PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA"

Transkripsi

1 PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA Tugas Akhir di susun oleh Dwi Hermanto Kelompok C Drs. Tahajudin sudibyo JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011

2 PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA Tugas Akhir Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Semester Kuliah Pendidikan Pancasila di susun oleh Dwi Hermanto Kelompok C Drs. Tahajudin sudibyo JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011

3 ABSTRAK Pendidikan Di indonesia Memiliki kelemahan di bidang akademik sekarang pada masa Orde baru pendidikan hanya mementingkan Status atau Kualitas Sekolah yang lebih unggul di bandingkan dengan Kualitas Peserta didik yang harusnya lebih di utamakan. pendidikan budaya dan karakter bangsa memiliki makna sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga nilai-nilai dan karakter tersebut dapat tertanam di dalam diri mereka serta mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan pribadinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. 1. Latar Belakang Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa kini menjadi hal yang perlu di perhatikan karena banyaknya hal- hal yang dapat mempengaruhi penurunan dalam Kredibilitas Suatu Instansi Negara yang menangani hal tersebut, tidak hanya itu dapat menghambat kemajuan dalam Bidang Pendidikan, Kebudayaan, teknologi dan karakter bangsa itu sendiri. Persoalan yang dapat menimbulkan permasalahan Pendidikan budaya dan karakter Bangsa yang muncul di Masyarakat seperti Kekerasan, Pelecehan Seksual, Korupsi, Tindak Kriminal, Perkelahian Masa, Kehidupan Ekonomi Yang konsumtif, Kehidupan Politik yang tidak Produktif dan Sebagainya.. Berbagai hal Yang dapat pemerintah Upayakan untuk mengurangi permasalahan yang dapat menurunkan Kredibilitas Negara Dalam Hal Pendidikan Budaya dan karakter Bangsa antara lain diajukan Seperti peraturan, Undang- undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan Penerapan Hukum yang Lebih Kuat. Usaha lain yang telah di upayakan oleh pemerintah antara lain pendidikan. Yang dapat mengurangi masalah Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, pendidikan adalah salah satu alternatif yang besifat preventif karena pendidikan adalah aspek yang dapat membangun generasi bangsa yang lebih Baik dari generasi yang sebelumnya. Pendidikan di harapkan dapat mengembangkan Kualitas Generasi Muda Bangsa yang dapat mengurangi dan Memperkecil faktor berbagai masalah Pendidikan Budaya Dan karakter Bangsa. Pendidkan adalah faktor yang memiliki daya tahan dan dampak yang lebih kuat di dalam Masyarakat. Kepedulian masyarakat terhadap Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa telah menjadi kepedulian Pemerintah, Berbagai upaya telah dilakukan guna dapat meningkatkan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Di negara Kita ini. Bebagai Upaya untuk

4 mengembangkan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa telah di lakukan di berbagai Instansi Pemerintahan ataupun direktorat terutama di berbagai Unit kementrian pendidikan Nasional. Keinginan Masyarakat dan Kepedulian pemerintah mengenai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dan menjadi salah satu Program unggulan Pemerintah, pedoman sekolah ini adalah rancangan operasionalisasi kebijakan pemerintah dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. a. Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Memiliki makna sebagai pendidikan yang mengembangkan Nilai- nilai Budaya dan Karakter Bangsa pada diri Peserta didik sehingga nilai- nilai dan Karakter tersebut dapat tertanam di dalam diri mereka serta mengimplementasikan Nilai-nilai tersebut dalam pribadinya, sebagai Anggota masyarakat, dan Warganegara yang Religius, Nasional, Produktif dan Kreatif. Sehingga dapat memberikan aparesiasi kepada seluruh kalangan istitusi atapun lembaga- lembaga yang bersangkutan agar dapat memberikan hasil yang bisa membanggakan Negara dengan di dukungnya pendidikan dan Karakter bangsa yang Memadai. Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Budaya adalah keseluruhan sistem berpikir, nilai, norma, moral dan keyakinan (bilief) yang dihasilkan masyarakat. Karakter adalah tabiat, watak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari proses internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan, cara pandang, berpikir, dan bertindak. Jadi karakter dan budaya adalah sebuah sistem yang erat berkaitan antara produk dan sistem untuk mendapatkan produk budaya dan masyarakat. Karakter Bangsa adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengatur suatu tata letak atau susunan pemerintahan Bangsa yang di gunakan untuk memperjelas suatu pemikiran dan keadaan yang akan di gunakan dalam menjalankan pemerintahan tersebut.

