus pada pengentasan kemiskinan. Hal ini sesuai dengan misi pengabdian dari PT Pagilaran sebagai sebuah perusahaan yang dikelola oleh UGM. Misi ini sebagaimana yang ada dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Strategi adaptasi yang digunakan adalah strategi konvergensi dan divergensi. Strategi konvergensi digunakan pada tataran perilaku komunikasi, sedangkan pada tataran budaya, strategi yang digunakan adalah divergensi. Dua strategi tersebut digunakan sepanjang mendukung kepentingan organisasi. Sementara itu sesuai dengan popososisi-proposisi teori antarbudaya, dapat dikemukakan bahwa adaptasi komunikasi secara fungsional dan setara dapat memfasilitasi penyelesaian tugas. Ketika situasi mendukung salah satu komunikator, maka komunikator lain memiliki beban adaptasi. Ketika semakin banyak seorang komunikator beradaptasi, semakin banyak pula perubahan dalam keyakinan kulturalnya. Namun demikian, merujuk pada temua studi, perubahan perilaku komunikasi komunitas perusahaan inti hanya merupakan upaya persuasi kepada komunitas petani. Dengan dasar itu, diharapkan petani dapat menyesuaikan budayanya sendiri dengan budaya komunitas 188

9 perusahaan. Ketika perilaku komunikasi perusahaan inti disamakan dengan perilaku komunikasi komunitas petani, budaya komunitas perusahaan inti dicoba ditunjukkan kepada komunitas petani. Hal ini berarti, strategi kovergensi di tataran perilaku komunikasi dilakukan sekaligus bersama-sama dengan strategi divergensi. Sebagai pihak yang melakukan penyuluhan, perusahaan inti berkepentingan mengubah perspektif petani dari perspektif peasant ke farmer. Pesan-pesan penyuluhan diarahkan ke bisnis, produksi, dan kemitraan. Untuk kepentingan ini, perusahaan melakukan adaptasi komunikasi dengan menyesuaikan gaya komunikasinya dengan gaya komunikasi petani. Situasi komunikasi di tengah kehidupan petani, menyebabkan perusahaan inti memiliki beban untuk menyesuaikan gaya komunikasinya. Namun demikian, komunitas perusahaan inti tetap memiliki keyakinan kulturalnya. Gaya komunikasi juga disesuaikan dengan gaya komunikasi komunitas petani. Perusahaan inti cenderung memberi respon yang beorientasi pada peran orang saat berkomunikasi, berubah menjadi cenderung untuk merespon secara holistik. Hal ini ditunjukkan dari pengalaman seorang mandor yang menyatakan bahwa dirinya tidak hanya berfokus pada peran petani sebagai plasma, namun berfokus juga peran sosiokulturalnya, misalnya peran dalam keluarga, kelompok, dan masyarakat. Dalam kondisi tertentu, komunitas perusahaan inti mengubah orientasi komunikasinya ke masa lalu. Sebagai contoh ketika mandor berkepentingan untuk mendapatkan loyalitas petani. Dalam konteks ini, mandor menggunakan strategi pesan yang menekankan masa lalu atau ngelingi sing mbiyen. Melalui pesannya, mandor mengingatkan agar petani ngelingi bahwa yang membuka usaha perkebunan teh pertama 189

10 kali di wilayahnya adalah perusahaan inti, sehingga mereka diharapkan tidak menjual ke lain perusahaan. Dalam pada itu, meski orang perusahaan disosialisasikan untuk berkomunikasi dalam konteks rendah guna menghindari pesan yang bermakna ambigu, namun di tengah petani, mereka membiasakan untuk memperhatikan pesan-pesan nonverbal petani. Pesan ini dipandang lebih memberi makna yang sesungguhnya, karena mengandung dimensi hubungan. Ketidaksetujuan petani sering diungkapkan melalui pesan nonverbal agar tidak mengganggu relasinya dengan pihak lain. Sementara untuk kepentingan mempertahankan stabilitas keputusan petani, perusahaan inti memperbanyak pesan-pesan yang berdasar argumentasi logis dengan pertimbangan nalar dan lebih banyak melakukan kunjungan ke petani plasma. Dalam aspek penggunaan bahasa, bahasa verbal yang dipakai oleh orang perusahaan adalah menyesuaikan dengan kemampuan petani dalam memaknainya. Oleh karena itu, orang perusahaan inti menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami. Di sisi lain, petani plasma sebagai pihak yang menyediakan pucuk teh untuk bahan baku industri beradaptasi dengan penyesuaian terhadap perspektif perusahaan inti. Mereka menyesuaikan perspektif tentang bisnis, produksi, dan kemitraan seperti yang dimiliki perusahaan inti. Oleh karena itu mereka mulai bisa bicara tentang aspek-aspek tersebut sesuai dengan pandangan perusahaan. Adanya situasi ketergantungan pemasaran dari petani pada perusahaan inti, menyebabkan petani memiliki beban adaptasi. Adaptasi ini kemudian menghasilkan pergeseran keyakinan kultural petani, yaitu dari keyakinan akan usahatani yang menjamin hidup keluarga dan komunitas ke orientasi agribisnis. 190

