BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. Kecamatan Mandai Kabupaten Maros. Jarak Desa Bontomate ne ke ibukota

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. Kecamatan Mandai Kabupaten Maros. Jarak Desa Bontomate ne ke ibukota"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis Desa Bontomate ne merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Mandai Kabupaten Maros. Jarak Desa Bontomate ne ke ibukota Kecamatan Mandai sejauh 3 Km dengan waktu tempuh 10 menit, jarak ke ibukota Kabupaten Maros 5 Km dengan waktu tempuh 15 menit, sedangkan jarak ke ibukota Propinsi sejauh 26 Km, dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam. Secara administratif, Desa Bontomate ne terbagi atas 4 Dusun, 19 Rukun Tetangga (RT), dengan batasbatas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kelurahan Adatongeng Kecamatan Turikale Sebelah Timur : Desa Allere Kecamatan Tanralili Sebelah Barat : Kelurahan Taroada Kecamatan Turikale Sebelah Selatan : Desa Tenrigangkae Kecamatan Mandai Desa Bontomate ne memiliki luas wilayah kurang lebih 1231 Ha. Keadaan topografi wilayah pada umumnya datar dengan ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Secara fisik wilayah Desa Bonto Mate ne terbagi atas 4 bagian yaitu : (1) pemukiman (2) kolam ikan (3) persawahan (4) perkebunan. Khusus persawahan, keseluruhan berlahan sawah tadah hujan seluas 331,40 Ha.

2 Untuk lebih terperinci tentang luas lahan Desa Bonto Mate ne dan penggunaannya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Luas lahan dan Penggunaannya di Desa Bontomate ne Kecamatan Mandai Kabupaten Maros Tahun No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Sawah tadah hujan Tegalan Perkebunan Pekarangan Hutan Rakyat Tambak Kolam Pemukiman Penduduk Perkantoran Sekolah Perdagangan Tempat Ibadah Kuburan Jalan Fasilitas Olah Raga Lainlain 331, ,80 0, , ,36 2,5 1,25 0,5 0,34 26,92 29,73 1,13 4,14 2,51 0,22 0,06 34,12 0,12 0,16 0,57 0,03 0,20 0,10 0,04 0,03 Jumlah Sumber : Kantor Desa Bonto Mate ne Tahun 2005 Berdasarkan data pada tabel 1, penggunaan lahan di Desa Bonto Mate ne khususnya pada sawah tadah hujan seluas 331,40. Lahan pertanian dengan sistem sawah tadah hujan, artinya lahan tersebut hanya dapat diolah dan ditanami dengan mengharapkan datangnya air hujan. Dan pada musim kemarau sawah disekitar rumah saja yang ditanami sayursayuran, dengan alasan pemiliknya dapat menyirami tanaman tersebut bila dekat dari rumah. Pada sektor lahan kering yaitu tegalan seluas 366 Ha atau 29,73 %,

3 perkebunan 14 Ha atau 1,13 %, Pekarangan 51 Ha atau 4,14 %, dan hutan rakyat 31 Ha atau 2,51 %. Penggunaan lahan untuk tambak 2,80 Ha atau 0,22 %, Kolam 0,75 Ha atau 0,06 %, sedang bagi pemukiman penduduk seluas 420 Ha atau 34,12 % yang terdiri dari pemukiman penduduk umum dan pemukiman/perumahan KPRBTN, perkantoran 1,53 Ha atau 0,12 %, sekolah 2 Ha atau 0,6 %, perdagangan 7 Ha atau 0,57 %, dan untuk fasilitas ibadah 0,36 Ha atau 0,03 % yang telah dibanguni Mesjid sebanyak 9 buah, kuburan 2,5 Ha atau 0,20 %, fasilitas umum antara lain jalan seluas 1,25 Ha atau 0,10 %, untuk fasilitas olah raga seluas 0,5 Ha atau 0,04 % yang dibuat untuk lapangan sepakbola, serta fasilitas lain seluas 0,34 Ha atau 0,03 %. 2. Keadaan Demografi a. Jumlah Penduduk Penduduk Desa Bonto Mate ne berjumlah 4949 jiwa yang terdiri dari 1036 kepala keluarga (KK). Penduduk Desa Bonto Mate ne lebih didominasi oleh perempuan. Dari 4949 jiwa penduduk 2459 jiwa merupakan penduduk yang berjenis kelamin lakilaki dan 2490 jiwa adalah penduduk yang berjenis kelamin perempuan, yang terdiri dari berbagai kelompok umur. Untuk lebih mengetahui komposisi penduduk Desa Bonto Mate ne menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

4 Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin didesa Bonto Mate ne Kecamatan Mandai Kabupaten Maros Tahun 2005 No. Golongan Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki laki Perempuan Jumlah Persentase (%) ,8 22,5 21,2 18,33 11,6 8,53 3,4 2,8 Jumlah Sumber : Kantor Desa Bonto Mate ne Tahun 2005 Berdasarkan data pada tabel 2, penduduk Desa Bonto Mate ne lebih didominasi oleh penduduk usia produktif (1554 tahun) sebanyak 2931 jiwa atau sebesar 59,22 %. Dari jumlah usia produktif tersebut 1474 jiwa adalah perempuan atau sebesar 50,29%. Data ini menunjukkan bahwa tenaga kerja perempuan di Desa Bonto Mate ne cukup potensial dari segi kuantitas. b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian Secara umum penduduk Desa Bonto Mate ne bermata pencaharian disamping sektor pertanian juga bergerak disektor non pertanian. Untuk lebih mengetahui komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

5 Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di DesaBonto Mate ne Kecamatan Mandai Kabupaten Maros Tahun 2005 Persentase No. Jenis Pekerjaan Jumlah (%) Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya ,79 4,53 15,28 23,98 9,06 6,36 Jumlah Sumber : Kantor Desa Bonto Mate ne Tahun 2005 Berdasarkan pada tabel 3, mayoritas penduduk Desa Bonto Mate ne bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 558 jiwa atau sebesar 40,79 %. Dari jumlah dimaksud merupakan pemilik lahan pertanian dan juga buruh tani penggarap lahan pertanian orang lain. Sedangkan untuk yang bermata pencaharian disektor non pertanian terdiri dari Industri pengolahan sebanyak 62 jiwa atau sebesar 4,53 %, perdagangan sebanyak 209 jiwa atau sebesar 15,28 %, Sedangkan untuk yang bermata pencaharian di sektor Jasa sebanyak 328 jiwa atau sebesar 23,98 %, Angkutan sebanyak 124 jiwa atau sebesar 9,06 %, dan bermata pencaharian pada lapangan usaha lainnya sebanyak 87 Jiwa atau sebesar 6,36 %. Bila data ini kita bandingkan dengan data jumlah penduduk usia produktif, maka masih ada sekitar 1563 jiwa yang belum atau tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena kebanyakan dari mereka merupakan kelompok usia sekolah.