5 Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pada dasarnya adalah Pengembangan Nilai- nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi Bangsa Indonesia, Agama, budaya, dan Nilai- nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan Nasional. 2. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat di simpulkan beberapa Masalah yang terdapat dalam Latar belakang tersebut antara lain : 1. Tingginya Harga Pendidikan Pada Zaman Sekarang 2. Kurangnnya Kesadaran dalam Pendidikan udaya dan Karakter Bangsa 3. Mahalnya Biaya Sekolah yang Memiliki Status RSBI dan SBI walaupun Sebenarnya tidak jauh Beda dengan Sekolah Reguler lainnya dalam segi kualitas, kuantitas dan Moralitas. 3. Pendekaatan a. Historis Pendidikan sebagai suatu proses berkesinambungan yang ada sejak manusia itu ada, memiliki suatu perkembangan yang dinamis sesuai dengan jiwa zaman (zeitgist) dalam suatu masa tertentu. Pendidikan mengikuti pola kehidupan masyarakat dan sistem kebudayaan yang melatarbelakanginya. Sehingga tidak jarang peralihan atau pergantian dari suatu sistem kekuasaan akan mengakibatkan pula perubahan substansi dalam bidang pendidikan. Dari zaman prasejarah, zaman kuno, zaman pertengahan sampai pada zaman modern pendidikan mengalami suatu perubahan secara dinamis sampai pada rezim orde baru di bawah kekuasaan Soeharto. Setelah Rezim orde baru mengalami keruntuhan pada tahun 1998 maka dimulaialah suatu zaman perubahan (Reformasi) yang tentu saja ikut merubah tatanan sistem pendidikan di Indonesia. Ketidakteraturan politik, ekonomi, sosial dan budaya Indonesia pada saat itu hingga sekarang mengalami perubahan perubahan secara signifikan. Seiring dengan hal tersebut, pendidikan juga tidak terlepas dari dampak perubahan politik. Untuk mengkaji dan mengidentifikasi permasalahan tersebut, maka kami mencoba memaparkan hasil tinjauan pustaka mengenai perkembangan pendidikan pada jaman reformasi hingga sekarang.

6 b. Sosiologis Menurut Nasution (1999:2-4) sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga pendidikan dapat dijadikan instrument oleh individu untuk dapat berintraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada sisi yang lain, sosiologi pendidikan akan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakatnya. Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan bentuk lain dari pola budaya yang dibentuk oleh suatu masyarakat. Pendidikan tugasnya tentu saja memberi penjelasan mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena tersebut merupakan sesuatu yang harus terjadi, dan bagaimana mengatasi segala implikasi yang bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut, sekaligus memelihara implikasi dari berbagai fenomena yang ada. c. Yuridis Pendekatan Yuridis Perkuliahan Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi tertuang dalam undang- undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila. Dalam SK Dikti No.43/Dkti/Kep/2006, dijelaskan Bahwa Misi pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memantapkan kepribadian mahasiswa agaar secara konsisten mampu mewujudkan nillai- nilai dasar pancasila.rasa Kebangsaan Cinta tanah air dalam menguasai dan mengembangkan Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Jadi sesua dengan SK Dikti No.43/Dikti/kep/2006 tersebut maka secara material melalui pendidikan kewarganegaraan maka materi pancasila bahkan filsafat pancasila adalah wajib diberikan di pendidikan tinggi, dan secara eksplisit terdapat dalam rambu- rambu pendidikan kepribadian.