11 Sebagai plasma dari perusahaan inti yang peduli terhadap lingkungan, petanipun menyesuaikan dengan pandangan hidup selaras dengan alam. Merekapun memperhatikan pentingnya menjaga lahan dengan melakukan konservasi melalui tanaman teh dan teknik konservasi sebagaimana yang dia pahami melalui pesan-pesan penyuluhan. Mereka mulai bisa bicara tentang teknik konservasi, seperti terasering dan rorak. Merekapun meyakini bahwa tanaman teh merupakan tanaman masa depan. Tidak hanya itu, dari pengalaman narasumber, tampak bahwa petanipun berusaha melakukan penyesuaian dengan aturanaturan perusahaan. Contohnya, mereka belajar membiasakan diri berdisiplin waktu dalam melakukan pemetikan pucuk daun teh. Apabila peristiwa tersebut dijelaskan dari teori adaptasi pasangan interkultural, maka beban adaptif perusahaan inti akan gaya komunikasi petani adalah karena pihak ini merupakan partisipan yang memiliki inisiatif komunikasi. Hal ini karena perusahaan inti menghendaki terjaminnya pasokan, namun dari sisi harga dipandang oleh petani tidak menguntungkan. Inisiatif komunikasi tersebut muncul karena perusahaan ingin mempertahankan relasi dengan plasma. Relasi ini perlu dipertahankan mengingat berkurangnya pasokan pucuk teh petani ke perusahaan inti. Adanya pembeli dari luar yang memberi harga lebih tinggi dari perusahaan inti, menyebabkan sebagian produksi petani dijual ke perusahaan lain. Meski demikian masih ada ketergantungan petani terhadap perusahaan inti, karena pembeli luar membeli dalam jumlah terbatas dan tidak pasti. Beban adaptasi yang terletak pada perusahaan inti juga disebabkan karena petani memegang manfaat teritorial. Artinya petani berada di wilayahnya sendiri, sementara inti 191

12 justru merupakan pendatang. Namun, di sisi lain petani, petani dapat dipandang sebagai pihak yang inferior dalam pasangan interkultural ini. Petani inferior dalam penguasaan teknologi. Oleh karena itu, ketika petani memerlukan bimbingan teknis dari perusahaan inti, maka petani memiliki beban untuk beradaptasi. Perilaku adaptif dari komunitas perusahaan inti semakin meningkat sesuai dengan keinginan untuk memelihara kemitraan. Perusahaan inti yang berkomitmen membangun kemitraan dengan plasma, semakin meningkatkan adaptasi perilaku komunikasi, menyesuaikannya dengan perilaku komunikasi komunitas petani. Salah satu proposisi adaptasi pasangan interkultural menyatakan bahwa ketika dari interaksi terbukti hanya satu pihak yang akan mengambil manfaat dari penyelesaian tugas, maka pihak ini akan mempercepat perilaku adaptif. Dari pengalaman informan, tampak bahwa perusahaan pada akhir-akhir ini adalah pihak yang cenderung mempercepat perilaku adaptif. Hal ini karena perusahaan akan mengambil manfaat yang berupa loyalitas petani pada inti. Loyalitas ini diperlukan untuk menjamin pasokan pucuk teh petani, sehingga pabrik bisa mengalami undercapacity. Kondisi demikian merugikan perusahaan karena ada ketidaefisienan dalam proses produksi. Adapun kapasitas produksi pabrik dirancang sesuai dengan luas lahan petani plasma. Adapun bangunan komunikasi antar dua kelompok budaya tersebut adalah seperti tampak pada Gambar V. berikut. 192