6 c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terutama dalam rangka persiapan ke dunia kerja, selain itu tingkat pendidikan juga sangat mempengaruhi pola pikir dari suatu masyarakat. Dari 4949 jiwa jumlah penduduk Desa Bonto Mate ne, sebanyak 3394 jiwa atau sebesar 68,58 % dikategorikan sudah dan pernah mengenyam dunia pendidikan dari tingkatan pendidikan yang berbedabeda. Untuk mengetahui komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikandi Desa Bonto Mate ne Kecamatan Mandai Kabupaten MarosTahun 2005 No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) Tidak tamat SD SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Jumlah Sumber: Kantor Desa Bonto Mete ne Tahun ,17 32,53 14,61 18,21 3,48 Berdasarkan pada tabel 4, penduduk dengan tingkat pendidikan SD lebih mendominasi dengan jumlah 1104 jiwa atau sebesar 32,53 %, diikuti dengan tidak tamat SD sebanyak 1058 jiwa atau sebesar 31,17 %, SLTA sebanyak 618 Jiwa atau sebesar 18,21 %, SLTP sebanyak 496 Jiwa atau sebesar 14,61%, dan Perguruan Tinggi sebanyak 118 atau sebesar 3,48 %. Dari data ini dapat dikatakan bahwa penduduk Desa Bonto Mate ne memiliki tingkat pendidikan yang masih relatif rendah, sehingga membuat masyarakat

7 lebih banyak bergerak dalam sektor pertanian. Rendahnya tingkat pendidikan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah membuat mereka lebih senang bekerja dari pada melanjutkan sekolah, dan masih ada yang beranggapan bahwa anak perempuan tidak perlu memiliki tingkat pendidikan yang tinggi serta sarana dan prasara pendidikan masih kurang. Untuk mengetahui keadaan sarana pendidikan yang ada di Desa Bonto Mate ne dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Jumlah Prasarana Pendidikan di Desa Bonto Mate ne Kecamatan Mandai Kabupaten Maros Tahun 2005 No Jenis Prasarana Pendidikan TK SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Jumlah Jumlah Pengajar Jumlah 4 34 Sumber : Kantor Desa Bonto Mate ne Tahun 2005 Berdasarkan data pada tabel 5, sarana pendidikan yang ada di Desa Bonto Mate ne sangat minim sekali, yaitu 1 Taman Kanakkanak (TK) dengan 3 orang guru, 2 Sekolah Dasar (SD) dengan 19 orang guru serta 1 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dengan 12 Orang guru. Prasarana pendidikan yang kurang mendukung ini secara langsung kurang mendukung peningkatan kualitas pendidikan masyarakat terutama dalam menunjang program wajib belajar 9 tahun.

8 3. Kondisi Sosial Budaya a. Agama Penduduk Desa Bonto Mate ne mayoritas beragama Islam dan taat dalam menjalankan perintah agama. Hal ini tergambar dari kehidupan seharihari mereka yang Islami. Penduduk Desa ini melaksanakan kegiatan pengajian di Mesjid secara rutin sekali setiap bulan. Anakanak remaja di Desa Bontomate ne juga mengadakan kelompok Remaja Mesjid untuk pembinaan keagamaan para remaja yang ada di desa Bonto Mate ne, serta adanya tempat pengajian anakanak (TPA) untuk tempat belajar mengaji dasar anakanak dengan menggunakan metode Iqro di tingkat Desa, sehingga anakanak di desa bisa membaca AlQur an dengan baik dan benar. Selain itu dalam setiap kegiatan atau hajatan yang dilakukan oleh mereka selalu diawali dan diakhiri secara keagamaan, seperti acara syukuran dengan memanggil Imam Desa yang dianggap sebagai orang tua atau yang ditokohkan dalam masyarakat Desa Bonto Mate ne untuk mendo akan agar apa yang akan mereka kerjakan mendapat hasil yang baik dan membacakan do a syukur dengan apa yang telah diperoleh mereka sebagai pemberian dan Rahmat dari Allah semata. Selain itu masyarakat Desa Bonto Mate ne pada setiap tahun dalam setiap perayaan hari besar agama Islam seperti : Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad Saw dan lainlain kegiatan keagamaan, semangat nuansa keagamaan akan terasa sekali. Pelaksanaan kegiatan Agama Islam ini biasanya ditempatkan di Mesjid yang ada di Desa

9 Bonto Mate ne. Jumlah Mesjid yang ada di Desa Bonto Mate ne sebanyak 9 buah yang pembangunannya adalah dari swadaya murni masyarakat. Untuk mengetahui jumlah penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama di Desa Bonto Mate ne Kecamatan Mandai Kabupaten Maros Tahun 2005 No. Agama Jumlah Persentase (%) Islam Kristen Katolik Budha Hindu ,99 0,89 0,12 Jumlah Sumber : Kantor Desa Bonto Mate ne Tahun 2005 Berdasarkan Tabel 6, penduduk yang beragama Islam sebanyak 4899 jiwa atau sebesar 98,99 %, beragama Kristen 44 jiwa atau sebesar 0,89 %, beragama Katolik dan Budha tidak ada, dan yang beragama Hindu sebanyak 6 jiwa atau sebesar 0,12 %. Tabel ini menunjukkan bahwa Desa Bonto Mate ne berpenduduk yang terbanyak beragama Islam, kemudian disusul penduduk beragama Kristen dan Hindu. c. Kesehatan Kondisi masyarakat Desa Bonto Mate ne dalam bidang kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakat itu sendiri. Berdasarkan hasil observasi dan olah data menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Desa Bonto Mate ne di bidang kesehatan sangat baik. Hal ini terlihat dari jumlah keluarga yang secara keseluruhan memiliki jamban

10 keluarga. Desa Bonto Mate ne mempunyai 2 Pos Pelayanan Terpadu (Pos Yandu) yang mengadakan kegiatan pelayanan kesehatan, penimbangan bayi dibawah lima tahun (Balita) dan pemeriksaan ibu hamil (Bumil) serta penyuluhan kesehatan secara rutin setiap tanggal 18 atau 19 setiap bulannya. B. Deskripsi Kasus Keluarga Petani Miskin 1. Karakteristik Perempuan Tani Untuk menganalisis peran perempuan dalam pemberdayaan ekonomi pada keluarga petani miskin, perlu diketahui lebih dahulu karakteristik perempuan tani yang mempunyai keterkaitan dengan masalah tersebut melalui antara lain, karakteristik berdasarkan umur, tingkat pendidikan, agama yang dianut, dan status perkawinan. Informasi mengenai komponenkomponen diatas diperoleh melalui dialog dan wawancara mendalam dengan 10 perempuan tani yang telah ditentukan sebagai responden atau informan kunci dalam penelitian ini dengan pertimbangan dapat terwakilinya seluruh karakteristik golongan perempuan yang ada di Desa Bonto Mate ne. a. Karakteristik berdasarkan umur Umur merupakan unsur penting yang mempengaruhi masalah peranan perempuan tani dalam pemberyaan ekonomi keluarga. Pada umumnya ketika berusia muda manusia lebih produktif untuk bekerja dan

11 pada usia produktif tersebut interaksi sosial perempuan pada tingkat yang tertinggi. Untuk melihat bagaimana komposisi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7. Karakteristik responden berdasarkan umur No. Umur Jumlah Keterangan Tahun 3655 Tahun 56 Tahun ke atas Sumber : Hasil olahan data primer Pengelompokan berdasarkan umur lebih mengarah pada usia produktif responden. Jumlah responden yang berusia 1535 tahun sebanyak 2 jiwa, yang berusia antara 3655 tahun sebanyak 6 jiwa dan selebihnya terdiri dari perempuan tani yang berusia 56 tahun keatas yang tergolong dalam usia tidak produktif lagi. Hasil penelitian apabila dilihat berdasarkan umur, umumnya responden adalah berusia muda dan termasuk usia produktif yaitu yaitu ratarata berusia 3655 tahun yang cukup memiliki potensi untuk dikembangkan agar setidaknya keluar dari ambang batas kemiskinan yang sampai saat ini masih membelenggunya. b. Karakteristik berdasarkan Agama Agama merupakan salah satu kebutuhan penting spiritual manusia yang mempengaruhi kehidupan lahir dan bathin. Dalam beraktifitas, seringkali manusia mencari landasan untuk berpijak agar kuat dan tenang hatinya. Selama ini masyarakat Desa Bonto Mate ne menjadikan Agama sebagai landasan dan pegangan hidup mereka. Agama yang dianut oleh