7 4. Pembahasan Menurut, Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si Selasa, 21 Juni :01 Runtuhnya Karakter Bangsa dan Urgensi Pendidikan Pancasila (2 Habis) Selain terus terjadinya pergeseran kebijakan pendidikan Pancasila dari masa ke masa, persoalan lain yang tidak kalah pentingnya dalam menyumbang menurunnya karakter bangsa adalah kebijakan mengenai sekolah-sekolah unggulan, seperti RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional), SBI (Sekolah Bertaraf Internasional), program akselerasi, sekolah favorit dan sebagainya. Sebagaimana saya tulis beberapa kali sebelumnya, terdapat kesalahan konsep yang sangat mendasar tentang kebijakan SBI atau RSBI. Saya tidak tahu dari mana kesalahan pemahaman mulai terjadi. Tetapi akibat dari kesalahan itu sangat fatal. Status RSBI sejatinya hanya pencitraan publik dan melegitimasi penarikan beaya yang besar dari masyarakat. Sebagaimana diketahui, kebijakan mengenai RSBI dan SBI berawal dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 50 ayat 3 yang menyatakan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurangkurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Tampaknya, kata bertaraf internasional menjadi kata kunci yang disalahartikan. Dengan hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar, sekolah sudah menyebut dirinya sebagai sekolah internasional atau bertaraf internasional. Bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa internasional memang jelas. Tetapi menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pengajaran dan karena itu berstatus RSBI tentu tidak tepat. Internasionalisasi sekolah atau menjadikan sekolah go international mestinya meliputi semua komponen, mulai sistem pendidikan, kurikulum, dan kualitasnya yang internasional. Lagi pula tidak perlu semua sekolah diarahkan menjadi SBI atau RSBI. Kenyataannya di lapangan kelas SBI atau RSBI sama saja dengan kelas-kelas reguler. Banyak guru yang belum siap mengajar di kelas internasional dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Yang jelas perbedaannya adalah sekolah dengan status RSBI memungut beaya jauh lebih tinggi daripada sekolah biasa dengan alasan untuk membiayai program mandiri seperti kunjungan ke sekolah mitra di luar negeri, program pertukaran siswa di luar negeri, dan mengikuti ujian bersertifikat internasional seperti Cambridge di mana setiap mata

8 pelajaran siswa dipungut beaya sekitar Rp. 1 juta. Karena itu, beaya yang diperlukan untuk mengikuti sertifikat internasional ya tinggal menghitung berapa mata pelajaran yang diambil. Beberapa sekolah berstatus RSBI memungut siswa rata-rata Rp. 25 juta. Beaya itu terlalu mahal untuk ukuran masyarakat Indonesia. Memang ada yang mampu membayar beaya sebesar itu, tetapi jumlahnya tidak banyak. Karena itu, tanpa disadari praktik pendidikan semacam itu melahirkan kelas ekslusif yang hanya bisa dinikmati oleh hanya segelintir orang. Banyak sekolah yang tadinya baik dan menjadi kebanggaan masyarakat kemudian setelah berubah menjadi sekolah RSBI sulit diakses oleh masyarakat luas, terutama yang tidak mampu secara ekonomis. Padahal, pendidikan adalah hajat hidup semua anggota masyarakat, bukan oleh sekelompok orang saja. Pendidikan adalah hak setiap warga negara dan merupakan kebutuhan sangat mendasar setiap warga negara. Karena itu, adalah kewajiban pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada semua warga negara memperoleh pendidikan yang layak. Pendidikan bukan monopoli anggota masyarakat yang berduit. Ada gejala program internasionalisasi pendidikan di sekolah-sekolah kita berpotensi melahirkan ketidakadilan memperoleh pendidikan. Kalaupun sekarang ada kebijakan subsidi silang di RSBI untuk menutupi beaya operasional bagi siswa yang tidak mampu sebanyak 20% dari keseluruhan siswa, maka artinya yang 80% hanya akan diisi oleh siswa yang mampu saja. Di sini terjadi praktik liberalisasi pendidikan dari sekolah publik yang tadinya sekolah unggulan menjadi sekolah mahal dan elitis berpayung RSBI. Jika di sekolah siswa sudah hidup dalam praktik pendidikan elitis, maka wajar jika sudah lulus dan menjadi anggota masyarakat sikap mereka juga elitis. Mereka tidak mau berinteraksi dengan anggota masyarakat yang lain dan tidak merasa perlu, karena kebutuhannya sudah terpenuhi. Padahal, pendidikan bukan sekadar praktik pengajaran (mengajarkan ilmu ke anak didik) dari tidak tahu menjadi tahu, melainkan pula proses pembangunan watak anak didik dari yang tidak berbudaya menjadi orang yang berbudi pekerti luhur. Persoalan mendasar bagi dunia pendidikan diindonesia adalah masalah mutu atau kualitas dan pemerataan. Faktor utama paling utama yang menentukan mutu tidaknya pendidikan adalah pendidik atau guru. Di tangan guru yang berkualitas, saya sangat yakin akan lahir anak didik yang berkualitas. Sebaliknya, jika guru tidak berkualitas, maka program apapun yang dikembangkan sekolah tidak akan banyak berdampak. Karena itu, untuk meningkatkan