13 Gambar V MODEL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Kasus: Komunitas Perusahaan Inti dan Komunitas Petani Plasma) DUALISME EKONOMI Kapitalisme Prakapitalisme Boeke (1948) BUDAYA Dimensi Komunitas Komunitas Perusahaan Petani Plasma Peasant-farmer Farmer Farmer Individualisme-kolektivisme Kontekstual Kontekstual Kluckhohn and Strodtberg Memelihara hubungan Memelihara hubungan Hofstede Kontekstual Strategi Kontekstual Parsons Netralitas Afektivitas Divergensi Netralitas Afektif Keketatan structural Ketat Longgar PERILAKU KOMUNIKASI Element Komunitas Perusahaan Komunitas Petani Plasma Sumber Orientasi organisasi Orientasi local Pesan Isi Orientasi pada kepentingan organisasi Orientasi pada pemeliharaan hubungan dan kelompok Media Style Low context Verbal Langsung Formal Kelompok Strategi Konvergensi High context Non verbal Tidak langsung Informal Interpersonal 193

14 Dari model komunikasi antarbudaya di atas dapat disimpulkan bahwa strategi adaptasi yang dikemukakan dalam beberapa teori adaptasi dapat digunakan untuk memahami fenomena komunikasi antara komunitas perusahaan inti dan komunitas petani plasma di PT Pagilaran. Strategi adaptasi yang terjadi terjadi satu arah namun strategi yang dipakai berbeda pada tataran yang berbeda. Pada tataran budaya, komunitas perusahaan melakukan strategi divergensi dengan mencoba mengubah budaya tradisional pada komunitas petani plasma menjadi petani maju, yang berorientasi pada kepentingan bisnis, keuntungan material, dan ekonomi. Strategi ini tampaknya berhasil mengingat bahwa banyak ditemukan petani yang memiliki budaya komunitas perusahaan inti. Namun demikian, untuk mencapai tujuan tersebut komunitas perusahaan melakukan upaya penyesuaian perilaku komunikasinya mengikuti perilaku komunikasi petani. Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam kerangka komunikasi antarbudaya, antara komunitas perusahaan inti dan komunitas petani plasma, inisiatif adaptasi dilakukan oleh pihak yang inferior, dalam hal ini komunitas perusahaan inti terhadap pihak yang superior, dalam hal ini adalah komunitas petani plasma. Superior dalam arti bahwa komunitas petani yang memiliki sumber daya (baca: lahan, tanah), sedangkan komunitas perusahaan inti jelas bergantung pada tanah para petani ini. Namun demikian, strategi adaptasi ini tetap dikerangkai oleh adanya kepentingan pencapaian tujuan komunitas perusahaan inti yang pada dasarnya adalah kepentingan industri. 194

15 V.2. Kesimpulan Dari temuan studi tersebut dapat dikemukakan beberapa hal sebagai kesimpulan sebagai berikut. (1) Pada hakekatnya terdapat perbedaan budaya antara komunitas perusahaan inti dan komunitas petani plasma. Budaya komunitas perusahaan inti cenderung berorientasi pada kepentingan ekonomi (komersial), sedangkan budaya komunitas petani cenderung berorientasi pada kepentingan kelompok dan pemeliharaan hubungan. (2) Namun demikian, seiring dengan proses adaptasi, kedua komunitas tersebut cenderung memiliki budaya yang sama. Keduanya berorientasi pada kepentingan perolehan kapital. (3) Adaptasi dilakukan oleh komunikasi perusahaan inti dengan melakukan strategi divergensi, yaitu penyesuaian dengan tetap mempertahankan budayanya sendiri, dan dengan menunjukkan budayanya kepada budaya komunitas petani. (4) Oleh karena itu, budaya yang sama antara perusahaan inti dan petani plasma dapat dilihat dari dua sisi. Dari sisi perusahaan inti, budaya yang sama adalah karena pada dasarnya orang-orang perusahaan inti berasal dari budaya yang sama dengan petani. Selain itu juga karena adanya pengaruh lingkungan karena pabrik berada di wilayah petani. Sementara itu, dari sisi petani, budaya yang sama adalah karena adanya hasil dari adaptasi budaya. (5) Adapun budaya yang berbeda antara komunitas perusahaan inti dan komunitas petani plasma adalah karena adanya aturan-aturan normatif yang harus dipegang 195