12 kesepuluh responden atau informan utama adalah semuanya beragama Islam dan taat dalam menjalankan perintah Agama. Hal ini tergambar dalam kehidupan mereka seharihari dan secara rutin mereka mengikuti pengajian Majelis Taklim yang dibentuk oleh ibuibu rumah tangga penduduk desa Bonto Mate ne yang dilaksanakan sekali dalam sebulan di Mesjid dengan mendengarkan ceramah agama. Pada musim hujan atau musim tanam sebelum memulai mengerjakan sawah mereka mengadakan upacara Mappalili artinya turun kesawah untuk pertama kali semacam syukuran atau do a do a kepada Allah agar nantinya diberikan hasil panen yang banyak. c. Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan responden menjadi pertimbangan karena pendidikan merupakan sarana utama bagi kemajuan pembangunan dan adanya kenyataan bahwa perempuan dengan pendidikan rendah akan mengalami banyak keterbatasan dalam mengakses dan mengontrol sumber daya dilingkungan keluarga maupun masyarakat. Hasil dialog mendalam terhadap 10 perempuan tani mengenai tingkat pendidikan diperoleh gambaran sebagai berikut :

13 Tabel 8. Tingkat Pendidikan Perempuan Tani Desa Bonto Mate ne Kecamatan Mandai (10 kasus keluarga petani miskin) No Tingkat Pendidikan Tidak pernah sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SLTP Tamat SLTP Tidak tamat SLA Tamat SLA Tidak Memiliki Sawah/Buruh Tani 3 1 Memiliki Sawah + Buruh Tani 3 1 Memiliki Sawah di garap sendiri 2 Sumber : Hasil olahan data primer 2006 Dari tabel 9 menggambarkan bahwa perempuan tani Desa Bonto Mate ne yang mempunyai tingkat pendidikan rendah atau tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD ratarata tidak memiliki sawah atau hanya sebagai buruh tani, perempuan tani yang berpendidikan Tamat SD dan SLTP memiliki sawah dan juga sebagai buruh tani, dan yang mempunyai tingkat pendidikan Tamat SMA ratarata memiliki sawah yang digarap sendiri. Menurut para informan, pendidikan sekolah itu memang penting, apalagi bagi anakanak meraka kelak, oleh kerena itu mereka mendorong anakanak mereka baik lakilaki maupun perempuan untuk bersekolah setinggi mungkin dan semampu mereka membiayai, seperti yang dikemukakan oleh Thr/34 th, informan utama, bahwa : Saya sangat menginginkan keempat anak saya sekolah yang tinggi, agar mereka nantinya mendapatkan pekerjaan yang baik selain bertani, karena dengan bersekolah yang tinggi sepertinya akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang banyak,

14 tidak seperti saya yang tidak pernah sekolah dan tidak mempunyai sawah sama sekali Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa dalam masalah pendidikan anak, peneliti mendapat kesan bahwa pada keluarga petani, mereka mengemukakan pentingnya pendidikan sekolah, tetapi pada penggunaannya mereka tidak memahami sampai seberapa jauh kegunaan pendidikan sekolah itu bagi kelangsungan hidup. Lebih penting untuk mereka dapat bertahan hidup menurut ukuran dan kebutuhan mereka antara lain memiliki tanah atau sawah. d. Karakteristik berdasarkan status perkawinan Status perkawinan menjadi perhatian peneliti dalam mengkaji masalah peranan perempuan dalam pemberdayaan ekonomi keluarga, karena hal tersebut mempunyai keterkaitan dengan stereotipe masyarakat yang menjadi penyebab terjadinya kesenjangan gender terhadap perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Stereotip masyarakat itulah kadang menyebabkan kelompok perempuan secara khusus mempunyai tugas untuk merawat dan mengurus rumah tangga seperti tidak diakuinya perempuan sebagai kepala rumah tangga, walaupun kenyataannya mereka yang menopang kelangsungan kehidupan keluarga. Untuk melihat bagaimana karakteritik responden berdasarkan status perkawinan dapat dilihat pada tabel berikut :

15 Tabel 9. Karakteristik Responden berdasarkan Status Perkawinan No. Status Responden Jumlah Nikah Belum Nikah Janda Sumber : Hasil olahan data primer 2006 Data tersebut di atas menunjukkan bahwa dari sepuluh responden sembilan orang sudah menikah dan sisa satu orang yang belum menikah, akan tetapi dari sembilan orang yang sudah menikah tersebut, hanya delapan orang yang memiliki suami dan satu orang sudah menjanda. 2. Peranan Perempuan Tani Dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Peran perempuan yang ditelusuri secara mendalam pada keluarga petani yang berlahan sawah tadah hujan di Desa Bonto Mate ne yang menjadi kasus pada penelitian ini adalah peran perempuan tani dalam pemberdayaan ekonomi pada keluarga petani miskin. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya yaitu pada tabel 4.2 bahwa tenaga kerja perempuan Desa Bonto Mate ne cukup potensial dari segi kuantitas yaitu sebesar 50,29 % atau sebanyak 1474 jiwa dari keseluruhan jumlah usia produktif yang ada di desa tersebut. Pekerjaan yang ditekuni perempuan sangat mempengaruhi peranannya dalam pemberdayaan ekonomi keluarga. Responden yang menekuni bidang pertanian, beban kerja lebih berat dan lebih panjang dialami oleh perempuan pada pekerjaan tersebut, baik sebagai petani pemilik sekaligus penggarap maupun buruh yang biasanya berlahan sempit atau bahkan tidak memiliki

16 lahan. Hal ini terjadi pada responden di daerah penelitian ini. Responden yang menekuni sektor pertanian sebagai mata pencaharian pokok ini ternyata sebagian besar diantaranya adalah petani berlahan sempit yang umumnya menggarap lahan pertanian sendiri atau dibantu oleh anggota keluarga serta buruh tani yang tidak memiliki lahan pertanian yang cukup untuk memenuhi kehidupannya. Oleh karena sempitnya pemilikan lahan pertanian, menjadikan tidak tercukupinya kebutuhan pangan bagi anggota keluarga petani ini. Keadaan tersebut menjadi lebih buruk, mengingat pertanian di desa ini seluruhnya merupakan pertanian sawah tadah hujan yang praktis dapat ditanami pada saat musim hujan saja. Hasil wawancara mendalam perihal peran perempuan tani dalam pengelolaan pertanian dengan beberapa orang informan utama atau informan kunci, seperti yang diungkapkan oleh Hjrt/43 thn, sebagai berikut : Di Desa Bonto Mate ne ini umumnya perempuan yang sudah bisa dan masih kuat kerja, turun kesawah bertani pada musim hujan. Seperti saya, segala sesuatu mengenai pekerjaan di sawah saya yang utama dalam pengolahannya, karena suami saya tidak mampu untuk itu dan suami saya memang tidak tahu bertani, kerjanya hanya sebagai penjual emas di pasar ( Informan I) Demikian pula mengenai musim tanam yang dikemukakan oleh Kmw/27 thn, sebagai berikut : Ratarata penanaman padi hanya sekali setahun, kadang dua kali pada tahuntahun tertentu dengan mengikuti musim, tergantung musim hujan seperti pada tahun ini, kami insya Allah panen dua kali. Pada musim tanam pertama yaitu bulan September tahun 2005 turun disawah pembibitan, bulan Oktober penanaman dan panen awal bulan April tahun Untuk penanaman kedua, kami mengadakan