9 mutu, guru harus menjadi prioritas program pendidikan, bukan menginternasionalisasikan sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan kualitas pendidik sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah dengan lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Lewat undang-undang tersebut, hak dan kewajiban guru diuraikan dengan jelas. Salah satu program untuk mengimplementasikan undang-undang tersebut adalah program sertifikasi guru yang saat ini sedang berjalan. Sayang program ini juga dirasa tidak banyak berdampak untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Mulai proses sertifikasi, penilaiannya hingga pasca-sertifikasi tidak direncanakan dengan baik. Semuanya hanya formalitas. Bahkan setelah lulus sertifikasi, guru kembali lagi ke kondisi sebelumnya. Kedisplinan kurang, jam wajib mengajar tidak dipenuhi, semangat untuk meningkatkan ilmu terkait dengan bidang studinya juga tidak sebagaimana diharapkan. Malah ada guru yang sudah lulus sertifikasi membagi jam wajib mengajarnya dengan guru honorer dan memberinya imbalan dari tunjangan yang diperoleh. Jika kondisi semacam ini terus berlangsung, maka betapa tragisnya dunia pendidikan kita. Padahal, akibat kebijakan tersebut, pemerintah mengeluarkan dana dalam jumlah yang sangat besar, karena sesuai undang-undang setiap guru yang sudah lulus sertifikasi akan memperoleh tunjangan sebesar satu kali gaji pokok. Harapan pemerintah adalah dengan gaji yang memadai, guru akan bisa bekerja penuh konsentrasi. Tidak ada lagi guru yang melakukan pekerjaan sambilan di luar mengajar. Sebagai profesi, maka guru harus memperoleh penghasilan yang layak. Nafas undang-undang sudah sangat baik. Tetapi implementasi di lapangan menyimpang dari tujuan semula. Perubahan yang nyata yang bisa kita saksikan hanyalah semua guru yang disertifikasi sudah berkualifikasi pendidikan S1. Di sini pun juga ada persoalan. Sebab, tidak sedikit guru yang mengejar pendidikan S1 lewat program pendidikan asal-asalan. Kuliah di kantor-kantor pada hari Sabtu Minggu, dua tahun sudah lulus sarjana asal bayar sejumlah uang, skripsi sebagai karya ilmiah akhir dibuatkan. Para guru mengejar pendidikan S1 hanya untuk memenuhi syarat agar bisa ikut sertifikasi, bukan untuk meningkatkan kompetensi keilmuannya. Untuk memenuhi undang-undang guru dan dosen, pemerintah mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Dalam perhitungan kasar, jika semua guru sudah lulus sertifikasi pada tahun 2015, beaya yang dikeluarkan pemerintah untuk tunjangan sertifikasi mencapai Rp. 200 trilyun lebih. Beaya sebesar itu sebenarnya cukup untuk membangun pendidikan yang berkualitas, asal dengan perencanaan yang sangat baik dan dikelola oleh orang-orang yang bertanggung

10 jawab. Kebijakan pemerintah dengan mengembangkan sekolah-sekolah unggulan seperti diurakan di atas perlu segera dievaluasi. Sungguh sebuah ironi jika memudarnya karakter bangsa sebagaimana kita rasakan akhir-akhir ini justru berawal dari praktik pendidikan yang mestinya menjadi lokomotif pembangunan manusia unggul, tidak hanya secara akademik, tetapi juga moral dan nilai-nilai luhur bangsa. Diakui bahwa era globalisasi sekarang ini memang menuntut kualitas unggul, mandiri, dan inovatif. Tetapi tidak berarti pendidikan karakter dan penanaman nilai ditinggalkan. Bangsa besar bukan sekadar maju secara teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi juga yang berkarakter dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang telah ada. Sekolah unggul juga bukan sekadar berlabel internasional dan ekslusif dengan segudang prestasi akademik, tetapi juga berkarakter. Ini bisa dicapai jika pendidikan dijalankan dengan landasan falsafah hidup bangsa secara jernih. Berbagai gejala sosial sebagaimana digambarkan pada awal tulisan sebelumnya tampaknya tidak lepas dari kebijakan dan praktik pendidikan yang berlangsung beberapa kurun waktu terakhir. Karena itu, saya mengajak semua pihak yang terpanggil untuk membenahi pendidikan kita merenung dan memberikan masukan ke pemerintah demi terwujudnya pendidikan yang kita harapkan. Masih sangat banyak pekerjaan rumah yang harus kita lakukan untuk membenahi pendidikan kita. 5. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Pendidikan pada zaman reformasi mengalami suatu perkembangan yang pada dasarnya lebih maju daripada pendidikan pada zaman orde baru. Pendidikan pada zaman reformasi mengutamakan pada perkembangan peserta didik yang lebih terfokus pada pengelolaan masing masing daerah (otonomi pendidikan). Dalam hal tenaga kependidikan diberlakukan suatu kualifikasi profesional untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Sedangkan sarana dan prasarana juga sudah mengalami suatu peningkatan yang baik. Namun daripada hal tersebut pendidikan yang ada di Indonesia masih belum mengalami suatu pemerataan. Ini terlihat dari adanya beberapa sekolah sekolah terutama di daerah pedalaman masih terdapat keterbatasan dalam berbagai aspek penyelenggaraannya. Dinamika sosial politik Indonesia yang juga berdampak pada perubahan kurikulum