16 oleh orang-orang dari perusahaan inti. Selain karena adanya perbedaan tingkat pendidikan dan wawasan yang dimiliki. (6) Budaya berimplikasi pada perilaku komunikasi. Pada komunitas perusahaan inti, budaya yang berorientasi pada perolehan kapital ini berimplikasi pada perilaku komunikasi yang pesannya berfokus pada kepentingan bisnis, sumber informasinya haruslah memenuhi standar kemampuan tertentu, low context, verbal, to the point, dan mengandalkan kelompok-kelompok formal. Adapun perilaku komunikasi pada komunitas petani lebih beorientasi pada kepentingan lokal, pemeliharaan hubungan dan kelompok, high context, menggunakan simbol non verbal dan berputar-putar, tidak langsung pada inti pembicaraan, serta menggunakan saluran informal dan interpersonal. (7) Perbedaan komunikasi pada dua komunitas ini menghambat proses pencapaian tujuan organisasi, oleh karena itu perusahaan berinisiatif melakukan adaptasi dengan menggunakan strategi konvergensi. Perilaku komunikasi komunitas perusahaan inti diubah dan disamakan dengan perilaku komunikasi komunitas petani. (8) Inisiatif komunikasi perusahaan inti untuk melakukan adaptasi perilaku komunikasi didasarkan pada ketergantungan komunitas ini pada komunitas petani sebagai pemilik lahan. (9) Namun demikian, upaya konvergensi pada tataran perilaku komunikasi sematamata untuk dapat mengubah budaya komunitas petani menjadi sama dengan budaya komunitas perusahaan, yang pada akhirnya, dapat mengarahkan pada 196

17 relasi kemitraan dengan petani plasma, yang merupakan faktor kunci keberhasilan perusahaan inti V.3. Implikasi Studi (1) Dalam dimensi akademis/teoritis, struktur teoritik yang membahas tentang adaptasi antarbudaya seperti yang dikemukakan oleh Ellingsworth hanya dikaitkan dengan pencapaian tujuan, orientasi, gaya komunikasi, konteks situasi, dan kekuasaan yang memengaruhi inisiatif dan percepatan adaptasi. Dari studi yang dilakukan, dapat dikembangkan pemikiran tentang perlunya perluasan cakupan teoritis dengan memasukkan aspek strategi untuk mencapai tujuan ketika adaptasi tersebut dilakukan. Dari sini kemudian bisa dimunculkan tipe adaptasinya, apakah konvergensi atau divergensi. (2) Dalam dimensi teknis/metodologis, penelitian ini menggunakan perspektif teoritik fenomenologi untuk menginterpretasikan pengalaman komunikasi antarbudaya. Dimulai dengan mengkaji perbedaan budaya di antara dua kelompok, kemudian dilihat perbedaan dalam perilaku komunikasinya. Dengan metode ini dapat dijelaskan perbedaan perilaku komunikasi sebagai implikasi dari perbedaan budaya, karena komunikasi pada hakekatnya adalah fungsi dari budaya. Dalam studi lebih lanjut, untuk melihat langsung perilaku komunikasi, dapat digunakan metode etnografi komunikasi. Dengan metode ini dapat dilihat kode-kode pembicaraan (speech codes) dari masing-masing kelompok. Dari situ kemudian dapat dijelaskan variabilitas budaya dari sisi komunikasi. 197

18 (3) Dalam dimensi praktis, dari studi ini ditemukan solusi atas masalah dalam relasi kemitraan. Sebagai pelaku usaha kemitraan, sering tidak disadari bahwa perbedaan budaya antara pengusaha besar dan petani kecil dapat berpengaruh pada perilaku komunikasi masing-masing, sehingga menyebabkan komunikasi di antara mereka tidak dapat mencapai tujuannya. Masalah yang muncul dalam pambangunan berbasis kemitraan adalah karena pihak yang menyampaikan ide-ide pembangunan tidak menyadari bahwa persoalan komunikasi di antara mereka sebagai akibat dari adanya perbedaan budaya. Solusi yang ditemukan dari studi adalah bahwa dengan menyadari adanya perbedaan tersebut, dapat dilakukan adaptasi pada tataran komunikasi dengan pilihan strategi yang sesuai dengan orientasi perusahaan. (4) Dalam dimensi sosial, dari studi dapat ditemukan ketrampilan komunikasi yang bisa dimiliki oleh pelaku usahatani lain dalam relasi kemitraan. Ketrampilan itu berupa penggunaan strategi adaptasi menuju langgengnya kemitraan. Para pelaku usaha kemitraan tidak hanya memandang cara yang efisien sebagai satu-satunya orientasi produksi, namun perlu menekankan pada efektivitas, meskipun suatu cara bisa dipandang tidak efisien. Dari temuan studi tampak bahwa ketrampilan ini dikembangkan oleh pihak perusahaan yang bekerja di lapangan, yaitu mereka yang langsung berhubungan dengan petani plasma. Artinya bukan sebagai hasil pelatihan yang resmi diberikan oleh perusahaan inti. Dalam kerangka ini, agar tidak menimbulkan kecemburuan karyawan bagian lain yang dengan patuh berpegang pada nilai-nilai industrial. Strategi ini kemudian menjadi policy perusahaan bagi karyawan lapangan yang berhubungan langsung dengan petani plasma. 198