17 pembibitan tanggal 27 April 2006, menanam pada tanggal 21 Mei 2006 dan Insya Allah panen pada bulan Juli 2006 ( Informan II) Selanjutnya informan utama lain bahwa : Dgk/63 thn, mengungkapkan Semua sawah di desa ini adalah lahan pertanian dengan sistem sawah tadah hujan. Jadi kami hanya bisa mengolah atau sawah kami bisa ditanami dengan mengharapkan datangnya air hujan. Kami akan sangat berbahagia bila musim hujan tiba, termasuk anakanak kami juga sangat bergembira membantu di sawah sepulang dari sekolah. ( Informan III) Demikian juga yang dikemukakan oleh Dgs/60 thn, mengenai halhal yang dilakukan sebelum kegiatan pengelolaan sawah sebagai berikut : Dalam kegiatan pertanian yang umumnya kami lakukan di desa ini, sebelum kami memulai, terlebih dahulu kami setiap keluarga di undang Tudang Sipulung atau mengikuti rapat di kantor desa yang di adakan oleh penyuluh pertanian (PPL) dalam rangka penyampaian informasi pertanian kepada petani tentang proses persiapan musim tanam dan disepakati perencanaan jenis padi apa yang akan ditanam apakah Cisadane, R42, 66 atau lainnya ( Informan IV). Hal serupa juga dikemukakan pada wawancara mendalam dengan Ndk/39 thn, sebagai berikut : Dalam pertemuan Tudang Sipulung adalah untuk menyatukan persepsi para petani dalam menghadapi musim tanam, kemudian masingmasing mencari Wettu mallise hari bagus yang berisi dialai sennungsennungeng untuk Mappammula mabbingkung sesuai adat istiadat dari turun temurun kami supaya hasilnya melimpah ( Informan V). Hal lain yang dikemukan oleh Dgm/44 thn, tentang waktu penanaman yang diberikan oleh orang yang dituakan di desa Bonto Mate ne dan PPL Pertanian, sebagai berikut :

18 Waktu yang diberikan oleh PPL dan sanro tempat makkutana esso apa, alena riala to matoa biasanya bersamaan hari dan waktunya karena bertepatan dan penduduk disini keyakinannya sama yaitu setelah salat subuh sekitar jam pagi agar yaro makkanrekanre de naitai, jaji mapettang to no rigalungnge tau e de maksudnya agar hama tidak melihat karena gelap. Setelah itu persemaian bibit padi selama 1 bulan, setelah seluruh sawah ditraktor dan diberi pupuk (Urea, SP36, ZA), baru pembibitan ini di cabut untuk dipindahkan kesawah. Setelah 3 bulan lamanya sudah bisa panen dan setelah diproses, hasilnya sebagian untuk konsumsi sendiri dan sisanya dijual untuk keperluan lain ( Invorman VI) Demikian pula yang dikemukakan oleh Md/75 thn, tentang kegiatan rutin mereka setiap hari, sebagai berikut : Setiap hari kami sudah bangun sekitar jam subuh, mengurus keluarga seperti memasak, mencuci, urus anak, urus suami, setelah itu Jam pagi apabila musim tanam, kami sudah kesawah, jam setengah sepuluh kami pulang untuk masak makan siang, dan bila untuk sore hari kadang kesawah lagi. Pulang jam sore untuk masak makan malam. Dan bila musim kemarau atau bukan musim tanam, secara umum perempuan di desa ini juga mempunyai pekerjaan lain seperti terima jahitan, memelihara ternak, jualjualan barang campuran, dan kerja di pabrik ( informan VII). Hal yang sama dikemukakan oleh Dgsb/70 thn, mengenai bagaimana pemberdayaan ekonomi dalam keluarganya sebagai berikut : Saya yang utama mencari uang untuk keluarga, karena suami saya sudah lama sakit beriberi, sama sekali tidak bisa lagi membantu disawah, anakanak sayalah yang membantu di sawah bila musim tanam, selain saya urus keluarga dan bertani, saya mencari tambahan penghasilan dengan bekerja sebagai Perias Pengantin, tukang jahit, cicilcicilan pakaian, dan cicilan barang sampai keluar pulau karena anak saya banyak dan walaupun sudah besar tapi semuanya masih saya biayai juga masih hidup serumah dengan saya ( Informan VIII). Demikian pula yang dikemukakan oleh Tm/31 thn, sebagai berikut : Saya kalau musim tanam selalu bangun bertepatan Adzan Subuh, setelah shalat langsung masak, makan bersama suami, kemudian samasama kesawah ( Informan IX)

19 Hal serupa juga dikemukakan oleh informan utama yang lain yaitu Dgj/44 thn, sebagai berikut : "Kalau dirumah, saya semua yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tidak pernah dibantu oleh suami. Cuma kalau kesawah menanam padi saya sepenuhnya dibantu suami ( Informan X). Dari hasil wawancara mendalam tersebut serta pengamatan dilapangan menurut kenyataan, maka dapat dikemukakan bahwa keterlibatan atau peranan perempuan sangat besar dalam pemberdayaan ekonomi keluarga yaitu: 1) Isteri bersama anakanaknya mengolah lahan sawah pertanian pada musim hujan mulai dari pembibitan, pemupukan, penanaman, dan panen sampai pada proses penjualan hasil panen; 2) Perempuan tani ikut serta dalam proses persiapan musim tanam melalui acara Tudang Sipulung dalam rangka perencanaan menentukan jenis padi yang akan ditanam, kemudian menentukan hari baik untuk mulai mengolah sawah; 3) melakukan tugas seharihari selain mengurus rumah tangga dan mengolah sawah pertanian juga bekerja diluar pertanian. Keterlibatan mereka dalam membantu ekonomi keluarga sudah biasa dilakukan dan secara turun temurun telah dilakukan oleh perempuan. Mereka harus berperan ganda, disamping memikirkan rumah tangga, melakukan pekerjaan sebagai petani, mereka juga melakukan pekerjaan lain diluar pertanian. Mereka seakan tidak pernah mempersoalkan peran ganda yang dilakukan karena telah terbiasa mencari nafkah sebagai pendapatan tambahan. Langkah ini dilakukan oleh perempuan tani oleh karena hasil

20 produksi lahan pertanian tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup seharihari dan juga untuk membiayai keperluan anakanak mereka. C. Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Petani Miskin 1. Luas Lahan Keluarga petani miskin yang dalam penelitian ini diartikan sebagai buruh tani dengan penguasaan dan pemilikan lahan sempit serta yang tidak memiliki lahan ini setidaknya telah menunjukkan eksistensinya sebagai penduduk pedesaan yang mampu menepis kemiskinan. Berbagai cara untuk menghindarkan diri dari masa krisis yang manyertai kehidupan keseharian masyarakat petani. Mengenai pemberdayaan ekonomi rumah tangga petani miskin telah dibahas pada bagianbagian sebelumnya. Namun dari pembahasan, muncul pertanyaan baru yaitu mengapa terdapat pemberdayaan ekonomi sehingga memunculkan pilihanpilihan pemberdayaan yang berbeda diantara keluarga petani miskin meski dalam beberapa aspek sosial ekonomi memiliki ciriciri yang relatif sama. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar rumah tangga miskin mengawali pemberdayaan ekonominya di bidang pertanian dan non pertanian, merupakan suatu kenyataan yang dijumpai pada hampir semua jenis rumah tangga petani miskin ini. Demikian halnya di Desa Bontomatene penduduk yang dikategorikan dibawah garis kemiskinan adalah buruh tani