11 merupakan suatu bentuk penyempurnaan dalam bidang pendidikan untuk meningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Saran Pendidikan Di Negara Indonesia kurang Berkembang sebab adanya Perbedaan Status Antara sekolah yang satu dengan yang lain di karenakan adanya sistem akreditasi yang membedakan antara sekolah reguler dan RSBI ataupun SBI, karena semua itu hanya di jadikan Sebagai patokan Beban Biaya yang akan di pungut sekolah tersebut. Sekolah SBI ataupun RSBI tidak ada bedanya terhadap sekolah- sekolah Reguler lainnya. Semua itu hanya di jadikan ajang Gengsi Para Masyarakat kalangan Atas yang lebih mampu. Kemampuan Siswa juga sangat berperan namun kenyataannya semua siswa RSBI ataupun SBI memiliki kesamaan Kemampuan dalam bidang Akademik. Jadi saya berharap mohon di pertimbangkan adanya Akreditasi SBI maupun RSBI dengan Sekolah yang Reguler Biasa. 6. Referensi Badan Standar Nasional Pendidikan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: PSNP Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Pengajaran Bahasa Inggris di RSBI, Efektifkah? Written by Mudjia Rahardjo Friday, 15 November :44 -

Pengajaran Bahasa Inggris di RSBI, Efektifkah? Written by Mudjia Rahardjo Friday, 15 November :44 - Konferensi Internasional bertema Language, Education, and Millenium Development Goals (MDGs) pada 11 November 2010 di Bangkok, Thailand menyimpulkan bahwa penggunaan bahasa asing di sekolah-sekolah di

Lebih terperinci

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia yang diresmikan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Modul ke: 02Fakultas MANAJEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Program Studi EKONOMI Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1.Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan khususnya di Indonesia, selalu mengalami penyempurnaan yang pada dasarnya menghasilkan suatu hasil pendidikan yang berkualitas. Berbagai

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BADAN PENJAMINAN MUTU (BAJAMTU) UNIVERSITAS GUNADARMA 2017 Deskripsi Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU Oleh : Dwi Yunanto Abstrak Pendidikan di Indonesia pada umumnya di artikan sebagai sebuah proses untuk memanusiakan manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA YOGYAKARTA 2015 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

S1 Akuntansi. Visi. Misi

S1 Akuntansi. Visi. Misi PAGE 1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI S1 Akuntansi Visi Menuju program studi tingkat sarjana yang berstandar internasional dengan tetap memperhatikan nilai-nilai lokal dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, terjadi perkembangan dan persaingan yang sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, 2010:10) teknologi

Lebih terperinci

S1 Manajemen. Visi. Misi

S1 Manajemen. Visi. Misi PAGE 1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI S1 Manajemen Visi Menuju Program Studi Sarjana yang berstandar internasional dengan tetap memperhatikan nilai-nilai lokal dalam mengembangkan ilmu

Lebih terperinci

No Profil Lulusan Deskripsi Profil

No Profil Lulusan Deskripsi Profil III. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN EKONOMI A. Identitas Program Studi 1. NamaProgram Studi : Pendidikan Ekonomi 2. Izin Pendirian : 252/DIKTI/Kep/1996 3. Status Akreditasi : B 4. Visi : Terwujudnya Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Perjalanan sejarah hidup umat manusia tidak terlepas dari proses pendidikan yang menjadi salah satu kebutuhan dari setiap manusia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister a. Profil Lulusan Profil utama lulusan Program Magister Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

CAPAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

CAPAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR CAPAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR I. PROGRAM STUDI PGSD JENJANG SARJANA (S1) A. PROFIL Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD-Primary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LANDASAN KONSEPTUAL Definisi Umum: SBI adalah sekolah/madrasah yang

Lebih terperinci

disusun oleh Mirsa Ferriawan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Kelompok D Dosen : Drs.

disusun oleh Mirsa Ferriawan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Kelompok D Dosen : Drs. disusun oleh Mirsa Ferriawan 11.11.5112 Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Kelompok D Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN. Syahlan A. Sume. Modul ke: Fakultas FEB

KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN. Syahlan A. Sume. Modul ke: Fakultas FEB KEWARGANEGARAAN Modul ke: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id DESKRIPSI MATA KULIAH Matakuliah

Lebih terperinci

DORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS TESIS

DORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS TESIS 0 DORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS Studi Etnografi di SD Negeri Batursari 1 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dan rakyat Indonesia dewasa ini tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan. Pendidikan karakter yang diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, peneliti akan membahas tentang: 1) latar belakang; 2) fokus penelitian; 3) rumusan masalah; 4) tujuan penelitian; 5) manfaat penelitian; dan 6) penegasan istilah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ISLAM DAN SISDIKNAS

PENDIDIKAN ISLAM DAN SISDIKNAS PENDIDIKAN ISLAM DAN SISDIKNAS Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Rabu, 13 Mei 2015 1 PENDAHULUAN Indonesia juga memiliki concern yang tinggi terhadap sektor pendidikan, di samping sektorsektor

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. Menurut Mulyasa (2013:2), perubahan itu menyangkut perubahan masyarakat

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LATAR BELAKANG PROGRAM SBI 1. Pada tahun 90-an, banyak sekolah-sekolah yang

Lebih terperinci

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR ASOSIASI DOSEN PGSD INDONESIA KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya rumusan capaian pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan terwujudnya pendidikan nasional yang berkualitas tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk memahami lebih jauh mengenai pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang masih dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini pembelajaran terhadap bahasa asing tidak hanya bahasa Inggris tetapi bahasa Jepang pun sudah diperkenalkan dikalangan siswa SMA di Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan Bangsa Indonesia, yaitu berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengusahakan untuk mencerdaskan kehidupan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi diri mereka namun, banyak anak mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan selama

Lebih terperinci

AKTUALISASI NILAI PANCASILA

AKTUALISASI NILAI PANCASILA PANCASILA Modul ke: 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis AKTUALISASI NILAI PANCASILA Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Aktualisasi Nilai Pancasila Pancasila sering mengalami berbagai deviasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terus menjadi topik yang sering diperbicangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM

UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Kode/No. : STD/SPMI-UIB/01.01 Tanggal : 1 September Revisi : 2 Halaman : 1 dari 8 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM Proses

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah menghimbau beberapa sekolah (melalui asesor akreditasi, monitoring dan evaluasi serta kunjungan pengawas) termasuk sekolah di tempat peneliti bekerja

Lebih terperinci

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) LATAR BELAKANG PROGRAM SBI 1. Pada tahun 90-an, banyak sekolah-sekolah yang didirikan oleh suatu yayasan dengan menggunakan identitas internasional tetapi

Lebih terperinci

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan perwujudan dari sarana untuk mengembangkan dan meningkatkan proses pembangunan nasional, tentunya pendidikan tersebut harus ditunjang dengan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah dalam mengatasi dekadensi moral. Dekadensi moral terjadi di kalangan pelajar, berupa meningkatnya

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA DALAM PENDIDIKAN. Tahajudin S, Drs. : Agfa ikromullah khan NIM : Kelompok : D Jurusan : Teknik Informatika

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA DALAM PENDIDIKAN. Tahajudin S, Drs. : Agfa ikromullah khan NIM : Kelompok : D Jurusan : Teknik Informatika TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA DALAM PENDIDIKAN Tahajudin S, Drs DI SUSUN OLEH : Nama : Agfa ikromullah khan NIM : 11.11.4935 Kelompok : D Jurusan : Teknik Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 1 2011-2012

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER RENCANA STRATEGIS 2012-2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JEMBER 2012 RENSTRA PS PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan lahir dan batin. Untuk itu masalah pendidikan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME A. Pengantar Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 Tulisan pada artikel ini akan menyajikan persoalan peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BUKU KEBIJAKAN MUTU SPMI UMN AW BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BUKU KEBIJAKAN MUTU SPMI UMN AW BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL i ii BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH Kode Dokumen : KM/UMNAw/LPM/01/01-01 Revisi : 02 Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

PERATURAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 62 TAHUN 2015

PERATURAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 62 TAHUN 2015 PERATURAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN PEMBINAAN KARAKTER BERBASIS RELIGI(PKBR) BAGI MAHASISWA BARU DI FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin perkembangan serta kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (Septikasari, 2009).

mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (Septikasari, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejatinya bukan hanya sekedar proses transfer pengetahuan saja, atau melainkan juga mengembangkan aspek intelektual, tapi juga merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Suroso Prawiroharjo sebagaimana dikutip Raka Joni (1984 : 5), salah

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Suroso Prawiroharjo sebagaimana dikutip Raka Joni (1984 : 5), salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mulai dilaksanakan sejak manusia berada di muka bumi, adanya pendidikan sudah setua dengan adanya kehidupan manusia itu sendiri. Menurut pendapat

Lebih terperinci

BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN

BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN I. PENDAHULUAN Mengawali proses pelaksanaan pembangunan pendidikan pasca penetapan Undang-Undang Sistim

Lebih terperinci

ANALISA MODEL PEMBELAJARAN DAN PERAN PENDIDIKAN PANCASILA DIKALANGAN MAHASISWA

ANALISA MODEL PEMBELAJARAN DAN PERAN PENDIDIKAN PANCASILA DIKALANGAN MAHASISWA ANALISA MODEL PEMBELAJARAN DAN PERAN PENDIDIKAN PANCASILA DIKALANGAN MAHASISWA Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila Dosen Pengampu : DR. Abidarin Rosyidi, MMa Oleh : SIGIT PRIYANDAE 11.11.5416 Kelompok E

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

BUKU SAKU PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR

BUKU SAKU PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR BUKU SAKU PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunianya, Buku Saku Pegawai Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

A. Identitas Program Studi

A. Identitas Program Studi II. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA A. Identitas Program Studi 1. NamaProgram Studi : Pendidikan Teknik Informatika 2. Izin Pendirian : 163/DIKTI/Kep/2007 3. Status Akreditasi : B 4. Visi

Lebih terperinci

STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SM SPMI Hal : 1/12 1 Judul STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK-SPMI SM 01 SUMEDANG 2016 SM SPMI Hal : 2/12 2 Lembar Pengendalian STANDAR

Lebih terperinci

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri untuk berbagi pengalaman Oleh: Mardiyana Disampaikan pada Seminar Nasional Di FKIP UNS Surakarta, 26 Februari 2011 Landasan

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bukan hanya dalam menghadapi dampak tranformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan pun dan di manapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah terus berupaya memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Sejalan dengan itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas pendidikannya. Contohnya adalah Finlandia, negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas pendidikannya. Contohnya adalah Finlandia, negara dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas gurunya, bukan hanya besarnya dana pendidikan dan hebatnya fasilitas. Jika guru berkualitas baik, baik pula kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya efisiensinya berarti rendah.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya efisiensinya berarti rendah. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU YANG MELELAHKAN

SERTIFIKASI GURU YANG MELELAHKAN SERTIFIKASI GURU YANG MELELAHKAN Senang rasanya karena mendapatkan panggilan untuk mengikuti sertifikasi guru. Namun, perasaan senang itu hanya sebentar. Betapa tidak, ketika kami dipanggil untuk mengikuti

Lebih terperinci

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 Oleh I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan yang paling pokok dalam menentukan kemajuan dan

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pada Modul ini kita akan mempelajari tentang arti penting serta manfaat pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai pihak dan pendekatan. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai pihak dan pendekatan. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak dan pendekatan. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran betapa pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi pahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. www.kangmartho.c om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I STANDAR PENDIDIKAN STANDAR 1 : STANDAR KOMPETENSI LULUSAN NO. KATEGORI ISI 1. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran

BAB I STANDAR PENDIDIKAN STANDAR 1 : STANDAR KOMPETENSI LULUSAN NO. KATEGORI ISI 1. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran BAB I STANDAR PENDIDIKAN STANDAR 1 : STANDAR KOMPETENSI LULUSAN 1. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Visi Menjadi institusi perguruan tinggi ilmu pelayaran yang berkelas dunia dan terdepan

Lebih terperinci