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM PASCASARJANA PERBEDAAN BUDAYA DAN ADAPTASI ANTAR BUDAYA DALAM RELASI KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan implikasi logis dari nilai-nilai, asumsi-asumsi, aturan-aturan, dan kriteria yang menjadi bagian tak terpisahkan dari paradigma. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pelanggan dengan potensi profitable dengan membangun sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pelanggan dengan potensi profitable dengan membangun sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelanggan merupakan kunci keberhasilan bisnis. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan berbagai cara untuk membuat pelanggan meningkat dan tetap setia, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program pelatihan bahasa Inggris dengan menggunakan English native teacher

BAB I PENDAHULUAN. program pelatihan bahasa Inggris dengan menggunakan English native teacher BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang tidak bisa dihindarkan pada zaman ini, kompetensi bahasa Inggris merupakan salah satu aspek penting, baik dalam kehidupan personal maupun

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB III. Metodologi Penelitian BAB III Metodologi Penelitian 3. 1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih paradigma konstruktivisme sebagai landasan filosofis untuk memahami realitas sosial di masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

Perbedaan Budaya dan Adaptasi Antarbudaya dalam Relasi Kemitraan Inti-Plasma

Perbedaan Budaya dan Adaptasi Antarbudaya dalam Relasi Kemitraan Inti-Plasma Mc Ninik Sri Rejeki, Perbedaan Budaya dan..., 167-177 Perbedaan Budaya dan Adaptasi Antarbudaya dalam Relasi Kemitraan Inti-Plasma MC Ninik Sri Rejeki 1 Abstract: The difference of culture is a primary

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PENELITIAN (Strategi Penelitian) KUALITATIF

PENDEKATAN PENELITIAN (Strategi Penelitian) KUALITATIF PENDEKATAN PENELITIAN (Strategi Penelitian) KUALITATIF Adalah jenis-jenis rancangan penelitian yang menetapkan prosedur-prosedur khusus dalam penelitian Tugas individual Carilah penelitian kualitatif (bisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PARADIGMA PENELITIAN Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma menunjukkan apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga

Lebih terperinci

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Alternatif Pandangan Organisasi 2. Perkembangan Teori Dalam Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Hakikat tubuh menurut Merleau-Ponty: Berangkat dari tradisi fenomenologi, Maurice Merleau-Ponty mengonstruksi pandangan tubuh-subjek yang secara serius menggugat berbagai

Lebih terperinci

Pertemuan ke-3 TRADISI - TRADISI DALAM TEORI KOMUNIKASI

Pertemuan ke-3 TRADISI - TRADISI DALAM TEORI KOMUNIKASI Pertemuan ke-3 TRADISI - TRADISI DALAM TEORI KOMUNIKASI TRADISI dalam tataran kajian teori komunikasi adalah sudut pandang ilmuwan komunikasi dalam memandang suatu teori komunikasi. Tradisi ini ada juga

Lebih terperinci

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN Modul ke: 14Fakultas Dr. PSIKOLOGI SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN BAB XIII Metode Penelitian KUALITATIF Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Program Studi PSIKOLOGI Menurut Banister, dkk (1994) penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Manusia bukan suatu proses dimana adanya stimulus secara otomotis dan langsung menimbulkan tanggapan atau respon, tetapi antara stimulus yang diterima dan

Lebih terperinci

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Perguruan Tinggi pada umumnya berusia antara 18-24 tahun. Mahasiswa merupakan masa memasuki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian kualitatif melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi, kategori, dan deskripsi yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk fenomenologi (Mulyana, 2002). Fenomenologi merupakan istilah generik