21 yang tidak memiliki tanah cukup memadai atau petani yang berlahan sempit dan petani yang tidak memiliki lahan pertanian sama sekali. Untuk mengetahui komposisi kepemilikan lahan responden berdasarkan luas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 10. Kepemilikan Lahan Responden Berdasarkan Luas No. Nama Luas Lahan (Ha) Keterangan Hj. Ratnah Kasmawati Dg. Kanang Dg. Sibo Norma Dg. Kebo Dg. Maming Mida Tahira Tima Dg. Jia 1,00 2,00 0,25 0,45 0,50 0,35 Digarap sendiri Digarap sendiri + buruh tani + buruh tani + buruh Tani Buruh tani Buruh tani + Buruh Tani Buruh Tani Buruh tani Sumber : Hasil olahan data primer 2006 Dari data lapangan mengenai kepemilikan lahan responden berdasarkan luas di daerah penelitian cukup bervariasi. Data menunjukkan bahwa yang memiliki lahan luas umumnya menggarap sendiri lahannya, yang memiliki lahan sempit menggarap sendiri lahannya tetapi juga bekerja sebagai buruh tani pada lahan sawah orang lain dan yang tidak mempunyai lahan sawah hanya bekerja sebagai buruh tani, hal ini mencerminkan kondisi sosial ekonomi rumah tangga responden. Responden yang memiliki lahan yang luas status sosial ekonominya tidak lebih tinggi dari responden yang memiliki luas lahan yang sempit demikian juga seterusnya. Dari luas lahan yang ada, dapat dikatakan bahwa hasil produksi lahan pertaniannya sangat

22 kecil, untuk kebutuhan konsumsi keseharianpun tidak mencukupi jika tidak dilakukan pemberdayaan ekonomi keluarga. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hjrt/43 thn, informan utama sebagai berikut : Saya mempunyai sawah seluas 1,00 Ha, yang saya garap sendiri, tidak pernah dibantu oleh suami atau buruh, hanya anak saya yang kadang menemani ( Informan I) Hal yang sama dikemukakan oleh Kmw/27 th, sebagai berikut : Tanah sawah yang saya miliki adalah tanah warisan seluas 2,00 Ha. Kalau musim tanam biasanya saya hanya sebentar kekantor kemudian pulang, baru kesawah karena saya bersama ibu yang manggarap sawah tidak ada buruh tani yang dipanggil ( Informan II) Demikian pula yang dikemukakan oleh Dgk/63 thn, sebagai berikut : Saya punya sawah yang sangat sempit cuma 0,25 Ha, jadi disamping saya kerja sendiri saya punya sawah, saya juga bekerja disawah orang lain sebagai buruh tani ( Informan III) Selanjutnya informan utama yang lain, Dgs/60 thn juga mengungkapkan tentang luas tanah yang dimiliki sebagai berikut : Saya hanya mempunyai sawah pertanian seluas 0,45 Ha. Kalau dalam setahun hanya satu kali panen, biasanya saya memperoleh hasil panen paling banyak 300 kg beras, ini jelas tidak mencukupi untuk dimakan sekeluarga dalam setahun. Jadi untuk menambah penghasilan, saya bekerja sebagai buruh tani, perias pengantin, tukang jahit, mappacicil baju dan barang elektronik sampai keluar pulau ( Informan IV) Informan utama yang lain, Ndk/39 thn mengungkapkan hal yang sama sebagai berikut : Pada musim hujan, saya dan suami menggarap sendiri sawah kami yang tidak seberapa luasnya hanya 0,50 Ha, tetapi kami juga menggarap sawah orang lain. Disamping itu saya dan suami juga

23 kerja yang lain. Suami saya dari pagi sampai sore menarik becak sedang saya jualjualan barang campuran dirumah (Informan V) Selanjutnya Dgm/44 thn, informan utama atau informan kunci yang lain mengungkapkan sebagai berikut : Saya sama sekali tidak punya apaapa, tidak punya sawah. Saya hanya sebagai buruh tani ( Informan VI) Demikian pula yang diungkapkan oleh Md/75 thn sebagai berikut : Saya sebagai penggarap sawah milik orang lain yang banyak sawahnya, dan hasilnya dibagi 2 dengan pemilik ( Informan VII) Hal serupa juga diungkapkan oleh Thr/36 thn, informan utama yang hanya mempunyai sawah yang tidak luas tetapi juga bekerja diluar pertanian sebagai berikut : Saya kalau tidak bersawah, Apa saja saya kerjakan asalkan mendapatkan hasil yang halal. Karena Cuma sedikit sawahku Cuma 0,35 Ha (Informan VIII) Selanjutnya informan utama yang lain, Tm/31 thn yang bekerja sebagai penggarap sawah orang lain, mengungkapkan sebagai berikut : Kerjaku cuma garap sawah orang lain yang hasilnya dibagi 2, karena saya tidak punya sawah ( Informan IX) Demikian pula yang dikemukakan pada wawancara mendalam dengan Dgj/44 thn, tentang gaji sebagai buruh tani sawah orang lain, sebagai berikut : Suami saya kalau musim hujan, membantu saya turun kesawah sebagai buruh tani sawah orang lain, karena kami tidak mempunyai sawah. Kalau jadi buruh tani, biasanya kami digaji secara pembagian hasil panen misalnya gabah kita dapatkan 10 ember dalam bentuk gabah, kami akan diberi gaji 2 ember gabah ( Informan X)

24 Berdasarkan hasil wawancara ini, jika dikaitkan dengan ada tidaknya mata pencaharian sampingan, dapat disimpulkan bahwa semakin sempit luas tanah pertanian yang digarap semakin banyak ragam usaha lain yang dilakukan. 2. Tingkat Pendidikan Keadaan miskin yang diderita oleh rumah tangga petani berlahan sawah tadah hujan ini selain disebabkan oleh keadaan tempat tinggalnya yang tidak menguntungkan juga sebagai akibat rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki yang selanjutnya menimbulkan ketertinggalan dalam setiap akses pembangunan yang sedang berlangsung. Setidaknya faktor pendidikan yang sangat rendah mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kemiskinan. Dengan memiliki tingakt pendidikan yang sangat rendah atau bahkan tidak pernah menikmati sama sekali kemungkinan terbatasnya peluang berusaha lain menjadi lebih besar (Soedjito, 1987). Pekerjaan luar pertanian yang menjadi sumber penghasilan lain disamping pekerjaan utamanya seringkali memerlukan sedikit keterampilan tidak mampu diraihnya oleh rendahnya tingkat pendidikan atau kualitas sumber daya manusia yang memadai. Apabila dunia kerja dapat memperoleh tenaga kerja dengan kualitas yang tinggi berarti terjadi proses produksi secara efisien. Dengan demikian produktifitas yang tinggi pada akhirnya dapat membawa tingginya pendapatan bagi tenaga kerja tersebut. Untuk memperoleh pekerjaan seringkali diawali dengan kemampuan menyerap informasi, namun kerena rendahnya tingkat pendidikan peluang

25 memperoleh pekerjaan menjadi terhambat. Namun kenyataan yang terjadi di daerah penelitian tidak demikian halnya. Meskipun dari tabel 9 menggambarkan bahwa perempuan tani Desa Bonto Mate ne yang mempunyai tingkat pendidikan rendah atau tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD ratarata tidak memiliki sawah atau hanya sebagai buruh tani, perempuan tani yang berpendidikan Tamat SD dan SLTP memiliki sawah dan juga sebagai buruh tani, dan yang mempunyai tingkat pendidikan Tamat SMA ratarata memiliki sawah yang digarap sendiri, namun sebenarnya kaitan kemiskinan dan keadaan pendidikan menjadi tidak jelas apabila hal tersebut dikaitkan dengan peluang kerja diluar pertanian sebagai mempengaruhi keadaan yang lebih baik. Hal tersebut terbukti bahwa para informan tersebut pada dasarnya mampu melakukan pekerjaan pekerjan lain luar pertanian. 3. Jumlah Anggota Keluarga dan umur Dalam upaya pemberdayaan ekonomi seperti juga yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kelompok petani miskin memanfaatkan jaringanjaringan sosial atas dasar kekerabatan, ketetanggaan (termasuk dalam jaringan sosial horisontal) serta jaringan sosial yang bersifat vertikal atau yang dalam beberapa teori disebut sebagai hubungan patronklien pada dasarnya merupakan alternatif lasin dalam upaya mengeliminasi atau menghindarkan diri dari situasisituasi sulit. Menurut Safri (1991) dalam Pudjo Suharso (1993), pilihan strategi kelangsungan hidup masyarakat pedesaan berkaitan erat dengan sistem nilai yang diyakini masyarakat setempat