Lebih terperinci

Budaya dan Komunikasi 1

Budaya dan Komunikasi 1 Kejujuran berarti integritas dalam segala hal. Kejujuran berarti keseluruhan, kesempurnaan berarti kebenaran dalam segala hal baik perkataan maupun perbuatan. -Orison Swett Marden 1 Memahami Budaya dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Basrowi, 2008: 21) mendefinisikan kualitatif sebagai prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. digunakan untuk dapat berhubungan dengan orang lain adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. digunakan untuk dapat berhubungan dengan orang lain adalah melalui BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1 Latar belakang Banyak kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia dan dijadikan trend bagi masyarakat Indonesia. Kebudayaan yang masuk pun datang dari barat dan timur dunia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut Deddy N. Hidayat dalam penjelasan ontologi paradigma kontruktivis, realitas merupakan konstruksi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL BAB II KERANGKA KONSEPTUAL II.1. Konstruktivisme sebagai Paradigma Penelitian Dalam Guba dan Lincoln (1994:107) dikemukakan bahwa paradigma adalah basic belief system atau sistem keyakinan dasar. Sistem

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

MANFAAT KEMITRAAN USAHA MANFAAT KEMITRAAN USAHA oleh: Anwar Sanusi PENYULUH PERTANIAN MADYA pada BAKORLUH (Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan Prov.NTB) Konsep Kemitraan adalah Kerjasama antara usaha

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku

Lebih terperinci

BUDAYA (Moeljono, 2003:16)

BUDAYA (Moeljono, 2003:16) BUDAYA ORGANISASI BUDAYA (Moeljono, 2003:16) Sebagai gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora, dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Konstruksi sosial yang dibangun oleh warga RW 11 Kampung Badran mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan berlangsung secara dialektis yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas dan sebagainya. mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas dan sebagainya. mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial atau makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Oleh karena itu, dalam proses interaksi sosial manusia, peristiwa komunikasi tidak pernah

Lebih terperinci

Tabitha Hart University of Washington, USA

Tabitha Hart University of Washington, USA Tabitha Hart University of Washington, USA Abstrak Mengetahui bagaimana cara terbaik untuk menilai dan mengevaluasi komunikasi yang berlangsung dalam seting pendidikan online dapat menjadi suatu tantangan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 39 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada komunitas Suku Duano dengan fokus pada perubahan lingkungan (sosiokultural dan ekologikal) dan aktivitas nafkah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya melalui belajar. Dari semua aspek belajar manusia, komunikasi merupakan aspek terpenting dan paling

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian/Pengkajian Akademis Objek penelitian adalah para konsultan pajak aktif pada organisasi KKP XYZ, dari pimpinan dengan segenap jajaran tim kerjanya, penugasanpenugasan

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: TEORI KOMUNIKASI Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Wilayah Analisis Penelitian ini dilakukan pada beberapa wilayah kajian analisis. Kajian utama yang dilakukan adalah mencoba melihat bagaimana respon pesantren terhadap berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK (KIMBIS) DI LAMONGAN

PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK (KIMBIS) DI LAMONGAN PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK (KIMBIS) DI LAMONGAN Oleh : Budi wardono Istiana Achmad nurul hadi Arfah elly BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana mengenai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang semakin mengarah pada kebijakan untuk menciptakan kawasan-kawasan terpadu sebagai cara

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain, maka dari itu manusia selalu berusaha berinteraksi dengan orang lain dan mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL Memahami Paradigma positivistik (fakta sosial) menganggap realitas itu sebagai sesuatu yang empiris atau benar-benar nyata dan dapat diobservasi. Dalam meneliti,

Lebih terperinci

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif Salah satu jenis pendekatan utama dalam sosiologi ialah interaksionisme simbolik. Interaksionisme simbolik memiliki perspektif dan orientasi metodologi tertentu. Seperti halnya pendekatan-pendekatan lain

Lebih terperinci

Paradigma dan Penyusunan Teori dalam penelitian kualitatif PERTEMUAN 3

Paradigma dan Penyusunan Teori dalam penelitian kualitatif PERTEMUAN 3 Paradigma dan Penyusunan Teori dalam penelitian kualitatif PERTEMUAN 3 3 Paradigma dan Penyusunan Teori dalam penelitian kualitatif Paradigma penelitian kualitatif Penyusunan teori dan persoalan generalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 Peserta Program Student Exchange Asal Jepang Tahun (In Bound) No. Tahun Universitas Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 Peserta Program Student Exchange Asal Jepang Tahun (In Bound) No. Tahun Universitas Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dan Jepang sudah lama menjadi mitra strategis dalam berbagai bidang perekonomian. Berdasarkan data yang diperoleh dari situs www.bppt.go.id kerjasama ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini mengacu pada bagaimana analisis pengaruh budaya organisasi, kompetensi karyawan dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. 2.1.1 Budaya Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang multikultural. Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa besar dan kecil, banyak suku bangsa dengan bahasa dan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri melainkan selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan makhluk sosial lainnya, untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang kaitannya sangat erat. Seseorang ketika berkomunikasi pasti akan dipengaruhi oleh budaya asalnya. Hal tersebut juga menunjukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Persepsi keluarga terhadap anak dengan ID Keluarga dapat memiliki persepsi yang benar maupun salah terhadap anak dengan ID, khususnya terkait dengan disabilitas

Lebih terperinci

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge -

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

ILMU KOMUNIKASI : KARAKTERISTIK DAN TRADISI PENDEKATAN TEORITIS

ILMU KOMUNIKASI : KARAKTERISTIK DAN TRADISI PENDEKATAN TEORITIS ILMU KOMUNIKASI : KARAKTERISTIK DAN TRADISI PENDEKATAN TEORITIS Disarikan dari buku Griffin (2006) dan Littlejohn & Foss (2008) Oleh : Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph.D Departemen Ilmu Komunikasi FISIP-UI

Lebih terperinci

ini. TEORI KONTEKSTUAL

ini. TEORI KONTEKSTUAL TEORI KOMUNIKASI DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau komunikator, message atau pesan dan receiver atau komunikan. Pesan ini mengalir melalui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi

Lebih terperinci

PERAN SERTA INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI

PERAN SERTA INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke: 10 Fakultas Ilmu Komunikasi PERAN SERTA INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Peran Serta Individu Dalam Organisasi 2. Peran Serta Kelompok Dalam Organisasi Dr. Inge

Lebih terperinci

Teori-Teori Penunjang dalam Penelitian Kualitatif

Teori-Teori Penunjang dalam Penelitian Kualitatif Teori-Teori Penunjang dalam Penelitian Kualitatif Fenomenologi Hermeneutik Interaksi Simbolik Etnometodologi Teori Budaya Tri Nugroho Adi,M.Si./MPK Kual. 1 FENOMENOLOGI Perspektif ini mengarahkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor penting yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor penting yang memengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan. Peran sumber daya manusia menjadi penting

Lebih terperinci

Oleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Universitas Brawijaya

Oleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Universitas Brawijaya Oleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Universitas Brawijaya untiludigdo@ub.ac.id; masunti@gmail.com Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi di Universitas Lampung, 24-26 Agustus 2016 Seperangkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Dalam penelitian ini, penulis menggunakan paradigma penelitian konstruktivisme. Aliran konstruktivisme menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Modal sosial adalah hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared

Lebih terperinci

Modul ke: TEORI KOMUNIKASI TEORI INTERPRETIF. Fakultas ILMU KOMUNIKASI SOFIA AUNUL, M.SI. Program Studi BROADCASTING.

Modul ke: TEORI KOMUNIKASI TEORI INTERPRETIF. Fakultas ILMU KOMUNIKASI SOFIA AUNUL, M.SI. Program Studi BROADCASTING. Modul ke: TEORI KOMUNIKASI TEORI INTERPRETIF Fakultas ILMU KOMUNIKASI SOFIA AUNUL, M.SI Program Studi BROADCASTING www.mercubuana.ac.id TEORI INTERPRETIF Teori intrepretif mengasumsikan bahwa makna dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Budaya Organisasi 1. Pengertian Budaya Organisasi Organisasi didefinisikan sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok individu (orang), yang saling berinteraksi menurut suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab ini penulis akan menguraikan tentang metode penelitian kualitatif, partisipan, lokasi penelitian, instrumen dan metode pengumpulan data sera teknik analisis data.

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya)

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai pemegang peran sentral dalam hal pengelolaan hutan. Peletakan masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai pemegang peran sentral dalam hal pengelolaan hutan. Peletakan masyarakat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pemberdayaan Masyarakat Konsep Perhutanan Sosial secara keseluruhan menempatkan posisi masyarakat sebagai pemegang peran sentral dalam hal pengelolaan hutan. Peletakan masyarakat

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan KODE UNIT : O.842340.003.01 JUDUL UNIT : Menjalin Hubungan yang Positif dengan Pemangku Kepentingan DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keterampilan, pengetahuan, dan Sikap kerja yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010). BAB II LANDASAN TEORITIS A. Happiness at Work 1. Definisi Happiness at Work Happiness at work dapat diidentifikasikan sebagai suatu pola pikir yang memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa dan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Kemitraan Dalam UU tentang Usaha Kecil Nomor 9 Tahun 1995, konsep kemitraan dirumuskan dalam pasal 26 sebagai berikut: 1. Usaha menengah dan besar melaksanakan hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perspektif Sosiologis Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan budaya adalah karakteristik khas dari komunikasi antar budaya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan budaya adalah karakteristik khas dari komunikasi antar budaya, hal ini BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Perbedaan budaya adalah karakteristik khas dari komunikasi antar budaya, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Samovar dkk. (1984:16), komunikasi antar

Lebih terperinci

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil studi yang dilakukan pada dua komunitas yaitu komunitas Suku Bajo Mola, dan Suku Bajo Mantigola, menunjukkan telah terjadi perubahan sosial, sebagai

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

Daftar lsi Singkat. Mengembangkan Komunikasi dalam Hubungan. Struktur dari Komunikasi Interpersonal. Sab8. Bab7. Bab1. Bab2. Bab9. Bab3.

Daftar lsi Singkat. Mengembangkan Komunikasi dalam Hubungan. Struktur dari Komunikasi Interpersonal. Sab8. Bab7. Bab1. Bab2. Bab9. Bab3. Daftar lsi Singkat Daftar lsi Pengantar Pendahuluan Struktur dari Komunikasi Interpersonal Bab1 Pembahasan Awal Mengenai Komunikasi Interpersonal v xi 11 Mengembangkan Komunikasi dalam Hubungan Bab7 Emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian.

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Bloom dan Lahey struktur bahasa adalah suatu sistem dimana unsur-unsur bahasa diatur dan dihubungkan satu dengan yang lain. Dalam menghubungkan unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola BAB I PENDAHULUAN To effectively communicate, we must realize that we are all different in the way we perceive the world and use this understanding as a guide to our communication with others. (Anthony

Lebih terperinci

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengidentifikasikan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menginterpretasikan makna (Wood, 2007:3). baik, contohnya adalah individu yang menyandang autisme.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menginterpretasikan makna (Wood, 2007:3). baik, contohnya adalah individu yang menyandang autisme. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan melakukan komunikasi. Komunikasi itu sendiri tentunya merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat terpisahkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya organisasi adalah penelitian oleh Kotter dan Heskett (1992) yang hasil

BAB I PENDAHULUAN. budaya organisasi adalah penelitian oleh Kotter dan Heskett (1992) yang hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya organisasional telah menjadi topik yang cukup populer belakangan ini dan menjadi salah satu aspek dalam organisasi yang memegang peranan penting dalam perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai mahluk sosial, adalah perilaku berkomunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, serta tuntutan terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang berbentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan metode kontak langsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptikal terhadap apa yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptikal terhadap apa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep berpikir kritis menjadi sebuah hal yang harus dimiliki oleh setiap individu agar mampu beradaptasi dengan lingkungan secara baik serta mampu mengembangkan diri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

Tujuan pembelajaran:

Tujuan pembelajaran: Tujuan pembelajaran: 1. Mengidentifikasi konsep-konsep teori manajemen dan memahami bagaimana konsep-konsep dapat membantu pemimpin dan manajer menjadi lebih baik 2. Mengelola olahraga, mendefinisikan

Lebih terperinci

TEORI INTERPRETIF. Modul ke: 14FIKOM FENOMENOLOGIS DAN KONTRUKTIVISME. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations

TEORI INTERPRETIF. Modul ke: 14FIKOM FENOMENOLOGIS DAN KONTRUKTIVISME. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations TEORI INTERPRETIF Modul ke: FENOMENOLOGIS DAN KONTRUKTIVISME Fakultas 14FIKOM Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations Fenomenologis Sebagai suatu gerakan dalam berpikir, fenomenologi (phenomenology)

Lebih terperinci