26 sebagai pedoman dalam setiap aspek kehidupan, apakah itu kekuatan lokal (kekerabatan) ataupun solidaritas sosial. Selanjutnya dikatakan bahwa ikatan kekerabatan atau kekeluargaan cenderung ikut mendorong terjadinya berbagai macam variasi atau bentuk strategi kelangsungan hidup, termasuk didalam pemberdayaan ekonomi keluarga. berikut : Untuk melihat komposisi Keluarga Responden dengan melihat tabel Tabel 11. Komposisi Anggota Keluarga Responden Umur Anggota keluarga (tahun) No. Nama Jumlah Hj. Ratnah Kasmawati Dg. Kanang Dg. Sibo Norma Dg. Kebo Dg. Maming Mida Tahira Tima Dg. Jia Sumber: Hasil olahan data primer Berdasarkan komposisi anggota keluarga responden dari data lapangan diketahui bahwa, keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sudah menjadi tenaga produktif melakukan pemberdayaan ekonomi keluarga dengan mengerahkan tenaga kerja anggota rumah tangganya untuk ikut dalam proses kegiatan perekonomian keluarga petani miskin. Berapapun hasil yang diperoleh dan apapun jenis pekerjaan anggota rumah tangga tersebut, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rumah tangga dengan

27 kondisi tersebut memiliki posisi yang lebih baik. Sebaliknya jumlah anggota bagi keluarga petani miskin yang memiliki anggota rumah tangga yang tidak produktif justru menjadi beban tersendiri karena sebagian anggota rumah tangga masih memerlukan biaya pendidikan karena ratarata adalah anakanak usia sekolah dan sebagian lagi yang berumur lanjut yang tidak lagi produktif untuk bekerja baik disektor pertanian maupun non pertanian. 4. Jumlah Pendapatan Dari hasil penelitian dalam kaitannya dengan karakteristik perempuan tani dalam keluarga petani miskin berlahan sawah tadah hujan antara lain meliputi umur, tingkat pendidikan,agama, daan status perkawinan, faktor yang juga mempengaruhi pemberdayaan ekonomi keluarga adalah jumlah pendapatan dari mata pencaharian pokok dan sampingan. Pola pemilikan atau penguasaan lahan pertanian yang menjadi tumpuan sumber penghidupan, kondisi sosial ekonomi lain seperti kondisi atau pola tempat tinggal, keadaankeadaan atau situasi yang menyebabkan keluarga atau rumah tangga menjadi rentan, sumber pendapatan, keadaan pendidikan dan kesehatan serta caracara yang dipakai keluarga petani miskin mengatasi masalah sulit dan keadaan mendesak lain. Salah satu ukuran atau kriteria yang dapat digunakan untuk menyeleksi apakah suatu rumah tangga miskin atau tidak di Desa Bonto Mate ne adalah ukuran atau kriteria Sajogya (1977), karena sesuai dengan keadaan desa tersebut, yang mengukur garis kemiskinan dengan nilai hasil

28 beras pertahun, disamping melihat data kemiskinan yang ada di Kantor Desa Bonto Mate ne dan karena data yang dibutuhkan untuk pengukuran tidak kompleks. Tingkat pendapatan perkapita rumah tangga diartikan sebagai pendapatan total rumah tangga petani dalam setahun dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga. Pendapatan ini kemudian dikonversikan kedalam ukuran pendapatan setara beras. Berdasarkan hal tersebut,. Terdapat 4 kriteria mengenai ketentuan garis kemiskinan (dipedesaan ) yakni : 1. Sangat miskin, apabila pendapatan per anggota rumah tangga kurang dari 240 kg. Setara beras pertahun. 2. Miskin, apabila pendapatannya antara kilogram setera beras per tahun. 3. Hampir berkecukupan, apabila pendapatannya antara kg, setera beras per tahun. 4. Kecukupan, apabila pendapatannya lebih dari 480 kg setera beras per tahun. Jika melihat dari kriteria tersebut, maka jumlah penduduk miskin di Desa Bontomatene persentasenya sangat kecil sekali apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk keseluruhan. Untuk mengetahui jumlah keluarga miskin di Desa Bonto Mete ne berdasarkan jumlah KK dan jumlah penduduk miskin dapat dilihat pada tabel berikut :

29 Tabel 12. Data Kemiskinan Desa Bonto Mate ne Kecamatan Mandai Kabupaten Maros Tahun 2005 No. Nama Dusun Jumlah KK Miskin Jumlah Penduduk miskin 1. Barambang Bentenge Bontoramba Borongloe Jumlah Sumber : Data Kemiskinan Desa Bonto Mate ne, 2005 Tabel diatas menunjukkan bahwa Dusun Barambang mempunyai keluarga miskin sebanyak 42 KK atau jumlah penduduk miskin sebanyak 89 jiwa, Dusun Bentenge mempunyai 34 KK miskin atau 76 jiwa penduduk miskin, Dusun Bontoramba mempunyai 39 KK Miskin atau 87 jiwa penduduk miskin, dan Dusun Borongloe mempunyai 21 KK miskin atau 57 jiwa penduduk miskin. Keadaan itu bukan saja disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk di dusun tersebut tetapi lebih berkait oleh banyaknya penduduk yang berpenghasilan sedikit dan tidak menentu, sementara kemampuan dan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan diluar sektor pertanian sangat terbatas. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan diantaranya adalah para petani berlahan sempit, buruh tani yang tidak memiliki tanah pertanian sama sekali selain pekarangan disekitar rumah

30 tinggalnya yang tak seberapa luas serta para pekerja kasar (serabutan) yang berpenghasilan tak menentu. Kenyataan itu menjadi lebih parah lagi dengan kondisi tanah pertanian atau areal persawahan dengan mengandalkan sistem tadah hujan mengalami kesulitan pada saat musim kemarau. Jadi meskipun pengolahan lahan pertanian dilakukan seintensif mungkin, tanah ini tidak memberikan hasil yang maksimal. Hasil panen (khususnya padi) yang dihasilkan oleh responden umumnya cukup untuk dikonsumsi sendiri, dan hanya sebagian kecil saja yang dapat dijual ke pabrik penggilingan padi dengan harga tidak beda jauh dari harga pasar. Di lokasi penelitian, para perempuan tani lebih senang menjual hasil panennya ke pabrik penggilingan padi karena pemilik pabriklah menjemput hasil panen mereka dalam bentuk gabah, mereka tidak perlu lagi memikirkan mengenai angkutan, mereka tinggal menunggu di rumah jumlah bersih yang akan mereka terima apakah dalam bentuk beras ataukah dalam bentuk uang. Seperti yang dikemukakan oleh Kmw/27th, informan utama bahwa : Kami di sini lebih senang menjual ketempat pabrik penggilingan padi, tidak kepasar karena kita tidak perlu lagi memikirkan bagaimana pengangkutannya, mobil pemilik pabriklah yang jemput langsung gabah dari rumah, nanti diperhitungkan, apakah petani ingin menerima dalam bentuk beras atau dalam bentuk uang dan akan dicatat dalam nota dari pabrik. Umpamanya beras 15 Kg akan dikeluarkan 2 Kg untuk ongkos pabrik, tapi kalau dalam bentuk uang ongkosnya Rp 6.000,. Jadi kami disini memakai sistim kepercayaan saja antara petani dan pemilik pabrik. Dan penggilingan harus hatihati agar petani tidak pindah tempat kepenggilingan lain. Karena di desa ini ada 8 tempat penggilingan padi

31 Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa hasil panen mereka, secara umum mereka tidak jual ke pasar tetapi langsung ketempat penggilingan padi dengan maksud untuk mempermudah penjualan disamping itu mereka bisa menerima hasil baik dalam bentuk beras untuk dikonsumsi sendiri, maupun dalam bentuk uang yang dipergunakan untuk kebutuhan lain. Hal lain yang dikemukakan oleh salah seorang perempuan tani di lokasi penelitian yaitu: Ndk /39 thn, informan utama bahwa : Semua hasil yang di peroleh baik dari isteri maupun suami, lebih banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga, dan yang lebih tahu urusan rumah tangga adalah perempuan, jadi untuk urusan uang dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada isteri. Suami tau nya cuma memberikan uang dan isteri yang atur mau di pakai untuk apa, terserah Dari hasil wawancara mendalam tersebut, diperoleh kesan bahwa dalam kehidupan seharihari, tentang hasil yang diperoleh atau pendapatan dan penggunaannya, isteri atau perempuan tani tersebut menentukan dirinya sendiri atau ada kebebasan dalam penggunaan uang, para suami percaya sepenuhnya kepada isteri untuk penggunaannya. Seperti yang dikemukakan oleh informan penunjang, seorang anggota BPD sebagai berikut : Kalau mengenai urusan uang dan penggunaannya, saya percaya dan serahkan sepenuhnya kepada isteri saya, karena perempuan lebih tahu bagaimana mengaturnya. Urusan keperluan rumah tangga atau dapur itu urusan perempuan, saya cuma tahu beres saja. Setor penghasilan keisteri, syukursyukur kalau isteri bisa dapat penghasilan tambahan, itu saya tidak mau tahu, yang penting setelah kerja, pulang, makan dan saya bisa istirahat dengan tenang, oke (Hasil bincangbincang dengan informan penunjang).

32 Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kondisi keuangan rumah tangga keluarga petani tersebut pada umumnya dikelolah oleh perempuan dalam hal ini isteri, sehingga seorang isteri (perempuan) dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam memanage sumber pendapatan baik yang dihasilkan oleh suami maupun pendapatan yang diperolehnya sendiri agar dapat memenuhi seluruh kebutuhan keluarganya. Pendapatan keluarga petani yang berlahan sawah tadah hujan hanya sekali panen yang hasilnya dipergunakan untuk setahun atau selama dua belas bulan. Tapi jika cuaca atau curah hujan tinggi dapat dimaksimalkan menjadi dua kali panen setahun, demikian juga dengan pendapatan anggota keluarga lainnya yang bekerja di luar sektor pertanian karena pekerjaan yang dilakukannya adalah pekerjaan serabutan, seperti yang dikemukakan oleh Dgj/49 tahun, informan utama yang tidak mempunyai lahan sawah pertanian tetapi sebagai buruh tani sawah orang lain sebagai berikut : Saya kalau musim hujan, menggarap sawah orang lain seluas 1,45 Ha dan anak saya tidak ada yang mau membantu karena mereka mempunyai kesibukan sendiri. Kalau jadi buruh tani mendapat gaji dari pemilik lahan sawah Rp , /hari. Bisa juga digaji dengan sistim pembagian gabah, misalnya 10 ember gabah yang dihasilkan, gaji buruh 2 ember gabah. Untuk menambah penghasilan keluarga, saya mengambil pinjaman kredit melalui P4K sebanyak Rp , dengan bunga 1% yang saya gunakan untuk usaha jual baju secara cicil misalnya harga baju saya beli dengan harga Rp ,/lembar maka saya akan jual dengan harga Rp , dengan mencicil 4X (4 bulan). Sedangkan suami saya bila musim hujan menarik becak dari pagi jam sampai dengan jam sore. Biasanya hasil menarik becak Rp 7.000/hari yang dipakai untuk beli ikan. Saya masih menghidupi anak, menantu dan cucu karena masih ikut dengan saya tinggal dirumah

33 Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat dikemukakan bahwa pendapatan informan utama tersebut disektor pertanian dengan tanah seluas 1,45 Ha dapat menghasilkan beras sebanyak kurang lebih 1200 Kg yang berarti responden ini mendapatkan gaji sebagai buruh 240 kg dan disesuaikan dengan harga beras pada saat penelitian berlangsung yaitu Rp 3000/kg, maka penghasilan bersihnya dalam setahun bila diuangkan adalah 240 kg X Rp 3000 = Rp ,/tahun untuk sekali panen. Untuk pendapatan diluar sektor pertanian yaitu dari usaha menjual baju secara menyicil, dalam setahun bisa memperoleh Rp X 3 = Rp X 20 lembar = Rp /tahun. Jadi total penghasilan informan utama tersebut adalah Rp Rp = Rp ,. Sedangkan penghasilan suami informan utama sebagai penarik becak yaitu Rp X 30 = Rp X 12 bulan = Rp , Untuk melihat jumlah pendapatan responden di sektor pertanian dan pendapatan keluarga lainnya, serta usaha lain responden diluar pertanian, dapat dilihat pada tabel berikut:

34 usaha lain Tabel 13. Jumlah Pendapatan Responden dan Keluarga serta No. Nama Responden Hj. Ratnah Kasmawati Dg. Kanang Dg. Sibo NormaDg.Kebo Dg. Maming Mida Tahira Tima Dg. Jia (Ptn+UL) , , , , , , , , , , Pendapatan/tahun (Rp) Keluarga lainnya , , , , , , , Jumlah , , , , , , , , , , Usaha lain Responden Jualan ccl Peg. kntrk Rias pgtn+ Btnk ayam Jualan ccl Sumber: Hasil olahan data primer 2006 Berdasarkan data tersebut, jumlah pendapatan responden dilihat dari hasil pertanian ditambah hasil usaha lain, yang kemudian ditambah pendapatan keluarga lainnya, sehingga dapat diketahui bahwa peranan perempuan sangat besar dalam pemberdayaan ekonomi keluarga, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup seharihari. D. Implementasi Program Pemerintah Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Beberapa instansi pemerintah yang telah melakukan pemberdayaan ekonomi keluarga antara lain : Departemen Sosial, BKKBN, dan Departemen Dalam Negeri. Masingmasing instansi memiliki program yang berbeda. Departemen Sosial memiliki program pemberdayaan keluarga seperti: Bimbingan Kesejahteraan Sosial Keluarga (BKSK) dan lainlain. Setiap program pemberdayaan sosial keluarga harus mengacu pada visi

35 pemberdayaan sosial yaitu: Masyarakat adalah sumber dan mitra pembangunan kesejahteraan sosial. Beberapa jenis pelayanan yang diberikan oleh pekerja sosial keluarga antara lain pendidikan keluarga dan bantuan keuangan. Setidaknya upaya membantu kelompok masyarakat miskin di daerahdaerah pedesaan telah banyak dilakukan baik oleh pemerintah dengan tahapantahapan pembangunan pedesaan maupun oleh kelompok masyarakat yang bersangkutan untuk keluar dari belenggu kemiskinan. Berbagai program pembangunan pedesaan baik disektor pertanian dan diluar sektor pertanian diterapkan dengan pendekatanpendekatan struktural maupun kultural., individu maupun kelompokkelompok sosial ekonomi masyarakat tersebut. Meski secara prosentase upayaupaya pembangunan telah menunjukkan penurunan angka atau jumlah penduduk miskin pedesaan secara nasional, namun pembangunan itu sendiri seringkali menimbulkan kesenjangan, ketidakmerataan bahkan ketiadakadilan diantara kelompokkelompok sosial tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa Desa Bonto Mate ne merupakan areal dengan ekosistem sawah tadah hujan, maka untuk menunjang pembangunan pertanian serta kegiatan lain, pemerintah dalam hal ini pihak pengairan telah mengupayakan agar desa ini memiliki pengairan, tetapi hal ini hanya sebatas pembebasan lokasi pengairan dan kelanjutan pengerjaannya belum terlaksana sampai sekarang.

36 Sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Desa Bonto Mate ne Hbdn/67 th, informan penunjang bahwa : Memang pernah ada bantuan pemerintah melalui pihak pengairan, tapi saya tidak tahu masalahnya apa sehingga proyek pengadaan pengairan untuk Desa Bonto Mate ne belum dilanjutkan, hanya sampai pada pembebasan lokasi saja (Wawancara, ) Hal senada diungkapkan oleh seorang anggota BPD Bonto Mate ne yang juga Ketua pengurus Pos Penyuluh Pertanian sekaligus tokoh masyarakat Desa Bonto Mate ne Hsdr /65 th, informan penunjang bahwa : Kami memang sangat membutuhkan pengairan karena sawah didesa ini seluruhnya hanya sawah tadah hujan, sehingga kami hanya bisa menanam pada musim hujan saja. Pernah ada proyek pemerintah untuk buat pengairan di desa ini, dan dari pihak pengairan sudah membebaskan lokasi pengairan yaitu di dusun Barambang, dusun Barangloe dan dusun Bentenge tetapi hanya dalam bentuk pembebasan lokasi seluas lebar 15 meter X 4 kilometer, pengerjaan selanjutnya tidak ada lagi sampai sekarang (Wawancara, ) Hal lain yang dikemukakan oleh Dgj/49 th, informan utama tentang pelaksanaan kegiatan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pertanian di desa Bonto Mate ne bahwa : bahwa : Kami diberikan penyuluhan oleh PPL pada saat kami di undang ke desa untuk acara Tudang Sipulung bila mendekati musim tanam, selebihnya saya lupa. Hal yang sama dikemukakan oleh Hsdr /65 th, informan penunjang PPL Pertanian yang ada di desa ini biasanya kita ketemu pada saat ada undangan acara yang dilaksanakan oleh PPL atau kita yang mengundang beliau, jadi dua itu saja, dia yang undang kita, atau kita yang undang dia, baru ketemu.

BAB. III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB. III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB. III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Menurut Yin (2002) bahwa penggunaan studi kasus disesuaikan dengan bentuk pertanyaan

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 32 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 32 8 15

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN A. Gambaran Umum Desa Bajur 1. Letak Lokasi Masyarakat Bajur merupakan salah satu suku bangsa yang berada di wilayah

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Penelitian dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih dan Cihaurbeuti. Tiga kecamatan ini berada di daerah Kabupaten Ciamis sebelah utara yang berbatasan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi Desa Sipak merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 558 194 ha. Desa Sipak secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN A. Profil Desa Tanggungharjo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Desa

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG A. Profil Desa Krikilan 1. Kondisi Geografis Desa Krikilan di bawah pemerintahan

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Penelitian ini dilakukan di Desa Kebun Durian Kecamatan Gunung Sahilan Kabupaten Kampar. Daerah ini mempunyai luas wilayah ± 28.500 Ha. Daerah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan sektor pertanian telah memberi kontribusi yang besar

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan sektor pertanian telah memberi kontribusi yang besar BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah pembangunan di Indonesia memperlihatkan bahwa pembangunan sektor pertanian telah memberi kontribusi yang besar terhadap perubahan dalam perekonomian Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo. BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik 1. Demografi Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji Desa Sungai Keranji merupakan desa yang berada Di Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi dengan luas

Lebih terperinci

MUKHA<BARAH DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

MUKHA<BARAH DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN 50 BAB III PRAKTEK ZAKAT HASIL PERTANIAN DENGAN AKAD MUKHA

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MERAK KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MERAK KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MERAK KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN A. Kondisi Geografis Desa Merak Kecamatan Sukamulya Kabupaten Tangerang Provinisi Banten Tertulis atau terdengar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sekilas Tentang Kecamatan Rowosari 1. Letak Geografis Kecamatan Rowosari Kecamatan Rowosari merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jalur utama Pantai

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG A. Letak dan Sejarah Desa. Letak Desa Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatea Selatan. Luas areal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan, IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Tirta Makmur merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Desa Tirta Makmur ini

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG A. Gambaran Umum Wilayah 1. Letak Geografis Desa Bitung jaya merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Cikupa kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN A. Kondisi Geografis Desa Cipete Kec. Pinang Kota Tangerang Banten Desa Cipete merupakan bagian dari Kota Tangerang Provinsi Banten,

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA CURUG

PETA SOSIAL DESA CURUG PETA SOSIAL DESA CURUG Lokasi Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Letak geografis Kelurahan Way Urang dan Desa Hara Banjar Manis dapat dilihat pada tabel berikut:

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Kampar adalah merupakan satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar dengan ketinggian 30/50 Meter dari permukaan laut, suhu maksimum

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG A. Gambaran Umum tentang Lokasi Penelitian Pasar Ikan di Kec. Ketapang ini merupakan salah satu pasar yang berada di wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kampung Sidoarjo Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan

IV. GAMBARAN UMUM. Kampung Sidoarjo Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Kampung Sidoarjo Kampung Sidoarjo Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan dibangun pada tahun 1965 dan dipetakan 1973 oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 93 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Sumberejo Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang Desa Sumberejo Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang secara geografis merupakan wilayah yang

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Letak geografis yang penulis ambil sebagai obyek pembahasan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR 33 BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR A. Letak Geografis Berdirinya desa pujud pada tahun ± 1901, dimana desa ini di sebelah barat berbatasan dengan desa kasangbangsawan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Kondisi Desa Setempat 1. Aspek Geografis Penelitian ini dilakukan di Dusun Grajegan, yang merupakan salah satu dusun yang ada di desa Tampingan. Desa tampingan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI A. Kondisi Geografis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Desa Muara Jalai merupakan salah satu dari Desa yang berada di Kecamatan Kampar utara Kabupaten Kampar sekitar

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN KONDISI UMUM DESA PAMIRITAN

BAB II SEJARAH DAN KONDISI UMUM DESA PAMIRITAN 36 BAB II SEJARAH DAN KONDISI UMUM DESA PAMIRITAN A. Sejarah Desa Pamiritan Sejarah Desa Pamiritan tidak diketahui secara jelas awal kemunculan dan perkembanganya. Menurut cerita tutur dari generasi ke

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa. Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa. Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan 1. Kondisi Geografis Desa Sedayulawas memiliki luas

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang 4 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang meliputi lokasi penelitian dan aktivitas orang lanjut usia di kelurahan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN AKAD PARON SAWAH BERSYARAT DI DESA BANYUATES KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG MADURA

BAB III PELAKSANAAN AKAD PARON SAWAH BERSYARAT DI DESA BANYUATES KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG MADURA BAB III PELAKSANAAN AKAD PARON SAWAH BERSYARAT DI DESA BANYUATES KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG MADURA A. Gambaran Umum Desa Banyuates Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang Madura 1. Demografi Berdasarkan

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK A. Gambaran Umum Desa Masaran Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci